Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah merupakan kerajaan agraris yang berkembang pada masa Jawa Kuno abad ke-8-10 M. Salah satu data arkeologi yang monumental dari masa tersebut adalah Candi Prambanan yang memiliki pahatan relief naturalis dengan tema cerita Ramayana dan Kresnayana. Pada relief tersebut juga digambarkan tanaman yang dapat diidentifikasi jenisnya. Penggambaran tanaman pada relief Ramayana dan Kresnayana dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi lingkungan Jawa Kuno di kawasan Prambanan pada masa lalu. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung terhadap data yang dijaring secara purposive sampling. Sampel data yang diidentifikasi adalah tanaman-tanaman yang dipahatkan pada relief-relief Candi Prambanan. Hasil identifikasi data selanjutnya diinterpretasikan merujuk pada prasasti-prasasti dan naskah kesusastraan Jawa Kuno yang relevan. Sintesis penelitian ini menunjukkan bahwa pengelompokan dalam pengelolaan tanaman di kawasan Prambanan pada masa Jawa Kuno adalah tanaman pangan, tanaman komersial, tanaman keras, tanaman obat, dan tanaman hias. Lebih lanjut, dipahami pula bahwa pengelolaan tanaman pada masa Jawa Kuno sangat diperhatikan oleh penguasa. Aspek praktis penelitian ini memberikan peluang bagi tanaman-tanaman tersebut untuk dapat dibudidayakan kembali pada masa kini sebagai upaya konservasi lingkungan. The Ancient Mataram Kingdom in Central Java was an agrarian state that developed during the ancient Javanese era of the 8th-10th century. One of the monumental archaeological data from that period is the Prambanan Temple which has naturalist relief sculptures with themes of the Ramayana and Kresnayana Epics. The reliefs also depict identifiable plants of that period. The depiction of plants in the reliefs of Ramayana and Kresnayana indicate the environmental conditions of Ancient Java in the Prambanan region in the past. This research was conducted by directly observing the data collected by purposive sampling. The data samples identified were plants carved on the reliefs of the Prambanan Temple. The results of data identification were then interpreted by referring to the relevant Old Javanese inscriptions and literary texts. The research synthesis shows that the grouping in the management of plants in the Prambanan area during the Old Javanese period were food plants, cash crops, perennials, medicinal plants, and ornamental plants. Furthermore, it is also understood that the management of plants during the Old Javanese period was highly considered by the authorities. The practical aspect of this research provides an opportunity for these plants to be cultivated again today as an environmental conservation effort.
{"title":"IDENTIFIKASI DAN PEMANFAATAN TANAMAN MASA JAWA KUNA: STUDI KASUS RELIEF RAMAYANA DAN KRESNAYANA CANDI PRAMBANAN","authors":"Harits Setyawan","doi":"10.24832/nw.v16i1.498","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.498","url":null,"abstract":"Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah merupakan kerajaan agraris yang berkembang pada masa Jawa Kuno abad ke-8-10 M. Salah satu data arkeologi yang monumental dari masa tersebut adalah Candi Prambanan yang memiliki pahatan relief naturalis dengan tema cerita Ramayana dan Kresnayana. Pada relief tersebut juga digambarkan tanaman yang dapat diidentifikasi jenisnya. Penggambaran tanaman pada relief Ramayana dan Kresnayana dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi lingkungan Jawa Kuno di kawasan Prambanan pada masa lalu. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung terhadap data yang dijaring secara purposive sampling. Sampel data yang diidentifikasi adalah tanaman-tanaman yang dipahatkan pada relief-relief Candi Prambanan. Hasil identifikasi data selanjutnya diinterpretasikan merujuk pada prasasti-prasasti dan naskah kesusastraan Jawa Kuno yang relevan. Sintesis penelitian ini menunjukkan bahwa pengelompokan dalam pengelolaan tanaman di kawasan Prambanan pada masa Jawa Kuno adalah tanaman pangan, tanaman komersial, tanaman keras, tanaman obat, dan tanaman hias. Lebih lanjut, dipahami pula bahwa pengelolaan tanaman pada masa Jawa Kuno sangat diperhatikan oleh penguasa. Aspek praktis penelitian ini memberikan peluang bagi tanaman-tanaman tersebut untuk dapat dibudidayakan kembali pada masa kini sebagai upaya konservasi lingkungan. \u0000The Ancient Mataram Kingdom in Central Java was an agrarian state that developed during the ancient Javanese era of the 8th-10th century. One of the monumental archaeological data from that period is the Prambanan Temple which has naturalist relief sculptures with themes of the Ramayana and Kresnayana Epics. The reliefs also depict identifiable plants of that period. The depiction of plants in the reliefs of Ramayana and Kresnayana indicate the environmental conditions of Ancient Java in the Prambanan region in the past. This research was conducted by directly observing the data collected by purposive sampling. The data samples identified were plants carved on the reliefs of the Prambanan Temple. The results of data identification were then interpreted by referring to the relevant Old Javanese inscriptions and literary texts. The research synthesis shows that the grouping in the management of plants in the Prambanan area during the Old Javanese period were food plants, cash crops, perennials, medicinal plants, and ornamental plants. Furthermore, it is also understood that the management of plants during the Old Javanese period was highly considered by the authorities. The practical aspect of this research provides an opportunity for these plants to be cultivated again today as an environmental conservation effort.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"251 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133550968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Situs terbuka Ciomas mengandung tinggalan budaya dari masa Neolitik. Dalam penelitian arkeologi di situs Ciomas ditemukan litik dari masa Neolitik berupa serpih, mata panah, beliung, dan beliung setengah jadi, yang dibentuk dari batuan chert, jasper, kalsedon, dan batugamping kersikan. Namun demikian, aspek lingkungan geologi situs tersebut belum pernah diteliti secara detail. Tujuan penelitian ini adalah memahami karakteristik geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan menentukan lokasi sumber batuan untuk bahan alat-alat Neolitik. Penelitian ini diawali dengan kajian pustaka dan survei lapangan, lalu dilanjutkan dengan analisis petrologi, dan interpretasi data lapangan. Situs Ciomas termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan kelompok Endapan Vulkanik Pleistosen. Hidrogeologinya termasuk kelulusan rendah sampai sedang. Hasil penelitian ini adalah data tentang bentang alam situs yang terdiri atas morfologi dataran dan bergelombang lemah. Karakteristik sungai di kawasan penelitian memiliki pola trellis dan rectangular, stadia sungai tua, sungai periodik dan sungai episodik. Batuan penyusun kawasan situs Ciomas adalah endapan aluvial, endapan undak tua, andesit, napal, breksi vulkanik, dan tufa. Struktur geologi kawasan ini berupa sesar normal dan antiklin. Berdasarkan data geologis tersebut, dapat disimpulkan lokasi pengambilan bahan baku batuan untuk pembuatan alat-alat litik berasal dari sekitar dataran situs dan di sepanjang Sungai Cikaso yang mengalir melewati situs.The Ciomas open site contains cultural remains from the Neolithic period. Archaeological research here yielded Neolithic tools such as flakes, arrowheads, adzes as well as adze blanks, which were made of chert, jasper, chalcedony, and silicified limestone. However, the environmental aspects of the site's geology have never been studied in detail. The objective of this research is to understand the characteristics of geomorphology, stratigraphy, and geological structure, and determine the location of rock sources for Neolithic tools. This research began with a literature review and field survey, then continued with petrological analysis and interpretation of field data. The Ciomas site falls into the category of the South Mountain of West Java Zone and the Pleistocene Volcanic Deposits Group. The hydrogeology of the site shows low to moderate graduation. The results of this study are data on the site's landscape which consists of plain and weakly undulating morphology. The characteristics of the rivers in the study area have trellis and rectangular patterns, old river stadia, periodic rivers and episodic rivers. The rocks that make up the Ciomas site area are alluvial deposits, old stepped deposits, andesite, marl, volcanic breccia, and tuff. The geological structure of this area consists of normal faults and anticlines. Based on the geological data, it can be inferred that the location of rock materials for lithic-making was procured from around the plains of th
露天网站包含了新时代的文化遗迹。考古研究中在Ciomas网站发现了新石器时代时期的litik页岩、箭头、镐镐半成品chert时期的岩石形成的,贾斯帕,玉髓,batugamping kersikan。尽管如此,对该遗址的地质环境方面还没有进行详细的研究。本研究的目的是了解地形学特征、分层学、地质结构,并确定岩石中新岩体材料的来源。该研究首先涉及文献研究和实地调查,然后进行实地分析和数据分析。该遗址包括西爪哇省南部山区和多火山沉积物。水力学包括一个低到中级的毕业典礼。研究结果是遗址的地形数据,由平原和起伏的形态学组成。该研究区域的河流特征有trellis模式和rectangsnake模式,古老的河流stadia,周期性河流和frequency河流。沉积物沉积的区域是冲积层、古老的undak沉积物、andesit、napal、火山breksi和tufa。这个区域的地质结构是正常的剖腹产和安提克林。根据地质数据,我们可以推断提取用于制造冰具的岩石原料的位置来自周围的平原和沿沿沿的Cikaso河流经这些遗址。旧石器时代遗留下来的文化遗迹的开放场所。在这里,考古学研究发现了这样的新岩屑工具,arrowheads, adzes as well as blanks,它是由燧石、jasper、chalcedony和硅化石灰石制成的。悬浮,该地点的环境评估从未详细研究过。这项研究的目标是理解地形学、分层学和地质结构的特性,并确定岩石位置的新岩屑工具。这一研究始于一份文献评估和现场调查,然后继续进行对现场数据的分析和解释。最近发现的遗迹涉及西爪哇区的南山和多采火山存款集团。到目前为止,网站的水质地理水平很低。这项研究的结果是网站上的数据。研究区域的河流特征有trellis和rectanglls patterns,古河stadia,骨膜里弗斯和系列河流。保留的岩石有多位存款、旧台阶存款、安地、马尔、火山breccia和凝灰岩。这一地区的地质结构是常态、缺点和预防机制的基础。根据地质数据,这很可能推断出岩体物质的位置是从所在的地方被挖出来的,也就是穿过它的Cikaso河。
{"title":"GEOLOGI SITUS CIOMAS DI KABUPATEN SUKABUMI: KAJIAN SUMBER BATUAN UNTUK BAHAN LITIK","authors":"M. F. S. Intan, Frandus Manurung","doi":"10.24832/nw.v16i1.497","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v16i1.497","url":null,"abstract":"Situs terbuka Ciomas mengandung tinggalan budaya dari masa Neolitik. Dalam penelitian arkeologi di situs Ciomas ditemukan litik dari masa Neolitik berupa serpih, mata panah, beliung, dan beliung setengah jadi, yang dibentuk dari batuan chert, jasper, kalsedon, dan batugamping kersikan. Namun demikian, aspek lingkungan geologi situs tersebut belum pernah diteliti secara detail. Tujuan penelitian ini adalah memahami karakteristik geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan menentukan lokasi sumber batuan untuk bahan alat-alat Neolitik. Penelitian ini diawali dengan kajian pustaka dan survei lapangan, lalu dilanjutkan dengan analisis petrologi, dan interpretasi data lapangan. Situs Ciomas termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan kelompok Endapan Vulkanik Pleistosen. Hidrogeologinya termasuk kelulusan rendah sampai sedang. Hasil penelitian ini adalah data tentang bentang alam situs yang terdiri atas morfologi dataran dan bergelombang lemah. Karakteristik sungai di kawasan penelitian memiliki pola trellis dan rectangular, stadia sungai tua, sungai periodik dan sungai episodik. Batuan penyusun kawasan situs Ciomas adalah endapan aluvial, endapan undak tua, andesit, napal, breksi vulkanik, dan tufa. Struktur geologi kawasan ini berupa sesar normal dan antiklin. Berdasarkan data geologis tersebut, dapat disimpulkan lokasi pengambilan bahan baku batuan untuk pembuatan alat-alat litik berasal dari sekitar dataran situs dan di sepanjang Sungai Cikaso yang mengalir melewati situs.The Ciomas open site contains cultural remains from the Neolithic period. Archaeological research here yielded Neolithic tools such as flakes, arrowheads, adzes as well as adze blanks, which were made of chert, jasper, chalcedony, and silicified limestone. However, the environmental aspects of the site's geology have never been studied in detail. The objective of this research is to understand the characteristics of geomorphology, stratigraphy, and geological structure, and determine the location of rock sources for Neolithic tools. This research began with a literature review and field survey, then continued with petrological analysis and interpretation of field data. The Ciomas site falls into the category of the South Mountain of West Java Zone and the Pleistocene Volcanic Deposits Group. The hydrogeology of the site shows low to moderate graduation. The results of this study are data on the site's landscape which consists of plain and weakly undulating morphology. The characteristics of the rivers in the study area have trellis and rectangular patterns, old river stadia, periodic rivers and episodic rivers. The rocks that make up the Ciomas site area are alluvial deposits, old stepped deposits, andesite, marl, volcanic breccia, and tuff. The geological structure of this area consists of normal faults and anticlines. Based on the geological data, it can be inferred that the location of rock materials for lithic-making was procured from around the plains of th","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130760649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kutai Lama merupakan salah satu kota lama yang terdapat di daerah aliran Sungai Mahakam. Salah satu bukti hubungan antara Kutai Lama dengan dunia luar adalah banyaknya sebaran pecahan keramik asing, terutama dari Cina, yang padat di sepanjang tepian sungai. Tujuan penelitian ini adalah memahami keberadaan keramik kuno di daerah aliran Sungai Mahakam. Adapun sasaran penelitian ini adalah bentuk dan variasi keramik, sehingga diketahuifungsi serta peranan keramik Cina pada masa itu. Penelitian ini dilakukan karena belum ada penelitian terdahulu yang mengulas tentang besarnya pengaruh eksistensi keramik Cina dalam perkembangan kebudayaan di kawasan Kutai Lama. Situs Kutai Lama merupakan kawasan penting bagi rekonstruksi sejarah awal perkembangan Islam di Kutai Kartanegara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif, dan perbandingan-perbandingan berdasarkan literatur keramik Cina. Hasil analisis morfologi dan kronologi menunjukkan bahwa keramik Dinasti Song-Yuan mendominasi populasi temuan keramik di Kutai Lama. Hal ini menjadi indikasi komoditi dagang tersebut dihargai sebagai suatu hadiah, sehingga menjadi barang berharga yang dimiliki oleh kalangan tertentu atau tokoh masyarakat. Kutai Lama is one of the old towns located in the Mahakam River catchment. One of the items of evidence of the relationship between Kutai Lama and the outside world is a large number of fragments of foreign ceramic, especially from China, which was densely found along the banks of the river. The objective of this study was to understand the existence of old ceramics in the Mahakam River catchment. The target of this research was the form and variation of ceramics, thus providing information on the purpose and role of Chinese ceramics then. This research was conducted because there were no previous studies that reviewed the magnitude of the influence of the existence of Chinese ceramics in the cultural development in the Kutai Lama region. The Kutai Lama site is an important area for the reconstruction of the early history of Islamic development in Kutai Kartanegara. The research method used was qualitative-descriptive, and comparative based on Chinese ceramics literature. The results of the morphological and chronological analyses showed that the Song-Yuan Dynasty ceramics dominate the population of ceramic findings in Kutai Lama. This is an indication that such trade commodity was also valued as gifts, therefore, it became valuable items owned by certain groups or community leaders.
{"title":"KERAMIK SITUS KUTAI LAMA: TINJAUAN BENTUK DAN KRONOLOGI [KUTAI LAMA CERAMICS: A REVIEW ON FORM AND CHRONOLOGY]","authors":"E. A. P. Taim","doi":"10.24832/nw.v15i2.458","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.458","url":null,"abstract":"Kutai Lama merupakan salah satu kota lama yang terdapat di daerah aliran Sungai Mahakam. Salah satu bukti hubungan antara Kutai Lama dengan dunia luar adalah banyaknya sebaran pecahan keramik asing, terutama dari Cina, yang padat di sepanjang tepian sungai. Tujuan penelitian ini adalah memahami keberadaan keramik kuno di daerah aliran Sungai Mahakam. Adapun sasaran penelitian ini adalah bentuk dan variasi keramik, sehingga diketahuifungsi serta peranan keramik Cina pada masa itu. Penelitian ini dilakukan karena belum ada penelitian terdahulu yang mengulas tentang besarnya pengaruh eksistensi keramik Cina dalam perkembangan kebudayaan di kawasan Kutai Lama. Situs Kutai Lama merupakan kawasan penting bagi rekonstruksi sejarah awal perkembangan Islam di Kutai Kartanegara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif, dan perbandingan-perbandingan berdasarkan literatur keramik Cina. Hasil analisis morfologi dan kronologi menunjukkan bahwa keramik Dinasti Song-Yuan mendominasi populasi temuan keramik di Kutai Lama. Hal ini menjadi indikasi komoditi dagang tersebut dihargai sebagai suatu hadiah, sehingga menjadi barang berharga yang dimiliki oleh kalangan tertentu atau tokoh masyarakat. \u0000Kutai Lama is one of the old towns located in the Mahakam River catchment. One of the items of evidence of the relationship between Kutai Lama and the outside world is a large number of fragments of foreign ceramic, especially from China, which was densely found along the banks of the river. The objective of this study was to understand the existence of old ceramics in the Mahakam River catchment. The target of this research was the form and variation of ceramics, thus providing information on the purpose and role of Chinese ceramics then. This research was conducted because there were no previous studies that reviewed the magnitude of the influence of the existence of Chinese ceramics in the cultural development in the Kutai Lama region. The Kutai Lama site is an important area for the reconstruction of the early history of Islamic development in Kutai Kartanegara. The research method used was qualitative-descriptive, and comparative based on Chinese ceramics literature. The results of the morphological and chronological analyses showed that the Song-Yuan Dynasty ceramics dominate the population of ceramic findings in Kutai Lama. This is an indication that such trade commodity was also valued as gifts, therefore, it became valuable items owned by certain groups or community leaders.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125372377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sabinus Beni, Blasius Manggu, Yosua Damas Sadewo, T. Aquino
Penelitian dilakukan di Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, yaitu di lokasi Pos Intai Belanda Bukit Van Dering. Keberadaan pos intai tersebut masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat baik yang berada di sekitar Kabupaten Bengkayang maupun di luar daerah Kabupaten Bengkayang. Saat ini, kondisi bangunan pos intai cukup memprihatinkan dan terkesan dilupakan keberadaannya baik oleh masyarakat mapun pemerintah setempat. Tujuan penelitian untuk memahami rencana pemugaran kawasan Pos Intai Belanda Bukit Van Dering di Serukam sebagai kawasan pariwisata peninggalan sejarah kolonial Belanda di Bumi Sebalo Bengkayang. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terkait Pos Intai Belanda terhadap narasumber yang dapat dipercaya serta ditunjang dengan data dari dinas terkait. Hasil penelitian menunjukkan belum adanya perhatian pemerintah dalam menginventarisasi dan merevitalisasi peninggalan sejarah Pos Intai Belanda di Bukit Van Dering Serukam serta belum ada upaya untuk memperkenalkan kawasan pariwisata sejarah Pos Intai Bukit Van Dering. Lokasi Pos Intai tersebut berada pada kawasan Bukit Van Dering dengan keindahan alam sangat alami dan lestari yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata khas Kabupaten Bengkayang tetapi belum tersentuh oleh pembangunan pariwisata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harus ada kerjasama dengan pelibatan setiap unsur pemangku kepentingan dalam upaya merevitalisasi situs Pos Intai Van Dering, serta dapat memanfaatkannya sebagai sumberdaya pariwisata dan materi pembelajaran muatan lokal di Kabupaten Bengkayang.The research was conducted in Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang in the Province of West Kalimantan, which was at the location of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering. Not many people, either in or outside Bengkayang, know about the existence of this lookout post. Presently, the condition of the construction of the lookout post is devastating and seems to have been forgotten by the community and the local government. The objective of this study was to determine the plan to restore the area of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam as a tourism area of the Dutch colonial history and heritage of Bumi Sebalo in Bengkayang. This research used a qualitative method and carried out by in-depth interviews related to the Dutch Lookout Post and supported by data obtained from relevant agencies. The results suggest that the government has not conducted inventory and revitalization of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam. There has not been attempt also to introduce this historical tourism area. The lookout post was built on Bukit Van Dering surrounded by natural beauty and potential for the development of a tourism area.
{"title":"POS INTAI BELANDA BUKIT VAN DERING SERUKAM SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA SEJARAH DI BUMI SEBALO [DUTCH FORTRESS VAN DERING HILLS AS A HISTORICAL TOURISM AREA IN BUMI SEBALO]","authors":"Sabinus Beni, Blasius Manggu, Yosua Damas Sadewo, T. Aquino","doi":"10.24832/nw.v15i2.446","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.446","url":null,"abstract":"Penelitian dilakukan di Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, yaitu di lokasi Pos Intai Belanda Bukit Van Dering. Keberadaan pos intai tersebut masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat baik yang berada di sekitar Kabupaten Bengkayang maupun di luar daerah Kabupaten Bengkayang. Saat ini, kondisi bangunan pos intai cukup memprihatinkan dan terkesan dilupakan keberadaannya baik oleh masyarakat mapun pemerintah setempat. Tujuan penelitian untuk memahami rencana pemugaran kawasan Pos Intai Belanda Bukit Van Dering di Serukam sebagai kawasan pariwisata peninggalan sejarah kolonial Belanda di Bumi Sebalo Bengkayang. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terkait Pos Intai Belanda terhadap narasumber yang dapat dipercaya serta ditunjang dengan data dari dinas terkait. Hasil penelitian menunjukkan belum adanya perhatian pemerintah dalam menginventarisasi dan merevitalisasi peninggalan sejarah Pos Intai Belanda di Bukit Van Dering Serukam serta belum ada upaya untuk memperkenalkan kawasan pariwisata sejarah Pos Intai Bukit Van Dering. Lokasi Pos Intai tersebut berada pada kawasan Bukit Van Dering dengan keindahan alam sangat alami dan lestari yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata khas Kabupaten Bengkayang tetapi belum tersentuh oleh pembangunan pariwisata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harus ada kerjasama dengan pelibatan setiap unsur pemangku kepentingan dalam upaya merevitalisasi situs Pos Intai Van Dering, serta dapat memanfaatkannya sebagai sumberdaya pariwisata dan materi pembelajaran muatan lokal di Kabupaten Bengkayang.The research was conducted in Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang in the Province of West Kalimantan, which was at the location of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering. Not many people, either in or outside Bengkayang, know about the existence of this lookout post. Presently, the condition of the construction of the lookout post is devastating and seems to have been forgotten by the community and the local government. The objective of this study was to determine the plan to restore the area of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam as a tourism area of the Dutch colonial history and heritage of Bumi Sebalo in Bengkayang. This research used a qualitative method and carried out by in-depth interviews related to the Dutch Lookout Post and supported by data obtained from relevant agencies. The results suggest that the government has not conducted inventory and revitalization of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam. There has not been attempt also to introduce this historical tourism area. The lookout post was built on Bukit Van Dering surrounded by natural beauty and potential for the development of a tourism area.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116063790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Mochtar, Firman Setiawan, Shinatria Adhityatama
Aplikasi metode geofisika menggunakan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air belum banyak dilakukan di Indonesia. Tulisan ini memaparkan penggunaan side scan sonar untuk pemetaan dasar sungai dan identifikasi tinggalan arkeologi di dasar sungai dalam penelitian “Sungai Brantas dalam Perspektif Lanskap Kultur Maritim”, serta interpretasi hasil survei side scan sonar tersebut dalam konteks kesejarahan. Selain itu, dalam tulisan ini akan dibahas potensi pengembangan penggunaan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air di Indonesia, terutama di perairan sungai. Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan side scan sonar Starfish 450H dengan sistem posisi GNSS Trimble R8s. Sementara itu, interpretasi diperoleh dengan melakukan analisis terhadap data peta dan arsip Belanda untuk memahami konteks temporal dari objek yang dideteksi oleh alat side scan sonar. Survei berhasil menunjukkan sedimen di dasar sungai berupa lempung dan lanau, serta beberapa objek yang diduga sebagai bangkai kapal, yang diperkirakan berasal dari pasca abad ke-19 Masehi. Hasil survei side scan sonar menunjukkan tingkat akurasi cukup hingga tinggi dan dapat menjadi pendukung penelitian arkeologi bawah air yang efisien, terutama di perairan yang keruh. Side scan sonar survey as one of the geophysics methods is still scarcely applied in underwater archaeological research in Indonesia. This paper describes the application of side scan sonar survey in mapping riverbed and identifying underwater archaeological remains in the “Sungai Brantas in the Perspective of Maritime Cultural Landscape” project, as well as interpreting its historical context based on survey results. This paper also explores the development of utilizing side scan sonar in underwater archaeological research in Indonesia, particularly in rivers. Data was acquisitioned by using the side scan sonar Starfish 450H and GNSS Trimble R8s positioning system. The interpretation was drawn by analysing related Dutch old maps and archives to understand the historical context of the survey findings. The result shows clay and silt sediment covering most of the riverbed and a number of objects, possibly shipwrecks, estimated as from the nineteenth century. The survey result has a medium to high accuracy. Thus, this method is able to serve as an efficient instrument for underwater archaeological research, especially in the low-visibility waters.
{"title":"SURVEI SIDE SCAN SONAR DALAM PENELITIAN ARKEOLOGI BAWAH AIR DI PERAIRAN SUNGAI: STUDI KASUS PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS [SIDE SCAN SONAR SURVEY IN RIVERINE UNDERWATER ARCHAEOLOGICAL RESEARCH: CASE STUDY IN THE BRANTAS BASIN]","authors":"A. Mochtar, Firman Setiawan, Shinatria Adhityatama","doi":"10.24832/nw.v15i2.459","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.459","url":null,"abstract":"Aplikasi metode geofisika menggunakan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air belum banyak dilakukan di Indonesia. Tulisan ini memaparkan penggunaan side scan sonar untuk pemetaan dasar sungai dan identifikasi tinggalan arkeologi di dasar sungai dalam penelitian “Sungai Brantas dalam Perspektif Lanskap Kultur Maritim”, serta interpretasi hasil survei side scan sonar tersebut dalam konteks kesejarahan. Selain itu, dalam tulisan ini akan dibahas potensi pengembangan penggunaan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air di Indonesia, terutama di perairan sungai. Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan side scan sonar Starfish 450H dengan sistem posisi GNSS Trimble R8s. Sementara itu, interpretasi diperoleh dengan melakukan analisis terhadap data peta dan arsip Belanda untuk memahami konteks temporal dari objek yang dideteksi oleh alat side scan sonar. Survei berhasil menunjukkan sedimen di dasar sungai berupa lempung dan lanau, serta beberapa objek yang diduga sebagai bangkai kapal, yang diperkirakan berasal dari pasca abad ke-19 Masehi. Hasil survei side scan sonar menunjukkan tingkat akurasi cukup hingga tinggi dan dapat menjadi pendukung penelitian arkeologi bawah air yang efisien, terutama di perairan yang keruh. \u0000Side scan sonar survey as one of the geophysics methods is still scarcely applied in underwater archaeological research in Indonesia. This paper describes the application of side scan sonar survey in mapping riverbed and identifying underwater archaeological remains in the “Sungai Brantas in the Perspective of Maritime Cultural Landscape” project, as well as interpreting its historical context based on survey results. This paper also explores the development of utilizing side scan sonar in underwater archaeological research in Indonesia, particularly in rivers. Data was acquisitioned by using the side scan sonar Starfish 450H and GNSS Trimble R8s positioning system. The interpretation was drawn by analysing related Dutch old maps and archives to understand the historical context of the survey findings. The result shows clay and silt sediment covering most of the riverbed and a number of objects, possibly shipwrecks, estimated as from the nineteenth century. The survey result has a medium to high accuracy. Thus, this method is able to serve as an efficient instrument for underwater archaeological research, especially in the low-visibility waters.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130797158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini membahas arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh di Kota Surabaya. Permakaman Belanda Peneleh dipilih sebagai objek penelitian karena permakaman tersebut memiliki makam dan prasasti lama dengan berbagai bentuk dan usia yang relatif utuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh. Berdasarkan arti khusus yang terdapat pada makam Belanda Peneleh dapat dipahami cara kita menjaga, melindungi dan mengembangkannya. Data tentang nilai penting diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan studi pustaka, baik tentang kompleks makam maupun yang berkaitan dengan kota Surabaya kuno serta tentang perkembangan agama di Surabaya. Data dianalisis lalu diintepretasi untuk mengetahui arti khusus dari permakaman Belanda Peneleh. Data nisan yang bisa dibaca dianalisis tentang bahannya, kondisi kerusakan, isi inskripsi yang ada, serta hiasan yang digunakan. Data tersebut dikorelasikan dengan data sejarah yang diperoleh dari kajian pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa permakaman Belanda Peneleh memiliki arti khusus sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk masyarakat. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bahwa permakaman Belanda Peneleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan yang dapat diakses semua kalangan dan memberi pemahaman mengenai sejarah, masyarakat, dan budaya orang-orang Belanda di Indonesia, serta relevansinya pada masa sekarang.This study discusses the significance of the Peneleh Dutch Cemetery in Surabaya. The Peneleh Dutch Cemetery was chosen as the object of research due to the feature of old tombs and inscriptions, in various shapes and ages, that are relatively complete. The purpose of this study was to determine the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The significance of the Peneleh Dutch Cemetery may enlighten on the means to protect and develop it. Data on the importance of value were obtained from field observations and literature studies, both about the tomb complex and those related to the ancient city of Surabaya as well as about the development of religion in Surabaya. The data were analyzed and then interpreted to find out the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The legible data of the headstones were analyzed with regard to the material, the condition of damage, the content of the inscriptions, and the decorations. The data were compared to historical data extracted from literature reviews. Analysis results suggest the Peneleh Dutch Cemetery has special historical, scientific, religious, and cultural meanings that can be used as learning materials for the community. It is hoped that the Dutch Cemetery can be used for educational purposes that can be accessed by all groups and provide an understanding of the history, society and culture of the Dutch people in Indonesia and their relevance today.
{"title":"PERMAKAMAN BELANDA PENELEH SURABAYA: ARTI KHUSUS DAN POTENSINYA SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN DAN REKREASI [PENELEH DUTCH CEMETERY IN SURABAYA: ITS SIGNIFICANCE AND POTENTIAL AS A LEARNING AND RECREATION CENTRE]","authors":"Lengkong Sanggar Ginaris, Widya Nayati","doi":"10.24832/nw.v15i2.430","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.430","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh di Kota Surabaya. Permakaman Belanda Peneleh dipilih sebagai objek penelitian karena permakaman tersebut memiliki makam dan prasasti lama dengan berbagai bentuk dan usia yang relatif utuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh. Berdasarkan arti khusus yang terdapat pada makam Belanda Peneleh dapat dipahami cara kita menjaga, melindungi dan mengembangkannya. Data tentang nilai penting diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan studi pustaka, baik tentang kompleks makam maupun yang berkaitan dengan kota Surabaya kuno serta tentang perkembangan agama di Surabaya. Data dianalisis lalu diintepretasi untuk mengetahui arti khusus dari permakaman Belanda Peneleh. Data nisan yang bisa dibaca dianalisis tentang bahannya, kondisi kerusakan, isi inskripsi yang ada, serta hiasan yang digunakan. Data tersebut dikorelasikan dengan data sejarah yang diperoleh dari kajian pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa permakaman Belanda Peneleh memiliki arti khusus sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk masyarakat. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bahwa permakaman Belanda Peneleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan yang dapat diakses semua kalangan dan memberi pemahaman mengenai sejarah, masyarakat, dan budaya orang-orang Belanda di Indonesia, serta relevansinya pada masa sekarang.This study discusses the significance of the Peneleh Dutch Cemetery in Surabaya. The Peneleh Dutch Cemetery was chosen as the object of research due to the feature of old tombs and inscriptions, in various shapes and ages, that are relatively complete. The purpose of this study was to determine the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The significance of the Peneleh Dutch Cemetery may enlighten on the means to protect and develop it. Data on the importance of value were obtained from field observations and literature studies, both about the tomb complex and those related to the ancient city of Surabaya as well as about the development of religion in Surabaya. The data were analyzed and then interpreted to find out the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The legible data of the headstones were analyzed with regard to the material, the condition of damage, the content of the inscriptions, and the decorations. The data were compared to historical data extracted from literature reviews. Analysis results suggest the Peneleh Dutch Cemetery has special historical, scientific, religious, and cultural meanings that can be used as learning materials for the community. It is hoped that the Dutch Cemetery can be used for educational purposes that can be accessed by all groups and provide an understanding of the history, society and culture of the Dutch people in Indonesia and their relevance today.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131008384","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemujaan terhadap Parwati mendapatkan tempat yang penting pada era Hindu-Buddha di nusantara, sehubungan dengan kedudukan Parwati sebagai śakti dari dewa tertinggi dalam Śiwaisme, Dewa Śiwa. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan arca-arca dewi dan arca perwujudan ratu, yang beberapa di antaranya menjadi koleksi Museum Nasional di Indonesia. Akan tetapi, asal waktu dan identitas tokoh pada kebanyakan arca ini belum dapat diidentifikasi. Mahkota atau hiasan kepala sebagai bagian dari atribut (lakṣana) arca dapat digunakan sebagai sumber informasi melalui kajian terhadap gaya atau langgam estetika. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami variasi mahkota arca Parwati yang berasal dari era Majapahit, khususnya abad ke-14 M dan 15 M, berdasarkan identifikasi gaya seni dan kecenderungan penggambaran pada masa tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan ikonografi dan morfologi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kecenderungan penggambaran mahkota Parwati. Patung dari Kediri dan Blitar cenderung menggambarkan mahkota Parwati dengan bentuk yang mendekati langgam Klasik Awal (Jawa Tengah), dengan menampilkan mahkota semata-mata sesuai kanon Manasara, seperti jatāmakuta, kesabandha, dan kuntala. Kecenderungan kedua menampilkan Parwati mengenakan kirīṭamakuta, yang merupakan atribut Wisnu, dan penyejajaran sifat dan kedudukannya sebagai sosok pemelihara.The worship of Parvati has an important place in the Hindu-Buddhist era in the Indonesian archipelago, with regard to Parvati's position as the spouse of the supreme god in Shivaism, Shiva. This is indicated by the presence of goddess statues and statues of the embodiment of a queen, which some are in the collections of the National Museum in Indonesia. However, the chronology and identity of the National Museum statues collection have not been distinguished. Information on both aspects of a statue can be achieved by means of the study of style or aesthetic of a crown or headdress as a feature of lakṣana (statue attribute). This research is an attempt to understand the varieties of the crowns of the Parwati statue from the Majapahit era, especially the 14th and 15th centuries, based on the identification of the art style and depiction tendencies during this period. This research was conducted using a descriptive-comparative method with approaches of iconography and aesthetic morphology. The results indicate that there are two trends in depicting Parwati’s crown. The statues from Kediri and Blitar tend to depict Parvati's crown in a form similar to those of the Early Classical (Central Javanese) style, by displaying the crown solely according to the scripture of Manasara, such as jatāmakuta, kesabandha, and kuntala. The second trend presents Parvati wearing the kirīṭamakuta, which is an attribute of Vishnu, which correlates to her nature and position as a guardian.
对帕瓦得到时代重要的地方崇拜Hindu-Buddha在群岛,与帕瓦ś地位中的最高神的仙人掌Śiwaisme,神Śiwa。女神的雕像和女王的雕像也证明了这一点,其中一些已经成为印尼国家博物馆的收藏。然而,这些偶像的起源和身份尚未确定。王冠或作为属性的一部分(虫胶头饰ṣana)偶像可以用作对风格或审美langgam通过研究信息来源。根据对当时艺术风格和意象趋势的识别,研究是为了了解来自马贾帕希特时代的不同王冠雕塑,尤其是公元14世纪和15世纪。研究采用的是比较描述性和美学的方法。研究表明,对帕瓦蒂王冠的描述有两种趋势。Kediri和布利塔往往描述的雕像王冠帕瓦早期经典的形状接近langgam(爪哇中部),显示着皇冠仅仅根据Manasara正典,比如jatāmakuta kesabandha,昆塔拉。第二个倾向显示帕瓦穿基尔īṭamakuta,是毗瑟奴,属性和激励措施的性质和地位维持身材。帕瓦蒂的崇拜在印尼群岛的印度教时代有一个重要的位置,帕瓦蒂的位置作为Shivaism至高无上的上帝的spouse,湿婆。这是由印度尼西亚国家博物馆收藏的女王的巨大雕像和雕像所固有的。《时间与身份》还没有出版。两者aspects of a雕像上信息能被意味着《study of style)或achieved aesthetic of a皇冠还是美国headdress a feature of虫胶ṣana(雕像attribute)。这项研究呼吁理解《时代杂志》中女性群体的变化,特别是第14和第15个世纪以来,基于在这一时期艺术风格和衰落的确定。这项研究采用的是一种描述与病理学和病理学相似的综合方法。有迹象表明,在帕瓦蒂的王冠上有两种趋势。《布利塔statues从Kediri和tend to depict帕瓦蒂' s in a form类似皇冠到那些早期古典(中央Javanese)之风格,由displaying皇冠solely弥足Manasara圣经》,美国如此jatāmakuta kesabandha,和昆塔拉。《基尔ī第二个礼物帕瓦蒂穿趋势ṭamakuta,哪种是毗湿奴的attribute的哪种correlates她自然和杆位美国百万守护神。
{"title":"VARIASI PERHIASAN KEPALA ARCA PARWATI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL DI INDONESIA [THE VARIETY OF HEADDRESSES OF THE PARVATI STATUE COLLECTION OF THE NATIONAL MUSEUM IN INDONESIA]","authors":"Waridah Muthiah, A. Sachari, P. Setiawan","doi":"10.24832/nw.v15i2.461","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.461","url":null,"abstract":"Pemujaan terhadap Parwati mendapatkan tempat yang penting pada era Hindu-Buddha di nusantara, sehubungan dengan kedudukan Parwati sebagai śakti dari dewa tertinggi dalam Śiwaisme, Dewa Śiwa. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan arca-arca dewi dan arca perwujudan ratu, yang beberapa di antaranya menjadi koleksi Museum Nasional di Indonesia. Akan tetapi, asal waktu dan identitas tokoh pada kebanyakan arca ini belum dapat diidentifikasi. Mahkota atau hiasan kepala sebagai bagian dari atribut (lakṣana) arca dapat digunakan sebagai sumber informasi melalui kajian terhadap gaya atau langgam estetika. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami variasi mahkota arca Parwati yang berasal dari era Majapahit, khususnya abad ke-14 M dan 15 M, berdasarkan identifikasi gaya seni dan kecenderungan penggambaran pada masa tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan ikonografi dan morfologi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kecenderungan penggambaran mahkota Parwati. Patung dari Kediri dan Blitar cenderung menggambarkan mahkota Parwati dengan bentuk yang mendekati langgam Klasik Awal (Jawa Tengah), dengan menampilkan mahkota semata-mata sesuai kanon Manasara, seperti jatāmakuta, kesabandha, dan kuntala. Kecenderungan kedua menampilkan Parwati mengenakan kirīṭamakuta, yang merupakan atribut Wisnu, dan penyejajaran sifat dan kedudukannya sebagai sosok pemelihara.The worship of Parvati has an important place in the Hindu-Buddhist era in the Indonesian archipelago, with regard to Parvati's position as the spouse of the supreme god in Shivaism, Shiva. This is indicated by the presence of goddess statues and statues of the embodiment of a queen, which some are in the collections of the National Museum in Indonesia. However, the chronology and identity of the National Museum statues collection have not been distinguished. Information on both aspects of a statue can be achieved by means of the study of style or aesthetic of a crown or headdress as a feature of lakṣana (statue attribute). This research is an attempt to understand the varieties of the crowns of the Parwati statue from the Majapahit era, especially the 14th and 15th centuries, based on the identification of the art style and depiction tendencies during this period. This research was conducted using a descriptive-comparative method with approaches of iconography and aesthetic morphology. The results indicate that there are two trends in depicting Parwati’s crown. The statues from Kediri and Blitar tend to depict Parvati's crown in a form similar to those of the Early Classical (Central Javanese) style, by displaying the crown solely according to the scripture of Manasara, such as jatāmakuta, kesabandha, and kuntala. The second trend presents Parvati wearing the kirīṭamakuta, which is an attribute of Vishnu, which correlates to her nature and position as a guardian.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131756889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peradaban masa Hindu-Buddha, berdasarkan tinggalan arkeologinya, merupakan puncak kebudayaan Indonesia. Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Singhasari menempati satu ruang kesejajaran sebagai masa-masa puncak kesenian di Jawa Timur, yang ditandai oleh tinggalan arkeologi berupa arca yang dipahatkan secara halus, indah, dan detail. Penggarapan arca mengikuti pakem ikonografi, khususnya pada laksana dan wahana. Walaupun begitu, kebebasan berekspresi si artis dalam penggarapan arca dapat dilihat pada penggambaran perhiasannya, salah satunya adalah sumping. Oleh karena itu, melalui sumping dapat dirunut identitas kesenian pada masa Kadiri-Singhasari, khususnya tipo-morfologi, fungsi, dan makna sumping. Penelitian tentang sumping pada masa Hindu-Buddha sangat jarang dikemukakan secara mendalam. Penelitian ini bersifat kualitatif, tetapi menggunakan analisis kuantitatif dalam bentuk tabulasi dan klasifikasi khusus berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui observasi dan kajian pustaka. Teori mimesis dan kreativitas digunakan untuk mengkaji perkembangan tipo-morfologi sumping pada masa Kadiri-Singhasari. Penggunaan karya sastra sezaman merupakan hal yang penting sebagai pembanding untuk memahami pemaknaan sumping, baik secara profan maupun sakral. Hasil penelitian menunjukkan sumping pada masa Kadiri-Singhasari dibagi menjadi empat tipe, yaitu A, B1, B2, dan C. Tipe B2 dan tipe C merupakan pengembangan yang terjadi pada masa Singhasari. Sumping pada arca menunjukkan fungsinya sebagai hiasan telinga dan media peribadatan. Penggunaan sumping merupakan simbol religio-magis dari pengultusan bunga dalam agama Hindu dan Buddha.
{"title":"SUMPING PENANDA KESENIAN ARCA PADA MASA KADIRI – SINGHASARI","authors":"M. Yusuf","doi":"10.24832/nw.v15i1.456","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i1.456","url":null,"abstract":"Peradaban masa Hindu-Buddha, berdasarkan tinggalan arkeologinya, merupakan puncak kebudayaan Indonesia. Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Singhasari menempati satu ruang kesejajaran sebagai masa-masa puncak kesenian di Jawa Timur, yang ditandai oleh tinggalan arkeologi berupa arca yang dipahatkan secara halus, indah, dan detail. Penggarapan arca mengikuti pakem ikonografi, khususnya pada laksana dan wahana. Walaupun begitu, kebebasan berekspresi si artis dalam penggarapan arca dapat dilihat pada penggambaran perhiasannya, salah satunya adalah sumping. Oleh karena itu, melalui sumping dapat dirunut identitas kesenian pada masa Kadiri-Singhasari, khususnya tipo-morfologi, fungsi, dan makna sumping. Penelitian tentang sumping pada masa Hindu-Buddha sangat jarang dikemukakan secara mendalam. Penelitian ini bersifat kualitatif, tetapi menggunakan analisis kuantitatif dalam bentuk tabulasi dan klasifikasi khusus berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui observasi dan kajian pustaka. Teori mimesis dan kreativitas digunakan untuk mengkaji perkembangan tipo-morfologi sumping pada masa Kadiri-Singhasari. Penggunaan karya sastra sezaman merupakan hal yang penting sebagai pembanding untuk memahami pemaknaan sumping, baik secara profan maupun sakral. Hasil penelitian menunjukkan sumping pada masa Kadiri-Singhasari dibagi menjadi empat tipe, yaitu A, B1, B2, dan C. Tipe B2 dan tipe C merupakan pengembangan yang terjadi pada masa Singhasari. Sumping pada arca menunjukkan fungsinya sebagai hiasan telinga dan media peribadatan. Penggunaan sumping merupakan simbol religio-magis dari pengultusan bunga dalam agama Hindu dan Buddha.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122077109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The problem of this research is how the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels on the Gunung Tua Inscription (Lokanātha). The purpose of this study was to determine the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels of the inscription. The method used is descriptive qualitative method. Based on the analysis carried out on that inscription, it is known that at the phonological level there are two words, namely /juru/ 'clever person' and /pāṇḍai/ 'clever, skilled’. The word /juru/ 'clever person' is a loan word from Sanskrit while the word /pāṇḍai/ 'clever, skilled' has the form PAN */paṇḍai/ 'clever, skilled'. Based on the morphological level, there are two words, namely {barbwat} 'making' and {tatkāla} 'when'. The word {barbwat} is formed from the free morpheme {bwat} 'make' and the second {bar-} bound morpheme is a PAN derivative. Meanwhile {tatkāla} 'when' is not a derivative of PAN but a loan word from Sanskrit which consists of two morphemes, namely {tāt} 'so' and {kālá} 'time' so that it becomes {tātkālá}. Based on the syntactic level, it can be concluded that BMK has a grammatical structure consisting of FAdv as adverb of time, FN as subject and object, and FV as predicate that are transitive in form.
{"title":"JEJAK BAHASA PROTO-AUSTRONESIA PADA PRASASTI GUNUNG TUA (LOKANĀTHA)","authors":"Churmatin Nasoichah, Dwi Widayati, Mulyadi","doi":"10.24832/nw.v15i1.455","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i1.455","url":null,"abstract":"The problem of this research is how the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels on the Gunung Tua Inscription (Lokanātha). The purpose of this study was to determine the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels of the inscription. The method used is descriptive qualitative method. Based on the analysis carried out on that inscription, it is known that at the phonological level there are two words, namely /juru/ 'clever person' and /pāṇḍai/ 'clever, skilled’. The word /juru/ 'clever person' is a loan word from Sanskrit while the word /pāṇḍai/ 'clever, skilled' has the form PAN */paṇḍai/ 'clever, skilled'. Based on the morphological level, there are two words, namely {barbwat} 'making' and {tatkāla} 'when'. The word {barbwat} is formed from the free morpheme {bwat} 'make' and the second {bar-} bound morpheme is a PAN derivative. Meanwhile {tatkāla} 'when' is not a derivative of PAN but a loan word from Sanskrit which consists of two morphemes, namely {tāt} 'so' and {kālá} 'time' so that it becomes {tātkālá}. Based on the syntactic level, it can be concluded that BMK has a grammatical structure consisting of FAdv as adverb of time, FN as subject and object, and FV as predicate that are transitive in form.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"36 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116643751","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini merupakan kajian museologi dengan pokok bahasan konservasi koleksi museum, terutama penggunaan bahan perekat terhadap koleksi museum. Permasalahan yang dibahas adalah dampak penggunaan bahan perekat terhadap koleksi fosil di Museum Manusia Purba Sangiran. Tujuan penelitian adalah untuk memahami metode konservasi fosil serta mengetahui jenis bahan perekat yang paling baik untuk digunakan dalam kegiatan konservasi fosil. Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dan menggunakan metode penalaran induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan mengamati sampel yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fosil yang direkatkan dengan epoksi resin mengalami perubahan warna menjadi gelap kehitaman dan terdapat endapan residu resin pada permukaan fosil. Sementara itu, terdapat residu transparan mengilap di permukaan fosil yang direkatkan dengan lem cyanoacrylate.
{"title":"PENGGUNAAN BAHAN PEREKAT EPOXY RESIN DAN CYANOACRYLATE PADA KONSERVASI KOLEKSI FOSIL DI MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN, JAWA TENGAH","authors":"Pratamanita Widi Rahayu, Andi Putranto","doi":"10.24832/nw.v15i1.454","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i1.454","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan kajian museologi dengan pokok bahasan konservasi koleksi museum, terutama penggunaan bahan perekat terhadap koleksi museum. Permasalahan yang dibahas adalah dampak penggunaan bahan perekat terhadap koleksi fosil di Museum Manusia Purba Sangiran. Tujuan penelitian adalah untuk memahami metode konservasi fosil serta mengetahui jenis bahan perekat yang paling baik untuk digunakan dalam kegiatan konservasi fosil. Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dan menggunakan metode penalaran induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan mengamati sampel yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fosil yang direkatkan dengan epoksi resin mengalami perubahan warna menjadi gelap kehitaman dan terdapat endapan residu resin pada permukaan fosil. Sementara itu, terdapat residu transparan mengilap di permukaan fosil yang direkatkan dengan lem cyanoacrylate.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131358234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}