Pub Date : 2023-03-27DOI: 10.52689/higea.v15i1.510
Meilinda Mustika, Boy Chandra, Tri Maryanti, Sinta Wahyuni
Mie instan merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan mie instan mudah didapatkan, mempunyai banyak varian rasa, dengan harga yang murah dan cara penyajian yang mudah. Saat ini beredar mie instan import terutama dari Korea yang teregistrasi BPOM namun tidak memiliki label halal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat DNA babi pada mie instan import menggunakan RT-PCR. Sampel yang digunakan adalah mie instan impor dan daging babi sebagai kontrol positif. Tahap penelitian meliputi isolasi DNA mengunakan kit Thermo Scientific GeneJET Genomic DNA Purification,uji kemurnian DNA menggunakan Spektrofotometer Nanodrop dengan rasio A260/A280, dan diamplifikasi menggunakan RT-PCR dengan pewarnaan SYBR Green. Dari penelitian diperoleh kontrol positif (daging babi) yang mengalami kenaikan kurva amplifikasi dengan nilai Ct 2,38 dan tiga sampel mie instan tidak mengalami kenaikan kurva amplifikasi. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat DNA babi pada tiga sampel mie instan impor yang diperiksa
{"title":"Deteksi DNA Babi Pada Produk Mie Instan Import Dengan Metode Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)","authors":"Meilinda Mustika, Boy Chandra, Tri Maryanti, Sinta Wahyuni","doi":"10.52689/higea.v15i1.510","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v15i1.510","url":null,"abstract":"Mie instan merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan mie instan mudah didapatkan, mempunyai banyak varian rasa, dengan harga yang murah dan cara penyajian yang mudah. Saat ini beredar mie instan import terutama dari Korea yang teregistrasi BPOM namun tidak memiliki label halal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat DNA babi pada mie instan import menggunakan RT-PCR. Sampel yang digunakan adalah mie instan impor dan daging babi sebagai kontrol positif. Tahap penelitian meliputi isolasi DNA mengunakan kit Thermo Scientific GeneJET Genomic DNA Purification,uji kemurnian DNA menggunakan Spektrofotometer Nanodrop dengan rasio A260/A280, dan diamplifikasi menggunakan RT-PCR dengan pewarnaan SYBR Green. Dari penelitian diperoleh kontrol positif (daging babi) yang mengalami kenaikan kurva amplifikasi dengan nilai Ct 2,38 dan tiga sampel mie instan tidak mengalami kenaikan kurva amplifikasi. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat DNA babi pada tiga sampel mie instan impor yang diperiksa","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114581995","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-27DOI: 10.52689/higea.v15i1.478
R. Handayani, Dewiyanti Ratnasari, Listhia Hardiati Rahman
Diabetes mellitus (DM) menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk di provinsi Jawa Barat. Menurut data Riskesdas Jawa Barat tahun 2018 diketahui data prevalensi pasien diabetes berdasarkan diagnosis sebesar 1,3% dan diagnosis disertai gejala sebesar 2%. Pengobatan untuk pasien yang telah terdiagnosis diabetes antara lain menggunakan terapi insulin dan pemberian obat oral. Jika penggunaan obat sintetik berlangsung terus-menerus dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh, Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi tanaman obat yang sudah dimanfaatkan secara turun-temurun. Salah satu tanaman obat yang memiliki efek potensial bagi kesehatan adalah akar kayu kuning. Khasiat dari akar kayu kuning yang diyakini masyarakat diantaranya adalah sebagai antidiabetes. Secara ilmiah, penelitian mengenai kayu kuning belum banyak dilakukan. Saat ini akar kayu kuning biasa dikonsumsi masyarakat dengan cara direbus dan cenderung kurang praktis. Inovasi produk dalam penelitian ini bertujuan membuat inovasi produk minuman yang praktis. Selain itu diharapkan memiliki daya simpan yang lebih panjang karena dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya diketahui sediaan dalam bentuk sirup memiliki daya simpan yang singkat. Penambahan daun stevia pada inovasi produk teh herbal dilakukan sebagai pemanis alami agar memiliki rasa yang enak dan mendapat daya terima yang baik di kalangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan tahapan penelitian terdiri dari tahapan persiapan dan pembuatan sediaan serta tahap pengujian sediaan. Sediaan teh dibuat dengan komposisi mengandung akar kayu kuning 3,75 gr, variasi konsentrasi daun stevia sebanyak 0,5 gr (F1); 1 gr (F2) dan 1,5 gr (F3) serta penambahan bunga melati sebagai aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan teh herbal ini mengandung teh kayu kuning sebanyak 3,75 gram, daun stevia 1 gram dan bunga melati sebanyak 250 mg
{"title":"Pembuatan Teh Herbal Akar Kayu Kuning (Arcangelicia flava (L.) Merr) Dengan Penambahan Daun Stevia (Stevia rebaudiana) Sebagai Pemanis Alami Untuk Memelihara Kesehatan Penderita Diabetes","authors":"R. Handayani, Dewiyanti Ratnasari, Listhia Hardiati Rahman","doi":"10.52689/higea.v15i1.478","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v15i1.478","url":null,"abstract":"Diabetes mellitus (DM) menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk di provinsi Jawa Barat. Menurut data Riskesdas Jawa Barat tahun 2018 diketahui data prevalensi pasien diabetes berdasarkan diagnosis sebesar 1,3% dan diagnosis disertai gejala sebesar 2%. Pengobatan untuk pasien yang telah terdiagnosis diabetes antara lain menggunakan terapi insulin dan pemberian obat oral. Jika penggunaan obat sintetik berlangsung terus-menerus dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh, Di sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi tanaman obat yang sudah dimanfaatkan secara turun-temurun. Salah satu tanaman obat yang memiliki efek potensial bagi kesehatan adalah akar kayu kuning. Khasiat dari akar kayu kuning yang diyakini masyarakat diantaranya adalah sebagai antidiabetes. Secara ilmiah, penelitian mengenai kayu kuning belum banyak dilakukan. Saat ini akar kayu kuning biasa dikonsumsi masyarakat dengan cara direbus dan cenderung kurang praktis. Inovasi produk dalam penelitian ini bertujuan membuat inovasi produk minuman yang praktis. Selain itu diharapkan memiliki daya simpan yang lebih panjang karena dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya diketahui sediaan dalam bentuk sirup memiliki daya simpan yang singkat. Penambahan daun stevia pada inovasi produk teh herbal dilakukan sebagai pemanis alami agar memiliki rasa yang enak dan mendapat daya terima yang baik di kalangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan tahapan penelitian terdiri dari tahapan persiapan dan pembuatan sediaan serta tahap pengujian sediaan. Sediaan teh dibuat dengan komposisi mengandung akar kayu kuning 3,75 gr, variasi konsentrasi daun stevia sebanyak 0,5 gr (F1); 1 gr (F2) dan 1,5 gr (F3) serta penambahan bunga melati sebagai aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan teh herbal ini mengandung teh kayu kuning sebanyak 3,75 gram, daun stevia 1 gram dan bunga melati sebanyak 250 mg","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134443877","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-27DOI: 10.52689/higea.v15i1.495
Faridah Ahmad, Dinda Aisyah Aisyah, Farida Nur Aeni, Siti Ningrum Ratna Ningsih, Satrio Adi Putra, N. Yuniarsih
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bertujuan untuk pengamanan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan kebutuhan yang tidak bisa lepas dari rumah sakit, dengan penggunaan yang terus menerus, diperlukan pengelolaan untuk limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan metode komparatif dengan mengumpulkan berbagai sumber yang didapat dari jurnal penelitian. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rumah sakit yang melakukan pengelolaan terhadap limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan acuan yang dipakai dalam mengelola limbah tersebut. Acuan yang digunakan disesuaikan dengan jenis limbah yang dikelola diantaranya berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016, PSAK Nomor 33, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015, dan Surat Edaran Nomor SE.2/MENLHK/PSLB3/2020.
{"title":"Review Artikel : Evaluasi Pengelolaan Limbah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit","authors":"Faridah Ahmad, Dinda Aisyah Aisyah, Farida Nur Aeni, Siti Ningrum Ratna Ningsih, Satrio Adi Putra, N. Yuniarsih","doi":"10.52689/higea.v15i1.495","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v15i1.495","url":null,"abstract":"Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bertujuan untuk pengamanan agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar. Alat kesehatan dan bahan medis habis pakai merupakan kebutuhan yang tidak bisa lepas dari rumah sakit, dengan penggunaan yang terus menerus, diperlukan pengelolaan untuk limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan metode komparatif dengan mengumpulkan berbagai sumber yang didapat dari jurnal penelitian. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rumah sakit yang melakukan pengelolaan terhadap limbah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sudah sesuai dengan acuan yang dipakai dalam mengelola limbah tersebut. Acuan yang digunakan disesuaikan dengan jenis limbah yang dikelola diantaranya berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016, PSAK Nomor 33, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Permen LHK Nomor 56 Tahun 2015, dan Surat Edaran Nomor SE.2/MENLHK/PSLB3/2020.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"324 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122161963","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di Indonesia, terdapat berbagai macam tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu daun tanaman kelor (Moringa oleifera L.) yang berpotensi sebagai antidiabetes. Proses penemuan obat memerlukan tahapan yang banyak dan waktu yang lama. Salah satu cara dalam mempercepat proses penemuan kandidat obat baru adalah dengan pendekatan secara komputasi secara docking molekular. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah protein 2HV5 pada enzim aldosa reduktase, ligan ZST, dan senyawa aktif pada daun kelor yaitu marumoside A, quercertin, asam ferulat, kaempferol dan asam galat. Berdasarkan validasi metode docking molekuler, diperoleh nilai RMSD 0,8704 Amstrong, dengan hasil best score docking dari masing-masing ligan adalah sebagai berikut: ZST (-126,7120); Pioglitazine (-120,4064); Sitagliptin (-120,056); Marumoside A (-93,78563); Quercertin (-80,9221); Asam Ferulat (-80,2762); Kaempferol (-80,09625); dan Asam Galat (-72,6102), dimana semua ligan memenuhi aturan Lipinski. Dapat disimpulkan bahwa kelima senyawa aktif daun kelor tersebut kurang potensial jika dibandingkan dengan obat pioglitazine dan sitagliptin serta perlu dilanjutkan uji aktivitas in vitro di laboratorium.
{"title":"Penghambatan Aktivitas Enzim Aldosa Reduktase dari Senyawa Aktif Daun Tanaman Kelor (Moringa Oleifera L.): Studi In-Silico","authors":"Daini Amanah, Morani Fauziyah, Nindya Rahmasari Putri, Hasri Kurnia Afajar, Azkiya Fikriyyah, R. Manalu","doi":"10.52689/higea.v14i2.454","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.454","url":null,"abstract":"Di Indonesia, terdapat berbagai macam tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu daun tanaman kelor (Moringa oleifera L.) yang berpotensi sebagai antidiabetes. Proses penemuan obat memerlukan tahapan yang banyak dan waktu yang lama. Salah satu cara dalam mempercepat proses penemuan kandidat obat baru adalah dengan pendekatan secara komputasi secara docking molekular. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah protein 2HV5 pada enzim aldosa reduktase, ligan ZST, dan senyawa aktif pada daun kelor yaitu marumoside A, quercertin, asam ferulat, kaempferol dan asam galat. Berdasarkan validasi metode docking molekuler, diperoleh nilai RMSD 0,8704 Amstrong, dengan hasil best score docking dari masing-masing ligan adalah sebagai berikut: ZST (-126,7120); Pioglitazine (-120,4064); Sitagliptin (-120,056); Marumoside A (-93,78563); Quercertin (-80,9221); Asam Ferulat (-80,2762); Kaempferol (-80,09625); dan Asam Galat (-72,6102), dimana semua ligan memenuhi aturan Lipinski. Dapat disimpulkan bahwa kelima senyawa aktif daun kelor tersebut kurang potensial jika dibandingkan dengan obat pioglitazine dan sitagliptin serta perlu dilanjutkan uji aktivitas in vitro di laboratorium.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"34 8","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120927631","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.52689/higea.v14i2.494
Eriska Agustin, Siti Resmayani
Tumbuhan Kopasanda (Chromolaena odorata L.) banyak terdapat di indonesia dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kadar flavonoid dan aktivitas antiksidan ekstrak batang kopasanda. Batang Kopasanda diektraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Kadar flavonoid ekstrak diukur dengan metode Spektrofotometri UV-Vis sedangkan aktivitas antioksidan ekstrak ditentukan dengan metode DPPH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang kopasanda memiliki kadar flavonoid sebesar 25,03±4,448 mgQE/g ekstrak dan aktivitas senyawa antioksidan didapatkan nilai IC50 sebesar 156,22 ppm dengan kategori antioksidan lemah.
{"title":"Uji Kadar Senyawa Flavonoid dan Antioksidan Ekstrak Etanol Batang Kopasanda (Chromolaena odorata L.) menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Visible","authors":"Eriska Agustin, Siti Resmayani","doi":"10.52689/higea.v14i2.494","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.494","url":null,"abstract":"Tumbuhan Kopasanda (Chromolaena odorata L.) banyak terdapat di indonesia dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kadar flavonoid dan aktivitas antiksidan ekstrak batang kopasanda. Batang Kopasanda diektraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Kadar flavonoid ekstrak diukur dengan metode Spektrofotometri UV-Vis sedangkan aktivitas antioksidan ekstrak ditentukan dengan metode DPPH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang kopasanda memiliki kadar flavonoid sebesar 25,03±4,448 mgQE/g ekstrak dan aktivitas senyawa antioksidan didapatkan nilai IC50 sebesar 156,22 ppm dengan kategori antioksidan lemah.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"119 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129305809","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-30DOI: 10.52689/higea.v14i2.475
Adrully El Fienda, Ainun Wulandari
PPI (proton pump inhibitors) adalah salah satu obat yang umum diresepkan pada gangguan lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai efektivitas biaya pada penggunaan Omeprazol dan Pantoprazol pada pasien rawat inap di RSU Adhyaksa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara retrospektif dengan membandingkan Direct Medical Cost (biaya medik langsung). Subjek dari penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di RSU Adhyaksa yang mendapatkan terapi Omeprazol dan Pantoprazol dengan usia >50 tahun dalam periode Januari 2020 – Mei 2022. Hasil efektivitas terapi dapat dilihat dari data rekam medis pasien dan biaya pengobatan pasien yang dianalisis dengan perhitungan rasio rerata efektivitas biaya (ACER). Berdasarkan efektivitas terapi pantoprazol (95,2%) lebih efektif dibandingkan omeprazol (90,5%). Terdapat perbedaan nilai ACER pada pasien yang menggunakan pantoprazole sebesar Rp 1.802.501,- dan pada omeprazole sebesar Rp 2.022.952,-. ICER pada penelitian ini menunjukkan angka Rp. 601.510,-. Pada penelitian ini terdapat perbedaan efektivitas antara pantoprazol dan omeprazole sebagai terapi Peptik ulser. Biaya terapi peptic ulser pada pantoprazol lebih rendah dibandingkan omeprazole.
{"title":"Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Omeprazol dan Pantoprazol dalam Terapi Peptic Ulcer pada Pasien Lansia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Adhyaksa","authors":"Adrully El Fienda, Ainun Wulandari","doi":"10.52689/higea.v14i2.475","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.475","url":null,"abstract":"PPI (proton pump inhibitors) adalah salah satu obat yang umum diresepkan pada gangguan lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai efektivitas biaya pada penggunaan Omeprazol dan Pantoprazol pada pasien rawat inap di RSU Adhyaksa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara retrospektif dengan membandingkan Direct Medical Cost (biaya medik langsung). Subjek dari penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di RSU Adhyaksa yang mendapatkan terapi Omeprazol dan Pantoprazol dengan usia >50 tahun dalam periode Januari 2020 – Mei 2022. Hasil efektivitas terapi dapat dilihat dari data rekam medis pasien dan biaya pengobatan pasien yang dianalisis dengan perhitungan rasio rerata efektivitas biaya (ACER). Berdasarkan efektivitas terapi pantoprazol (95,2%) lebih efektif dibandingkan omeprazol (90,5%). Terdapat perbedaan nilai ACER pada pasien yang menggunakan pantoprazole sebesar Rp 1.802.501,- dan pada omeprazole sebesar Rp 2.022.952,-. ICER pada penelitian ini menunjukkan angka Rp. 601.510,-. Pada penelitian ini terdapat perbedaan efektivitas antara pantoprazol dan omeprazole sebagai terapi Peptik ulser. Biaya terapi peptic ulser pada pantoprazol lebih rendah dibandingkan omeprazole.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124008062","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyerahan obat keras diapotek seharusnya hanya dapat dilakukan dengan resep dokter dan diserahkan hanya oleh apoteker. Penelitian ini ingin melihat kepatuhan apotek terhadap regulasi obat keras untuk penyakit kronis tanpa resep dokter. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dan pengetahuan pasien terhadap pembelian obat keras tanpa resep di apotek. Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional adalah bentuk penelitian yang dalam waktu pendek dapat mengumpulkan bahan yang banyak untuk memperoleh hasil jumlah tertentu. Data yang digunakan berupa data primer dengan cara wawancara menggunakan kuisioner kepada pasien yang sesuai dengan kriterial inklusi yaitu responden berusia18-55 tahun. Penelitian ini dilakukan di Apotek Pagesangan yang ada di Mataram pada Agustus 2021. Berdasarkan hasil responden yang membeli obat keras tanpa resep di apotek sebanyak 600 orang/bulan (77%), sedangakan yang membeli obat dengan resep dokter di apotek sebantak 100 orang/bulan (23%), untuk jenis obat yang paling banyak dibeli oleh responden adalah obat antibiotic sebanyak 5 (50%) responden. Faktor pendukung terbesar penggunaan obat tanpa resep yaitu biaya pengobatan mahal 58 (38,7%), penggunaan obat terbanyak yaitu saran dari orang lain 30 (30%) responden, untuk rata-rata responden melakuka pengobatan tanpa resep dalam sebulan sekali yang paling banyak sebanyak 70 (70%). Terdapat masih banyak pasien yang membeli obat tanpa resep dokter. Jenis obat yang paling banyak dibeli oleh responden adalah obat antibiotik. Faktor pendukung terbesar penggunaan obat tanpa resep yaitu biaya pengobatan mahal, penggunaan obat, dan untuk rata-rata responden melakukan pengobatan tanpa resep dalam sebulan sekali.
{"title":"Hubungan Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan Pasien Terhadap Pembelian Obat Keras tanpa Resep","authors":"Irawansyah Irawansyah, Musparlin Halid, Alfisahrin Alfisahrin, Ikhwan Ikhwan","doi":"10.52689/higea.v14i2.471","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.471","url":null,"abstract":"Penyerahan obat keras diapotek seharusnya hanya dapat dilakukan dengan resep dokter dan diserahkan hanya oleh apoteker. Penelitian ini ingin melihat kepatuhan apotek terhadap regulasi obat keras untuk penyakit kronis tanpa resep dokter. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dan pengetahuan pasien terhadap pembelian obat keras tanpa resep di apotek. Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional adalah bentuk penelitian yang dalam waktu pendek dapat mengumpulkan bahan yang banyak untuk memperoleh hasil jumlah tertentu. Data yang digunakan berupa data primer dengan cara wawancara menggunakan kuisioner kepada pasien yang sesuai dengan kriterial inklusi yaitu responden berusia18-55 tahun. Penelitian ini dilakukan di Apotek Pagesangan yang ada di Mataram pada Agustus 2021. Berdasarkan hasil responden yang membeli obat keras tanpa resep di apotek sebanyak 600 orang/bulan (77%), sedangakan yang membeli obat dengan resep dokter di apotek sebantak 100 orang/bulan (23%), untuk jenis obat yang paling banyak dibeli oleh responden adalah obat antibiotic sebanyak 5 (50%) responden. Faktor pendukung terbesar penggunaan obat tanpa resep yaitu biaya pengobatan mahal 58 (38,7%), penggunaan obat terbanyak yaitu saran dari orang lain 30 (30%) responden, untuk rata-rata responden melakuka pengobatan tanpa resep dalam sebulan sekali yang paling banyak sebanyak 70 (70%). Terdapat masih banyak pasien yang membeli obat tanpa resep dokter. Jenis obat yang paling banyak dibeli oleh responden adalah obat antibiotik. Faktor pendukung terbesar penggunaan obat tanpa resep yaitu biaya pengobatan mahal, penggunaan obat, dan untuk rata-rata responden melakukan pengobatan tanpa resep dalam sebulan sekali.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126379891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kedelai (Glycine max) diketahui mengandung berbagai nutrisi salah satunya vitamin B1 atau tiamin. Tiamin merupakan vitamin yang dibutuhkan untuk menimbulkan nafsu makan, membantu penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem saraf. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar vitamin B1 pada kacang kedelai dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLTKT)-Densitometri. Sampel diekstraksi dengan menggunakan air suling 20 mL dan metanol 30 mL. Analisis dengan KLT menggunakan metanol: air: asam asetat: amoniak (5: 4,5: 0,5: 0,75) sebagai fase gerak dan silika gel 60 F254 sebagai fase diam. Hasil KLTKT menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai Rf yang sama dengan pembanding (Rf = 0,5). Linearitas vitamin B1 diperoleh pada rentang konsentrasi 100-500 µg/mL dengan nilai koefisien korelasi 0,998 dan persamaan regresi y = 238,4 + 5,575x. Nilai simpangan baku 37,1724 µg/mL, batas deteksi 20,0031 µg/mL dan batas kuantitasi 66,677 µg/mL. Analisis kuantitatif menggunakan densitometri diperoleh kadar vitamin B1 sebesar 0,0599 ± 0,002363 %.
{"title":"Penggunaan Metode Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT)-Densitometri Dalam Penetapan Kadar Vitamin B1 Pada Kacang Kedelai (Glycine max)","authors":"Sestry Misfadhila, Ijazati Alfitroh, Sanezea Effendy, Endang Agustina","doi":"10.52689/higea.v14i2.501","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.501","url":null,"abstract":"Kedelai (Glycine max) diketahui mengandung berbagai nutrisi salah satunya vitamin B1 atau tiamin. Tiamin merupakan vitamin yang dibutuhkan untuk menimbulkan nafsu makan, membantu penggunaan karbohidrat dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem saraf. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar vitamin B1 pada kacang kedelai dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLTKT)-Densitometri. Sampel diekstraksi dengan menggunakan air suling 20 mL dan metanol 30 mL. Analisis dengan KLT menggunakan metanol: air: asam asetat: amoniak (5: 4,5: 0,5: 0,75) sebagai fase gerak dan silika gel 60 F254 sebagai fase diam. Hasil KLTKT menunjukkan bahwa sampel memiliki nilai Rf yang sama dengan pembanding (Rf = 0,5). Linearitas vitamin B1 diperoleh pada rentang konsentrasi 100-500 µg/mL dengan nilai koefisien korelasi 0,998 dan persamaan regresi y = 238,4 + 5,575x. Nilai simpangan baku 37,1724 µg/mL, batas deteksi 20,0031 µg/mL dan batas kuantitasi 66,677 µg/mL. Analisis kuantitatif menggunakan densitometri diperoleh kadar vitamin B1 sebesar 0,0599 ± 0,002363 %.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"72 13","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113988156","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-29DOI: 10.52689/higea.v14i2.438
Rosanti Wahyu Saputri, Satriani Badawi, Hadi Kuncoro
Kulit buah jeruk lemon (Citrus limon (L.) Osbeck) dan jeruk manis (Citrus aurantium L.) mengandung golongan senyawa fenolik dan flavonoid yang dapat bertindak sebagai antioksidan dan tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan tabir surya ekstrak etanol kulit buah jeruk lemon dan jeruk manis dalam bentuk ekstrak tunggal maupun kombinasinya. Kedua sampel dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl menggunakan spektrofotometer UV-Vis, efektivitas tabir surya ditentukan dengan menghitung nilai %Te, %Tp, dan SPF dengan metode spektrofotometri. Nilai IC50 ekstrak kulit lemon, ekstrak kulit jeruk manis, dan kombinasinya (1:1, 1:2, dan 2:1) secara berturut-turut adalah 610,94 ppm; 437,52 ppm; 501,18 ppm; 398,11 ppm; dan 485,25 ppm. Hasil ini menunjukkan kombinasi dengan perbandingan 1:2 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan sampel lainnya. Hasil uji aktivitas tabir surya menunjukkan nilai %Te dan %Tp ekstrak menurun dengan peningkatan konsentrasi dan nilai SPF seluruh ekstrak dengan konsentrasi 800 ppm termasuk dalam kategori proteksi maksimal.
{"title":"Potensi Antiradikal bebas DPPH dan Tabir Surya Ekstrak Tunggal dan Kombinasi Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Osbeck ) dan Kulit Jeruk Manis (Citrus aurantium L.)","authors":"Rosanti Wahyu Saputri, Satriani Badawi, Hadi Kuncoro","doi":"10.52689/higea.v14i2.438","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.438","url":null,"abstract":"Kulit buah jeruk lemon (Citrus limon (L.) Osbeck) dan jeruk manis (Citrus aurantium L.) mengandung golongan senyawa fenolik dan flavonoid yang dapat bertindak sebagai antioksidan dan tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan tabir surya ekstrak etanol kulit buah jeruk lemon dan jeruk manis dalam bentuk ekstrak tunggal maupun kombinasinya. Kedua sampel dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl menggunakan spektrofotometer UV-Vis, efektivitas tabir surya ditentukan dengan menghitung nilai %Te, %Tp, dan SPF dengan metode spektrofotometri. Nilai IC50 ekstrak kulit lemon, ekstrak kulit jeruk manis, dan kombinasinya (1:1, 1:2, dan 2:1) secara berturut-turut adalah 610,94 ppm; 437,52 ppm; 501,18 ppm; 398,11 ppm; dan 485,25 ppm. Hasil ini menunjukkan kombinasi dengan perbandingan 1:2 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan sampel lainnya. Hasil uji aktivitas tabir surya menunjukkan nilai %Te dan %Tp ekstrak menurun dengan peningkatan konsentrasi dan nilai SPF seluruh ekstrak dengan konsentrasi 800 ppm termasuk dalam kategori proteksi maksimal.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"455 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116356520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-29DOI: 10.52689/higea.v14i2.480
Novena Adi Yuhara, Agustinus Jitro Nono, Yosua Adi Kristariyanto
Daun teh hijau (Camellia sinensis L.) merupakan tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang berguna sebagai antioksidan. Sediaan masker gel merupakan bentuk sediaan gel yang mudah diaplikasikan, tidak berminyak, menyejukan, mudah berpenetrasi dengan kulit, mudah dicuci dengan menggunakan air, dan juga tidak beresiko menyumbat pori-pori kulit wajah. Tujuan penelitian ini untuk membuat sediaan masker gel peel off dari ekstrak teh hijau dan dilakukan uji evaluasi sediaan yang sesuai dengan persyaratan formulasi. Uji Evaluasi dilakukan yaitu, pengujian organoleptis, homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji aktivitas antibakteri. Hasil yang diperoleh pada ui organoleptis adalah formula 1 berwarna merah bata, sedangkan formula 2 dan 3 berwarna coklat, dengan bau khas teh hijau dan sediaan berbentuk gel. Hasil uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan sudah homogen. Hasil uji pH yaitu 5 dan 6 dan dinyatakan sudah sesuai dengan pesyaratan. Hasil uji daya sebar yang didapatkan diameter yang belum memenuhi rentang daya sebar yang disebabkan oleh sediaan yang terlalu cair. Hasil rata-rata waktu uji daya lekat, yaitu pada formula 1 dengan rata-rata 00,34 detik, formula 2 dengan rata-rata 00,58 detik, formula 3 dengan rata-rata 00,57 detik, serta melakukan uji aktivitas antibakteri dengan hasil diameter yang dimiliki menunjukan adanya zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
{"title":"Masker Gel Peel-Off Anti Jerawat Dari Ekstrak Teh Hijau","authors":"Novena Adi Yuhara, Agustinus Jitro Nono, Yosua Adi Kristariyanto","doi":"10.52689/higea.v14i2.480","DOIUrl":"https://doi.org/10.52689/higea.v14i2.480","url":null,"abstract":"Daun teh hijau (Camellia sinensis L.) merupakan tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang berguna sebagai antioksidan. Sediaan masker gel merupakan bentuk sediaan gel yang mudah diaplikasikan, tidak berminyak, menyejukan, mudah berpenetrasi dengan kulit, mudah dicuci dengan menggunakan air, dan juga tidak beresiko menyumbat pori-pori kulit wajah. Tujuan penelitian ini untuk membuat sediaan masker gel peel off dari ekstrak teh hijau dan dilakukan uji evaluasi sediaan yang sesuai dengan persyaratan formulasi. Uji Evaluasi dilakukan yaitu, pengujian organoleptis, homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji aktivitas antibakteri. Hasil yang diperoleh pada ui organoleptis adalah formula 1 berwarna merah bata, sedangkan formula 2 dan 3 berwarna coklat, dengan bau khas teh hijau dan sediaan berbentuk gel. Hasil uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan sudah homogen. Hasil uji pH yaitu 5 dan 6 dan dinyatakan sudah sesuai dengan pesyaratan. Hasil uji daya sebar yang didapatkan diameter yang belum memenuhi rentang daya sebar yang disebabkan oleh sediaan yang terlalu cair. Hasil rata-rata waktu uji daya lekat, yaitu pada formula 1 dengan rata-rata 00,34 detik, formula 2 dengan rata-rata 00,58 detik, formula 3 dengan rata-rata 00,57 detik, serta melakukan uji aktivitas antibakteri dengan hasil diameter yang dimiliki menunjukan adanya zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.","PeriodicalId":286004,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Higea","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121653883","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}