Pub Date : 2021-11-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i11.p17
Putu Febry Krisna Pertiwi, Ni Putu Sriwidyani, N. Ekawati, Herman Saputra
Tumor otak dan medula spinalis merupakan salah satu keganasan tersering pada anak-anak, berada pada urutan kedua setelah leukemia. Hingga saat ini belum terdapat data tentang kejadian tumor otak dan medula spinalis pada anak di Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik klinikopatologi pasien anak yang menderita tumor otak dan medula spinalis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014-2018 menurut kelompok usia, jenis kelamin, tipe histopatologi, dan lokasi tumor. Penelitian ini adalah studi deskriptif yang menggunakan desain cross-sectional retrospective pada pasien anak dengan tumor otak dan medulla spinalis. Data penelitian diambil menggunakan teknik total sampling data yang terdaftar di Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014-2018, yang diolah dan dikelompokkan menurut kelompok usia, jenis kelamin, gambaran histopatologi, dan lokasi tumor. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari 53 pasien anak yang menderita tumor otak dan medula spinalis di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2018, kejadian tumor otak ditemukan paling banyak pada kelompok usia 10-14 tahun (28,3%) dan jenis kelamin laki-laki (50,9%). Tipe histopatologi terbanyak yang ditemukan adalah pilocytic astrocytoma (22,6%) dan lokasi tumor yang paling sering adalah serebelum (32,1%). Kata kunci: tumor otak, medula spinalis, anak, RSUP Sanglah
{"title":"KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI PASIEN TUMOR OTAK DAN MEDULA SPINALIS PADA ANAK DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014 –2018","authors":"Putu Febry Krisna Pertiwi, Ni Putu Sriwidyani, N. Ekawati, Herman Saputra","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i11.p17","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i11.p17","url":null,"abstract":"Tumor otak dan medula spinalis merupakan salah satu keganasan tersering pada anak-anak, berada pada urutan kedua setelah leukemia. Hingga saat ini belum terdapat data tentang kejadian tumor otak dan medula spinalis pada anak di Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik klinikopatologi pasien anak yang menderita tumor otak dan medula spinalis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014-2018 menurut kelompok usia, jenis kelamin, tipe histopatologi, dan lokasi tumor. Penelitian ini adalah studi deskriptif yang menggunakan desain cross-sectional retrospective pada pasien anak dengan tumor otak dan medulla spinalis. Data penelitian diambil menggunakan teknik total sampling data yang terdaftar di Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014-2018, yang diolah dan dikelompokkan menurut kelompok usia, jenis kelamin, gambaran histopatologi, dan lokasi tumor. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari 53 pasien anak yang menderita tumor otak dan medula spinalis di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2018, kejadian tumor otak ditemukan paling banyak pada kelompok usia 10-14 tahun (28,3%) dan jenis kelamin laki-laki (50,9%). Tipe histopatologi terbanyak yang ditemukan adalah pilocytic astrocytoma (22,6%) dan lokasi tumor yang paling sering adalah serebelum (32,1%). \u0000Kata kunci: tumor otak, medula spinalis, anak, RSUP Sanglah \u0000 ","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44275535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i11.p18
Putu Satyakumara Upadhana, I. Dinata, I. D. A. I. Dwi Primayanti, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra
Gaya hidup sedentari adalah gaya hidup dengan aktivitas fisik yang sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Kalangan mahasiswa sebagian besar memiliki aktivitas yang sibuk bergantung terhadap adanya kemajuan di era globalisasi ini, sehingga mahasiswa cenderung menjadi gaya hidup sedentari. Penelitian iniKbertujuanOuntuk mengetahui hubungan olahraga aerobik terhadap kemampuan akademik mahasiswa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode cross-sectional dari sumber data yang didapat dengan metode penyebaran kuesioner kepada beberapa mahasiswa di Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2016, dan dilaksanakan pada bulan Juni – September 2019. Teknik pengumpulan sampel dengan metode random sampling, berjumlah 60 mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan program komputer secara bertahap dengan analisis bivariat.Responden yang mengisi kuesioner dari usia 18 tahun hingga 23 tahun. Persentase responden dengan aktivitas olahraga aerobik kategori aktif sebanyak 43,33%, kategori cukup aktif sebanyak 23,33%, dan sedentari sebanyak 33,34%. Persentase responden dengan tingkat kemampuan akademik baik adalah sebesar 81,67%, dengan tingkat kemampuan akademik kurang baik sebesar 18,33%. Terdapat hubungan antara olahraga aerobik dengan tingkat kemampuan akademik dengan P value = 0,023, OR = 2,613 (IK 95% 1,111-6,145). Terdapat beberapa mekanisme yang mendasari dari adanya dampak positif terhadap kemampuan akademik dari olahraga aerobik, yaitu dari sisi psikologis, molekular, dan fisiologis tubuh. Dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara olahraga aerobik dengan kemampuan akademik mahasiswa. Semakin rendah aktivitas fisik mahasiswa, maka akan memiliki risiko tingkat kemampuan akademik kurang baik sebesar 2,613 kali lebih besar. Kata kunci : olahraga, kemampuan akademik, mahasiswa.
塞登塔利的生活方式是一种几乎不存在体育活动的生活方式。在这个全球化时代,大多数学生的忙碌活动依赖于进步,因此学生倾向于一种生活方式。这项研究旨在探讨有氧运动与学生学术能力的关系。该研究形式是对2016年乌达亚纳大学医学院(Udayana university of medicine)医科学者和医科专业的学生进行的交叉分段数据分析研究,于6月至2019年9月举行。采用随机抽样方法收集样品技术,共有60名学生。数据分析是通过计算机程序和双变量分析进行的。受访者在问卷调查中从18岁到23岁。受访者中有一定比例的有氧运动活动为43.33%,活动为2333%,活动为33.34%。学术率良好的受访者百分比为81.67%,学术水平低于18.33%。有氧运动与学术水平P值(0.023,或2.613)之间存在联系。健美操运动的学术能力,也就是心理、分子和生理方面,都有积极的影响。可以推断,有氧运动和学生的学术能力之间有积极的联系。学生的体育活动越少,他们的学术水平就越低。关键词:运动,学术技能,学生。
{"title":"HUBUNGAN OLAHRAGA AEROBIK TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA","authors":"Putu Satyakumara Upadhana, I. Dinata, I. D. A. I. Dwi Primayanti, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i11.p18","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i11.p18","url":null,"abstract":"Gaya hidup sedentari adalah gaya hidup dengan aktivitas fisik yang sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Kalangan mahasiswa sebagian besar memiliki aktivitas yang sibuk bergantung terhadap adanya kemajuan di era globalisasi ini, sehingga mahasiswa cenderung menjadi gaya hidup sedentari. Penelitian iniKbertujuanOuntuk mengetahui hubungan olahraga aerobik terhadap kemampuan akademik mahasiswa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode cross-sectional dari sumber data yang didapat dengan metode penyebaran kuesioner kepada beberapa mahasiswa di Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2016, dan dilaksanakan pada bulan Juni – September 2019. Teknik pengumpulan sampel dengan metode random sampling, berjumlah 60 mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan program komputer secara bertahap dengan analisis bivariat.Responden yang mengisi kuesioner dari usia 18 tahun hingga 23 tahun. Persentase responden dengan aktivitas olahraga aerobik kategori aktif sebanyak 43,33%, kategori cukup aktif sebanyak 23,33%, dan sedentari sebanyak 33,34%. Persentase responden dengan tingkat kemampuan akademik baik adalah sebesar 81,67%, dengan tingkat kemampuan akademik kurang baik sebesar 18,33%. Terdapat hubungan antara olahraga aerobik dengan tingkat kemampuan akademik dengan P value = 0,023, OR = 2,613 (IK 95% 1,111-6,145). Terdapat beberapa mekanisme yang mendasari dari adanya dampak positif terhadap kemampuan akademik dari olahraga aerobik, yaitu dari sisi psikologis, molekular, dan fisiologis tubuh. Dapat disimpulkan terdapat hubungan positif antara olahraga aerobik dengan kemampuan akademik mahasiswa. Semakin rendah aktivitas fisik mahasiswa, maka akan memiliki risiko tingkat kemampuan akademik kurang baik sebesar 2,613 kali lebih besar. \u0000Kata kunci : olahraga, kemampuan akademik, mahasiswa.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42994289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i11.p01
Katarina Kristianna Purnamanta
Faktor prognosis pada karsinoma sel skuamosa (KSS) antara lain stadium FIGO. Stadium FIGO lanjut dapat mengurangi angka bebas penyakit dan overall survival rate (OS). Poly (ADP-ribose) polymerase-1 (PARP-1) adalah salah satu enzim yang berperan dalam perbaikan DNA serta kematian sel. PARP-1 berperan pada karsinogenesis kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan hubungan antara ekspresi PARP-1 dengan Stadium FIGO pada KSS serviks uteri di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik potong lintang. Sampel penelitian ini adalah semua penderita KSS serviks uteri yang menjalani radikal histerektomi, biopsi dan diseksi KGB dan dilakukan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar dari tanggal 2 Januari 2016 hingga 30 Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan peneliti dengan besar sampel 38. Rediagnosis preparat dilakukan untuk menilai diagnosis histopatologi dan stadium FIGO. Kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia PARP-1. Data dianalisis dengan uji Chi-Square, uji rasio risiko prevalensi serta uji T tidak berpasangan dengan nilai p<0,05. Hasil penelitian ekspresi PARP-1 tinggi pada 47,4% kasus. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi PARP-1 dengan stadium FIGO (p=0,001) pada KSS serviks uteri di RSUP Sanglah Denpasar. Pada analisis risiko prevalensi mendapatkan hasil ekspresi PARP-1 tinggi memiliki risiko prevalensi 10,5 kali lebih besar menjadi stadium III-IV daripada ekspresi PARP-1 rendah (IK95% 2,336-47,201). Pada uji beda rerata tidak berpasangan didapatkan hasil rerata H-score pada stadium III/IV lebih besar daripada stadium I/II yaitu 190,89±42,021 dibandingkan dengan 152,37±26,372, perbedaaan tersebut signifikan secara statistik (p=0,002, IK95% 15,444-61,609). Kata kunci: PARP-1, Stadium FIGO, KSS Serviks uteri
{"title":"HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI POLY ADP-RIBOSE POLYMERASE-1 (PARP-1) DENGAN STADIUM FIGO PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA SERVIKS UTERI DI RSUP SANGLAH DENPASAR","authors":"Katarina Kristianna Purnamanta","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i11.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i11.p01","url":null,"abstract":"Faktor prognosis pada karsinoma sel skuamosa (KSS) antara lain stadium FIGO. Stadium FIGO lanjut dapat mengurangi angka bebas penyakit dan overall survival rate (OS). Poly (ADP-ribose) polymerase-1 (PARP-1) adalah salah satu enzim yang berperan dalam perbaikan DNA serta kematian sel. PARP-1 berperan pada karsinogenesis kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan hubungan antara ekspresi PARP-1 dengan Stadium FIGO pada KSS serviks uteri di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik potong lintang. Sampel penelitian ini adalah semua penderita KSS serviks uteri yang menjalani radikal histerektomi, biopsi dan diseksi KGB dan dilakukan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar dari tanggal 2 Januari 2016 hingga 30 Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan peneliti dengan besar sampel 38. Rediagnosis preparat dilakukan untuk menilai diagnosis histopatologi dan stadium FIGO. Kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia PARP-1. Data dianalisis dengan uji Chi-Square, uji rasio risiko prevalensi serta uji T tidak berpasangan dengan nilai p<0,05. Hasil penelitian ekspresi PARP-1 tinggi pada 47,4% kasus. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi PARP-1 dengan stadium FIGO (p=0,001) pada KSS serviks uteri di RSUP Sanglah Denpasar. Pada analisis risiko prevalensi mendapatkan hasil ekspresi PARP-1 tinggi memiliki risiko prevalensi 10,5 kali lebih besar menjadi stadium III-IV daripada ekspresi PARP-1 rendah (IK95% 2,336-47,201). Pada uji beda rerata tidak berpasangan didapatkan hasil rerata H-score pada stadium III/IV lebih besar daripada stadium I/II yaitu 190,89±42,021 dibandingkan dengan 152,37±26,372, perbedaaan tersebut signifikan secara statistik (p=0,002, IK95% 15,444-61,609). \u0000 \u0000Kata kunci: PARP-1, Stadium FIGO, KSS Serviks uteri","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42291313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i11.p15
Maura Marda Mayangsari, A. Agung, Mas Putrawati Triningrat, I. Made, Agus Kusumadjaja, I. P. Budhiastra
Nonarteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy (NAION) merupakan suatu keadaan neuropati optik akut dengan kondisi iskemia pada nervus optikus yang sifatnya mendadak, tanpa disertai nyeri, umumnya menyerang satu mata atau unilateral dan disertai defek lapang pandang altitudinal inferior. Hingga saat ini, tatalaksana NAION yang tepat, efektif, dan bisa dijadikan standar acuan belum ditemukan dan penelitian mengenai NAION di Indonesia pun masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang (cross-sectional) dengan maksud untuk mengetahui karakteristik penderita NAION di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2018. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik consecutive sampling dengan menggunakan data sekunder berupa catatan medis pasien yang diperoleh dari instalasi rekam medis RSUP Sanglah Denpasar. Hasil penelitian diperoleh 29 sampel penderita NAION dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun dengan rerata usia 53,69 (SB ± 7,69) tahun. Proporsi penderita berjenis kelamin pria sebanyak 15 orang (51,72%) dan wanita sebanyak 14 orang (48,28%). Kelompok penderita NAION dengan tajam penglihatan 6/6-6/30 merupakan kelompok terbanyak sejumlah 13 orang (44,83%). Sejumlah 9 dari 29 penderita (31,03%) mengalami defek lapang pandang altitudinal inferior. Seluruh pasien memiliki paling tidak 1 faktor risiko sistemik berupa hipertensi (43,24%), dislipidemia (35,14%), dan diabetes (21,62%). Rasio cup-to-disk pada penderita paling banyak dengan rasio ?0,3 sebanyak 17 orang (58,62%). Penatalaksanaan terbanyak penderita NAION adalah pengobatan neurotropik yaitu sebanyak 23 orang (48,94%). Kata kunci : NAION, karakteristik, epidemiologi
{"title":"GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA NONARTERITIC ANTERIOR ISCHEMIC OPTIC NEUROPATHY (NAION) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018","authors":"Maura Marda Mayangsari, A. Agung, Mas Putrawati Triningrat, I. Made, Agus Kusumadjaja, I. P. Budhiastra","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i11.p15","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i11.p15","url":null,"abstract":"Nonarteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy (NAION) merupakan suatu keadaan neuropati optik akut dengan kondisi iskemia pada nervus optikus yang sifatnya mendadak, tanpa disertai nyeri, umumnya menyerang satu mata atau unilateral dan disertai defek lapang pandang altitudinal inferior. Hingga saat ini, tatalaksana NAION yang tepat, efektif, dan bisa dijadikan standar acuan belum ditemukan dan penelitian mengenai NAION di Indonesia pun masih sangat jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang (cross-sectional) dengan maksud untuk mengetahui karakteristik penderita NAION di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2018. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik consecutive sampling dengan menggunakan data sekunder berupa catatan medis pasien yang diperoleh dari instalasi rekam medis RSUP Sanglah Denpasar. Hasil penelitian diperoleh 29 sampel penderita NAION dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun dengan rerata usia 53,69 (SB ± 7,69) tahun. Proporsi penderita berjenis kelamin pria sebanyak 15 orang (51,72%) dan wanita sebanyak 14 orang (48,28%). Kelompok penderita NAION dengan tajam penglihatan 6/6-6/30 merupakan kelompok terbanyak sejumlah 13 orang (44,83%). Sejumlah 9 dari 29 penderita (31,03%) mengalami defek lapang pandang altitudinal inferior. Seluruh pasien memiliki paling tidak 1 faktor risiko sistemik berupa hipertensi (43,24%), dislipidemia (35,14%), dan diabetes (21,62%). Rasio cup-to-disk pada penderita paling banyak dengan rasio ?0,3 sebanyak 17 orang (58,62%). Penatalaksanaan terbanyak penderita NAION adalah pengobatan neurotropik yaitu sebanyak 23 orang (48,94%). \u0000Kata kunci : NAION, karakteristik, epidemiologi","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46043566","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-27DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p12
Albertus Imanuel Krisna Sandyawan, Yuliana, Muliani, I. Wardana
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) merupakan terapi farmakologis pilihan pertama dalam penanganan osteoartritis. Penggunaan NSAIDs seringkali dikaitkan dengan munculnya komplikasi pada pasien, terutama komplikasi kardiovaskuler, dan pencernaan. Systematic review ini akan membahas lebih lanjut mengenai efektivitas dan keamanan NSAIDs dalam penanganan osteoartritis. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, ScienceDirect, dan CENTRAL. Pencarian dilakukan pada jurnal yang diterbitkan dari t a h u n 2015 hingga 2020 yang berfokus pada evaluasi efektivitas dan keamanan penggunaan NSAIDs pada pasien osteoartritis. Dalam tinjauan ini terdapat delapan studi yang relevan dengan penelitian ini. Semua studi yang diinklusi merupakan randomized controlled trials. Terdapat 26.229 partisipan dalam penelitian ini. tiga studi meneliti penggunaan NSAIDs topikal, lima studi meneliti penggunaan obat oral. Efektivitas diukur menggunakan skala nyeri, dan tingkat keamanan diukur dengan melihat angka kejadian efek samping. Hasil penelitian menunjukkan pada pasien yang menerima NSAIDs terdapat penurunan skala nyeri. Beberapa efek samping muncul pada pasien yang menggunakan NSAIDs, namun dalam pemakaian jangka pendek (?12 minggu) tidak ditemukan efek samping yang serius. Penggunaan NSAIDs topikal lebih dianjurkan karena tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Penggunaan NSAIDs efektif dan aman untuk digunakan sebagai pengobatan osteoartritis. Disarankan menggunakan NSAIDs topikal sebagai pilihan terapi farmakologis lini pertama dalam menangani pasien osteoartritis, karena menimbulkan efek samping yang minimal namun tetap memberikan efek yang serupa dengan obat oral.
{"title":"EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN PENGGUNAAN NON-STEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS PADA PASIEN OSTEOARTRITIS: A SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Albertus Imanuel Krisna Sandyawan, Yuliana, Muliani, I. Wardana","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p12","url":null,"abstract":"Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) merupakan terapi farmakologis pilihan pertama dalam penanganan osteoartritis. Penggunaan NSAIDs seringkali dikaitkan dengan munculnya komplikasi pada pasien, terutama komplikasi kardiovaskuler, dan pencernaan. Systematic review ini akan membahas lebih lanjut mengenai efektivitas dan keamanan NSAIDs dalam penanganan osteoartritis. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, ScienceDirect, dan CENTRAL. Pencarian dilakukan pada jurnal yang diterbitkan dari t a h u n 2015 hingga 2020 yang berfokus pada evaluasi efektivitas dan keamanan penggunaan NSAIDs pada pasien osteoartritis. Dalam tinjauan ini terdapat delapan studi yang relevan dengan penelitian ini. Semua studi yang diinklusi merupakan randomized controlled trials. Terdapat 26.229 partisipan dalam penelitian ini. tiga studi meneliti penggunaan NSAIDs topikal, lima studi meneliti penggunaan obat oral. Efektivitas diukur menggunakan skala nyeri, dan tingkat keamanan diukur dengan melihat angka kejadian efek samping. Hasil penelitian menunjukkan pada pasien yang menerima NSAIDs terdapat penurunan skala nyeri. Beberapa efek samping muncul pada pasien yang menggunakan NSAIDs, namun dalam pemakaian jangka pendek (?12 minggu) tidak ditemukan efek samping yang serius. Penggunaan NSAIDs topikal lebih dianjurkan karena tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Penggunaan NSAIDs efektif dan aman untuk digunakan sebagai pengobatan osteoartritis. Disarankan menggunakan NSAIDs topikal sebagai pilihan terapi farmakologis lini pertama dalam menangani pasien osteoartritis, karena menimbulkan efek samping yang minimal namun tetap memberikan efek yang serupa dengan obat oral.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44246548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-27DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p10
F. Holil, I. Muliarta, K. Tirtayasa, I. P. A. Griadhi
Non-communicable diseases such as diabetes mellitus and cardiovascular disease are currently becoming the leading cause of death in the world. It can be caused by lack of exercise. As a medical student, we are expected to success the Germas program, which includes sports habits so that medical students can later become examples and provide good consultation related to sports to reduce risk factors for non-communicable diseases. This study aims to determine the description of sports habits in students of the Undergraduate Medical Program and the Medical Profession of the Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020. This study applied a descriptive quantitative method and a cross-sectional approach. There are 140 respondents collected in this study using a proportional stratified random sampling, consisting of the students of Undergraduate Program of Medicine and Doctor's Profession, Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020 class of 2015-2019. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) is used to measure the exercise habits data. This study found 90.7% students of the Undergraduate Medical and Professional Doctor Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020 were accustomed to exercising, which mostly found in women (92%), had a BMI overweight (100%), very highly motivated (100%), and had more time availability (96.2%). The results of this study can be used as a basic data for further research, to find the relationship between exercise habits and students' physical fitness. Keywords: sports habits, physical activity, students
{"title":"DESCRIPTION OF SPORT HABITS IN STUDENTS OF MEDICAL BACHELOR PROGRAM AND DOCTOR PROFESSION FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY, 2019/2020 AT THE TIME OF THE COVID-19 PANDEMIC","authors":"F. Holil, I. Muliarta, K. Tirtayasa, I. P. A. Griadhi","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p10","url":null,"abstract":"Non-communicable diseases such as diabetes mellitus and cardiovascular disease are currently becoming the leading cause of death in the world. It can be caused by lack of exercise. As a medical student, we are expected to success the Germas program, which includes sports habits so that medical students can later become examples and provide good consultation related to sports to reduce risk factors for non-communicable diseases. This study aims to determine the description of sports habits in students of the Undergraduate Medical Program and the Medical Profession of the Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020. \u0000This study applied a descriptive quantitative method and a cross-sectional approach. There are 140 respondents collected in this study using a proportional stratified random sampling, consisting of the students of Undergraduate Program of Medicine and Doctor's Profession, Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020 class of 2015-2019. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) is used to measure the exercise habits data. \u0000This study found 90.7% students of the Undergraduate Medical and Professional Doctor Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in 2019/2020 were accustomed to exercising, which mostly found in women (92%), had a BMI overweight (100%), very highly motivated (100%), and had more time availability (96.2%). The results of this study can be used as a basic data for further research, to find the relationship between exercise habits and students' physical fitness. \u0000Keywords: sports habits, physical activity, students","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45463576","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-26DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p14
Putu Mahadevy Pradnyandhari Putri
1 dari 7 pasangan di dunia mengalami infertilitas. Di Indonesia, prevalensi infertilitas mencapai lebih dari 20% pada populasi dan meningkat setiap tahunnya. In Vitro Fertilization (IVF) dapat menjadi solusi bagi pasien yang mengalami infertilitas. Pada awalnya, stimulasi ovarium yang sering digunakan adalah protokol agonis. Namun, seiring waktu, masyarakat lebih banyak menggunakan protokol antagonis oleh karena hari stimulasi yang lebih pendek dan lebih murah. Namun, data mengenai pasien yang menjalani bayi tabung dengan protokol antagonis di Indonesia khususnya di Denpasar masih sulit ditemukan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang menjalani bayi tabung dengan protokol antagonis di Klinik Bayi Tabung RSUP Sanglah tahun 2014 - 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan teknik penentuan sampel total sampling. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan SPSS versi 26. Penelitian ini menunjukkan dari 87 pasien yang menjalani program bayi tabung, 83 pasien menggunakan protokol antagonis. Kemudian, 9 pasien tereksklusi sehingga pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 74. Mayoritas usia pasien wanita dan pria masing – masing adalah ³35 tahun, yakni sebanyak 38 (54,1%) dan 47 (63,5%). Sebagian besar pasien mengalami infertilitas primer yakni sebanyak 52 (70,3%) dan lama infertilitas 4 – 6 tahun sejumlah 18 (24,3%). Serta pasien yang mendapatkan keberhasilan kehamilan lahir hidup adalah 14 (18,9%). Kata kunci : karakteristik, bayi tabung, protokol antagonis, RSUP Sanglah.
{"title":"KARAKTERISTIK PASIEN YANG MENJALANI BAYI TABUNG DENGAN PROTOKOL ANTAGONIS DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2014 – 2017","authors":"Putu Mahadevy Pradnyandhari Putri","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p14","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p14","url":null,"abstract":"1 dari 7 pasangan di dunia mengalami infertilitas. Di Indonesia, prevalensi infertilitas mencapai lebih dari 20% pada populasi dan meningkat setiap tahunnya. In Vitro Fertilization (IVF) dapat menjadi solusi bagi pasien yang mengalami infertilitas. Pada awalnya, stimulasi ovarium yang sering digunakan adalah protokol agonis. Namun, seiring waktu, masyarakat lebih banyak menggunakan protokol antagonis oleh karena hari stimulasi yang lebih pendek dan lebih murah. Namun, data mengenai pasien yang menjalani bayi tabung dengan protokol antagonis di Indonesia khususnya di Denpasar masih sulit ditemukan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang menjalani bayi tabung dengan protokol antagonis di Klinik Bayi Tabung RSUP Sanglah tahun 2014 - 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan teknik penentuan sampel total sampling. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan SPSS versi 26. Penelitian ini menunjukkan dari 87 pasien yang menjalani program bayi tabung, 83 pasien menggunakan protokol antagonis. Kemudian, 9 pasien tereksklusi sehingga pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 74. Mayoritas usia pasien wanita dan pria masing – masing adalah ³35 tahun, yakni sebanyak 38 (54,1%) dan 47 (63,5%). Sebagian besar pasien mengalami infertilitas primer yakni sebanyak 52 (70,3%) dan lama infertilitas 4 – 6 tahun sejumlah 18 (24,3%). Serta pasien yang mendapatkan keberhasilan kehamilan lahir hidup adalah 14 (18,9%). \u0000Kata kunci : karakteristik, bayi tabung, protokol antagonis, RSUP Sanglah. \u0000 ","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47346474","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-26DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p15
Ency Eveline, Elysanti Dwi Martadiani
ABSTRAK Osteosarkoma merupakan tumor tulang malignan primer tersering pada anak-anak dan dewasa muda dengan prevalensi 4,4 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Osteosarkoma merupakan tumor mesenkimal malignan yang memproduksi matriks osteoid dan sebagian dapat juga memproduksi matriks kartilago dan fibrous. Insiden puncak osteosarkoma primer terjadi pada usia 10-14 tahun dikaitkan dengan pubertas akibat terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Terdapat sebanyak 41 kasus osteosarkoma primer baik konvensional maupun non-konvensional yang terbukti secara histopatologi dalam periode tahun 2017 hingga Juli 2021 di RSUP Sanglah Denpasar, dimana mayoritas yaitu 87,8% merupakan subtipe konvensional. Usia rerata osteosarkoma primer pada tulang panjang didapatkan 14,7 tahun dan insiden pada lelaki didapatkan lebih tinggi dari perempuan dengan rasio 3:2. Predileksi osteosarkoma tersering didapatkan pada femur distal (42%) diikuti tibia proksimal (29%), humerus proksimal (16%), femur proksimal (5%), radius ulna (5%), dan tibia distal (3%). Osteosarkoma non-konvensional memiliki gambaran histologi dan makroskopis yang berbeda, sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan radiologi. Terkadang, gambaran radiologi osteosarkoma non-konvensional dapat mimicking sejumlah diagnosis tumor jinak dan ganas lainnya. Masing-masing modalitas radiologi dapat memiliki peran dan keunggulan yang berbeda dalam membantu menegakkan diagnosis subtipe osteosarkoma. Pilihan modalitas terbaik untuk mendiagnosis suntipe osteosarkoma saat ini adalah foto radiografi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kata kunci: osteosarkoma konvensional, non-konvensional
{"title":"SPEKTRUM GAMBARAN RADIOLOGI OSTEOSARKOMA PRIMER PADA BERBAGAI MODALITAS DI RSUP SANGLAH DENPASAR","authors":"Ency Eveline, Elysanti Dwi Martadiani","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p15","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p15","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Osteosarkoma merupakan tumor tulang malignan primer tersering pada anak-anak dan dewasa muda dengan prevalensi 4,4 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Osteosarkoma merupakan tumor mesenkimal malignan yang memproduksi matriks osteoid dan sebagian dapat juga memproduksi matriks kartilago dan fibrous. Insiden puncak osteosarkoma primer terjadi pada usia 10-14 tahun dikaitkan dengan pubertas akibat terjadinya percepatan pertumbuhan (growth spurt). Terdapat sebanyak 41 kasus osteosarkoma primer baik konvensional maupun non-konvensional yang terbukti secara histopatologi dalam periode tahun 2017 hingga Juli 2021 di RSUP Sanglah Denpasar, dimana mayoritas yaitu 87,8% merupakan subtipe konvensional. Usia rerata osteosarkoma primer pada tulang panjang didapatkan 14,7 tahun dan insiden pada lelaki didapatkan lebih tinggi dari perempuan dengan rasio 3:2. Predileksi osteosarkoma tersering didapatkan pada femur distal (42%) diikuti tibia proksimal (29%), humerus proksimal (16%), femur proksimal (5%), radius ulna (5%), dan tibia distal (3%). Osteosarkoma non-konvensional memiliki gambaran histologi dan makroskopis yang berbeda, sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan radiologi. Terkadang, gambaran radiologi osteosarkoma non-konvensional dapat mimicking sejumlah diagnosis tumor jinak dan ganas lainnya. Masing-masing modalitas radiologi dapat memiliki peran dan keunggulan yang berbeda dalam membantu menegakkan diagnosis subtipe osteosarkoma. Pilihan modalitas terbaik untuk mendiagnosis suntipe osteosarkoma saat ini adalah foto radiografi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). \u0000Kata kunci: osteosarkoma konvensional, non-konvensional","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45595498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-25DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p05
Mutiara Anissa, Resti Rahmadika Akbar
Latar Belakang: Depresi adalah gangguan jiwa yang paling sering ditemukan pada populasi umum. Pendidikan kedokteran di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan dokter yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Proses tersebut menyebabkan mahasiswa kedokteran akan menghadapi berbagai macam stressor seperti beban akademik yang cukup besar, tekanan waktu, penyesuaian dengan lingkungan kampus dan relasi dengan teman sebaya. Apabila paparan stres ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama makin kondisi ini dapat menimbulkan depresi. Kondisi ini dapat mempengaruhi performa akademik mahasiswa dan kemampuannya sebagai calon dokter umum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yakni Concecutive sampling. Responden penelitian adalah 83 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Angkatan 2017. Responden akan mengisi kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS) 21 untuk mengukur gejala depresi. Kuesioner ini telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Hasil: Pada penelitian diperoleh bahwa 75,9 % responden adalah perempuan, sebagian besar responden (80,7%) masuk fakultas kedokteran adalah atas keinginan sendiri dan selama masa pendidikan, 90,4% responden tinggal sendiri baik di kosan atau rumah kontrakan. Simpulan: Responden paling banyak mengalami gejala depresi dan berada pada tingkat depresi ringan. Berdasarkan hasil atas maka peningkatan atmosfir pendidikan yang mendukung proses pendidikan sangat penting untuk mencegah munculnya depresi pada mahasiswa.
{"title":"GAMBARAN TINGKAT DEPRESI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH ANGKATAN 2017","authors":"Mutiara Anissa, Resti Rahmadika Akbar","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p05","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Depresi adalah gangguan jiwa yang paling sering ditemukan pada populasi umum. Pendidikan kedokteran di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan dokter yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Proses tersebut menyebabkan mahasiswa kedokteran akan menghadapi berbagai macam stressor seperti beban akademik yang cukup besar, tekanan waktu, penyesuaian dengan lingkungan kampus dan relasi dengan teman sebaya. Apabila paparan stres ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama makin kondisi ini dapat menimbulkan depresi. Kondisi ini dapat mempengaruhi performa akademik mahasiswa dan kemampuannya sebagai calon dokter umum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yakni Concecutive sampling. Responden penelitian adalah 83 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Angkatan 2017. Responden akan mengisi kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS) 21 untuk mengukur gejala depresi. Kuesioner ini telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Hasil: Pada penelitian diperoleh bahwa 75,9 % responden adalah perempuan, sebagian besar responden (80,7%) masuk fakultas kedokteran adalah atas keinginan sendiri dan selama masa pendidikan, 90,4% responden tinggal sendiri baik di kosan atau rumah kontrakan. Simpulan: Responden paling banyak mengalami gejala depresi dan berada pada tingkat depresi ringan. Berdasarkan hasil atas maka peningkatan atmosfir pendidikan yang mendukung proses pendidikan sangat penting untuk mencegah munculnya depresi pada mahasiswa.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42850304","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-18DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i10.p02
Marrietta Sugiarti Sadeli, Made Wardhana, Martina Windari, A. Rahmawati
Latar belakang: Keratosis seboroik (KS) merupakan merupakan tumor jinak kulit yang sering dijumpai pada usia lanjut, sekitar 80 % dari populasi lanjut usia menderita tumor ini, walaupun hampir tidak pernah menjadi keganasan, tapi KS ini dapat sebagai manifestasi kelainan sistemik seperti Parkinson, sindroma metabolik dan sebagainya. Secara klinis KS mempunyai banyak varian, demikian juga dengan pemeriksaan dermoskopi memberikan gambaran yang beragam. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara varian klinis dengan gambaran dermoskopi pada SK. Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dari Januari 2013 sampai Desember 2014 di poliklinik kulit RSUP Sanglah Denpasar dengan melakukan analisis kasus SK secara klinis dan dilakukan pemeriksaan dermoskopi untuk melihat signifikansinya. Hasil: tercatat 67 kasus KS dengan varian klinis terdiri dari: common seborrheic keratosis (CSK), dermatosis papulosa nigra (DPN), pedunculated seborrheic keratoses (PSK), flat seborrheic keratoses (FSK) dan ada beberapa tipe yang jarang. Tipe CSK, sebanyak 44 orang (70,2 %), dengan gambaran dermoskopi dominan, comedo-like opening, millia-like cyst. Tipe PSK, 14 orang (20,9 %) dengan gambaran dermoskopi, millia-like cyst, fisura & ridges (brain-like appearance), tipe DPN 6 orang (8,9 %), gambaran dermoskopi dominan tampak comedo-like opening, hairpin blood vessel, dan tipe FSK 3 orang (4,5 %) gambaran dermoskopi dominan tampak comedo-like opening, millia-like cyst, dan sharp dermacation. Diantaranya terdapat 6 kasus sangat mirip dengan nevus melanositik yang hampir dilakukan bedah eksisi, namun dengan pemeriksaan dermoskopi sesuai dengan KS, sehingga cukup dilakukan bedah listrik saja. Ditemukan juga beberapa bentuk gambaran dermoskopi yang jarang seperti, Moth-eaten border dan network-like structures Kesimpulan: Klasifikasi SK berdasarkan dermoskopi memberikan gambaran yang lebih rinci sehingga dengan jelas dapat membedakan dengan tumor-tumor jinak kulit lainnya, sehingga pemeriksaan dermoskopi sangat diperlukan untuk merencanakan tindakan yang bakan dilakukan. Kata kunci: seboroik keratosis, dermoskopi, lesi kulit jinak lain.
{"title":"GAMBARAN KLINIS DAN FITUR DERMOSKOPI KERATOSIS SEBOROIK DI RUMAH SAKIT SANGLAH, DENPASAR.","authors":"Marrietta Sugiarti Sadeli, Made Wardhana, Martina Windari, A. Rahmawati","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i10.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i10.p02","url":null,"abstract":"Latar belakang: Keratosis seboroik (KS) merupakan merupakan tumor jinak kulit yang sering dijumpai pada usia lanjut, sekitar 80 % dari populasi lanjut usia menderita tumor ini, walaupun hampir tidak pernah menjadi keganasan, tapi KS ini dapat sebagai manifestasi kelainan sistemik seperti Parkinson, sindroma metabolik dan sebagainya. Secara klinis KS mempunyai banyak varian, demikian juga dengan pemeriksaan dermoskopi memberikan gambaran yang beragam. \u0000Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara varian klinis dengan gambaran dermoskopi pada SK. \u0000Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dari Januari 2013 sampai Desember 2014 di poliklinik kulit RSUP Sanglah Denpasar dengan melakukan analisis kasus SK secara klinis dan dilakukan pemeriksaan dermoskopi untuk melihat signifikansinya. \u0000Hasil: tercatat 67 kasus KS dengan varian klinis terdiri dari: common seborrheic keratosis (CSK), dermatosis papulosa nigra (DPN), pedunculated seborrheic keratoses (PSK), flat seborrheic keratoses (FSK) dan ada beberapa tipe yang jarang. Tipe CSK, sebanyak 44 orang (70,2 %), dengan gambaran dermoskopi dominan, comedo-like opening, millia-like cyst. Tipe PSK, 14 orang (20,9 %) dengan gambaran dermoskopi, millia-like cyst, fisura & ridges (brain-like appearance), tipe DPN 6 orang (8,9 %), gambaran dermoskopi dominan tampak comedo-like opening, hairpin blood vessel, dan tipe FSK 3 orang (4,5 %) gambaran dermoskopi dominan tampak comedo-like opening, millia-like cyst, dan sharp dermacation. Diantaranya terdapat 6 kasus sangat mirip dengan nevus melanositik yang hampir dilakukan bedah eksisi, namun dengan pemeriksaan dermoskopi sesuai dengan KS, sehingga cukup dilakukan bedah listrik saja. Ditemukan juga beberapa bentuk gambaran dermoskopi yang jarang seperti, Moth-eaten border dan network-like structures \u0000Kesimpulan: Klasifikasi SK berdasarkan dermoskopi memberikan gambaran yang lebih rinci sehingga dengan jelas dapat membedakan dengan tumor-tumor jinak kulit lainnya, sehingga pemeriksaan dermoskopi sangat diperlukan untuk merencanakan tindakan yang bakan dilakukan. \u0000 \u0000Kata kunci: seboroik keratosis, dermoskopi, lesi kulit jinak lain. \u0000 ","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44891812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}