首页 > 最新文献

Naditira Widya最新文献

英文 中文
ERA BARU DALAM KEMITRAAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA: STUDI KASUS KALIMANTAN 加里曼丹案例研究
Pub Date : 2022-12-28 DOI: 10.24832/nw.v16i2.508
Bambang Sugiyanto, S.S.
Perubahan nomenklatur terutama pada instansi penelitian arkeologi di Indonesia dan instansi pengelolaan cagar budaya berpengaruh pada pengelolaan cagar budayanya. Dengan bergabungnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi ke dalam struktur organisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional, maka nomenklatur lembaga penelitian arkeologi pun berubah. Nomenklatur baru tersebut adalah Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra yang mempunyai tujuh pusat riset, yaitu tiga menyelenggarakan penelitian arkeologi, dan empat melaksanakan penelitian bahasa, sastra, dan manuskrip. Sementara perubahan yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi adalah penggabungan dua unit pelaksana teknis, yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Pelestarian Nilai Budaya, menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan. Perubahan di atas berpengaruh pada pengelolaan cagar budaya di Indonesia. Bagaimana pengaruhnya dan bagaimana kemitraan pengelolaan yang akan datang merupakan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendorong percepatan pemahaman kemitraan pengelolaan cagar budaya. Penelitian ini diakukan secara induktif-deskriptif melalui studi pustaka dengan fokus kasus-kasus di Kalimantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan cagar budaya di Kalimantan secara umum memang belum berjalan dengan baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa harus dibangun skema kemitraan pengelolaan antarpemangku kepentingan, dari tingkat perencanaan sampai dengan pemanfataannya. Skema kemitraan ini harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas kebudayaan dan pariwisata setempat, kemudian membangun sinergi dan kolaborasi yang baik dengan pihak terkait seperti kepolisian, kejaksaan, lembaga sosial masyarakat budaya, dinas pertambangan, dinas pekerjaan umum, akademisi, dan masyarakat. Kerja sama dan koordinasi tersebut dimulai dengan menyamakan visi dan misi dalam memelihara dan melestarikan cagar budaya, sehingga diharapkan akan terbentuk satu rencana aksi pengelolaan cagar budaya yang terpadu di bawah arahan walikota atau bupati atau gubernur. Changes in nomenclature, especially at archaeological research institutions in Indonesia and cultural heritage management agencies, affect the management of their cultural heritage. The merger of the Pusat Penelitian Arkeologi Nasional and its ten institutes of archaeology into the organizational structure of Badan Riset dan Inovasi Nasional has also affected the change of their nomenclature. Their present nomenclature is the Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, which has seven research centres, i.e. three manage archaeological research, and four operate research regarding language, literature, and manuscripts. Meanwhile, a change of organizational structure also occurred within the Direktorat Jenderal Kebudayaan of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology, which was affected by the mer
印度尼西亚考古学研究机构和保留区管理机构的命名规范的变化主要影响到其文化保护区的管理。与国家考古研究中心和考古大厅合并成国家研究和创新机构的组织结构,使考古研究机构的新命名发生了变化。新编号是一个考古、语言和文学研究组织,有七个研究中心,三个进行考古研究,四个进行语言、文学和手稿研究。与文化发展局(文化部研究与技术教育部)环境的变化同时将两个技术管理单位合并为保护区保护区和文化价值保护区,形成文化保护区。上述改变影响了印尼的保留地管理。这项研究将如何影响以及管理伙伴关系将如何出现是一个问题。这项研究的目的是促进对保护区管理伙伴关系的理解。本研究是通过对加里曼丹主理案件的库研究进行描述性分析的。研究结果表明,加里曼丹保留地的管理基本上没有取得成功。因此,它得出的结论是,必须建立利益相关者之间管理伙伴关系的计划,从规划水平到反馈。这种伙伴关系计划必须包括教育、文化和旅游服务,然后与警察、检察官、文化社会机构、采矿服务、公共就业服务、学术和社区等相关各方建立良好的协同作用和合作。这种合作与协调始于将保护和保护保护区的愿景和使命等同起来,因此预计将在市长、摄政王或州长的指导下制定一个统一的计划。特别是印尼文化遗产管理机构的考古研究机构,影响它们文化遗产的管理。美国国家考古研究中心及其十家考古研究所的合并影响了国家研究和创新机构的组织结构。它们现在是考古、语言和文学研究组织,有七项研究中心,三项研究考古研究,四份工作研究语言、文学和手稿。我的意思是,组织结构的变化还发生在文化学术部主任办公室的变化,这影响了两项技术单位的合并,即i。这些变化影响着印尼文化遗产的管理。这是如何影响和未来管理伙伴关系的问题。促进文化遗产管理伙伴关系的研究小组。这个研究是conducted inductively和descriptively通过文献研究with a focus on案子在婆罗洲。《文化遗产results of The study秀那在婆罗洲里不是已经过去了好吧managed将军。因此,它可以推断这就是a管理伙伴关系”怀廷stakeholders之间必须成为基础,从它的utilization的策划水平。怀廷这样的伙伴关系必须牵扯到《美国教育和文化办公室嗯美国当地文化和旅游办公室,然后构建好synergy》和相关各方一起collaboration这样的美国警察,prosecutors文化社区社交institutions矿业公司、公共工程担保机构,academia《社区。这个cooperation and coordination必须被aligning commenced愿景和使命》maintaining与preserving文化遗产;这就是,一个集成文化遗产管理行动计划可以成为大联盟打球方向》下formed摄政或当局或总督。
{"title":"ERA BARU DALAM KEMITRAAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA: STUDI KASUS KALIMANTAN","authors":"Bambang Sugiyanto, S.S.","doi":"10.24832/nw.v16i2.508","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.508","url":null,"abstract":"Perubahan nomenklatur terutama pada instansi penelitian arkeologi di Indonesia dan instansi pengelolaan cagar budaya berpengaruh pada pengelolaan cagar budayanya. Dengan bergabungnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi ke dalam struktur organisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional, maka nomenklatur lembaga penelitian arkeologi pun berubah. Nomenklatur baru tersebut adalah Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra yang mempunyai tujuh pusat riset, yaitu tiga menyelenggarakan penelitian arkeologi, dan empat melaksanakan penelitian bahasa, sastra, dan manuskrip. Sementara perubahan yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi adalah penggabungan dua unit pelaksana teknis, yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Pelestarian Nilai Budaya, menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan. Perubahan di atas berpengaruh pada pengelolaan cagar budaya di Indonesia. Bagaimana pengaruhnya dan bagaimana kemitraan pengelolaan yang akan datang merupakan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendorong percepatan pemahaman kemitraan pengelolaan cagar budaya. Penelitian ini diakukan secara induktif-deskriptif melalui studi pustaka dengan fokus kasus-kasus di Kalimantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan cagar budaya di Kalimantan secara umum memang belum berjalan dengan baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa harus dibangun skema kemitraan pengelolaan antarpemangku kepentingan, dari tingkat perencanaan sampai dengan pemanfataannya. Skema kemitraan ini harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas kebudayaan dan pariwisata setempat, kemudian membangun sinergi dan kolaborasi yang baik dengan pihak terkait seperti kepolisian, kejaksaan, lembaga sosial masyarakat budaya, dinas pertambangan, dinas pekerjaan umum, akademisi, dan masyarakat. Kerja sama dan koordinasi tersebut dimulai dengan menyamakan visi dan misi dalam memelihara dan melestarikan cagar budaya, sehingga diharapkan akan terbentuk satu rencana aksi pengelolaan cagar budaya yang terpadu di bawah arahan walikota atau bupati atau gubernur. \u0000Changes in nomenclature, especially at archaeological research institutions in Indonesia and cultural heritage management agencies, affect the management of their cultural heritage. The merger of the Pusat Penelitian Arkeologi Nasional and its ten institutes of archaeology into the organizational structure of Badan Riset dan Inovasi Nasional has also affected the change of their nomenclature. Their present nomenclature is the Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, which has seven research centres, i.e. three manage archaeological research, and four operate research regarding language, literature, and manuscripts. Meanwhile, a change of organizational structure also occurred within the Direktorat Jenderal Kebudayaan of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology, which was affected by the mer","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114604391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
KARAKTERISTIK BENTANGLAHAN ARKEOLOGI DI WILAYAH LASEM, JAWA TENGAH 爪哇中部莱西姆地区考古发现的特征
Pub Date : 2022-12-27 DOI: 10.24832/nw.v16i2.481
Andi Putranto
Studi bentanglahan arkeologi atau bentang arkeologi ditujukan untuk mengetahui bentuk dan pola persebaran data arkeologi pada suatu bentanglahan fisik tertentu. Wilayah Lasem di Jawa Tengah merupakan suatu kawasan yang dikategorikan sebagai suatu bentang arkeologi, yang anasir pembentuknya berupa bentanglahan fisik sebagai lokasi keberadaannya. Dalam upaya mendapatkan variabel-variabel yang dapat menjadi penentu kriteria suatu bentanglahan arkeologi, maka perlu penelitian mendalam tentang karakteristik bentanglahan di kawasan Lasem. Dengan demikian, dapat diketahui sejauh mana keterkaitan variabel-variabel tersebut sebagai faktor pendorong perkembangan budaya di wilayah Lasem. Sintesis penelitian berdasarkan data bentanglahan dan kesejarahan wilayah Lasem menunjukkan bahwa kawasan tersebut mengandung dua karakteristik bentang arkeologi yang dilandasi, a) aspek kronologi atau pendekatan waktu, yaitu periode Klasik, Islam, dan Kolonial; b) aspek ekologi yang berkaitan dengan keletakannya pada suatu topografi dan bentuklahan. Berdasarkan atas fungsinya, karakteristik bentang arkeologi dari tiga periodisasi tersebut, dapat dikelompokkan dalam kategori fungsi-fungsi ekonomi, sosial, politik, dan budaya.The study of archaeological landscapes aims to determine the shape and distribution pattern of archaeological data on a particular physical landscape. The Lasem area in Central Java is a region that is categorized as an archaeological landscape, whose constituent elements are physical landscapes as its location. To obtain variables that can determine the criteria for an archaeological landscape, it is necessary to carry out in-depth research on the characteristics of the landscape in the Lasem area. Thus, to what extent these variables are related to the driving factors of cultural development in the Lasem region can be understood. Based on the landscape and historical data of the Lasem area, the research synthesis shows that this region contains two characteristics of the archaeological landscape which are established by aspects of a) chronology or approach to time, which are the periods of Classic, Islamic and Colonial; and b) ecology, relating to its location in topography and landforms. Based on their functions, the characteristics of archaeological landscapes from the three periods can be grouped into economic, social, political and cultural functions.
考古对本或考古学对本的研究旨在确定某一特定物理对本的考古数据的形状和分布模式。爪哇中部的Lasem地区被认为是一个考古景观,其物理特征为其存在的地点。为了确定考古对流的标准,我们需要对Lasem地区的对流特征进行深入的研究。因此,可以确定这些变量之间的关系是拉西姆地区文化发展的驱动因素。基于横贯大陆数据和拉西姆地区掠夺的研究综合表明,该地区具有两种基于考古学的特征,即时间年代或方法方面,即古典、伊斯兰和殖民时期;b)涉及地形可塑性和地形特征的生态方面。基于其功能,这三个周期的考古特征可以分为经济、社会、政治和文化功能类别。研究考古景观知识知识爪哇中部的韧带是一种区域,将考古景观划分为物理景观。为了确定一种考古景观评论家的存在,有必要对该地区的景观特点进行深入的研究。因此,对于区域内开车的文化发展因素的存在,这些变量是可以理解的。基于该地区的风景和历史数据,研究合子显示,这个地区提供了由aspects建立的两种考古景观的特点)编年史或对时间的验证,这些都是古典、伊斯兰和殖民的时期;和b)生态学,与其地形和陆地地形的位置相关。基于它们的贡献,来自三个阶段的考古景观的特点可能会被纳入经济、社会、政治和文化活动中。
{"title":"KARAKTERISTIK BENTANGLAHAN ARKEOLOGI DI WILAYAH LASEM, JAWA TENGAH","authors":"Andi Putranto","doi":"10.24832/nw.v16i2.481","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.481","url":null,"abstract":"Studi bentanglahan arkeologi atau bentang arkeologi ditujukan untuk mengetahui bentuk dan pola persebaran data arkeologi pada suatu bentanglahan fisik tertentu. Wilayah Lasem di Jawa Tengah merupakan suatu kawasan yang dikategorikan sebagai suatu bentang arkeologi, yang anasir pembentuknya berupa bentanglahan fisik sebagai lokasi keberadaannya. Dalam upaya mendapatkan variabel-variabel yang dapat menjadi penentu kriteria suatu bentanglahan arkeologi, maka perlu penelitian mendalam tentang karakteristik bentanglahan di kawasan Lasem. Dengan demikian, dapat diketahui sejauh mana keterkaitan variabel-variabel tersebut sebagai faktor pendorong perkembangan budaya di wilayah Lasem. Sintesis penelitian berdasarkan data bentanglahan dan kesejarahan wilayah Lasem menunjukkan bahwa kawasan tersebut mengandung dua karakteristik bentang arkeologi yang dilandasi, a) aspek kronologi atau pendekatan waktu, yaitu periode Klasik, Islam, dan Kolonial; b) aspek ekologi yang berkaitan dengan keletakannya pada suatu topografi dan bentuklahan. Berdasarkan atas fungsinya, karakteristik bentang arkeologi dari tiga periodisasi tersebut, dapat dikelompokkan dalam kategori fungsi-fungsi ekonomi, sosial, politik, dan budaya.The study of archaeological landscapes aims to determine the shape and distribution pattern of archaeological data on a particular physical landscape. The Lasem area in Central Java is a region that is categorized as an archaeological landscape, whose constituent elements are physical landscapes as its location. To obtain variables that can determine the criteria for an archaeological landscape, it is necessary to carry out in-depth research on the characteristics of the landscape in the Lasem area. Thus, to what extent these variables are related to the driving factors of cultural development in the Lasem region can be understood. Based on the landscape and historical data of the Lasem area, the research synthesis shows that this region contains two characteristics of the archaeological landscape which are established by aspects of a) chronology or approach to time, which are the periods of Classic, Islamic and Colonial; and b) ecology, relating to its location in topography and landforms. Based on their functions, the characteristics of archaeological landscapes from the three periods can be grouped into economic, social, political and cultural functions.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"157 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114375699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
BENTUK, KRONOLOGI, DAN ASAL TEMBIKAR KUNO DI DATARAN RENDAH LAMPUNG
Pub Date : 2022-12-27 DOI: 10.24832/nw.v16i2.505
Rusyanti -, I. Setiawan, Akbar Adhi Satrio
Tembikar merupakan artefak arkeologi yang dibuat dari tanah liat bakar yang secara umum berfungsi sebagai peralatan sehari-hari. Tembikar banyak ditemukan di situs-situs arkeologi, termasuk di dataran rendah Lampung. Penelitian desk study tahun 2020-2021 melakukan analisis mengenai rekonstruksi bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung dengan metode gabungan kuantitatif melalui uji laboratorium X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrografi, dan Thermoluminescence. Metode kualitatif pun digunakan untuk rekonstruksi hasil selective sampling dengan menggunakan Rhinoceros software dan didukung pendekatan sejarah. Tujuan penelitian adalah mengetahui kecenderungan varian bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung secara umum. Penelitian ini menghasilkan bentuk yang direkonstruksi berupa wadah sehari-hari terbanyak berupa mangkuk, cawan, dan jambangan. Cakupan kronologi tembikar adalah sejak abad ke-12 hingga ke-20 Masehi. Adapun asal produksi tembikar diketahui melalui pendekatan geologis dan sejarah, dan diduga di sekitar kawasan Kayu Agung Palembang dan Bakung Udik, Lampung. Pottery is an archaeological artefact made from baked clay, which functions as a daily tool. Pottery has been found in archaeological sites, including Lampung lowlands. The 2020-2021 desk study analyses were carried out to reconstruct the form of pottery and to understand the chronology as well as the origin of the Lampung pottery using a quantitative combined method through laboratory tests of X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrography, and Thermoluminescence. Qualitative methods were also used to reconstruct the results of selective sampling using the Rhinoceros software supported by a historical approach. The purpose of this research is to know the favourable varieties of form, chronology, and origin of Lampung pottery in general. This research resulted in reconstructed forms of dominant pottery containers common for daily use such as bowls, cups, and vases. The chronology of pottery covers from the 12th to the 20th century. The origin of pottery production is known through a geological and historical approach and suggested to be manufactured around the Kayu Agung Palembang and Bakung Udik regions, in Lampung.
陶器是一种考古文物,由燃烧的粘土制成,通常用作日常工具。许多在考古遗址被发现,包括陶器在楠榜低地。研究助理研究于2020-2021年通过x射线光泽度、x射线衍生物、诱导、脱光体、脱光体、脱光体、脱光学和热致发光的分析,对定量方法的形式、年代和起源进行了分析。一种定性方法被用来通过软件鼻西龙来重建选择性采样结果,并支持历史方法。研究的目的是了解变体形式,年表的倾向,和一般的陶器楠榜。这些研究产生了最多的日常形式的容器的重建、花瓶、杯子和碗。陶器年代的覆盖范围从公元12世纪到20世纪。至于通过地质方法已知陶器生产的起源和历史,据称周围地区木材大帝Palembang和水仙花乡巴佬,楠榜。陶器是用粘土做的考古文物,作为每天的工具。陶器已经找到了在考古sites,楠榜lowlands在内。《2020-2021 study analyses办公桌是carried out to reconstruct陶器之形式和理解《起源》著as well as楠榜用a quantitative陶器组合的方法通过实验室测试fluorescence x射线、x光diffraction Inductively coupled spectrometry, Petrography和Thermoluminescence等离子团。有资格的方法还利用历史认可的软件重新构建了选择性采样的结果。《favourable这个研究的目的是要知道varieties of form,著和起源》楠榜陶器在将军。这个研究resulted in reconstructed forms of the dominant陶器containers共同为美国每日用这样的碗、杯子和vases。从12世纪到20世纪的陶器年代计算。陶器生产的起源通过地质和历史上的确定,并建议在南部的雄伟的帕伦邦和水烟地区生产。
{"title":"BENTUK, KRONOLOGI, DAN ASAL TEMBIKAR KUNO DI DATARAN RENDAH LAMPUNG","authors":"Rusyanti -, I. Setiawan, Akbar Adhi Satrio","doi":"10.24832/nw.v16i2.505","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.505","url":null,"abstract":"Tembikar merupakan artefak arkeologi yang dibuat dari tanah liat bakar yang secara umum berfungsi sebagai peralatan sehari-hari. Tembikar banyak ditemukan di situs-situs arkeologi, termasuk di dataran rendah Lampung. Penelitian desk study tahun 2020-2021 melakukan analisis mengenai rekonstruksi bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung dengan metode gabungan kuantitatif melalui uji laboratorium X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrografi, dan Thermoluminescence. Metode kualitatif pun digunakan untuk rekonstruksi hasil selective sampling dengan menggunakan Rhinoceros software dan didukung pendekatan sejarah. Tujuan penelitian adalah mengetahui kecenderungan varian bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung secara umum. Penelitian ini menghasilkan bentuk yang direkonstruksi berupa wadah sehari-hari terbanyak berupa mangkuk, cawan, dan jambangan. Cakupan kronologi tembikar adalah sejak abad ke-12 hingga ke-20 Masehi. Adapun asal produksi tembikar diketahui melalui pendekatan geologis dan sejarah, dan diduga di sekitar kawasan Kayu Agung Palembang dan Bakung Udik, Lampung. \u0000Pottery is an archaeological artefact made from baked clay, which functions as a daily tool. Pottery has been found in archaeological sites, including Lampung lowlands. The 2020-2021 desk study analyses were carried out to reconstruct the form of pottery and to understand the chronology as well as the origin of the Lampung pottery using a quantitative combined method through laboratory tests of X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrography, and Thermoluminescence. Qualitative methods were also used to reconstruct the results of selective sampling using the Rhinoceros software supported by a historical approach. The purpose of this research is to know the favourable varieties of form, chronology, and origin of Lampung pottery in general. This research resulted in reconstructed forms of dominant pottery containers common for daily use such as bowls, cups, and vases. The chronology of pottery covers from the 12th to the 20th century. The origin of pottery production is known through a geological and historical approach and suggested to be manufactured around the Kayu Agung Palembang and Bakung Udik regions, in Lampung.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124600983","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
PERSEBARAN ARCA BUDDHA ABAD KE-7-9 MASEHI: HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN AWAL KERAJAAN SRIWIJAYA
Pub Date : 2022-12-27 DOI: 10.24832/nw.v16i2.501
E. A. P. Taim
Pada daerah aliran Sungai Musi dan Batanghari di Sumatera, terdapat sebaran arca-arca Buddha dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Berdasarkan karakteristiknya, maka dapat diketahui pengaruh kebudayaan pembuatannya, serta kronologi pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah memahami perkembangan wilayah pengaruh agama Buddha dan kawasan politik dan agama Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi berdasarkan pengamatan karakteristik arca Buddha. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode seriasi terhadap tipe dan bentuk arca untuk mengetahui pola sebaran situs yang dipengaruhi oleh perkembangan agama Buddha pada masa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi-lokasi ditemukannya arca-arca Buddha selaras dengan perkembangan kebudayaan dan aktivitas politik masyarakat kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi. Perkembangan tersebut diawali dari hilir daerah aliran Sungai Musi, dan bergerak ke arah hulu daerah aliran Sungai Batanghari. Pada skala makro, tampak pula perkembangan kawasan pengaruh kebudayaannya mulai dari Sumatera bagian selatan ke Jambi, Sumatera bagian barat, dan Aceh.A number of 7th-9th centuries Buddhist statues are found distributed on the catchment areas of Sungai Musi and Sungai Batanghari, in Sumatera. The characteristics of Buddhist statues may suggest the cultural influence of their manufacture, as well as the technology and chronology. The purpose of this study is to understand the development of the area of influence of Buddhism and the political and religious region of the Sriwijaya Kingdom in the 7th-9th centuries, based on observing the characteristics of Buddha statues. This research was conducted using the seriation method on the type and shape of the statues to determine the distribution patterns of sites that were influenced by the development of Buddhism at that time. The results showed that the locations where the Buddha statues were found were in accord with the cultural developments and political activities of the people of the Sriwijaya kingdom in the 7th-9th centuries. This development began from the downstream regions of the Musi River catchment and moves towards the upstream regions of the Batanghari River catchment. On a macro scale, the regional development of the culture-influenced commenced from southern Sumatra upwards to Jambi, western Sumatra and Aceh.
在苏门答腊的Musi和Batanghari河流域,从公元7世纪到10世纪,到处都是佛教偶像。根据它的特征,可以看出它的文化生产的影响,以及它的年表。这项研究的目的是根据对佛教形象的观察,了解公元7-9世纪佛教宗教、政治和帝国信仰领域的发展。该研究采用了对图像类型和形状的综合方法,了解受佛教发展影响的佛教遗址的分布模式。研究表明,佛像的发现与公元7-9世纪Sriwijaya王国的文化和政治活动相一致。这一发展从木西河的下游开始,沿着巴丹哈里河的上游移动。从宏观规模来看,该地区的文化影响从南到詹比、苏门答腊西部和亚齐都有所发展。在苏门答腊的Musi和Batanghari河的捕获区被分发的第七代佛教雕像。佛教文明的特点可能暗示它们的生产具有文化影响,就像技术和编年史一样。这项研究的目的是了解公元前7th-9世纪中伊斯兰王国的Sriwijaya王国的发展,它是基于对佛陀雕像性格的观察。这项研究的目的是利用现存的各种方法来确定这种分布模式,这些方法在当时被佛教发展所影响。结果表明,佛陀雕像发现的地点与文化发展和政治活动有关,先知王国在第7 -9世纪的Sriwijaya王国的人民。这种发展始于穆尔西河捕鲸区的下游地区,并将其迁移到巴巴坦哈里河捕鲸区。在宏升scale上,从南苏门答腊到Jambi,苏门答腊西部和亚齐的文化再受影响的地区发展。
{"title":"PERSEBARAN ARCA BUDDHA ABAD KE-7-9 MASEHI: HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN AWAL KERAJAAN SRIWIJAYA","authors":"E. A. P. Taim","doi":"10.24832/nw.v16i2.501","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.501","url":null,"abstract":"Pada daerah aliran Sungai Musi dan Batanghari di Sumatera, terdapat sebaran arca-arca Buddha dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Berdasarkan karakteristiknya, maka dapat diketahui pengaruh kebudayaan pembuatannya, serta kronologi pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah memahami perkembangan wilayah pengaruh agama Buddha dan kawasan politik dan agama Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi berdasarkan pengamatan karakteristik arca Buddha. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode seriasi terhadap tipe dan bentuk arca untuk mengetahui pola sebaran situs yang dipengaruhi oleh perkembangan agama Buddha pada masa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi-lokasi ditemukannya arca-arca Buddha selaras dengan perkembangan kebudayaan dan aktivitas politik masyarakat kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7-9 Masehi. Perkembangan tersebut diawali dari hilir daerah aliran Sungai Musi, dan bergerak ke arah hulu daerah aliran Sungai Batanghari. Pada skala makro, tampak pula perkembangan kawasan pengaruh kebudayaannya mulai dari Sumatera bagian selatan ke Jambi, Sumatera bagian barat, dan Aceh.A number of 7th-9th centuries Buddhist statues are found distributed on the catchment areas of Sungai Musi and Sungai Batanghari, in Sumatera. The characteristics of Buddhist statues may suggest the cultural influence of their manufacture, as well as the technology and chronology. The purpose of this study is to understand the development of the area of influence of Buddhism and the political and religious region of the Sriwijaya Kingdom in the 7th-9th centuries, based on observing the characteristics of Buddha statues. This research was conducted using the seriation method on the type and shape of the statues to determine the distribution patterns of sites that were influenced by the development of Buddhism at that time. The results showed that the locations where the Buddha statues were found were in accord with the cultural developments and political activities of the people of the Sriwijaya kingdom in the 7th-9th centuries. This development began from the downstream regions of the Musi River catchment and moves towards the upstream regions of the Batanghari River catchment. On a macro scale, the regional development of the culture-influenced commenced from southern Sumatra upwards to Jambi, western Sumatra and Aceh.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125457894","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI” 词汇、空间的形状和功能,以及传统家居装饰“高地”的意义
Pub Date : 2022-12-27 DOI: 10.24832/nw.v16i2.507
Eka Suryatin, Derri Ris Riana, S.S., Rissari Yayuk, Nfn Jahdiah, B. Sudarmanto
Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya,  agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern. . The Banjar traditional house "Bubungan Tinggi" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the "Bubungan Tinggi" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the "Bubungan Tinggi" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main co
海关班加尔高个屋脊有形状和其他海关的典型的不同部分。虽然海关班加尔做了很多研究,但还没有人讨论leksikon-leksikon海关etnosemantik特别科学研究中的“高屋脊”。本研究旨在探讨描述物体根据社会文化语言。更详细地主要建筑是理解词汇描述高层建筑“屋脊”基于字典的形状和功能,实体房子房间。描述性研究方法进行定性。数据收集的面试技巧,观察和文献研究。数据处理是通过根据所研究的方面进行的识别技术、选择数据、分类、调整数据、讨论和最后得出结论。研究表明,“高架房屋”的特点是架空房屋,屋顶高度,以及建筑的左右有两架门廊。建筑的主要结构有独特的形状和功能,可以在tihang词典、地板、lawang、lawang、lis、tawing、语法、屋顶和楼梯上看到。其他重要的词汇表现在其大厅的形状和功能上,即甲板、甲板、门廊、门廊等。除此之外,在“高耸的屋顶”装饰中使用的弗洛拉雕刻和书法的主题也有类似的含义,具有象征意义,作为班加尔社会文化生活的象征意义的一部分。高个屋脊需要介绍的字典还给社会尤其是年轻一代,作为努力振兴习俗和含义,以免回家和现代的房屋所取代。灭绝。高个屋脊Banjar传统屋有独特形状画和来自其他传统房子的部分,那是不同的。虽然很多研究已经完成Banjar传统上的房子,无人有词汇》discussed屋脊”,“in the study of ethnosemantics特别高。这个研究风貌》aims to个重大的物体socio-culture》改编自它的语言扬声器。A more elaborate客观是需要理解词汇depiction》玩建筑“屋脊高》改编自《词汇》形式和功能,as well as太空在全场。《研究利用a qqe descriptive方法,数据哪里收藏是carried out by interviews observation,和文学研究。数据加工是用identification carried out techniques弥足《aspects studied, selecting, classifying adjusting数据、discussing终于推断。study resulted那臭名昭著的“屋脊高屋是架构》characterized by a stilt house里,用高屋顶,每有两个annexes《左和右之建设。《建设有它的distinct玩建筑形式和功能,这可以看到在柱子,floors,窗户,门之词汇frames,岩壁plinths、屋顶和楼梯。另见浓厚,词汇是在房间,哪种形式和功能》指到露台,小房间,家庭房、附件和厨房。Furthermore,花卉和calligraphic雕刻motifs以前》ornaments高个屋脊屋也有词汇里,用象征着美国的遗迹》部分semantic socio-cultural生活》的意义,以至于refers to Banjar人。高个屋脊的词汇》Banjar传统屋需要to be reintroduced《杨格尔的一代,美国公众,尤其是努力到revitalize传统屋和它的意义;因此臭名昭著的“屋脊高不会成为extinct和现代是replaced by房子。
{"title":"LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI”","authors":"Eka Suryatin, Derri Ris Riana, S.S., Rissari Yayuk, Nfn Jahdiah, B. Sudarmanto","doi":"10.24832/nw.v16i2.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.507","url":null,"abstract":"Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya,  agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern. \u0000. The Banjar traditional house \"Bubungan Tinggi\" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the \"Bubungan Tinggi\" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the \"Bubungan Tinggi\" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main co","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125463119","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
KAJIAN ELEMEN ESTETIS DAN SIMBOLIS CANDRASENGAKALA PADA TAMANSARI GUA SUNYARAGI DI CIREBON
Pub Date : 2022-12-27 DOI: 10.24832/nw.v16i2.494
A. Purnomo, Yasmin Adila Ramdan
Candrasengkala atau kronogram sudah dikenal oleh masyarakat di Jawa sejak zaman Hindu di Nusantara. Candrasengkala merupakan tetenger atau pengingat suatu peristiwa penting, seperti kelahiran, kematian, dan sebagainya. Dalam candrasengkala digunakan bentuk visual figur binatang yang diambil dari cerita pewayangan atau mitologi India. Binatang-binatang ditampilkan dengan pengolahan visual berupa gambar, relief, dan patung. Masing-masing figur binatang tersebut mengandung watak angka tahun dan makna simbolis. Hingga sekarang masih sedikit penelitian yang mengkaji candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi di Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen estetis dan simbolis figur binatang pada candrasengkala yang terdapat di Tamansari Gua Sunyaragi, di Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan kajian deskriptif terhadap aspek tangible Tamansari Gua Sunyaragi berupa figur-figur binatang yang dilandasi mitologi India. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa material batu dan batu karang diolah menjadi karakter-karakter figur gajah, burung garuda, dan ular, sehingga tampilan visualnya membentuk “candrasengkala”, sekaligus sebagai cuplikan kisah dari cerita pewayangan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa candrasengkala merupakan salah satu bentuk seni rupa Nusantara dan kreativitas kearifan lokal. Keberadaanya dapat menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karya seni rupa, desain, dan kriya Nusantara ke depan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang kajian binatang-binatang mitologis dalam candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi.The Javanese are familiar with “candrasengkala” or chronogram which developed in Nusantara since the Hindu era. The “candrasengkala” is a “tetenger” or a reminder of important occurrences, such as birth, death, etc. “Candrasengkala” often uses visual forms of animal figures drawn from “wayang” stories or Indian mythology. Animals are featured with visual processing into depictions of figures, reliefs, and sculptures. Each animal figure contains disposition number of years and bears symbolic meanings. Until today there is little research that focuses on “candrasengkala” in Tamansari Gua Sunyaragi in Cirebon. This study aims to determine the aesthetic and symbolic elements of animal figures in “candrasengkala” at Tamansari Gua Sunyaragi, in Cirebon, West Java. This research is a descriptive study of the tangible aspects of Tamansari Gua Sunyaragi in the form of animal figures based on Indian mythology. The study resulted that stone and coral materials are processed into figures of elephants, eagles, and snakes, thus the visual appearance forms a "candrasengkala", as well as snippets of “wayang” stories. Therefore, it is understood that “candrasengkala” is a form of Nusantara art and creativity of local wisdom. Its existence can be a source of inspiration in the future development of Nusantara fine arts, designs and crafts. This research may be used as a reference for further studies of mythol
canateengkala或天文学早在Nusantara的印度教时代就已经为人所知。脱水是对重要事件的提醒,如出生、死亡等。在canpresengkala中,人们使用一种从印度旅行或神话中提取的动物形象形式。动物被描绘成视觉处理图像、浮雕和图像。每一个动物的形象都包含年数和象征意义。目前,在西雷邦的桑纳拉吉洞穴里,还没有进行调查。这项研究的目的是确定在西爪哇省Cirebon的Tamansari cagua Sunyaragi发现的动物形象的艺术和象征元素。这项研究是对印度神话中描绘的动物形象的一种描述性研究。研究表明,石头和岩石材料被用来制作大象、老鹰和蛇的形象,因此图像的外观形成了“坎德拉龙卡拉”,以及游说者故事的节选。因此,可以理解的是,canpresengkala是一种努桑塔拉艺术和地方智慧的一种形式。他的出现可以为美术、设计和先进文化的发展提供灵感。这项研究预计将是指在Sunyaragi Tamansari cagua中candrasengkala对神话动物的研究。日本人很熟悉自印度时代以来发明的“烛台”或时间记录。“坎卓丹卡拉”是一种“中世纪”或对重要事件的提醒,比如出生、死亡、等等。动物具有视觉处理的功能,如图像、浮雕和雕塑。每一个动物人物都排列着岁月的数字,揭示了它们的意义。直到今天,在西雷邦的Sunyaragi洞穴里,还没有进行过关于“卡龙梯”的实验。这项研究旨在确定在西爪哇西雷邦的Tamansari caves中“清晰”的动物图像的几种元素。这项研究是对印度神话中动物相貌的丹布尔aspects的描述研究。研究表明,石头和珊瑚材料的形象是由大象、鹰和蛇的形象形成的,因此视觉呈现出一种“没有拍照”的形式,就像“木偶”的故事一样。因此,据了解,“脱水是一种当地智慧的新形式”。它的存在可以是灵感的源泉,激励着英法、设计和工艺的未来发展。这项研究可能被用作遥远的参考,在阳光下的阳光洞穴洞穴的“坎德拉森加拉”中对神话动物的进一步研究。
{"title":"KAJIAN ELEMEN ESTETIS DAN SIMBOLIS CANDRASENGAKALA PADA TAMANSARI GUA SUNYARAGI DI CIREBON","authors":"A. Purnomo, Yasmin Adila Ramdan","doi":"10.24832/nw.v16i2.494","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i2.494","url":null,"abstract":"Candrasengkala atau kronogram sudah dikenal oleh masyarakat di Jawa sejak zaman Hindu di Nusantara. Candrasengkala merupakan tetenger atau pengingat suatu peristiwa penting, seperti kelahiran, kematian, dan sebagainya. Dalam candrasengkala digunakan bentuk visual figur binatang yang diambil dari cerita pewayangan atau mitologi India. Binatang-binatang ditampilkan dengan pengolahan visual berupa gambar, relief, dan patung. Masing-masing figur binatang tersebut mengandung watak angka tahun dan makna simbolis. Hingga sekarang masih sedikit penelitian yang mengkaji candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi di Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen estetis dan simbolis figur binatang pada candrasengkala yang terdapat di Tamansari Gua Sunyaragi, di Cirebon, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan kajian deskriptif terhadap aspek tangible Tamansari Gua Sunyaragi berupa figur-figur binatang yang dilandasi mitologi India. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa material batu dan batu karang diolah menjadi karakter-karakter figur gajah, burung garuda, dan ular, sehingga tampilan visualnya membentuk “candrasengkala”, sekaligus sebagai cuplikan kisah dari cerita pewayangan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa candrasengkala merupakan salah satu bentuk seni rupa Nusantara dan kreativitas kearifan lokal. Keberadaanya dapat menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karya seni rupa, desain, dan kriya Nusantara ke depan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang kajian binatang-binatang mitologis dalam candrasengkala di Tamansari Gua Sunyaragi.The Javanese are familiar with “candrasengkala” or chronogram which developed in Nusantara since the Hindu era. The “candrasengkala” is a “tetenger” or a reminder of important occurrences, such as birth, death, etc. “Candrasengkala” often uses visual forms of animal figures drawn from “wayang” stories or Indian mythology. Animals are featured with visual processing into depictions of figures, reliefs, and sculptures. Each animal figure contains disposition number of years and bears symbolic meanings. Until today there is little research that focuses on “candrasengkala” in Tamansari Gua Sunyaragi in Cirebon. This study aims to determine the aesthetic and symbolic elements of animal figures in “candrasengkala” at Tamansari Gua Sunyaragi, in Cirebon, West Java. This research is a descriptive study of the tangible aspects of Tamansari Gua Sunyaragi in the form of animal figures based on Indian mythology. The study resulted that stone and coral materials are processed into figures of elephants, eagles, and snakes, thus the visual appearance forms a \"candrasengkala\", as well as snippets of “wayang” stories. Therefore, it is understood that “candrasengkala” is a form of Nusantara art and creativity of local wisdom. Its existence can be a source of inspiration in the future development of Nusantara fine arts, designs and crafts. This research may be used as a reference for further studies of mythol","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132220215","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
IDENTIFIKASI EKOFAK MOLUSKA BIVALVA DARI SITUS BENTENG TABANIO, DI KABUPATEN TANAH LAUT
Pub Date : 2022-12-12 DOI: 10.24832/nw.v16i1.504
Restu Budi Sulistiyo, Laila Abdul Jalil, Badruzsaufari Badruzsaufari, Dharmono Dharmono
Pada ekskavasi arkeologi di situs Benteng Tabanio yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin ditemukan berbagai artefak dan ekofak. Ekofak yang banyak ditemukan adalah cangkang moluska. Namun demikian, cangkang moluska hasil penelitian tersebut belum diidentifikasi secara taksonomis. Pelabelan koleksi ditulis sebagai kerang, cangkang kerang, atau fragmen cangkang kerang, padahal dalam koleksi tersebut terdapat cangkang moluska bivalvia dan cangkang gastropoda. Kerancuan identitas ini berakibat pada kesalahan informasi. Pada penelitian ekskavasi situs Benteng Tabanio, tinggalan ekofaktual moluska bivalvia belum dibahas secara komperehensif. Penelitian ini ditujukan untuk memahami keberadaan cangkang moluska bivalvia di situs Benteng Tabanio. Identifikasi 101 sampel cangkang marin dilakukan sampai dengan tingkat genus atau spesies dilakukan menggunakan analisis komparasi morfologi dengan cangkang bivalvia marin yang didapatkan di luar zona situs. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat ordo dengan tujuh famili dan empat belas genera atau spesies yang dapat diidentifikasi. Keempat belas genera atau spesies tersebut dapat dikonsumsi, tetapi sisa-sisa cangkang yang ditemukan di situs Benteng Tabanio menunjukkan tidak adanya pemanfaatan moluska bivalvia sebagai bahan pangan ataupun bahan bangunan.A variety of artefacts and ecofacts was found during the excavation of Tabanio Fort by the Banjarmasin Institute for Archaeology. The most common ecofacts found were mollusc shells. However, the mollusc shells collected from the excavation have not been taxonomically identified. Even though the collection contains shells of bivalve molluscs and gastropods, the collection labelling was written as shells, clam shells, or clam shell fragments. Such ambiguous identity results in misinformation. The bivalve mollusc ecofacts recovered from the Tabanio Fort have not been comprehensively discussed. This research aims to understand the presence of bivalve mollusc shells at the site of Tabanio Fort. The identification of 101 marine shells was carried out up to the genus or species level by using comparative morphological analysis with marine bivalve shells obtained beyond the site zone. The research identified four orders, including seven families and fourteen genera or species of bivalve shells. The fourteen identified genera or species are of edible varieties, but shell remains recovered from the Tabanio Fort site indicate no use of bivalve molluscs as food or building materials.
在Banjarmasin考古大厅对Tabanio要塞的考古发掘中,发现了许多文物和文物。许多发现的证据都是软体动物的壳。然而,研究结果的软体动物壳还没有通过taksonomis进行鉴定。收集的标签是用贝壳、贝壳或贝壳碎片写成的,而贝壳中有双壳软体动物和腹足类动物壳。这种身份混淆导致信息错误。关于塔巴尼奥堡遗址的开发研究,双壳软体动物的真实生态遗产尚未全面介绍。本研究旨在了解塔巴尼奥堡遗址中存在双壳动物软体动物的存在。鉴定101个马林氏壳的样本是使用在局外发现的双壳马林壳的形态比较分析进行的。研究结果表明,有4个属于7个家族和14个可识别物种的命令。这14代动物或物种是可以食用的,但在塔巴尼奥要塞遗址发现的贝壳遗迹表明,它们在食物或建筑材料上没有利用双壳软体动物。在班雅尔马辛考古研究所(Banjarmasin Institute of考古学)对塔巴尼奥堡的解释中发现了一些文物和生态事实。最常见的发现是熔化的贝壳。霍夫,发霉的贝壳,从活体中收集的贝壳还没有被确认身份。尽管这些收藏品中含有双阀分解和消化道的贝壳,但收集标签却像贝壳、贝壳贝壳或贝壳碎片一样被书写。这种模糊的身份推荐。从塔巴尼奥堡回收的双壳生物识别技术并没有被指控指控。这项研究旨在理解塔巴尼奥堡基地的双壳生物的存在。通过利用海洋生物分析与海洋双壳壳死亡区之外的分析,101个海洋贝壳的鉴定被列为属或物种级别。该研究包括四名成员,包括七名家庭和十四名双壳物种。《食用或十四个identified已灭绝物种是varieties,但壳牌公司的遗迹recovered from bivalve之堡Tabanio site indicate不利用美国molluscs食品或建筑材料。
{"title":"IDENTIFIKASI EKOFAK MOLUSKA BIVALVA DARI SITUS BENTENG TABANIO, DI KABUPATEN TANAH LAUT","authors":"Restu Budi Sulistiyo, Laila Abdul Jalil, Badruzsaufari Badruzsaufari, Dharmono Dharmono","doi":"10.24832/nw.v16i1.504","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.504","url":null,"abstract":"Pada ekskavasi arkeologi di situs Benteng Tabanio yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin ditemukan berbagai artefak dan ekofak. Ekofak yang banyak ditemukan adalah cangkang moluska. Namun demikian, cangkang moluska hasil penelitian tersebut belum diidentifikasi secara taksonomis. Pelabelan koleksi ditulis sebagai kerang, cangkang kerang, atau fragmen cangkang kerang, padahal dalam koleksi tersebut terdapat cangkang moluska bivalvia dan cangkang gastropoda. Kerancuan identitas ini berakibat pada kesalahan informasi. Pada penelitian ekskavasi situs Benteng Tabanio, tinggalan ekofaktual moluska bivalvia belum dibahas secara komperehensif. Penelitian ini ditujukan untuk memahami keberadaan cangkang moluska bivalvia di situs Benteng Tabanio. Identifikasi 101 sampel cangkang marin dilakukan sampai dengan tingkat genus atau spesies dilakukan menggunakan analisis komparasi morfologi dengan cangkang bivalvia marin yang didapatkan di luar zona situs. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat ordo dengan tujuh famili dan empat belas genera atau spesies yang dapat diidentifikasi. Keempat belas genera atau spesies tersebut dapat dikonsumsi, tetapi sisa-sisa cangkang yang ditemukan di situs Benteng Tabanio menunjukkan tidak adanya pemanfaatan moluska bivalvia sebagai bahan pangan ataupun bahan bangunan.A variety of artefacts and ecofacts was found during the excavation of Tabanio Fort by the Banjarmasin Institute for Archaeology. The most common ecofacts found were mollusc shells. However, the mollusc shells collected from the excavation have not been taxonomically identified. Even though the collection contains shells of bivalve molluscs and gastropods, the collection labelling was written as shells, clam shells, or clam shell fragments. Such ambiguous identity results in misinformation. The bivalve mollusc ecofacts recovered from the Tabanio Fort have not been comprehensively discussed. This research aims to understand the presence of bivalve mollusc shells at the site of Tabanio Fort. The identification of 101 marine shells was carried out up to the genus or species level by using comparative morphological analysis with marine bivalve shells obtained beyond the site zone. The research identified four orders, including seven families and fourteen genera or species of bivalve shells. The fourteen identified genera or species are of edible varieties, but shell remains recovered from the Tabanio Fort site indicate no use of bivalve molluscs as food or building materials.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130039475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
PEDANG PENINGGALAN PRABU SILIWANGI DARI PANJALU, CIAMIS, JAWA BARAT
Pub Date : 2022-12-12 DOI: 10.24832/nw.v16i1.467
T. Tendi
Pedang Sanghyang Borosngora adalah pedang yang diyakini oleh sebagian masyarakat Panjalu sebagai pemberian Sayyidina Ali kepada Prabu Borosngora. Pedang yang sekarang disimpan di Bumi Alit, Panjalu, dan merupakan artefak penting dalam sejarah masyarakat Ciamis dan Sunda, karena memuat nilai-nilai kultural masa lalu yang dapat diidentifikasi sebagai sumber penulisan sejarah. Informasi yang bias tentang Pedang Sanghyang Borosngora adalah masalah utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menarasikan sejarah Pedang Prabu Siliwangi dan bagian-bagiannya secara detail sesuai dengan pakem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review dengan menelaah sumber arsip, dan melakukan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber tradisional yang dianggap otoritatif oleh masyarakat terkait narasi sejarah Pedang Sanghyang Borosngora mengalami perubahan sejak awal abad ke-20 Masehi. Hal tersebut terjadi karena sejak masa itu Pedang Sanghyang Borosngora mulai dikenal sebagai Pedang Sayyidina Ali, padahal sebelumnya pedang itu diriwayatkan sebagai pedang pemberian Prabu Siliwangi kepada Raja Panjalu. Selain itu, ditemukan kesamaan yang spesifik dari pedang ini dengan pedang-pedang lain yang berasal dari Kerajaan Sunda. Dengan demikian, Pedang Sanghyang Borosngora lebih cocok untuk disebut sebagai Pedang Prabu Siliwangi. The Sanghyang Borosngora sword is believed by some Panjalu people to have been given by Sayyidina Ali to King Borosngora. The sword is now stored in Bumi Alit, Panjalu, and is known as an important artifact in the history of the Ciamis and Sundanese people due to its old cultural values which can be identified as a source of historical writing. Biased information about the sword of Sanghyang Borosngora is the main issue of this research. This study aims to narrate the history of King Siliwangi's sword and its parts in detail according to its standard narration. The method used in this study was literature reviews by examining archival sources and making direct observations. The study suggests that traditional sources which are considered authoritative by the community regarding the historical narrative of the sword of Sanghyang Borosngora have changed since the early 20th century. Such a circumstance occurred because since the early 20th century the Sanghyang Borosngora Sword began to be known as the Sayyidina Ali Sword, even though previously the sword was narrated as a sword given by Prabu Siliwangi to King Panjalu. Additionally, specific similarities were found between this sword and other swords originating from the Kingdom of Sunda. Thus, the Sanghyang Borosngora Sword is more suitable to be called the Prabu Siliwangi Sword.
Sanghyang Borosngora的剑是Panjalu一些人认为是Sayyidina Ali送给Prabu Borosngora的礼物。这把剑现在被保存在地球上的Alit, Panjalu,是Ciamis社会和Sunda历史上的重要文物,因为它包含过去的文化价值,可以被认为是历史书写的来源。关于Sanghyang Borosngora的传统信息是这次研究的主要问题。这项研究的目的是追溯Prabu Siliwangi剑的历史,并将其各个部分与pakem进行详细研究。本研究采用的方法是通过研究档案来源和直接观察来进行文献审查。研究表明,自公元20世纪初以来,与之相关的民族历史叙事的传统来源一直在发生变化。这是因为自那时候起,Sanghyang Borosngora的剑就被称为Sayyidina Ali之剑。此外,人们发现这把剑和其他源自巽他王国的剑有一些特别的相似之处。因此,Sanghyang Borosngora的剑更适合称为Prabu Siliwangi剑。刺手的剑是由一些Panjalu人相信的,他们被Sayyidina Ali提供给Borosngora国王的荣誉。剑现在藏在地球上的是Alit, Panjalu,它知道在Ciamis和Sundanese只能识别为历史写作的古老文化价值的重要人工制品。关于Sanghyang Borosngora的参考资料是这项研究的主要问题。这项研究揭示了国王硅剑及其部分的历史细节,根据其标准叙述。研究中使用的方法是审查档案服务器和直接观察的文献。研究建议,自20世纪初以来,被认为是由社区利益驱动的传统资源的研究结果发生了变化。这是一场前所未有的事件,因为自20世纪初以来,Sanghyang Borosngora开始被称为Sayyidina Ali Sword,尽管此前它被描述为一把剑,就像Prabu Siliwangi给Panjalu King Panjalu的那样。此外,在这把剑和其他剑之间发现了一些相似的东西。因此,Sanghyang Borosngora的剑更适合称之为Prabu硅剑。
{"title":"PEDANG PENINGGALAN PRABU SILIWANGI DARI PANJALU, CIAMIS, JAWA BARAT","authors":"T. Tendi","doi":"10.24832/nw.v16i1.467","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.467","url":null,"abstract":"Pedang Sanghyang Borosngora adalah pedang yang diyakini oleh sebagian masyarakat Panjalu sebagai pemberian Sayyidina Ali kepada Prabu Borosngora. Pedang yang sekarang disimpan di Bumi Alit, Panjalu, dan merupakan artefak penting dalam sejarah masyarakat Ciamis dan Sunda, karena memuat nilai-nilai kultural masa lalu yang dapat diidentifikasi sebagai sumber penulisan sejarah. Informasi yang bias tentang Pedang Sanghyang Borosngora adalah masalah utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menarasikan sejarah Pedang Prabu Siliwangi dan bagian-bagiannya secara detail sesuai dengan pakem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review dengan menelaah sumber arsip, dan melakukan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber tradisional yang dianggap otoritatif oleh masyarakat terkait narasi sejarah Pedang Sanghyang Borosngora mengalami perubahan sejak awal abad ke-20 Masehi. Hal tersebut terjadi karena sejak masa itu Pedang Sanghyang Borosngora mulai dikenal sebagai Pedang Sayyidina Ali, padahal sebelumnya pedang itu diriwayatkan sebagai pedang pemberian Prabu Siliwangi kepada Raja Panjalu. Selain itu, ditemukan kesamaan yang spesifik dari pedang ini dengan pedang-pedang lain yang berasal dari Kerajaan Sunda. Dengan demikian, Pedang Sanghyang Borosngora lebih cocok untuk disebut sebagai Pedang Prabu Siliwangi. \u0000The Sanghyang Borosngora sword is believed by some Panjalu people to have been given by Sayyidina Ali to King Borosngora. The sword is now stored in Bumi Alit, Panjalu, and is known as an important artifact in the history of the Ciamis and Sundanese people due to its old cultural values which can be identified as a source of historical writing. Biased information about the sword of Sanghyang Borosngora is the main issue of this research. This study aims to narrate the history of King Siliwangi's sword and its parts in detail according to its standard narration. The method used in this study was literature reviews by examining archival sources and making direct observations. The study suggests that traditional sources which are considered authoritative by the community regarding the historical narrative of the sword of Sanghyang Borosngora have changed since the early 20th century. Such a circumstance occurred because since the early 20th century the Sanghyang Borosngora Sword began to be known as the Sayyidina Ali Sword, even though previously the sword was narrated as a sword given by Prabu Siliwangi to King Panjalu. Additionally, specific similarities were found between this sword and other swords originating from the Kingdom of Sunda. Thus, the Sanghyang Borosngora Sword is more suitable to be called the Prabu Siliwangi Sword.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129932133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
REFLEKSI IDENTITAS BUDAYA MAKASSAR DARI PENGGUNAAN NISAN ARCA DI KOMPLEKS MAKAM ISLAM DI KAWASAN BANTAENG, JENEPONTO, DAN MAROS
Pub Date : 2022-12-12 DOI: 10.24832/nw.v16i1.478
N. Purnamasari
Nisan arca adalah salah satu produk budaya material dari masa Islam di wilayah administratif Sulawesi Selatan. Nisan arca di kawasan etnik Makassar, yang berada di Kabupaten Bantaeng, Jeneponto dan Maros, menunjukkan morfologi dan ciri antropomorfik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah periode penggunaan dan kandungan maknanya. Penelitian ini ditujukan untuk memahami makna yang dikandung oleh nisan arca, dengan menjawab permasalahan-permasalahan mengenai kronologi nisan arca di Kawasan etnik Makassar dan identitas budaya Makassar. Data penelitian ini dilandasi oleh hasil analisis morfologi nisan dari penelitian terdahulu, kemudian pada penelitian ini dilanjutkan dengan analisis historis dan etnografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan nisan arca dilatarbelakangi oleh tradisi pra-Islam yang masih terpelihara di tengah-tengah masyarakat Makassar, yang dalam perkembangannya mengalami pembauran dengan budaya Islam yang hadir pada periode selanjutnya. Nisan arca budaya Makassar mengandung simbol-simbol budaya sebagai identitas bagi masyarakat penggunanya, yaitu kebangsawanan atau stratifikasi sosial, religiusitas, pengharapan, penghormatan dan kebanggaan, serta intelektualitas. An effigy gravestone is one among the products of material culture from the Islamic period in the administrative area of ​​South Sulawesi. The effigy gravestone in the Makassar ethnic regions of Bantaeng, Jeneponto, and Maros, present different morphological and anthropomorphic characteristics from one another. This difference is influenced by several factors, including the period of use and significance. This study aims to understand the significance of effigy gravestones by recognising the chronology of the gravestones in the Makassar ethnic regions, and within the Makassar cultural identity. The data of this study are based on the results of the morphological analysis of the gravestones from previous studies, and this research is continued with historical and ethnographic analysis. The results of this study indicate that the existence of the effigy gravestones is motivated by pre-Islamic traditions that are still preserved in Makassar society, which in its development experienced assimilation with the Islamic culture that was present in the later period. The Makassar effigy gravestones contain cultural symbols as identities of the people who use them, i.e. nobility or social stratification, religiosity, hope, respect and pride, and intellect.
Nisan arca是南苏拉威西行政区伊斯兰时期的材料文化产物之一。位于马卡萨民族地区的垫子昂、杰尼蓬托和马洛斯摄政中的尼森雕像展示了彼此不同的形态学和拟人化特征。这些差异受到几个因素的影响,其中包括它们的使用和含义周期。这项研究是为了理解nisan arca怀上的意义,通过回答Makassar民族地区关于nisan arca年表和Makassar文化认同的问题。这项研究的数据是由最初研究的墓碑形态分析的结果建立起来的,然后是历史和人种学分析。这项研究的结果表明,前伊斯兰教的存在是由马卡萨社会中保存下来的传统为基础的。马卡萨社会正在经历与随后的伊斯兰文化融合的过程。望加锡文化的墓碑上刻着一种文化符号,代表着人们的身份,即社会贵族或社会等级、宗教、期望、尊重和骄傲以及智力。一种不成熟的灰岩是苏拉威西地区伊斯兰时期的材料文化的一部分。Makassar ethnic地区的effigy gravestone分别来自不同的形态和人类特征。这一差异是由几个重要因素影响的,包括使用的危险危险因素。这项研究旨在理解Makassar ethnic地区的effigy gravestones的含义,以及Makassar文化身份的内部深处。这项研究的数据是基于前维小提琴研究的形态分析结果,这项研究继续进行历史和ethno图形分析。这项研究的结果表明,在望加锡社会,存在着一种先前伊斯兰文化的存在,这种伊斯兰文化是在随后的时期对其伊斯兰文化的发展进行研究的。Makassar effigy gravestones contain文化象征是利用它们的人的身份,i.e。
{"title":"REFLEKSI IDENTITAS BUDAYA MAKASSAR DARI PENGGUNAAN NISAN ARCA DI KOMPLEKS MAKAM ISLAM DI KAWASAN BANTAENG, JENEPONTO, DAN MAROS","authors":"N. Purnamasari","doi":"10.24832/nw.v16i1.478","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.478","url":null,"abstract":"Nisan arca adalah salah satu produk budaya material dari masa Islam di wilayah administratif Sulawesi Selatan. Nisan arca di kawasan etnik Makassar, yang berada di Kabupaten Bantaeng, Jeneponto dan Maros, menunjukkan morfologi dan ciri antropomorfik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah periode penggunaan dan kandungan maknanya. Penelitian ini ditujukan untuk memahami makna yang dikandung oleh nisan arca, dengan menjawab permasalahan-permasalahan mengenai kronologi nisan arca di Kawasan etnik Makassar dan identitas budaya Makassar. Data penelitian ini dilandasi oleh hasil analisis morfologi nisan dari penelitian terdahulu, kemudian pada penelitian ini dilanjutkan dengan analisis historis dan etnografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan nisan arca dilatarbelakangi oleh tradisi pra-Islam yang masih terpelihara di tengah-tengah masyarakat Makassar, yang dalam perkembangannya mengalami pembauran dengan budaya Islam yang hadir pada periode selanjutnya. Nisan arca budaya Makassar mengandung simbol-simbol budaya sebagai identitas bagi masyarakat penggunanya, yaitu kebangsawanan atau stratifikasi sosial, religiusitas, pengharapan, penghormatan dan kebanggaan, serta intelektualitas. An effigy gravestone is one among the products of material culture from the Islamic period in the administrative area of ​​South Sulawesi. The effigy gravestone in the Makassar ethnic regions of Bantaeng, Jeneponto, and Maros, present different morphological and anthropomorphic characteristics from one another. This difference is influenced by several factors, including the period of use and significance. This study aims to understand the significance of effigy gravestones by recognising the chronology of the gravestones in the Makassar ethnic regions, and within the Makassar cultural identity. The data of this study are based on the results of the morphological analysis of the gravestones from previous studies, and this research is continued with historical and ethnographic analysis. The results of this study indicate that the existence of the effigy gravestones is motivated by pre-Islamic traditions that are still preserved in Makassar society, which in its development experienced assimilation with the Islamic culture that was present in the later period. The Makassar effigy gravestones contain cultural symbols as identities of the people who use them, i.e. nobility or social stratification, religiosity, hope, respect and pride, and intellect.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131932490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
NILAI PENTING SUMBER DAYA BUDAYA KOTAWARINGIN LAMA
Pub Date : 2022-12-12 DOI: 10.24832/nw.v16i1.500
Muhammad Wishnu Wibisono, D. A. Tanudirjo, Imam Hindarto
Historiografi Kabupaten Kotawaringin Barat tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kerajaan Kotawaringin abad ke-17-19 Masehi. Kerajaan Kotawaringin tumbuh dan berkembang sebagai kawasan multietnis Bugis, Dayak dan Jawa. Beberapa sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin, di Kotawaringin Lama, yang masih tersisa adalah Astana Al-Nursari, Makam Kuta Tanah, Masjid Kyai Gede, dan Danau Masoraian. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Astana Al-Nursari akan dikembangkan menjadi museum yang berintegrasi dengan ketiga sumber daya budaya lainnya. Rencana pengembangan tersebut diinisiasi oleh keturunan Kerajaan Kotawaringin, yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun demikian, sampai sekarang penelitian mengenai sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin yang menjadi langkah awal rencana pengembangan tersebut masih sebatas studi aspek sejarahnya. Penelitian kali ini ditujukan untuk memahami nilai penting sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin berdasarkan kondisi aktual masa kini. Pemahaman akan nilai penting tersebut diharapkan dapat menggambarkan karakter dan potensi Kotawaringin Barat yang dapat menjadi landasan dalam pengelolaan sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya budaya di Kotawaringin Lama, di Kalimantan Tengah, memiliki nilai penting yang dapat menjadi fondasi pengelolaan kawasan cagar budaya yang berintegrasi dengan kawasan lindung geologi. Integrasi pengelolaan dua kawasan lindung tersebut merupakan suatu langkah awal sebelum kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara praktis dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan dan Indonesia secara umum. . The historiography of Kotawaringin Barat Regency cannot be separated from the existence of the 17th-19th century Kotawaringin Kingdom. The Kotawaringin kingdom grew and developed as a multi-ethnic region of Bugis, Dayak and Javanese. Some of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, in Kotawaringin Lama, which still exists are the Astana Al-Nursari, the Kuta Tanah Cemetery, Kyai Gede Mosque, and the Masoraian Lake. The interview results suggest that Astana Al-Nursari will be developed into a museum that integrates with the other three cultural resources. The development plan was initiated by descendants of the Kotawaringin Kingdom, supported by the Regency Government of Kotawaringin Barat. However, until today research on the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, which is the first step in this development plan, is still limited to studying the historical aspects of the Kotawaringin Kingdom. This research is aimed at understanding the important value of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom based on current actual conditions. The understanding of these important values is expected to enable the depiction of the characteristics and potential of Kotawaringin Barat which can become the basis for cultural resources management of the Kotawaringin Kingdom. The res
希望西方的柯林主义摄政与公元17-19世纪柯林堡王国的存在是不可分割的。ko提供王国希望作为布吉斯、达亚克和爪哇的多民族地区而发展和繁荣。王国的一些文化资源,在旧的共存,只剩下Astana Al-Nursari, cemch land, Kyai Masjid,和masor芭芭拉湖。采访结果显示,阿斯塔纳·努尔萨里将被开发成一个与三种文化资源融合的博物馆。该发展计划是由卡马卡王国的后裔发起的,这是由西柯克林摄政支持的。然而,到目前为止,对帝国文化资源的研究一直仅限于对其历史方面的研究。目前的研究旨在了解沙特皇家现有资源的重要价值。人们希望,了解这些重要价值将有助于描述西方文化资源管理方面的基本角色和潜力。研究结果表明,加里曼丹中部的古马卡的文化资源具有重要价值,这可能是保护区管理与地质保护区融合的基础。把这两个保护区的管理整合起来,是在对改善人民福利,特别是该地区和印度尼西亚一般人民的福祉进行实际利用的第一步。希望西方摄政的历史不能与17 -19世纪的王国分离。邀请王国繁荣并发展为布吉、达雅克和日本人的多种族地区。一些文化资源想要王国,在古马卡里,但仍然存在的是阿斯塔纳·努尔萨里、古他的墓地、凯·哈萨克和马萨拉湖。阿斯塔纳·努尔萨里(Astana Al-Nursari)的最新建议是,阿萨纳•努尔萨里(Astana Al-Nursari)将开发出一个与其他三种文化资源组成的博物馆。发展计划是由渴望王国的提议发起的,由渴望西方的新兴政府支持。However,直到今天对王国的文化资源进行研究,这是该发展计划的第一步,但目前还无法了解其对王国的历史支持。这项研究已经认识到,基于当前自然条件的共同利益的文化资源的重要性。了解这些重要价值的价值观,将使西方的奉献成为文化资源管理王国的基础。最近在加里曼丹中部举行的文化选举资源展示,可以成为文化遗产管理地区的重要组成部分,该地区与地理保护相结合。这两个受保护地区的管理参与是在这些地区被用来改善人们的福利之前的第一步,特别是在一般情况下居住在该地区和印度尼西亚的人们。
{"title":"NILAI PENTING SUMBER DAYA BUDAYA KOTAWARINGIN LAMA","authors":"Muhammad Wishnu Wibisono, D. A. Tanudirjo, Imam Hindarto","doi":"10.24832/nw.v16i1.500","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.500","url":null,"abstract":"Historiografi Kabupaten Kotawaringin Barat tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kerajaan Kotawaringin abad ke-17-19 Masehi. Kerajaan Kotawaringin tumbuh dan berkembang sebagai kawasan multietnis Bugis, Dayak dan Jawa. Beberapa sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin, di Kotawaringin Lama, yang masih tersisa adalah Astana Al-Nursari, Makam Kuta Tanah, Masjid Kyai Gede, dan Danau Masoraian. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Astana Al-Nursari akan dikembangkan menjadi museum yang berintegrasi dengan ketiga sumber daya budaya lainnya. Rencana pengembangan tersebut diinisiasi oleh keturunan Kerajaan Kotawaringin, yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun demikian, sampai sekarang penelitian mengenai sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin yang menjadi langkah awal rencana pengembangan tersebut masih sebatas studi aspek sejarahnya. Penelitian kali ini ditujukan untuk memahami nilai penting sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin berdasarkan kondisi aktual masa kini. Pemahaman akan nilai penting tersebut diharapkan dapat menggambarkan karakter dan potensi Kotawaringin Barat yang dapat menjadi landasan dalam pengelolaan sumber daya budaya Kerajaan Kotawaringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya budaya di Kotawaringin Lama, di Kalimantan Tengah, memiliki nilai penting yang dapat menjadi fondasi pengelolaan kawasan cagar budaya yang berintegrasi dengan kawasan lindung geologi. Integrasi pengelolaan dua kawasan lindung tersebut merupakan suatu langkah awal sebelum kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara praktis dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan dan Indonesia secara umum. \u0000. The historiography of Kotawaringin Barat Regency cannot be separated from the existence of the 17th-19th century Kotawaringin Kingdom. The Kotawaringin kingdom grew and developed as a multi-ethnic region of Bugis, Dayak and Javanese. Some of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, in Kotawaringin Lama, which still exists are the Astana Al-Nursari, the Kuta Tanah Cemetery, Kyai Gede Mosque, and the Masoraian Lake. The interview results suggest that Astana Al-Nursari will be developed into a museum that integrates with the other three cultural resources. The development plan was initiated by descendants of the Kotawaringin Kingdom, supported by the Regency Government of Kotawaringin Barat. However, until today research on the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom, which is the first step in this development plan, is still limited to studying the historical aspects of the Kotawaringin Kingdom. This research is aimed at understanding the important value of the cultural resources of the Kotawaringin Kingdom based on current actual conditions. The understanding of these important values is expected to enable the depiction of the characteristics and potential of Kotawaringin Barat which can become the basis for cultural resources management of the Kotawaringin Kingdom. The res","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127089458","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Naditira Widya
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1