Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.23581
Berliana Berliana, N. Nelwida, N. Nurhayati
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum yang mengandung black garlic terhadap performa ayam broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur sehari (DOC) sebanyak 200 ekor dari strain New Lohman MB 202, tepung black garlic, tepung kunyit, ransum komersial nonantibiotic produksi Japfa Comfeed serta 20 unit kandang beserta perlengkapannya. Ayam broiler dibagi dalam 5 perlakuan dengan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Perlakuan yang diberikan adalah P0= 100% ransum komersial tanpa antibiotik, P1= P0+3% black garlic, P2=P1+0.5% tepung kunyit, P3=P1+1.0 tepung kunyit dan P4= P1+1.5% tepung kunyit sedangkan untuk periode akhir semua ayam pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 hanya diberikan ransum komersil yang mengandung black garlic. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan morfometrik usus halus. Pengaruh yang nyata perlakuan terhadap peubah yang diamati dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung black garlic berpengaruh tidak nyata (P0.05) terhadap semua peubah yang diamati. Disimpulkan bahwa penambahan tepung kunyit sampai 1.5% dalam ransum yang mengandung black garlic pada fase awal tidak dapat digunakan untuk meningkatkan performa ayam broiler. (The use of turmeric flour (Curcuma domestica) in rations containing black garlic on broiler chicken performance) ABSTRAK. This study aims to determine the effect of using turmeric flour (Curcuma domestica) in rations containing black garlic on broiler performance. The material used was 200 DOC broilers, which were divided into 5 treatments with 4 replications where each replication consisted of 10 chickens. Treatment consisted of P0 = 100% commercial ration without antibiotics, P1=P0+3% black garlic, P2=P1+0.5% turmeric flour, P3=P1+1.0 turmeric flour, and P4= P1+1.5% turmeric flour. These treatments were offered during the starter phase. During the finishing period, all chickens groups P1, P2, P3 and P4 were fed rations containing 100% commercial feed and 3% of black garlic. This study was designed using a completely randomized design (CRD), if there is an effect on the treatment, it will be further tested with Duncan's test. The observed variables were ration consumption, body weight gain, ration conversion, carcass weight, and small intestine morphometrics. The results of the analysis of variance showed that the use of turmeric flour in rations containing black garlic had no significant effect (P0.05) on all observed variables. It is concluded that the addition of turmeric flour up to 1.5% in the ration containing black garlic during the starter phase had not been able to improve the performance of broiler chickens.
{"title":"Penggunaan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum yang Mengandung Black Garlic terhadap Performa Ayam Broiler","authors":"Berliana Berliana, N. Nelwida, N. Nurhayati","doi":"10.17969/agripet.v22i1.23581","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.23581","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kunyit (Curcuma domestica) dalam ransum yang mengandung black garlic terhadap performa ayam broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur sehari (DOC) sebanyak 200 ekor dari strain New Lohman MB 202, tepung black garlic, tepung kunyit, ransum komersial nonantibiotic produksi Japfa Comfeed serta 20 unit kandang beserta perlengkapannya. Ayam broiler dibagi dalam 5 perlakuan dengan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Perlakuan yang diberikan adalah P0= 100% ransum komersial tanpa antibiotik, P1= P0+3% black garlic, P2=P1+0.5% tepung kunyit, P3=P1+1.0 tepung kunyit dan P4= P1+1.5% tepung kunyit sedangkan untuk periode akhir semua ayam pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 hanya diberikan ransum komersil yang mengandung black garlic. Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan morfometrik usus halus. Pengaruh yang nyata perlakuan terhadap peubah yang diamati dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung kunyit dalam ransum yang mengandung black garlic berpengaruh tidak nyata (P0.05) terhadap semua peubah yang diamati. Disimpulkan bahwa penambahan tepung kunyit sampai 1.5% dalam ransum yang mengandung black garlic pada fase awal tidak dapat digunakan untuk meningkatkan performa ayam broiler. (The use of turmeric flour (Curcuma domestica) in rations containing black garlic on broiler chicken performance) ABSTRAK. This study aims to determine the effect of using turmeric flour (Curcuma domestica) in rations containing black garlic on broiler performance. The material used was 200 DOC broilers, which were divided into 5 treatments with 4 replications where each replication consisted of 10 chickens. Treatment consisted of P0 = 100% commercial ration without antibiotics, P1=P0+3% black garlic, P2=P1+0.5% turmeric flour, P3=P1+1.0 turmeric flour, and P4= P1+1.5% turmeric flour. These treatments were offered during the starter phase. During the finishing period, all chickens groups P1, P2, P3 and P4 were fed rations containing 100% commercial feed and 3% of black garlic. This study was designed using a completely randomized design (CRD), if there is an effect on the treatment, it will be further tested with Duncan's test. The observed variables were ration consumption, body weight gain, ration conversion, carcass weight, and small intestine morphometrics. The results of the analysis of variance showed that the use of turmeric flour in rations containing black garlic had no significant effect (P0.05) on all observed variables. It is concluded that the addition of turmeric flour up to 1.5% in the ration containing black garlic during the starter phase had not been able to improve the performance of broiler chickens. ","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49472617","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.22134
Yuliani Aisyah, Dewi Yunita, Audia Amanda, Murna Muzaifa, Irfan Irfan
ABSTRACT. Minyak pala (Myristica fragrans Houtt) telah diketahui memiliki kemampuan antimikroba. Komponen dominan di dalam minyak pala adalah α-pinene dan sabinene. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi bakteri patogen. Oleh karena itu, bioaditif seperti minyak pala diperlukan agar daging sapi tidak mudah rusak dan terhindar dari cemaran bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan antimikroba minyak pala (Myristica fragrans Houtt) dan komponen dominan (memiliki persentase tinggi) di dalam minyak pala (α-pinene dan sabinene) terhadap kualitas daging sapi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu jenis bioaditif (minyak pala, α-pinene, sabinene, dan campuran α-pinene + sabinene) dan lama penyimpanan (1 hari dan 7 hari). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabinene memiliki nilai TPC lebih tinggi yaitu 4,19 Log CFU/g pada lama penyimpanan 7 hari, dibandingkan dengan daging sapi yang direndam dengan α-pinene memiliki nilai TPC 3,19 Log CFU/g dan 3,55 Log CFU/g untuk minyak pala. Daging sapi yang direndam dengan menggunakan α-pinene dan minyak pala serta disimpan selama 7 hari, dapat menekan pertumbuhan Salmonella sp menjadi negatif, namun belum bisa menekan pertumbuhan bakteri patogen Coliform, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus di bawah jumlah yang telah ditetapkan SNI 3932:2008. Secara organoleptik, daging sapi yang direndam menggunakan α-pinene memiliki aroma khas daging dan masih dapat mempertahankan warna kemerahan daging sapi. Bioaditif α-pinene dan minyak pala berpotensi untuk dikembangkan menjadi bioaditif alami pada daging sapi. (Application of nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt) and its major components (α-pinene and sabinene) as Bio-additives in Beef) ABSTRAK. Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt) has been known to have antimicrobial properties. The major components in nutmeg oil are α-pinene and sabinene. The addition of nutmeg oil in beef could protect beef from bacterial contamination. This study aims to determine the antimicrobial properties of nutmeg oil (Myristica fragrans Houtt) and its major components (α-pinene and sabinene) on beef quality. This study used a factorial Randomized Block Design consisting of two factors namely the types of bio-additives (nutmeg oil, α -pinene, sabinene, and a mixture of α-pinene and sabinene) and storage time (1 day and 7 days). The data was analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and the Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that sabinene had a higher TPC value of 4.19 Log CFU/g at 7 days of storage than α-pinene having TPC value of 3.19 Log CFU/g and 3.55 Log CFU/g for nutmeg oil. In addition, beef soaked using α-pinene and nutmeg oil and stored for 7 days, can suppress the growth of Salmonella sp to neg
{"title":"Aplikasi Minyak Atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt) dan Komponennya (α-pinene dan sabinene) sebagai Bioaditif pada Daging Sapi","authors":"Yuliani Aisyah, Dewi Yunita, Audia Amanda, Murna Muzaifa, Irfan Irfan","doi":"10.17969/agripet.v22i1.22134","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.22134","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Minyak pala (Myristica fragrans Houtt) telah diketahui memiliki kemampuan antimikroba. Komponen dominan di dalam minyak pala adalah α-pinene dan sabinene. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi bakteri patogen. Oleh karena itu, bioaditif seperti minyak pala diperlukan agar daging sapi tidak mudah rusak dan terhindar dari cemaran bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan antimikroba minyak pala (Myristica fragrans Houtt) dan komponen dominan (memiliki persentase tinggi) di dalam minyak pala (α-pinene dan sabinene) terhadap kualitas daging sapi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu jenis bioaditif (minyak pala, α-pinene, sabinene, dan campuran α-pinene + sabinene) dan lama penyimpanan (1 hari dan 7 hari). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabinene memiliki nilai TPC lebih tinggi yaitu 4,19 Log CFU/g pada lama penyimpanan 7 hari, dibandingkan dengan daging sapi yang direndam dengan α-pinene memiliki nilai TPC 3,19 Log CFU/g dan 3,55 Log CFU/g untuk minyak pala. Daging sapi yang direndam dengan menggunakan α-pinene dan minyak pala serta disimpan selama 7 hari, dapat menekan pertumbuhan Salmonella sp menjadi negatif, namun belum bisa menekan pertumbuhan bakteri patogen Coliform, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus di bawah jumlah yang telah ditetapkan SNI 3932:2008. Secara organoleptik, daging sapi yang direndam menggunakan α-pinene memiliki aroma khas daging dan masih dapat mempertahankan warna kemerahan daging sapi. Bioaditif α-pinene dan minyak pala berpotensi untuk dikembangkan menjadi bioaditif alami pada daging sapi. (Application of nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt) and its major components (α-pinene and sabinene) as Bio-additives in Beef) ABSTRAK. Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt) has been known to have antimicrobial properties. The major components in nutmeg oil are α-pinene and sabinene. The addition of nutmeg oil in beef could protect beef from bacterial contamination. This study aims to determine the antimicrobial properties of nutmeg oil (Myristica fragrans Houtt) and its major components (α-pinene and sabinene) on beef quality. This study used a factorial Randomized Block Design consisting of two factors namely the types of bio-additives (nutmeg oil, α -pinene, sabinene, and a mixture of α-pinene and sabinene) and storage time (1 day and 7 days). The data was analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and the Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that sabinene had a higher TPC value of 4.19 Log CFU/g at 7 days of storage than α-pinene having TPC value of 3.19 Log CFU/g and 3.55 Log CFU/g for nutmeg oil. In addition, beef soaked using α-pinene and nutmeg oil and stored for 7 days, can suppress the growth of Salmonella sp to neg","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48626606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.21501
C. S. Utama, S. Sumarsih, Marikati Nababan
ABSTRACT. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap bakteri asam laktat, bakteri gram positif/negatif, Salmonella dan Escherichia coli litter broiler. Materi penelitian adalah litter broiler 1 kg, mineral mix, starter mix culture, garam, urea, molases masing-masing 60 gram, NaCl fisiologis 0,85%, alkohol 96%, media MRS, SSA, EMBA, aquades, kristal violet, iodine, dan safranin. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, dengan perlakuan litter broiler lama fermentasi yang berbeda T0 (0 hari), T1 (21 hari), T2 (42 hari) dan T3 (63 hari). Parameter penelitian yaitu total bakteri asam laktat (BAL), bakteri gram positif dan negatif, Salmonella, dan Escherichia coli (E. coli). Analisis data menggunakan uji ANOVA, dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji DMRT, dengan taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi yang berbeda memengaruhi total bakteri asam laktat (BAL) litter broiler fermentasi. Semakin lama durasi fermentasi, semakin tinggi total BAL litter broiler. Lama fermentasi yang berbeda tidak memengaruhi skor bakteri gram positif dan negatif litter broiler. Bakteri yang tumbuh pada litter broiler fermentasi berasal dari famili Staphylococcaceae (13,95%), Bacillaceae (32,57%), Streptococcaceae (23,26%), Saccharomycetaceae (6,98%), dan Pseudomonadaceae (23,26%). Bakteri gram positif litter broiler fermentasi berbentuk batang, tidak berspora, soliter, duplococcus, sedangkan bakteri gram negatif berbentuk batang dan soliter. Tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. dan E. coli pada litter broiler fermentasi. Lama fermentasi yang berbeda mampu meningkatkan kualitas litter broiler, ditinjau dari total BAL. Litter broiler fermentasi berpotensi dijadikan sebagai alternatif bahan pakan, mengandung 1–3 gram positif dan 0 - 1 gram negatif, serta tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. dan E. coli. Perlakuan yang direkomendasikan yaitu litter broiler dengan lama fermentasi 42 hari, dengan jumlah bakteri asam laktat sebanyak 2,4 log CFU/g. (Microbiological content of broiler litter at different times fermentation) ABSTRAK. The aim of the study was to examine the effect of different fermentation times on lactic acid bacteria, gram positive/negative bacteria, Salmonella and Escherichia coli litter broilers. The research material is broiler litter 1 kg, mineral mix, starter mix culture, salt, urea, molasses 60 grams each, 0.85% physiological NaCl, 96% alcohol, MRS media, SSA, EMBA, aquades, crystal violet, iodine , and safranin. The study design used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications, with broiler litter treatments with different fermentation times T0 (0 days), T1 (21 days), T2 (42 days) and T3 (63 days). The research parameters were total lactic acid bacteria (LAB), gram positive and negative bacteria, Salmonella, and Escherichia coli (E. coli). Data analysis used the ANOVA test, and if there wer
{"title":"Kandungan Mikrobiologis Litter Broiler pada Lama Fermentasi yang Berbeda","authors":"C. S. Utama, S. Sumarsih, Marikati Nababan","doi":"10.17969/agripet.v22i1.21501","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.21501","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap bakteri asam laktat, bakteri gram positif/negatif, Salmonella dan Escherichia coli litter broiler. Materi penelitian adalah litter broiler 1 kg, mineral mix, starter mix culture, garam, urea, molases masing-masing 60 gram, NaCl fisiologis 0,85%, alkohol 96%, media MRS, SSA, EMBA, aquades, kristal violet, iodine, dan safranin. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, dengan perlakuan litter broiler lama fermentasi yang berbeda T0 (0 hari), T1 (21 hari), T2 (42 hari) dan T3 (63 hari). Parameter penelitian yaitu total bakteri asam laktat (BAL), bakteri gram positif dan negatif, Salmonella, dan Escherichia coli (E. coli). Analisis data menggunakan uji ANOVA, dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji DMRT, dengan taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi yang berbeda memengaruhi total bakteri asam laktat (BAL) litter broiler fermentasi. Semakin lama durasi fermentasi, semakin tinggi total BAL litter broiler. Lama fermentasi yang berbeda tidak memengaruhi skor bakteri gram positif dan negatif litter broiler. Bakteri yang tumbuh pada litter broiler fermentasi berasal dari famili Staphylococcaceae (13,95%), Bacillaceae (32,57%), Streptococcaceae (23,26%), Saccharomycetaceae (6,98%), dan Pseudomonadaceae (23,26%). Bakteri gram positif litter broiler fermentasi berbentuk batang, tidak berspora, soliter, duplococcus, sedangkan bakteri gram negatif berbentuk batang dan soliter. Tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. dan E. coli pada litter broiler fermentasi. Lama fermentasi yang berbeda mampu meningkatkan kualitas litter broiler, ditinjau dari total BAL. Litter broiler fermentasi berpotensi dijadikan sebagai alternatif bahan pakan, mengandung 1–3 gram positif dan 0 - 1 gram negatif, serta tidak ditemukan bakteri Salmonella sp. dan E. coli. Perlakuan yang direkomendasikan yaitu litter broiler dengan lama fermentasi 42 hari, dengan jumlah bakteri asam laktat sebanyak 2,4 log CFU/g. (Microbiological content of broiler litter at different times fermentation) ABSTRAK. The aim of the study was to examine the effect of different fermentation times on lactic acid bacteria, gram positive/negative bacteria, Salmonella and Escherichia coli litter broilers. The research material is broiler litter 1 kg, mineral mix, starter mix culture, salt, urea, molasses 60 grams each, 0.85% physiological NaCl, 96% alcohol, MRS media, SSA, EMBA, aquades, crystal violet, iodine , and safranin. The study design used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications, with broiler litter treatments with different fermentation times T0 (0 days), T1 (21 days), T2 (42 days) and T3 (63 days). The research parameters were total lactic acid bacteria (LAB), gram positive and negative bacteria, Salmonella, and Escherichia coli (E. coli). Data analysis used the ANOVA test, and if there wer","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41437027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.22235
Solehudin Solehudin, Ade Syahrul M, Andi Tarigan
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pelet mengandung tepung daun Indigofera terhadap produktivitas kambing Boerka periode bunting dan laktasi. Ternak yang digunakan adalah kambing Boerka bunting bulan keempat sebanyak 60 ekor dengan variasi paritas ke 2 dan 3 dan rataan bobot badan saat dikawinkan adalah 32,63±5,29 kg. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan pakan dengan 20 kali ulangan: rumput lapang + Pelet komersil (R1); rumput lapang + pelet Indigofera 10% (R2); rumput lapang + pelet Indigofera 20% (R3). Parameter yang diukur adalah bobot badan anak lahir dan bobot badan anak prasapih (umur 3 bulan). Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA ) satu arah dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung daun Indigofera 10% memberikan pengaruh nyata terhadap bobot lahir anak kambing betina dan tidak berbeda nyata terhadap parameter lainnya namun cenderung menurun pada pemberian tepung daun Indigofera 20%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera dalam pelet sampai 20% memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produktivitas kambing Boerka periode bunting dan laktasi. (Effect of dietary pellet containing indigofera leaf meal on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period) ABSTRAK. The research was aimed to investigate effect of dietary pellet containing Indigofera leaf meal on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period. A total of 60 heads of Boerka goat who were pregnant at 4th, parity of 2nd and 3rd and average of body weight when mated were 32,63±5,29 kg. Research used randomized block design with 3 feed treatments and 20 replicated: native grass + commercial pellet (R1); native grass + Indigofera’s pellet 10% (R2); native grass + Indigofera’s pellet 20%. The parameter measured were body weight of lamb born and body weight of lamb at pre-weaning (3 month aged). Data were analyzed used Analysis of Variance (ANOVA) one way dan continued with Multiple’s Range Test of Duncan. The result of statistical analysis showed that dietary Indigofera leaf meal 10% gave significant effect on birth weight of female lamb and non significant effect on other parameters but tends to decreased in dietary Indigofera leaf meal 20%. It could be conclude that utilization of Indigofera leaf meal until 20% in pellet gave not significant effect on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period.
{"title":"Pengaruh Pemberian Pelet Mengandung Tepung Daun Indigofera terhadap Produktivitas Kambing Boerka Periode Bunting dan Laktasi","authors":"Solehudin Solehudin, Ade Syahrul M, Andi Tarigan","doi":"10.17969/agripet.v22i1.22235","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.22235","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pelet mengandung tepung daun Indigofera terhadap produktivitas kambing Boerka periode bunting dan laktasi. Ternak yang digunakan adalah kambing Boerka bunting bulan keempat sebanyak 60 ekor dengan variasi paritas ke 2 dan 3 dan rataan bobot badan saat dikawinkan adalah 32,63±5,29 kg. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan pakan dengan 20 kali ulangan: rumput lapang + Pelet komersil (R1); rumput lapang + pelet Indigofera 10% (R2); rumput lapang + pelet Indigofera 20% (R3). Parameter yang diukur adalah bobot badan anak lahir dan bobot badan anak prasapih (umur 3 bulan). Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA ) satu arah dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung daun Indigofera 10% memberikan pengaruh nyata terhadap bobot lahir anak kambing betina dan tidak berbeda nyata terhadap parameter lainnya namun cenderung menurun pada pemberian tepung daun Indigofera 20%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera dalam pelet sampai 20% memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produktivitas kambing Boerka periode bunting dan laktasi. (Effect of dietary pellet containing indigofera leaf meal on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period) ABSTRAK. The research was aimed to investigate effect of dietary pellet containing Indigofera leaf meal on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period. A total of 60 heads of Boerka goat who were pregnant at 4th, parity of 2nd and 3rd and average of body weight when mated were 32,63±5,29 kg. Research used randomized block design with 3 feed treatments and 20 replicated: native grass + commercial pellet (R1); native grass + Indigofera’s pellet 10% (R2); native grass + Indigofera’s pellet 20%. The parameter measured were body weight of lamb born and body weight of lamb at pre-weaning (3 month aged). Data were analyzed used Analysis of Variance (ANOVA) one way dan continued with Multiple’s Range Test of Duncan. The result of statistical analysis showed that dietary Indigofera leaf meal 10% gave significant effect on birth weight of female lamb and non significant effect on other parameters but tends to decreased in dietary Indigofera leaf meal 20%. It could be conclude that utilization of Indigofera leaf meal until 20% in pellet gave not significant effect on productivity of Boerka goat at pregnancy and lactating period.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42233374","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.21129
Eka Wulandari, W. S. Putranto, Jajang Gumilar, Lilis Suryaningsih, Andry Pratama, Trianingtyas Kusuma Anggaini
ABSTRACT. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang memfermentasi bahan pangan melalui fermentasi karbohidrat menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan spesifik dari bakteri asam laktat (Streptococcus thermophilus FNCC 0040 (ST), Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 (LB), Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (LA), Lactobacillus casei ALG.2.12 (LC ALG 2.12), Bifidobacterium ATCC 12746 (BF) sebagai studi awal pembuatan flavored yogurt. Dari hasil pengujian, diperoleh penambahan ekstrak kacang merah meningkatkan kecepatan pertumbuhan spesifik isolat bakteri asam laktat dan menurunkan pH medium sehingga, penggunaan ekstrak kacang merah dapat digunakan sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat. Kecepatan pertumbuhan spesifik paling tinggi adalah isolat Bifidobacterium dalam medium MRS Broth dengan ekstrak kacang merah. (Specific growth rate of lactic acid bacteria with red bean extract (Phaseolus vulgaris L.) as a preliminary study of flavored yogurt production) ABSTRAK. Lactic acid bacteria are group of bacteria which ferment food carbohydrates and produce lactic acid as the main product of fermentation. This study aimed to determine the specific growth rate of lactic acid bacteria (Streptococcus thermophilus FNCC 0040 (ST), Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 (LB), Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (LA), Lactobacillus casei ALG.2.12 (LC ALG 2.12), Bifidobacterium ATCC 12746 (BF) as a preliminary study for the production of flavored yogurt. In this study, lactic acid bacteria was culture in two different medium, deMan Rogosa Sharpe (MRS) Broth and deMan Rogosa Sharpe (MRS) Broth with red bean extract. Optical density, lactic acid biomass and pH was measured during fermentation processed. The results showed that the addition of red bean extract increased the specific growth rate of lactic acid bacterial isolates and lowering the pH of the medium so that the use of red bean extract can be used as a prebiotic which can increase the growth of lactic acid bacteria. The highest specific growth rate was Bifidobacterium in MRS Broth medium with red bean extract.
{"title":"Kecepatan Pertumbuhan Spesifik Bakteri Asam Laktat dengan Ekstrak Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) sebagai Studi Awal Produksi Flavored Yogurt","authors":"Eka Wulandari, W. S. Putranto, Jajang Gumilar, Lilis Suryaningsih, Andry Pratama, Trianingtyas Kusuma Anggaini","doi":"10.17969/agripet.v22i1.21129","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.21129","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang memfermentasi bahan pangan melalui fermentasi karbohidrat menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan spesifik dari bakteri asam laktat (Streptococcus thermophilus FNCC 0040 (ST), Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 (LB), Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (LA), Lactobacillus casei ALG.2.12 (LC ALG 2.12), Bifidobacterium ATCC 12746 (BF) sebagai studi awal pembuatan flavored yogurt. Dari hasil pengujian, diperoleh penambahan ekstrak kacang merah meningkatkan kecepatan pertumbuhan spesifik isolat bakteri asam laktat dan menurunkan pH medium sehingga, penggunaan ekstrak kacang merah dapat digunakan sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat. Kecepatan pertumbuhan spesifik paling tinggi adalah isolat Bifidobacterium dalam medium MRS Broth dengan ekstrak kacang merah. (Specific growth rate of lactic acid bacteria with red bean extract (Phaseolus vulgaris L.) as a preliminary study of flavored yogurt production) ABSTRAK. Lactic acid bacteria are group of bacteria which ferment food carbohydrates and produce lactic acid as the main product of fermentation. This study aimed to determine the specific growth rate of lactic acid bacteria (Streptococcus thermophilus FNCC 0040 (ST), Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 (LB), Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 (LA), Lactobacillus casei ALG.2.12 (LC ALG 2.12), Bifidobacterium ATCC 12746 (BF) as a preliminary study for the production of flavored yogurt. In this study, lactic acid bacteria was culture in two different medium, deMan Rogosa Sharpe (MRS) Broth and deMan Rogosa Sharpe (MRS) Broth with red bean extract. Optical density, lactic acid biomass and pH was measured during fermentation processed. The results showed that the addition of red bean extract increased the specific growth rate of lactic acid bacterial isolates and lowering the pH of the medium so that the use of red bean extract can be used as a prebiotic which can increase the growth of lactic acid bacteria. The highest specific growth rate was Bifidobacterium in MRS Broth medium with red bean extract.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44236650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20490
Apit Mulyana, Muhamad Bata, Efka Aris Rimbawanto
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bangsa sapi yang berbeda terhadap tingkah laku makan dan kecernaan nutrien pada pemberian pakan jerami padi dan konsentrat. Penelitian dilaksanakan selama empat (4) bulan di UD. Sapi Amanah, Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Materi yang digunakan adalah 40 ekor sapi lokal jantan dari bangsa sapi Madura (M), Sumba Ongole (SO), Bali (B), dan Bali Timor (BT) masing-masing 10 ekor. Rerata bobot hidup awal masing-masing bangsa sapi berturut-turut adalah 236,90±4,527 kg, 283,50±8,873 kg, 224,40±4,814 kg, dan 282,10±7,802 kg untuk M, SO, B, dan BT. Sapi tersebut diberi pakan konsentrat 2,5% (BK=86,53%) dari bobot hidup dan jerami padi disediakan secara ad libitum. Penelitian dirancang menurut rancangan acak lengkap dengan empat (4) bangsa sapi sebagai perlakuan. Peubah yang diamati adalah tingkah laku makan dan kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan organik (KcBO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kecepatan makan sore hari; lama waktu makan siang, malam dan sehari penuh, KcBK dan KcBO. Akan tetapi, tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kecepatan makan pagi hari; frekuensi makan dan ruminasi siang, malam dan sehari penuh; lama waktu ruminasi siang, malam dan sehari penuh. Kesimpulannya adalah terdapat persamaan dan perbedaan tingkah laku makan, kecernaan bahan kering dan bahan organik pada bangsa sapi lokal dan kecernaan BK dan BO pada sapi SO lebih rendah dibandingkan dengan sapi lainnya. (Feeding behavior and nutrient digestibility of various local cattle breeds fed with rice straw and concentrates) ABSTRAK. This study aimed to determine the effect of different breeds of local cattle on feeding behavior and nutrient digestibility of rice straw and concentrate diet. The research was conducted for four (4) months at UD. Sapi Amanah, Karanggintung Village, Sumbang District, Banyumas Regency. The materials used were 40 local bulls from Madura (M), Sumba Ongole (SO), Bali (B), and Bali Timor (BT) and each of the breeds was ten (10) cattle. The initial body weights of each breed were 236,90±4,527 kg, 283,50±8,873 kg, 224,40±4,814 kg and 282,10±7,802 kg for M, SO, B and BT, respectively. They were fed with 2.5% concentrate (dry matter/DM=86.53%) from body weight and rice straw which was provided ad libitum. The study was designed according to Randomized Complete Design with four (4) local cattle breeds as treatments. Variables measured were feeding behavior and digestibility of DM and organic matter (OM). The results showed that cattle breed had a significant effect (P0.05) on eating rate in the afternoon, duration of daytime, nighttime and one-day meals, DM and OM digestibility. However, there was no significant effect (P0.05) on eating rate in the morning; frequency of daytime, nighttime, and one-day meals and rumination; spent time of daytime, nighttime, and one-day rumination. In conclusion, there are similarities and diffe
{"title":"Tingkah Laku Makan dan Kecernaan Nutrien Berbagai Bangsa Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Padi dan Konsentrat","authors":"Apit Mulyana, Muhamad Bata, Efka Aris Rimbawanto","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20490","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20490","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bangsa sapi yang berbeda terhadap tingkah laku makan dan kecernaan nutrien pada pemberian pakan jerami padi dan konsentrat. Penelitian dilaksanakan selama empat (4) bulan di UD. Sapi Amanah, Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Materi yang digunakan adalah 40 ekor sapi lokal jantan dari bangsa sapi Madura (M), Sumba Ongole (SO), Bali (B), dan Bali Timor (BT) masing-masing 10 ekor. Rerata bobot hidup awal masing-masing bangsa sapi berturut-turut adalah 236,90±4,527 kg, 283,50±8,873 kg, 224,40±4,814 kg, dan 282,10±7,802 kg untuk M, SO, B, dan BT. Sapi tersebut diberi pakan konsentrat 2,5% (BK=86,53%) dari bobot hidup dan jerami padi disediakan secara ad libitum. Penelitian dirancang menurut rancangan acak lengkap dengan empat (4) bangsa sapi sebagai perlakuan. Peubah yang diamati adalah tingkah laku makan dan kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan organik (KcBO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kecepatan makan sore hari; lama waktu makan siang, malam dan sehari penuh, KcBK dan KcBO. Akan tetapi, tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kecepatan makan pagi hari; frekuensi makan dan ruminasi siang, malam dan sehari penuh; lama waktu ruminasi siang, malam dan sehari penuh. Kesimpulannya adalah terdapat persamaan dan perbedaan tingkah laku makan, kecernaan bahan kering dan bahan organik pada bangsa sapi lokal dan kecernaan BK dan BO pada sapi SO lebih rendah dibandingkan dengan sapi lainnya. (Feeding behavior and nutrient digestibility of various local cattle breeds fed with rice straw and concentrates) ABSTRAK. This study aimed to determine the effect of different breeds of local cattle on feeding behavior and nutrient digestibility of rice straw and concentrate diet. The research was conducted for four (4) months at UD. Sapi Amanah, Karanggintung Village, Sumbang District, Banyumas Regency. The materials used were 40 local bulls from Madura (M), Sumba Ongole (SO), Bali (B), and Bali Timor (BT) and each of the breeds was ten (10) cattle. The initial body weights of each breed were 236,90±4,527 kg, 283,50±8,873 kg, 224,40±4,814 kg and 282,10±7,802 kg for M, SO, B and BT, respectively. They were fed with 2.5% concentrate (dry matter/DM=86.53%) from body weight and rice straw which was provided ad libitum. The study was designed according to Randomized Complete Design with four (4) local cattle breeds as treatments. Variables measured were feeding behavior and digestibility of DM and organic matter (OM). The results showed that cattle breed had a significant effect (P0.05) on eating rate in the afternoon, duration of daytime, nighttime and one-day meals, DM and OM digestibility. However, there was no significant effect (P0.05) on eating rate in the morning; frequency of daytime, nighttime, and one-day meals and rumination; spent time of daytime, nighttime, and one-day rumination. In conclusion, there are similarities and diffe","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48714390","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.23111
Tama Mayna Kusuma Ningrum, M. Sawitri, A. Manab
ABSTRACT. The research aimed to study the emulsion properties of the fortified synbiotic yoghurt fortification red dragon fruit peel extract (Hylocereus polyrhizus) and stevia as sweeteners. The research material is probiotic yoghurt, synbiotic fortified with red dragon fruit skin extract (Hylocereus polyrhizus) 20% made from 10% skim milk and yoghurt starter containing Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus (1:1), and the addition of 0.5% stevia to synbiotic. The research method was an experimental completely randomized design with treatment T1 = probiotic yoghurt, T2 = synbiotic yoghurt fortified red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) peel extract 20% and T3 = T2 + 0.5% stevia, with 3 replications (v/v). . The variables observed were emulsion activity, emulsion stability, turbidity, whiteness index (WI) and yellowness index (YI). The results showed that fortification of evaporated red dragon fruit peel extract (Hylocereus polyrhizus) and stevia sweetener gave a significant difference (P0.05) to the average emulsion activity, a very significant difference to the average of whiteness index and yellowish index (P0.01) and did not give a significant difference (P0.05) on the average of emulsion stability and turbidity of synbiotic yoghurt. It was concluded that 20% fortification of red dragon fruit skin (Hylocereus polyrhizus) and 0.5% stevia sweetener could improve the emulsion properties of synbiotic yoghurt. (Kajian yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan stevia terhadap sifat emulsi dan warna) ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah mempelajari profil emulsi dan warna yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan bahan pemanis stevia. Materi penelitian adalah yoghurt probiotik, sinbiotik yang difortifikasi dengan ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20 % yang dibuat dari susu skim 10% dan starter yoghurt yang mengandung Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (1:1), serta penambahan stevia 0,5% pada yoghurt sinbiotik. Metode penelitian adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan T1= yoghurt probiotik, T2= yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20% dan T3 = T2 + 0,5% stevia, dengan 3 ulangan (v/v). Variabel yang diamati diantaranya aktivitas emulsi, stabilitas emulsi, turbiditas, serta warna ditinjau dari indeks keputihan (WI) dan indeks kekuningan (YI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) evaporasi dan bahan pemanis stevia memberikan perbedaan yang nyata (P0,05) terhadap rata-rata aktivitas emulsi, perbedaan yang sangat nyata terhadap rata-rata indeks keputihan dan indeks kekuningan (P0,01) dan tidak memberikan perbedaan nyata (P0,05) terhadap rata-rata stabilitas emulsi dan turbiditas yoghurt sinbiotik. Disimpulkan bahwa fortifikasi kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20%
{"title":"Study of Synbiotic Yoghurt Fortification with Red Dragon Fruit Peel Extract (Hylocereus polyrhizus) and Stevia Against Emulsion Properties and Color","authors":"Tama Mayna Kusuma Ningrum, M. Sawitri, A. Manab","doi":"10.17969/agripet.v22i1.23111","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.23111","url":null,"abstract":"ABSTRACT. The research aimed to study the emulsion properties of the fortified synbiotic yoghurt fortification red dragon fruit peel extract (Hylocereus polyrhizus) and stevia as sweeteners. The research material is probiotic yoghurt, synbiotic fortified with red dragon fruit skin extract (Hylocereus polyrhizus) 20% made from 10% skim milk and yoghurt starter containing Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus (1:1), and the addition of 0.5% stevia to synbiotic. The research method was an experimental completely randomized design with treatment T1 = probiotic yoghurt, T2 = synbiotic yoghurt fortified red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) peel extract 20% and T3 = T2 + 0.5% stevia, with 3 replications (v/v). . The variables observed were emulsion activity, emulsion stability, turbidity, whiteness index (WI) and yellowness index (YI). The results showed that fortification of evaporated red dragon fruit peel extract (Hylocereus polyrhizus) and stevia sweetener gave a significant difference (P0.05) to the average emulsion activity, a very significant difference to the average of whiteness index and yellowish index (P0.01) and did not give a significant difference (P0.05) on the average of emulsion stability and turbidity of synbiotic yoghurt. It was concluded that 20% fortification of red dragon fruit skin (Hylocereus polyrhizus) and 0.5% stevia sweetener could improve the emulsion properties of synbiotic yoghurt. (Kajian yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan stevia terhadap sifat emulsi dan warna) ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah mempelajari profil emulsi dan warna yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan bahan pemanis stevia. Materi penelitian adalah yoghurt probiotik, sinbiotik yang difortifikasi dengan ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20 % yang dibuat dari susu skim 10% dan starter yoghurt yang mengandung Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (1:1), serta penambahan stevia 0,5% pada yoghurt sinbiotik. Metode penelitian adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan T1= yoghurt probiotik, T2= yoghurt sinbiotik fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20% dan T3 = T2 + 0,5% stevia, dengan 3 ulangan (v/v). Variabel yang diamati diantaranya aktivitas emulsi, stabilitas emulsi, turbiditas, serta warna ditinjau dari indeks keputihan (WI) dan indeks kekuningan (YI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) evaporasi dan bahan pemanis stevia memberikan perbedaan yang nyata (P0,05) terhadap rata-rata aktivitas emulsi, perbedaan yang sangat nyata terhadap rata-rata indeks keputihan dan indeks kekuningan (P0,01) dan tidak memberikan perbedaan nyata (P0,05) terhadap rata-rata stabilitas emulsi dan turbiditas yoghurt sinbiotik. Disimpulkan bahwa fortifikasi kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) 20%","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43038302","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20710
Juli Melia, Novi Masitah, S. Syafruddin, Nuzul Asmilia, B. Panjaitan
ABSTRACT. Endometritis merupakan peradangan pada endometrium yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi ovarium. Biasanya sapi yang mengalami endometritis memiliki Corpus luteum (CL) di ovarium. Pemberian terapi yang sesuai dan efektif sangat penting dalam penanganan kasus endometritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan diameter CL pada sapi Aceh penderita endometritis setelah terapi lugol 2% dan PGF2α secara intra uteri menggunakan teknik ultrasonografi. Enam ekor sapi Aceh betina (n=6) yang telah didiagnosa menderita endometritis dengan kisaran umur 5-10 tahun, dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok 1 (K1, n=3) diberi perlakuan dengan terapi larutan lugol 2% sebanyak 50 ml/ekor secara i.u. Kelompok 2 (K2, n=3) diberi perlakuan dengan terapi lugol 2% 50 ml ditambah PGF2α 12,5 mg/ekor secara i.u. Pemeriksaan dilakukan setelah terapi selama 24 hari. Hasil analisis statistik penurunan diameter CL tidak terdapat perbedaan nyata pada kedua kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa terapi sapi-sapi Aceh endometritis menggunakan kombinasi lugol 2% dan PGF2α kurang efektif terhadap penyembuhan berdasarkan gambaran ultrasonografi CL pada ovarium sapi Aceh endometritis. (Ultrasonography of corpus luteum endometritis Aceh cows after intra uterine therapy of lugol and PGF2α) ABSTRAK. Endometritis is an inflammation in the endometrium that can resulted from disturbance of normal ovarian function. Giving appropriate therapy and effective is very important in handling case endometritis. Usually cows that experience endometritis has Corpus luteum (CL) in the ovary. This research aim was to know the changes in diameter of CL at Aceh cows sufferer endometritis after therapy lugol 2% and PGF2α with intra-uterine infusion using ultrasound technique. Six Aceh cow females (n=6) who have been diagnosed suffer from endometritis with range age 5 to 10 years, divided in to 2 groups of treatment. Group 1 (K1, n=3) was given treatment with therapy solution lugol 2% as much as 50 ml/head in a manner i.u. Group 2 (K2, n=3) was given treatment with therapy lugol 2% 50 ml plus PGF2α 12,5 mg/head in a manner i.u. Examination done after therapy for 24 days. The results of the statistical analysis showed no significant differences in the two treatment groups. Could be concluded that treatment endometritis Aceh cows use combination lugol 2% and PGF2α is lacking effective to healing based on picture ultrasonography CL on ovary endometritis Aceh cows.
抽象。子宫炎是子宫内膜炎症,可导致卵巢功能障碍。通常,患过子宫炎的奶牛在卵巢中有叶绿体(CL)。适当有效的治疗对治疗子宫炎至关重要。本研究旨在探讨CL在亚齐牛endometritis患者治疗后的直径变化lugol 2%和PGF2αuteri内使用超声成像技术。6只雌性亚齐奶牛(n=6)被诊断为5到10岁的内分泌炎,分为两类治疗。第一组(K1, n = 3)得到的溶液治疗待遇lugol 50 ml /尾巴的2%。u。第二组(K2, n = 3)得到的待遇lugol 2%治疗50毫升,加上PGF2α12.5 mg /尾巴的。美国24天治疗后进行检查。统计分析结果显示,两种行为的减少程度没有明显的差异。可以得出结论,亚齐endometritis奶牛使用lugol 2%组合疗法和PGF2α缺乏有效的治疗卵巢超声成像画面CL根据亚齐endometritis牛。亚齐(Ultrasonography of语料库luteum endometritis牛内死后uterine疗法lugol PGF2著作百科全书》抽象α)。子宫内炎是子宫内膜下的炎症,可以从正常卵子功能障碍中再生。给予适当的治疗和效果在处理子宫内膜炎案件中非常重要。子宫炎通常是卵巢癌。这研究aim是要知道《改变》和CL在亚齐的直径,牛sufferer endometritis疗法lugol 2%之后和PGF2α和intra-uterine用超声波infusion技巧。6个亚齐妇女(n=6)被诊断为白皮炎,年龄从5到10年不等,分为2组治疗。集团1 (K1, n = 3)是美国给予治疗和疗法都溶液lugol 2%多美国50 ml / head in a复临美国集团2 (K2, n = 3)是给治疗和疗法lugol 2% 50毫升,加上PGF2α12.5 mg / head in a态度。你来晚完成之后的疗法为24天。统计分析的结果在两个治疗小组中没有明显的差异。可以成为结论那治疗endometritis亚齐牛用《lugol 2%和PGF2α是由于没有有效的治疗改编自图片ultrasonography CL在ovary endometritis亚齐牛。
{"title":"Gambaran Ultrasonografi Corpus Luteum Sapi Aceh Penderita Endometritis setelah Terapi Lugol dan Prostaglandin F2 Alfa (PGF2α) secara Intra Uteri","authors":"Juli Melia, Novi Masitah, S. Syafruddin, Nuzul Asmilia, B. Panjaitan","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20710","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20710","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Endometritis merupakan peradangan pada endometrium yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi ovarium. Biasanya sapi yang mengalami endometritis memiliki Corpus luteum (CL) di ovarium. Pemberian terapi yang sesuai dan efektif sangat penting dalam penanganan kasus endometritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan diameter CL pada sapi Aceh penderita endometritis setelah terapi lugol 2% dan PGF2α secara intra uteri menggunakan teknik ultrasonografi. Enam ekor sapi Aceh betina (n=6) yang telah didiagnosa menderita endometritis dengan kisaran umur 5-10 tahun, dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok 1 (K1, n=3) diberi perlakuan dengan terapi larutan lugol 2% sebanyak 50 ml/ekor secara i.u. Kelompok 2 (K2, n=3) diberi perlakuan dengan terapi lugol 2% 50 ml ditambah PGF2α 12,5 mg/ekor secara i.u. Pemeriksaan dilakukan setelah terapi selama 24 hari. Hasil analisis statistik penurunan diameter CL tidak terdapat perbedaan nyata pada kedua kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa terapi sapi-sapi Aceh endometritis menggunakan kombinasi lugol 2% dan PGF2α kurang efektif terhadap penyembuhan berdasarkan gambaran ultrasonografi CL pada ovarium sapi Aceh endometritis. (Ultrasonography of corpus luteum endometritis Aceh cows after intra uterine therapy of lugol and PGF2α) ABSTRAK. Endometritis is an inflammation in the endometrium that can resulted from disturbance of normal ovarian function. Giving appropriate therapy and effective is very important in handling case endometritis. Usually cows that experience endometritis has Corpus luteum (CL) in the ovary. This research aim was to know the changes in diameter of CL at Aceh cows sufferer endometritis after therapy lugol 2% and PGF2α with intra-uterine infusion using ultrasound technique. Six Aceh cow females (n=6) who have been diagnosed suffer from endometritis with range age 5 to 10 years, divided in to 2 groups of treatment. Group 1 (K1, n=3) was given treatment with therapy solution lugol 2% as much as 50 ml/head in a manner i.u. Group 2 (K2, n=3) was given treatment with therapy lugol 2% 50 ml plus PGF2α 12,5 mg/head in a manner i.u. Examination done after therapy for 24 days. The results of the statistical analysis showed no significant differences in the two treatment groups. Could be concluded that treatment endometritis Aceh cows use combination lugol 2% and PGF2α is lacking effective to healing based on picture ultrasonography CL on ovary endometritis Aceh cows.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47065188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20889
Fuad Hasan, A. H. Daulay, F. Saputra, I. Khaerunnisa
ABSTRACT. Genes differ in sequence, size, and functional domains among species. According to studies, STAT1 provides information on the rate of evolution that correlates with its function in the immune system. STAT1 is also considered a genetic marker for economic traits in mammals. Studying sequence comparison is an important issue in bioinformatic study and can explain phylogenetic. Therefore, this study aimed to identify the molecular phylogeny of river buffalo (Bubalus bubalis) and other mammals based on STAT1 gene sequences. This study used 7 STAT1 sequences from Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos Mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, Moschus moschiferus) and previous studies (Bubalus bubalis). The sequences were analyzed using the MEGA X 10.2.6 software to observe the nucleotide composition and the phylogeny (based on UPGMA). The adegenet package in the R 4.0.0 software is used to observe the STAT1 sequence dimensionally among mammals. The STAT1 sequence has almost similar diversity among the livestock of the same genus. Based on the STAT1 sequence, Bubalus bubalis has closer genetic proximity to the genus Bos than to another genus. In conclusion, we found STAT1 is more dynamic in evolution and more conserved and found in the similar related genus. (Filogeni kerbau Indonesia dibandingkan mamalia lain berdasarkan runutan nukleotida gen STAT1) ABSTRAK. Gen berbeda dalam urutan, ukuran, dan domain fungsional di antara spesies. Menurut penelitian sebelumnya, STAT1 memberikan informasi tentang laju evolusi yang berkorelasi dengan fungsinya dalam sistem kekebalan. STAT1 juga dianggap sebagai penanda genetik untuk sifat bernilai ekonomi pada mamalia. Studi perbandingan urutan merupakan isu penting dalam studi bioinformatika dan dapat menjelaskan filogenetik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni molekuler kerbau sungai (Bubalus bubalis) dan spesies mamalia lain berdasarkan sekuens gen STAT1. Penelitian ini menggunakan 7 sekuen STAT1 yang diambil dari Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, Moschus moschiferus) dan penelitian sebelumnya (Bubalus bubalis). Sekuen dianalisis menggunakan program MEGA X 10.2.6 untuk melihat komposisi nukleotida dan filogeni (berdasarkan UPGMA). Adegenet package dalam program R 4.0.0 digunakan untuk mengamati urutan STAT1 secara dimensional diantara mamalia. Sekuen STAT1 memiliki keragaman yang hampir sama di antara ternak dari genus yang sama. Berdasarkan sekuen STAT1, Bubalus bubalis memiliki jarak genetik yang lebih dekat dengan genus Bos dibandingkan dengan genus lainnya. Sebagai kesimpulan, kami menemukan STAT1 lebih dinamis dalam evolusi dan lebih terkonservasi serta ditemukan dalam genus terkait yang serupa.
摘要不同物种的基因在序列、大小和功能域上各不相同。根据研究,STAT1提供了与其在免疫系统中的功能相关的进化速度信息。STAT1也被认为是哺乳动物经济性状的遗传标记。序列比较研究是生物信息学研究的重要内容,可以解释系统发育。因此,本研究旨在基于STAT1基因序列对水牛(Bubalus bubalis)及其他哺乳动物进行分子系统发育鉴定。本研究使用了来自Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos Mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, moschiferus)和先前研究(Bubalus bubalis)的7个STAT1序列。利用MEGA X 10.2.6软件对序列进行分析,观察核苷酸组成和系统发育(基于UPGMA)。利用r4.0.0软件中的adegenet包对哺乳动物中STAT1序列进行了多维度观察。STAT1序列在同一属家畜中具有几乎相似的多样性。根据STAT1序列,Bubalus bubalis在遗传上更接近于Bos属,而不是另一个属。综上所述,我们发现STAT1在进化过程中更具动态性,并且更保守,并且在相似的相关属中发现。(Filogeni kerbau Indonesia dibandingkan mamalia lain berdasarkan runutan nucleotida gen STAT1)乌龙树属,乌龙树属,丹域泛型种。Menurut penelitian sebelumnya, STAT1成员,信息系统,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析。STAT1 juga dianggap sebagai penanda genetik untuk是什么?在生物信息学研究和基因丝状发生学研究中,研究了基因与基因的关系。Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni分子kerbau sungai (Bubalus bubalis)和种哺乳动物berdasarkan sekuens gen STAT1。Penelitian ini menggunakan 7 sekuen STAT1 yang diambil dari Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, moschiferus)和Penelitian sebelumnya (Bubalus bubalis)。Sekuen dianalicandmenggunakan程序MEGA X 10.2.6 untuk melihat komposisi核核苷酸dan filogeni (berdasarkan UPGMA)。adgenet package dalam程序R 4.0.0 digunakan untuk mengamati urutan STAT1 secara dimensional diantara mamalia。Sekuen STAT1 memiliki keragaman yang hampir sama di antara ternak dari genus yang sama。Berdasarkan sekuen STAT1, Bubalus bubalis memiliki jarak genetik yang lebih dekat dengan genus Bos dibandingkan dengan genus lainnya。Sebagai kespulan, kami menemukan STAT1 lebih dinamis dalam evolusi dan lebih terkonservasi serta ditemukan dalam genus terkait yang serupa。
{"title":"Indonesian River Buffalo Molecular Phylogeny Compared to Other Mammals Based on STAT1 Sequence","authors":"Fuad Hasan, A. H. Daulay, F. Saputra, I. Khaerunnisa","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20889","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20889","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Genes differ in sequence, size, and functional domains among species. According to studies, STAT1 provides information on the rate of evolution that correlates with its function in the immune system. STAT1 is also considered a genetic marker for economic traits in mammals. Studying sequence comparison is an important issue in bioinformatic study and can explain phylogenetic. Therefore, this study aimed to identify the molecular phylogeny of river buffalo (Bubalus bubalis) and other mammals based on STAT1 gene sequences. This study used 7 STAT1 sequences from Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos Mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, Moschus moschiferus) and previous studies (Bubalus bubalis). The sequences were analyzed using the MEGA X 10.2.6 software to observe the nucleotide composition and the phylogeny (based on UPGMA). The adegenet package in the R 4.0.0 software is used to observe the STAT1 sequence dimensionally among mammals. The STAT1 sequence has almost similar diversity among the livestock of the same genus. Based on the STAT1 sequence, Bubalus bubalis has closer genetic proximity to the genus Bos than to another genus. In conclusion, we found STAT1 is more dynamic in evolution and more conserved and found in the similar related genus. (Filogeni kerbau Indonesia dibandingkan mamalia lain berdasarkan runutan nukleotida gen STAT1) ABSTRAK. Gen berbeda dalam urutan, ukuran, dan domain fungsional di antara spesies. Menurut penelitian sebelumnya, STAT1 memberikan informasi tentang laju evolusi yang berkorelasi dengan fungsinya dalam sistem kekebalan. STAT1 juga dianggap sebagai penanda genetik untuk sifat bernilai ekonomi pada mamalia. Studi perbandingan urutan merupakan isu penting dalam studi bioinformatika dan dapat menjelaskan filogenetik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi filogeni molekuler kerbau sungai (Bubalus bubalis) dan spesies mamalia lain berdasarkan sekuens gen STAT1. Penelitian ini menggunakan 7 sekuen STAT1 yang diambil dari Ensembl (Bos grunniens, Bos indicus, Bos mutus, Capra hircus, Cervus hanglu yarkandensis, Moschus moschiferus) dan penelitian sebelumnya (Bubalus bubalis). Sekuen dianalisis menggunakan program MEGA X 10.2.6 untuk melihat komposisi nukleotida dan filogeni (berdasarkan UPGMA). Adegenet package dalam program R 4.0.0 digunakan untuk mengamati urutan STAT1 secara dimensional diantara mamalia. Sekuen STAT1 memiliki keragaman yang hampir sama di antara ternak dari genus yang sama. Berdasarkan sekuen STAT1, Bubalus bubalis memiliki jarak genetik yang lebih dekat dengan genus Bos dibandingkan dengan genus lainnya. Sebagai kesimpulan, kami menemukan STAT1 lebih dinamis dalam evolusi dan lebih terkonservasi serta ditemukan dalam genus terkait yang serupa.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42592966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20073
M. Salim, M. Ihsan, N. Isnaini, Trinil Susilawati
ABSTRACT. Lama simpan semen cair yang berbahan dasar pengencer air kelapa muda varietas kelapa hijau (C.Viridis) hanya mampu bertahan selama 3 hari pada suhu 50C akibat peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan membran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan pengencer air kelapa terhadap konsentrasi Superoxydase Dismutase (SOD) dan kadar Malondialdehyda (MDA) semen cair kambing Boer selama penyimpanan dingin. Durasi penelitian satu bulan bertempat di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Reproduksi Ternak, Unit Sumber Sekar, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Metode penelitian yaitu eksperimen. Dikoleksi dari semen 3 pejantan Boer umur 3-5 tahun interval 1 minggu 1 kali menggunakan Vagina Buatan. Air kelapa muda varietas viridis umur 5-7 bulan serta tris aminomethane sebagai kontrol. Rancangan penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan yaitu P0 (tris aminomethane + 10% Kuning Telur) dan P1 (air kelapa muda varietas viridis + 10% Kuning Telur) masing-masing diulang 3 kali. Data dianalisis dengan analisis Ragam (Anova) dengan software Genstat 18. Variabelnya yaitu konsentrasi SOD dan MDA. Hasil penelitian diperoleh untuk SOD P0 H1= 35,842 ± 1,82 ; H3= 33,342± 3,50 dan H8= 23,729± 9,02 dalam ng/100 ug. Untuk P1 diperoleh rerata H1 =36,676±2,19 ; H3= 36,527±2,20 ; H8= 24,830± 8,93 dalam ng/100ug. Kadar MDA P0 H1= 1,072±0,2 ; H3= 1,218± 0,4 dan H8= 1,439± 0,3 dalam ng/100ug. Hasil P1 H1= 0,941± 0,0 ; H3= 1,160± 0,4 dan H8= 1,370± 0,3. Hasil Anova Perlakuan tidak berpengaruh Nyata (P0,05) disemua hari simpan, tetapi konsentrasi SOD terbaik di P1 dibandingkan P0. Kesimpulan 1. Penggunaan air kelapa sebagai pengencer semen cair kambing Boer selama pendinginan tidak berdampak pada konsentrasi SOD dan MDA. 2. Peningkatan konsentrasi MDA dan Penurunan konsentrasi SOD disebabkan karena, rendahnya antioksidant flavonoid dan vitamin C. (Concentration of Superoxydase Dismutase (SOD) and Malondialdehyda (MDA) Goat Boer Liquid Semen during Cooling using Coconut Water Diluent) ABSTRAK. The shelf life of young coconut water thinner viridis for liquid semen quality Boer goat is only up to 3 days, because there is damage due to lipid peroxidation which causes damage to the spermatozoa membrane. This study aims to analyze the effect of using coconut water thinner on the concentration of Superoxydase Dismutase (SOD) and levels of Malondialdehyda in Boer goat liquid semen during cold storage. The duration of the research is one month at the Laboratory of the Faculty of Medicine and the Laboratory of Animal Reproduction, Sumber Sekar Unit, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang. The research method is experimental. Collected from the semen of 3 Boer males aged 3-5 years 1 week interval using Artificial Vagina. Young viridis coconut water aged 5-7 months and tris aminomethane as a control. The research design was designed using a Randomized Block Design (RBD)
{"title":"Konsentrasi Superoxydase Dismutase (SOD) dan Malondialdehyda (MDA) Semen Cair Kambing Boer selama Pendinginan Menggunakan Pengencer Air Kelapa","authors":"M. Salim, M. Ihsan, N. Isnaini, Trinil Susilawati","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20073","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20073","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Lama simpan semen cair yang berbahan dasar pengencer air kelapa muda varietas kelapa hijau (C.Viridis) hanya mampu bertahan selama 3 hari pada suhu 50C akibat peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan membran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan pengencer air kelapa terhadap konsentrasi Superoxydase Dismutase (SOD) dan kadar Malondialdehyda (MDA) semen cair kambing Boer selama penyimpanan dingin. Durasi penelitian satu bulan bertempat di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Reproduksi Ternak, Unit Sumber Sekar, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Metode penelitian yaitu eksperimen. Dikoleksi dari semen 3 pejantan Boer umur 3-5 tahun interval 1 minggu 1 kali menggunakan Vagina Buatan. Air kelapa muda varietas viridis umur 5-7 bulan serta tris aminomethane sebagai kontrol. Rancangan penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan yaitu P0 (tris aminomethane + 10% Kuning Telur) dan P1 (air kelapa muda varietas viridis + 10% Kuning Telur) masing-masing diulang 3 kali. Data dianalisis dengan analisis Ragam (Anova) dengan software Genstat 18. Variabelnya yaitu konsentrasi SOD dan MDA. Hasil penelitian diperoleh untuk SOD P0 H1= 35,842 ± 1,82 ; H3= 33,342± 3,50 dan H8= 23,729± 9,02 dalam ng/100 ug. Untuk P1 diperoleh rerata H1 =36,676±2,19 ; H3= 36,527±2,20 ; H8= 24,830± 8,93 dalam ng/100ug. Kadar MDA P0 H1= 1,072±0,2 ; H3= 1,218± 0,4 dan H8= 1,439± 0,3 dalam ng/100ug. Hasil P1 H1= 0,941± 0,0 ; H3= 1,160± 0,4 dan H8= 1,370± 0,3. Hasil Anova Perlakuan tidak berpengaruh Nyata (P0,05) disemua hari simpan, tetapi konsentrasi SOD terbaik di P1 dibandingkan P0. Kesimpulan 1. Penggunaan air kelapa sebagai pengencer semen cair kambing Boer selama pendinginan tidak berdampak pada konsentrasi SOD dan MDA. 2. Peningkatan konsentrasi MDA dan Penurunan konsentrasi SOD disebabkan karena, rendahnya antioksidant flavonoid dan vitamin C. (Concentration of Superoxydase Dismutase (SOD) and Malondialdehyda (MDA) Goat Boer Liquid Semen during Cooling using Coconut Water Diluent) ABSTRAK. The shelf life of young coconut water thinner viridis for liquid semen quality Boer goat is only up to 3 days, because there is damage due to lipid peroxidation which causes damage to the spermatozoa membrane. This study aims to analyze the effect of using coconut water thinner on the concentration of Superoxydase Dismutase (SOD) and levels of Malondialdehyda in Boer goat liquid semen during cold storage. The duration of the research is one month at the Laboratory of the Faculty of Medicine and the Laboratory of Animal Reproduction, Sumber Sekar Unit, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang. The research method is experimental. Collected from the semen of 3 Boer males aged 3-5 years 1 week interval using Artificial Vagina. Young viridis coconut water aged 5-7 months and tris aminomethane as a control. The research design was designed using a Randomized Block Design (RBD)","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47208442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}