Pub Date : 2021-09-16DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i9.p18
Benny Supono, I. W. Putu Sutirta Yasa
Peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus terjadi tiap tahun dan in terjadi di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara dengan jumlah pasien diabetes terbanyak. Indonesia menempati peringkat ke tujuh dengan jumlah 10 juta pasien diabetes mellitus di tahun 2015 dan diperkirakan akan tetap terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus pada tiap tahunnya. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang beragam dari yang ringan sampai yang berat bila pasien tidak melakukan penatalaksanaan yang baik. Pemeriksaan gula darah plasma tidak cukup untuk memandu penatalaksanaan pada pasien karena tidak bisa memberikan gambaran dua sampai tiga bulan yang lalu sehingga diperlukan pemeriksaan HbA1c untuk memandu penatalaksanaan pasien dengan diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini untuk melihat korelasi antara tingkat gula darah plasma dengan tingkat HbA1c pada pasien diabetes mellitus. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Data didapatkan dari rekam medis pasien RSUP Sanglah dari Februari 2016 sampai Oktober 2016. Hasil penelitian mendapatkan korelasi yang signifikan antara gula darah plasma puasa dengan HbA1c dengan nilai korelasi(r) sebesar 0,603. Korelasi yang signifikan juga didapatkan antara gula darah plasma 2 jam postprandial dengan HbA1c dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,517. Dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi tingkat gula darah plasma berhubungan dengan semakin tinggi tingkat HbA1c, jika terdapat perbedaan maka bisa dijadikan sebagai dasar dalam evaluasi penatalaksanaan pada pasien. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Gula darah plasma, Gula darah Puasa, Gula darah 2 jam postprandial, HbA1c
{"title":"KORELASI KADAR GULA DARAH PLASMA DENGAN NILAI HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI","authors":"Benny Supono, I. W. Putu Sutirta Yasa","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i9.p18","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i9.p18","url":null,"abstract":"Peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus terjadi tiap tahun dan in terjadi di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara dengan jumlah pasien diabetes terbanyak. Indonesia menempati peringkat ke tujuh dengan jumlah 10 juta pasien diabetes mellitus di tahun 2015 dan diperkirakan akan tetap terjadi peningkatan jumlah pasien diabetes mellitus pada tiap tahunnya. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang beragam dari yang ringan sampai yang berat bila pasien tidak melakukan penatalaksanaan yang baik. Pemeriksaan gula darah plasma tidak cukup untuk memandu penatalaksanaan pada pasien karena tidak bisa memberikan gambaran dua sampai tiga bulan yang lalu sehingga diperlukan pemeriksaan HbA1c untuk memandu penatalaksanaan pasien dengan diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini untuk melihat korelasi antara tingkat gula darah plasma dengan tingkat HbA1c pada pasien diabetes mellitus. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Data didapatkan dari rekam medis pasien RSUP Sanglah dari Februari 2016 sampai Oktober 2016. Hasil penelitian mendapatkan korelasi yang signifikan antara gula darah plasma puasa dengan HbA1c dengan nilai korelasi(r) sebesar 0,603. Korelasi yang signifikan juga didapatkan antara gula darah plasma 2 jam postprandial dengan HbA1c dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,517. Dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi tingkat gula darah plasma berhubungan dengan semakin tinggi tingkat HbA1c, jika terdapat perbedaan maka bisa dijadikan sebagai dasar dalam evaluasi penatalaksanaan pada pasien. \u0000Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Gula darah plasma, Gula darah Puasa, Gula darah 2 jam postprandial, HbA1c","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48251606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i9.p02
Havea Pranata
ABSTRAK Pada fase remaja terjadi banyak perubahan, termasuk perubahan organ seksual dan hormonal yang mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Perubahan ini seringkali mendorong remaja untuk berperilaku seksual tidak aman apabila tidak mendapatkan perhatian, pendampingan dan pengawasan dari orang tua. Misalnya hubungan seksual usia dini/pranikah, penularan penyakit seksual, bahkan yang sering kita hadapi adalah masalah kehamilan pada usia muda. Salah satu upaya dalam menurunkan permasalahan ini yaitu dengan memberi pemahaman seksual yang baik melalui orang tua, lingkungan, media massa. Namun penyajian infomasi pada media massa yang terlalu cepat dan cenderung vulgar memerlukan perhatian. Maka perlunya pemberian pemahaman seksual yang baik pada remaja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemahaman mengenai seksualitas pada siswa-siswi SMA di Denpasar. Penelitian ini mengunakan rancangan deskriptif cross-sectional, melibatkan 100 responden yang dipilih dari siswa dan siswi SMA di Denpasar. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden itu sendiri pada satu waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69% responden memiliki pemahaman yang kurang baik mengenai informasi seksualitas. Sebanyak 97% reponden menggunakan internet sebagai salah satu sumber dalam mencari informasi yang berkaitan dengan seksual. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecenderungan siswa dan siswi SMA di Denpasar masih memiliki pemahaman yang kurang baik mengenai seksualitas dan sebagian besar menggunakan internet sebagai sumber informasi seksual. Diharapkan adanya intervensi berupa pendidikan seksualitas dari orang tua maupun di sekolah untuk meluruskan pemahaman seksualitas yang kurang di kalangan siswa-siswi SMA di Denpasar, Bali, sehingga dapa mengurangi dampak buruk yang merusak masa depan mereka.
{"title":"GAMBARAN TINGKAT PEMAHAMAN MENGENAI SEKSUALITAS DIKALANGAN SISWA-SISWI SMA DI DENPASAR","authors":"Havea Pranata","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i9.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i9.p02","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Pada fase remaja terjadi banyak perubahan, termasuk perubahan organ seksual dan hormonal yang mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Perubahan ini seringkali mendorong remaja untuk berperilaku seksual tidak aman apabila tidak mendapatkan perhatian, pendampingan dan pengawasan dari orang tua. Misalnya hubungan seksual usia dini/pranikah, penularan penyakit seksual, bahkan yang sering kita hadapi adalah masalah kehamilan pada usia muda. Salah satu upaya dalam menurunkan permasalahan ini yaitu dengan memberi pemahaman seksual yang baik melalui orang tua, lingkungan, media massa. Namun penyajian infomasi pada media massa yang terlalu cepat dan cenderung vulgar memerlukan perhatian. Maka perlunya pemberian pemahaman seksual yang baik pada remaja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemahaman mengenai seksualitas pada siswa-siswi SMA di Denpasar. Penelitian ini mengunakan rancangan deskriptif cross-sectional, melibatkan 100 responden yang dipilih dari siswa dan siswi SMA di Denpasar. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden itu sendiri pada satu waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69% responden memiliki pemahaman yang kurang baik mengenai informasi seksualitas. Sebanyak 97% reponden menggunakan internet sebagai salah satu sumber dalam mencari informasi yang berkaitan dengan seksual. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecenderungan siswa dan siswi SMA di Denpasar masih memiliki pemahaman yang kurang baik mengenai seksualitas dan sebagian besar menggunakan internet sebagai sumber informasi seksual. Diharapkan adanya intervensi berupa pendidikan seksualitas dari orang tua maupun di sekolah untuk meluruskan pemahaman seksualitas yang kurang di kalangan siswa-siswi SMA di Denpasar, Bali, sehingga dapa mengurangi dampak buruk yang merusak masa depan mereka.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41593208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i9.p03
Gede Wirya Kusuma Duarsa, Gede Wirya Diptanala Putra Duarsa, Pande Made Wisnu Tirtayasa
Pandemi COVID-19 telah membuat suatu gangguan pada sistem pelayanan kesehatan yang telah berjalan sekian lama. Hal ini bisa menjadi suatu hambatan namun dapat pula menjadi suatu tantangan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan pasien dengan batu saluran kemih. Penyakit batu saluran kemih dapat terjadi di sepanjang traktus urinarius contohnya di ginjal. Terdapat beberapa metode penanganan batu ginjal, salah satunya adalah dengan tindakan extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pandemi COVID-19 berdampak terhadap jumlah pelayanan ESWL di salah satu pelayanan kesehatan di Denpasar. Studi observasional deskriptif dilakukan di RS Surya Husadha Denpasar dengan menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis pasien yang dilakukan tindakan ESWL. Data dibagi menjadi dua grup yaitu data sebelum pandemi COVID-19 (November 2019 – Januari 2020) dan data saat pandemi COVID-19 berlangsung (Februari 2020 – Mei 2020). Total data yang dikumpulkan sebanyak 1109 kasus yaitu terdiri dari 499 kasus sebelum pandemi dan 610 kasus saat pandemi COVID-19. Rerata jumlah pasien yang dilakukan ESWL sebelum dan saat pandemi adalah 166,3 kasus/bulan dan 152,5 kasus/bulan. Terdapat penurunan rerata jumlah pasien yang dilakukan ESWL saat pandemi yaitu sebanyak 8,2% dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Sebagian besar kasus adalah berjenis kelamin laki-laki pada kedua grup dan kelompok umur terbanyak pada kedua grup adalah kelompok umur >50 tahun. Penurunan angka tindakan ESWL saat pandemi pada studi ini dilatarbelakangi oleh faktor pada pelayanan kesehatan dan faktor dari pasien sendiri. Prioritas utama diberikan kepada pasien batu saluran kemih dengan potensi risiko yang lebih besar.
{"title":"DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA PELAYANAN EXTRACORPOREAL SHOCK WAVE LITHOTRIPSY (ESWL) DI RS SURYA HUSADHA DENPASAR","authors":"Gede Wirya Kusuma Duarsa, Gede Wirya Diptanala Putra Duarsa, Pande Made Wisnu Tirtayasa","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i9.p03","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i9.p03","url":null,"abstract":"Pandemi COVID-19 telah membuat suatu gangguan pada sistem pelayanan kesehatan yang telah berjalan sekian lama. Hal ini bisa menjadi suatu hambatan namun dapat pula menjadi suatu tantangan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan pasien dengan batu saluran kemih. Penyakit batu saluran kemih dapat terjadi di sepanjang traktus urinarius contohnya di ginjal. Terdapat beberapa metode penanganan batu ginjal, salah satunya adalah dengan tindakan extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pandemi COVID-19 berdampak terhadap jumlah pelayanan ESWL di salah satu pelayanan kesehatan di Denpasar. Studi observasional deskriptif dilakukan di RS Surya Husadha Denpasar dengan menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis pasien yang dilakukan tindakan ESWL. Data dibagi menjadi dua grup yaitu data sebelum pandemi COVID-19 (November 2019 – Januari 2020) dan data saat pandemi COVID-19 berlangsung (Februari 2020 – Mei 2020). Total data yang dikumpulkan sebanyak 1109 kasus yaitu terdiri dari 499 kasus sebelum pandemi dan 610 kasus saat pandemi COVID-19. Rerata jumlah pasien yang dilakukan ESWL sebelum dan saat pandemi adalah 166,3 kasus/bulan dan 152,5 kasus/bulan. Terdapat penurunan rerata jumlah pasien yang dilakukan ESWL saat pandemi yaitu sebanyak 8,2% dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Sebagian besar kasus adalah berjenis kelamin laki-laki pada kedua grup dan kelompok umur terbanyak pada kedua grup adalah kelompok umur >50 tahun. Penurunan angka tindakan ESWL saat pandemi pada studi ini dilatarbelakangi oleh faktor pada pelayanan kesehatan dan faktor dari pasien sendiri. Prioritas utama diberikan kepada pasien batu saluran kemih dengan potensi risiko yang lebih besar.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43772462","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-15DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i9.p01
Ni Made Widya Juliati, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Putu Cintya Denny Yuliyatni
Latar Belakang dan Tujuan : Rendahnya angka pencapaian standar pelayanan minimal di RSUD Badung dan tidak tercapainya target standard pelayanan minimal (SPM) yang telah ditetapkan menunjukkan beberapa permasalahan. Motivasi, kinerja dan kepuasan kerja yang rendah dapat mempengaruhi target tercapainya komitmen dalam pencapaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan di IGD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik, kepuasan kerja, motivasi perawat dan dokter dengan komitmen pencapaian standard pelayanan minimal di IGD Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan 59 sampel yaitu seluruh tenaga kesehatan di IGD, dengan instrument penelitian berupa kuesioner dengan metode angket. Selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dengan chi-square menggunakan nilai P dengan tingkat kesalahan 5% atau sebesar 0,05, analisis multivariat dengan regresi logistik yang disertakan dalam uji multivariat dengan nilai p<0,25. Hasil: Analisis univariat pada variabel komitmen pencapaian SPM ditemukan 61% responden tidak mempunyai komitmen Pada analisis bivariat tenaga kesehatan yang mempunyai komitmen lebih banyak dijumpai pada tenaga kesehatan umur 36-45 tahun, jenis kelamin laki – laki, pendidikan sarjana, masa kerja lebih dari 5 tahun, status perkawinan menikah, dan penghasilan > 2,5 juta. Variabel yang paling dominan adalah Jenis kelamin dengan nilai OR 0,187 (95%IK = 0,043 - 0,805). Simpulan: Secara umum, dengan rendahnya komitmen pencapaian SPM khususnya pada tenaga kesehatan berjenis kelamin perempuan, perlu menjadi perhatian pihak rumah sakit. Manajemen rumah sakit diharapkan dapat menyeimbangkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam rekrutmen tenaga kesehatan serta memeberikan kompensasi rutin apabila target tercapai, memperjelas aturan dan kebijakan serta mensosialisaikannya. Kata kunci: Kepuasan Kerja, Motivasi, Komitmen, Komitmen Standar Pelayanan Minimal
{"title":"HUBUNGAN KARAKTERISTIK, KEPUASAN KERJA, MOTIVASI PERAWAT DAN DOKTER DENGAN KOMITMEN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA","authors":"Ni Made Widya Juliati, Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Putu Cintya Denny Yuliyatni","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i9.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i9.p01","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan : Rendahnya angka pencapaian standar pelayanan minimal di RSUD Badung dan tidak tercapainya target standard pelayanan minimal (SPM) yang telah ditetapkan menunjukkan beberapa permasalahan. Motivasi, kinerja dan kepuasan kerja yang rendah dapat mempengaruhi target tercapainya komitmen dalam pencapaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan di IGD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik, kepuasan kerja, motivasi perawat dan dokter dengan komitmen pencapaian standard pelayanan minimal di IGD \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan 59 sampel yaitu seluruh tenaga kesehatan di IGD, dengan instrument penelitian berupa kuesioner dengan metode angket. Selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dengan chi-square menggunakan nilai P dengan tingkat kesalahan 5% atau sebesar 0,05, analisis multivariat dengan regresi logistik yang disertakan dalam uji multivariat dengan nilai p<0,25. \u0000Hasil: Analisis univariat pada variabel komitmen pencapaian SPM ditemukan 61% responden tidak mempunyai komitmen Pada analisis bivariat tenaga kesehatan yang mempunyai komitmen lebih banyak dijumpai pada tenaga kesehatan umur 36-45 tahun, jenis kelamin laki – laki, pendidikan sarjana, masa kerja lebih dari 5 tahun, status perkawinan menikah, dan penghasilan > 2,5 juta. Variabel yang paling dominan adalah Jenis kelamin dengan nilai OR 0,187 (95%IK = 0,043 - 0,805). \u0000Simpulan: Secara umum, dengan rendahnya komitmen pencapaian SPM khususnya pada tenaga kesehatan berjenis kelamin perempuan, perlu menjadi perhatian pihak rumah sakit. Manajemen rumah sakit diharapkan dapat menyeimbangkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam rekrutmen tenaga kesehatan serta memeberikan kompensasi rutin apabila target tercapai, memperjelas aturan dan kebijakan serta mensosialisaikannya. \u0000 \u0000Kata kunci: Kepuasan Kerja, Motivasi, Komitmen, Komitmen Standar Pelayanan Minimal","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45315643","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-14DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i9.p17
Made Priska Arya Agustini, I. Suyasa, I. W. S. Dusak, A. A. G. Y. Asmara
Fraktur intertrokanter merupakan fraktur yang terjadi di antara trokanter mayor dan trokanter minor. Diperkirakan angka kejadian fraktur intertrokanter meningkat setiap tahunnya. Namun, data mengenai fraktur intertokanter di Indonesia khususnya di Denpasar masih sulit ditemukan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik fraktur intertrokanter femur di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan teknik penentuan sampel adalah total sampling. Data yang didapat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi adalah 60 data yang kemudian dianalisis dengan SPSS versi 25. Penelitian ini menujukkan 66,7% pasien adalah perempuan. Sebagian besar pasien berusia di atas 65 tahun (73,3%). Mekanisme trauma terbanyak adalah low energy trauma (86,7%). Jenis fraktur intertrokanter yang banyak ditemukan adalah Boyd dan Griffin (BG) Tipe II (61,7%). Semua pasien dilakukan pembedahan dengan jenis prosedur terbanyak adalah proximal femoral nail anti rotation atau PFNA (45%). Mayoritas pasien menunggu lebih dari dua hari untuk operasi (90%). Sebagian besar karakteristik pasien fraktur intertrokanter di RSUP Sanglah adalah perempuan, usia > 65 tahun, mekanisme penyebab cedera adalah low energy trauma, jenis fraktur BG Tipe II, pembedahan dilakukan dengan prosedur PFNA, dan waktu tunggu operasi > 2 hari.
{"title":"Gambaran Karakteristik Fraktur Intertrokanter Femur di RSUP Sanglah Denpasar Periode 1 Januari 2019 - 31 Desember 2019","authors":"Made Priska Arya Agustini, I. Suyasa, I. W. S. Dusak, A. A. G. Y. Asmara","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i9.p17","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i9.p17","url":null,"abstract":"Fraktur intertrokanter merupakan fraktur yang terjadi di antara trokanter mayor dan trokanter minor. Diperkirakan angka kejadian fraktur intertrokanter meningkat setiap tahunnya. Namun, data mengenai fraktur intertokanter di Indonesia khususnya di Denpasar masih sulit ditemukan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik fraktur intertrokanter femur di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis dan teknik penentuan sampel adalah total sampling. Data yang didapat sesuai kriteria inklusi dan eksklusi adalah 60 data yang kemudian dianalisis dengan SPSS versi 25. Penelitian ini menujukkan 66,7% pasien adalah perempuan. Sebagian besar pasien berusia di atas 65 tahun (73,3%). Mekanisme trauma terbanyak adalah low energy trauma (86,7%). Jenis fraktur intertrokanter yang banyak ditemukan adalah Boyd dan Griffin (BG) Tipe II (61,7%). Semua pasien dilakukan pembedahan dengan jenis prosedur terbanyak adalah proximal femoral nail anti rotation atau PFNA (45%). Mayoritas pasien menunggu lebih dari dua hari untuk operasi (90%). Sebagian besar karakteristik pasien fraktur intertrokanter di RSUP Sanglah adalah perempuan, usia > 65 tahun, mekanisme penyebab cedera adalah low energy trauma, jenis fraktur BG Tipe II, pembedahan dilakukan dengan prosedur PFNA, dan waktu tunggu operasi > 2 hari.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42594625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p07
Arekcsueng Hutahaean, Nur Qodir, Mariatul Fadilah, Mulawan Umar, E. Roflin
Breast cancer is a multifactorial disease. Most of the breast cancer risk factors are hormonal risk factors that associated with the length of exposure to estrogen hormone. This study is aimed to know the description of hormonal risk factors of breast cancer patients in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study is a descriptive-observational study with cross-sectional design. Samples in this study are medical records of breast cancer patients in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang during January 2019 – August 2020 that meet the inclusion and exclusion criteria. In this study, 97 breast cancer patients were included as participant. Most of the participants had menarche at the age of 12 – 14 (72.2%), menopause at the age of 45 – 54 (38.1%), first pregnancy at the age of 20 – 29 (48.5%), parity ? 3 times (46.4%), breastfed (76.3%), used hormonal contraception (71.1%), not used any menopausal hormone (96.9%), not consumed alcohol (100%) and normal nutritional status (56.7%).
癌症是一种多因素疾病。大多数乳腺癌症风险因素是与雌激素暴露时间相关的激素风险因素。本研究旨在了解RSUP Mohammad Hoesin Palembang博士对癌症乳腺癌患者激素危险因素的描述。本研究是一项横断面设计的描述性观察性研究。本研究中的样本是RSUP Mohammad Hoesin Palembang博士在2019年1月至2020年8月期间符合纳入和排除标准的癌症乳腺癌患者的医疗记录。在这项研究中,97名癌症患者被纳入研究对象。大多数参与者在12-14岁时出现月经初潮(72.2%),在45-54岁时出现更年期(38.1%),在20-29岁时首次怀孕(48.5%),产次?3次(46.4%),母乳喂养(76.3%),使用激素避孕(71.1%),未使用任何更年期激素(96.9%),未饮酒(100%),营养状况正常(56.7%)。
{"title":"The Description of Hormonal Risk Factors of Breast Cancer Patients in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang","authors":"Arekcsueng Hutahaean, Nur Qodir, Mariatul Fadilah, Mulawan Umar, E. Roflin","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p07","url":null,"abstract":"Breast cancer is a multifactorial disease. Most of the breast cancer risk factors are hormonal risk factors that associated with the length of exposure to estrogen hormone. This study is aimed to know the description of hormonal risk factors of breast cancer patients in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study is a descriptive-observational study with cross-sectional design. Samples in this study are medical records of breast cancer patients in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang during January 2019 – August 2020 that meet the inclusion and exclusion criteria. In this study, 97 breast cancer patients were included as participant. Most of the participants had menarche at the age of 12 – 14 (72.2%), menopause at the age of 45 – 54 (38.1%), first pregnancy at the age of 20 – 29 (48.5%), parity ? 3 times (46.4%), breastfed (76.3%), used hormonal contraception (71.1%), not used any menopausal hormone (96.9%), not consumed alcohol (100%) and normal nutritional status (56.7%). \u0000 ","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44962372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p05
Anggita Putri Samara, Festi Artika Sari, Della Anastasia Candra, M. Shodiq, Adil Jihad Muhammad, Arfina Prihatini, Atika Atika
Background: The prevalence of anemia in pregnant women in the world is still high. WHO recommends consuming iron tablets of 60-120 mg/day. But, there are side effects such as nausea and vomiting, which cause low levels of adherence. Iron supplements may be consumed daily or weekly. Objective: to analyze the significance of the effect of the frequency of iron tablet administration on increasing hemoglobin levels in pregnant women. Methods: This study used an observational analytic design with a systematic review method based on several randomized controlled trials. The research literature search criteria used the PICO method. The results of the correlation between the increase in hemoglobin levels before and after giving iron tablets daily or weekly in pregnant women were summarized based on the p-value, Standard Mean Difference, meta regression, and 95% CI (confidence interval) which were used to evaluate the results of the relationship between the frequency of giving iron tablets with increased hemoglobin levels in pregnant women. The data was processed with Review Manager software ver 5.4.1. Results: This study uses a collection of research with searches on google scholar, science direct and pubmed. There were 8 studies that were selected. Statistical analysis obtained Standard Mean Difference 0.28 (0.06-0.49) with 95% CI (p <0.05) and meta regression was performed on daily and weekly administration with p value 0.15. Conclusion: There was no significant difference between the frequency of daily and weekly administration (p> 0.05). However, the increase in hemoglobin on the daily administration was more significant than the weekly one. Keywords : Iron supplementation, Pregnant women, Frequency.
背景:在世界范围内,孕妇贫血的患病率仍然很高。世卫组织建议每天摄入60-120毫克的铁片。但是,有副作用,如恶心和呕吐,这导致低水平的坚持。铁补充剂可以每天或每周服用。目的:分析铁片给药频率对孕妇血红蛋白升高的影响。方法:本研究采用观察性分析设计,采用系统评价法,纳入若干随机对照试验。研究文献检索标准采用PICO方法。根据p值、标准均值差、meta回归和95% CI(置信区间)评价孕妇服用铁片频率与血红蛋白水平升高的关系,总结孕妇每日或每周服用铁片前后血红蛋白水平升高的相关性结果。使用Review Manager软件5.4.1版本处理数据。结果:本研究使用了b谷歌scholar, science direct和pubmed上搜索的研究集合。一共选择了8项研究。统计分析得到标准均差0.28 (0.06-0.49),95% CI (p 0.05)。然而,每日给药时血红蛋白的增加比每周给药时更显著。关键词:补铁孕妇频率
{"title":"DAILY VERSUS WEEKLY IRON SUPPLEMENTATION ON PREGNANCY WITH HEMOGLOBIN LEVELS RELATIONSHIP: A SYSTEMATIC REVIEW AND META-ANALYSIS","authors":"Anggita Putri Samara, Festi Artika Sari, Della Anastasia Candra, M. Shodiq, Adil Jihad Muhammad, Arfina Prihatini, Atika Atika","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p05","url":null,"abstract":"Background: The prevalence of anemia in pregnant women in the world is still high. WHO recommends consuming iron tablets of 60-120 mg/day. But, there are side effects such as nausea and vomiting, which cause low levels of adherence. Iron supplements may be consumed daily or weekly. Objective: to analyze the significance of the effect of the frequency of iron tablet administration on increasing hemoglobin levels in pregnant women. Methods: This study used an observational analytic design with a systematic review method based on several randomized controlled trials. The research literature search criteria used the PICO method. The results of the correlation between the increase in hemoglobin levels before and after giving iron tablets daily or weekly in pregnant women were summarized based on the p-value, Standard Mean Difference, meta regression, and 95% CI (confidence interval) which were used to evaluate the results of the relationship between the frequency of giving iron tablets with increased hemoglobin levels in pregnant women. The data was processed with Review Manager software ver 5.4.1. Results: This study uses a collection of research with searches on google scholar, science direct and pubmed. There were 8 studies that were selected. Statistical analysis obtained Standard Mean Difference 0.28 (0.06-0.49) with 95% CI (p <0.05) and meta regression was performed on daily and weekly administration with p value 0.15. Conclusion: There was no significant difference between the frequency of daily and weekly administration (p> 0.05). However, the increase in hemoglobin on the daily administration was more significant than the weekly one. \u0000Keywords : Iron supplementation, Pregnant women, Frequency.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43402496","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p06
Nicolas Xavier Ongko
Triple Negative Breast Cancer (TNBC) merupakan subtipe karsinoma payudara yang agresif yang bersifat paradoks. Sebagian TNBC memiliki respon klinis kemoterapi baik namun TNBC dengan sisa jaringan tumor paska kemoterapi neoadjuvan memiliki prognosis lebih buruk. Signal androgen dimana ekspresi AR melalui jalur genomik maupun jalur pengikatan dengan promoter G-Protein-Coupled Estrogen Receptor (GPER) menyebabkan terjadinya proliferasi dan pertumbuhan sel. Teraktivasinya jalur ini tercermin dari tingginya ekspresi AR secara imunohistokimia. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa overekspresi AR merupakan faktor prediktif respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif pada TNBC.Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan rancangan penelitian kasus-kontrol tidak berpasangan. Sampel penelitian adalah pasien TNBC, 23 pasien dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan positif sebagai kontrol dan 23 pasien dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif sebagai kasus. Data diperoleh dari hasil biopsi yang diperiksakan secara histopatologi dan imunohistokimia ER, PR, HER2 di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah dan rumah sakit lainnya di Denpasar, dari Januari 2015 sampai Desember 2020. Kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia AR. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi square, kemudian didapatkan Odds Ratio (OR) dengan kemaknaan pada p < 0,05. Pada penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan antara ekspresi AR dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan (OR = 4,4, IK 95% = 1,26-15,41, p = 0,017). Dari penelitian ini didapatkan pasien TNBC dengan overekspresi AR memiliki kemungkinan menunjukkan respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif 4,4 kali lebih tinggi dibandingkan pasien TNBC yang tidak menunjukkan overekspresi AR. Pemeriksaan ekspresi AR penting dilakukan untuk menentukan faktor prediktif terhadap respon klinis kemoterapi neoadjuvant dan faktor prognostik serta dapat dipertimbangkan penggunaan AR inhibitor sebagai terapi target pada TNBC.
{"title":"Overekspresi Androgen Receptor (AR) sebagai Faktor Prediktif Respon Klinis Kemoterapi Neoadjuvan Negatif pada Triple Negative Breast Cancer","authors":"Nicolas Xavier Ongko","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p06","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p06","url":null,"abstract":"Triple Negative Breast Cancer (TNBC) merupakan subtipe karsinoma payudara yang agresif yang bersifat paradoks. Sebagian TNBC memiliki respon klinis kemoterapi baik namun TNBC dengan sisa jaringan tumor paska kemoterapi neoadjuvan memiliki prognosis lebih buruk. Signal androgen dimana ekspresi AR melalui jalur genomik maupun jalur pengikatan dengan promoter G-Protein-Coupled Estrogen Receptor (GPER) menyebabkan terjadinya proliferasi dan pertumbuhan sel. Teraktivasinya jalur ini tercermin dari tingginya ekspresi AR secara imunohistokimia. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa overekspresi AR merupakan faktor prediktif respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif pada TNBC.Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan rancangan penelitian kasus-kontrol tidak berpasangan. Sampel penelitian adalah pasien TNBC, 23 pasien dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan positif sebagai kontrol dan 23 pasien dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif sebagai kasus. Data diperoleh dari hasil biopsi yang diperiksakan secara histopatologi dan imunohistokimia ER, PR, HER2 di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah dan rumah sakit lainnya di Denpasar, dari Januari 2015 sampai Desember 2020. Kemudian dilakukan pulasan imunohistokimia AR. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi square, kemudian didapatkan Odds Ratio (OR) dengan kemaknaan pada p < 0,05. Pada penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan antara ekspresi AR dengan respon klinis kemoterapi neoadjuvan (OR = 4,4, IK 95% = 1,26-15,41, p = 0,017). Dari penelitian ini didapatkan pasien TNBC dengan overekspresi AR memiliki kemungkinan menunjukkan respon klinis kemoterapi neoadjuvan negatif 4,4 kali lebih tinggi dibandingkan pasien TNBC yang tidak menunjukkan overekspresi AR. \u0000Pemeriksaan ekspresi AR penting dilakukan untuk menentukan faktor prediktif terhadap respon klinis kemoterapi neoadjuvant dan faktor prognostik serta dapat dipertimbangkan penggunaan AR inhibitor sebagai terapi target pada TNBC.","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49465914","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p16
Isabella Soerjanto Putri, Ida Bagus, Yorky Brahmantya, I. Made, Pande Dwipayana, Made Ratna Saraswati, Ady Wirawan
ABSTRAK Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit dengan jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahun. Penyebab utama kematian dan kecacatan pada pasien diabetes adalah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan tingginya risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes, WHO telah membuat grafik penilaian risiko penyakit kardiovaskular untuk memprediksi penyakit kardiovaskular yang kemungkinan dapat terjadi dalam sepuluh tahun mendatang. Penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran tingkat risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 ini dilakukan di Puskesmas yang tersebar di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan rancangan studi potong lintang. Puskesmas dipilih secara acak menggunakan cluster random sampling. Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 94 responden dari tujuh Puskesmas. Reponden penelitian ini merupakan pasien yang terdiagnosis diabetes. Penilaian tingkat risiko penyakit kardiovaskular menggunakan WHO/ISH risk prediction chart. Data yang diperlukan diperoleh menggunakan wawancara dan pengukuran. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dalam sepuluh tahun ke depan, sebagian besar responden memiliki risiko rendah penyakit kardiovaskular dengan jumlah 66%, risiko tinggi dengan jumlah 21,3%, dan sedang dengan jumlah 12,8%. Sebagian besar responden memiliki risiko rendah mengalami kejadian fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular. Kata Kunci: Risiko Penyakit Kardiovaskular, Diabetes Melitus
{"title":"GAMBARAN TINGKAT RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR","authors":"Isabella Soerjanto Putri, Ida Bagus, Yorky Brahmantya, I. Made, Pande Dwipayana, Made Ratna Saraswati, Ady Wirawan","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p16","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p16","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000 \u0000Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit dengan jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahun. Penyebab utama kematian dan kecacatan pada pasien diabetes adalah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan tingginya risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes, WHO telah membuat grafik penilaian risiko penyakit kardiovaskular untuk memprediksi penyakit kardiovaskular yang kemungkinan dapat terjadi dalam sepuluh tahun mendatang. Penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran tingkat risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 ini dilakukan di Puskesmas yang tersebar di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan rancangan studi potong lintang. Puskesmas dipilih secara acak menggunakan cluster random sampling. Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 94 responden dari tujuh Puskesmas. Reponden penelitian ini merupakan pasien yang terdiagnosis diabetes. Penilaian tingkat risiko penyakit kardiovaskular menggunakan WHO/ISH risk prediction chart. Data yang diperlukan diperoleh menggunakan wawancara dan pengukuran. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dalam sepuluh tahun ke depan, sebagian besar responden memiliki risiko rendah penyakit kardiovaskular dengan jumlah 66%, risiko tinggi dengan jumlah 21,3%, dan sedang dengan jumlah 12,8%. Sebagian besar responden memiliki risiko rendah mengalami kejadian fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular. \u0000Kata Kunci: Risiko Penyakit Kardiovaskular, Diabetes Melitus \u0000 \u0000","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45430113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24843/mu.2021.v10.i8.p09
Hilda Santosa
Karsinoma Tiroid Papiler (KTP) merupakan keganasan tiroid tersering di seluruh dunia. Sebagian besar KTP memiliki prognosis baik, sekitar 10% kasus menunjukkan gambaran klinikopatologis agresif, dan sebagian terkait mutasi promoter Telomerase Reverse Transcriptase (TERT). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan hubungan antara ekspresi TERT dengan berbagai parameter klinikopatologis agresivitas KTP klasik di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik potong lintang. Sampel adalah semua penderita KTP klasik yang dilakukan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah tahun 2017-2019 dengan besar sampel 43. Ekspresi TERT dinilai dengan pemeriksaan imunohistokimia, interpretasi menggunakan H-score. Hubungan ekspresi TERT dinilai pada parameter agresivitas, usia, ukuran tumor, perluasan ekstratiroid, LVI, metastasis KGB regional,. Dianalisis dengan uji Chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara ekspresi TERT dengan agresivitas KTP klasik (p=0,041). Terdapat hubungan yang signifikan pula antara ekspresi TERT dengan parameter perluasan ekstratiroid (p=0,010), dan metastasis KGB (p=0,036), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan parameter usia (p=0,202), ukuran tumor (p=0,780), dan LVI (p=0,137). KTP klasik dengan ekspresi TERT tinggi memiliki kemungkinan 1,84 kali lebih besar untuk perluasan ekstratiroid, 2,36 kali lebih besar untuk metastasis KGB, dan 2,53 kali lebih besar untuk menjadi agresif. Sebagai simpulan, terdapat hubungan antara ekspresi TERT dengan agresivitas KTP klasik parameter perluasan ekstratiroid dan metastasis KGB regional. Diharapkan pemeriksaan TERT dipertimbangkan untuk dikerjakan rutin pada KTP klasik disamping dari penilaian faktor-faktor agresivitas klinikopatologi, serta sebagai salah satu penanda prognosis buruk pada KTP klasik dalam memprediksi risiko kekambuhan.Kata kunci : TERT, Karsinoma Tiroid Papiler Klasik, Agresivitas, IHK, Klinikopatologis
{"title":"HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI TELOMERASE REVERSE TRANSCRIPTASE (TERT) DENGAN BERBAGAI PARAMETER KLINIKOPATOLOGIS AGRESIVITAS KARSINOMA TIROID PAPILER KLASIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR","authors":"Hilda Santosa","doi":"10.24843/mu.2021.v10.i8.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i8.p09","url":null,"abstract":"Karsinoma Tiroid Papiler (KTP) merupakan keganasan tiroid tersering di seluruh dunia. Sebagian besar KTP memiliki prognosis baik, sekitar 10% kasus menunjukkan gambaran klinikopatologis agresif, dan sebagian terkait mutasi promoter Telomerase Reverse Transcriptase (TERT). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan hubungan antara ekspresi TERT dengan berbagai parameter klinikopatologis agresivitas KTP klasik di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik potong lintang. Sampel adalah semua penderita KTP klasik yang dilakukan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah tahun 2017-2019 dengan besar sampel 43. Ekspresi TERT dinilai dengan pemeriksaan imunohistokimia, interpretasi menggunakan H-score. Hubungan ekspresi TERT dinilai pada parameter agresivitas, usia, ukuran tumor, perluasan ekstratiroid, LVI, metastasis KGB regional,. Dianalisis dengan uji Chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara ekspresi TERT dengan agresivitas KTP klasik (p=0,041). Terdapat hubungan yang signifikan pula antara ekspresi TERT dengan parameter perluasan ekstratiroid (p=0,010), dan metastasis KGB (p=0,036), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan parameter usia (p=0,202), ukuran tumor (p=0,780), dan LVI (p=0,137). KTP klasik dengan ekspresi TERT tinggi memiliki kemungkinan 1,84 kali lebih besar untuk perluasan ekstratiroid, 2,36 kali lebih besar untuk metastasis KGB, dan 2,53 kali lebih besar untuk menjadi agresif. Sebagai simpulan, terdapat hubungan antara ekspresi TERT dengan agresivitas KTP klasik parameter perluasan ekstratiroid dan metastasis KGB regional. Diharapkan pemeriksaan TERT dipertimbangkan untuk dikerjakan rutin pada KTP klasik disamping dari penilaian faktor-faktor agresivitas klinikopatologi, serta sebagai salah satu penanda prognosis buruk pada KTP klasik dalam memprediksi risiko kekambuhan.Kata kunci : TERT, Karsinoma Tiroid Papiler Klasik, Agresivitas, IHK, Klinikopatologis","PeriodicalId":30767,"journal":{"name":"eJurnal Medika Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45785799","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}