Penggunaan anastesi spinal pada pembedahan memiliki efek samping yaitu risiko retensi urin. Akibat anastesi ini pasien tidak mampu merasakan adanya kebutuhan untuk berkemih dan otot sfinkter juga tidak mampu merespon terhadap keinginan berkemih.Tindakan untuk mengatasi masalah ini yaitu pemberian terapi kompres hangat dengan mengguanakan media Hot-Pack. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian kompres hangat (Hot-Pack) terhadap pemulihan kandung kemih post spinal anestesi. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan pendekatan yang digunakan adalah menggunakan metode post test-only non equivalent control group. Responden penelitian ini adalah pasien post operasi dengan spinal anestesi. Populasi dari penelitian adalah pasien post operasi dengan spinal anestesi. Sampling pada penelitian ini adalah Purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 30. Responden mendapatkan perlakuan kompres hangat (Hot-Pack) setelah 2 jam pasca operasi dilakukan 3X1 hari selama 10 menit. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Mann Whitney Test dengan hasil Asymp.Sig (2-tailed) = 0,033 ? 0,05 yang artinya ada pengaruh kompres hangat (Hot-Pack) terhadap pemulihan kandung kemih post spinal anestesi. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan metode kompres hangat lainnya.
在手术中使用脊髓麻醉有尿液保留的副作用。这种麻醉导致患者感觉不到胃的需求,肌肉痉挛也无法对胃的反应。解决这个问题的方法是通过加热媒体包装进行治疗。本研究的目的是确定热敷对脊髓后膀胱麻醉恢复的影响。使用的研究方法是quory Experiment,该方法使用post -only非equivalent control group。本研究的受访者是脊椎麻醉后的患者。这项研究的总体是脊椎麻醉后的患者。这项研究的样本是采样。本研究的样本总数为30人。受访者在手术后2小时3 - 1天10分钟内接受热敷治疗。这项研究的分析使用了威尔科森·曼·惠特尼(Wilcoxon Mann Whitney)的施基体测试。0.05这意味着你的热包对脊髓后膀胱麻醉的恢复有影响。下一项研究的建议是使用更大的样本数量和其他加热方法进行类似的研究。
{"title":"Pengaruh Pemberian Kompres Hangat (Hot-Pack) Terhadap Pemulihan Kandung Kemih Post Spinal Anestesi Di Rsud Ngudi Waluyo Wlingi","authors":"Tamara Mawahdah Anggraini, Rudi Hamarno, Eka Wulandari","doi":"10.31290/jkt.v7i2.1798","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v7i2.1798","url":null,"abstract":"Penggunaan anastesi spinal pada pembedahan memiliki efek samping yaitu risiko retensi urin. Akibat anastesi ini pasien tidak mampu merasakan adanya kebutuhan untuk berkemih dan otot sfinkter juga tidak mampu merespon terhadap keinginan berkemih.Tindakan untuk mengatasi masalah ini yaitu pemberian terapi kompres hangat dengan mengguanakan media Hot-Pack. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian kompres hangat (Hot-Pack) terhadap pemulihan kandung kemih post spinal anestesi. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan pendekatan yang digunakan adalah menggunakan metode post test-only non equivalent control group. Responden penelitian ini adalah pasien post operasi dengan spinal anestesi. Populasi dari penelitian adalah pasien post operasi dengan spinal anestesi. Sampling pada penelitian ini adalah Purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 30. Responden mendapatkan perlakuan kompres hangat (Hot-Pack) setelah 2 jam pasca operasi dilakukan 3X1 hari selama 10 menit. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Mann Whitney Test dengan hasil Asymp.Sig (2-tailed) = 0,033 ? 0,05 yang artinya ada pengaruh kompres hangat (Hot-Pack) terhadap pemulihan kandung kemih post spinal anestesi. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan metode kompres hangat lainnya. ","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129986542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rata-rata pasien yang akan menjalani prosedur operasi memerlukan upaya khusus untuk menjaga kestabilan kondisi saat sebelum menjalani tindakan. Seringkali pasien sebelum operasi merasakan kecemasan yang dapat berisiko menimbulkan masalah dan dapat mempengaruhi proses operasi berlangsung serta dapat terjadi penundaan operasi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hand massage terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada pembedahan elektif. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan strategi penelitian menggunakan PICOS framework. Kemudian diseleksi menggunakan diagram PRISMA sehingga didapattkan delapan jurnal. Jurnal diambil dari database ScienceDirect, Pubmed dan Google schollar. Penilaian kualitas delapan artikel menggunakan JBI Critical Appraisal tools kemudian jurnal dianalisis satu persatu dibuat ringkasan, dicari persamaan dan perbedaanya, penelitian yang saling mendukung, penelitian yang saling bertentangan, dan kemudian dilakukan pembahasan untuk dapat menarik kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil penelitian sebagian besar besar menggunakan desain Randomized Control Trial, sampel diatas 80 responden, 4 studi di Iran, 2 studi di USA, 1 studi di Turki, dan 1 studi di Cina. Pasien pre operasi yang sedang menunggu dilakukannya operasi, 4 jenis operasi diantaranya adalah; operasi general, mata, jantung, dan ambulasi, jumlah responden rata-rata 50-100 individu, usia rata-rata 41-66 tahun, mayoritas responden merasakan kecemasan pre operasi berskala sedang. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hand massage terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada pembedahan elektif. Tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi dapat menurun dengan adanya dukungan yang suportif terhadap dirinya salah satunya adalah melalui hand massage. Kata Kunci : Hand Massage, Pre Operative Elective, Anxiety
一般情况下,接受手术的患者在接受手术前需要特别努力保持稳定。手术前的病人通常会感到焦虑,这可能会导致问题,可能会影响手术过程,也可能会导致手术延迟。本研究旨在确定手部按摩对术前患者的焦虑水平的影响。本研究采用采用PICOS框架的研究策略的文学评论方法。然后用棱镜图进行选择,以便获得8本日记本。期刊摘自科学直接、公共图书馆和谷歌学校数据库。八篇文章使用JBI Critical工具对质量评估,然后对期刊进行逐个总结,寻找方程和差异,相互支持的研究,相互矛盾的研究,然后进行讨论以得出结论。数据以叙述和图表的形式呈现。大多数研究都采用了randomimized Control Trial设计,样本超过80名受访者,4项研究在伊朗,2项研究在美国,1项研究在土耳其,1项研究在中国。病人在术前等待做手术,其中四种手术是:一般手术,眼睛,心脏和手术,平均50-100名受访者,平均41-66岁,大多数受访者经历中级手术前焦虑。研究的结论表明,手部按摩对术前患者的焦虑水平有影响。接受手术的病人的焦虑程度会因为支持他而降低,其中之一就是手按摩。关键词:手部按摩,术前功能,焦虑
{"title":"PENGARUH HAND MASSAGE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI PADA PEMBEDAHAN ELEKTIF","authors":"Azizatul Baderiyah, Joko Pitoyo, Anggun Setyarini","doi":"10.31290/jkt.v7i2.2772","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v7i2.2772","url":null,"abstract":"Rata-rata pasien yang akan menjalani prosedur operasi memerlukan upaya khusus untuk menjaga kestabilan kondisi saat sebelum menjalani tindakan. Seringkali pasien sebelum operasi merasakan kecemasan yang dapat berisiko menimbulkan masalah dan dapat mempengaruhi proses operasi berlangsung serta dapat terjadi penundaan operasi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh hand massage terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada pembedahan elektif. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan strategi penelitian menggunakan PICOS framework. Kemudian diseleksi menggunakan diagram PRISMA sehingga didapattkan delapan jurnal. Jurnal diambil dari database ScienceDirect, Pubmed dan Google schollar. Penilaian kualitas delapan artikel menggunakan JBI Critical Appraisal tools kemudian jurnal dianalisis satu persatu dibuat ringkasan, dicari persamaan dan perbedaanya, penelitian yang saling mendukung, penelitian yang saling bertentangan, dan kemudian dilakukan pembahasan untuk dapat menarik kesimpulan. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil penelitian sebagian besar besar menggunakan desain Randomized Control Trial, sampel diatas 80 responden, 4 studi di Iran, 2 studi di USA, 1 studi di Turki, dan 1 studi di Cina. Pasien pre operasi yang sedang menunggu dilakukannya operasi, 4 jenis operasi diantaranya adalah; operasi general, mata, jantung, dan ambulasi, jumlah responden rata-rata 50-100 individu, usia rata-rata 41-66 tahun, mayoritas responden merasakan kecemasan pre operasi berskala sedang. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hand massage terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada pembedahan elektif. Tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi dapat menurun dengan adanya dukungan yang suportif terhadap dirinya salah satunya adalah melalui hand massage. \u0000Kata Kunci : Hand Massage, Pre Operative Elective, Anxiety","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123044599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, DURASI OPERASI DAN DOSIS ANESTESI INHALASI DENGAN SUHU TUBUH PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESIA DI RECOVERY ROOM RSUD BANGIL","authors":"Heru Nurmansah, Dyah Widodo, Susi Milwati","doi":"10.31290/jkt.v7i2.1847","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v7i2.1847","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115757257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Pertumbuhan atau perkembangan sel-sel tubuh yang tidak normal pada payudara. Tindakan untuk berobat adalah menjalani operasi. Masalah yang muncul sebelum operasi dilakukan adalah cemas sebagai respon antisipasi pasien terhadap tindakan. Salah satu manajemen cemas adalah menggunakan aromaterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi chamomile pada pasien preoperasi suspect payudara di RSU Karsa Husada Batu. Metode penelitian yang digunakan adalah non probability sampling jenis sampling purposive one group pretest post test. Subjek penelitian adalah pasien pre operasi suspect payudara sebanyak 31 responden. Instrumen yang digunakan untuk menentukan kecemasan dalam penelitian ini adalah kuesioner Zung. Sebelum diberikan aromaterapi didapatkan tingkat cemas sedang sebanyak 26 responden (86,6%) dan cemas ringan 4 responden (13,3%). Setelah diberikan aromaterapi terdapat penurunan tingkat kecemasan, dipatkan cemas ringan sebanyak 28 responden (93,3%) dan cemas sedang 2 responden (6,66%). Uji statistik yang digunakan adalah uji wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikansi sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi pada tingkat cemas dengan p-value=0,000 yang berarti p<0,05. Kesimpulannya adalah pengaruh dalam menggunakan aromaterapi chamomile terhadap kecemasan pasien preoperasi insisi dan eksisi pada payudara di RSU Karsa Husda Batu. Rekomendasi untuk pasien adalah untuk menggunakan aromaterapi chamomile dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pre dan post operasi. Kata kunci: Aromaterapi, Kecemasan, Insisi dan Eksisi, Payudara
{"title":"PENGARUH PENGGUNAAN AROMATERAPI CHAMOMILE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERASI INSISI DAN EKSISI PADA PAYUDARA","authors":"Amalia Khoirun Nisa, Fiashriel Lundy, Imam Subekti","doi":"10.31290/jkt.v6i2.1069","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v6i2.1069","url":null,"abstract":"Abstrak: Pertumbuhan atau perkembangan sel-sel tubuh yang tidak normal pada payudara. Tindakan untuk berobat adalah menjalani operasi. Masalah yang muncul sebelum operasi dilakukan adalah cemas sebagai respon antisipasi pasien terhadap tindakan. Salah satu manajemen cemas adalah menggunakan aromaterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi chamomile pada pasien preoperasi suspect payudara di RSU Karsa Husada Batu. Metode penelitian yang digunakan adalah non probability sampling jenis sampling purposive one group pretest post test. Subjek penelitian adalah pasien pre operasi suspect payudara sebanyak 31 responden. Instrumen yang digunakan untuk menentukan kecemasan dalam penelitian ini adalah kuesioner Zung. Sebelum diberikan aromaterapi didapatkan tingkat cemas sedang sebanyak 26 responden (86,6%) dan cemas ringan 4 responden (13,3%). Setelah diberikan aromaterapi terdapat penurunan tingkat kecemasan, dipatkan cemas ringan sebanyak 28 responden (93,3%) dan cemas sedang 2 responden (6,66%). Uji statistik yang digunakan adalah uji wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikansi sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi pada tingkat cemas dengan p-value=0,000 yang berarti p<0,05. Kesimpulannya adalah pengaruh dalam menggunakan aromaterapi chamomile terhadap kecemasan pasien preoperasi insisi dan eksisi pada payudara di RSU Karsa Husda Batu. Rekomendasi untuk pasien adalah untuk menggunakan aromaterapi chamomile dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pre dan post operasi. \u0000Kata kunci: Aromaterapi, Kecemasan, Insisi dan Eksisi, Payudara","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126092000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Osteoatritis yang terjadi pada lansia merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan quasi ekeperimen, jenis rancangan pre-posttest with control group design. Jumlah sampel terdiri dari 16 lansia kelompok intervensi diberikan senam ergonomik dan 16 lansia kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan senam ergonomik, pada kelompok kontrol diberikan senam lansia. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Perubahan rentang gerak juga terjadi perubahan antara rentang gerak flexi lutut, ekstensi lutut, plantar fleksi ankle dan dorsal fleksi ankle semua signifikan dengan nilai p kurang dari 0,05,. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa senam ergonomik berpengaruh terhadap rentang gerak penderita osteoatritis pada lansia.
{"title":"PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP RENTANG GERAK PENDERITA OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA","authors":"A. Surya, Erna Rochmawati","doi":"10.31290/jkt.v7i1.3719","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v7i1.3719","url":null,"abstract":"Osteoatritis yang terjadi pada lansia merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan quasi ekeperimen, jenis rancangan pre-posttest with control group design. Jumlah sampel terdiri dari 16 lansia kelompok intervensi diberikan senam ergonomik dan 16 lansia kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan senam ergonomik, pada kelompok kontrol diberikan senam lansia. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Perubahan rentang gerak juga terjadi perubahan antara rentang gerak flexi lutut, ekstensi lutut, plantar fleksi ankle dan dorsal fleksi ankle semua signifikan dengan nilai p kurang dari 0,05,. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa senam ergonomik berpengaruh terhadap rentang gerak penderita osteoatritis pada lansia.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126763862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Edi Yuswantoro, Mimik Christiani, Yuyun Putri Mandasari
Abstract: Myopia is a condition in which distant object appears blurry and cannot be displayed clearly to the retina. The study aimed to find out Myopia cases in children of school-aged in Trenggalek. Myopia is one of the main causes of the decreasing of sharp vision ability in children of school-aged, meanwhile a good vision is very essential in learning process. Information input to the brain is around 95% through the sense of sight.This observation used cross-sectional design. The subjects of this research were 292 participants. The data collection technique used census sampling. The study used instrument of questionnaire and was analyzed through virus examination and hypothesis used chi square. Myopia case among children of school aged was 21.9%, There was 61% of female students and 39% of male students. 79.7% had genetic factor and 67% had near-sight of 5 – 10 hours and 62.5% had distant-sight more than 3 hours. The result of correlation test of gender and myopia found p-value was 0.003, genetic factor of p-value was 0.000, and the p-value of length of time of distant sight was 0.000. There was correlation of gender, genetic factor, duration of near and distant sight and myopia in children of school-aged. To prevent the case of myopia, it is recommended to pay attention to those factors.
{"title":"KAJIAN MIOPIA PADA ANAK USIA SEKOLAH","authors":"Edi Yuswantoro, Mimik Christiani, Yuyun Putri Mandasari","doi":"10.31290/jkt.v7i1.2131","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v7i1.2131","url":null,"abstract":"Abstract: Myopia is a condition in which distant object appears blurry and cannot be displayed clearly to the retina. The study aimed to find out Myopia cases in children of school-aged in Trenggalek. Myopia is one of the main causes of the decreasing of sharp vision ability in children of school-aged, meanwhile a good vision is very essential in learning process. Information input to the brain is around 95% through the sense of sight.This observation used cross-sectional design. The subjects of this research were 292 participants. The data collection technique used census sampling. The study used instrument of questionnaire and was analyzed through virus examination and hypothesis used chi square. Myopia case among children of school aged was 21.9%, There was 61% of female students and 39% of male students. 79.7% had genetic factor and 67% had near-sight of 5 – 10 hours and 62.5% had distant-sight more than 3 hours. The result of correlation test of gender and myopia found p-value was 0.003, genetic factor of p-value was 0.000, and the p-value of length of time of distant sight was 0.000. There was correlation of gender, genetic factor, duration of near and distant sight and myopia in children of school-aged. To prevent the case of myopia, it is recommended to pay attention to those factors.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115930431","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pengobatan ARV dapat menurunkan jumlah virus HIV hingga pada jumlah terendah, sehingga dapat mencegah resiko infeksi oportunistik atau penyakit penyerta seperti TBC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan ODHA minum ARV. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi melibatkan 113 responden. Berdasarkan uji univariat diperoleh hasil bahwa reponden berusia 22-40 tahun sebanyak 89,4% jenis kelamin laki-laki 91,2%, jenis pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 74,3%, responden dengan sisa 3-12 dosis obat dalam 30 hari sebanyak 57,5 %, untuk responden yang kurang mendapat dukungan keluarga sebanyak 61,3%, dan responden yang tidak patuh dengan dukungan keluarga baik sebanyak 50%. Hasil uji bivariate diperoleh nilai p value= 0,363(P>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ODHA minum obat ARV.
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) MINUM OBAT ARV","authors":"S. R. Sianturi, Dorothea Cb","doi":"10.31290/jkt.v6i2.1572","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/jkt.v6i2.1572","url":null,"abstract":"Pengobatan ARV dapat menurunkan jumlah virus HIV hingga pada jumlah terendah, sehingga dapat mencegah resiko infeksi oportunistik atau penyakit penyerta seperti TBC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan ODHA minum ARV. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi melibatkan 113 responden. Berdasarkan uji univariat diperoleh hasil bahwa reponden berusia 22-40 tahun sebanyak 89,4% jenis kelamin laki-laki 91,2%, jenis pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 74,3%, responden dengan sisa 3-12 dosis obat dalam 30 hari sebanyak 57,5 %, untuk responden yang kurang mendapat dukungan keluarga sebanyak 61,3%, dan responden yang tidak patuh dengan dukungan keluarga baik sebanyak 50%. Hasil uji bivariate diperoleh nilai p value= 0,363(P>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ODHA minum obat ARV.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122642993","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ika Mauditya Fitri, Wiwit Dwi Nurbadriah, G. Kumalasari
Child health development education about GPPH is very important given to families. Therefore, with the existence of health education, the incidence of GPPH in children can be reduced through the role of families in early detection of their children. This study also aims to determine the relationship between the level of family knowledge and the level of GPPH in Muslimat Nurul Anwar Kindergarten, Talangagung Village, Kepanjen District. The design of this research is Non-Experimental with Cross Sectional approach. The sampling technique uses purposive sampling with a total of 43 respondents. The results showed that of 43 respondents who had knowledge of 22 respondents (51.16%) and had children who were at high risk of GPPH as many as 27 respondents (62.8%). The instrument used was a closed questionnaire with 49 questions. The statistical test uses the Spearman Rank Test which shows the magnitude of the correlation coefficient between the two variables namely 0.838 with a significance of 0.029 <0.005 so that Ha is accepted which means there is a significant relationship between the level of family knowledge with the level of GPPH. It can be concluded that if family knowledge about early detection of GPPH is good then the level of GPPH in children can be suppressed. So the respondent is expected to be able to apply the knowledge gained to detect their children's growth and development abnormalities, especially regarding GPPH. Keywords: GPPH, Early Detection, Knowledge, Family.
{"title":"HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN TINGKAT RESIKO GPPH DI TK MUSLIMAT NURUL ANWAR DESA TALANGAGUNG","authors":"Ika Mauditya Fitri, Wiwit Dwi Nurbadriah, G. Kumalasari","doi":"10.31290/JKT.V6I01.1463","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V6I01.1463","url":null,"abstract":"Child health development education about GPPH is very important given to families. Therefore, with the existence of health education, the incidence of GPPH in children can be reduced through the role of families in early detection of their children. This study also aims to determine the relationship between the level of family knowledge and the level of GPPH in Muslimat Nurul Anwar Kindergarten, Talangagung Village, Kepanjen District. The design of this research is Non-Experimental with Cross Sectional approach. The sampling technique uses purposive sampling with a total of 43 respondents. The results showed that of 43 respondents who had knowledge of 22 respondents (51.16%) and had children who were at high risk of GPPH as many as 27 respondents (62.8%). The instrument used was a closed questionnaire with 49 questions. The statistical test uses the Spearman Rank Test which shows the magnitude of the correlation coefficient between the two variables namely 0.838 with a significance of 0.029 <0.005 so that Ha is accepted which means there is a significant relationship between the level of family knowledge with the level of GPPH. It can be concluded that if family knowledge about early detection of GPPH is good then the level of GPPH in children can be suppressed. So the respondent is expected to be able to apply the knowledge gained to detect their children's growth and development abnormalities, especially regarding GPPH. \u0000Keywords: GPPH, Early Detection, Knowledge, Family.","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"377 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123498961","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hipotermia merupakan komplikasi umum yang serius dari pembedahan dan anestesi yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Tindakan untuk mengatasi masalah ini yaitu pemberian tindakan penghangatan salah satunya dengan infus hangat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian infus hangat terhadap stabilitas suhu tubuh pada pasien post operasi general anestesi. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experiment one group without control dengan pendekatan pretest-posttest. Responden penelitian ini adalah pasien post operasi dengan general anestesi. Populasi dari penelitian ini adalah pasien post operasi dengan general anestesi. Sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 17. Responden mendapatkan perlakuan pemberian infus hangat dengan suhu 38oC. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji komparasi paired t-test dengan hasil P value 0.000. P value menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian infus hangat dengan stabilitas suhu tubuh. Berdasarkan analisa statistika deskriptif, 76,4% responden mencapai normotermia pada menit ke-35. Pada menit ke-60, seluruh responden dalam keadaan normotermia. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Kata kunci: Pemberian Infus Hangat, General Anestesi, Suhu Tubuh
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN INFUS HANGAT TERHADAP STABILITAS SUHU TUBUH PADA PASIEN POST OPERASI GENERAL ANESTESI DI RECOVERY ROOM RSU KARSA HUSADA BATU","authors":"S. Awwaliyah, Moh. Zainol Rachman, Naya Ernawati","doi":"10.31290/JKT.V6I01.973","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V6I01.973","url":null,"abstract":"\u0000Hipotermia merupakan komplikasi umum yang serius dari pembedahan dan anestesi yang dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Tindakan untuk mengatasi masalah ini yaitu pemberian tindakan penghangatan salah satunya dengan infus hangat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian infus hangat terhadap stabilitas suhu tubuh pada pasien post operasi general anestesi. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experiment one group without control dengan pendekatan pretest-posttest. Responden penelitian ini adalah pasien post operasi dengan general anestesi. Populasi dari penelitian ini adalah pasien post operasi dengan general anestesi. Sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 17. Responden mendapatkan perlakuan pemberian infus hangat dengan suhu 38oC. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji komparasi paired t-test dengan hasil P value 0.000. P value menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian infus hangat dengan stabilitas suhu tubuh. Berdasarkan analisa statistika deskriptif, 76,4% responden mencapai normotermia pada menit ke-35. Pada menit ke-60, seluruh responden dalam keadaan normotermia. Saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak. \u0000 \u0000Kata kunci: Pemberian Infus Hangat, General Anestesi, Suhu Tubuh \u0000 ","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"163 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127522174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY DAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN Progam Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang, Politekknik Kesehatan Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Sumirah Budi Pertami, S.Kp., M.Kep., Pembimbing (Pendamping) Dra. Mustayah, M. Kes By: Dzurrotun Nafi’ah Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan hipetensi menjadi faktor penyebabnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas guided imagery dan slow deep breathing terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimental Design dengan rancangan non equivalent pretest – posttest design dan Group Comparasion, dengan teknik consecutive sampling, besar sample 30 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Guided Imagery dan Slow Deep Breathing. Setiap kelompok mendapatkan perlakuan selama 15 menit dilakukan sehari sekali selama tiga hari, setiap perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah. Hasil penelitian menggunakan uji dependent t-test, wilcoxon sign rank test, two sampel independednt t-test, dan U Mann Whitney test menunjukan bahwa tekanan darah sistolik diatolik pada masing-masing kelompok mengalami penurunan, pada Guided Imagery 4,07 mmHg dan 3,4 mmHg (p value = 0,000 α=0,05), Slow Deep Breathing 8 mmHg dan 6,8 mmHg (p value = 0,000; 0,001; α=0,05). Disimpulkan bahwa Slow Deep Breathing lebih efektif daripada Guided Imagery dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan terapi nonfarmakologis seperti latihan Guided Imagery dan Slow Deep Breathing sebagai pendamping terapi farmakologi penurun tekanan darah. Kata kunci: Guided Imagery, Slow Deep Breathing, Tekanan Darah, Hipertensi
{"title":"EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY DAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN","authors":"Dzurrotun Nafiah, Sumirah Budi Pertami, Mustayah","doi":"10.31290/JKT.V6I01.395","DOIUrl":"https://doi.org/10.31290/JKT.V6I01.395","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 \u0000 \u0000EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY DAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN \u0000 \u0000Progam Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang, Politekknik Kesehatan Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Sumirah Budi Pertami, S.Kp., M.Kep., Pembimbing (Pendamping) Dra. Mustayah, M. Kes \u0000 \u0000By: Dzurrotun Nafi’ah \u0000Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan hipetensi menjadi faktor penyebabnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas guided imagery dan slow deep breathing terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimental Design dengan rancangan non equivalent pretest – posttest design dan Group Comparasion, dengan teknik consecutive sampling, besar sample 30 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Guided Imagery dan Slow Deep Breathing. Setiap kelompok mendapatkan perlakuan selama 15 menit dilakukan sehari sekali selama tiga hari, setiap perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah. Hasil penelitian menggunakan uji dependent t-test, wilcoxon sign rank test, two sampel independednt t-test, dan U Mann Whitney test menunjukan bahwa tekanan darah sistolik diatolik pada masing-masing kelompok mengalami penurunan, pada Guided Imagery 4,07 mmHg dan 3,4 mmHg (p value = 0,000 α=0,05), Slow Deep Breathing 8 mmHg dan 6,8 mmHg (p value = 0,000; 0,001; α=0,05). Disimpulkan bahwa Slow Deep Breathing lebih efektif daripada Guided Imagery dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan terapi nonfarmakologis seperti latihan Guided Imagery dan Slow Deep Breathing sebagai pendamping terapi farmakologi penurun tekanan darah. \u0000 \u0000 \u0000Kata kunci: Guided Imagery, Slow Deep Breathing, Tekanan Darah, Hipertensi","PeriodicalId":306537,"journal":{"name":"Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128634044","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}