(Cover; Editorial Team; From the editor; Table of Contents)
1. Cover2. Editorial Team3. From the editor4. Table of Contents
1. Cover2。编辑Team3。来自编辑。目录表
{"title":"(Cover; Editorial Team; From the editor; Table of Contents)","authors":"(Cover; Editorial Team; From the editor; Table of Contents)","doi":"10.33751/jf.v8i1.1726","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/jf.v8i1.1726","url":null,"abstract":"1. Cover2. Editorial Team3. From the editor4. Table of Contents","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126235334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bekatul beras merah (Oriza glaberrima) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik dan antosianin yang terkadung didalamnya. Penggunaan ubi jalar ungu dikombinasikan dengan bekatul beras merah pada formulasi biskuit diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi dan kandungan serat biskuit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula biskuit dari campuran bekatul beras merah dan ubi jalar ungu yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dan rasa disukai panelis. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya terima panelis, aktivitas antioksidan, kandungan serat pangan, dan kandungan proksimat. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan formula terhadap parameter warna, rasa dan aroma. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa Formula 1 dengan perbandingan bekatul beras merah : ubi jalar ungu (20:40) memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 pada 106,349 ppm, kadar serat sebesar 6,38%, kadar protein sebesar 6,92%, kadar air sebesar 2,52 %, kadar abu sebesar 1,45%, kadar lemak sebesar 16,178%, dan kandungan karbohidrat sebesar 72,562%.
{"title":"AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN SERAT PANGAN BISKUIT CAMPURAN BEKATUL BERAS MERAH (Oriza glaberrima) DAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas)","authors":"Cantika Zaddana, Miranti Miranti, Almasyhuri Almasyhuri, Siti Tanzila","doi":"10.33751/jf.v8i2.1064","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/jf.v8i2.1064","url":null,"abstract":"Bekatul beras merah (Oriza glaberrima) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) memiliki aktivitas antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik dan antosianin yang terkadung didalamnya. Penggunaan ubi jalar ungu dikombinasikan dengan bekatul beras merah pada formulasi biskuit diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi dan kandungan serat biskuit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula biskuit dari campuran bekatul beras merah dan ubi jalar ungu yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dan rasa disukai panelis. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya terima panelis, aktivitas antioksidan, kandungan serat pangan, dan kandungan proksimat. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh perbedaan formula terhadap parameter warna, rasa dan aroma. Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh bahwa Formula 1 dengan perbandingan bekatul beras merah : ubi jalar ungu (20:40) memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 pada 106,349 ppm, kadar serat sebesar 6,38%, kadar protein sebesar 6,92%, kadar air sebesar 2,52 %, kadar abu sebesar 1,45%, kadar lemak sebesar 16,178%, dan kandungan karbohidrat sebesar 72,562%.","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122921489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanaman Filicium decipiens atau kiara sabun dikenal sebagai tanaman penghasil saponin yang merupakan golongan metabolit sekunder dengan toksisitas tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar saponin dan menguji aktifitas antibakteri serta anti jamur dari ekstrak daun F. decipiens. Metode penelitian meliputi ekstraksi daun segar dan daun kering F. decipiens menggunakan metode soxhlet dengan defatisasi, pengukuran kadar saponin, pengujian aktifitas ekstrak (konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80%) terhadap bakteri Eschericia coli dan bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans dengan metode difusi agar Kirby-Bauer dan penentuan nilai lebar daerah hambat (LDH) dan konsentrasi hambat minimum (KHM). Hasil penelitian menunjukkan daun kiara payung memiliki kadar sapaonin cukup tinggi yaitu 125 mg/g (12.5%) pada daun segar dan 97 mg/g (9.7 %) dan pada daun kering. Ekstrak methanol kiara payung pada konsentrasi 80% juga menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap S. aureus dengan diameter LDH mencapai 22.6 mm pada ekstrak daun segar dan 22 mm pada ekstrak daun kering. Konsentrasi hambat minimum baik pada ekstrak daun segar maupun ekstrak daun kering adalah 14%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kiara payung memiliki kadar saponin yang cukup tinggi dan aktifitas antibakteri yang kuat sehingga berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan antibiotik alami.
{"title":"KADAR SAPONIN DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Filicium decipiens (Wight & Arn.) Thwaites TERHADAP Staphylococcus aureus, Escherichia coli DAN Candida albicans","authors":"Siti Mahyuni, Trirakhma Sofihidayati","doi":"10.33751/JF.V8I2.1066","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/JF.V8I2.1066","url":null,"abstract":"Tanaman Filicium decipiens atau kiara sabun dikenal sebagai tanaman penghasil saponin yang merupakan golongan metabolit sekunder dengan toksisitas tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar saponin dan menguji aktifitas antibakteri serta anti jamur dari ekstrak daun F. decipiens. Metode penelitian meliputi ekstraksi daun segar dan daun kering F. decipiens menggunakan metode soxhlet dengan defatisasi, pengukuran kadar saponin, pengujian aktifitas ekstrak (konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80%) terhadap bakteri Eschericia coli dan bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans dengan metode difusi agar Kirby-Bauer dan penentuan nilai lebar daerah hambat (LDH) dan konsentrasi hambat minimum (KHM). Hasil penelitian menunjukkan daun kiara payung memiliki kadar sapaonin cukup tinggi yaitu 125 mg/g (12.5%) pada daun segar dan 97 mg/g (9.7 %) dan pada daun kering. Ekstrak methanol kiara payung pada konsentrasi 80% juga menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap S. aureus dengan diameter LDH mencapai 22.6 mm pada ekstrak daun segar dan 22 mm pada ekstrak daun kering. Konsentrasi hambat minimum baik pada ekstrak daun segar maupun ekstrak daun kering adalah 14%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kiara payung memiliki kadar saponin yang cukup tinggi dan aktifitas antibakteri yang kuat sehingga berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan antibiotik alami.","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"07 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127199194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Olahraga teratur adalah cara yang baik untuk menjadikan tubuh agar tetap sehat dan bugar. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga secara konsisten dapat meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi risiko terkena berbagai jenis penyakit. Akan tetapi, sebagian besar orang tidak menjadikan olahraga sebagai suatu kebiasaan. Alasan terbesar tampaknya adalah ketidaknyamanan otot dan kelelahan yang dirasakan selama latihan serta nyeri pasca-olahraga. Jika kelelahan otot bisa berkurang, diharapkan akan lebih banyak orang akan berkomitmen untuk mengikuti program latihan secara teratur. Tomat (Solanum lycopersicum) adalah salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi di dunia dan mengandung banyak komponen bermanfaat, termasuk gula, asam amino, mineral, vitamin, karotenoid seperti likopen, flavonoid, dan asam hidroksinamat. Beberapa penelitian telah membuktikan kemampuan tomat untuk mengurangi efek kelelahan pasca latian fisik baik pada hewan percobaan maupun pada manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengulas literatur mengenai kandungan kimia, dan efektivitas tomat dalam mengurangi kelelahan pasca olahraga melalui. Ulasan ini diharapkan bisa memberikan bibliografi yang berguna untuk penyelidikan lebih lanjut, produksi maupun aplikasi tomat sebagai suplemen makanan saat olahraga.
{"title":"EFEKTIVITAS JUS TOMAT DALAM MENGURANGI KELELAHAN PASCA OLAHRAGA - MINI REVIEW","authors":"Nina Herlina","doi":"10.33751/JF.V8I2.1070","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/JF.V8I2.1070","url":null,"abstract":"Olahraga teratur adalah cara yang baik untuk menjadikan tubuh agar tetap sehat dan bugar. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga secara konsisten dapat meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi risiko terkena berbagai jenis penyakit. Akan tetapi, sebagian besar orang tidak menjadikan olahraga sebagai suatu kebiasaan. Alasan terbesar tampaknya adalah ketidaknyamanan otot dan kelelahan yang dirasakan selama latihan serta nyeri pasca-olahraga. Jika kelelahan otot bisa berkurang, diharapkan akan lebih banyak orang akan berkomitmen untuk mengikuti program latihan secara teratur. Tomat (Solanum lycopersicum) adalah salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi di dunia dan mengandung banyak komponen bermanfaat, termasuk gula, asam amino, mineral, vitamin, karotenoid seperti likopen, flavonoid, dan asam hidroksinamat. Beberapa penelitian telah membuktikan kemampuan tomat untuk mengurangi efek kelelahan pasca latian fisik baik pada hewan percobaan maupun pada manusia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengulas literatur mengenai kandungan kimia, dan efektivitas tomat dalam mengurangi kelelahan pasca olahraga melalui. Ulasan ini diharapkan bisa memberikan bibliografi yang berguna untuk penyelidikan lebih lanjut, produksi maupun aplikasi tomat sebagai suplemen makanan saat olahraga. ","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126416078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Batang Brotowali (Tinospora crispa L.) mengandung senyawa-senyawa aktif tinokrisposid, alkaloid dan apigenin (Flavon O-glicoside). Senyawa-senyawa aktif tersebut diduga sebagai penambah nafsu makan atau amara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) sebagai amara terhadap peningkatan berat badan pada tikus putih. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental (experimental research) dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Pengujian dilakukan dengan membagi 15 ekor tikus menjadi 5 kelompok yaitu kelompok dengan perlakuan suspensi ekstrak batang brotowali 10%, 40%, 60%, kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali mempunyai efek positif terhadap kenaikan berat badan pada tikus putih. Kenaikan tertinggi terjadi pada tikus dengan perlakuan ekstrak 40% dimulai pada hari ke 10 perlakuan, meningkat secara signifikan pada hari ke 15 dan mengalami penurunan kembali pada hari ke 20. Dari hasil pengolahan uji statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,551>0,05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) efektif terhadap kenaikan berat badan tikus putih.
{"title":"EFEKTIVITAS SUSPENSI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus Norvegicus)","authors":"Anna Pradiningsih, Astriani Astriani","doi":"10.33751/JF.V8I2.1569","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/JF.V8I2.1569","url":null,"abstract":"Batang Brotowali (Tinospora crispa L.) mengandung senyawa-senyawa aktif tinokrisposid, alkaloid dan apigenin (Flavon O-glicoside). Senyawa-senyawa aktif tersebut diduga sebagai penambah nafsu makan atau amara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) sebagai amara terhadap peningkatan berat badan pada tikus putih. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental (experimental research) dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Pengujian dilakukan dengan membagi 15 ekor tikus menjadi 5 kelompok yaitu kelompok dengan perlakuan suspensi ekstrak batang brotowali 10%, 40%, 60%, kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali mempunyai efek positif terhadap kenaikan berat badan pada tikus putih. Kenaikan tertinggi terjadi pada tikus dengan perlakuan ekstrak 40% dimulai pada hari ke 10 perlakuan, meningkat secara signifikan pada hari ke 15 dan mengalami penurunan kembali pada hari ke 20. Dari hasil pengolahan uji statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,551>0,05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) efektif terhadap kenaikan berat badan tikus putih.","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114903362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pneumonia adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit infeksi menular ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita di dunia. Pengobatan pneumonia dengan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan menilai rasionalitas penggunaan antibiotika pada balita penderita pneumonia di Puskesmas Bogor Utara periode Januari-Desember tahun 2016. Penilaian dilakukan berdasarkan metode Gyssens dengan melihat ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan jangka waktu penggunaan, dan ketepatan dosis antibiotika. Hasil penilaian rasionalitas dengan metode Gyssens pada kategori V (tidak rasional karena tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) adalah 0%, kategori IVa (tidak rasional karena ada antibiotika lain yang lebih efektif) adalah 0%, kategori IVd (tidak rasional karena ada antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit) 0%, kategori IIIa (tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu lama) 0%, kategori IIIb (tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu singkat) 9,6%, katogeri IIa (tidak rasional karena dosis tidak tepat) sebanyak 43,8%, serta kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat/rasional) sebanyak 46,6%. Dari semua kategori yang dinilai dapat disimpulkan bahwa di Puskesmas Bogor Utara, pemilihan antibiotika untuk pneumonia sudah rasional kecuali untuk kategori dosis dan lama atau jangka waktu pemberian yang tidak tepat/ rasional.
{"title":"PENILAIAN TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA BALITA PENDERITA PNEUMONIA PUSKESMAS BOGOR UTARA","authors":"Lusi Indriani, Oktaviana Zunnita","doi":"10.33751/jf.v8i2.1068","DOIUrl":"https://doi.org/10.33751/jf.v8i2.1068","url":null,"abstract":"Pneumonia adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit infeksi menular ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita di dunia. Pengobatan pneumonia dengan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan menilai rasionalitas penggunaan antibiotika pada balita penderita pneumonia di Puskesmas Bogor Utara periode Januari-Desember tahun 2016. Penilaian dilakukan berdasarkan metode Gyssens dengan melihat ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan jangka waktu penggunaan, dan ketepatan dosis antibiotika. Hasil penilaian rasionalitas dengan metode Gyssens pada kategori V (tidak rasional karena tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) adalah 0%, kategori IVa (tidak rasional karena ada antibiotika lain yang lebih efektif) adalah 0%, kategori IVd (tidak rasional karena ada antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit) 0%, kategori IIIa (tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu lama) 0%, kategori IIIb (tidak rasional karena pemberian antibiotika terlalu singkat) 9,6%, katogeri IIa (tidak rasional karena dosis tidak tepat) sebanyak 43,8%, serta kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat/rasional) sebanyak 46,6%. Dari semua kategori yang dinilai dapat disimpulkan bahwa di Puskesmas Bogor Utara, pemilihan antibiotika untuk pneumonia sudah rasional kecuali untuk kategori dosis dan lama atau jangka waktu pemberian yang tidak tepat/ rasional. ","PeriodicalId":285665,"journal":{"name":"FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127201852","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}