Asep Badru Zaman, Catur Sriherwanto, Etyn Yunita, I. Suja’i
Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through Rhizopus oryzae Fermentation ABSTRACTTo reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor. The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5 hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R. oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability ABSTRAKUntuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung. Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40 menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
摘要为了降低浮动鱼饲料的饲料生产成本,需要一种比使用挤出机更便宜、更容易、更简单的创新方法来为鱼饲料提供浮力。本研究旨在确定米根霉在商业沉鱼饲料、木薯甘蔗渣和小茴香混合基质上发酵制备浮鱼饲料的物理特性。随后,将所得发酵饲料与商业沉鱼饲料在水稳定性、吸收率和可浮性方面进行了比较。两种饲料的水稳定性曲线在20小时内呈现相似的模式。在发酵饲料的前0.5 h内,两者均急剧下降,发酵饲料从100%降至81%,商品饲料降至83%。两种饲料的40分钟吸水曲线形状非常相似。发酵饲料的吸水率接近其初始干重的4倍,而商品饲料的吸水率约为其初始干重的2倍。在三个小时内,发酵和商业浮动颗粒都保持100%的漂浮状态,没有下沉。因此,利用米曲菌发酵为鱼饲料提供浮力的替代方法值得进一步开发。【关键词】可浮性、可浮性、可沉性、吸水率、水稳定性【关键词】可浮性、可浮性、可沉性、吸水率、水稳定性Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang米根霉(campuran pakan tenggelam)底物,onggok, dan Lemna minor。Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan Pakan apung komeral dalam hal stabilitas dalam air,吸收空气,丹达亚apung。巴基斯坦稳定航空公司(Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memoriliki poli)。Stabilitas keduanya menurun drastis - 0,5 jam perama, dari 100%, 81% untuk pakan apung fermentasi, 83% untuk pakan apung commercial。本图克·库尔瓦吸收空气质量为40分钟,这是巴基斯坦的主要特点。Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobobokering awalnya, sedangkan Pakan apung komeringingsekitar 2 kali bobobobokering awalnya。Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komeral mengapung 100% tanpa tengelam。加迪,发酵蒙古那坎r.m oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan替代pakan ikan。Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam
{"title":"KARAKTERISTIK FISIK PAKAN IKAN APUNG NON-EKSTRUSI YANG DIBUAT MELALUI FERMENTASI Rhizopus oryzae","authors":"Asep Badru Zaman, Catur Sriherwanto, Etyn Yunita, I. Suja’i","doi":"10.29122/JBBI.V5I1.2793","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JBBI.V5I1.2793","url":null,"abstract":"Physical Characteristics of Non-Extruded Floating Fish Feed Produced through Rhizopus oryzae Fermentation ABSTRACTTo reduce the feed production cost of floating fish feed, an innovative method which is cheaper, easier, and simpler compared to the use of extruder machine is needed to provide buoyancy to fish feed. This research was conducted to determine the physical characteristics of floating fish feed prepared through fermention using Rhizopus oryzae on the mixed substrate consisting of commercial sinking fish feed, cassava bagasse, and Lemna minor. The resulting fermented feed was subsequently compared with commercial sinking fish feed in terms of its water stability, absorption, and floatability. The water stability curves of both feed types showed a similar pattern for 20 hours. Both decreased dramatically in the first 0.5 hours, from 100% to 81% for the fermented feed, and to 83% for the commercial feed. The shape of a 40-minute water absorption curve for both feed types was very similar. The fermented feed absorbed water nearly 4 times its initial dry weight, while commercial feed up to about twice as much as its initial dry weight. For three hours, both fermented and commercial floating pellets stayed afloat 100% without sinking. Thus, fermentation using R. oryzae deserves further development as an alternative way to provide buoyancy to fish feed.Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability ABSTRAKUntuk menekan biaya produksi pakan ikan apung, diperlukan inovasi pengapungan pakan ikan yang lebih murah, mudah, dan sederhana dibandingkan dengan penggunaan mesin ekstruder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pakan apung hasil fermentasi menggunakan kapang Rhizopus oryzae pada substrat campuran pakan tenggelam komersial, onggok, dan Lemna minor. Pakan fermentasi ini lalu dibandingkan dengan pakan apung komersial dalam hal stabilitas dalam air, absorbsi air, dan daya apung. Stabilitas dalam air kedua jenis pakan memiliki pola yang mirip selama 20 jam. Stabilitas keduanya menurun drastis pada 0,5 jam pertama, dari 100% ke 81% untuk pakan apung fermentasi, dan ke 83% untuk pakan apung komersial. Bentuk kurva absorpsi air selama 40 menit untuk kedua jenis pakan sangatlah mirip. Pakan apung fermentasi menyerap air hampir 4 kali bobot kering awalnya, sedangkan pakan apung komersial hingga sekitar 2 kali bobot kering awalnya. Selama tiga jam, baik pakan apung fermentasi maupun komersial mengapung 100% tanpa tenggelam. Jadi, fermentasi menggunakan R. oryzae layak dikembangkan lebih lanjut sebagai cara pengapungan alternatif pakan ikan.Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117084333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Intan Permatasari, Rully Adi Nugroho, V. I. Meitiniarti
Decolorization of Sumifix Blue and Reactive Red 2 Textile Dyes by Microbes Isolated from Textile Waste WaterAzo dyes represent the most commonly used group of dyes in textile industry and discharged into industrial effluents worldwide. Aims of this study are to isolate microbe from textile waste water and to determine their ability to decolorize Sumifix Blue and Reactive Red 2 textile dyes. Microbe was isolated from textile effluent of PT Timatex, Salatiga. The activity for decolorization was assayed by inoculating microbial isolates into dye containing medium. Living and nonliving cell were incubated in dye containing medium in order to determine if microbial cells involved in decolorizing dye. Five different microbial isolates have been isolated from textile waste water. Isolates IBLTT_1 and IBLTT_5 showed the highest activity to decolorize Sumifix Blue, and only isolate IBLTT_1 showed the highest capability in decolorizing Reactive Red 2. Both isolates indicated positive potential towards biotreatment of textile waste water. Further results confirmed that decolorization was due to biodegradation, rather than physical adsorption by inactive cells.Keywords: decolorization, microbial isolation, Reactive Red 2, Sumifix Blue, textile effluent ABSTRAKPewarna azo mewakili kelompok pewarna yang umum digunakan pada industri tekstil dan banyak dijumpai di buangan limbah industri tekstil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat dari limbah tekstil dan untuk mengetahui kemampuannya dalam mendekolorisasi pewarna tekstil Sumifix Blue dan Reactive Red 2. Sampel diperoleh dari limbah industri tekstil PT Timatex, Salatiga. Uji kemampuan dekolorisasi dilakukan dengan menginokulasikan isolat mikroba ke dalam medium Nutrient Broth yang mengandung pewarna. Untuk mengetahui apakah sel mikroba terlibat dalam dekolorisasi pewarna, maka sel hidup dan mati diinokulasi pada medium tersebut. Lima isolat yang berbeda diperoleh dalam penelitian ini. Isolat IBLTT_1 dan IBLTT_5 merupakan isolat dengan kemampuan dekolorisasi Sumifix Blue tertinggi. Isolat IBLTT_1 juga merupakan isolat dengan kemampuan dekolorisasi Reactive Red 2 tertinggi. Kedua isolat tersebut menunjukkan potensi positif terhadap pengolahan limbah tekstil. Hasil lebih lanjut menegaskan bahwa dekolorisasi Sumifix Blue dan Reactive Red 2 disebabkan oleh proses biodegradasi, bukan diadsorpsi oleh sel yang mati.Kata kunci: dekolorisasi, isolat mikroba, limbah tekstil, Reactive Red 2, Sumifix Blue
偶氮染料是纺织工业中最常用的染料,也是世界范围内工业废水中排放最多的染料。本研究的目的是从纺织废水中分离微生物,并确定它们对苏米菲特蓝和活性红2染料的脱色能力。从萨拉提加市PT Timatex纺织废水中分离出微生物。将分离菌接种于含染料培养基中,测定其脱色活性。活细胞和非活细胞在含染料培养基中孵育,以确定微生物细胞是否参与染料脱色。从纺织废水中分离出5种不同的微生物。菌株IBLTT_1和IBLTT_5对Sumifix Blue的脱色活性最高,只有菌株IBLTT_1对活性红2的脱色活性最高。这两种分离物在纺织废水的生物处理方面具有积极的潜力。进一步的结果证实,脱色是由于生物降解,而不是由无活性细胞的物理吸附。关键词:脱色,微生物分离,活性红2,Sumifix蓝,纺织废水Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat dari limbah tekstil dan untuk mengetahui kemampuannya dalam mendekolorisasi pewarna tekstil Sumifix Blue dan Reactive Red 2。抽样调查显示,Salatiga, PT Timatex,工业技术。乌吉kemampuan dekolorisiski dilakukan dengan menginokulasikan分离株mikroba ke dalam培养基营养肉汤阳mengandung pewarna。Untuk mengetahui apakah selmikroba terlibat dalam dekolorisasi pewarna, maka selhidup dan mati diinokulasi pada medium tersebut。利马是一种独立的植物。分离物IBLTT_1和IBLTT_5 merupakan分离物登甘kemampuan dekolorisasi Sumifix Blue tertinggi。分离物IBLTT_1 juga merupakan分离物dengan kemampuan dekolorisasi活性红2 tertinggi。克多瓦分离株均为阳性,但仍有可能呈阳性。Sumifix Blue和Reactive Red 2 disebabkan oleh处理生物降解,bukan diacoleh处理其他材料。Kata kunci: dekolorisasi, isolat mickroba, limbah tekstil, Reactive Red 2, Sumifix Blue
{"title":"DEKOLORISASI PEWARNA TEKSTIL SUMIFIX BLUE DAN REACTIVE RED 2 OLEH BAKTERI YANG DIISOLASI DARI LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL","authors":"Intan Permatasari, Rully Adi Nugroho, V. I. Meitiniarti","doi":"10.29122/JBBI.V5I1.2757","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JBBI.V5I1.2757","url":null,"abstract":"Decolorization of Sumifix Blue and Reactive Red 2 Textile Dyes by Microbes Isolated from Textile Waste WaterAzo dyes represent the most commonly used group of dyes in textile industry and discharged into industrial effluents worldwide. Aims of this study are to isolate microbe from textile waste water and to determine their ability to decolorize Sumifix Blue and Reactive Red 2 textile dyes. Microbe was isolated from textile effluent of PT Timatex, Salatiga. The activity for decolorization was assayed by inoculating microbial isolates into dye containing medium. Living and nonliving cell were incubated in dye containing medium in order to determine if microbial cells involved in decolorizing dye. Five different microbial isolates have been isolated from textile waste water. Isolates IBLTT_1 and IBLTT_5 showed the highest activity to decolorize Sumifix Blue, and only isolate IBLTT_1 showed the highest capability in decolorizing Reactive Red 2. Both isolates indicated positive potential towards biotreatment of textile waste water. Further results confirmed that decolorization was due to biodegradation, rather than physical adsorption by inactive cells.Keywords: decolorization, microbial isolation, Reactive Red 2, Sumifix Blue, textile effluent ABSTRAKPewarna azo mewakili kelompok pewarna yang umum digunakan pada industri tekstil dan banyak dijumpai di buangan limbah industri tekstil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat dari limbah tekstil dan untuk mengetahui kemampuannya dalam mendekolorisasi pewarna tekstil Sumifix Blue dan Reactive Red 2. Sampel diperoleh dari limbah industri tekstil PT Timatex, Salatiga. Uji kemampuan dekolorisasi dilakukan dengan menginokulasikan isolat mikroba ke dalam medium Nutrient Broth yang mengandung pewarna. Untuk mengetahui apakah sel mikroba terlibat dalam dekolorisasi pewarna, maka sel hidup dan mati diinokulasi pada medium tersebut. Lima isolat yang berbeda diperoleh dalam penelitian ini. Isolat IBLTT_1 dan IBLTT_5 merupakan isolat dengan kemampuan dekolorisasi Sumifix Blue tertinggi. Isolat IBLTT_1 juga merupakan isolat dengan kemampuan dekolorisasi Reactive Red 2 tertinggi. Kedua isolat tersebut menunjukkan potensi positif terhadap pengolahan limbah tekstil. Hasil lebih lanjut menegaskan bahwa dekolorisasi Sumifix Blue dan Reactive Red 2 disebabkan oleh proses biodegradasi, bukan diadsorpsi oleh sel yang mati.Kata kunci: dekolorisasi, isolat mikroba, limbah tekstil, Reactive Red 2, Sumifix Blue","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"42 1-8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123418106","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Characteristics and Kinetics of Chitinase Enzyme from Entomopathogenic Fungus Beauveria bassianaBeauveria bassiana is one of the entomopathogenic fungi that produces chitinase when infecting the host. Chitinase is widely used as biocontrol agents because it can degrade chitin into an environmentally friendly product. This study aims to characterize and test the kinetics of chitinase from B. bassiana. This characterization includes determination of pH and optimum temperature, enzyme stability and enzyme kinetics test by determining Km and Vmax value with Lineweaver-Burk equations. The result of experiment showed that the chitinase B. bassiana had pH and optimum temperature of 5 and 40ºC respectively. This enzyme was stable until 90 minutes incubation at 40ºC. The Km and Vmax values were 0.181 mg/L and 0.022 mg/L.sec respectively. The Km value is higher than Vmax, which means the affinity of the enzyme to the lower substrate requiring high substrate concentration to increase the reaction rate. It can be concluded that the chitinase activity of B. bassiana is still low.Keywords: Beauveria bassiana, characteristics and kinetics, chitinase enzyme, entomopathogenic, Lineweaver-BurkABSTRAKBeauveria bassiana merupakan salah satu jamur entomopatogen yang memproduksi kitinase saat menginfeksi inangnya. Enzim kitinase saat ini banyak digunakan sebagai agen biokontrol karena dapat mendegradasi kitin menjadi produk yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan menguji kinetika enzim kitinase asal jamur B. bassiana. Metode yang digunakan dalam karakterisasi ini mencakup penentuan pH dan suhu optimum, kestabilan enzim pada suhu optimumnya, dan uji kinetika enzim yang mencakup penentuan nilai Km dan Vmaks dengan persamaan Lineweaver-Burk. Hasil penelitian karakterisasi menunjukkan bahwa enzim kitinase B. bassiana mempunyai pH dan suhu optimum masing-masing 5 dan 40ºC. Enzim ini stabil sampai pada 90 menit inkubasi pada suhu 40ºC. Nilai Km diperoleh 0,181 mg/L dan Vmaks sebesar 0,022 mg/L.detik. Nilai Km lebih tinggi daripada Vmaks, yang artinya afinitas enzim terhadap substrat rendah sehingga membutuhkan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan kecepatan reaksi, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas kitinase dari B. bassiana masih tergolong rendah.Kata kunci: Beauveria bassiana, entomopatogen, enzim kitinase, karakteristik dan kinetik, Lineweaver-Burk
球孢白僵菌(Beauveria bassiana)是侵染宿主产生几丁质酶的昆虫病原真菌之一。几丁质酶能将几丁质降解为环境友好的产物,被广泛用作生物防治剂。本研究旨在表征和测试球孢白僵菌几丁质酶的动力学。该表征包括pH和最适温度的确定,酶稳定性和酶动力学测试,通过Lineweaver-Burk方程确定Km和Vmax值。实验结果表明,几丁质酶的pH和最适温度分别为5℃和40℃。该酶在40ºC孵育90分钟前保持稳定。Km和Vmax分别为0.181 mg/L和0.022 mg/L。证交会。Km值大于Vmax,表示酶对较低底物的亲和力,需要较高的底物浓度来提高反应速率。由此可见,球孢白僵菌的几丁质酶活性仍然较低。关键词:球孢白僵菌,特性与动力学,几丁质酶,昆虫致病性,lineweaverburk酵母菌素酶的生物防治研究。酵母菌素酶的生物防治研究。球孢白僵菌的酶解酶。Metode yang digunakan dalam karakterisasi ini menakup penpenuan pH dan suhu优化,kestabilan酶paada suhu优化,danuji kinetika酶yang menakup penpenuan nilai Km dan Vmaks dengan persaman linewever - burk。Hasil penelitian karakterisasi menunjukkan bahwa enzim kitinase单独使用mempunyai pH丹苏沪最佳masing-masing 5丹40ºC。Enzim ini稳定sampai pad90 menit inkubasi padsuhu 40ºC。Nilai Km diperoleh 0,181 mg/L, Vmaks sebesar 0,022 mg/L。Nilai Km lebih tinggi daripada Vmaks, yang tinya afinitas酶terhadap底物rendah seingga membutuhkan konsentrasi底物yang tinggi untuk meningkatkan keepatan reaksi, maka dapat dispulkan bahwa aktivitas kitinase dari b.s bassiana masih tergolong rendah。球孢白僵菌,昆虫病原菌,酶kitinase, karakteristik dan kinetik, Lineweaver-Burk
{"title":"KARAKTERISTIK DAN SIFAT KINETIKA ENZIM KITINASE ASAL JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana","authors":"N. E. Elawati, S. Pujiyanto, E. Kusdiyantini","doi":"10.29122/JBBI.V5I1.2587","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JBBI.V5I1.2587","url":null,"abstract":"Characteristics and Kinetics of Chitinase Enzyme from Entomopathogenic Fungus Beauveria bassianaBeauveria bassiana is one of the entomopathogenic fungi that produces chitinase when infecting the host. Chitinase is widely used as biocontrol agents because it can degrade chitin into an environmentally friendly product. This study aims to characterize and test the kinetics of chitinase from B. bassiana. This characterization includes determination of pH and optimum temperature, enzyme stability and enzyme kinetics test by determining Km and Vmax value with Lineweaver-Burk equations. The result of experiment showed that the chitinase B. bassiana had pH and optimum temperature of 5 and 40ºC respectively. This enzyme was stable until 90 minutes incubation at 40ºC. The Km and Vmax values were 0.181 mg/L and 0.022 mg/L.sec respectively. The Km value is higher than Vmax, which means the affinity of the enzyme to the lower substrate requiring high substrate concentration to increase the reaction rate. It can be concluded that the chitinase activity of B. bassiana is still low.Keywords: Beauveria bassiana, characteristics and kinetics, chitinase enzyme, entomopathogenic, Lineweaver-BurkABSTRAKBeauveria bassiana merupakan salah satu jamur entomopatogen yang memproduksi kitinase saat menginfeksi inangnya. Enzim kitinase saat ini banyak digunakan sebagai agen biokontrol karena dapat mendegradasi kitin menjadi produk yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan menguji kinetika enzim kitinase asal jamur B. bassiana. Metode yang digunakan dalam karakterisasi ini mencakup penentuan pH dan suhu optimum, kestabilan enzim pada suhu optimumnya, dan uji kinetika enzim yang mencakup penentuan nilai Km dan Vmaks dengan persamaan Lineweaver-Burk. Hasil penelitian karakterisasi menunjukkan bahwa enzim kitinase B. bassiana mempunyai pH dan suhu optimum masing-masing 5 dan 40ºC. Enzim ini stabil sampai pada 90 menit inkubasi pada suhu 40ºC. Nilai Km diperoleh 0,181 mg/L dan Vmaks sebesar 0,022 mg/L.detik. Nilai Km lebih tinggi daripada Vmaks, yang artinya afinitas enzim terhadap substrat rendah sehingga membutuhkan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan kecepatan reaksi, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas kitinase dari B. bassiana masih tergolong rendah.Kata kunci: Beauveria bassiana, entomopatogen, enzim kitinase, karakteristik dan kinetik, Lineweaver-Burk","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"5 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121280893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Juniza Firdha Suparningtyas, Okky Dwi Pramudyawardhani, D. Purwoko, Teuku Tajuddin
Phylogenetic Analysis of Rubber Tree Clones using AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) MarkerNational rubber productivity is lower than other rubber producing countries in the world. The DNA marker-based plant breeding program is required to increase latex production and other superior characters. Breeding process by identifying genetic diversity can be done using AFLP marker. The aim of this study was to analyze the phylogenetic six rubber clones. Pre-amplification and amplification process were performed using 64 primer pair combinations followed by electrophoresis in 6% polyacrylamide gel. A total of 2806 AFLP fragments have been detected. Phylogenetic tree of six clones showed 60% of genetic similarity, which was consisted of two groups. GT 1 clone in the first group and was separated from other clones in the second group. Sub-group at the phylogenetic peak contained IRR 104 and RRIM 600 clones with genetic similarity of 74%. The information obtained from this study showed the genetic diversity of the six rubber clones. The unique bands were obtained as marker specific which could be used to identify clones.Keywords: AFLP, DNA marker, phylogenetic tree, polymorphism, rubber clones ABSTRAKProduktivitas karet nasional masih lebih rendah dibanding dengan negara-negara penghasil karet lainnya di dunia. Diperlukan program pemuliaan tanaman karet yang berbasis marka DNA untuk meningkatkan produksi lateks serta karakter unggul lainnya. Proses pemuliaan untuk mengidentifikasi keragaman genetik bisa dilakukan dengan marka AFLP. Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis filogenetik enam klon karet berdasarkan produktivitasnya. Proses pre-amplifikasi dan amplifikasi dilakukan dengan menggunakan 64 kombinasi pasangan primer yang dilanjutkan dengan analisis hasil elektroforesis pada gel poliakrilamid 6%. Sebanyak 2806 pita AFLP telah dihasilkan. Kekerabatan keenam klon menunjukkan kemiripan genetik sebesar 60%. Pohon filogenetik membentuk dua kelompok, yang memisahkan GT 1 dengan klon-klon lainnya. Sub-kelompok pada puncak filogenetik terdiri dari klon IRR 104 dan RRIM 600 dengan kemiripan genetik sebesar 74%. Informasi yang diperoleh telah menunjukkan keragaman genetik keenam klon karet yang bersifat polimorfis. Diperoleh pita-pita unik dari pasangan primer tertentu yang dapat berperan sebagai marka spesifik dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi klon.Kata Kunci: AFLP, klon karet, marka DNA, pohon filogenetik, polimorfisme
利用AFLP(扩增片段长度多态性)标记对橡胶树无性系进行系统发育分析我国橡胶产量低于世界其他橡胶生产国。基于DNA标记的植物育种计划是提高乳胶产量和其他优良性状的必要条件。利用AFLP标记可以进行遗传多样性鉴定的育种过程。本研究的目的是分析6个橡胶无性系的系统发育。预扩增和扩增过程采用64对引物组合,然后在6%聚丙烯酰胺凝胶中电泳。一共检测到2806个AFLP片段。6个无性系的系统发育树遗传相似性为60%,由2个类群组成。GT 1无性系作为第一组,与其他无性系分开作为第二组。系统发育高峰亚群包含irr104和RRIM 600克隆,遗传相似性为74%。结果表明,6个橡胶无性系具有遗传多样性。得到的特异条带可作为标记特异性条带,可用于克隆鉴定。关键词:AFLP, DNA标记,系统发育树,多态性,橡胶无性系Diperlukan程序,pemanaman karet yang berbasis, marka DNA untuk meningkatkan产品,lateks, karakter, unggul, lainnya。研究了秘鲁的遗传变异,鉴定了喀拉拉邦人的遗传特征。图们江的研究是关于基因遗传、基因分析、基因发育、生育能力等方面的。文章前扩增kasi dan扩增kasi dilakukan dengan menggunakan 64 kombinasi pasangan引物yang dilanjutkan dengan分析hasil elektroforesis pada凝胶poliakrilamid 6%。Sebanyak 2806 pita AFLP telah dihasilkan。Kekerabatan keenam klon menunjukkan kemiripan genetik sebesar 60%。Pohon filogenetik membentuk dua kelompok, yang memisahkan GT 1 dengan klon-klon lainnya。subkelompok pakak filogenetik terdiri dari klon IRR 104 dan RRIM 600 dengan kemipan genetik sebesar 74%。信息来源:yang diperoleh telah menunjukkan keragaman genetik keenam klon karet yang bersifat polorfis。Diperoleh pita-pita unik dari pasangan primer tertentu yang dapat berperan sebagai marka specfik dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi klon。Kata Kunci: AFLP, klon karet, marka DNA, pohon丝状基因,polimorfisme
{"title":"ANALISIS FILOGENETIK BEBERAPA KLON KARET DENGAN MARKA AFLP (AMPLIFIED FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM)","authors":"Juniza Firdha Suparningtyas, Okky Dwi Pramudyawardhani, D. Purwoko, Teuku Tajuddin","doi":"10.29122/jbbi.v5i1.2544","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jbbi.v5i1.2544","url":null,"abstract":"Phylogenetic Analysis of Rubber Tree Clones using AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) MarkerNational rubber productivity is lower than other rubber producing countries in the world. The DNA marker-based plant breeding program is required to increase latex production and other superior characters. Breeding process by identifying genetic diversity can be done using AFLP marker. The aim of this study was to analyze the phylogenetic six rubber clones. Pre-amplification and amplification process were performed using 64 primer pair combinations followed by electrophoresis in 6% polyacrylamide gel. A total of 2806 AFLP fragments have been detected. Phylogenetic tree of six clones showed 60% of genetic similarity, which was consisted of two groups. GT 1 clone in the first group and was separated from other clones in the second group. Sub-group at the phylogenetic peak contained IRR 104 and RRIM 600 clones with genetic similarity of 74%. The information obtained from this study showed the genetic diversity of the six rubber clones. The unique bands were obtained as marker specific which could be used to identify clones.Keywords: AFLP, DNA marker, phylogenetic tree, polymorphism, rubber clones ABSTRAKProduktivitas karet nasional masih lebih rendah dibanding dengan negara-negara penghasil karet lainnya di dunia. Diperlukan program pemuliaan tanaman karet yang berbasis marka DNA untuk meningkatkan produksi lateks serta karakter unggul lainnya. Proses pemuliaan untuk mengidentifikasi keragaman genetik bisa dilakukan dengan marka AFLP. Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis filogenetik enam klon karet berdasarkan produktivitasnya. Proses pre-amplifikasi dan amplifikasi dilakukan dengan menggunakan 64 kombinasi pasangan primer yang dilanjutkan dengan analisis hasil elektroforesis pada gel poliakrilamid 6%. Sebanyak 2806 pita AFLP telah dihasilkan. Kekerabatan keenam klon menunjukkan kemiripan genetik sebesar 60%. Pohon filogenetik membentuk dua kelompok, yang memisahkan GT 1 dengan klon-klon lainnya. Sub-kelompok pada puncak filogenetik terdiri dari klon IRR 104 dan RRIM 600 dengan kemiripan genetik sebesar 74%. Informasi yang diperoleh telah menunjukkan keragaman genetik keenam klon karet yang bersifat polimorfis. Diperoleh pita-pita unik dari pasangan primer tertentu yang dapat berperan sebagai marka spesifik dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi klon.Kata Kunci: AFLP, klon karet, marka DNA, pohon filogenetik, polimorfisme","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115433997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Manure Poultry: Alternative Feed Supplements and Impacts on the EnvironmentABSTRACTThe increase in protein demand is now of serious concern as the human population is forecasted to rise to as much as 9.6 billion by 2050. The poultry industry is one of the largest and fastest growing sectors of livestock production in the world. Increased production results in increased sewage so that the impact on the emergence of environmental problems associated with increased air pollution, water, and soil. The sustainability of animal feeds is crucial in the development of livestock production systems, and feed efficiency can be improved by reusing poultry waste in livestock diets, thus diminishing the use of feed grains. There are several ways of disposing of poultry waste including burial, incineration, composting, fertilizer or source of biogas energy and feed for livestock. Poultry manure is a rich source of lignocelluloses, polysaccharides, proteins, minerals, and other biological materials. It is currently expected some problems can be overcome by utilizing poultry manure waste as an alternative feed source for livestock. This paper aims to review the negative effects of excessive chicken manure and its benefits as an alternative feed for livestock and fish.Keywords: alternative feed, livestock, pollution, poultry industry, poultry manure ABSTRAKKenaikan permintaan protein menjadi perhatian serius karena populasi manusia diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 9,6 miliar orang pada tahun 2050. Industri perunggasan merupakan salah satu sektor produksi ternak terbesar dan tercepat di dunia. Meningkatnya hasil produksi tersebut akan menambah jumlah limbah sehingga berdampak pada munculnya masalah lingkungan yang terkait dengan peningkatan polusi udara, air dan tanah. Ketersediaan pakan hewan secara berkesinambungan sangat penting dalam pengembangan sistem produksi ternak dan efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan menggunakan kembali limbah unggas sebagai bahan pakan ternak, sehingga mengurangi penggunaan biji-bijian sebagai sumber pakan. Ada beberapa metode mengurangi jumlah manure ayam termasuk penguburan, insinerasi, pengomposan, pemupukan atau sumber energi biogas dan pakan ternak. Kotoran unggas adalah sumber lignoselulosa, polisakarida, protein, mineral dan bahan biologi lainnya. Saat ini diperkirakan beberapa permasalahan bisa diatasi dengan memanfaatkan limbah manure unggas sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dampak negatif dari manure ayam yang berlebihan dan manfaatnya sebagai pakan alternatif untuk ternak dan ikan.Kata Kunci: industri perunggasan, manure ayam, pakan alternatif, polusi, ternak
【摘要】到2050年,全球人口预计将达到96亿,因此对蛋白质需求的增加引起了人们的严重关注。家禽业是世界上最大和增长最快的畜牧生产部门之一。产量的增加导致污水的增加,从而产生与空气、水和土壤污染增加有关的环境问题。动物饲料的可持续性对牲畜生产系统的发展至关重要,通过在牲畜日粮中重复使用家禽废物,可以提高饲料效率,从而减少饲料颗粒的使用。有几种处理家禽废物的方法,包括掩埋、焚烧、堆肥、肥料或沼气能源来源和牲畜饲料。家禽粪便是木质纤维素、多糖、蛋白质、矿物质和其他生物材料的丰富来源。目前预计,利用禽粪废物作为牲畜的替代饲料来源可以克服一些问题。本文旨在综述过量鸡粪的负面影响及其作为牲畜和鱼类替代饲料的益处。关键词:替代饲料,家畜,污染,家禽业,禽畜粪便摘要肯奈坎白眉猴蛋白曼贾迪脑膜炎病毒,流行性karena populasi manusia diperkirakan akan脑膜炎病毒,曼贾迪sebanyak 9,6,普通猩猩,tahun 2050。工业生产部门的产品是指工业生产部门的产品是指工业生产部门的产品。脑膜炎产品是tersebut akan menambah jumlah limbah sehinga berdampak pada munculnya masalah lingkungan yang terkait dengan peningkatan polusi udara, air dan tanah。Ketersediaan pakan hewan secara berkesinambungan sangat penting dalam pengembangan system,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品,产品adadbeberapa方法,mengurangi jumlah肥料,ayam termasuk企鹅,insinerasi, pengomposan, pemupukan atau数量能源,沼气,danpakan ternak。木质素,木质素,木质素,蛋白质,矿物质丹巴汉生物碱。Saat ini diperkirakan beberapa permasalahan bisa diatasi dengan manfaatkan limbah肥料unggas sebagai数量pakan alternative bagi ternak。图里桑尼·伯图安·乌图安·蒙卡吉·丹帕克消极的达里肥料阿亚姆·杨·伯里比安·丹·曼法特尼亚·巴格伊安·巴图安·特纳克·丹伊坎。Kata Kunci:工业用perongggasan,肥料ayam, pakan替代品,污染,ternak
{"title":"MANURE UNGGAS: SUPLEMEN PAKAN ALTERNATIF DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN","authors":"Yanuartono Yanuartono, Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Nurman Haribowo, Hary Purnamaningsih, Slamet Raharjo","doi":"10.29122/JBBI.V5I2.2775","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JBBI.V5I2.2775","url":null,"abstract":"Manure Poultry: Alternative Feed Supplements and Impacts on the EnvironmentABSTRACTThe increase in protein demand is now of serious concern as the human population is forecasted to rise to as much as 9.6 billion by 2050. The poultry industry is one of the largest and fastest growing sectors of livestock production in the world. Increased production results in increased sewage so that the impact on the emergence of environmental problems associated with increased air pollution, water, and soil. The sustainability of animal feeds is crucial in the development of livestock production systems, and feed efficiency can be improved by reusing poultry waste in livestock diets, thus diminishing the use of feed grains. There are several ways of disposing of poultry waste including burial, incineration, composting, fertilizer or source of biogas energy and feed for livestock. Poultry manure is a rich source of lignocelluloses, polysaccharides, proteins, minerals, and other biological materials. It is currently expected some problems can be overcome by utilizing poultry manure waste as an alternative feed source for livestock. This paper aims to review the negative effects of excessive chicken manure and its benefits as an alternative feed for livestock and fish.Keywords: alternative feed, livestock, pollution, poultry industry, poultry manure ABSTRAKKenaikan permintaan protein menjadi perhatian serius karena populasi manusia diperkirakan akan meningkat menjadi sebanyak 9,6 miliar orang pada tahun 2050. Industri perunggasan merupakan salah satu sektor produksi ternak terbesar dan tercepat di dunia. Meningkatnya hasil produksi tersebut akan menambah jumlah limbah sehingga berdampak pada munculnya masalah lingkungan yang terkait dengan peningkatan polusi udara, air dan tanah. Ketersediaan pakan hewan secara berkesinambungan sangat penting dalam pengembangan sistem produksi ternak dan efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan menggunakan kembali limbah unggas sebagai bahan pakan ternak, sehingga mengurangi penggunaan biji-bijian sebagai sumber pakan. Ada beberapa metode mengurangi jumlah manure ayam termasuk penguburan, insinerasi, pengomposan, pemupukan atau sumber energi biogas dan pakan ternak. Kotoran unggas adalah sumber lignoselulosa, polisakarida, protein, mineral dan bahan biologi lainnya. Saat ini diperkirakan beberapa permasalahan bisa diatasi dengan memanfaatkan limbah manure unggas sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dampak negatif dari manure ayam yang berlebihan dan manfaatnya sebagai pakan alternatif untuk ternak dan ikan.Kata Kunci: industri perunggasan, manure ayam, pakan alternatif, polusi, ternak","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126176781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Genetic Diversity of 22 Local Rice Accessions from North Toraja Based on Simple Sequence Repeats (SSR) MarkersABSTRACTOne way to explore the potential of local rice is by the characterization that could obtain genetic diversity of that plants. The aim of this study was to obtain the genetic diversity of 22 local rice accession from North Toraja. Twenty-two of local rice accessions from North Toraja were characterized by 30 SSR markers and using NTSYS pc 2.1 program to analyze genetic diversity. The results showed that twenty-six SSR markers that had been analyzed produced some alelles with a size between 106.75-311 bp, the average number of alleles were 3 and the polymorphism rate was 0.53. On coefficient genetic similarity at 0.38, the population formed three clusters. Cluster I and II were dominated by rice that had no hair on the tip of the grain and cluster III were dominated by rice that had hair on the tip of the grain. There were 105 opportunities to crossing between accessions when the genetic distance was above 0.7.Keywords: genetic diversity, local rice, North Toraja, polymorphism rate, SSR markers ABSTRAKSalah satu cara untuk menggali potensi padi lokal adalah dengan karakterisasi. Dengan adanya kegiatan karakterisasi tersebut maka dapat diketahui bagaimana keragaman genetik dari suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dari 22 aksesi padi lokal Toraja Utara. Duapuluh dua aksesi padi lokal Toraja Utara dikarakterisasi menggunakan 30 marka SSR dan dianalisis keragaman genetiknya menggunakan program NTSYS pc 2.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa duapuluh enam marka SSR yang dianalisis memiliki kisaran ukuran alel antara 106.75-311 bp, dengan jumlah alel rata-rata 3 dan tingkat polimorfisme sebesar 0,53. Koefisien kemiripan genetik 0,38 dan terbentuk 3 klaster. Pada klaster I dan klaster II didominasi oleh padi yang tidak memiliki rambut pada ujung gabahnya, dan pada klaster III didominasi oleh padi yang memiliki rambut pada ujung gabahnya. Selain itu, pada jarak genetik diatas 0,7 terdapat 105 peluang persilangan.Kata Kunci: keragaman genetik, marka SSR, padi lokal, tingkat polimorfisme, Toraja Utara
摘要利用SSR标记分析北托拉加22份地方水稻种质资源的遗传多样性是挖掘当地水稻资源潜力的途径之一。本研究的目的是获得北托拉哈22个地方水稻品种的遗传多样性。对北托拉哈22份地方水稻材料进行了30个SSR标记和NTSYS pc 2.1程序的遗传多样性分析。结果表明,26个SSR标记产生的等位基因大小在106.75 ~ 311 bp之间,平均等位基因数为3个,多态性率为0.53。在遗传相似系数为0.38时,群体形成3个聚类。集群I和集群II以穗尖无毛的水稻为主,集群III以穗尖有毛的水稻为主。遗传距离大于0.7时,有105个杂交机会。关键词:遗传多样性,地方水稻,北托拉加,多态性率,SSR标记Dengan adanya kegiatan karakterisasi tersebut maka dapat diketahui bagaimana keragaman genetik dari suatu tanaman。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dari 22 aksesi padi当地Toraja Utara。Duapuluh dua aksesi padi本地Toraja Utara dikarakterisasi menggunakan 30标记SSR和dianaliskeragaman genetiknya menggunakan程序NTSYS pc 2.1。Hasil penelitian menunjukkan bahwa duapuluh enam marka SSR yang dianaliski kisaran ukuran alalantara 106.75-311 bp, dengan jumlah alalrata -rata 3 dan tingkat polimorfisme sebesar 0,53。韩国基因工程,1998,38,1998,3。Pada klaster I dan klaster II didominasi oleh padi yang tidak memoriliki rambut padadujung gabahnya, dada klaster III didominasi oleh padi yang memoriliki rambut padadujung gabahnya。云南,云南,云南,云南,云南,云南,云南,云南,云南。Kata Kunci: keragaman genetik, marka SSR, padi local, tingkat polmorfisme, Toraja Utara
{"title":"KERAGAMAN GENETIK 22 AKSESI PADI LOKAL TORAJA UTARA BERBASIS MARKA SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR)","authors":"Holy Ekklesia Ladjao, Rinaldi Sjahril, M. Riadi","doi":"10.29122/JBBI.V5I2.3031","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JBBI.V5I2.3031","url":null,"abstract":"Genetic Diversity of 22 Local Rice Accessions from North Toraja Based on Simple Sequence Repeats (SSR) MarkersABSTRACTOne way to explore the potential of local rice is by the characterization that could obtain genetic diversity of that plants. The aim of this study was to obtain the genetic diversity of 22 local rice accession from North Toraja. Twenty-two of local rice accessions from North Toraja were characterized by 30 SSR markers and using NTSYS pc 2.1 program to analyze genetic diversity. The results showed that twenty-six SSR markers that had been analyzed produced some alelles with a size between 106.75-311 bp, the average number of alleles were 3 and the polymorphism rate was 0.53. On coefficient genetic similarity at 0.38, the population formed three clusters. Cluster I and II were dominated by rice that had no hair on the tip of the grain and cluster III were dominated by rice that had hair on the tip of the grain. There were 105 opportunities to crossing between accessions when the genetic distance was above 0.7.Keywords: genetic diversity, local rice, North Toraja, polymorphism rate, SSR markers ABSTRAKSalah satu cara untuk menggali potensi padi lokal adalah dengan karakterisasi. Dengan adanya kegiatan karakterisasi tersebut maka dapat diketahui bagaimana keragaman genetik dari suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dari 22 aksesi padi lokal Toraja Utara. Duapuluh dua aksesi padi lokal Toraja Utara dikarakterisasi menggunakan 30 marka SSR dan dianalisis keragaman genetiknya menggunakan program NTSYS pc 2.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa duapuluh enam marka SSR yang dianalisis memiliki kisaran ukuran alel antara 106.75-311 bp, dengan jumlah alel rata-rata 3 dan tingkat polimorfisme sebesar 0,53. Koefisien kemiripan genetik 0,38 dan terbentuk 3 klaster. Pada klaster I dan klaster II didominasi oleh padi yang tidak memiliki rambut pada ujung gabahnya, dan pada klaster III didominasi oleh padi yang memiliki rambut pada ujung gabahnya. Selain itu, pada jarak genetik diatas 0,7 terdapat 105 peluang persilangan.Kata Kunci: keragaman genetik, marka SSR, padi lokal, tingkat polimorfisme, Toraja Utara","PeriodicalId":231498,"journal":{"name":"Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI)","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125580186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}