Pub Date : 2023-06-29DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.262
Usman Maarif
Pemberdayaan masyarakat desa wisata Pujon Kidul telah berhasil menjadikan desa pujon kidul yang awalnya adalah desa miskin menjadi desa wisata yang maju dan mandiri. Artikel ini mengkaji tentang peran modal sosial dalam pemberdayan masyarakat di Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif pustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa modal social memiliki banyak peran dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa pujon kidul. Elemen-elemen modal social secara sistemik mendukung tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat. Modal social yang ada di masyarakat desa pujon kidul telah mendorong terbentuknya relasi sosial dan menjadi energi yang memudahkan dan mempercepat pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di desa pujon kidul.
{"title":"Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Masyarakat Desa Wisata Pujon Kidul Malang","authors":"Usman Maarif","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.262","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.262","url":null,"abstract":"Pemberdayaan masyarakat desa wisata Pujon Kidul telah berhasil menjadikan desa pujon kidul yang awalnya adalah desa miskin menjadi desa wisata yang maju dan mandiri. Artikel ini mengkaji tentang peran modal sosial dalam pemberdayan masyarakat di Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif pustaka. Hasil studi menunjukkan bahwa modal social memiliki banyak peran dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa pujon kidul. Elemen-elemen modal social secara sistemik mendukung tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat. Modal social yang ada di masyarakat desa pujon kidul telah mendorong terbentuknya relasi sosial dan menjadi energi yang memudahkan dan mempercepat pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di desa pujon kidul. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114377689","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.265
Wahanani Mawasti, Allan Surya
Perkembangan dakwah di era 4.0 banyak memunculkan dai-dai milenial yang berdakwah melalui youtube. Dakwah dai milenial melalui youtube mampu menarik minat generasi milenial dalam mempelajari Islam. Hal tersebut ditunjukan dari jumlah penonton video youtube maupun komentar-komentar positif yang diberikan di kolom komentar. Artikel ini mengkaji tentang bagaimana dai milenial menyampaikan pesan melalui media youtube sehingga bisa menarik generasi milenial untuk mempelajari Islam. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi pustaka melalui komparasi terhadap video-video ceramah 4 dai milenial. Dari kajian ini menunjukan bahwa, dai-dai milenial memiliki kesamaan dalam mengemas pesan dakwah yaitu banyak menggunakan pesan dakwah yang bersifat majasi, khususnya majas yang berbentuk perbandingan. Majas perbandingan dalam pesan dakwah memiliki peranan diantaranya: memudahkan generasi milenial dalam memahami materi dakwah, memberikan sentuhan perasaan, tidak bersifat menggurui sehingga lebih mudah diterima oleh generasi milenial, serta memudahkan internalisasi nilai-nilai pada generasi milinieal pada kegiatan dakwah melalui youtube.
{"title":"Pesan Dakwah Majasi untuk Meningkatkan Internalisasi Nilai Islam Pada Generasi Milenial","authors":"Wahanani Mawasti, Allan Surya","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.265","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.265","url":null,"abstract":"Perkembangan dakwah di era 4.0 banyak memunculkan dai-dai milenial yang berdakwah melalui youtube. Dakwah dai milenial melalui youtube mampu menarik minat generasi milenial dalam mempelajari Islam. Hal tersebut ditunjukan dari jumlah penonton video youtube maupun komentar-komentar positif yang diberikan di kolom komentar. Artikel ini mengkaji tentang bagaimana dai milenial menyampaikan pesan melalui media youtube sehingga bisa menarik generasi milenial untuk mempelajari Islam. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi pustaka melalui komparasi terhadap video-video ceramah 4 dai milenial. Dari kajian ini menunjukan bahwa, dai-dai milenial memiliki kesamaan dalam mengemas pesan dakwah yaitu banyak menggunakan pesan dakwah yang bersifat majasi, khususnya majas yang berbentuk perbandingan. Majas perbandingan dalam pesan dakwah memiliki peranan diantaranya: memudahkan generasi milenial dalam memahami materi dakwah, memberikan sentuhan perasaan, tidak bersifat menggurui sehingga lebih mudah diterima oleh generasi milenial, serta memudahkan internalisasi nilai-nilai pada generasi milinieal pada kegiatan dakwah melalui youtube.","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127504609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.261
Mimi Maolani
Tulisan ini bertujuan mengkritik pemikiran relativisme moral yang dibangun dari temuan-temuan baru di bidang neuroscience. Pemikiran ini kerap dipropagandakan seraya menempatkan moralitas umat beragama sebagai hal yang irasional, mengada-ada serta ketinggalan zaman. Hal ini menjadi tantangan dakwah nilai-nilai moral islam yang rasional dan universal. Para da’i perlu memahami antitesa pemikiran tersebut supaya dapat menjawab argumentasinya di lapangan dakwah. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis kritik. Analisis kritik berpijak pada teori koherence, korespondensi dan pragmatis. Kelemahan pemikiran ini diantaranya mereduksi moralitas jadi sekedar simpati, dan meniadaan aspek lain dalam pembentukan moral. Pendekatan dan metode yang digunakan tidak tepat. Penyimpulan relativisme moral dari argumen-argumen dan skenario-skenario penilaian moral dalam eksperiment neuroscience tidak sah, sebaliknya studi ini menemukan adanya rasionalitas, objektivitas dan universalitas nilai moral dibalik argumen yang diajukan. Pemikiran relativisme ini tidak bisa diterapkan dalam penilaian moral non sosial, mengakibatkan orang menjadi skeptis pada penjelasan rasional atas penilaian moral, serta mengambil keputusan moral secara instingtif, tidak mengukur kembali dampak perbuatannya pada tujuannya, sehingga membawa keburukan bagi diri dan lingkungannya.
{"title":"Kritik Pemikiran Relativisme Moral yang Dibangun dari Temuan di Bidang Neuroscience","authors":"Mimi Maolani","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.261","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan mengkritik pemikiran relativisme moral yang dibangun dari temuan-temuan baru di bidang neuroscience. Pemikiran ini kerap dipropagandakan seraya menempatkan moralitas umat beragama sebagai hal yang irasional, mengada-ada serta ketinggalan zaman. Hal ini menjadi tantangan dakwah nilai-nilai moral islam yang rasional dan universal. Para da’i perlu memahami antitesa pemikiran tersebut supaya dapat menjawab argumentasinya di lapangan dakwah. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis kritik. Analisis kritik berpijak pada teori koherence, korespondensi dan pragmatis. Kelemahan pemikiran ini diantaranya mereduksi moralitas jadi sekedar simpati, dan meniadaan aspek lain dalam pembentukan moral. Pendekatan dan metode yang digunakan tidak tepat. Penyimpulan relativisme moral dari argumen-argumen dan skenario-skenario penilaian moral dalam eksperiment neuroscience tidak sah, sebaliknya studi ini menemukan adanya rasionalitas, objektivitas dan universalitas nilai moral dibalik argumen yang diajukan. Pemikiran relativisme ini tidak bisa diterapkan dalam penilaian moral non sosial, mengakibatkan orang menjadi skeptis pada penjelasan rasional atas penilaian moral, serta mengambil keputusan moral secara instingtif, tidak mengukur kembali dampak perbuatannya pada tujuannya, sehingga membawa keburukan bagi diri dan lingkungannya.","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114936425","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.224
Sri Wahyuni
Puisi yang indah tidak terlepas penggunaan gaya bahasa yang tepat sehingga menjadikan puisi lebih hidup, memiliki kekuatan ekspresi, segar dan berkesan. Salah satu puisi Gus Mus yang berjudul ‘’Selamat Tahun Baru Kawan’’, viral di media sosial setiap pergantian malam tahun baru serta menuai respon positif oleh banyak orang. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari penggunaan gaya bahasa yang bermutu. Tujuan studi ini adalah mengetahui ragam gaya bahasa yang digunakan oleh K.H. Ahmad Mustofa Bisri pada puisi berjudul,’’ Selamat Tahun Baru Kawan’’ sekaligus fungsi gaya bahasa tersebut. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, tulisan ini berusaha menganalisis gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa pada puisi ‘’Selamat Tahun Baru Kawan’’. Hasil studi ini didapatkan terdapat penggunaan ragam gaya bahasa kiasan diantaranya yaitu simile, ironi, eufimisme, metafora, sarkasme, alusi. Serta ragam gaya bahasa retoris diantaranya yaitu asindeton, erotesis, polisindeton, oksimoron, aliterasi, asonansi, paradoks. Fungsi gaya bahasa kiasan pada puisi tersebut untuk memberikan kejelasan gambaran sejatinya manusia sebagai hamba Allah. Memberikan teguran, sindiran kepada mad’u dengan ungkapan yang halus sehingga terdapat perubahan yang lebih baik dalam menjalankan rukun Islam. Sedangkan Fungsi ragam gaya bahasa retoris yaitu membuat puisi lebih menarik karena susunan rangkaian kata dan kalimat puisi mengandung keindahan dan kesegaran.
优美的诗歌不顾恰当的措辞,使诗歌生动、表达能力强、清新、难忘。格斯·穆斯(Gus Mus)的一首名为“新年快乐,朋友”(happy new year)的诗歌在社交媒体上迅速走红,得到了许多人的好评。成功并不在于使用高质量的修辞技巧。这项研究的目的是了解K.H. Ahmad Mustofa Bisri在一首名为“新年快乐的朋友”的诗中使用的各种语言风格。该研究采用描述性定性方法,这篇论文试图分析诗歌“朋友新年快乐”的语言风格和语义功能。该研究包括使用明喻、讽刺、委婉、隐喻、讽刺和诡辩等修辞手法。以及其中包括asindeton, erology, polisindeton,矛盾修饰,合理化,异构,矛盾。这首诗中比喻性的修辞手法的作用,以说明人类作为上帝的仆人的真实面貌。对马德说了几句温和的话而修辞风格的作用是使诗歌更有吸引力,因为诗歌的一系列单词和句子包含着美丽和新鲜。
{"title":"Analisa Gaya Bahasa K.H. Ahmad Mustofa Bisri pada Puisi ‘’Selamat Tahun Baru Kawan’’","authors":"Sri Wahyuni","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.224","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.224","url":null,"abstract":"Puisi yang indah tidak terlepas penggunaan gaya bahasa yang tepat sehingga menjadikan puisi lebih hidup, memiliki kekuatan ekspresi, segar dan berkesan. Salah satu puisi Gus Mus yang berjudul ‘’Selamat Tahun Baru Kawan’’, viral di media sosial setiap pergantian malam tahun baru serta menuai respon positif oleh banyak orang. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari penggunaan gaya bahasa yang bermutu. Tujuan studi ini adalah mengetahui ragam gaya bahasa yang digunakan oleh K.H. Ahmad Mustofa Bisri pada puisi berjudul,’’ Selamat Tahun Baru Kawan’’ sekaligus fungsi gaya bahasa tersebut. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, tulisan ini berusaha menganalisis gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa pada puisi ‘’Selamat Tahun Baru Kawan’’. Hasil studi ini didapatkan terdapat penggunaan ragam gaya bahasa kiasan diantaranya yaitu simile, ironi, eufimisme, metafora, sarkasme, alusi. Serta ragam gaya bahasa retoris diantaranya yaitu asindeton, erotesis, polisindeton, oksimoron, aliterasi, asonansi, paradoks. Fungsi gaya bahasa kiasan pada puisi tersebut untuk memberikan kejelasan gambaran sejatinya manusia sebagai hamba Allah. Memberikan teguran, sindiran kepada mad’u dengan ungkapan yang halus sehingga terdapat perubahan yang lebih baik dalam menjalankan rukun Islam. Sedangkan Fungsi ragam gaya bahasa retoris yaitu membuat puisi lebih menarik karena susunan rangkaian kata dan kalimat puisi mengandung keindahan dan kesegaran. \u0000 ","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126891733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.264
Shofyan Affandy
Formulasi strategi adalah proses perencanaan strategis organisasi dalam mengelola sumber dayanya secara optimal demi mencapai visi, misi, dan tujuannya. Analisa SWOT adalah salah satu instrumen manajemen bagi organisasi untuk melakukan formulasi strategi berbasis pada dinamika lingkungan internal dan eksternalnya. Masjid Baitussalam Sidoarjo sedang melakukan reformasi kepengurusan takmir secara periodik. Dalam momentum tersebut, Takmir Masjid Baitussalam perlu merancang suatu perencanaan strategis dakwah secara sistematis dan komprehensif. Hal ini menjadi eksperimentasi untuk menakar sejauhmana relevansi framework formulasi strategi berbasis analisis SWOT mampu beradaptasi pada lingkungan organisasi dakwah masjid. Penelitian dalam artikel ini bertujuan untuk menerapkan instrumen analisis SWOT sebagai framework formulasi strategi dakwah Masjid Baitussalam Sidoarjo. Penelitian lapangan (field research) ini menggunakan metode kualitatif pendekatan rasionalistik, dengan mengkonstruksikan strategi organisasi melalui penerapan framework teori pada studi kasus empiris. Analisis yang digunakan adalah sintesa induktif dari premis data deskriptif lingkungan yang memiliki keterkaitan logis, untuk menghasilkan solusi strategis. Outcome yang dihasilkan adalah seperangkat strategi dakwah periodik yang meliputi strategi optimalisasi kapasitas internal, inovasi pengembangan produk dakwah, intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian donasi, serta akomodasi seluruh elemen jemaah melalui model dakwah yang inklusif dan multikultural. Kata Kunci : Perencanaan Strategis, Analisis SWOT, Formulasi Strategi
{"title":"Formulasi Strategi Dakwah Berbasis Analisis SWOT: Studi Kasus Renstra Masjid Baitussalam Sidoarjo 2023","authors":"Shofyan Affandy","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.264","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.264","url":null,"abstract":"Formulasi strategi adalah proses perencanaan strategis organisasi dalam mengelola sumber dayanya secara optimal demi mencapai visi, misi, dan tujuannya. Analisa SWOT adalah salah satu instrumen manajemen bagi organisasi untuk melakukan formulasi strategi berbasis pada dinamika lingkungan internal dan eksternalnya. Masjid Baitussalam Sidoarjo sedang melakukan reformasi kepengurusan takmir secara periodik. Dalam momentum tersebut, Takmir Masjid Baitussalam perlu merancang suatu perencanaan strategis dakwah secara sistematis dan komprehensif. Hal ini menjadi eksperimentasi untuk menakar sejauhmana relevansi framework formulasi strategi berbasis analisis SWOT mampu beradaptasi pada lingkungan organisasi dakwah masjid. Penelitian dalam artikel ini bertujuan untuk menerapkan instrumen analisis SWOT sebagai framework formulasi strategi dakwah Masjid Baitussalam Sidoarjo. Penelitian lapangan (field research) ini menggunakan metode kualitatif pendekatan rasionalistik, dengan mengkonstruksikan strategi organisasi melalui penerapan framework teori pada studi kasus empiris. Analisis yang digunakan adalah sintesa induktif dari premis data deskriptif lingkungan yang memiliki keterkaitan logis, untuk menghasilkan solusi strategis. Outcome yang dihasilkan adalah seperangkat strategi dakwah periodik yang meliputi strategi optimalisasi kapasitas internal, inovasi pengembangan produk dakwah, intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian donasi, serta akomodasi seluruh elemen jemaah melalui model dakwah yang inklusif dan multikultural. \u0000Kata Kunci : Perencanaan Strategis, Analisis SWOT, Formulasi Strategi","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116424880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.230
Ilham Yosi Ariansyah
Motivasi berperan penting menentukan keberhasilan dakwah seorang dai. Realitas adanya motivasi dalam diri dai dapat diamati dalam upaya Rasulullah kala menghadapi tahun kesedihan. Dilakukan deskripsi motivasi Rasulullah menghadapi tahun kesedihan dalam kerangka self-determination theory (SDT). Kerangka SDT dipilih karena mampu mendeskripsikan jenis, karakteristik, hingga aspek pembentuk motivasi Rasulullah dalam peristiwa tersebut. Metodologi kualitatif deskriptif digunakan dalam studi ini. Data pustaka sejarah digunakan sebagai sumber data. Hasil pustaka sejarah menjelaskan bahwa Rasulullah memiliki motivasi: (1) keyakinan atas kebesaran Allah, kebenaran ajaran Islam dan kebenaran janji Allah atas balasan di akhirat; (2) demi melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah agar semakin banyak orang yang mengenal dan mengimani ajaran Islam serta sebagai bentuk ketakutan kepada Allah, (3) menyelesaikan berbagai masalah aktual yang menghambat kelancaran kegiatan dakwah. Motivasi tersebut merupakan jenis autonomous motivation sub internalized extrinsic motivation, dengan karakteristik adanya penghayatan personal akan nilai penting dari berbagai usaha yang dilakukan, memiliki pertimbangan secara mandiri untuk melakukan ataupun tidak melakukan aktivitas, serta terdapat koherensi dengan nilai-nilai yang telah dimiliki sebelumnya. Internalized extrinsic motivation dalam diri Rasulullah terbentuk karena terpenuhinya tiga aspek kebutuhan dasar dalam SDT, yakni competence, autonomy, dan relatedness serta adanya controlled motivation yang terintegrasi terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut.
{"title":"Motivasi Rasulullah Menghadapi Tahun Kesedihan dalam Kerangka Self-Determination Theory","authors":"Ilham Yosi Ariansyah","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.230","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.230","url":null,"abstract":"Motivasi berperan penting menentukan keberhasilan dakwah seorang dai. Realitas adanya motivasi dalam diri dai dapat diamati dalam upaya Rasulullah kala menghadapi tahun kesedihan. Dilakukan deskripsi motivasi Rasulullah menghadapi tahun kesedihan dalam kerangka self-determination theory (SDT). Kerangka SDT dipilih karena mampu mendeskripsikan jenis, karakteristik, hingga aspek pembentuk motivasi Rasulullah dalam peristiwa tersebut. Metodologi kualitatif deskriptif digunakan dalam studi ini. Data pustaka sejarah digunakan sebagai sumber data. Hasil pustaka sejarah menjelaskan bahwa Rasulullah memiliki motivasi: (1) keyakinan atas kebesaran Allah, kebenaran ajaran Islam dan kebenaran janji Allah atas balasan di akhirat; (2) demi melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah agar semakin banyak orang yang mengenal dan mengimani ajaran Islam serta sebagai bentuk ketakutan kepada Allah, (3) menyelesaikan berbagai masalah aktual yang menghambat kelancaran kegiatan dakwah. Motivasi tersebut merupakan jenis autonomous motivation sub internalized extrinsic motivation, dengan karakteristik adanya penghayatan personal akan nilai penting dari berbagai usaha yang dilakukan, memiliki pertimbangan secara mandiri untuk melakukan ataupun tidak melakukan aktivitas, serta terdapat koherensi dengan nilai-nilai yang telah dimiliki sebelumnya. Internalized extrinsic motivation dalam diri Rasulullah terbentuk karena terpenuhinya tiga aspek kebutuhan dasar dalam SDT, yakni competence, autonomy, dan relatedness serta adanya controlled motivation yang terintegrasi terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. \u0000 ","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116991108","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.223
Eka Anjani
Kajian hermeneutik pada Surah Al-Kahfi: 9-26 perlu dilakukan karena terdapat maksud lain yang ingin Allah sampaikan melalui surah tersebut. maksud Allah itu diketahui dengan menggunakan pendekatan hermeneutik Dilthey karena kajian hermeneutik ini lebih menekankan makna yang objektif serta menekankan pada aspek kondisi sosial dari pembuat teks. dengan adanya pemahaman sejarah diharapkan penafsir bisa mengempati lahirnya teks dan bisa memahami maksud munculnya teks. berdasarkan kajian tersebut didapatkan Maksud QS. Al- Kahfi 9-26 bagi Nabi Muhammad dan umat Islam merupakan kisah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan Quraisy sekaligus menunjukkan bahwa Allah akan mengabulkan doa hambanya yang bertakwa. QS. Al-Kahfi 9-26 juga menunjukkan bahwa tidak selalu hijrah membawa keburukan bagi umat Islam. Sedangkan bagi kaum Quraisy, QS. Al-Kahfi merupakan bukti bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang pantas disembah serta menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia pada hari Akhir. Sedangkan bagi kaum Yahudi, dengan adanya QS. Al-Kahfi diharapkan mereka mengetahui informasi yang benar mengenai kisah tersebut dan membenarkan keNabian Muhammad dengan mengikuti ajaran Muhammad.
{"title":"Analisis Hermeneutik Dilthey pada Kisah Ashabul Kahfi dalam QS. Al-Kahfi: 9-26","authors":"Eka Anjani","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.223","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.223","url":null,"abstract":"Kajian hermeneutik pada Surah Al-Kahfi: 9-26 perlu dilakukan karena terdapat maksud lain yang ingin Allah sampaikan melalui surah tersebut. maksud Allah itu diketahui dengan menggunakan pendekatan hermeneutik Dilthey karena kajian hermeneutik ini lebih menekankan makna yang objektif serta menekankan pada aspek kondisi sosial dari pembuat teks. dengan adanya pemahaman sejarah diharapkan penafsir bisa mengempati lahirnya teks dan bisa memahami maksud munculnya teks. berdasarkan kajian tersebut didapatkan Maksud QS. Al- Kahfi 9-26 bagi Nabi Muhammad dan umat Islam merupakan kisah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan Quraisy sekaligus menunjukkan bahwa Allah akan mengabulkan doa hambanya yang bertakwa. QS. Al-Kahfi 9-26 juga menunjukkan bahwa tidak selalu hijrah membawa keburukan bagi umat Islam. Sedangkan bagi kaum Quraisy, QS. Al-Kahfi merupakan bukti bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang pantas disembah serta menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia pada hari Akhir. Sedangkan bagi kaum Yahudi, dengan adanya QS. Al-Kahfi diharapkan mereka mengetahui informasi yang benar mengenai kisah tersebut dan membenarkan keNabian Muhammad dengan mengikuti ajaran Muhammad.","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123887763","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.251
Niken Kusuma Haren
Nabi Muhammad menjadikan masyarakat Madinah memiliki satu nilai Islam dari latar belakang perbedaan antarkelompok dalam terbentuknya masyarakat. Pemberdayaan spiritual menjadi upaya mendasar yang dilakukan oleh nabi dengan menerapkan strategi yang tepat. Pada artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemberdayaan spiritual yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada masa awal Madinah. Teori yang digunakan berdasarkan strategi pengembangan masyarakat menurut Adi dan bentuk tahapan pemberdayaan menurut Suharto serta jenis pemberdayaan yang dipaparkan oleh Mardikanto dan Soebianto yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan cara, bentuk, dan sasaran strategi pemberdayaan. Metode yang digunakan berupa kualitatif pustaka sejarah agar dapat menguraikan peristiwa sejarah Nabi Muhammad dari data yang didapatkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan oleh Nabi Muhammad pada bidang spiritual berupa bentuk pemungkinan dan penguatan dikarenakan masyarakat yang masih pada tahap awal pembangunan agar dapat menerapkan satu nilai Islam secara konsisten. Dilakukan dengan cara direktif dalam proses penentuan strategi namun tetap bersifat nondirektif dalam penerapan strateginya, atau dalam satu strategi nabi mengkombinasikan dua pendekatan yakni strategi direktif-nondirektif. Serta sasaran yang bersifat mezzo dan makro, dengan adanya kedudukan yang dimiliki oleh nabi sebagai pemimpin yang telah dipercaya oleh masyarakat. Dari strategi tersebut, dapat memecahkan permasalahan yang dimiliki masyarakat terutama dalam bidang spiritual.
{"title":"Strategi Pembangunan Spiritual Nabi Muhammad pada Masa Awal Madinah","authors":"Niken Kusuma Haren","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.251","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.251","url":null,"abstract":"Nabi Muhammad menjadikan masyarakat Madinah memiliki satu nilai Islam dari latar belakang perbedaan antarkelompok dalam terbentuknya masyarakat. Pemberdayaan spiritual menjadi upaya mendasar yang dilakukan oleh nabi dengan menerapkan strategi yang tepat. Pada artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemberdayaan spiritual yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada masa awal Madinah. Teori yang digunakan berdasarkan strategi pengembangan masyarakat menurut Adi dan bentuk tahapan pemberdayaan menurut Suharto serta jenis pemberdayaan yang dipaparkan oleh Mardikanto dan Soebianto yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan cara, bentuk, dan sasaran strategi pemberdayaan. Metode yang digunakan berupa kualitatif pustaka sejarah agar dapat menguraikan peristiwa sejarah Nabi Muhammad dari data yang didapatkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan oleh Nabi Muhammad pada bidang spiritual berupa bentuk pemungkinan dan penguatan dikarenakan masyarakat yang masih pada tahap awal pembangunan agar dapat menerapkan satu nilai Islam secara konsisten. Dilakukan dengan cara direktif dalam proses penentuan strategi namun tetap bersifat nondirektif dalam penerapan strateginya, atau dalam satu strategi nabi mengkombinasikan dua pendekatan yakni strategi direktif-nondirektif. Serta sasaran yang bersifat mezzo dan makro, dengan adanya kedudukan yang dimiliki oleh nabi sebagai pemimpin yang telah dipercaya oleh masyarakat. Dari strategi tersebut, dapat memecahkan permasalahan yang dimiliki masyarakat terutama dalam bidang spiritual. \u0000 ","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126638340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.259
A. Hidayat, Sutriyono Ahmad Hidayat
Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan, kesuksesan dan kebesaran baik perusahaan, organisasi maupun negara. Kepemimpinan berbasis keteladanan dalam sejarah sangat berperan besar bahkan menentukan jalan sejarah sebuah perusahaan, organisasi ataupun sebuah bangsa dan bahkan sebuah peradaban. Teori kepemimpinan teladan merupakan teori yang cukup signifikan dalam menjelaskan sebuah fenomena kepemimpinan sekaligus menjadi role model kepemimpinan dimasa depan. Sebab dalam kepemimpinan teladan, penulis punya keyakinan bahwa “satunya kata dengan perbuatan”, menjadi sebuah inti dari kepemimpinan. Dalam hal ini tokohnya adalah Umar bin Abdul Aziz dalam sejarah Islam dipandang sebagai pemimpin yang mampu memberikan ketauladanan yang sangat berarti dalam dunia Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka, yaitu melakukan analisa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dengan pendekatan teori Kepemimpinan Keteladanan Kauzes-Posner sebagai alat analisanya. Adapun temuan penelitian ini adalah keberanian seorang pemimpin memberikan ketauladanan mulai dari diri sendiri, keluarga telah mendorong bawahannya termotivasi dalam menjalankan tugas-tugas atau amanah yang dibebankannya dengan baik. Keberanian memberikan ketauladanan yang menantang “culture” kepemimpinan apalagi sebagai figure penguasa sebuah imperium besar dimasanya
领导能力决定了企业、组织和国家的成功、成功和伟大。以历史为基础的领导在决定一个公司、一个组织、一个国家甚至一个文明的历史进程方面发挥了重要作用。模范领导理论在解释领导现象和塑造未来领导模式方面是一个相当重要的理论。因为在模范领导中,作者相信“行动的唯一单词”是领导的核心。在这方面,伊斯兰历史上的奥马尔·本·阿卜杜勒·阿齐兹(Umar bin Abdul Aziz)被视为伊斯兰世界最有意义的领袖。该研究采用定性方法与文献研究进行研究,分析Umar bin Abdul Aziz的领导方法,将Kauzes-Posner的例子领导理论作为分析工具。至于这项研究的发现,领导者从自己开始表现出的勇气,鼓励他的下属积极履行他所提供的职责或职责。勇气挑战了“文化”的领导,更不用说作为当时一个伟大帝国的统治者形象了
{"title":"Kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz Perspektif Teori Keteladanan Kauzes-Posner","authors":"A. Hidayat, Sutriyono Ahmad Hidayat","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.259","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.259","url":null,"abstract":"Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan, kesuksesan dan kebesaran baik perusahaan, organisasi maupun negara. Kepemimpinan berbasis keteladanan dalam sejarah sangat berperan besar bahkan menentukan jalan sejarah sebuah perusahaan, organisasi ataupun sebuah bangsa dan bahkan sebuah peradaban. Teori kepemimpinan teladan merupakan teori yang cukup signifikan dalam menjelaskan sebuah fenomena kepemimpinan sekaligus menjadi role model kepemimpinan dimasa depan. Sebab dalam kepemimpinan teladan, penulis punya keyakinan bahwa “satunya kata dengan perbuatan”, menjadi sebuah inti dari kepemimpinan. Dalam hal ini tokohnya adalah Umar bin Abdul Aziz dalam sejarah Islam dipandang sebagai pemimpin yang mampu memberikan ketauladanan yang sangat berarti dalam dunia Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka, yaitu melakukan analisa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dengan pendekatan teori Kepemimpinan Keteladanan Kauzes-Posner sebagai alat analisanya. Adapun temuan penelitian ini adalah keberanian seorang pemimpin memberikan ketauladanan mulai dari diri sendiri, keluarga telah mendorong bawahannya termotivasi dalam menjalankan tugas-tugas atau amanah yang dibebankannya dengan baik. Keberanian memberikan ketauladanan yang menantang “culture” kepemimpinan apalagi sebagai figure penguasa sebuah imperium besar dimasanya","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134628087","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v5i1.253
Y. Harianto
Peristiwa Saqifah Bani Saidah memiliki potensi perpecahan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah saw. Kaum Anshar menghendaki pemimpin umat Islam berasal dari mereka. Jikapun kaum Muhajirin menolak, maka untuk Anshar seorang pemimpin dan untuk kaum Muhajirin seorang pemimpin. Namun Abu Bakar tidak sependapat dengan pendapat kaum Anshar. Abu Bakar pada awalnya dipandang tidak memiliki legitimasi kepemimpinan oleh Anshar. Namun melalui pidatonya, Abu Bakar mampu merubah pendirian kaum Anshar. Studi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis literatur untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam peristiwa Saqifah ini Abu Bakar mampu membangun etos, pathos, dan logos sehingga dirinya dipandang kaum Anshar sebagai figur yang terbaik untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah dan mampu meredam perpecahan umat Islam yang hampir terjadi. Hasil studi bisa menjadi referensi bahwa pembicara mampu membangun kredibilitas melalui retorika meskipun pada awalnya tidak dipercaya oleh khalayak.
{"title":"Kredibilitas Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Meredam Perpecahan Umat Islam pada Peristiwa Saqifah Bani Saidah","authors":"Y. Harianto","doi":"10.55372/inteleksiajpid.v5i1.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.55372/inteleksiajpid.v5i1.253","url":null,"abstract":"Peristiwa Saqifah Bani Saidah memiliki potensi perpecahan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah saw. Kaum Anshar menghendaki pemimpin umat Islam berasal dari mereka. Jikapun kaum Muhajirin menolak, maka untuk Anshar seorang pemimpin dan untuk kaum Muhajirin seorang pemimpin. Namun Abu Bakar tidak sependapat dengan pendapat kaum Anshar. Abu Bakar pada awalnya dipandang tidak memiliki legitimasi kepemimpinan oleh Anshar. Namun melalui pidatonya, Abu Bakar mampu merubah pendirian kaum Anshar. Studi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis literatur untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam peristiwa Saqifah ini Abu Bakar mampu membangun etos, pathos, dan logos sehingga dirinya dipandang kaum Anshar sebagai figur yang terbaik untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah dan mampu meredam perpecahan umat Islam yang hampir terjadi. Hasil studi bisa menjadi referensi bahwa pembicara mampu membangun kredibilitas melalui retorika meskipun pada awalnya tidak dipercaya oleh khalayak.","PeriodicalId":246613,"journal":{"name":"INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116640349","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}