Iga Kurnia Rohmah, Edy Suyanto, Ni Luh Putu Eka Sudiwati, Tanto Hariyanto
Pollutants are a mixture of substances in the air both intentionally and naturally that can cause air quality to be down so as to disrupt and harm the living things or other objects around it. An increase in the number of motor vehicles increases air pollution and fuel consumption. Fuel oil contains benzene, toluene, xylenses, ethylene, total petroleum hydrocarbon, and polycuclic aromatic hydrocarbon. Fueling operators at gas stations have a high risk of exposure to benzene through inhalation. Exposure to benzene will affect bone marrow damage that causes disruption of blood cell production. The aim of this research is to know the relation between air pollutant (benzene) and MCV at SPBU employee in Blitar District. The research method used Cross Sectional. The subjects of the research are the employees of the fuel filler perator with Purposive Sampling technique of 30 respondents. Full blood collection to determine MCV levels. The results showed no significant correlation between air pollutant exposure time with MCV content with p-value = 0,339 (p > 0,05) and x-rho = -0.181. This research was conducted at gas station with minimal bias (gas station which is located in environment area with many trees and a bit of building around it). Suggestions for further research are examined the level of benzene concentration in the air to determine the level of air pollution.
{"title":"Hubungan Lama Paparan Polutan Udara dengan Kadar MCV pada Karyawan SPBU di Wilayah Kabupaten Blitar.","authors":"Iga Kurnia Rohmah, Edy Suyanto, Ni Luh Putu Eka Sudiwati, Tanto Hariyanto","doi":"10.31290/JKT.V5I2.524","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I2.524","url":null,"abstract":"Pollutants are a mixture of substances in the air both intentionally and naturally that can cause air quality to be down so as to disrupt and harm the living things or other objects around it. An increase in the number of motor vehicles increases air pollution and fuel consumption. Fuel oil contains benzene, toluene, xylenses, ethylene, total petroleum hydrocarbon, and polycuclic aromatic hydrocarbon. Fueling operators at gas stations have a high risk of exposure to benzene through inhalation. Exposure to benzene will affect bone marrow damage that causes disruption of blood cell production. The aim of this research is to know the relation between air pollutant (benzene) and MCV at SPBU employee in Blitar District. The research method used Cross Sectional. The subjects of the research are the employees of the fuel filler perator with Purposive Sampling technique of 30 respondents. Full blood collection to determine MCV levels. The results showed no significant correlation between air pollutant exposure time with MCV content with p-value = 0,339 (p > 0,05) and x-rho = -0.181. This research was conducted at gas station with minimal bias (gas station which is located in environment area with many trees and a bit of building around it). Suggestions for further research are examined the level of benzene concentration in the air to determine the level of air pollution.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130583152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pencegahan phlebitis tidak hanya berfokus pada saat pemasangan infus saja, akan tetapi sesudahnya pemasangan infus harus dilindungi sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Perawat yang memperhatikan prinsip aseptic, dapat mengurangi kejadian phlebitis (Brunner & Suddarth, 2001). Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh perawatan pemasangan infus terhadap kejadian phlebitis pada pasien rawat inap di RSUD dr. R. Soedarsono kota Pasuruan. Desain penelitian adalah pre eksperimental dengan besar sampel berjumlah 20 orang diambil dengan carapurposive sampling. Teknikpengambilan data dengan cara wawancara dan observasi dan dianalisa dengan uji Chi Kuadrat. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukkan kejadian phelbitis pada pasien rawat inap sejumlah 10% terjadi phlebitis dan 90% tidak terjadi phlebitis.Pada kelompok kontrol 70% terjadi phlebitis dan 30% tidak terjadi phlebitis, serta nilai signifikan 0.006 yang menyatakan ada pengaruh perawatan infus terhadap kejadian phlebitis pada pasien rawat inap. Saran yang dapat diajukan kepada peneliti selanjutnya adalah faktor penyebab terbesar phlebitis dan meneliti pencegahan phlebitis yang lainnya.
{"title":"PERAWATAN LUKA INFUS TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS","authors":"Rudi Hamarno, T. Herawati, Bramunanto Suprayoga","doi":"10.31290/JKT.V5I1.892","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.892","url":null,"abstract":"Pencegahan phlebitis tidak hanya berfokus pada saat pemasangan infus saja, akan tetapi sesudahnya pemasangan infus harus dilindungi sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Perawat yang memperhatikan prinsip aseptic, dapat mengurangi kejadian phlebitis (Brunner & Suddarth, 2001). Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh perawatan pemasangan infus terhadap kejadian phlebitis pada pasien rawat inap di RSUD dr. R. Soedarsono kota Pasuruan. Desain penelitian adalah pre eksperimental dengan besar sampel berjumlah 20 orang diambil dengan carapurposive sampling. Teknikpengambilan data dengan cara wawancara dan observasi dan dianalisa dengan uji Chi Kuadrat. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukkan kejadian phelbitis pada pasien rawat inap sejumlah 10% terjadi phlebitis dan 90% tidak terjadi phlebitis.Pada kelompok kontrol 70% terjadi phlebitis dan 30% tidak terjadi phlebitis, serta nilai signifikan 0.006 yang menyatakan ada pengaruh perawatan infus terhadap kejadian phlebitis pada pasien rawat inap. Saran yang dapat diajukan kepada peneliti selanjutnya adalah faktor penyebab terbesar phlebitis dan meneliti pencegahan phlebitis yang lainnya.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126624000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh spiritual emotional freedom tehnique (SEFT) terhadap vital sign pada pada pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan time series design. Populasi adalah semua pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo, sedangkan sampelnya adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 29 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan spesifikasi purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan pengukuran vital sign sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji Wilcoxon. Hasil analisa data menunjukkan ada pengaruh spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap vital sign pada pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo (nilai p = 0,000 atau p<α). Kata kunci : SEFT, vital sign, pasien gagal ginjal
{"title":"PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP VITAL SIGN PADA PASIEN GAGAL GINJAL","authors":"Rizky Nur Evinda, Susi Milwati, Atti Yudiernawati","doi":"10.31290/JKT.V5I1.354","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.354","url":null,"abstract":"Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh spiritual emotional freedom tehnique (SEFT) terhadap vital sign pada pada pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan time series design. Populasi adalah semua pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo, sedangkan sampelnya adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 29 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan spesifikasi purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan pengukuran vital sign sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji Wilcoxon. Hasil analisa data menunjukkan ada pengaruh spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap vital sign pada pasien gagal ginjal di RSUD Ngudi Waluyo (nilai p = 0,000 atau p<α). \u0000Kata kunci : SEFT, vital sign, pasien gagal ginjal ","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122406880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Riris Wahyu Anggraini, Lenni Saragih, Ni Luh Putu Eka
Kasus luka bakar fase akut merupakan suatu bentuk kasus trauma kritis dengan angka mortalitas tinggi, yang memerlukan perhatian secara khusus. Lidah buaya memiliki kandungan zat aktif saponin yang bersifat antiseptic dan glukomanan sebagai pertumbuhan fibroblast yang dapat membantu proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemberian ekstrak gel lidah buaya terhadap penyembuhan luka bakar derajat dua.Ekstrak dibuat dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih galur wistar jantan (Rattus norvergicus) yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok aloe vera 10%, aloe vera 20%, kelompok kontrol Silversulfadiazine1% dan NaCl 0,9%. Parameter yang diamati gambaran makroskopis (warna, luas dan ada tidaknya eksudat). Semua data diolah dan dianalisis statistik mengunakan SPSS 23. Hasil analisis statistik uji Paired-Samples T-Test dan uji Independent T-test menunjukan bahwa luas luka antara kelompok aloe vera 10% dan 20%, Silversulfadiazine1% dan NaCl 0,9% tidak terdapat perbedaan yang bermakna (P>0,05). Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Aloe vera 10% dan 20% memiliki efek yang sama dengan Silver Sulfadiazine 1% dalam hal penyembuhan luka bakar dan diaplikasikan kepada manusia sebagai alternatif perawatan luka bakar dengan harga yang relatif murah.
{"title":"PENGARUH TOPIKAL EKSTRA GEL LIDAH BUAYA aloevera KONSENTRASI 10%, DAN 20% TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS LUKA BAKAR GRADE II PADA TIKUS Rattus norvergicus GALUR WISTAR","authors":"Riris Wahyu Anggraini, Lenni Saragih, Ni Luh Putu Eka","doi":"10.31290/JKT.V5I1.374","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.374","url":null,"abstract":"Kasus luka bakar fase akut merupakan suatu bentuk kasus trauma kritis dengan angka mortalitas tinggi, yang memerlukan perhatian secara khusus. Lidah buaya memiliki kandungan zat aktif saponin yang bersifat antiseptic dan glukomanan sebagai pertumbuhan fibroblast yang dapat membantu proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemberian ekstrak gel lidah buaya terhadap penyembuhan luka bakar derajat dua.Ekstrak dibuat dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih galur wistar jantan (Rattus norvergicus) yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok aloe vera 10%, aloe vera 20%, kelompok kontrol Silversulfadiazine1% dan NaCl 0,9%. Parameter yang diamati gambaran makroskopis (warna, luas dan ada tidaknya eksudat). Semua data diolah dan dianalisis statistik mengunakan SPSS 23. Hasil analisis statistik uji Paired-Samples T-Test dan uji Independent T-test menunjukan bahwa luas luka antara kelompok aloe vera 10% dan 20%, Silversulfadiazine1% dan NaCl 0,9% tidak terdapat perbedaan yang bermakna (P>0,05). Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Aloe vera 10% dan 20% memiliki efek yang sama dengan Silver Sulfadiazine 1% dalam hal penyembuhan luka bakar dan diaplikasikan kepada manusia sebagai alternatif perawatan luka bakar dengan harga yang relatif murah.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"124 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133756887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract: Laparatomy is a frequent abdominal surgical procedure. The mostly problem during post surgery is pain accompanied by the appearance of physiological response. One of the nursing self-care actions for non-pharmacologic pain management and relaxing effects is back massage therapy and fingerhold relaxation. This study aims to determine the difference in pain intensity between back massage therapy with finger hold relaxation in patients undergoing laparotomy surgery at RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. This research has been done ethical clearance test before result test. Design the research used comparative study with two groups pre test-post test without control design. The sampling technique used is purposive sampling with 2 groups with 17 respondents each other. The test used in this study is the Paired T Test and Independent test. The results showed that the mean intensity of pain prior to back massage therapy was 4.21 and after back massage therapy to 3.19 whereas the mean intensity of pain before finger hold relaxation was 4.01 and after finger hold relaxation to 2.94. The result of paired t test statistic test showed that there was significant difference of pain intensity before and after back massage therapy and finger hand hold relaxation with p-value = 0.000 (p <0,05) and in independent test statistic test showed that there was no significant difference to the intensity pain between back massage therapy with finger hold relaxation with p-value = 0.312 (p> 0,05) which means therapy and relaxation is able to decrease the intensity of pain. Thus back massage therapy and finger hand relaxation can be a reference and nursing intervention in the handling of post operative patients, especially Laparotomy. Keywords: Post Laparatomy, Pain Intensity, Back Massage Therapy, Finger Hold Relaxation. Abstrak: Laparatomi merupakan prosedur pembedahan pada abdomen yang sering dilakukan. Masalah yang sering timbul saat post operasi adalah nyeri sehingga timbul respons fisiologis. Salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk manajemen nyeri secara non-farmakologis dan memberikan efek relaksasi adalah terapi back massage dan relaksasi genggam jari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri antara pemberian terapi back massage dengan relaksasi genggam jari pada pasien yang mengalami pembedahan laparatomi di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelayakan etik sebelum uji hasil. Desain Penelitian ini menggunakan comparative study dengan pendekatan two group pre test - post test without control design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel 2 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 17 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Paired T Test dan uji Independent Test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri sebelum terapi back massage adalah 4,21 dan sesudah terapi back massage menjadi 3,19 sedangkan rata-rata intensitas nyeri sebel
摘要:腹腔镜手术是一种常见的腹部外科手术。术后最主要的问题是疼痛伴随生理反应的出现。非药物疼痛管理和放松效果的护理自我护理行动之一是背部按摩疗法和手指放松。本研究旨在确定在nudi Waluyo Wlingi RSUD进行剖腹手术的患者中,背部按摩疗法与手指放松疗法在疼痛强度上的差异。本研究在结果检验前进行了伦理审查。设计本研究采用两组比较研究,前后试验,无对照设计。抽样方法为有目的抽样,每组17人。本研究使用的检验是配对T检验和独立检验。结果表明:按摩前和按摩后的疼痛强度分别为4.21和3.19,放松握指前和放松握指后的疼痛强度分别为4.01和2.94。配对t检验统计检验结果显示,背部按摩治疗前后疼痛强度差异有统计学意义,p值= 0.000 (p 0.05),说明治疗和放松能减轻疼痛强度。因此,背部按摩疗法和手指手部放松可以作为术后患者特别是剖腹手术患者处理的参考和护理干预。关键词:腹腔镜手术后,疼痛强度,背部按摩疗法,手指放松。摘要:腹腔镜下腹部阳虚下垂。Masalah yang服务于timbul, post - operasasadalah nyeri服务于timbul,响应断裂学。Salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk管理人员,非农业学家,成员,ekek relaksasi adalah terapi背部按摩和relaksasi genggam jari。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedai和intensiti, antara pemberian terapi背部按摩,dengan放松,genggam jari pasen yang mengalami pempedai和腹腔镜,RSUD nudi Waluyo Wlingi。Penelitian ini sudah dilakukan uji kelayakan etik sebelum uji hasil。比较研究了两组无对照设计的前测-后测。技术取样杨迪库纳坎adalah目的取样邓干取样2 kelompok - masmask kelompok - berjumlah 17响应。用配对T检验和独立检验进行分析。Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri sebelum terapi背部按摩术4,21 dan sesudah terapi背部按摩术3,19 dan sesdangkan rata-rata intensitas nyeri sebelum relaksasi genggam jari adalah 4,01 dan sesudah relaksasi genggam jari menjadi 2,94。Hasil - uji统计配对检验menunjukkan bahwa terpaat perbedaan intensitas nyeri阳平显着,kan sebelum dan relaksasi genggam jari dengan p值= 0000 (p0,05) yang berarti terapi dan relaksasi i mampu menurunkan intensitas nyeri。登甘、德米克、特拉皮、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩、背部按摩。Kata Kunci:后腹腔镜,强化Nyeri, Terapi背部按摩,放松
{"title":"DIFFERENCES PAIN INTENSITY BETWEEN BACK MASSAGE THERAPY AND FINGER HOLD RELAXATION IN PATIEN POST LAPARATOMY","authors":"Rizky Tiara Damayanti, Isnaeni, J. Wiyono","doi":"10.31290/JKT.V5I1.671","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.671","url":null,"abstract":"Abstract: Laparatomy is a frequent abdominal surgical procedure. The mostly problem during post surgery is pain accompanied by the appearance of physiological response. One of the nursing self-care actions for non-pharmacologic pain management and relaxing effects is back massage therapy and fingerhold relaxation. This study aims to determine the difference in pain intensity between back massage therapy with finger hold relaxation in patients undergoing laparotomy surgery at RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. This research has been done ethical clearance test before result test. Design the research used comparative study with two groups pre test-post test without control design. The sampling technique used is purposive sampling with 2 groups with 17 respondents each other. The test used in this study is the Paired T Test and Independent test. The results showed that the mean intensity of pain prior to back massage therapy was 4.21 and after back massage therapy to 3.19 whereas the mean intensity of pain before finger hold relaxation was 4.01 and after finger hold relaxation to 2.94. The result of paired t test statistic test showed that there was significant difference of pain intensity before and after back massage therapy and finger hand hold relaxation with p-value = 0.000 (p <0,05) and in independent test statistic test showed that there was no significant difference to the intensity pain between back massage therapy with finger hold relaxation with p-value = 0.312 (p> 0,05) which means therapy and relaxation is able to decrease the intensity of pain. Thus back massage therapy and finger hand relaxation can be a reference and nursing intervention in the handling of post operative patients, especially Laparotomy. \u0000Keywords: Post Laparatomy, Pain Intensity, Back Massage Therapy, Finger Hold Relaxation. \u0000 \u0000Abstrak: Laparatomi merupakan prosedur pembedahan pada abdomen yang sering dilakukan. Masalah yang sering timbul saat post operasi adalah nyeri sehingga timbul respons fisiologis. Salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk manajemen nyeri secara non-farmakologis dan memberikan efek relaksasi adalah terapi back massage dan relaksasi genggam jari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri antara pemberian terapi back massage dengan relaksasi genggam jari pada pasien yang mengalami pembedahan laparatomi di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelayakan etik sebelum uji hasil. Desain Penelitian ini menggunakan comparative study dengan pendekatan two group pre test - post test without control design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel 2 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 17 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Paired T Test dan uji Independent Test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri sebelum terapi back massage adalah 4,21 dan sesudah terapi back massage menjadi 3,19 sedangkan rata-rata intensitas nyeri sebel","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126703165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Winda Yunita Miftahul Jannah, Nurul Hidayah, A. Utomo
Kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat diturunkan dengan terapi brisk walk exercise dan relaksasi otot progresif. Hal ini dikarenakan bila latihan jalan kaki dilakukan secara teratur dapat merangsang sintesis glikogen melalui peningkatan aksi insulin dan merangsang transportasi glukosa oleh tranporter glukosa GLUT4. Sedangkan ketika relaksasi otot progresif dilakukan secara teratur mampu menghambat jalur stressor sehingga memperkuat sikap positif terhadap rangsangan stress dan mengakibatkan hipotalamus berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif terhadap penurunan kadar gua darah pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Desain penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental dengan jenis rancangan Pre-test and Post-test Group Design dengan teknik pengambilan sample consecutive sampling. Besar Sample adalah 30 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Brisk Walk Exercise dan kelompok RelaksasiEfektivitas Antara Brisk Walk Exercise Dan Relaksasi Otot...60 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-6873Otot Progresif. Hasil uji Paired T-test kelompok Brisk Walk Exercise didapatkan nilai Pvalue =0,000<α=0.05 hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok Relaksasi Otot Progresif nilai Pvalue=0,000<α=0.05 berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji Paired T-test didapatkan nilai Pvalue =0,000<α=0.05 artinya ada perbedaan bermakna antara Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan terapi non farmakologis seperti Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif sebagai terapi alternatif pilihan pasien yang mudah untuk dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah.
{"title":"Efektivitas antara Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Diabetes Mellitus tipe 2","authors":"Winda Yunita Miftahul Jannah, Nurul Hidayah, A. Utomo","doi":"10.31290/JKT.V5I1.491","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.491","url":null,"abstract":"Kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat diturunkan dengan terapi brisk walk exercise dan relaksasi otot progresif. Hal ini dikarenakan bila latihan jalan kaki dilakukan secara teratur dapat merangsang sintesis glikogen melalui peningkatan aksi insulin dan merangsang transportasi glukosa oleh tranporter glukosa GLUT4. Sedangkan ketika relaksasi otot progresif dilakukan secara teratur mampu menghambat jalur stressor sehingga memperkuat sikap positif terhadap rangsangan stress dan mengakibatkan hipotalamus berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif terhadap penurunan kadar gua darah pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Desain penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental dengan jenis rancangan Pre-test and Post-test Group Design dengan teknik pengambilan sample consecutive sampling. Besar Sample adalah 30 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Brisk Walk Exercise dan kelompok RelaksasiEfektivitas Antara Brisk Walk Exercise Dan Relaksasi Otot...60 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-6873Otot Progresif. Hasil uji Paired T-test kelompok Brisk Walk Exercise didapatkan nilai Pvalue =0,000<α=0.05 hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok Relaksasi Otot Progresif nilai Pvalue=0,000<α=0.05 berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji Paired T-test didapatkan nilai Pvalue =0,000<α=0.05 artinya ada perbedaan bermakna antara Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan terapi non farmakologis seperti Brisk Walk Exercise dan Relaksasi Otot Progresif sebagai terapi alternatif pilihan pasien yang mudah untuk dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131532274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perawatan pada dasarnya adalah peri perawatan pasien operatip pra, kasus bedah intra dan pasca operasi. Pada perawatan pasca operasi saat ini ada masalah teknis yang masih belum terjawab yaitu memanaskan tempat tidur pasca operasi. Implementasi mobilisasi dini, batuk efektif, relaksasi masih membutuhkan partisipasi efektif perawat dan pasien kadang-kadang diabaikan karena terlalu memakan waktu dan perawat. Pemanasan tempat tidur menurut para peneliti tampaknya menjadi solusi di atas. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui pengaruh suhu unggun terhadap kecepatan pemulihan fungsi tubuh (gerakan peristaltik / platus) menggunakan metode penelitian kuasi eksperimental untuk mendekati desain pasca kontrol, dengan jumlah sampel 15 kelompok 15 kelompok perlakuan kontrol, pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling, penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bogenvil Ngudi Waluyo Wlingi.Hasil yang diperoleh nilai uji-t (t) 3,24 lebih besar dari nilai t tabel 2,05 dengan df = n1 + n2 - 2 = 28 dan validitas level 5%. Kesimpulannya ada pengaruh suhu bed yang signifikan terhadap kecepatan pemulihan fungsi tubuh (pergerakan peristaltik / platus) pasca operasi. s. Bukti ini harus menjadi dorongan untuk mengelola pelaksanaan perawatan bedah untuk kebiasaan.
{"title":"Pengaruh Temperatur Tempat Tidur Terhadap Tubuh Fungsi Pemulihan Kecepatan Terhadap Bedah Posting","authors":"tri trinataliswati, Gunawan","doi":"10.31290/JKT.V5I1.913","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.913","url":null,"abstract":"Perawatan pada dasarnya adalah peri perawatan pasien operatip pra, kasus bedah intra dan pasca operasi. Pada perawatan pasca operasi saat ini ada masalah teknis yang masih belum terjawab yaitu memanaskan tempat tidur pasca operasi. Implementasi mobilisasi dini, batuk efektif, relaksasi masih membutuhkan partisipasi efektif perawat dan pasien kadang-kadang diabaikan karena terlalu memakan waktu dan perawat. Pemanasan tempat tidur menurut para peneliti tampaknya menjadi solusi di atas. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui pengaruh suhu unggun terhadap kecepatan pemulihan fungsi tubuh (gerakan peristaltik / platus) menggunakan metode penelitian kuasi eksperimental untuk mendekati desain pasca kontrol, dengan jumlah sampel 15 kelompok 15 kelompok perlakuan kontrol, pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling, penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bogenvil Ngudi Waluyo Wlingi.Hasil yang diperoleh nilai uji-t (t) 3,24 lebih besar dari nilai t tabel 2,05 dengan df = n1 + n2 - 2 = 28 dan validitas level 5%. Kesimpulannya ada pengaruh suhu bed yang signifikan terhadap kecepatan pemulihan fungsi tubuh (pergerakan peristaltik / platus) pasca operasi. s. Bukti ini harus menjadi dorongan untuk mengelola pelaksanaan perawatan bedah untuk kebiasaan.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134023293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Laras Putri Kusumawati, S. A. Maryanti, Muh. Wildan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak segera bernafas spontan dan teratur. Faktor persalinan dan setelah persalinan erat kaitannya dengan keadaan asfiksia. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya risiko derajat asfiksia neonatorum berdasarkan jenis persalinan di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017. Desain penelitian menggunakan analitik korelasional dengan desain retrospektif. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang melahirkan bayi asfiksia di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017 dengan jumlah 99 responden. Pengambilan data sekunder dengan melihat riwayat jenis persalinan dan seberapa banyak bayi yang mengalami asfiksia pada rekam medik di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017. Analisis data dilakukan secara analisis bivariat dengan rumus odds ratio. Hasil uji menggunakan Odds Ratio diketahui nilai OR=3,033;p=0,064, artinya persalinan anjuran memiliki risiko 3 kali lipat lebih besar menyebabkan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan persalinan spontan dan sectio caesarea. Dengan hasil penelitian ini maka peneliti tidak menganjurkan persalinan secara anjuran menjadi pilihan utama ibu bersalin.
{"title":"RISIKO DERAJAT ASFIKSIA NEONATORUM BERDASARKAN JENIS PERSALINAN","authors":"Laras Putri Kusumawati, S. A. Maryanti, Muh. Wildan","doi":"10.31290/JKT.V5I1.359","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.359","url":null,"abstract":"Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir tidak segera bernafas spontan dan teratur. Faktor persalinan dan setelah persalinan erat kaitannya dengan keadaan asfiksia. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya risiko derajat asfiksia neonatorum berdasarkan jenis persalinan di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017. Desain penelitian menggunakan analitik korelasional dengan desain retrospektif. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin yang melahirkan bayi asfiksia di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017 dengan jumlah 99 responden. Pengambilan data sekunder dengan melihat riwayat jenis persalinan dan seberapa banyak bayi yang mengalami asfiksia pada rekam medik di RS Baladhika Husada Jember tahun 2017. Analisis data dilakukan secara analisis bivariat dengan rumus odds ratio. Hasil uji menggunakan Odds Ratio diketahui nilai OR=3,033;p=0,064, artinya persalinan anjuran memiliki risiko 3 kali lipat lebih besar menyebabkan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan persalinan spontan dan sectio caesarea. Dengan hasil penelitian ini maka peneliti tidak menganjurkan persalinan secara anjuran menjadi pilihan utama ibu bersalin.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"111 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131878336","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes Mellitus merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya Hipertensi. Penanganan penyakit diabetes mellitus dengan hipertensi salah satunya adalah dengan teknik relaksasi. Secara fisiologis, relaksasi dapat menurunkan stres. Dengan relaksasi hipotalamus akan mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Pra Eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest – posttest design. Peneliti menggunakan teknik consecutive sampling dengan besar sample 15 responden yang diberi perlakuan dan pengukuran yang sama (pre-post). Hasil penelitian dengan uji Paired T-test pada perlakuan didapatkan p value=0,000 < 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Diharapkan perawat dapat menerapkan terapi nonfarmakologis seperti teknik relaksasi autogenik sebagai pendamping dari terapi farmakologis untuk menurunkan kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi.
糖尿病是导致高血压的因素之一。治疗高血压、糖尿病的方法之一是放松。从生理上说,放松可以减轻压力。放松下丘脑会调节和降低交感神经系统的活动。这项研究的目的是了解影响对血压和血糖控制的放松autogenik mellitus 2型糖尿病和高血压。这项研究使用预实验设计用一号集团前测a€posttest设计”的设计。研究人员使用的是一种结块采样技术,其中有大量15名受访者接受了同样的治疗和测量。试验研究结果与Paired T-test的p value =万< 0。05待遇得到放松技巧了,autogenik礼物意味着有影响血压和血糖控制的2型糖尿病患者mellitus高血压。希望护士将采用非药物治疗方法,如自体放松技术,作为药物治疗的伴侣,降低2型糖尿病患者的血糖和血压。
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN HIPERTENSI","authors":"Risa irmayanti, Mustayah, A. Hanan","doi":"10.31290/JKT.V5I1.404","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.404","url":null,"abstract":"Diabetes Mellitus merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya Hipertensi. Penanganan penyakit diabetes mellitus dengan hipertensi salah satunya adalah dengan teknik relaksasi. Secara fisiologis, relaksasi dapat menurunkan stres. Dengan relaksasi hipotalamus akan mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Pra Eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest – posttest design. Peneliti menggunakan teknik consecutive sampling dengan besar sample 15 responden yang diberi perlakuan dan pengukuran yang sama (pre-post). Hasil penelitian dengan uji Paired T-test pada perlakuan didapatkan p value=0,000 < 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Diharapkan perawat dapat menerapkan terapi nonfarmakologis seperti teknik relaksasi autogenik sebagai pendamping dari terapi farmakologis untuk menurunkan kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. ","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123351854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konstipasi menjadi salah satu penyakit yang sering di derita lansia, kurangnya asupan serat dan asupan air putih merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konstipasi. Tujuan dalam penelitian mengetahui hubungan antara asupan serat dan asupan air putih dengan kejadian konstipasi pada lansia (Middle Age) 45-59 Tahun di RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah Sample 68 orang, pengambilan sample dengan teknik purposif sampling, teknik pengambilan data menggunakan food recall dan menggunakan kuesioner konstipasi scoring sistem. Berdasarkan hasil penelitian asupan serat didapatkan nilai p= 0,000 dengan r= 0,444 untuk asupan air putih di dapatkan nilai p= 0,000 dengan r= 0,838. Terdapat hubungan antara asupan serat dan asupan air putih dengan kejadian konstipasi pada lansia (Middle Age) 45-59 tahun di RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang. Diperlukan edukasi kesehatan tentang pentingnya asupan serat dan asupan air putih untuk mencegah terjadinya konstipasi pada lansia.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA ASUPAN SERAT DAN ASUPAN AIR PUTIH DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA","authors":"Joko Pitoyo, Khabiba Puswita Sari","doi":"10.31290/JKT.V5I1.896","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I1.896","url":null,"abstract":"Konstipasi menjadi salah satu penyakit yang sering di derita lansia, kurangnya asupan serat dan asupan air putih merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konstipasi. Tujuan dalam penelitian mengetahui hubungan antara asupan serat dan asupan air putih dengan kejadian konstipasi pada lansia (Middle Age) 45-59 Tahun di RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah Sample 68 orang, pengambilan sample dengan teknik purposif sampling, teknik pengambilan data menggunakan food recall dan menggunakan kuesioner konstipasi scoring sistem. Berdasarkan hasil penelitian asupan serat didapatkan nilai p= 0,000 dengan r= 0,444 untuk asupan air putih di dapatkan nilai p= 0,000 dengan r= 0,838. Terdapat hubungan antara asupan serat dan asupan air putih dengan kejadian konstipasi pada lansia (Middle Age) 45-59 tahun di RW 18 Kelurahan Bunul Rejo Kecamatan Blimbing Kota Malang. Diperlukan edukasi kesehatan tentang pentingnya asupan serat dan asupan air putih untuk mencegah terjadinya konstipasi pada lansia. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127063370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}