Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.21634
Adli Adli, D. Febrina, Zumarni Zumarni, Fitrah Khairi, Sadarman Sadarman
ABSTRACT. Pelepah sawit dapat diolah dengan penambahan filtrat abu sekam padi (FASP) dan filtrat abu tandan kosong (FATK) selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan wafer. Perbedaan sumber filtrat dan bahan perekat dalam pembuatan wafer memengaruhi fraksi serat dan kualitas fisik. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sumber filtrat dalam pengolahan pelepah sawit dan bahan perekat berbeda dalam pembuatan wafer terhadap fraksi serat dan kualitas fisik. Rancangan acak lengkap berfaktor 2 x 3 dengan 3 ulangan digunakan dalam penelitian. Faktor F : sumber filtrat : F1= FATK dan F2 = FASP. Faktor L: bahan perekat, L1 = molases; L2. onggok; L3. tepung tapioka. Parameter yang diukur adalah kualitas fisik (kerapatan partikel dan daya serap air) serta fraksi serat (serat detergen asam/acid detergent fiber (ADF), hemiselulosa, selulosa, lignin dan serat detergen netral/neutral detergent fiber (NDF). Data dianalisis dengan analisis variansi selanjutnya analisis ragam dengan uji jarak berganda Duncan/Duncan Multiple Range Test (DMRT). Pelepah sawit yang diolah dengan sumber filtrat berbeda tidak memengaruhi kualitas fisik (daya serap air dan kerapatan partikel) serta kandungan selulosa dan hemiselulosa, tapi memengaruhi (P0,05) kandungan ADF, lignin dan NDF. Penggunaan bahan perekat berbeda dalam pembuatan wafer tidak memengaruhi kerapatan partikel tapi memengaruhi (P0,05) daya serap air dan fraksi serat (ADF, lignin, hemiselulosa, NDF, dan selulosa). Interaksi sumber filtrat dalam pengolahan pelepah sawit dengan bahan perekat dalam pembuatan wafer memengaruhi (P0,05) fraksi serat dan kualitas fisik. Pelepah sawit yang diolah dengan FASP selanjutnya dibuat wafer berbahan perekat molases menghasilkan fraksi serat terbaik (NDF 43,03%; ADF 40,29%; lignin 12,62%; selulosa 24,63%; hemiselulosa 2,74%) dan pelepah sawit yang diolah dengan FATK selanjutnya dibuat wafer berbahan perekat tepung tapioka menghasilkan kualitas fisik terbaik. (The effect of differences of adhesive and filtrates sources on fiber fraction and physical quality of complete ration wafer) ABSTRAK. Palm fronds can be processed with the addition of rice husk ash filtrate (RHAF) and empty bunches ash filtrate (EBHF) and then used as an ingredient in making wafers. Difference source of the filtrate and adhesive material in wafer making affect the fiber fraction and physical quality. The study aimed to determine the effect of the filtrate source in the processing of palm fronds and different adhesives in wafer making on the fiber fraction and physical quality. A completely randomized design with a factorial pattern, 2 x 3 with 3 replications was used in the study. Factor F : filtrate source : F1 = RHAF and F2 = EBHF. Factor L : adhesive material, L1 = molasses; L2 = tapioca by product ; L3 = tapioca flour. The measured parameters are physical quality (particle density and water absorption) and fiber fraction (ADF, hemicellulose, lignin, cellulose, and NDF). Data were analyzed by analysis of v
{"title":"Pengaruh Perbedaan Bahan Perekat dan Sumber Filtrat terhadap Fraksi Serat dan Kualitas Fisik Wafer Ransum Komplit","authors":"Adli Adli, D. Febrina, Zumarni Zumarni, Fitrah Khairi, Sadarman Sadarman","doi":"10.17969/agripet.v22i1.21634","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.21634","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Pelepah sawit dapat diolah dengan penambahan filtrat abu sekam padi (FASP) dan filtrat abu tandan kosong (FATK) selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan wafer. Perbedaan sumber filtrat dan bahan perekat dalam pembuatan wafer memengaruhi fraksi serat dan kualitas fisik. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sumber filtrat dalam pengolahan pelepah sawit dan bahan perekat berbeda dalam pembuatan wafer terhadap fraksi serat dan kualitas fisik. Rancangan acak lengkap berfaktor 2 x 3 dengan 3 ulangan digunakan dalam penelitian. Faktor F : sumber filtrat : F1= FATK dan F2 = FASP. Faktor L: bahan perekat, L1 = molases; L2. onggok; L3. tepung tapioka. Parameter yang diukur adalah kualitas fisik (kerapatan partikel dan daya serap air) serta fraksi serat (serat detergen asam/acid detergent fiber (ADF), hemiselulosa, selulosa, lignin dan serat detergen netral/neutral detergent fiber (NDF). Data dianalisis dengan analisis variansi selanjutnya analisis ragam dengan uji jarak berganda Duncan/Duncan Multiple Range Test (DMRT). Pelepah sawit yang diolah dengan sumber filtrat berbeda tidak memengaruhi kualitas fisik (daya serap air dan kerapatan partikel) serta kandungan selulosa dan hemiselulosa, tapi memengaruhi (P0,05) kandungan ADF, lignin dan NDF. Penggunaan bahan perekat berbeda dalam pembuatan wafer tidak memengaruhi kerapatan partikel tapi memengaruhi (P0,05) daya serap air dan fraksi serat (ADF, lignin, hemiselulosa, NDF, dan selulosa). Interaksi sumber filtrat dalam pengolahan pelepah sawit dengan bahan perekat dalam pembuatan wafer memengaruhi (P0,05) fraksi serat dan kualitas fisik. Pelepah sawit yang diolah dengan FASP selanjutnya dibuat wafer berbahan perekat molases menghasilkan fraksi serat terbaik (NDF 43,03%; ADF 40,29%; lignin 12,62%; selulosa 24,63%; hemiselulosa 2,74%) dan pelepah sawit yang diolah dengan FATK selanjutnya dibuat wafer berbahan perekat tepung tapioka menghasilkan kualitas fisik terbaik. (The effect of differences of adhesive and filtrates sources on fiber fraction and physical quality of complete ration wafer) ABSTRAK. Palm fronds can be processed with the addition of rice husk ash filtrate (RHAF) and empty bunches ash filtrate (EBHF) and then used as an ingredient in making wafers. Difference source of the filtrate and adhesive material in wafer making affect the fiber fraction and physical quality. The study aimed to determine the effect of the filtrate source in the processing of palm fronds and different adhesives in wafer making on the fiber fraction and physical quality. A completely randomized design with a factorial pattern, 2 x 3 with 3 replications was used in the study. Factor F : filtrate source : F1 = RHAF and F2 = EBHF. Factor L : adhesive material, L1 = molasses; L2 = tapioca by product ; L3 = tapioca flour. The measured parameters are physical quality (particle density and water absorption) and fiber fraction (ADF, hemicellulose, lignin, cellulose, and NDF). Data were analyzed by analysis of v","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45300512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20512
Azhar Amir, B. P. Purwanto, Nahrowi Nahrowi, A. Atabany, Salundik Salundik, A. Yani
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh substitusi hijauan dengan silase daun ubi kayu (SDUK) dan konsentrat dengan hay ubi kayu difermentasi ragi (Habira) terhadap produksi susu, kualitas susu, dan efisiensi ekonomi sapi perah. Materi yang digunakan adalah lima (5) ekor sapi Friesian Holstein (FH) periode laktasi kedua (66±11 hari) dengan bobot badan 387,6±6,8 kg diberi perlakuan pakan dalam Rancangan Bujur Sangkar Latin 5 x 5. Perlakuannya adalah T0 (hijauan 60% + 20% konsentrat + 20% ampas tahu), T1 (hijauan 40% + 20% SDUK + 20% konsentrat + 20% ampas tahu), T2 (hijauan 40% + 20% SDUK + 15%. konsentrat + 20% ampas tahu + 5% Habira), T3 (40% hijauan + 20% SDUK + 15% konsentrat + 20% ampas tahu + 10% Habira) dan T4 (60% hijauan + 10% konsentrat + 20% limbah tahu + 10% Habira). Variabel yang diukur adalah indeks suhu kelembapan (THI), konsumsi pakan, produksi susu, kualitas susu, hubungan konsumsi protein dan total nutrien tercerna/total digestible nutrient (TDN) dengan produksi susu serta efisiensi pakan dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai THI yang diperoleh mengindikasikan sapi perah mengalami cekaman panas. Perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berbeda nyata (P0,05) dengan T0 dalam konsumsi nutrisi dan produksi susu, sedangkan komposisi susu tidak berbeda nyata antar perlakuan. Konsumsi protein dan TDN pakan memiliki hubungan linier dengan produksi susu (P0,05). Tidak ada perbedaan signifikan (P0,05) dalam efisiensi pakan dan ekonomis. Dapat disimpulkan SDUK dan Habira merupakan pengganti hijauan dan konsentrat yang baik untuk sapi perah laktasi. (Effect of forage and concentrate substitution with cassava leaves silage and cassava hay on milk production and milk composition of Friesian Holstein dairy cows) ABSTRAK. This study aimed to evaluate the effect of forage replacement by cassava leaves silage (CLS) and commercial concentrate by yeast fermented cassava hay (Yefecah) on the production and quality of milk and economic evaluation. Five, early on the second lactation cycle (66±11 day in milk) Holstein Friesian cows were randomly assigned to a 5 (treatments) x 5 (replications). Treatments were T0 (60% forage + 20% concentrate + 20% tofu waste), T1 (40% forage + 20% CLS + 20 % concentrate + 20% tofu waste), T2 (40% forage + 20 % CLS + 15% concentrate + 20% tofu waste + 5% Yefecah), T3 (40% forage + 20 % CLS + 15% concentrate + 20% tofu waste + 10% Yefecah) and T4 (60% forage + 10% concentrate + 20% tofu waste + 10% Yefecah). Variables measured were temperature-humidity index (THI), feed intake, milk production, milk composition, interrelationship crude protein (CP) and total digestible nutrient (TDN) supply to milk production, and economic factors. The Result shows that T1, T2, T3, and T4 were significantly (P0.05) from T0 on nutrients intake and milk production. Whilst, the treatments were not significant (P0.05) affect to 4% fat corrected milk (FCM) and milk quality with T2 and T3 obtained the best value. The
摘要。本研究的目的是评估用硅烷木浆叶(SDUK)和用干草木浆树莓(Habira)浓缩的绿色替代对奶牛的产奶、牛奶质量和经济效益的影响。使用的材料是五(5)头处于第二哺乳期(66±11天)的弗里斯荷斯坦(FH)奶牛,其体重为387.6±6.8 kg,按照拉丁谷物计划5 x 5处理。其作用为T0(绿色60%+20%浓缩物+20%宽知)、T1(绿色40%+20%SDUK+20%浓物+20%广知)、T2(绿色40%20%SDUK+15%。浓缩物+20%宽知+5%Habira)、T3(40%绿色+20%SDUK+15%浓缩物/20%宽知+10%Habir)和T4(60%绿色+10%浓缩物+10%废知+10%Harbira)。测量的变量是水分温度指数(THI)、牛奶消耗量、牛奶产量、牛奶质量、蛋白质消耗量和总营养可消化营养素(TDN)与牛奶产量、饲料效率和经济性的关系。研究表明,所获得的THI值表明,银奶牛有一个热点。T1、T2、T3和T4的行为在营养消耗和牛奶生产方面与T0有实际差异(P0,05),而不同处理的牛奶成分没有实际差异。蛋白质和脂肪TDN消耗量与产奶量呈线性关系(P0,05)。营养效益和经济效益差异不显著(P<0.05)。SDUK和Habira可以作为绿色和浓缩奶牛的良好替代品进行收集。[UNK][UNK](用木薯叶青贮饲料和木薯干草替代饲料和浓缩物对弗里斯-荷斯坦奶牛产奶量和奶成分的影响)[UNK]ABSTRAK。本研究旨在评估木薯叶青贮饲料(CLS)和酵母发酵木薯干草(Yefecah)商业浓缩饲料替代饲料对牛奶生产和质量的影响以及经济评价。在第二个泌乳周期的早期(66±11天),将五头荷斯坦-弗里斯奶牛随机分配到5(处理)×5(复制)。处理为T0(60%饲料+20%浓缩物+20%豆腐渣)、T1(40%饲料+20%CLS+20%浓缩品+20%豆腐废料)、T2(40%饲料+20%CLS+15%浓缩物/20%豆腐废料+5%Yefecah)、T3(40%饲料/20%CLS+15%精料+20%豆腐废物+10%Yefech)和T4(60%饲料+10%浓缩物+20%豆腐废料+10%Yeffeah)。测量的变量包括温湿度指数(THI)、饲料摄入量、牛奶产量、牛奶成分、粗蛋白(CP)和总可消化营养素(TDN)供应与牛奶产量的相互关系以及经济因素。结果表明,T1、T2、T3和T4在营养素摄入量和产奶量上均较T0显著(P<0.05)。处理对4%脂肪校正乳(FCM)的影响不显著(P<0.05),以T2和T3处理的乳质量最佳。CP和TDN摄入量与产奶量呈正相关(P<0.05),饲料和经济效益差异无显著性(P>0.05)。结果表明,木薯叶青贮饲料和yefecah是奶牛饲料和精料的良好替代品。
{"title":"Pengaruh Substitusi Hijauan dan Konsentrat dengan Silase Daun dan Hay Ubi Kayu terhadap Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah Friesian Holstein","authors":"Azhar Amir, B. P. Purwanto, Nahrowi Nahrowi, A. Atabany, Salundik Salundik, A. Yani","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20512","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20512","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh substitusi hijauan dengan silase daun ubi kayu (SDUK) dan konsentrat dengan hay ubi kayu difermentasi ragi (Habira) terhadap produksi susu, kualitas susu, dan efisiensi ekonomi sapi perah. Materi yang digunakan adalah lima (5) ekor sapi Friesian Holstein (FH) periode laktasi kedua (66±11 hari) dengan bobot badan 387,6±6,8 kg diberi perlakuan pakan dalam Rancangan Bujur Sangkar Latin 5 x 5. Perlakuannya adalah T0 (hijauan 60% + 20% konsentrat + 20% ampas tahu), T1 (hijauan 40% + 20% SDUK + 20% konsentrat + 20% ampas tahu), T2 (hijauan 40% + 20% SDUK + 15%. konsentrat + 20% ampas tahu + 5% Habira), T3 (40% hijauan + 20% SDUK + 15% konsentrat + 20% ampas tahu + 10% Habira) dan T4 (60% hijauan + 10% konsentrat + 20% limbah tahu + 10% Habira). Variabel yang diukur adalah indeks suhu kelembapan (THI), konsumsi pakan, produksi susu, kualitas susu, hubungan konsumsi protein dan total nutrien tercerna/total digestible nutrient (TDN) dengan produksi susu serta efisiensi pakan dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai THI yang diperoleh mengindikasikan sapi perah mengalami cekaman panas. Perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berbeda nyata (P0,05) dengan T0 dalam konsumsi nutrisi dan produksi susu, sedangkan komposisi susu tidak berbeda nyata antar perlakuan. Konsumsi protein dan TDN pakan memiliki hubungan linier dengan produksi susu (P0,05). Tidak ada perbedaan signifikan (P0,05) dalam efisiensi pakan dan ekonomis. Dapat disimpulkan SDUK dan Habira merupakan pengganti hijauan dan konsentrat yang baik untuk sapi perah laktasi. (Effect of forage and concentrate substitution with cassava leaves silage and cassava hay on milk production and milk composition of Friesian Holstein dairy cows) ABSTRAK. This study aimed to evaluate the effect of forage replacement by cassava leaves silage (CLS) and commercial concentrate by yeast fermented cassava hay (Yefecah) on the production and quality of milk and economic evaluation. Five, early on the second lactation cycle (66±11 day in milk) Holstein Friesian cows were randomly assigned to a 5 (treatments) x 5 (replications). Treatments were T0 (60% forage + 20% concentrate + 20% tofu waste), T1 (40% forage + 20% CLS + 20 % concentrate + 20% tofu waste), T2 (40% forage + 20 % CLS + 15% concentrate + 20% tofu waste + 5% Yefecah), T3 (40% forage + 20 % CLS + 15% concentrate + 20% tofu waste + 10% Yefecah) and T4 (60% forage + 10% concentrate + 20% tofu waste + 10% Yefecah). Variables measured were temperature-humidity index (THI), feed intake, milk production, milk composition, interrelationship crude protein (CP) and total digestible nutrient (TDN) supply to milk production, and economic factors. The Result shows that T1, T2, T3, and T4 were significantly (P0.05) from T0 on nutrients intake and milk production. Whilst, the treatments were not significant (P0.05) affect to 4% fat corrected milk (FCM) and milk quality with T2 and T3 obtained the best value. The","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48874966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.22004
Ivania Farrah Nadhira, Ella Hendalia S, F. Manin
ABSTRACT. Campylobacter merupakan salah satu bakteri yang terdapat dalam usus halus itik, yang dapat menurunkan performa dan menyebabkan penyakit yang bersifat zoonosis. Penularan kebanyakan terjadi melalui daging, tetapi belum ada yang memastikan bagaimana bakteri ini dapat berada pada daging, sehingga berbagai biokontrol diupayakan dalam menekan dan mencegah penularan Campylobacter. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas pemberian probiotik bakteri asam laktat, kunyit, dan gabungan keduanya dalam menekan keberadaan Campylobacter dalam usus halus, serta pengaruh pemberiannya terhadap performa itik lokal kerinci. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan materi 100 ekor itik lokal kerinci jantan, yang mendapat perlakuan kontrol (P0); pemberian Probio_FM (P1); pemberian larutan kunyit (P2), dan gabungan Probio_FM dan larutan kunyit (P3) dalam pakan, dengan masing-masing 5 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap performa, pH, jumlah bakteri asam laktat, dan jumlah Campylobacter pada jejunum dan ileum itik kerinci. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian Probi_FM, larutan kunyit, dan gabungan keduanya belum mampu menekan keberadaan Campylobacter dalam usus halus itik kerinci. (The effect of Probio FM and turmeric solution on performance and reducing Campylobacter in Kerinci local duck) ABSTRAK. Campylobacter is one of the bacteria found in the small intestine of ducks, which can reduce performance and cause zoonotic diseases. Transmission mostly occurs through meat, but no one has confirmed how this bacteria can be in the meat, so various biocontrols are treated to suppress and prevent Campylobacter transmission. This study intended to evaluate the effectiveness of lactic acid bacteria probiotics, turmeric, and their combination administrations in suppressing the presence of Campylobacter in the small intestine, as well as the effect of their administration on the performance of local kerinci ducks. The experiment used a completely randomized design (CRD) with 100 male local kerinci ducks, received control treatment (P0); administration of Probio_FM (P1); administration of turmeric solution (P2), and a combination of Probio_FM and turmeric solution (P3) in duck feed, with 5 replications respectively. The results showed that all treatments had no significant effect (P0.05) on the performance, pH, the number of lactic acid bacteria, and Campylobacter in the jejunum and ileum of kerinci ducks. It could be concluded that the administration of Probio_FM, turmeric solution, and their combination had not been able to suppress the presence of Campylobacter in the small intestine of kerinci ducks.
{"title":"Efek Probio_FM dan Larutan Kunyit terhadap Performa dan Penurunan Jumlah Campylobacter pada Itik Lokal Kerinci","authors":"Ivania Farrah Nadhira, Ella Hendalia S, F. Manin","doi":"10.17969/agripet.v22i1.22004","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.22004","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Campylobacter merupakan salah satu bakteri yang terdapat dalam usus halus itik, yang dapat menurunkan performa dan menyebabkan penyakit yang bersifat zoonosis. Penularan kebanyakan terjadi melalui daging, tetapi belum ada yang memastikan bagaimana bakteri ini dapat berada pada daging, sehingga berbagai biokontrol diupayakan dalam menekan dan mencegah penularan Campylobacter. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektivitas pemberian probiotik bakteri asam laktat, kunyit, dan gabungan keduanya dalam menekan keberadaan Campylobacter dalam usus halus, serta pengaruh pemberiannya terhadap performa itik lokal kerinci. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan materi 100 ekor itik lokal kerinci jantan, yang mendapat perlakuan kontrol (P0); pemberian Probio_FM (P1); pemberian larutan kunyit (P2), dan gabungan Probio_FM dan larutan kunyit (P3) dalam pakan, dengan masing-masing 5 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap performa, pH, jumlah bakteri asam laktat, dan jumlah Campylobacter pada jejunum dan ileum itik kerinci. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian Probi_FM, larutan kunyit, dan gabungan keduanya belum mampu menekan keberadaan Campylobacter dalam usus halus itik kerinci. (The effect of Probio FM and turmeric solution on performance and reducing Campylobacter in Kerinci local duck) ABSTRAK. Campylobacter is one of the bacteria found in the small intestine of ducks, which can reduce performance and cause zoonotic diseases. Transmission mostly occurs through meat, but no one has confirmed how this bacteria can be in the meat, so various biocontrols are treated to suppress and prevent Campylobacter transmission. This study intended to evaluate the effectiveness of lactic acid bacteria probiotics, turmeric, and their combination administrations in suppressing the presence of Campylobacter in the small intestine, as well as the effect of their administration on the performance of local kerinci ducks. The experiment used a completely randomized design (CRD) with 100 male local kerinci ducks, received control treatment (P0); administration of Probio_FM (P1); administration of turmeric solution (P2), and a combination of Probio_FM and turmeric solution (P3) in duck feed, with 5 replications respectively. The results showed that all treatments had no significant effect (P0.05) on the performance, pH, the number of lactic acid bacteria, and Campylobacter in the jejunum and ileum of kerinci ducks. It could be concluded that the administration of Probio_FM, turmeric solution, and their combination had not been able to suppress the presence of Campylobacter in the small intestine of kerinci ducks.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47012465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.21099
N. D. Hanafi, M. Tafsin, S. H. Sitindaon, Achmad Sadeli, Karunia Simanungkalit
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh optimalisasi penggunaan Bungkil Inti Sawit/Bungkil Inti Sawit Fermentasi dalam ransum terhadap bobot potong, karkas, persentase karkas, bobot lemak abdominal, potongan dan persentase komersil karkas serta kualitas daging ayam SenSi-1 Agrinak umur 10 minggu. Penelitian menggunakan RAL: 6 perlakuan 5 ulangan, ulangan: 3 ekor ayam SenSi-1 Agrinak. Perlakuan pakan penelitian: P0 (kontrol), P1 = BIS 40% , P2 = BIS 30% + BISF 10%, P3 = BIS 20% + BISF 20%, P4 = BIS 10% + BISF 30%, P5 = BISF 40%. Pakan perlakuan diberikan pada ayam umur 10 hari sampai 10 minggu, kemudian dilakukan penyembelihan untuk pengamatan bobot potong, bobot karkas, potongan komersil dan persentase karkas (dada, sayap, punggung, paha atas, paha bawah) serta kualitas daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BISF 30% + BIS 10% dalam pakan mampu meningkatkan bobot potong, bobot karkas, bobot dada, bobot paha bawah, bobot saya dan menurunkan lemak abdominal, namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap persentase karkas, punggung, dada, paha, dan sayap pada ayam SenSi-1 Agrinak. Penggunaan 40% BISF dalam ransum mampu meningkatkan kandungan protein daging namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap pH, daya ikat air, susut masak, kadar air dan lemak kasar pada ayam SenSi-1 Agrinak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian 30% BISF + 10% BIS dan pemberian 40% BISF layak digunakan dalam ransum ayam SenSi-1 Agrinak. (The effect of use of palm kernel oil at the level of 40% in the ration on slaughter weight, carcass commercial cuts and meat quality SenSi-1 Agrinak chicken) ABSTRAK. The study was conducted to determine the effect of optimizing the use of PKM/PKMF in the ration on carcass, carcass components, carcass percentage, meat physical, and chemical quality of SenSi-1 Agrinak chicken. The research feed treatments were: P0 (control), P1 = PKM 40%, P2 = PKM 30% + PKMF 10%, P3 = PKM 20% + PKMF 20%, P4 = PKM 10% + PKMF 30%, P5 = PKMF 40%. The treatment feed was given to chickens aged 10 days to 10 weeks, then slaughtered for obser¬vation of slaughter weight, carcass weight, carcass commercial cuts and carcass percentage (breast, wings, back, upper thigh, lower thigh) and meat quality. The results showed that the use of PKMF 30% + PKM 10% in feed was able to increase slaughter weight, carcass weight, chest weight, lower thigh weight, my weight and reduce abdominal fat, but did not show different results on the percentage of carcass, back, chest, thighs, and wings on Sensi-1 Agrinak chicken. The use of 40% PKMF in the ration was able to increase the protein content of meat but did not show different results on pH, water holding capacity, cooking loss, water content and crude fat in Sensi-1 Agrinak chicken. This shows that the provision of PKMF 30% + PKM 10% and the provision of PKMF 40% are suitable for use in the ration of SenSi-1 Agrinak chickens.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit Taraf 40% dalam Ransum terhadap Bobot Potong, Karkas, Potongan Komersil Karkas dan Kualitas Daging Ayam SenSi-1 Agrinak","authors":"N. D. Hanafi, M. Tafsin, S. H. Sitindaon, Achmad Sadeli, Karunia Simanungkalit","doi":"10.17969/agripet.v22i1.21099","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.21099","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh optimalisasi penggunaan Bungkil Inti Sawit/Bungkil Inti Sawit Fermentasi dalam ransum terhadap bobot potong, karkas, persentase karkas, bobot lemak abdominal, potongan dan persentase komersil karkas serta kualitas daging ayam SenSi-1 Agrinak umur 10 minggu. Penelitian menggunakan RAL: 6 perlakuan 5 ulangan, ulangan: 3 ekor ayam SenSi-1 Agrinak. Perlakuan pakan penelitian: P0 (kontrol), P1 = BIS 40% , P2 = BIS 30% + BISF 10%, P3 = BIS 20% + BISF 20%, P4 = BIS 10% + BISF 30%, P5 = BISF 40%. Pakan perlakuan diberikan pada ayam umur 10 hari sampai 10 minggu, kemudian dilakukan penyembelihan untuk pengamatan bobot potong, bobot karkas, potongan komersil dan persentase karkas (dada, sayap, punggung, paha atas, paha bawah) serta kualitas daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BISF 30% + BIS 10% dalam pakan mampu meningkatkan bobot potong, bobot karkas, bobot dada, bobot paha bawah, bobot saya dan menurunkan lemak abdominal, namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap persentase karkas, punggung, dada, paha, dan sayap pada ayam SenSi-1 Agrinak. Penggunaan 40% BISF dalam ransum mampu meningkatkan kandungan protein daging namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap pH, daya ikat air, susut masak, kadar air dan lemak kasar pada ayam SenSi-1 Agrinak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian 30% BISF + 10% BIS dan pemberian 40% BISF layak digunakan dalam ransum ayam SenSi-1 Agrinak. (The effect of use of palm kernel oil at the level of 40% in the ration on slaughter weight, carcass commercial cuts and meat quality SenSi-1 Agrinak chicken) ABSTRAK. The study was conducted to determine the effect of optimizing the use of PKM/PKMF in the ration on carcass, carcass components, carcass percentage, meat physical, and chemical quality of SenSi-1 Agrinak chicken. The research feed treatments were: P0 (control), P1 = PKM 40%, P2 = PKM 30% + PKMF 10%, P3 = PKM 20% + PKMF 20%, P4 = PKM 10% + PKMF 30%, P5 = PKMF 40%. The treatment feed was given to chickens aged 10 days to 10 weeks, then slaughtered for obser¬vation of slaughter weight, carcass weight, carcass commercial cuts and carcass percentage (breast, wings, back, upper thigh, lower thigh) and meat quality. The results showed that the use of PKMF 30% + PKM 10% in feed was able to increase slaughter weight, carcass weight, chest weight, lower thigh weight, my weight and reduce abdominal fat, but did not show different results on the percentage of carcass, back, chest, thighs, and wings on Sensi-1 Agrinak chicken. The use of 40% PKMF in the ration was able to increase the protein content of meat but did not show different results on pH, water holding capacity, cooking loss, water content and crude fat in Sensi-1 Agrinak chicken. This shows that the provision of PKMF 30% + PKM 10% and the provision of PKMF 40% are suitable for use in the ration of SenSi-1 Agrinak chickens.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":"14 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41293006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.21062
A. Dakhlan, A. Qisthon, M. D. I. Hamdani
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi parameter genetik (heritabilitas, korelasi genetik) dan nilai pemuliaan serta menggunakan parameter-parameter tersebut untuk mengestimasi respon seleksi dan respon seleksi sifat berkorelasi untuk bobot lahir dan bobot sapih kambing Saburai jantan. Data bobot lahir dan bobot sapih 90 cempe jantan kambing Saburai (data dari tahun 2017-2018) yang dihasilkan dari sembilan ekor pejantan dan 45 ekor induk digunakan dalam penelitian ini. Heritabilitas, korelasi genetik dan fenotipik diestimasi menggunakan data saudara tiri sebapak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas estimasi untuk bobot lahir dan bobot sapih adalah termasuk kategori sedang (masing-masing 0,30±0,08 dan 0,22±0,07). Korelasi genetik antara bobot lahir dan bobot sapih dikategorikan sebagai positif tinggi (0,42±0,06), sedangkan korelasi fenotip antara kedua sifat ini adalah 0,10 (rendah) dan korelasi lingkungan 0,56 (tinggi). Respon seleksi meningkat dengan meningkatnya intensitas seleksi, berkisar antara 0,11 kg sampai 0,28 kg untuk bobot lahir dan antara 0,60 kg sampai 1,54 kg untuk bobot sapih, pada proporsi seleksi antara 50% sampai 5%. Respon seleksi sifat-sifat berkorelasi yang diharapkan terhadap seleksi bobot lahir secara langsung berdampak pada bobot sapih berkisar antara 0,29 kg hingga 0,75 kg pada proporsi seleksi 50% sampai 5%. Heritabilitas sedang dan korelasi genetik yang positif antara bobot lahir dan bobot sapih menunjukkan bahwa seleksi untuk salah satu dari dua sifat ini bisa berhasil dan peningkatan bobot lahir akan meningkatkan bobot sapih kambing Saburai jantan juga. Seleksi tidak langsung yaitu seleksi bobot lahir akan berdampak pada respon seleksi bobot sapih yang lebih rendah dibandingkan dengan seleksi langsung terhadap bobot sapih. (Evaluasi genetik dan respon seleksi bobot lahir dan bobot sapih pada kambing Saburai jantan) ABSTRAK. This research aimed to estimate genetic parameters (heritability, genetic correlation) and breeding value and used these parameters to estimate selection responses and correlated response to selection of birth and weaning weight of male Saburai goats. Data of birth and weaning weight of ninety male Saburai kids (2017-2018) generated from nine bucks and 45 does were used in this study. Heritability, genetic and phenotypic correlation were estimated using paternal half-sib data. The results showed that heritability estimates for birth and weaning weight were moderate category (0.30±0.08 and 0.22±0.07, respectively). Genetic correlation between birth and weaning weight was categorized as a high positive value (0.42±0.06), while phenotype correlations between the two traits were 0.10 (low), and environmental correlations were 0.56 (high). Responses to selection increased with increasing selection intensity ranging from 0.11 kg to 0.28 kg and 0.60 kg to 1.54 kg for birth and weaning weight, respectively, at 50% to 5% selection proportion. The response of the selection
{"title":"Genetic Evaluation and Selection Response of Birth Weight and Weaning Weight in Male Saburai Goats","authors":"A. Dakhlan, A. Qisthon, M. D. I. Hamdani","doi":"10.17969/agripet.v22i1.21062","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.21062","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi parameter genetik (heritabilitas, korelasi genetik) dan nilai pemuliaan serta menggunakan parameter-parameter tersebut untuk mengestimasi respon seleksi dan respon seleksi sifat berkorelasi untuk bobot lahir dan bobot sapih kambing Saburai jantan. Data bobot lahir dan bobot sapih 90 cempe jantan kambing Saburai (data dari tahun 2017-2018) yang dihasilkan dari sembilan ekor pejantan dan 45 ekor induk digunakan dalam penelitian ini. Heritabilitas, korelasi genetik dan fenotipik diestimasi menggunakan data saudara tiri sebapak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas estimasi untuk bobot lahir dan bobot sapih adalah termasuk kategori sedang (masing-masing 0,30±0,08 dan 0,22±0,07). Korelasi genetik antara bobot lahir dan bobot sapih dikategorikan sebagai positif tinggi (0,42±0,06), sedangkan korelasi fenotip antara kedua sifat ini adalah 0,10 (rendah) dan korelasi lingkungan 0,56 (tinggi). Respon seleksi meningkat dengan meningkatnya intensitas seleksi, berkisar antara 0,11 kg sampai 0,28 kg untuk bobot lahir dan antara 0,60 kg sampai 1,54 kg untuk bobot sapih, pada proporsi seleksi antara 50% sampai 5%. Respon seleksi sifat-sifat berkorelasi yang diharapkan terhadap seleksi bobot lahir secara langsung berdampak pada bobot sapih berkisar antara 0,29 kg hingga 0,75 kg pada proporsi seleksi 50% sampai 5%. Heritabilitas sedang dan korelasi genetik yang positif antara bobot lahir dan bobot sapih menunjukkan bahwa seleksi untuk salah satu dari dua sifat ini bisa berhasil dan peningkatan bobot lahir akan meningkatkan bobot sapih kambing Saburai jantan juga. Seleksi tidak langsung yaitu seleksi bobot lahir akan berdampak pada respon seleksi bobot sapih yang lebih rendah dibandingkan dengan seleksi langsung terhadap bobot sapih. (Evaluasi genetik dan respon seleksi bobot lahir dan bobot sapih pada kambing Saburai jantan) ABSTRAK. This research aimed to estimate genetic parameters (heritability, genetic correlation) and breeding value and used these parameters to estimate selection responses and correlated response to selection of birth and weaning weight of male Saburai goats. Data of birth and weaning weight of ninety male Saburai kids (2017-2018) generated from nine bucks and 45 does were used in this study. Heritability, genetic and phenotypic correlation were estimated using paternal half-sib data. The results showed that heritability estimates for birth and weaning weight were moderate category (0.30±0.08 and 0.22±0.07, respectively). Genetic correlation between birth and weaning weight was categorized as a high positive value (0.42±0.06), while phenotype correlations between the two traits were 0.10 (low), and environmental correlations were 0.56 (high). Responses to selection increased with increasing selection intensity ranging from 0.11 kg to 0.28 kg and 0.60 kg to 1.54 kg for birth and weaning weight, respectively, at 50% to 5% selection proportion. The response of the selection ","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44361765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.17969/agripet.v22i1.20215
Muhammad Ainsyar Harahap, Fadel Panwari Harahap
ABSTRACT. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi hijauan pakan ternak asal limbah panen pertanian terhadap daya tampung ternak ruminansia di daerah pertanian Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilaksanakan secara eksploratif dengan menggunakan data sekunder. Model analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pakan hijauan di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu 324.834,11 ton BK/tahun dengan jerami padi sebesar 92.735,83 ton BK/tahun, jerami jagung sebesar 20.713,50 ton BK/tahun, jerami kacang – kacangan sebesar 706,50 ton BK/tahun, dan limbah daun umbi-umbian sebesar 179,70 ton BK/tahun. Kapasitas tampung hijauan pakan terhadap populasi ternak ruminansia di kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar 324.834,11 ST dan memiliki indeks daya dukung (IDD) ternak masuk kategori aman untuk penyediaan pakan ternak. Kesimpulan dari penelitian adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan hasil limbah panen pertanian dapat mengembangkan populasi ternak ruminansia sampai 321.137,62 ST. (Carrying capacity for ruminant livestock in agriculture area of South Tapanuli district) ABSTRAK. The study aimed to evaluate the potential of carrying capacity of forage in agriculture area of South Tapanuli District for ruminant livestock. Descriptive analyze and secondary data were used for method analyze. The result of this study showed that forages production are 324,834.11 ton DM/year, consist of 20,713.50 ton DM of rice straw, 20,713.50 ton DM of corn stover, 706.50 ton DM of nuts straw and 179,70 ton DM of rhizomes residues. Carrying capacity of ruminant population in South Tapanuli district was 324,834.11 AU. The land carrying capacity index for ruminant development was in “safe” category. In conclusion, South Tapanuli district was could to develop ruminant population up to 321,137.62 AU with the support of crop by product.
{"title":"Daya Tampung Ternak Ruminansia di Daerah Pertanian Kabupaten Tapanuli Selatan","authors":"Muhammad Ainsyar Harahap, Fadel Panwari Harahap","doi":"10.17969/agripet.v22i1.20215","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v22i1.20215","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi hijauan pakan ternak asal limbah panen pertanian terhadap daya tampung ternak ruminansia di daerah pertanian Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian dilaksanakan secara eksploratif dengan menggunakan data sekunder. Model analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pakan hijauan di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu 324.834,11 ton BK/tahun dengan jerami padi sebesar 92.735,83 ton BK/tahun, jerami jagung sebesar 20.713,50 ton BK/tahun, jerami kacang – kacangan sebesar 706,50 ton BK/tahun, dan limbah daun umbi-umbian sebesar 179,70 ton BK/tahun. Kapasitas tampung hijauan pakan terhadap populasi ternak ruminansia di kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar 324.834,11 ST dan memiliki indeks daya dukung (IDD) ternak masuk kategori aman untuk penyediaan pakan ternak. Kesimpulan dari penelitian adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan hasil limbah panen pertanian dapat mengembangkan populasi ternak ruminansia sampai 321.137,62 ST. (Carrying capacity for ruminant livestock in agriculture area of South Tapanuli district) ABSTRAK. The study aimed to evaluate the potential of carrying capacity of forage in agriculture area of South Tapanuli District for ruminant livestock. Descriptive analyze and secondary data were used for method analyze. The result of this study showed that forages production are 324,834.11 ton DM/year, consist of 20,713.50 ton DM of rice straw, 20,713.50 ton DM of corn stover, 706.50 ton DM of nuts straw and 179,70 ton DM of rhizomes residues. Carrying capacity of ruminant population in South Tapanuli district was 324,834.11 AU. The land carrying capacity index for ruminant development was in “safe” category. In conclusion, South Tapanuli district was could to develop ruminant population up to 321,137.62 AU with the support of crop by product.","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42489624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.19734
Maya Purwanti, Lilis Riyanti, A. Rahman, Rifa Rafi'atu Sw
ABSTRACT. Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi/kerbau melalui pengembangan sapi keturunan Belgian Blue. Salah satu bangsa sapi yang dikembangkan adalah sapi persilangan Belgian Blue dengan Friesian Holstein (BBXFH). Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kualitas karkas sapi persilangan Belgian Blue (BB) dengan Friesian Holstein (FH) dengan menggunakan teknik pencitraan ultrasonografi (USG). Sapi yang digunakan dalam penelitian merupakan sapi pada turunan pertama (F1). Sebanyak 13 ekor sapi jantan hasil persilangan BB dan FH berasal dari BET Cipelang 5 ekor dan 8 ekor dari BBPTU HPT Baturraden dengan umur 14-18 bulan. Pengukuran back fat (BF), longissimus dorsi (LD), skor marbling (SM) dan lemak intramuskular (LIM) dilakukan di antara tulang rusuk ke-12 dan ke-13 dengan teknik pencitraan ultrasonografi. Pengukuran rump fat (RF) dan rump thickness (RT) dilakukan di antara daerah ischium dan ilium. Nilai SM dan PIF dianalisis lebih lanjut menggunakan software image-J sehingga menghasilkan integrated density dan dilakukan uji regresi untuk menentukan kurva standar dan skor marbling serta persentase LIM. Data dianalisis menggunakan uji-t tidak berpasangan (independence t-test) berdasarkan perbedaan lokasi pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan lokasi tidak memberikan pengaruh pada skor marbling, %LIM, ketebalan LD, dan ketebalan RT (P0,05), tetapi memberikan pengaruh pada ketebalan BF dan RF (P0,05). Faktor perbedaan pakan juga belum mampu memberikan pengaruh pada SM dan %LIM. Perbedaan ketebalan BF dan RF dapat dipengaruhi karena perbedaan manajemen pemeliharaan dimana sapi-sapi di BBPTU HPT Baturraden dipelihara dengan sistem penggembalaan sehingga mengalami penurunan ketebalan BF dan RF. (Estimation of Carcass Quality in Belgian Blue and Friesian Holstein Crossbreed using Ultrasound Imaging) ABSTRAK. The Ministry of Agriculture strives to achieve beef/buffalo self-sufficiency through the development of Belgian Blue breeds. One of the breeds that has been developed is the crossbreed of Belgian Blue and Friesian Holstein (BBXFH). This study aimed to evaluate the carcass quality of crossbreed BBXFH using ultrasound imaging technique (USG). Cattle used in the study were first breed (F1). A total of 13 bulls BBXFH came from BET Cipelang and BBPTU HPT Baturraden respectively 5 and 8 heads (14-18 months age). Measurements of back fat (BF), longissimus dorsi (LD), marbling score (SM) and intramuscular fat (LIM) were performed between the 12th and 13th ribs by ultrasound imaging technique. Rump fat (RF) and rump thickness (RT) measurements were performed between the ischium and ilium areas. The SM and PIF values were analyzed using image-J software and a regression test was performed to determine the standard curve and the marbling score and the LIM percentage. Data were analyzed using unpaired t-test. The results showed that the difference in location had no effect on the marbling score, % LIM, L
{"title":"Pendugaan Kualitas Karkas Sapi Persilangan Belgian Blue dan Friesian Holstein dengan Teknik Pencitraan Ultrasonografi","authors":"Maya Purwanti, Lilis Riyanti, A. Rahman, Rifa Rafi'atu Sw","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.19734","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.19734","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi/kerbau melalui pengembangan sapi keturunan Belgian Blue. Salah satu bangsa sapi yang dikembangkan adalah sapi persilangan Belgian Blue dengan Friesian Holstein (BBXFH). Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kualitas karkas sapi persilangan Belgian Blue (BB) dengan Friesian Holstein (FH) dengan menggunakan teknik pencitraan ultrasonografi (USG). Sapi yang digunakan dalam penelitian merupakan sapi pada turunan pertama (F1). Sebanyak 13 ekor sapi jantan hasil persilangan BB dan FH berasal dari BET Cipelang 5 ekor dan 8 ekor dari BBPTU HPT Baturraden dengan umur 14-18 bulan. Pengukuran back fat (BF), longissimus dorsi (LD), skor marbling (SM) dan lemak intramuskular (LIM) dilakukan di antara tulang rusuk ke-12 dan ke-13 dengan teknik pencitraan ultrasonografi. Pengukuran rump fat (RF) dan rump thickness (RT) dilakukan di antara daerah ischium dan ilium. Nilai SM dan PIF dianalisis lebih lanjut menggunakan software image-J sehingga menghasilkan integrated density dan dilakukan uji regresi untuk menentukan kurva standar dan skor marbling serta persentase LIM. Data dianalisis menggunakan uji-t tidak berpasangan (independence t-test) berdasarkan perbedaan lokasi pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan lokasi tidak memberikan pengaruh pada skor marbling, %LIM, ketebalan LD, dan ketebalan RT (P0,05), tetapi memberikan pengaruh pada ketebalan BF dan RF (P0,05). Faktor perbedaan pakan juga belum mampu memberikan pengaruh pada SM dan %LIM. Perbedaan ketebalan BF dan RF dapat dipengaruhi karena perbedaan manajemen pemeliharaan dimana sapi-sapi di BBPTU HPT Baturraden dipelihara dengan sistem penggembalaan sehingga mengalami penurunan ketebalan BF dan RF. (Estimation of Carcass Quality in Belgian Blue and Friesian Holstein Crossbreed using Ultrasound Imaging) ABSTRAK. The Ministry of Agriculture strives to achieve beef/buffalo self-sufficiency through the development of Belgian Blue breeds. One of the breeds that has been developed is the crossbreed of Belgian Blue and Friesian Holstein (BBXFH). This study aimed to evaluate the carcass quality of crossbreed BBXFH using ultrasound imaging technique (USG). Cattle used in the study were first breed (F1). A total of 13 bulls BBXFH came from BET Cipelang and BBPTU HPT Baturraden respectively 5 and 8 heads (14-18 months age). Measurements of back fat (BF), longissimus dorsi (LD), marbling score (SM) and intramuscular fat (LIM) were performed between the 12th and 13th ribs by ultrasound imaging technique. Rump fat (RF) and rump thickness (RT) measurements were performed between the ischium and ilium areas. The SM and PIF values were analyzed using image-J software and a regression test was performed to determine the standard curve and the marbling score and the LIM percentage. Data were analyzed using unpaired t-test. The results showed that the difference in location had no effect on the marbling score, % LIM, L","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45147130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/agripet.v21i2.22664
Achmad Hk Situmorang, M. Yaman, Elmy Mariana
ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat fermentasi dan silase eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan kimia darah pada domba ekor tipis. Sebanyak 16 ekor domba ekor tipis digunakan dalam penelitian ini. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor pakan yang terdiri atas P0 (pakan basal 100%), P1 (pakan basal 80% dan konsentrat fermentasi 20%), P2 (pakan basal 70%, konsentrat fermentasi 10%, dan silase eceng gondok 20%), P3 (pakan basal 60%, konsentrat fermentasi, 10%, dan silase eceng gondok 30%) dan faktor jenis kelamin (jantan dan betina). Parameter penelitian yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan berat badan, kadar protein, glukosa, dan kolesterol dalam darah. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis sidik ragam, jika diperoleh hasil yang berbeda akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan kadar kolesterol darah domba ekor tipis. Perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap pertambahan berat badan, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kimia darah. Kesimpulannya penggunaan silase eceng gondok sebagai substitusi pakan basal dengan imbangan yang berbeda mampu meningkatkan konsumsi pakan, berat badan harian domba ekor tipis, dan tidak memengaruhi kesehatan ternak jika ditinjau dari komponen kimia darah yang terdiri atas dan kadar glukosa, protein, dan kolesterol darah. (Effect of fermentation concentrate and water hyacinth (Eichhornia crassipes) silage on feed consumption, weight gain, and blood chemistry of thin-tailed sheep) ABSTRAK. This study aimed to determine the effect of fermented concentrate and water hyacinth silage (Eichhornia crassipes) on feed consumption, weight gain, and blood chemistry of thin-tailed sheep. A total of 16 thin tailed-sheep were used in this study. The research design used was a completely randomized design with a factorial pattern consisting of 2 factors, namely: feed factor consisting of P0 (100% basal feed), P1 (80% basal feed and 20% fermented concentrate), P2 (70% basal feed, 10% concentrate fermentation, and 20% water hyacinth silage), P3 (60% basal feed, 10% fermented concentrate, and 30% water hyacinth silage) and sex factors (male and female). The research parameters observed were feed consumption, weight gain, protein, glucose, and cholesterol levels in the blood. The data obtained were analyzed by analysis of variance and continued with Duncan's Multiple Range Test. The results showed that sex differences had a very significant effect (P0.01) on feed consumption, weight gain, and blood cholesterol levels of thin-tailed sheep. Feed treatment had a very significant effect (P0.01) on weight gain but did not affect blood chemistry. In conclusion, the use of water hyac
抽象。这项研究的目的是确定玉米淀粉的摄入、体重增加和瘦羊血液化学的发酵和红杉酶的作用。这项研究使用了多达16条瘦尾巴。阶乘的设计使用的研究是完全随机设计图案即由两个因素:因素组成的饲料饲料P0 (100%), P1(玄武岩玄武岩80%和20%的浓缩发酵饲料发酵),P2(70%的玄武岩,浓缩饲料10%,饲料青贮水葫芦20%),P3(60%、10%和青贮发酵,浓缩玄武岩水葫芦30%)和性别因素(雄性和雌性)。所观察到的研究参数包括饲料的摄入、体重增加、蛋白质、葡萄糖和血液中的胆固醇水平。通过分析不同结果的分析分析了数据,然后进行了多次测试。研究结果显示,性别差异对饲料摄入、体重增加和瘦羊血胆固醇的影响非常明显(p0.01)。饲料治疗对体重增加有明显的影响,但对血液化学没有影响。其结论是,用水牛城酶作为不同标签的替代基底管,可以增加饲料的摄入、瘦尾羊的日常体重,并在血液化学成分和葡萄糖、蛋白质和血液胆固醇水平之间对牲畜的健康产生影响。(《饥饿冲击》、《重量增益》和《抱着羊的血化学》对口相左)抽象。这项研究已经确定了喂养人质、重量增益和肉血羊的影响。这项研究总共花了16吨。研究设计以前是a完全randomized设计与factorial模式consisting of 2 factors, namely: feed因子consisting of P0(100%)联播,P1玄武岩(80%和20% fermented集中精力)联播,玄武岩P2(70%的玄武岩的饲料,10%集中精力fermentation, 60%和20%的水风信子silage), P3(玄武岩,10% fermented集中精力的饲料,水风信子silage 30%)和性factors(男性和女性)。研究对象观察到的是摄入、重量、蛋白质、葡萄糖和血液中的胆固醇水平。分析结果显示,邓肯进行了多次试验。结果表明,性差异产生了非常重要的影响(P0.01),以喂养人质、体重和血液选择的平衡平衡。Feed的treatment对增益有非常重要的影响,但没有受到血液化学的影响。在结束语中,水的循环作为一种基础的替代饲料可以增加饲料的重量,这是一种日常的身体重量,当从血液化学的结合中观察到葡萄糖、蛋白质和cholesterol的基质时,不会对livestock健康健康产生影响。
{"title":"Pengaruh Pemberian Konsentrat Fermentasi dan Silase Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan, dan Kimia Darah Domba Ekor Tipis","authors":"Achmad Hk Situmorang, M. Yaman, Elmy Mariana","doi":"10.17969/agripet.v21i2.22664","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/agripet.v21i2.22664","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat fermentasi dan silase eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan kimia darah pada domba ekor tipis. Sebanyak 16 ekor domba ekor tipis digunakan dalam penelitian ini. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor pakan yang terdiri atas P0 (pakan basal 100%), P1 (pakan basal 80% dan konsentrat fermentasi 20%), P2 (pakan basal 70%, konsentrat fermentasi 10%, dan silase eceng gondok 20%), P3 (pakan basal 60%, konsentrat fermentasi, 10%, dan silase eceng gondok 30%) dan faktor jenis kelamin (jantan dan betina). Parameter penelitian yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan berat badan, kadar protein, glukosa, dan kolesterol dalam darah. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis sidik ragam, jika diperoleh hasil yang berbeda akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan kadar kolesterol darah domba ekor tipis. Perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap pertambahan berat badan, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kimia darah. Kesimpulannya penggunaan silase eceng gondok sebagai substitusi pakan basal dengan imbangan yang berbeda mampu meningkatkan konsumsi pakan, berat badan harian domba ekor tipis, dan tidak memengaruhi kesehatan ternak jika ditinjau dari komponen kimia darah yang terdiri atas dan kadar glukosa, protein, dan kolesterol darah. (Effect of fermentation concentrate and water hyacinth (Eichhornia crassipes) silage on feed consumption, weight gain, and blood chemistry of thin-tailed sheep) ABSTRAK. This study aimed to determine the effect of fermented concentrate and water hyacinth silage (Eichhornia crassipes) on feed consumption, weight gain, and blood chemistry of thin-tailed sheep. A total of 16 thin tailed-sheep were used in this study. The research design used was a completely randomized design with a factorial pattern consisting of 2 factors, namely: feed factor consisting of P0 (100% basal feed), P1 (80% basal feed and 20% fermented concentrate), P2 (70% basal feed, 10% concentrate fermentation, and 20% water hyacinth silage), P3 (60% basal feed, 10% fermented concentrate, and 30% water hyacinth silage) and sex factors (male and female). The research parameters observed were feed consumption, weight gain, protein, glucose, and cholesterol levels in the blood. The data obtained were analyzed by analysis of variance and continued with Duncan's Multiple Range Test. The results showed that sex differences had a very significant effect (P0.01) on feed consumption, weight gain, and blood cholesterol levels of thin-tailed sheep. Feed treatment had a very significant effect (P0.01) on weight gain but did not affect blood chemistry. In conclusion, the use of water hyac","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43028066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.18409
A. N. Syamsi, H. S. Widodo, Harwanto Harwanto
ABSTRACT. The study aimed to determine the protein-energy synchronization (PES) index of the various energy source of feed concentrate in vitro, as a database for the preparation of ruminant rations based on the PES index. The research was conducted from May to August 2020. The research was carried out experimentally through three stages: proximate analysis, in vitro digestibility test, and index calculation. The materials used were rumen fluid of three Jawa Randu Goats, taken shortly after being slaughtered at Sokaraja Goat Slaughterhouse, and seven types of energy sources of feed concentrate. Each feedstuff was duplicated for 3 replications, then the digestibility data for organic matter and protein of each feedstuff were collected at the 2nd, 4th, 6th, 8th, 12th, 24th, and 48th hour by in vitro fermentation. The data collection results were then regressed and the results were included in the PES index equation. The variable measured was the PES synchronization index. The results showed that the PES index of rice bran was 0.54, rice polish 0.50, pollard 0.57, corn 0.87, dried cassava 0.94, dried cassava dreg 0.90, and bread flour 0.94. The study concluded that the energy source of feed concentrate are potential as the medium to the high category of PES index values in the preparation of ruminant rations, where corn, dried cassava, dried cassava dreg, and bread flour have a PES index in the high category, while rice bran, rice polish, and pollard in the medium category. (Indeks sinkronisasi protein-energi berbagai bahan pakan konsentrat sumber energi bagi ruminansia) ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi indeks sinkronisasi protein-energi (SPE) berbagai bahan pakan konsentrat sumber energy, sebagai basis data penyusunan ransum ruminansia berbasis indeks SPE secara in vitro. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Agustus 2020. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental melalui tiga tahap yaitu analisis proksimat, kecernaan in vitro, dan perhitungan indeks. Materi yang digunakan adalah cairan rumen 3 Kambing Jawa Randu yang diambil sesaat setelah disembelih di Rumah Potong Hewan Sokaraja, serta 7 jenis bahan pakan konsentrat sumber energi. Masing-masing bahan pakan diduplikasi sebanyak 3 ulangan, kemudian masing-masing diukur kecernaan bahan organik dan protein pada waktu fermentasi in vitro ke 2, 4, 6, 8, 12, 24 dan 48 jam. Data yang dikoleksi selanjutnya di uji regresi dan hasilnya dimasukkan dalam persamaan indeks SPE. Variabel yang diukur adalah indeks SPE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks SPE dedak sebesar 0,54, bekatul 0,50, pollard 0,57, jagung 0,87, gaplek 0,94, onggok kering 0,90 dan tepung roti 0,94. Penelitian menyimpulkan bahwa, konsentrat sumber energi memiliki potensi nilai indeks sinkronisasi protein-energi pada kategori sedang hingga tinggi dalam penyusunan ransum ruminansia. Jagung, gaplek, onggok kering dan tepung roti memiliki indeks sinkronisasi protein-energi pada kategori tinggi, sedangka
摘要本研究旨在测定不同能量来源的饲料精料的体外蛋白质-能量同步(PES)指数,为根据PES指数制备反刍动物口粮提供数据库。该研究于2020年5月至8月进行。实验研究分为三个阶段:近似分析、体外消化率试验和指标计算。所使用的材料是在Sokaraja山羊屠宰场屠宰后不久采集的3只Jawa Randu山羊的瘤胃液,以及7种能量来源的浓缩饲料。每种饲料重复3个重复,分别于体外发酵第2、第4、第6、第8、第12、第24、第48 h采集每种饲料的有机物和蛋白质消化率数据。将数据采集结果进行回归,纳入PES指数方程。测量的变量为PES同步指数。结果表明:米糠PES指数分别为0.54、米粉0.50、pollard 0.57、玉米0.87、干木薯0.94、干木薯渣0.90、面包粉0.94;研究认为,饲料精料的能量来源有潜力成为反刍动物口粮制备中PES指数的中高类别,其中玉米、干木薯、干木薯渣和面包粉的PES指数为高类别,米糠、米粉和pollard为中类别。【关键词】蛋白质能量;反刍动物;蛋白质能量;在体外研究了土鳖的蛋白质能量(SPE)、瘤胃的蛋白质能量(SPE)、瘤胃的蛋白质能量(SPE)和瘤胃的蛋白质能量(SPE)。Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei xingga Agustus 2020。Penelitian dilaksanakan secara的实验结果表明,在体外,kecernaan, perhitungan指标。3 Kambing Jawa Randu yang diambil sesaat setelah disembelh di Rumah Potong Hewan Sokaraja, serta 7 jenis bahan pakan konsentrat sumber ergi。Masing-masing bahan pakan diduplikasi sebanyak 3 ulangan kemudian Masing-masing diukur kecernaan bahan organik丹蛋白质篇waktu fermentasi体外膈2,4,6,8、12、24丹48果酱。数据来源:中国科学院,中国科学院,中国科学院,中国科学院。变数变数变数变数变数变数变数变数变数。哈萨克peneltian menunjukkan bahwa指数SPE deak sebesar 0,54, bekatul 0,50, pollard 0,57, jagung 0,87, gaplek 0,94, onggok kering 0,90和tepung roti 0,94。penpentian menypenpenkan bahwa, konsentrtrsumenermemiliki potential nilai indeks, sinkronissi, protein- energdpa, kategori, sedang, hingga, tinggi dalam, penpensuman和ranmerumia。Jagung, gaplek, onggok kering dan tepung roti memiliki indeks sinkronissi蛋白质能量paada kategori tinggi, sedangkan deak, bekatul danpollard paada kategori sedang。
{"title":"Protein-Energy Synchronization Index of Various Energy Source of Feed Concentrate for Ruminants","authors":"A. N. Syamsi, H. S. Widodo, Harwanto Harwanto","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.18409","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.18409","url":null,"abstract":"ABSTRACT. The study aimed to determine the protein-energy synchronization (PES) index of the various energy source of feed concentrate in vitro, as a database for the preparation of ruminant rations based on the PES index. The research was conducted from May to August 2020. The research was carried out experimentally through three stages: proximate analysis, in vitro digestibility test, and index calculation. The materials used were rumen fluid of three Jawa Randu Goats, taken shortly after being slaughtered at Sokaraja Goat Slaughterhouse, and seven types of energy sources of feed concentrate. Each feedstuff was duplicated for 3 replications, then the digestibility data for organic matter and protein of each feedstuff were collected at the 2nd, 4th, 6th, 8th, 12th, 24th, and 48th hour by in vitro fermentation. The data collection results were then regressed and the results were included in the PES index equation. The variable measured was the PES synchronization index. The results showed that the PES index of rice bran was 0.54, rice polish 0.50, pollard 0.57, corn 0.87, dried cassava 0.94, dried cassava dreg 0.90, and bread flour 0.94. The study concluded that the energy source of feed concentrate are potential as the medium to the high category of PES index values in the preparation of ruminant rations, where corn, dried cassava, dried cassava dreg, and bread flour have a PES index in the high category, while rice bran, rice polish, and pollard in the medium category. (Indeks sinkronisasi protein-energi berbagai bahan pakan konsentrat sumber energi bagi ruminansia) ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi indeks sinkronisasi protein-energi (SPE) berbagai bahan pakan konsentrat sumber energy, sebagai basis data penyusunan ransum ruminansia berbasis indeks SPE secara in vitro. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Agustus 2020. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental melalui tiga tahap yaitu analisis proksimat, kecernaan in vitro, dan perhitungan indeks. Materi yang digunakan adalah cairan rumen 3 Kambing Jawa Randu yang diambil sesaat setelah disembelih di Rumah Potong Hewan Sokaraja, serta 7 jenis bahan pakan konsentrat sumber energi. Masing-masing bahan pakan diduplikasi sebanyak 3 ulangan, kemudian masing-masing diukur kecernaan bahan organik dan protein pada waktu fermentasi in vitro ke 2, 4, 6, 8, 12, 24 dan 48 jam. Data yang dikoleksi selanjutnya di uji regresi dan hasilnya dimasukkan dalam persamaan indeks SPE. Variabel yang diukur adalah indeks SPE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks SPE dedak sebesar 0,54, bekatul 0,50, pollard 0,57, jagung 0,87, gaplek 0,94, onggok kering 0,90 dan tepung roti 0,94. Penelitian menyimpulkan bahwa, konsentrat sumber energi memiliki potensi nilai indeks sinkronisasi protein-energi pada kategori sedang hingga tinggi dalam penyusunan ransum ruminansia. Jagung, gaplek, onggok kering dan tepung roti memiliki indeks sinkronisasi protein-energi pada kategori tinggi, sedangka","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43458723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-01DOI: 10.17969/AGRIPET.V21I2.20351
Lilik Krismiyanto, Nyoman Suthama, H. I. Wahyuni
ABSTRACT. Penelitian bertujuan untuk mengkaji perkembangan bakteri usus halus dan performan ayam kampung silangan kampung-leghorn (KL) akibat ditambahkan ekstrak umbi dahlia dalam ransum. Ternak percobaan yang digunakan adalah persilangan ayam kampung silangan KL sebanyak 200 ekor umur 22 hari dengan rata-rata bobot badan 180,46 ± 1,21 g. Bahan perlakuan meliputi umbi dahlia, ethanol 70%, kertas saring halus serta bahan pakan penyusun ransum (jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, CaCO3 dan mineral dan vitamin mix). Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan (masing-masing unit percobaan diisi 10 ekor). Perlakuan yang diterapkan meliputi: P0=Ransum kontrol/RK, P1=RK+0,39% ekstrak umbi dahlia, P2=RK+0,78 ekstrak umbi dahlia, dan P3= RK+1,17 ekstrak umbi dahlia. Parameter yang diukur meliputi populasi bakteri asam laktat, Escherichia coli, pH digesta tiap masing-masing segmen usus halus dan pertambahan bobot badan harian (PBBH). Data dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam dan jika berpengaruh nyata dilakukan uji beda nyata Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak umbi dahlia berpengaruh nyata terhadap populasi bakteri asam laktat, Escherichia coli, pH digesta tiap masing-masing segmen usus halus dan PBBH. Kesimpulan adalah penambahan ekstrak umbi dahlia sampai taraf 1,17% sebagai sumber inulin di dalam ransum dapat meningkatkan populasi bakteri asam laktat, menurunkan pH dan Escherichia coli pada masing-masing segmen usus halus serta memperlambat laju digesta dan meningkatkan PBBH. (Population of small intestine bacteria and performance of native chicken-leghorn crossbreed duo to feeding of dahlia tuber extract) ABSTRAK. This study aims to examine the development of small intestine bacteria and the performances of native chicken-leghorn crossbreed due to the addition of dahlia tuber extract in the diet. Experimental animals were 200 unsex native chicken-leghorn crossbreed, 22 days old with an average body weight of 180.46 ± 1.21 g. Treatment materials include dahlia tuber, ethanol 70%, fine filter paper and feed stuff (yellow corn, rice bran, soy bean meal, fish meal, CaCO3, and vitamin-mineral mix). The present experiment was assigned in a completely randomized with 4 treatments and 5 replications (10 birds each). The treatments were: P0=Control Diet/CD, P1=CD+0,39% dahlia tuber extract, P2=CD+0,78% dahlia tuber extract and P3=CD+1,17% dahlia tuber extract. Parameters measured were the number of Lactic Acid Bacteria (LAB), Escherichia coli, intestinal potential hydrogen (pH) (duodenal, jejunal and ileal), rate of passage and daily body weight gain (DBWG). Data were subjected to ANOVA and followed by Duncan Multiple Range Test on 5% level. The results indicated that feeding native chicken-leghorn crossbreed with the diet containing dahlia tuber extract (DTE) significantly (P0.05) increased LAB population and DBWG, decreased E. coli population a
{"title":"Populasi Bakteri Usus Halus dan Performan Ayam Kampung Silangan Kampung-Leghorn Akibat Ditambahkan Ekstrak Umbi Dahlia dalam Ransum","authors":"Lilik Krismiyanto, Nyoman Suthama, H. I. Wahyuni","doi":"10.17969/AGRIPET.V21I2.20351","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/AGRIPET.V21I2.20351","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Penelitian bertujuan untuk mengkaji perkembangan bakteri usus halus dan performan ayam kampung silangan kampung-leghorn (KL) akibat ditambahkan ekstrak umbi dahlia dalam ransum. Ternak percobaan yang digunakan adalah persilangan ayam kampung silangan KL sebanyak 200 ekor umur 22 hari dengan rata-rata bobot badan 180,46 ± 1,21 g. Bahan perlakuan meliputi umbi dahlia, ethanol 70%, kertas saring halus serta bahan pakan penyusun ransum (jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, CaCO3 dan mineral dan vitamin mix). Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan (masing-masing unit percobaan diisi 10 ekor). Perlakuan yang diterapkan meliputi: P0=Ransum kontrol/RK, P1=RK+0,39% ekstrak umbi dahlia, P2=RK+0,78 ekstrak umbi dahlia, dan P3= RK+1,17 ekstrak umbi dahlia. Parameter yang diukur meliputi populasi bakteri asam laktat, Escherichia coli, pH digesta tiap masing-masing segmen usus halus dan pertambahan bobot badan harian (PBBH). Data dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam dan jika berpengaruh nyata dilakukan uji beda nyata Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak umbi dahlia berpengaruh nyata terhadap populasi bakteri asam laktat, Escherichia coli, pH digesta tiap masing-masing segmen usus halus dan PBBH. Kesimpulan adalah penambahan ekstrak umbi dahlia sampai taraf 1,17% sebagai sumber inulin di dalam ransum dapat meningkatkan populasi bakteri asam laktat, menurunkan pH dan Escherichia coli pada masing-masing segmen usus halus serta memperlambat laju digesta dan meningkatkan PBBH. (Population of small intestine bacteria and performance of native chicken-leghorn crossbreed duo to feeding of dahlia tuber extract) ABSTRAK. This study aims to examine the development of small intestine bacteria and the performances of native chicken-leghorn crossbreed due to the addition of dahlia tuber extract in the diet. Experimental animals were 200 unsex native chicken-leghorn crossbreed, 22 days old with an average body weight of 180.46 ± 1.21 g. Treatment materials include dahlia tuber, ethanol 70%, fine filter paper and feed stuff (yellow corn, rice bran, soy bean meal, fish meal, CaCO3, and vitamin-mineral mix). The present experiment was assigned in a completely randomized with 4 treatments and 5 replications (10 birds each). The treatments were: P0=Control Diet/CD, P1=CD+0,39% dahlia tuber extract, P2=CD+0,78% dahlia tuber extract and P3=CD+1,17% dahlia tuber extract. Parameters measured were the number of Lactic Acid Bacteria (LAB), Escherichia coli, intestinal potential hydrogen (pH) (duodenal, jejunal and ileal), rate of passage and daily body weight gain (DBWG). Data were subjected to ANOVA and followed by Duncan Multiple Range Test on 5% level. The results indicated that feeding native chicken-leghorn crossbreed with the diet containing dahlia tuber extract (DTE) significantly (P0.05) increased LAB population and DBWG, decreased E. coli population a","PeriodicalId":30910,"journal":{"name":"Jurnal Agripet","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49351554","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}