Pub Date : 2018-05-31DOI: 10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.2
hairin noor, S. Suhardjono, T. Prayogo
ABSTRAK: Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah secara umum memiliki lahan dan air yang cukup tersedia untuk pertanian, tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Meningkatnya kebutuhan pangan menuntut pemerintah melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Daerah Irigasi Rawa (D.I.R) Pematang Limau yang berada di Kabupaten Seruyan dipengaruhi oleh muka air pasang surut yang terjadi pada DAS Seruyan. Pada musim hujan, muka air meningkat akibat air pasang dan curah hujan. Sementara di musim kemarau lahan pertanian menjadi kering. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan pola operasi pintu air. Pola operasi pintu air bertujuan untuk mengatur tinggi muka air di saluran. Untuk mengetahui profil perubahannya dilakukan pemodelan. Pemodelan dilakukan pada profil memanjang ( long section ) di saluran primer dengan bantuan HEC-RAS 5.0.1 pada kondisi kering. Simulasi dilakukan dalam empat kondisi: (1) simulasi berdasarkan input data debit air pasang tanpa pintu air, (2) simulasi dengan pintu air ( existing ), (3) simulasi dengan merubah lebar pintu air saluran primer dari 1 m menjadi 1,5 m dan (4) merubah koefisien manning dari 0,027 menjadi 0,018 . Dari beberapa simulasi yang dibuat, simulasi kedua menunjukan elevasi muka air tertinggi pada cross section 1-12, namun tidak mampu menggenangi lahan yang berada di cross section 10-12. Langkah penanganan selanjutnya adalah dengan menutup pintu air pada saluran primer ketika puncak debit pasang, serta membuat rekomendasi setiap saluran sekunder dibuat pintu air dan ketika proses pasang berlangsung pintu-pintu tersebut ditutup. Langkah ini dilakukan untuk membuat elevasi muka air menjadi rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan kedalaman genangan pada lahan sebesar 0,001 m atau 1 mm jika secara bersamaan, sedangkan jika dilakukan secara bergilir 0,015 m atau 1,5 cm. Berdasarkan hasil perhitungan genangan yang terjadi akibat hujan diperoleh 0,061 m atau 6,1 cm, sedangkan hasil perhitungan di saat pasang dan bersamaan terjadinya hujan diperoleh 0,062 m atau 6,2 cm. Alternatif terakhir untuk mengatasi kekeringan di saat musim kemarau adalah dengan sistem pompanisasi. Hasil perhitungan dengan lama operasi pompa 10 jam/hari selama 6 hari, jika kedalaman genangan (y) 5 cm, maka kebutuhan unit pompa sebesar 12 buah. Pengembangan dilakukan dengan membuat pintu air di setiap saluran sekunder sebanyak 19 buah dan memperbaiki pintu air pada saluran primer dan sekunder masing-masing sebanyak 1 buah, agar sistem tata airnya bisa dikendalikan dan diatur, sehingga hasil budidaya pertanian meningkat. Kata kunci: Elevasi, existing , long section , HEC-RAS, cross section, manning. ABSTRACT. Seruyan Regency of Sentral Kalimantan Province generally has sufficient land and water for agriculture, but the potential not used fully optimally. The increasing need of food demand the government to do intensification and extensification. Pematang Limau Swamp Irrigation Area (S.I.A) l
{"title":"EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI RAWA PASANG SURUT TERHADAP POLA OPERASI PINTU AIR D.I.R PEMATANG LIMAU KABUPATEN SERUYAN","authors":"hairin noor, S. Suhardjono, T. Prayogo","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.2","url":null,"abstract":"ABSTRAK: Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah secara umum memiliki lahan dan air yang cukup tersedia untuk pertanian, tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Meningkatnya kebutuhan pangan menuntut pemerintah melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Daerah Irigasi Rawa (D.I.R) Pematang Limau yang berada di Kabupaten Seruyan dipengaruhi oleh muka air pasang surut yang terjadi pada DAS Seruyan. Pada musim hujan, muka air meningkat akibat air pasang dan curah hujan. Sementara di musim kemarau lahan pertanian menjadi kering. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan pola operasi pintu air. Pola operasi pintu air bertujuan untuk mengatur tinggi muka air di saluran. Untuk mengetahui profil perubahannya dilakukan pemodelan. Pemodelan dilakukan pada profil memanjang ( long section ) di saluran primer dengan bantuan HEC-RAS 5.0.1 pada kondisi kering. Simulasi dilakukan dalam empat kondisi: (1) simulasi berdasarkan input data debit air pasang tanpa pintu air, (2) simulasi dengan pintu air ( existing ), (3) simulasi dengan merubah lebar pintu air saluran primer dari 1 m menjadi 1,5 m dan (4) merubah koefisien manning dari 0,027 menjadi 0,018 . Dari beberapa simulasi yang dibuat, simulasi kedua menunjukan elevasi muka air tertinggi pada cross section 1-12, namun tidak mampu menggenangi lahan yang berada di cross section 10-12. Langkah penanganan selanjutnya adalah dengan menutup pintu air pada saluran primer ketika puncak debit pasang, serta membuat rekomendasi setiap saluran sekunder dibuat pintu air dan ketika proses pasang berlangsung pintu-pintu tersebut ditutup. Langkah ini dilakukan untuk membuat elevasi muka air menjadi rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan kedalaman genangan pada lahan sebesar 0,001 m atau 1 mm jika secara bersamaan, sedangkan jika dilakukan secara bergilir 0,015 m atau 1,5 cm. Berdasarkan hasil perhitungan genangan yang terjadi akibat hujan diperoleh 0,061 m atau 6,1 cm, sedangkan hasil perhitungan di saat pasang dan bersamaan terjadinya hujan diperoleh 0,062 m atau 6,2 cm. Alternatif terakhir untuk mengatasi kekeringan di saat musim kemarau adalah dengan sistem pompanisasi. Hasil perhitungan dengan lama operasi pompa 10 jam/hari selama 6 hari, jika kedalaman genangan (y) 5 cm, maka kebutuhan unit pompa sebesar 12 buah. Pengembangan dilakukan dengan membuat pintu air di setiap saluran sekunder sebanyak 19 buah dan memperbaiki pintu air pada saluran primer dan sekunder masing-masing sebanyak 1 buah, agar sistem tata airnya bisa dikendalikan dan diatur, sehingga hasil budidaya pertanian meningkat. Kata kunci: Elevasi, existing , long section , HEC-RAS, cross section, manning. ABSTRACT. Seruyan Regency of Sentral Kalimantan Province generally has sufficient land and water for agriculture, but the potential not used fully optimally. The increasing need of food demand the government to do intensification and extensification. Pematang Limau Swamp Irrigation Area (S.I.A) l","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114564297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-05-31DOI: 10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.1
Mario Thadeus, Moh. Sholichin, Runi Asmaranto
Abstrak: PDAM Kota Blitar memiliki 19 sumur bor yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat Kota Blitar. Saat ini, hanya 6 sumur bor yang masih berfungsi yaitu SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, sedangkan 13 sumur lainnya sudah tidak berfungsi karena terjadi penurunan muka airtanah yaitu SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, dan SD 16. Penelitian mengenai penurunan muka air tanah pada daerah studi menggunakan analisa FEMWATER pada paket program Groundwater Modelling System (GMS) 4.0. dimana output dari program GMS 4.0. adalah sebaran nilai pressure head , total head , dan kedalaman muka airtanah. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi tiap periode pembangunan sumur bor, simulasi kemampuan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kota Blitar hingga tahun 2029, dan simulasi untuk mencari debit optimal dari masing-masing sumur bor yang sebaiknya dikeluarkan. Pada periode pembangunan sumur bor tahun 1996, sebaran pressure head dan total head serta kedalaman muka airtanah pada sumur SD 1, SD 2, SD 3, dan SD 4 berada pada kedalaman yang mendekati screen bawah sumur sehingga menyebabkan tidak berfungsinya lagi keempat sumur tersebut. Penurunan kedalaman muka airtanah tersebut terjadi akibat adaya pembangunan sumur baru yaitu sumur SD 7 dan SD 8. Untuk pemenuhan kebutuhan air di tahun 2029, diambil asumsi sumur yang sudah tidak berfungsi lagi dapat diperbaiki dan difungsikan kembali. Dari 13 sumur yang rusak, hanya 10 sumur yang dapat diperbaiki, 3 lainnya tidak dapat diperbaiki karena lubang sumur yang sudah tidak ada. Hasil simulasi menunjukan, terdapat 10 sumur yang memiliki nilai pressure head di bawah screen bawah sumur yaitu sumur SD 1, SD 8, SD 9, SD 12, SD 13, SD 14, SD 15, SD 16, SD 18, dan SD 20. Tentunya membutuhkan tindakan konservasi terhadap airtanah sedini mungkin yaitu pengamanan daerah resapan sebagai daerah imbuhan di bagian hulu pada daerah studi. Kata kunci : Kedalaman muka airtanah, ketinggian tekanan, ketinggian total, GMS 4.0. Abstract: PDAM in Blitar city has 19 wells bore which is used to fulfill the raw water needs of Blitar City. Currently, only 6 wells are still functioning, namely SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, while 13 other wells are not functioning due to the decrease of groundwater face that is SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, and SD 16. Research on groundwater level reduction in the study area using FEMWATER analysis in the Groundwater Modeling System (GMS) program package 4.0. w here the output of the program is GMS 4.0. Is the distribution of pressure head, total head, and groundwater depth. The simulations carried out in this research are the simulation of each well bore development period, the simulation of well bore capability to meet the raw water needs in Blitar City until 2029, and simulation to find the optimal debit from each wells that should be issued. During the period of 1996 boreho
{"title":"ANALISA SEBARAN TEKANAN AIRTANAH PADA CEKUNGAN AIRTANAH BRANTAS DAN UPAYA KONSERVASI DI KOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR","authors":"Mario Thadeus, Moh. Sholichin, Runi Asmaranto","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.1","url":null,"abstract":"Abstrak: PDAM Kota Blitar memiliki 19 sumur bor yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat Kota Blitar. Saat ini, hanya 6 sumur bor yang masih berfungsi yaitu SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, sedangkan 13 sumur lainnya sudah tidak berfungsi karena terjadi penurunan muka airtanah yaitu SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, dan SD 16. Penelitian mengenai penurunan muka air tanah pada daerah studi menggunakan analisa FEMWATER pada paket program Groundwater Modelling System (GMS) 4.0. dimana output dari program GMS 4.0. adalah sebaran nilai pressure head , total head , dan kedalaman muka airtanah. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi tiap periode pembangunan sumur bor, simulasi kemampuan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air baku di Kota Blitar hingga tahun 2029, dan simulasi untuk mencari debit optimal dari masing-masing sumur bor yang sebaiknya dikeluarkan. Pada periode pembangunan sumur bor tahun 1996, sebaran pressure head dan total head serta kedalaman muka airtanah pada sumur SD 1, SD 2, SD 3, dan SD 4 berada pada kedalaman yang mendekati screen bawah sumur sehingga menyebabkan tidak berfungsinya lagi keempat sumur tersebut. Penurunan kedalaman muka airtanah tersebut terjadi akibat adaya pembangunan sumur baru yaitu sumur SD 7 dan SD 8. Untuk pemenuhan kebutuhan air di tahun 2029, diambil asumsi sumur yang sudah tidak berfungsi lagi dapat diperbaiki dan difungsikan kembali. Dari 13 sumur yang rusak, hanya 10 sumur yang dapat diperbaiki, 3 lainnya tidak dapat diperbaiki karena lubang sumur yang sudah tidak ada. Hasil simulasi menunjukan, terdapat 10 sumur yang memiliki nilai pressure head di bawah screen bawah sumur yaitu sumur SD 1, SD 8, SD 9, SD 12, SD 13, SD 14, SD 15, SD 16, SD 18, dan SD 20. Tentunya membutuhkan tindakan konservasi terhadap airtanah sedini mungkin yaitu pengamanan daerah resapan sebagai daerah imbuhan di bagian hulu pada daerah studi. Kata kunci : Kedalaman muka airtanah, ketinggian tekanan, ketinggian total, GMS 4.0. Abstract: PDAM in Blitar city has 19 wells bore which is used to fulfill the raw water needs of Blitar City. Currently, only 6 wells are still functioning, namely SD 5, SD 10, SD 14, SD 17, SD 18, while 13 other wells are not functioning due to the decrease of groundwater face that is SD 1, SD 2, SD 3, SD 4, SD 6, SD 7, SD 8, SD 9, SD 11, SD 12, SD 13, SD 15, and SD 16. Research on groundwater level reduction in the study area using FEMWATER analysis in the Groundwater Modeling System (GMS) program package 4.0. w here the output of the program is GMS 4.0. Is the distribution of pressure head, total head, and groundwater depth. The simulations carried out in this research are the simulation of each well bore development period, the simulation of well bore capability to meet the raw water needs in Blitar City until 2029, and simulation to find the optimal debit from each wells that should be issued. During the period of 1996 boreho","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"196 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116348619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-05-31DOI: 10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.5
Rahma Rismasari, Donny Harisuseno, Andre Primantyo Hendrawan
ABSTRAK : Permasalahan genangan yang terjadi di daerah perkotaan mengekspresikan tidak terakomodirnya dengan baik kapasitas saluran drainase dan ketersediaan daerah resapan. Begitupun yang terjadi di Kawasan Pilang Probolinggo. Genangan menjadi permasalahan tahunan saat musim hujan tiba. Penelitian ini mengkaji penanggulangan genangan secara terintegrasi antara sistem baru yang diusulkan berupa sumur tampungan, dan kolam detensi dengan sistem drainase eksisting. Curah hujan rancangan dihitung dengan metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III untuk kemudian dibandingkan hasilnya, dan dipilih yang memenuhi persyaratan. Karena merupakan integrasi dari kerja 2 (dua) sistem drainase, sehingga perlu dianalisis potensi dalam mereduksi genangan dan potensi dalam menambah waktu tiba banjir. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kejadian genangan historis mendekati perhitungan intensitas hujan kala ulang 2 tahun, sehingga sistem yang diusulkan didesain atas dasar debit rancangan kala ulang 5 tahun. Curah hujan rancangan diperoleh dengan metode Log Person Tipe III sebesar 125.304 mm. Dari hasil evaluasi kapasitas saluran terhadap debit rancangan, terdapat 12 saluran drainase eksisting yang kapasitasnya tidak memadai dalam menerima beban debit rancangan. Upaya penanggulangan secara terintegrasi dapat mereduksi genangan hingga 100%, dan dapat menunda waktu tiba banjirnya sebesar 83% pada 12 saluran yang diidentifikasikan terjadi genangan tersebut. Kata kunci : genangan, waktu konsentrasi, sistem drainase terintegrasi, reduksi banjir, sumur tampungan ABSTRACT : The problem of inundation that occurs in urban areas expresses not well accommodated drainage channel capacity and availability of catchment areas . Likewise that happened in the area of Pilang Probolinggo. Inundation becomes an annual problem when the rainy season arrives. This study examines integrated inundation management between proposed new systems of storage wells, and detention pools with existing drainage systems. The design rainfall is calculated by Gumbel method and Log Person Type III Method, then compared the results, and selected eligible. Because it is an integration of the work of 2 (two) drainage systems, so it needs to be analyzed the potential in reducing the inundation and the potential in increasing the flood arrival time. From the analysis results obtained that the occurrence of historical inundation approach the calculation of rain intensity when re-2 years, so that the proposed system is designed on the basis of discharge design 5-year re-design. The design rainfall is obtained by Log Person Type III method of 125.304 mm. From the evaluation of channel capacity to discharge design, there are 12 existing drainage channels whose capacity is inadequate in accepting the design discharge load. Integrated mitigation efforts can reduce the inundation to 100%, and can delay the flooding time of 83% in the 12 channels identified in the inundation. Keywords : inundation, time of concentra
抽象:城市水坑的问题很好地表达了排水管道的能力和消融区域的可用性。然而在主干道上发生了什么。雨季时,水坑常常是个问题。这项研究考察了拟议中的新供水系统与现有排水系统之间的综合对策。设计的降水是用Gumbel方法和III类型的原木方法来计算的,然后对结果进行比较,并选择符合要求的。因为它是工作队2(2)排水系统的集成,所以有必要分析水坑转生的潜力和洪水增加时间延迟的潜力。根据分析,历史上的积水事件接近2年降雨强度的计算,因此建议的系统是在5年的设计借鉴基础上设计的。计划降水由3类人登录方法获得,共计125,304毫米。在对设计流量能力的评估中,有12个导管存在,它们没有足够的排水能力来接收设计的放电。合成对策可以将死水还原到100%,并可以将12个确诊渠道中的83%的洪水推迟到死水。关键词:死水、集中时间、集成排水系统、减少洪水、消灾井:城市景观中发生的动物保护的问题并不好,无法很好地适应下水道面积和捕获区域。也许这发生在主干道的范围内。雨季来临时,传染病来了。这项研究是关于新储存井系统和现有排水系统的拘留措施之间的综合管理。设计rainfall是由Gumbel method和Log Person III method calculated,然后比较推荐,并列eligible。因为这是2 (2)drainage系统的集成,所以它需要分析潜在的抑制和增加流动时间的可能性。从分析结果中可以看出,过去两年里雨的本质本质上得到证实,所以在5年的设计基础上建立了鼓励系统。rainfall设计由Log Person III method合成,共计125,304毫米。从对电路局的评估来看,有12个存在的导轨电路局正在接受设计负荷。综合的预防措施可以减少百分之百的基础,也可以缩短12频道中83%的波动时间。基本的,集中的时间,集成drainage系统,低流量,存储井
{"title":"KAJIAN PENANGGULANGAN GENANGAN YANG TERINTEGRASI DI KAWASAN PILANG, PROBOLINGGO","authors":"Rahma Rismasari, Donny Harisuseno, Andre Primantyo Hendrawan","doi":"10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2018.009.01.5","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Permasalahan genangan yang terjadi di daerah perkotaan mengekspresikan tidak terakomodirnya dengan baik kapasitas saluran drainase dan ketersediaan daerah resapan. Begitupun yang terjadi di Kawasan Pilang Probolinggo. Genangan menjadi permasalahan tahunan saat musim hujan tiba. Penelitian ini mengkaji penanggulangan genangan secara terintegrasi antara sistem baru yang diusulkan berupa sumur tampungan, dan kolam detensi dengan sistem drainase eksisting. Curah hujan rancangan dihitung dengan metode Gumbel dan Metode Log Person Tipe III untuk kemudian dibandingkan hasilnya, dan dipilih yang memenuhi persyaratan. Karena merupakan integrasi dari kerja 2 (dua) sistem drainase, sehingga perlu dianalisis potensi dalam mereduksi genangan dan potensi dalam menambah waktu tiba banjir. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kejadian genangan historis mendekati perhitungan intensitas hujan kala ulang 2 tahun, sehingga sistem yang diusulkan didesain atas dasar debit rancangan kala ulang 5 tahun. Curah hujan rancangan diperoleh dengan metode Log Person Tipe III sebesar 125.304 mm. Dari hasil evaluasi kapasitas saluran terhadap debit rancangan, terdapat 12 saluran drainase eksisting yang kapasitasnya tidak memadai dalam menerima beban debit rancangan. Upaya penanggulangan secara terintegrasi dapat mereduksi genangan hingga 100%, dan dapat menunda waktu tiba banjirnya sebesar 83% pada 12 saluran yang diidentifikasikan terjadi genangan tersebut. Kata kunci : genangan, waktu konsentrasi, sistem drainase terintegrasi, reduksi banjir, sumur tampungan ABSTRACT : The problem of inundation that occurs in urban areas expresses not well accommodated drainage channel capacity and availability of catchment areas . Likewise that happened in the area of Pilang Probolinggo. Inundation becomes an annual problem when the rainy season arrives. This study examines integrated inundation management between proposed new systems of storage wells, and detention pools with existing drainage systems. The design rainfall is calculated by Gumbel method and Log Person Type III Method, then compared the results, and selected eligible. Because it is an integration of the work of 2 (two) drainage systems, so it needs to be analyzed the potential in reducing the inundation and the potential in increasing the flood arrival time. From the analysis results obtained that the occurrence of historical inundation approach the calculation of rain intensity when re-2 years, so that the proposed system is designed on the basis of discharge design 5-year re-design. The design rainfall is obtained by Log Person Type III method of 125.304 mm. From the evaluation of channel capacity to discharge design, there are 12 existing drainage channels whose capacity is inadequate in accepting the design discharge load. Integrated mitigation efforts can reduce the inundation to 100%, and can delay the flooding time of 83% in the 12 channels identified in the inundation. Keywords : inundation, time of concentra","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124138233","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-05-31DOI: 10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.6
Adhe Indra Nurprayogo, Widandi Soetopo, Emma Yuliani
ABSTRAK : Dengan semakin menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil maka perlu adanya energi alternatif pengganti yang baru dan terbarukan (Anonim, 2013). Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu alternatif energi yang relatif lebih stabil untuk memenuhi akan kebutuhan energi listrik. Dalam studi ini dilakukan optimasi terhadap skema PLTM Rantau Suli yang dilakukan dengan cara menentukan besar tinggi jatuh optimal, diameter pipa pembawa yang optimal dan pemilihan turbin yang tepat. Selain itu penentuan grafik flow duration curve juga sangat berpengaruh kepada simulasi energi yang dihasilkan. Hasil dari studi ini didapatkan skema dengan tinggi jatuh 110,1 meter dan panjang pipa pembawa adalah 1957 meter merupakan skema terbaik, dengan grafik FDC dari pembangkitan metode F.J. Mock sehingga dapat menghasilkan energi listrik tahunan sebesar 11,92 GWH yang dibangkitkan menggunakan turbin Francis dengan nilai biaya energi yang terendah yaitu sebesar Rp. 532,3 per kwh. PLTM Rantau Suli direncanakan berumur selama 30 tahun yang memiliki IRR sebesar 14,46%. Kata kunci : PLTM, flow duration curve , energi listrik tahunan, turbin, biaya energi ABSTRACT : F ossil fuels are decreased, So there are needs a renewable alternative energy replacement (Anonymous, 2013). The hydroelectric power plant is one of stable energy alternatives to supply the demand for electrical energy. In this study, the optimization of the Rantau Suli HEPP scheme is done by determining optimalization of head, optimalization of penstock diameter and the selection of turbine. In addition, the determination of flow duration curve graph is also very important to the simulation of the energy produced. The results of this study obtained schemes with a head of 110.1 meters and the length of penstock is 1957 meters, And FDC graphs from F.J Mock method is selected. So Rantau Suli HEPP can produce an annual electrical energy of 11.92 GWH a year which is generated using a Francis turbine with the lowest energy cost value of Rp. 532.3 per kwh. Rantau Suli HEPP is planned to be 30 years old with IRR of 14.46%.
{"title":"KAJIAN OPTIMASI SKEMA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HYDRO RANTAU SULI di KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI","authors":"Adhe Indra Nurprayogo, Widandi Soetopo, Emma Yuliani","doi":"10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.6","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Dengan semakin menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil maka perlu adanya energi alternatif pengganti yang baru dan terbarukan (Anonim, 2013). Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu alternatif energi yang relatif lebih stabil untuk memenuhi akan kebutuhan energi listrik. Dalam studi ini dilakukan optimasi terhadap skema PLTM Rantau Suli yang dilakukan dengan cara menentukan besar tinggi jatuh optimal, diameter pipa pembawa yang optimal dan pemilihan turbin yang tepat. Selain itu penentuan grafik flow duration curve juga sangat berpengaruh kepada simulasi energi yang dihasilkan. Hasil dari studi ini didapatkan skema dengan tinggi jatuh 110,1 meter dan panjang pipa pembawa adalah 1957 meter merupakan skema terbaik, dengan grafik FDC dari pembangkitan metode F.J. Mock sehingga dapat menghasilkan energi listrik tahunan sebesar 11,92 GWH yang dibangkitkan menggunakan turbin Francis dengan nilai biaya energi yang terendah yaitu sebesar Rp. 532,3 per kwh. PLTM Rantau Suli direncanakan berumur selama 30 tahun yang memiliki IRR sebesar 14,46%. Kata kunci : PLTM, flow duration curve , energi listrik tahunan, turbin, biaya energi ABSTRACT : F ossil fuels are decreased, So there are needs a renewable alternative energy replacement (Anonymous, 2013). The hydroelectric power plant is one of stable energy alternatives to supply the demand for electrical energy. In this study, the optimization of the Rantau Suli HEPP scheme is done by determining optimalization of head, optimalization of penstock diameter and the selection of turbine. In addition, the determination of flow duration curve graph is also very important to the simulation of the energy produced. The results of this study obtained schemes with a head of 110.1 meters and the length of penstock is 1957 meters, And FDC graphs from F.J Mock method is selected. So Rantau Suli HEPP can produce an annual electrical energy of 11.92 GWH a year which is generated using a Francis turbine with the lowest energy cost value of Rp. 532.3 per kwh. Rantau Suli HEPP is planned to be 30 years old with IRR of 14.46%.","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128069920","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-05-31DOI: 10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.4
Dian Ernawati, Widandi Soetopo, Moch. Sholichin
ABSTRAK : Kebutuhan pengalokasian air di lahan pada setiap wilayah sangatlah berbeda. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan perbedaan ini adalah kebiasaan petani di masing-masing daerah dalam mengairi sawahnya. Studi ini difokuskan pada efisiensi pengalokasian air irigasi antara kebutuhan penggenangan dan ketersediaan air pada Daerah Irigasi (DI) Kedungkandang Malang dengan membandingkan antara kebutuhan air yang dihitung berdasarkan metode Faktor Palawija Relatif (FPR) yang biasa diterapkan di Jawa Timur, kebiasaan masyarakat di masing-masing lokasi dalam mengenangi sawahnya di setiap fase pertumbuhan tanaman,dengan pengalokasian debit air pada sawah yang tercatat pada Dinas Sumberdaya Air Provinsi Jawa Timur yang bertanggung jawab atas Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) DI Kedungkandang Malang.Nilai efisiensi rata-rata tiap musim tanam sebesar MT I = 1,20 (kriteria berlebihan), MT II = 1,19 (kriteria berlebihan), MT III = 1,28 (Kriteria berlebihan). Setelah direncanakan operasi pengendalian pintu maka efisiensi berubah menjadi MT I = 1,051 ≈ 1 (kriteria cukup), MT II = 1,075 ≈ 1 (kriteria cukup), MT III = 1,090 ≈ (kriteria cukup). Kata kunci : Efisiensi, alokasi air, Irigasi, pengelolaan irigasi, faktor palawija relatif. Abstract. The need for water allocation in the land in each region is very different. One of the factors that can cause this difference is the farmers' habit in each region in irrigating their fields. This study focuses on balancing the allocation of irrigation water between the inundation requirements and the availability of water in Kedungkandang irrigation area Malang by comparing the water requirements calculated based on the community's customs in each location in winning the rice fields in each phase of plant growth, with the allocation of water discharge on rice fields recorded at the Water Resources Office of East Java Province responsible for the Task of Maintenance of Operation and Maintenance (TPOP) in Kedungkandang irrigation area. The value of the allocation of irrigations each planting seasons (MT) are MT I = 1,20 (over measure), MT II = 1,19 (overmeasure), MT III=1,28 (over measure). After planed control of the gate, the efficiency change into MT I =1,051≈1 (adequate), MT II = 1,075 ≈ 1 (adequate), MT III = 1,090 ≈ ( Adequate) Keywords : efficiency, water allocation,irrigations, irrigations management, palawija relative factor.
抽象地:在每个地区分配土地上分配水的需求是完全不同的。造成这种差异的一个因素是每个地区的农民在灌溉稻田方面的做法。本研究聚焦于效率分配灌溉用水penggenangan需求和供给之间的灌溉(地区)Kedungkandang用水需求比较可怜的计算方法根据作物相对因素(FPR)的应用,在东爪哇,社会习惯在每个植物生长阶段mengenangi他的稻田里的位置和分配流量,省水在自然资源的服务记录的稻田东爪哇负责马朗地区的业务援助和维护(TPOP)任务。每个生长季的平均效率是MT I = 1.20(高标准),MT II = 1.19(高标准),MT III = 1.28(高标准)。行动计划控制门后效率就会变成MT . I = 1,051≈1(足够的)标准,MT II = 1,075≈1(足够的)标准,MT III = 1,090≈(足够的)标准。关键词:效率、水分配、灌溉、灌溉管理、相对农业因素。抽象。在每个地区,对水适应土地的需求是完全不同的。造成这种差异的原因之一是农民在每个地区的土地上都感到困惑。这些研究表明,在地基条件和较低地区的水之间的可稀释性和可负担地区的可负担受到损害,这些研究表明,在植物生长的每阶段,在社区的每一个角落,在社区的每一个角落,在水稻场的每一个角落,在东爪哇省的水资源部门被分配到负责清算区域的特别工作组时,允许在稻田上释放水。每个季节烦恼的比率是MT I= 1.20, MT II= 1.19, MT III= measure。planed控制门》之后,《新版改变进入MT . I = 1,051≈1 (adequate), MT II = 1,075≈1 (adequate), MT III = 1,090≈(adequate)安装:新版,水allocation, irrigations irrigations管理作物亲戚因子。
{"title":"ANALISA TINGKAT EFISIENSI ALOKASI AIR IRIGASI D.I. KEDUNGKANDANG MALANG","authors":"Dian Ernawati, Widandi Soetopo, Moch. Sholichin","doi":"10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.PENGAIRAN.2018.009.01.4","url":null,"abstract":"ABSTRAK : Kebutuhan pengalokasian air di lahan pada setiap wilayah sangatlah berbeda. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan perbedaan ini adalah kebiasaan petani di masing-masing daerah dalam mengairi sawahnya. Studi ini difokuskan pada efisiensi pengalokasian air irigasi antara kebutuhan penggenangan dan ketersediaan air pada Daerah Irigasi (DI) Kedungkandang Malang dengan membandingkan antara kebutuhan air yang dihitung berdasarkan metode Faktor Palawija Relatif (FPR) yang biasa diterapkan di Jawa Timur, kebiasaan masyarakat di masing-masing lokasi dalam mengenangi sawahnya di setiap fase pertumbuhan tanaman,dengan pengalokasian debit air pada sawah yang tercatat pada Dinas Sumberdaya Air Provinsi Jawa Timur yang bertanggung jawab atas Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) DI Kedungkandang Malang.Nilai efisiensi rata-rata tiap musim tanam sebesar MT I = 1,20 (kriteria berlebihan), MT II = 1,19 (kriteria berlebihan), MT III = 1,28 (Kriteria berlebihan). Setelah direncanakan operasi pengendalian pintu maka efisiensi berubah menjadi MT I = 1,051 ≈ 1 (kriteria cukup), MT II = 1,075 ≈ 1 (kriteria cukup), MT III = 1,090 ≈ (kriteria cukup). Kata kunci : Efisiensi, alokasi air, Irigasi, pengelolaan irigasi, faktor palawija relatif. Abstract. The need for water allocation in the land in each region is very different. One of the factors that can cause this difference is the farmers' habit in each region in irrigating their fields. This study focuses on balancing the allocation of irrigation water between the inundation requirements and the availability of water in Kedungkandang irrigation area Malang by comparing the water requirements calculated based on the community's customs in each location in winning the rice fields in each phase of plant growth, with the allocation of water discharge on rice fields recorded at the Water Resources Office of East Java Province responsible for the Task of Maintenance of Operation and Maintenance (TPOP) in Kedungkandang irrigation area. The value of the allocation of irrigations each planting seasons (MT) are MT I = 1,20 (over measure), MT II = 1,19 (overmeasure), MT III=1,28 (over measure). After planed control of the gate, the efficiency change into MT I =1,051≈1 (adequate), MT II = 1,075 ≈ 1 (adequate), MT III = 1,090 ≈ ( Adequate) Keywords : efficiency, water allocation,irrigations, irrigations management, palawija relative factor.","PeriodicalId":236511,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Pengairan","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128712637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}