Elis Novitaningrum, Mohammad Arfi Setiawan, Ade Trisnawati
The massive development of industry creates human using various of metal which available in the nature for being contruction, for example a Iron metal. The iron is a transition metal on periodic table which often used on industry and building construction, however iron is a corrodiable metal. The metal corrotion must be solved cause create many of loss. Therefore, the study aimed to examine sembukan leaf extract in various consentration, 0%, 2%, 4%, 6%, 8% to seawater and HCl 1M during 7 days of contact moment. The correlation strenght between variable using regression linier method. Based on study that the higher consentration inhibitor and the corrotion rate decreases. He highest efficiency using seawater is 89,9% and using HCl 1 is 68,9%. The highest correlation between variable is 93,2% using seawater. Th e conclution is sembukan leaf extract effective to protect iron corrotion of seawater. Keywords: sea wáter, extraction, HCl, corrotion inhibitor, oxidation
{"title":"The concentration effect of sembukan leaf (Paederia foetida L) extract as ferrous metal corrosión inhibitor to HCl 1M solution and sea wáter","authors":"Elis Novitaningrum, Mohammad Arfi Setiawan, Ade Trisnawati","doi":"10.31315/e.v20i3.10163","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.10163","url":null,"abstract":"The massive development of industry creates human using various of metal which available in the nature for being contruction, for example a Iron metal. The iron is a transition metal on periodic table which often used on industry and building construction, however iron is a corrodiable metal. The metal corrotion must be solved cause create many of loss. Therefore, the study aimed to examine sembukan leaf extract in various consentration, 0%, 2%, 4%, 6%, 8% to seawater and HCl 1M during 7 days of contact moment. The correlation strenght between variable using regression linier method. Based on study that the higher consentration inhibitor and the corrotion rate decreases. He highest efficiency using seawater is 89,9% and using HCl 1 is 68,9%. The highest correlation between variable is 93,2% using seawater. Th e conclution is sembukan leaf extract effective to protect iron corrotion of seawater. Keywords: sea wáter, extraction, HCl, corrotion inhibitor, oxidation","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135455841","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bambang Soeswanto, Yusmardhani Yusuf, Rony Pasonang Sihombing, Joko Suryadi, Angely Luviana, Restu Adji Alif Asyari, Alfiana Adhitasari
Kopi Kerinci Robusta merupakan salah satu kopi yang digemari masyarakat Indonesia yang tumbuh di daerah Kerinci. Selama ini masyarakat hanya mengenal kopi ini untuk dinikmati saja, tanpa memperhitungkan jumlah kandungan kafein yang akan terkonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio terbaik pada ekstraksi kopi Kerinci Robusta menggunakan pelarut etil asetat. Rasio umpan: pelarut (b/v) yang digunakan adalah 1:5; 1:7.5; 1:10; 1:12.5. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil asetat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekstraksi dengan kondisi operasi 50⁰C selama 2 jam dengan interval pengambilan sampel setiap 20 menit. Kadar kafein hasil penelitian diukur dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 273 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio optimum adalah rasio 1:5 yang menghasilkan kadar kafein sebesar 3737.41 ppm.
{"title":"Signifikansi Kadar Kafein pada Kopi Kerinci Robusta dalam Berbagai Interval Waktu","authors":"Bambang Soeswanto, Yusmardhani Yusuf, Rony Pasonang Sihombing, Joko Suryadi, Angely Luviana, Restu Adji Alif Asyari, Alfiana Adhitasari","doi":"10.31315/e.v20i3.10353","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.10353","url":null,"abstract":"Kopi Kerinci Robusta merupakan salah satu kopi yang digemari masyarakat Indonesia yang tumbuh di daerah Kerinci. Selama ini masyarakat hanya mengenal kopi ini untuk dinikmati saja, tanpa memperhitungkan jumlah kandungan kafein yang akan terkonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio terbaik pada ekstraksi kopi Kerinci Robusta menggunakan pelarut etil asetat. Rasio umpan: pelarut (b/v) yang digunakan adalah 1:5; 1:7.5; 1:10; 1:12.5. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil asetat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekstraksi dengan kondisi operasi 50⁰C selama 2 jam dengan interval pengambilan sampel setiap 20 menit. Kadar kafein hasil penelitian diukur dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 273 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio optimum adalah rasio 1:5 yang menghasilkan kadar kafein sebesar 3737.41 ppm.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135455846","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Porang, known for its high oxalate content that poses digestive challenges, served as the underlying problem in this study. The research investigated the impact of immersion conditions on oxalate reduction in porang, both in the form of longitudinal slices and diced pieces, using various soaking media, including vinegar, alcohol, and water, with temperature variations. The study identified that the optimal immersion time for achieving maximum oxalate reduction in longitudinal slices was 150 minutes at 50°C in water, resulting in a 0.00495% decrease. In the case of diced porang, the most significant reduction occurred after 120 minutes at 70°C in alcohol, leading to a 0.0045% decrease. These findings shed light on the influence of porang shape and soaking conditions on oxalate release, with diced porang demonstrating faster oxalate reduction, likely due to its smaller surface area. The study offers valuable insights into effectively reducing oxalate levels in porang, contributing to safer consumption.
{"title":"Decreasing Of Oxalate Content in Porang Based on Different Sample Shape, Soaking Time, Temperature, and Soaking Solutions","authors":"Bambang Sugiarto, RR Endang Sulistyowati, Cicilia Tri Marantika Dewi, Rahadian Yogi Hendranto","doi":"10.31315/e.v20i3.9269","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.9269","url":null,"abstract":"Porang, known for its high oxalate content that poses digestive challenges, served as the underlying problem in this study. The research investigated the impact of immersion conditions on oxalate reduction in porang, both in the form of longitudinal slices and diced pieces, using various soaking media, including vinegar, alcohol, and water, with temperature variations. The study identified that the optimal immersion time for achieving maximum oxalate reduction in longitudinal slices was 150 minutes at 50°C in water, resulting in a 0.00495% decrease. In the case of diced porang, the most significant reduction occurred after 120 minutes at 70°C in alcohol, leading to a 0.0045% decrease. These findings shed light on the influence of porang shape and soaking conditions on oxalate release, with diced porang demonstrating faster oxalate reduction, likely due to its smaller surface area. The study offers valuable insights into effectively reducing oxalate levels in porang, contributing to safer consumption.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135455838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan. Salah satu senyawa yang dapat diserap yaitu asam asetat. Untuk mengetahui kinerja adsoben lebih lanjut, maka diperlukan studi kinetika berdasarkan persamaan isotherm Freundlich. Isoterm Freundlich mampu menunjukkan jenis adsopsi apakah secara kimisorpsi atau fisisorpsi dan berlangsung secara multilayer. Studi kinetika pseudo first orde dan pseudo second orde dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme dan karakteristik adsorpsi yang berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstanta isotherm Freundlich dan kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat. Konsentrasi asam asetat yang digunakan untuk mengetahui konstanta freundlich yaitu 0,5M, 0,25M, 0,125M, 0,0625M, 0,03125M dengan lama waktu kontak selama 10 menit. Sedangkan kinetika adsorpsi dilakukan dengan menggunakan asam asetat yang berkonsentrasi 0,5 M dengan waktu adsorpsi 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit dan 10 menit. Kemudian filtrat di titrasi dengan NaOH 0,1N. Ukuran karbon aktif yang digunakan antara lain 180 mess, 420 mess dan 600 mess. Data yang diperoleh dianalisis dengan persamaan freundlich, pseudo first orde dan pseudo second orde . Data analisis yang didapatkan nilai konstanta freundlich yaitu sebesar 50,00342 dan memenuhi kinetika orde dua yang artinya, proses adsorpsi dipengaruhi lebih dari satu faktor.
{"title":"Penentuan Konstanta Isoterm Freundlich dan Kinetika Adsorpsi Karbon Aktif Terhadap Asam Asetat","authors":"Dwi Setyorini, Andi Arninda, Achmad Qodim Syafaatullah, Renova Panjaitan","doi":"10.31315/e.v20i3.10835","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.10835","url":null,"abstract":"Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan. Salah satu senyawa yang dapat diserap yaitu asam asetat. Untuk mengetahui kinerja adsoben lebih lanjut, maka diperlukan studi kinetika berdasarkan persamaan isotherm Freundlich. Isoterm Freundlich mampu menunjukkan jenis adsopsi apakah secara kimisorpsi atau fisisorpsi dan berlangsung secara multilayer. Studi kinetika pseudo first orde dan pseudo second orde dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme dan karakteristik adsorpsi yang berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstanta isotherm Freundlich dan kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat. Konsentrasi asam asetat yang digunakan untuk mengetahui konstanta freundlich yaitu 0,5M, 0,25M, 0,125M, 0,0625M, 0,03125M dengan lama waktu kontak selama 10 menit. Sedangkan kinetika adsorpsi dilakukan dengan menggunakan asam asetat yang berkonsentrasi 0,5 M dengan waktu adsorpsi 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit dan 10 menit. Kemudian filtrat di titrasi dengan NaOH 0,1N. Ukuran karbon aktif yang digunakan antara lain 180 mess, 420 mess dan 600 mess. Data yang diperoleh dianalisis dengan persamaan freundlich, pseudo first orde dan pseudo second orde . Data analisis yang didapatkan nilai konstanta freundlich yaitu sebesar 50,00342 dan memenuhi kinetika orde dua yang artinya, proses adsorpsi dipengaruhi lebih dari satu faktor.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135454820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Danang Jaya, Tunjung Wahyu Widayati, Muhammad Agung Izzulhaq, Fevi Mirawati
Pengembangan dan keberlanjutan bidang energi di seluruh dunia merupakan hal yang sangat penting saat ini. Limbah yang berasal dari produk berbasis minyak bumi memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan energi. Limbah ban merupakan limbah yang susah membusuk, sehingga membutuhkan tempat yang luas untuk menyimpannya dan jika dibakar akan menimbulkan masalah baru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mengkonversi limbah ban bekas menjadi bentuk lain, yaitu tar dan arang sebagai energi alternative melalui proses pirolisis. Dalam studi ini, fokus kami adalah mengetahui pengaruh variasi suhu pirolisis, komposisi pada tar, dan nilai kalor pada arang dan tar hasil pirolisis ban truk Fuso Canter FE71. Suhu pirolisis yang digunakan yaitu 500, 600, 700, 800 °C selama 3 jam. Rendemen arang dan tar meningkat hingga titik optimum pada suhu 600 °C, kemudian menurun hingga suhu 800 °C. Komposisi tar dianalisis menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry yang menghasilkan 45,38% limonene ; 19,82% benzene ; 4,81% toluene ; 10,91% xylene ; dan 14,48% alkene . Nilai kalor tar dan arang diuji menggunakan alat Bomb Calorimeter . Tar dengan metode ASTM D040-19 menghasilkan nilai kalor 7.413,870 kal/g dan arang dengan metode ASTM D-2015-66 menghasilkan nilai kalor 7.878,918 kal/g.
{"title":"Investigasi dan Karakterisasi Pirolisis Ban Truk Fuso Canter FE71","authors":"Danang Jaya, Tunjung Wahyu Widayati, Muhammad Agung Izzulhaq, Fevi Mirawati","doi":"10.31315/e.v20i3.9637","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.9637","url":null,"abstract":"Pengembangan dan keberlanjutan bidang energi di seluruh dunia merupakan hal yang sangat penting saat ini. Limbah yang berasal dari produk berbasis minyak bumi memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan energi. Limbah ban merupakan limbah yang susah membusuk, sehingga membutuhkan tempat yang luas untuk menyimpannya dan jika dibakar akan menimbulkan masalah baru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mengkonversi limbah ban bekas menjadi bentuk lain, yaitu tar dan arang sebagai energi alternative melalui proses pirolisis. Dalam studi ini, fokus kami adalah mengetahui pengaruh variasi suhu pirolisis, komposisi pada tar, dan nilai kalor pada arang dan tar hasil pirolisis ban truk Fuso Canter FE71. Suhu pirolisis yang digunakan yaitu 500, 600, 700, 800 °C selama 3 jam. Rendemen arang dan tar meningkat hingga titik optimum pada suhu 600 °C, kemudian menurun hingga suhu 800 °C. Komposisi tar dianalisis menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry yang menghasilkan 45,38% limonene ; 19,82% benzene ; 4,81% toluene ; 10,91% xylene ; dan 14,48% alkene . Nilai kalor tar dan arang diuji menggunakan alat Bomb Calorimeter . Tar dengan metode ASTM D040-19 menghasilkan nilai kalor 7.413,870 kal/g dan arang dengan metode ASTM D-2015-66 menghasilkan nilai kalor 7.878,918 kal/g.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135454819","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Apsari Puspita Aini, Enny Nurmalasari, Carolus Borromeus Rasrendra, Johnner Sitompul
Aplikasi asam laktat pada berbagai industri menarik minat para peneliti untuk memproduksi asam laktat melalui berbagai jalur reaksi. Perolehan isomer asam lakat yang lebih murni dibandingkan dengan jalur reaksi kimia katalitik menjadikan jalur biologi dengan fermentasi menjadi jalur reaksi yang banyak dipakai di industri. Berbagai mikroorganisme pada golongan Lactic Acid Bacteria telah digunakan untuk memproduksi asam laktat baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Berbagai bahan baku dapat dikonversi menjadi asam laktat seperti, dihidroksi aseton, gliseraldehid, piruvaldehid, xilosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, selulosa, insulin, selobiosa, pati, levoglukosan dan lignoselulosa. Kemampuan katalis dalam metode kimiawi menarik banyak minat peneliti untuk mencari alternatif pembuatan asam laktat yang bisa mengkonversi gula menjadi asam laktat dengan waktu reaksi yang lebih singkat. Penggunaan berbagai katalis mulai dari katalis homogen dan heterogen terbukti dapat menghasilkan asam laktat dengan yield yang bervariasi. Katalis lanthanum triflate terlihat menghasilkan asam laktat dengan perolehan yang baik walaupun dari bahan baku lignoselulosa yang perlu perlakuan awal terlebih dahulu karena mempunyai senyawa lignin yang bisa menghalangi kerja katalis. Kata Kunci : asam laktat; kimia katalitik; fermentasi; lignoselulosa ABSTRACT : The utilization of lactic acid for various applications encourages researchers to produce lactic acid by various reaction pathways. The yield of lactic acid isomer which is purer than the catalytic chemical reaction makes the biological pathway by fermentation widely used in industry. Various microorganisms in the Lactic Acid Bacteria categories have been used to produce lactic acid both on a laboratory and industrial scale. Various raw materials can be converted into lactic acid such as dihydroxy acetone, glyceraldehyde, pyruvaldehyde, xylose, glucose, fructose, sucrose, cellulose, insulin, cellobiose, starch, levoglucosan and lignocellulose. The ability of catalyst has attracted interest of researcher to find alternatives for making lactic acid that can convert sugar into lactic acid with a shorter reaction time. The use of various catalysts from homogeneous and heterogeneous catalysts has been proven to produce lactic acid with varying results. The lanthanum triflate catalyst proven to produce lactic acid with a high yield, even though it is from lignocellulosic raw materials that need pre-treatment to remove lignin compounds which can inhibit the performance of the catalyst. Keywords: lactic acid; chemical catalytic; fermentation; lignocellulose
不同行业的乳酸应用吸引研究人员通过不同的反应路径产生乳酸。比催化化学通道更纯粹的异化拿铁使生物发酵路径成为工业中最常用的反应路径。Lactic Acid Bacteria中的微生物已经被用来在实验室规模和工业规模上产生乳酸。原料可转化为乳酸,如丙酮、甘油、皮鲁瓦希德、葡萄糖、果糖、蔗糖、蔗糖、纤维素、胰岛素、胶质、淀粉、葡萄糖和脂肪纤维素。化学方法的催化剂特性吸引了研究人员的兴趣,他们发现乳酸可以通过更短的反应时间将糖转化为乳酸。从均质和异质催化剂的使用被证明可以产生乳酸和不同的基质。lanthanum triflate催化剂似乎是通过良好的获取而产生乳酸的,尽管它是一种有机纤维素原料,因为它有一种脂肪酶化合物可以阻止催化剂的工作。关键词:乳酸;katalitik化学;发酵;蜡纤维素:用不同的应用方法制造乳酸的工具工具的实用工具。比catalytic chemical reaction更容易溶解的乳酸异化,由发酵的植物产生的生物反应。在实验室和企业规模上,在乳酸中发现了几种不同的微生物。几种不同的原料可以融合到这样的乳酸中,如二氢丙酮、甘油、醇酯、果糖、果糖、果糖、果糖、果糖、胰岛素、细胞分裂、淀粉、淀粉。catalyst的能力吸引了researcher的兴趣,寻找一种可以用短时间反应时间将糖转换成乳酸的替代品。同质和异质catalysts的各种异质和异质catalysts的使用一直被证明是用邪恶的代言来制造乳酸的。尽管它来自于需要去除凝聚物的原核,但它可能会导致catalyst的表现。基调:乳酸;化学catalytic;fermentation;lignocellulose
{"title":"Produksi Asam Laktat Melalui Jalur Biologi dan Jalur Kimia Katalitik Menggunakan Berbagai Bahan Baku","authors":"Apsari Puspita Aini, Enny Nurmalasari, Carolus Borromeus Rasrendra, Johnner Sitompul","doi":"10.31315/e.v20i3.9768","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.9768","url":null,"abstract":"Aplikasi asam laktat pada berbagai industri menarik minat para peneliti untuk memproduksi asam laktat melalui berbagai jalur reaksi. Perolehan isomer asam lakat yang lebih murni dibandingkan dengan jalur reaksi kimia katalitik menjadikan jalur biologi dengan fermentasi menjadi jalur reaksi yang banyak dipakai di industri. Berbagai mikroorganisme pada golongan Lactic Acid Bacteria telah digunakan untuk memproduksi asam laktat baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Berbagai bahan baku dapat dikonversi menjadi asam laktat seperti, dihidroksi aseton, gliseraldehid, piruvaldehid, xilosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, selulosa, insulin, selobiosa, pati, levoglukosan dan lignoselulosa. Kemampuan katalis dalam metode kimiawi menarik banyak minat peneliti untuk mencari alternatif pembuatan asam laktat yang bisa mengkonversi gula menjadi asam laktat dengan waktu reaksi yang lebih singkat. Penggunaan berbagai katalis mulai dari katalis homogen dan heterogen terbukti dapat menghasilkan asam laktat dengan yield yang bervariasi. Katalis lanthanum triflate terlihat menghasilkan asam laktat dengan perolehan yang baik walaupun dari bahan baku lignoselulosa yang perlu perlakuan awal terlebih dahulu karena mempunyai senyawa lignin yang bisa menghalangi kerja katalis. Kata Kunci : asam laktat; kimia katalitik; fermentasi; lignoselulosa ABSTRACT : The utilization of lactic acid for various applications encourages researchers to produce lactic acid by various reaction pathways. The yield of lactic acid isomer which is purer than the catalytic chemical reaction makes the biological pathway by fermentation widely used in industry. Various microorganisms in the Lactic Acid Bacteria categories have been used to produce lactic acid both on a laboratory and industrial scale. Various raw materials can be converted into lactic acid such as dihydroxy acetone, glyceraldehyde, pyruvaldehyde, xylose, glucose, fructose, sucrose, cellulose, insulin, cellobiose, starch, levoglucosan and lignocellulose. The ability of catalyst has attracted interest of researcher to find alternatives for making lactic acid that can convert sugar into lactic acid with a shorter reaction time. The use of various catalysts from homogeneous and heterogeneous catalysts has been proven to produce lactic acid with varying results. The lanthanum triflate catalyst proven to produce lactic acid with a high yield, even though it is from lignocellulosic raw materials that need pre-treatment to remove lignin compounds which can inhibit the performance of the catalyst. Keywords: lactic acid; chemical catalytic; fermentation; lignocellulose","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135455840","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Patrisius Maryanto Bria, Sefrinus Maria Dolfi Kolo
Pasokan bahan bakar minyak (BBM) saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil yang mengakibatkan menipisnya cadangan minyak di perut bumi. Konsumsi energi di sektor transportasi saat ini sebesar 44,2%. Hal ini mengakibatkan meningkatan emisi gas karbon dioksida yang berdampak pada penipisan ozon. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar gula dan kadar bioetanol yang tinggi. Sargassum sp dinilai ideal untuk dikonversi menjadi bioetanol karena memiliki kandungan karbohidrat 53,28% dan selulosa 23,97-35,22%. Kandungan karbohidrat yang tinggi ini dapat diubah menjadi bioetanol melalui beberapa metode yaitu preparasi, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Preparasi sampel dilakukan dengan tujuan mengurangi ukuran dan memperluas permukaan sampel menggunakan saringan 35 mesh . Hidrolisis dilakukan pada suhu 150 0 C selama 50 menit menggunakan katalis H 2 SO 4 2% dengan bantuan microwave . pH yang digunakan dalam proses fermentasi adalah 4,5 dan mikroorganisme yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae . Hidrolisat gula dianalisis dengan metode DNS menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Uji kualitatif etanol dilakukan secara kimiawi menggunakan kalium dikromat dan uji kuantitatif etanol menggunakan hand refraktometer . Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar gula pereduksi adalah 6296,67 ppm. Hasil uji kualitatif etanol dikonfirmasi dari perubahan warna dari orange menjadi hijau kebiruan. Hasil analisis etanol kuantitatif menggunakan refraktometer tangan sebesar 34%.
{"title":"Sintesis Bioetanol dari Rumput Laut Coklat (Sargassum sp) Asal Pulau Timor Sebagai Energi Terbarukan","authors":"Patrisius Maryanto Bria, Sefrinus Maria Dolfi Kolo","doi":"10.31315/e.v20i3.9857","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.9857","url":null,"abstract":"Pasokan bahan bakar minyak (BBM) saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil yang mengakibatkan menipisnya cadangan minyak di perut bumi. Konsumsi energi di sektor transportasi saat ini sebesar 44,2%. Hal ini mengakibatkan meningkatan emisi gas karbon dioksida yang berdampak pada penipisan ozon. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar gula dan kadar bioetanol yang tinggi. Sargassum sp dinilai ideal untuk dikonversi menjadi bioetanol karena memiliki kandungan karbohidrat 53,28% dan selulosa 23,97-35,22%. Kandungan karbohidrat yang tinggi ini dapat diubah menjadi bioetanol melalui beberapa metode yaitu preparasi, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Preparasi sampel dilakukan dengan tujuan mengurangi ukuran dan memperluas permukaan sampel menggunakan saringan 35 mesh . Hidrolisis dilakukan pada suhu 150 0 C selama 50 menit menggunakan katalis H 2 SO 4 2% dengan bantuan microwave . pH yang digunakan dalam proses fermentasi adalah 4,5 dan mikroorganisme yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae . Hidrolisat gula dianalisis dengan metode DNS menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Uji kualitatif etanol dilakukan secara kimiawi menggunakan kalium dikromat dan uji kuantitatif etanol menggunakan hand refraktometer . Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar gula pereduksi adalah 6296,67 ppm. Hasil uji kualitatif etanol dikonfirmasi dari perubahan warna dari orange menjadi hijau kebiruan. Hasil analisis etanol kuantitatif menggunakan refraktometer tangan sebesar 34%.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135455847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Shinta Amelia, Siti Jamilatun, Lukhi Mulia Shitopyta, Maryudi Maryudi, Mila Utami W, Ida Sriyana
Limbah detergen dihasilkan dari laundry dan limbah rumah tangga yang menyebabkan pencemaran air yang merusak organisme dalam perairan. Detergen terdiri atas tiga komponen utama, yaitu surfaktan, builders dan aditif. Surfaktan jenis Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) dan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) merupakan senyawa aktif detergen. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari proses degradasi fotokatalis dalam menurunkan konsentrasi LAS dan ABS dengan variabel bebas konsentrasi bahan aktif detergen dan waktu penyinaran. Pengolahan limbah detergen yang digunakan pada penelitian ini adalah metode fotokatalis TiO 2 dengan penyangga silica gel. Variasi konsentrasi LAS dan ABS yaitu 50 ppm dan 100 ppm menggunakan katalis silica gel /SiTiO 2 sebanyak 0,05gram dengan variasi waktu penyinaran sinar UV sampai 24 jam. Persentase degradasi yang dihasilkan dalam waktu 24 jam dengan katalis silica gel -TiO 2 pada ABS 50 ppm yaitu 96,08% dan ABS 100 ppm yaitu 99,00%. Sedangkan Persentase degradasi yang dihasilkan dalam waktu 24 jam dengan katalis silica gel -TiO 2 pada LAS 50 ppm yaitu, 96,61% dan LAS 100 ppm yaitu 99,61%. Penggunaan katalis silica gel - TiO 2 dalam LAS lebih efektif dan mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan ABS karena LAS mudah terurai sehingga semakin lama penyinaran warna larutan menjadi pudar dan proses degradasi fotokatalis menjadi lebih mudah.
洗衣产生的洗涤剂废物和家用废物造成水污染,对水中生物造成损害。configen由三个主要成分组成,即surfaktan、构建和添加剂。碱性甲基苯丙胺(ABS)和线性合金酶硫酸(LAS)是一种活性测定化合物。本研究的目的是研究光催化剂的降解过程,以降低焊丝和ABS的无浓度、活性测定材料和曝光时间变量。本研究使用的洗涤剂废物处理是一种带有硅胶缓冲区的极光处理方法。LAS和ABS的浓度变化是50 ppm和100 ppm使用硅凝胶/SiTiO 2催化剂,强度为0.05克,紫外线辐射时间变化为24小时。在24小时内,ABS上的硅凝胶2催化剂为50ppm,为96.08%,ABS 100 ppm为99.00%。而在24小时内,焊枪50 ppm中硅凝胶2的降解率为96.61%,而焊枪100 ppm为99.61%。焊接中硅凝胶- TiO 2的使用比ABS更有效,也更有质量,因为焊料分解的时间越长,溶液的颜色就会褪色,光合作用也就越容易退化。
{"title":"Degradasi Limbah Detergen dengan Metode Fotokatalis Menggunakan TiO2 / Silica Gel","authors":"Shinta Amelia, Siti Jamilatun, Lukhi Mulia Shitopyta, Maryudi Maryudi, Mila Utami W, Ida Sriyana","doi":"10.31315/e.v20i3.9214","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i3.9214","url":null,"abstract":"Limbah detergen dihasilkan dari laundry dan limbah rumah tangga yang menyebabkan pencemaran air yang merusak organisme dalam perairan. Detergen terdiri atas tiga komponen utama, yaitu surfaktan, builders dan aditif. Surfaktan jenis Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) dan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) merupakan senyawa aktif detergen. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari proses degradasi fotokatalis dalam menurunkan konsentrasi LAS dan ABS dengan variabel bebas konsentrasi bahan aktif detergen dan waktu penyinaran. Pengolahan limbah detergen yang digunakan pada penelitian ini adalah metode fotokatalis TiO 2 dengan penyangga silica gel. Variasi konsentrasi LAS dan ABS yaitu 50 ppm dan 100 ppm menggunakan katalis silica gel /SiTiO 2 sebanyak 0,05gram dengan variasi waktu penyinaran sinar UV sampai 24 jam. Persentase degradasi yang dihasilkan dalam waktu 24 jam dengan katalis silica gel -TiO 2 pada ABS 50 ppm yaitu 96,08% dan ABS 100 ppm yaitu 99,00%. Sedangkan Persentase degradasi yang dihasilkan dalam waktu 24 jam dengan katalis silica gel -TiO 2 pada LAS 50 ppm yaitu, 96,61% dan LAS 100 ppm yaitu 99,61%. Penggunaan katalis silica gel - TiO 2 dalam LAS lebih efektif dan mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan ABS karena LAS mudah terurai sehingga semakin lama penyinaran warna larutan menjadi pudar dan proses degradasi fotokatalis menjadi lebih mudah.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135977022","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
D. Handayani, W. B. Sediawan, Daniel Timotius, Mitha Puspitasari
Granulation is a process of monoparticle attachment with a particular mechanism to form a bigger and compact particle which is called granule. Granulation application has been used on many industries like pharmacy and agriculture industries. Research about granulation has been done continuously to get predictive models for various cases. The model which is only applicable to the specific material used in this research is expected to be useful to optimize the perfomances of the granulator in the industries. This research aims to develop the kinetics model of granule size distribution of cassava flour and its connection to granulation time by varying the mass of tapioca starch as the binder in rotary drum granulator. 2 grams of Cassava flour and tapioca starch were mixed in the rotary drum granulator and then water was sprayed during the granulation process. The duration of granulation were 5, 10, 15, 20, and 25 minutes. The variations of mass of the binder used in this research were 1, 1,5, and 2 gram. The granules were dried in the oven at 80°C until 30 minutes, and afterwards the granules were screened through various screen layers with different mesh size. The results of this research show that binder mass variations do not influence the layering rate of granule, and the increase of binder mass will decrease the birth rate.
{"title":"Distribusi Ukuran Granul dari Tepung Singkong dengan Tepung Tapioka sebagai Pengikat pada Rotary Drum Granulator","authors":"D. Handayani, W. B. Sediawan, Daniel Timotius, Mitha Puspitasari","doi":"10.31315/e.v20i2.9170","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i2.9170","url":null,"abstract":"Granulation is a process of monoparticle attachment with a particular mechanism to form a bigger and compact particle which is called granule. Granulation application has been used on many industries like pharmacy and agriculture industries. Research about granulation has been done continuously to get predictive models for various cases. The model which is only applicable to the specific material used in this research is expected to be useful to optimize the perfomances of the granulator in the industries. This research aims to develop the kinetics model of granule size distribution of cassava flour and its connection to granulation time by varying the mass of tapioca starch as the binder in rotary drum granulator. 2 grams of Cassava flour and tapioca starch were mixed in the rotary drum granulator and then water was sprayed during the granulation process. The duration of granulation were 5, 10, 15, 20, and 25 minutes. The variations of mass of the binder used in this research were 1, 1,5, and 2 gram. The granules were dried in the oven at 80°C until 30 minutes, and afterwards the granules were screened through various screen layers with different mesh size. The results of this research show that binder mass variations do not influence the layering rate of granule, and the increase of binder mass will decrease the birth rate.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47094564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. D. Nyamiati, S. Nurkhamidah, Dodi Eko Nanda, D. Timotius, Mahreni Mahreni, Dian Purnami Handayani, D. Amalia, A. Krisnabudhi
Separation and capture of carbon dioxide (CO2) has become a very hot topic of discussion recently. The increasing amount of carbon dioxide in the environment makes environmental pollution very significant. Membrane technology is one of the alternative carbon separation processes that are increasingly in demand, because membrane technology provides excellent advantages in terms of energy requirements used, capital investment invested, and ease of operating equipment compared to other processes. Many membrane constituent materials can be used to be the basic material for making membranes, including polymeric materials. This review discusses the various polymeric materials that can be used as basic materials for gas membranes in terms of plasticization, constituent components, flexibility, and mechanical strength. It also provides an understanding of alternatives to improve the properties of polymer-based membranes.
{"title":"Current Research on The Development of Carbon Separation and Capture with Polymeric Membrane: A State of The Art Review","authors":"R. D. Nyamiati, S. Nurkhamidah, Dodi Eko Nanda, D. Timotius, Mahreni Mahreni, Dian Purnami Handayani, D. Amalia, A. Krisnabudhi","doi":"10.31315/e.v20i2.9096","DOIUrl":"https://doi.org/10.31315/e.v20i2.9096","url":null,"abstract":"Separation and capture of carbon dioxide (CO2) has become a very hot topic of discussion recently. The increasing amount of carbon dioxide in the environment makes environmental pollution very significant. Membrane technology is one of the alternative carbon separation processes that are increasingly in demand, because membrane technology provides excellent advantages in terms of energy requirements used, capital investment invested, and ease of operating equipment compared to other processes. Many membrane constituent materials can be used to be the basic material for making membranes, including polymeric materials. This review discusses the various polymeric materials that can be used as basic materials for gas membranes in terms of plasticization, constituent components, flexibility, and mechanical strength. It also provides an understanding of alternatives to improve the properties of polymer-based membranes.","PeriodicalId":30703,"journal":{"name":"Eksergi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43075261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}