Julianti Tandilolo, Ni Komang Matalia Gandasari, D. Dewi
Treatment for schizophrenia clients requires a long period of time so that it causes saturation of taking medication and the client's level of compliance taking the drug decreases. One therapeutic technique to improve compliance behavior is to provide positive reinforcement through economic tokens. This study aims to determine the effect of economic tokens on adherence to taking medication in schizophrenic clients. This type of research is quasi experiment using One-group pre-post test design. The sample in this study were schizophrenic patients who were not compliant to take medication as many as 28 people using purposive sampling technique. Data collection uses observation sheets. The results showed the majority of pre-test medication adherence were 19 people (67.9%) in the low category. Compliance with taking the post-test medication showed that most were 16 people (57.1%) in the high category. Wilcoxon Sign Rank Test results obtained z count = 4.882> from z table = 1.96 and p = 0.001 0.05, the results of this analysis indicate there is an effect of giving economic tokens on adherence to taking medication in schizophrenia patients. The study concluded that economic tokens had a significant effect on adherence to taking medication in schizophrenia patients. It is recommended to apply SPO economic token therapy, provide economic token therapy on an ongoing basis and develop further research by increasing the number of meetings in each therapy session.
{"title":"Pengaruh Pemberian Token Ekonomi terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Klien Skizofrenia di Ruang Kunti Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali","authors":"Julianti Tandilolo, Ni Komang Matalia Gandasari, D. Dewi","doi":"10.31290/JKT.V6I01.1453","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V6I01.1453","url":null,"abstract":"Treatment for schizophrenia clients requires a long period of time so that it causes saturation of taking medication and the client's level of compliance taking the drug decreases. One therapeutic technique to improve compliance behavior is to provide positive reinforcement through economic tokens. This study aims to determine the effect of economic tokens on adherence to taking medication in schizophrenic clients. This type of research is quasi experiment using One-group pre-post test design. The sample in this study were schizophrenic patients who were not compliant to take medication as many as 28 people using purposive sampling technique. Data collection uses observation sheets. The results showed the majority of pre-test medication adherence were 19 people (67.9%) in the low category. Compliance with taking the post-test medication showed that most were 16 people (57.1%) in the high category. Wilcoxon Sign Rank Test results obtained z count = 4.882> from z table = 1.96 and p = 0.001 <? 0.05, the results of this analysis indicate there is an effect of giving economic tokens on adherence to taking medication in schizophrenia patients. The study concluded that economic tokens had a significant effect on adherence to taking medication in schizophrenia patients. It is recommended to apply SPO economic token therapy, provide economic token therapy on an ongoing basis and develop further research by increasing the number of meetings in each therapy session.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"146 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117228648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permasalahan gigi dan mulut yang dialami masyarakat Indonesia masih tinggi, terutama penyakit karies gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Berkumur Larutan Teh Hitam (bless tea) Dalam Menurunkan Akumulasi Plak Pada Gigi Anak Usia Sekolah Dasar. Jenis penelitian adalah eksperimental semu dengan desain pre test dan post test group. Responden dipilih berdasarkan metode total sampling pada siswa SD Negeri Negeri 51 Poasia Kota Kendari yang berusia 7-8 tahun dan didapatkan responden sebanyak 40 orang. Variabel penelitian ialah larutan teh hitam (bless tea) dan plak gigi. Rerata sebelum berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) 3,10±1,3 dan rerata sesudah berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) 1,81±0,7; terjadi penurunan dengan selisih sebelum dan sesudah 1,09±0,6. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara data akumulasi plak sebelum dengan data akumulasi plak sesudah berkumur larutan teh hitam (bless tea) (p=0,000). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara data penurunan akumulasi plak kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,03). Penurunan akumulasi plak kelompok perlakuan berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) lebih kecil daripada kelompok kontrol berkumur dengan chlorhexidine 0,2%. Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh Berkumur Larutan Teh Hitam (bless tea) Dalam Menurunkan Akumulasi Plak Pada Gigi Anak Usia Sekolah Dasar usia 7-8 tahun
{"title":"PENGARUH BERKUMUR LARUTAN TEH HITAM (BLESS TEA) DALAM MENURUNKAN AKUMULASI PLAK PADA GIGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR","authors":"Rahminingrum Pujirahayu","doi":"10.32883/HCJ.V5I4.593","DOIUrl":"https://doi.org/10.32883/HCJ.V5I4.593","url":null,"abstract":"Permasalahan gigi dan mulut yang dialami masyarakat Indonesia masih tinggi, terutama penyakit karies gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Berkumur Larutan Teh Hitam (bless tea) Dalam Menurunkan Akumulasi Plak Pada Gigi Anak Usia Sekolah Dasar. Jenis penelitian adalah eksperimental semu dengan desain pre test dan post test group. Responden dipilih berdasarkan metode total sampling pada siswa SD Negeri Negeri 51 Poasia Kota Kendari yang berusia 7-8 tahun dan didapatkan responden sebanyak 40 orang. Variabel penelitian ialah larutan teh hitam (bless tea) dan plak gigi. Rerata sebelum berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) 3,10±1,3 dan rerata sesudah berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) 1,81±0,7; terjadi penurunan dengan selisih sebelum dan sesudah 1,09±0,6. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara data akumulasi plak sebelum dengan data akumulasi plak sesudah berkumur larutan teh hitam (bless tea) (p=0,000). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara data penurunan akumulasi plak kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,03). Penurunan akumulasi plak kelompok perlakuan berkumur dengan larutan teh hitam (bless tea) lebih kecil daripada kelompok kontrol berkumur dengan chlorhexidine 0,2%. Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh Berkumur Larutan Teh Hitam (bless tea) Dalam Menurunkan Akumulasi Plak Pada Gigi Anak Usia Sekolah Dasar usia 7-8 tahun","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125404627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penatalaksanaan pada pasien post operasi dengan general anestesia sangatlah perlu diperhatikan. Pasien post operasi dengan general anestesia yang tidak dikelola dengan tepat dapat mengalami keterlambatan pulih sadar. Keterlambatan pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia dapat disebabkan oleh pemberian dosis yang tidak tepat sesuai kondisi pasien berdasarkan indeks massa tubuh dan jenis operasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia di Recovery Room RSUD Bangil. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi. Sampel berjumlah 37 orang dengan menggunakan quota sampling sesuai kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi indeks massa tubuh, jenis operasi dan waktu pulih sadar. Metode analisa data menggunakan Uji Pearson dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar responden sebagian kecil (10,8%) yaitu 4 orang mengalami keterlambatan pulih sadar dengan nilai signifikan 0,000 dan 0,020 yang artinya terdapat hubungan indeks massa tubuh dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia di Recovery Room RSUD Bangil. Dari hasil penelitian diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan penatalaksanaan serta observasi pasien post operasi dengan memberikan dosis obat anestesi yang sesuai dengan kondisi pasien. Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Jenis Operasi, Waktu Pulih Sadar, Post Operasi, General Anestesia
{"title":"Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Jenis Operasi dengan Waktu Pulih Sadar Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anestesia di Recovery Room RSUD Bangil","authors":"Devi Afina Azmi, Joko Wiyono, Isnaeni Dtn","doi":"10.31290/JKT.V5I2.991","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I2.991","url":null,"abstract":"Penatalaksanaan pada pasien post operasi dengan general anestesia sangatlah perlu diperhatikan. Pasien post operasi dengan general anestesia yang tidak dikelola dengan tepat dapat mengalami keterlambatan pulih sadar. Keterlambatan pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia dapat disebabkan oleh pemberian dosis yang tidak tepat sesuai kondisi pasien berdasarkan indeks massa tubuh dan jenis operasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia di Recovery Room RSUD Bangil. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi. Sampel berjumlah 37 orang dengan menggunakan quota sampling sesuai kriteria inklusi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi indeks massa tubuh, jenis operasi dan waktu pulih sadar. Metode analisa data menggunakan Uji Pearson dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar responden sebagian kecil (10,8%) yaitu 4 orang mengalami keterlambatan pulih sadar dengan nilai signifikan 0,000 dan 0,020 yang artinya terdapat hubungan indeks massa tubuh dan jenis operasi dengan waktu pulih sadar pada pasien post operasi dengan general anestesia di Recovery Room RSUD Bangil. Dari hasil penelitian diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan penatalaksanaan serta observasi pasien post operasi dengan memberikan dosis obat anestesi yang sesuai dengan kondisi pasien. \u0000 \u0000Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Jenis Operasi, Waktu Pulih Sadar, Post Operasi, General Anestesia","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129549058","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Patient safety with surgery becomes the main focus in medical action, as it involves invasive procedure. The surgical team’s obedience is very important to reduce the risk at the surgery procedure. At 2007, WHO has released a method for keep the patient safety in Surgical Safety Checklist (SSC) form, to reduce the patient’s mortality. The purpose from this research is to know the difference of surgical team’s obedience in implementation of surgical safety between elective and emergency surgical patient at Karsa Husada Hospital’s operating room. The research design that used is comparative design with cross-sectional approach, with the amount of sample is 22 person and used the purposive sampling according to the both inclusion and exclusion criteria. The method of collecting data implemented by non-participative observation to the surgical team that conducting the operation each 15 times to both the elective dan emergency surgery patient. The research instrument that used was SSC observation form and it was customized by hospital’s form. The tabulating data that used was analytic comparative technic with Chi Square test. The research’s result show the surgical team’s obedience in surgical safety checklist implementation at elective surgical patient is 80% was scored obey, meanwhile at emergency surgical patient is only 7% was scored obey, and the significance score is 0,000, that means there is a difference of surgical team’s obedience in the implementation of surgical safety between elective and emergency surgery patient. The recommendation given to the surgical team is the team is expected to carry out the surgical safety maximally and don’t missed some of the SSC’s point especially at the both of time out and sign out phase. Keywords: Obedience, surgical team, surgical safety, elective, emergency
{"title":"The DIFFERENCE OF OBEDIENCE SURGICAL TEAM IN THE IMPLEMENTATION OF SURGICAL SAFETY BETWEEN ELECTIVE AND EMERGENCY SURGERY PATIENTS IN KARSA HUSADA HOSPITAL BATU","authors":"Nanda Priatna, Rudi Hamarno, rony yuliwar","doi":"10.31290/JKT.V5I2.352","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V5I2.352","url":null,"abstract":"Patient safety with surgery becomes the main focus in medical action, as it involves invasive procedure. The surgical team’s obedience is very important to reduce the risk at the surgery procedure. At 2007, WHO has released a method for keep the patient safety in Surgical Safety Checklist (SSC) form, to reduce the patient’s mortality. The purpose from this research is to know the difference of surgical team’s obedience in implementation of surgical safety between elective and emergency surgical patient at Karsa Husada Hospital’s operating room. The research design that used is comparative design with cross-sectional approach, with the amount of sample is 22 person and used the purposive sampling according to the both inclusion and exclusion criteria. The method of collecting data implemented by non-participative observation to the surgical team that conducting the operation each 15 times to both the elective dan emergency surgery patient. The research instrument that used was SSC observation form and it was customized by hospital’s form. The tabulating data that used was analytic comparative technic with Chi Square test. The research’s result show the surgical team’s obedience in surgical safety checklist implementation at elective surgical patient is 80% was scored obey, meanwhile at emergency surgical patient is only 7% was scored obey, and the significance score is 0,000, that means there is a difference of surgical team’s obedience in the implementation of surgical safety between elective and emergency surgery patient. The recommendation given to the surgical team is the team is expected to carry out the surgical safety maximally and don’t missed some of the SSC’s point especially at the both of time out and sign out phase. \u0000Keywords: Obedience, surgical team, surgical safety, elective, emergency","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123725516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Moh Adib Mabruri, Lucia Retnowati, Lingling Marinda Palupi
ABSTRAK Moh. Adib Mabruri. 2019. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Pada Pasien Usia Pertengahan di Ruang Krissan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Poltekkes Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Lucia Retnowati, SST, M.Kes. Pembimbing (Pendamping) Lingling Marinda P., S.Kep, Ns, M.Kep. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius karena angka kematian yang tinggi serta dampaknya yang dapat menimbulkan kecacatan. Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke, terdiri dari faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Pengetahuan terhadap faktor resiko stroke diperlukan untuk merumuskan cara pencegahan yang efektif. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada pasien usia pertengahan di ruang Krissan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan rancangan case control. Besar sampel yang diambil adalah 34 responden dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor resiko hipertensi (p value = 0,003), diabetes melitus (p value = 0,040), dan tidak adanya hubungan antara faktor resiko usia (p value = 0,301), jenis kelamin (p value = 0,590), riwayat keluarga (p value = 0,072), kolestrol (p value = 0,427), merokok (p value = 0,433), obesitas (p value = 0,115), alkohol (p value = 0,821) dan penyakit jantung (p value = 0,104) dengan kejadian stroke. Penelitian tentang faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stroke pada pasien usia pertengahan diharapkan dapat menjadi pedoman untuk menjaga pola hidup sehat pada masyarakat. Kata kunci : Stroke, Faktor Resiko Dapat Diubah, Faktor Resiko Tidak Dapat Diubah
抽象的卫生部。Adib Mabruri, 2019年。影响中龄患者中风事件的危险因素。不幸的国务院。导师(主要)是露西亚·雷努瓦蒂,嘘,凯斯先生。-金陵,金陵,金陵,金陵,金陵。中风是一个相当严重的健康问题,因为高死亡率和它对残疾的影响。许多可能导致中风的风险因素是由可变和不可更改的风险因素组成的。制定有效的预防措施需要具备中风风险因素的知识。这项研究的目的是确定中龄患者在Krissan RSUD Bangil摄政期间中风的风险因素。本研究采用与案例控制设计相关的分析设计。采集的大部分样本是34名受访者,他们采用了采样技术。使用Chi Square测试数据分析。研究结果显示,高血压风险因素之间的关系(p value = 0.003)、糖尿病(p value = 0.040),缺乏风险因素之间的关系(p value = 0.301)、性别、年龄(p value = 0.590)、家族史(p value = 0.072)、胆固醇(p value = 0.427)肥胖、吸烟(p value = 0.433) p (p value = 0.115)、酒精(value = 0.821)和心脏病和中风的事件(p value = 0.104)。对影响中龄患者中风风险因素的研究有望为保持健康的社会生活模式提供指导。关键词:中风,风险因素可以改变,风险因素不能改变
{"title":"FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STROKE PADA PASIEN USIA PERTENGAHAN (45-60 TAHUN) DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN","authors":"Moh Adib Mabruri, Lucia Retnowati, Lingling Marinda Palupi","doi":"10.31290/jkt.v5i2.1025","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.1025","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Moh. Adib Mabruri. 2019. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Pada Pasien Usia Pertengahan di Ruang Krissan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Poltekkes Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Lucia Retnowati, SST, M.Kes. Pembimbing (Pendamping) Lingling Marinda P., S.Kep, Ns, M.Kep. \u0000Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius karena angka kematian yang tinggi serta dampaknya yang dapat menimbulkan kecacatan. Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke, terdiri dari faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Pengetahuan terhadap faktor resiko stroke diperlukan untuk merumuskan cara pencegahan yang efektif. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada pasien usia pertengahan di ruang Krissan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan rancangan case control. Besar sampel yang diambil adalah 34 responden dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor resiko hipertensi (p value = 0,003), diabetes melitus (p value = 0,040), dan tidak adanya hubungan antara faktor resiko usia (p value = 0,301), jenis kelamin (p value = 0,590), riwayat keluarga (p value = 0,072), kolestrol (p value = 0,427), merokok (p value = 0,433), obesitas (p value = 0,115), alkohol (p value = 0,821) dan penyakit jantung (p value = 0,104) dengan kejadian stroke. Penelitian tentang faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stroke pada pasien usia pertengahan diharapkan dapat menjadi pedoman untuk menjaga pola hidup sehat pada masyarakat. \u0000Kata kunci : Stroke, Faktor Resiko Dapat Diubah, Faktor Resiko Tidak Dapat Diubah","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128571396","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Septyani Nevy Mega Nurastam, Rony Yuliwar, Susi Milwati
Abstrak: Masalah yang sering timbul saat post operasi adalah nyeri yang diiringi dengan munculnya respons fisiologis berupa vasokontriksi perifer. Salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk manajemen nyeri secara non-farmakologis adalah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik pada pasien yang mengalami pembedahan Seksio Sesarea di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelayakan etik sebelum uji hasil. Desain penelitian menggunakan metode quasy eksperimental dengan pendekatan two group pre test dan post test design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden 34 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan dengan a=0,05. Hasil penelitian menunjukkan tingkat nyeri sebelum relaksasi otot progresif adalah 6,00 dan sesudah relaksasi otot progresif menjadi 1,65 sedangkan tingkat nyeri sebelum relaksasi autogenik adalah 6,53 dan sesudah relaksasi autogenik menjadi 2,25. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik dari tingkat nyeri dengan p-value=0,000 (p<0,05) dan pada uji statistik independent t-test menunjukan bahwa terdapat penurunan yang bermakna terhadapt tingkat nyeri sesudah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik dengan p-value=0,017 (p<0,05). Dengan demikian terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi autogenik dapat menjadi referensi dan intervensi keperawatan dalam penanganan pasien post operasi khususnya seksio sesarea. Terapi relaksasi otot progresif menurunkan tingkat nyeri lebih besar dibandingkan dengan terapi relaksasi autogenik.
{"title":"EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SEKSIO CAESAREA DI RUANG CEMPAKA RSUD NGUDI WALUYO","authors":"Septyani Nevy Mega Nurastam, Rony Yuliwar, Susi Milwati","doi":"10.31290/jkt.v5i2.355","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.355","url":null,"abstract":"Abstrak: Masalah yang sering timbul saat post operasi adalah nyeri yang diiringi dengan munculnya respons fisiologis berupa vasokontriksi perifer. Salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk manajemen nyeri secara non-farmakologis adalah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik pada pasien yang mengalami pembedahan Seksio Sesarea di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Penelitian ini sudah dilakukan uji kelayakan etik sebelum uji hasil. Desain penelitian menggunakan metode quasy eksperimental dengan pendekatan two group pre test dan post test design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden 34 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan dengan a=0,05. Hasil penelitian menunjukkan tingkat nyeri sebelum relaksasi otot progresif adalah 6,00 dan sesudah relaksasi otot progresif menjadi 1,65 sedangkan tingkat nyeri sebelum relaksasi autogenik adalah 6,53 dan sesudah relaksasi autogenik menjadi 2,25. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik dari tingkat nyeri dengan p-value=0,000 (p<0,05) dan pada uji statistik independent t-test menunjukan bahwa terdapat penurunan yang bermakna terhadapt tingkat nyeri sesudah relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik dengan p-value=0,017 (p<0,05). Dengan demikian terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi autogenik dapat menjadi referensi dan intervensi keperawatan dalam penanganan pasien post operasi khususnya seksio sesarea. Terapi relaksasi otot progresif menurunkan tingkat nyeri lebih besar dibandingkan dengan terapi relaksasi autogenik.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130155724","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bayi baru lahir memiliki sistem termoregulasi yang belum optimal, namun dituntut untuk bisa berdaptasi dengan lingkungan ekstrauterine, sehingga dapat meminimalisir terjadinya komplikasi atau masalah. Kemampuan termoregulasi yang belum optimal apabila tidak diimbangi dengan perawatan bayi yang tepat akan mengakibatkan bayi mengalami hipotermia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara seka minyak kelapa dan minyak telon dengan mandi air hangat dalam mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan seka minyak kelapa dan minyak telon serta kelompok mandi air hangat dengan jumlah sampel 30 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis menggunakan Independent t test didapatkan nilai p 0,196 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan efektivitas antara seka minyak kelapa dan minyak telon dengan mandi air hangat dalam mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. Rerata suhu setelah perlakuan pada kelompok seka minyak kelapa lebih tinggi sehingga dapat menjadi alternatif perawatan bayi pada bayi baru lahir.
{"title":"THE DIFFERENCE IN EFFECTIVENESS BETWEEN COCONUT OIL AND TELON OIL WITH WARM BATH IN PREVENTING HYPOTHERMIA IN NEWBORN BABIES AT PMB RIRIN RESTATI NINGRUM BULULAWANG","authors":"inge ayu wardani sakinah, Ardi Panggayuh, Asworoningrum Asworoningrum","doi":"10.31290/jkt.v5i2.1240","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.1240","url":null,"abstract":"Bayi baru lahir memiliki sistem termoregulasi yang belum optimal, namun dituntut untuk bisa berdaptasi dengan lingkungan ekstrauterine, sehingga dapat meminimalisir terjadinya komplikasi atau masalah. Kemampuan termoregulasi yang belum optimal apabila tidak diimbangi dengan perawatan bayi yang tepat akan mengakibatkan bayi mengalami hipotermia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara seka minyak kelapa dan minyak telon dengan mandi air hangat dalam mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan seka minyak kelapa dan minyak telon serta kelompok mandi air hangat dengan jumlah sampel 30 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis menggunakan Independent t test didapatkan nilai p 0,196 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan efektivitas antara seka minyak kelapa dan minyak telon dengan mandi air hangat dalam mencegah hipotermia pada bayi baru lahir. Rerata suhu setelah perlakuan pada kelompok seka minyak kelapa lebih tinggi sehingga dapat menjadi alternatif perawatan bayi pada bayi baru lahir.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130636900","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Hipertensi adalah penyakit pada gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan tekanan darah yang abnormal di atas 140/ 90 mmHg. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologis dan farmakologis. Salah satu terapi non-farmakologis adalah kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimental dengan jenis rancangan Pre-test and Post-test Control Group. Besar sampel yang diambil adalah 28 responden dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk yang menunjukkan p value < 0,05, sehingga distribusi data tidak normal. Selanjutnya analisa perbedaan menggunakan Wilcoxon menunjukkan ada penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kontrol. Meskipun pada uji Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol, namun secara klinis ada pengaruh kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery terhadap penurunan tekanan darah, dibuktikan bahwa p value sistolik perlakuan sebesar 0,001 < p value sistolik kontrol sebesar 0,005, sedangkan p value diastolik perlakuan yaitu 0,001 < diastolik kontrol yaitu 0,007. Kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery diharapkan dapat menjadi alternatif terapi untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Kata kunci: Diaphragmatic Breathing Exercise dan Guided Imagery, Hipertensi
摘要:高血压是心血管疾病的一种症状,其特点是血压异常高于140/ 90 mmHg。降低血压可以通过非药理学和药理学治疗。非药物治疗方法之一是闭环式呼吸和指导效果的结合。这项研究的目的是了解diaphragmatic组合影响呼吸练习,和guided imagery高血压病人的血压变化的影响。所用的研究设计是qu黑社会实验,采用前期设计和后测试控制组。采集的大部分样本是28名受访者,他们有采样技术。本研究采用了反映p值< 0.05的shapirowilk规范测试,因此数据分布异常。使用威尔科森的差异分析表明,治疗和控制群体的血压正在下降。尽管曼试验最终惠特尼表明没有区别待遇和控制团体,但在临床上有diaphragmatic组合影响呼吸练习,和guided imagery对血压的下降,证明价值大小的收缩压待遇0.001 < p p p value收缩压控制0.005大小,而价值舒张压即0.001 <舒张压控制即0.007待遇。diaphragmatic呼吸练习,组合和guided imagery有望成为高血压的替代治疗来降低血压。关键词:Diaphragmatic呼吸练习,和Guided Imagery,高血压
{"title":"PENGARUH KOMBINASI DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE DAN GUIDED IMAGERY TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG INTERNA I RSUD DR. R. SOEDARSONO KOTA PASURUAN","authors":"Sita Hendrakusuma Samsu, B. Budiono, M. Mustayah","doi":"10.31290/jkt.v5i2.1015","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.1015","url":null,"abstract":"Abstrak: Hipertensi adalah penyakit pada gangguan sistem kardiovaskular ditandai dengan tekanan darah yang abnormal di atas 140/ 90 mmHg. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologis dan farmakologis. Salah satu terapi non-farmakologis adalah kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimental dengan jenis rancangan Pre-test and Post-test Control Group. Besar sampel yang diambil adalah 28 responden dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk yang menunjukkan p value < 0,05, sehingga distribusi data tidak normal. Selanjutnya analisa perbedaan menggunakan Wilcoxon menunjukkan ada penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kontrol. Meskipun pada uji Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol, namun secara klinis ada pengaruh kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery terhadap penurunan tekanan darah, dibuktikan bahwa p value sistolik perlakuan sebesar 0,001 < p value sistolik kontrol sebesar 0,005, sedangkan p value diastolik perlakuan yaitu 0,001 < diastolik kontrol yaitu 0,007. Kombinasi diaphragmatic breathing exercise dan guided imagery diharapkan dapat menjadi alternatif terapi untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi. \u0000Kata kunci: Diaphragmatic Breathing Exercise dan Guided Imagery, Hipertensi","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"320 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133681364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tahap perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler yaitu fase anal yang merupakan waktu yang tepat untuk toilet training. Peran ibu dalam toilet training pada anak usia toddler sangatlah penting, salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui peran ibu dalam mengajari toilet training pada anak usia toddler (18-24 bulan) sesudah diberikan pendidikan kesehatan di Kelurahan Ketawanggede. Penelitian ini adalah deskriptif studi kasus dengan dua subjek dan dilakukan pada bulan Januari 2019, menggunakan lembar wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pertama mengalami perubahan peran dari kurang menjadi cukup, serta subjek kedua mengalami perubahan dari kurang menjadi baik setelah diberikan pendidikan kesehatan. Kemampuan anak dalam toilet training subjek pertama dan subjek kedua mengalami perubahan dari kurang menjadi baik setelah diajari toilet training. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah Sebaiknya peneliti selanjutnya tetap melakukan pendidikan kesehatan terkait peran yang belum dilakukan subjek agar sama persepsi dengan peneliti.
{"title":"Gambaran Peran Ibu dalam Mengajari Toilet Training pada Anak Usia Toddler (18-24 Bulan) Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Kelurahan Ketawanggede","authors":"Maria Goreti, Anis Kusnawati","doi":"10.31290/jkt.v5i2.1310","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.1310","url":null,"abstract":"Tahap perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler yaitu fase anal yang merupakan waktu yang tepat untuk toilet training. Peran ibu dalam toilet training pada anak usia toddler sangatlah penting, salah satunya adalah memberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui peran ibu dalam mengajari toilet training pada anak usia toddler (18-24 bulan) sesudah diberikan pendidikan kesehatan di Kelurahan Ketawanggede. Penelitian ini adalah deskriptif studi kasus dengan dua subjek dan dilakukan pada bulan Januari 2019, menggunakan lembar wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pertama mengalami perubahan peran dari kurang menjadi cukup, serta subjek kedua mengalami perubahan dari kurang menjadi baik setelah diberikan pendidikan kesehatan. Kemampuan anak dalam toilet training subjek pertama dan subjek kedua mengalami perubahan dari kurang menjadi baik setelah diajari toilet training. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah Sebaiknya peneliti selanjutnya tetap melakukan pendidikan kesehatan terkait peran yang belum dilakukan subjek agar sama persepsi dengan peneliti.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"130 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122047981","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian adalah menganalisis faktor risiko ketidakpatuhan pengobatan pasien Tuberkulosis Paru(TB). Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, dengan 136 responden terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol. Sampel kontrol adalah semua pasien TB baru berusia 15 tahun ke atas dan mematuhi pengobatan. Analisis data dengan sistem tabulasi dan statistik odds rasio. Hasil penelitian menunjukkan dari lima variabel yang dianggap berisiko terhadap ketidakpatuhan untuk minum obat, ada dua variabel yang ditemukan memiliki risiko ketidakpatuhan, yaitu pengetahuan OR=5,492 (95% CI: 2,351-12,829), dan pengawas aktivitas untuk minum obat OR=4,166 (95% CI: 2,026-8,567). Pengetahuan, pengawas aktivitas minum obat merupakan faktor risiko terhadap ketidakpatuhan pengobatan pasien TB di kota kendari
{"title":"FAKTOR RISIKO KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA KENDARI","authors":"Asriati Asriati, La Ode Alifariki","doi":"10.31290/jkt.v5i2.1399","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v5i2.1399","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian adalah menganalisis faktor risiko ketidakpatuhan pengobatan pasien Tuberkulosis Paru(TB). Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, dengan 136 responden terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol. Sampel kontrol adalah semua pasien TB baru berusia 15 tahun ke atas dan mematuhi pengobatan. Analisis data dengan sistem tabulasi dan statistik odds rasio. Hasil penelitian menunjukkan dari lima variabel yang dianggap berisiko terhadap ketidakpatuhan untuk minum obat, ada dua variabel yang ditemukan memiliki risiko ketidakpatuhan, yaitu pengetahuan OR=5,492 (95% CI: 2,351-12,829), dan pengawas aktivitas untuk minum obat OR=4,166 (95% CI: 2,026-8,567). Pengetahuan, pengawas aktivitas minum obat merupakan faktor risiko terhadap ketidakpatuhan pengobatan pasien TB di kota kendari","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"172 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133839465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}