Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah merah pada tikus yang diimplan porous tantalum berlapis hidroksiapatit. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor tikus jantan, galur Sprague Dawley, umur ±3 bulan yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kontrol tanpa implant (K1), kelompok implan porous tantalum (K2), dan kelompok implan porous tantalum berlapis hidroksiapatit (K3). Pengambilan darah dilakukan melalui vena pada ekor di hari ke-0 sebelum pemasangan implan, ke-14, dan ke-30 setelah pemasangan implan. Pengamatan data parameter darah merah meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin (Hb), dan persentase hematokrit. Hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar Hb, dan hematokrit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada masing-masing kelompok perlakuan kecuali jumlah sel darah merah pada kelompok tikus yang yang diimplan dengan porous tantalum tanpa lapis meningkat pada hari ke-30 dan menunjukkan perbedaan dibandingkan kelompok lainnya (P
{"title":"PENGARUH IMPLANTASI POROUS TANTALUM BERLAPIS HIDROKSIAPATIT TERHADAP GAMBARAN DARAH MERAH TIKUS SPRAGUE DAWLEY","authors":"Budianto Panjaitan, Gunanti Gunanti, Deni Noviana, Mokhamad Fakhrul Ulum, Irza Sukmana","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2650","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2650","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah merah pada tikus yang diimplan porous tantalum berlapis hidroksiapatit. Dalam \u0000penelitian ini digunakan 12 ekor tikus jantan, galur Sprague Dawley, umur ±3 bulan yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kontrol \u0000tanpa implant (K1), kelompok implan porous tantalum (K2), dan kelompok implan porous tantalum berlapis hidroksiapatit (K3). Pengambilan \u0000darah dilakukan melalui vena pada ekor di hari ke-0 sebelum pemasangan implan, ke-14, dan ke-30 setelah pemasangan implan. Pengamatan data \u0000parameter darah merah meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin (Hb), dan persentase hematokrit. Hasil perhitungan jumlah sel darah \u0000merah, kadar Hb, dan hematokrit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada masing-masing kelompok perlakuan kecuali jumlah sel \u0000darah merah pada kelompok tikus yang yang diimplan dengan porous tantalum tanpa lapis meningkat pada hari ke-30 dan menunjukkan \u0000perbedaan dibandingkan kelompok lainnya (P","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2628
J. Melia, A. Amrozi, Ligaya Ita TumbelakaLigaya
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pengobatan endometritis dengan menggunakan kombinasi antibiotik (gentamicine, flumequine) dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2α) berdasarkan pengamatan dinamika ovarium dengan metode ultrasonografi (USG). Enam ekor sapi endometritis dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok I (K1, n= 3) diterapi dengan 250 mg Gentamicine, 250 mg Flumequine, dan 12,5 mg PGF2α secara intra-uterus. Kelompok II (K2, n= 3) diterapi menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama seperti pada Kelompok I. Hasil pengamatan terhadap sapi-sapi endometritis K1 dan K2 memperlihatkan rataan panjang siklus estrus selama 18 hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kelas folikel pada kedua kelompok perlakuan. Folikel besar (DF) dan folikel besar kedua (SF) pada ke-3 gelombang folikel yang muncul tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara K1 dan K2 (P>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang nyata (P
{"title":"DINAMIKA OVARIUM SAPI ENDOMETRITIS YANG DITERAPI DENGAN GENTAMICINE, FLUMEQUINE DAN ANALOG PROSTAGLANDIN F2 ALPHA (PGF2α) SECARA INTRA UTERUS","authors":"J. Melia, A. Amrozi, Ligaya Ita TumbelakaLigaya","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2628","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2628","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas pengobatan endometritis dengan menggunakan kombinasi antibiotik (gentamicine, \u0000flumequine) dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2α) berdasarkan pengamatan dinamika ovarium dengan metode ultrasonografi (USG). Enam \u0000ekor sapi endometritis dibagi dalam 2 kelompok perlakuan. Kelompok I (K1, n= 3) diterapi dengan 250 mg Gentamicine, 250 mg Flumequine, \u0000dan 12,5 mg PGF2α secara intra-uterus. Kelompok II (K2, n= 3) diterapi menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama \u0000seperti pada Kelompok I. Hasil pengamatan terhadap sapi-sapi endometritis K1 dan K2 memperlihatkan rataan panjang siklus estrus selama 18 \u0000hari. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kelas folikel pada kedua kelompok perlakuan. \u0000Folikel besar (DF) dan folikel besar kedua (SF) pada ke-3 gelombang folikel yang muncul tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara K1 \u0000dan K2 (P>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang nyata (P","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67667842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2653
Yudha Fahrimal, Eliawardani Eliawardani, Afira Rafina, Ali Azhar, Nuzul Asmilia
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah (hematokrit, eritrosit, leukosit, dan diferensial leukosit) tikus yang diinfeksi Trypanosoma evansi (T. evansi) dan diberi ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Duapuluh lima ekor tikus jantan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok 0 (K0) tanpa perlakuan, kelompok I (K1) hanya diinfeksikan dengan 103 T. evansi, kelompok II (K2) diinfeksikan dengan 103T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 30 mg/kg bobot badan, kelompok III (K3) diinfeksikan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 45 mg/kg bobot badan, dan kelompok IV (K4) diinfeksi dengan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 60 mg/kg bobot badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai hematokrit dan eritrosit tikus dari K1, K2, K3 dan K4 lebih rendah dari K0. Sebaliknya, rata-rata ± SD jumlah leukosit (103/µl) lebih tinggi dari K0. Diferensial leukosit menunjukkan jumlah masing-masing sel leukosit semua tikus dalam kelompok perlakuan meningkat setelah pemberian ekstrak kulit batang jaloh kecuali eosinofil dan limfosit yang justru menurun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Infeksi T. evansi menurunkan kadar hematokrit dan eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus dan pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah dalam waktu yang singkat mampu mengembalikan profil darah tikus mendekati nilai normal.
{"title":"PROFIL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINFEKSIKAN Trypanosoma evansi DAN DIBERIKAN EKSTRAK KULIT BATANG JALOH (Salix tetrasperma Roxb)","authors":"Yudha Fahrimal, Eliawardani Eliawardani, Afira Rafina, Ali Azhar, Nuzul Asmilia","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2653","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2653","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah (hematokrit, eritrosit, leukosit, dan diferensial leukosit) tikus yang diinfeksi Trypanosoma evansi (T. evansi) dan diberi ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Duapuluh lima ekor tikus jantan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok 0 (K0) tanpa perlakuan, kelompok I (K1) hanya diinfeksikan dengan 103 T. evansi, kelompok II (K2) diinfeksikan dengan 103T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 30 mg/kg bobot badan, kelompok III (K3) diinfeksikan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 45 mg/kg bobot badan, dan kelompok IV (K4) diinfeksi dengan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 60 mg/kg bobot badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai hematokrit dan eritrosit tikus dari K1, K2, K3 dan K4 lebih rendah dari K0. Sebaliknya, rata-rata ± SD jumlah leukosit (103/µl) lebih tinggi dari K0. Diferensial leukosit menunjukkan jumlah masing-masing sel leukosit semua tikus dalam kelompok perlakuan meningkat setelah pemberian ekstrak kulit batang jaloh kecuali eosinofil dan limfosit yang justru menurun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Infeksi T. evansi menurunkan kadar hematokrit dan eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus dan pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah dalam waktu yang singkat mampu mengembalikan profil darah tikus mendekati nilai normal.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2619
Ida Bagus Oka Winaya, I. K. Berata, A. M. Adi, I. M. Kardena
Telah dilakukan penelitian mengenai aspek patologis infeksi parvovirus pada anak anjing di Denpasar. Sebanyak 80 ekor anak anjing telah diperiksa pada Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana periode tahun 2011- 2012. Enam belas ekor diantaranya menunjukkan gejala klinis berak darah, depresi, anoreksia, dan dehidrasi. Sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat. Perubahan patologi anatomi secara signifikan berupa enteritis haemorrhagis et necrotican dapat ditemukan pada semua anak anjing penderita. Kongesti dan nekrosis ditemukan pada epikardium. Gambaran yang bersifat anemia ditemukan pada jaringan limpa, ginjal, hati, sedangkan paruparu mengalami hiperemia. Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami hiperemia disertai dengan infiltrasi limfosit, villi terlihat atropi dan nekrosis pada kripta Lieberkuhn. Nekrosis limfosit (limfositolisis) ditemukan pada folikel limpa. Kongesti dan nekrosis pada otot jantung namun intranuclear inclusion bodies hanya ditemukan pada satu anak anjing penderita. Penebalan ditemukan pada septa alveoli sedangkan pada hati dan ginjal hanya ditemukan peradangan ringan. Secara klinis bentuk enteritis hemorhagis et necrotican selalu ditemukan pada anak anjing terinfeksi parvovirus di Kota Denpasar. ________________________
{"title":"ASPEK PATOLOGIS INFEKSI PARVOVIRUS PADA ANAK ANJING DI KOTA DENPASAR","authors":"Ida Bagus Oka Winaya, I. K. Berata, A. M. Adi, I. M. Kardena","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2619","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2619","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian mengenai aspek patologis infeksi parvovirus pada anak anjing di Denpasar. Sebanyak 80 ekor anak anjing telah diperiksa pada Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana periode tahun 2011- 2012. Enam belas ekor diantaranya menunjukkan gejala klinis berak darah, depresi, anoreksia, dan dehidrasi. Sinyalemen mengenai umur, jenis kelamin, dan ras juga dicatat. Perubahan patologi anatomi secara signifikan berupa enteritis haemorrhagis et necrotican dapat ditemukan pada semua anak anjing penderita. Kongesti dan nekrosis ditemukan pada epikardium. Gambaran yang bersifat anemia ditemukan pada jaringan limpa, ginjal, hati, sedangkan paruparu mengalami hiperemia. Secara mikroskopis, pada usus halus mengalami hiperemia disertai dengan infiltrasi limfosit, villi terlihat atropi dan nekrosis pada kripta Lieberkuhn. Nekrosis limfosit (limfositolisis) ditemukan pada folikel limpa. Kongesti dan nekrosis pada otot jantung namun intranuclear inclusion bodies hanya ditemukan pada satu anak anjing penderita. Penebalan ditemukan pada septa alveoli sedangkan pada hati dan ginjal hanya ditemukan peradangan ringan. Secara klinis bentuk enteritis hemorhagis et necrotican selalu ditemukan pada anak anjing terinfeksi parvovirus di Kota Denpasar. ________________________","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67667999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2635
Sarmin Sarmin, Amelia Hana, Yuda Heru Fibrianto, C. M. Airin
Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat stres sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok sapi yang dilakukan restraint dengan restraining box tipe Mark 1 (K1, n=13) dan kelompok sapi yang dilakukan restraint dengan metode konvensional (K2, n= 7). Masing-masing kelompok diambil darahnya sebelum dan saat dipotong untuk diperiksa kadar kortisol dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Rata-rata kortisol sapi betina sebelum vs setelah restraint pada K1 dan K2 masing-masing adalah 55,64±52,13 vs 21,23±20,63 ng/ml dan 127,48±150,19 vs 106,28+75,39 ng/ml. Rata-rata kortisol sapi jantan sebelum vs setelah restraint pada K1 dan K2 masing-masing adalah 40,28±38,12 vs 24,21±17,21 ng/ml dan 49,51±38,67 vs 69,62±63,98 ng/ml. Rata-rata kadar kortisol tanpa memperhatikan jenis kelamin pada K1 dan K2 masing-masing adalah 79,50±88,50 vs 95,80±69,69 ng/ml (P>0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar kortisol sebagai indikator stres pada sapi-sapi yang dipotong di RPH Yogyakarta yang mengalami restraint dengan restraining box tipe Mark 1 dan restraint metode konvensional.
这项研究的目的是研究日惹肉牛的压力水平。在本研究中使用20只分为两组,即组的牛做restraint restraining盒的Mark 1型(K1, n = 13)和牛用传统方法做restraint的团体(K2, n = 7)。每组取血之前和皮质醇水平切割时间检查enzyme-linked immunosorbent化验(ELISA)。皮质醇母牛平均restraint之前与之后在K1和K2都是55.64±52.13 vs 21,23±20.63 ng / ml和127.48±150.19 vs 106.28 + 75.39 ng / ml。之前平均皮质醇公牛vs在K1和K2都是40.28 restraint之后±38.12 vs 24.21±17,21 ng / ml和49.51±38.67 vs 69.62±63.98 ng / ml。皮质醇水平平均在K1和K2都是没有注意到性别79.50±88.50 vs 95.80±69,69 ng / ml (P > 0。05)。研究表明,皮质醇水平没有差异,皮质醇是日惹RPH切割奶牛的压力指标,其压力带有Mark 1类型的保留箱和传统方法的保留。
{"title":"KAJIAN KADAR KORTISOL SAPI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN YOGYAKARTA","authors":"Sarmin Sarmin, Amelia Hana, Yuda Heru Fibrianto, C. M. Airin","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2635","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2635","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat stres sapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Yogyakarta. Dalam penelitian ini \u0000digunakan 20 ekor sapi yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok sapi yang dilakukan restraint dengan restraining box tipe Mark 1 \u0000(K1, n=13) dan kelompok sapi yang dilakukan restraint dengan metode konvensional (K2, n= 7). Masing-masing kelompok diambil darahnya \u0000sebelum dan saat dipotong untuk diperiksa kadar kortisol dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Rata-rata kortisol sapi betina \u0000sebelum vs setelah restraint pada K1 dan K2 masing-masing adalah 55,64±52,13 vs 21,23±20,63 ng/ml dan 127,48±150,19 vs 106,28+75,39 \u0000ng/ml. Rata-rata kortisol sapi jantan sebelum vs setelah restraint pada K1 dan K2 masing-masing adalah 40,28±38,12 vs 24,21±17,21 ng/ml dan \u000049,51±38,67 vs 69,62±63,98 ng/ml. Rata-rata kadar kortisol tanpa memperhatikan jenis kelamin pada K1 dan K2 masing-masing adalah \u000079,50±88,50 vs 95,80±69,69 ng/ml (P>0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar kortisol sebagai indikator stres pada sapi-sapi \u0000yang dipotong di RPH Yogyakarta yang mengalami restraint dengan restraining box tipe Mark 1 dan restraint metode konvensional.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2652
S. Sugito, Nurliana Nurliana, D. Aliza, Samadi Samadi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek suplementasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb) (TDJ) dalam pakan terhadap nilai diferensial leukosit dan ketahanan hidup setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara pada akuarium diberi peningkatan suhu lingkungan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2x4. Faktor pertama adalah penambahan jumlah tepung daun jaloh dalam pakan yaitu: 0% (P1), 5% (P2), 10% (P3), dan 15% (P4) dari berat pakan dan faktor kedua adalah suhu air dalam akuarium yaitu 29±1 C (S1) dan 35±1 C (S2), sehingga didapat 8 kombinasi perlakuan yaitu: P1S1, P2S1, P3S1, P4S1, P1S2, P2S2, P3S2, dan P4S2 dengan ulangan 10 ekor ikan per perlakuan. Sebanyak 80 ekor ikan nila dengan bobot badan 40-50 g secara acak dibagi ke dalam 8 perlakuan. Perlakuan dilakukan selama 30 hari. Pada hari ke 31 dilakukan pengambilan sampel darah dan uji tantang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi pakan dengan TDJ pada konsentrasi 5-15% tidak berpengaruh terhadap nilai diferensial leukosit ikan nila yang dipelihara pada suhu lingkungan yang berbeda. Suplementasi TDJ dalam pakan sebanyak 5-10% dapat mengurangi kematian ikan akibat infeksi Aeromonas hydrophila terutama pada suhu 35±1 C. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan nila yang dipelihara pada akuarium dengan suhu air 35±1 C dan diberi pakan yang disuplementasi TDJ 5-10% dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan nila.
{"title":"DIFERENSIAL LEUKOSIT DAN KETAHANAN HIDUP PADA UJI TANTANG Aeromonas hydrophila IKAN NILA YANG DIBERI STRES PANAS DAN SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN JALOH DALAM PAKAN","authors":"S. Sugito, Nurliana Nurliana, D. Aliza, Samadi Samadi","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2652","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2652","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek suplementasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb) (TDJ) dalam pakan terhadap nilai \u0000diferensial leukosit dan ketahanan hidup setelah uji tantang dengan Aeromonas hydrophila pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara \u0000pada akuarium diberi peningkatan suhu lingkungan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2x4. Faktor pertama adalah \u0000penambahan jumlah tepung daun jaloh dalam pakan yaitu: 0% (P1), 5% (P2), 10% (P3), dan 15% (P4) dari berat pakan dan faktor kedua adalah \u0000suhu air dalam akuarium yaitu 29±1 C (S1) dan 35±1 C (S2), sehingga didapat 8 kombinasi perlakuan yaitu: P1S1, P2S1, P3S1, P4S1, P1S2, \u0000P2S2, P3S2, dan P4S2 dengan ulangan 10 ekor ikan per perlakuan. Sebanyak 80 ekor ikan nila dengan bobot badan 40-50 g secara acak dibagi ke \u0000dalam 8 perlakuan. Perlakuan dilakukan selama 30 hari. Pada hari ke 31 dilakukan pengambilan sampel darah dan uji tantang. Hasil penelitian ini \u0000menunjukkan bahwa suplementasi pakan dengan TDJ pada konsentrasi 5-15% tidak berpengaruh terhadap nilai diferensial leukosit ikan nila yang \u0000dipelihara pada suhu lingkungan yang berbeda. Suplementasi TDJ dalam pakan sebanyak 5-10% dapat mengurangi kematian ikan akibat infeksi \u0000Aeromonas hydrophila terutama pada suhu 35±1 C. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan nila yang dipelihara pada akuarium \u0000dengan suhu air 35±1 C dan diberi pakan yang disuplementasi TDJ 5-10% dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan nila.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668927","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2624
Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Masriani M
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gangguan fungsi hati yang terjadi akibat pemberian karbon tetraklorida (CCl4) pada berbagai tingkatan dosis terhadap induk bunting. Karbon tetraklorida dosis tunggal 0,014 dan 0,14 ml/20 g bobot badan mencit diberikan secara intraperitoneum pada mencit bunting, lalu diamati kerusakan yang terjadi pada hati. Kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar enzim alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST) dalam serum, dan gambaran histopatologi hati. Dibandingkan dengan kont rol, pemberian CCl4 dosis 0,014 ml/20 g bobot badan mengakibatkan peningkatan ALT dan AST, bahkan pada dosis 0,14 ml/20 g bobot badan mengakibatkan induk mati dalam waktu kurang dari 24 jam setelah perlakuan. Gambaran histopatologis sel-sel hati pada kelompok mencit bunting yang mendapatkan CCl4 0,014 ml/20 g bobot badan menunjukkan terjadinya steatosis. Dapat disimpulkan bahwa pemberian karbon tetraklorida pada induk bunting menimbulkan kerusakan seiring peningkatan dosis yang diinduksikan, bahkan berakibat kematian .
{"title":"GANGGUAN FUNGSI HATI INDUK BUNTING AKIBAT PEMBERIAN KARBON TETRAKLORIDA","authors":"Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Masriani M","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2624","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2624","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gangguan fungsi hati yang terjadi akibat pemberian karbon tetraklorida (CCl4) pada berbagai tingkatan dosis terhadap induk bunting. Karbon tetraklorida dosis tunggal 0,014 dan 0,14 ml/20 g bobot badan mencit diberikan secara intraperitoneum pada mencit bunting, lalu diamati kerusakan yang terjadi pada hati. Kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar enzim alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST) dalam serum, dan gambaran histopatologi hati. Dibandingkan dengan kont rol, pemberian CCl4 dosis 0,014 ml/20 g bobot badan mengakibatkan peningkatan ALT dan AST, bahkan pada dosis 0,14 ml/20 g bobot badan mengakibatkan induk mati dalam waktu kurang dari 24 jam setelah perlakuan. Gambaran histopatologis sel-sel hati pada kelompok mencit bunting yang mendapatkan CCl4 0,014 ml/20 g bobot badan menunjukkan terjadinya steatosis. Dapat disimpulkan bahwa pemberian karbon tetraklorida pada induk bunting menimbulkan kerusakan seiring peningkatan dosis yang diinduksikan, bahkan berakibat kematian .","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67667954","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2630
Razali R, Azhari A, Andira Novita, Teuku Reza Ferasyi, R. R, Ari S. Munandar
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus) sebagai antelmintik dalam mengurangi jumlah nematoda gastrointestinal pada ternak kambing. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing kacang jantan lokal berumur 1 tahun dengan bobot badan awal 12,6±1,15 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah P0 (kontrol) hanya diberi akuades; P1, diberikan ekstrak air daun katuk sebanyak 7,44 g/hari; dan P2, diberikan ekstrak etanol daun katuk sejumlah 1,89 g/hari. Perlakuan diberikan per oral sebanyak 2 kali sehari selama 40 hari. Makanan kambing berupa hijauan diberikan 2 kali sehari, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Data berat badan dan jumlah nematoda dalam feses dihitung pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan 40 pascaperlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing secara signifikan (P
{"title":"POTENSI SUSPENSI DAN EKSTRAK DAUN KATUK SEBAGAI ANTELMINTIK TERHADAP NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA TERNAK KAMBING","authors":"Razali R, Azhari A, Andira Novita, Teuku Reza Ferasyi, R. R, Ari S. Munandar","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2630","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2630","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus) sebagai antelmintik dalam \u0000mengurangi jumlah nematoda gastrointestinal pada ternak kambing. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing kacang jantan lokal \u0000berumur 1 tahun dengan bobot badan awal 12,6±1,15 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan \u00003 perlakuan dan 5 ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah P0 (kontrol) hanya diberi akuades; P1, diberikan ekstrak air daun katuk sebanyak \u00007,44 g/hari; dan P2, diberikan ekstrak etanol daun katuk sejumlah 1,89 g/hari. Perlakuan diberikan per oral sebanyak 2 kali sehari selama 40 hari. \u0000Makanan kambing berupa hijauan diberikan 2 kali sehari, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Data berat badan dan jumlah nematoda \u0000dalam feses dihitung pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan 40 pascaperlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air dan ekstrak \u0000etanol daun katuk menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing secara signifikan (P","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2631
Sri Hartati, Asmarani Kusumawati, H. Widodo, Dwi Priyo Widodo
Penelitian ini bertujuan merancang kandidat probe dari urutan 529 bp (R529) yang terdapat 200-300 kopi dalam genom Toxoplasma gondii (T. gondii). Untuk menguji spesifitas rancangan probe digunakan perangkat lunak basic local alignment search tool (BLASTN) dari national center for biotechnology information (NCBI) dan Geniuous. Probe DNA sebesar 237 bp dilabel yang dengan digoksigenin disintesis dengan polymerase chain reaction (PCR). Kandidat probe yang dihasilkan berpotensi untuk digunakan lebih lanjut dalam deteksi keberadaan asam nukleat T. gondii pada berbagai teknik hibridisasi.
{"title":"KANDIDAT PROBE DNA DARI URUTAN REPETITIF R529 UNTUK DETEKSI Toxoplasma gondii","authors":"Sri Hartati, Asmarani Kusumawati, H. Widodo, Dwi Priyo Widodo","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2631","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2631","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan merancang kandidat probe dari urutan 529 bp (R529) yang terdapat 200-300 kopi dalam genom Toxoplasma gondii \u0000(T. gondii). Untuk menguji spesifitas rancangan probe digunakan perangkat lunak basic local alignment search tool (BLASTN) dari national \u0000center for biotechnology information (NCBI) dan Geniuous. Probe DNA sebesar 237 bp dilabel yang dengan digoksigenin disintesis dengan \u0000polymerase chain reaction (PCR). Kandidat probe yang dihasilkan berpotensi untuk digunakan lebih lanjut dalam deteksi keberadaan asam \u0000nukleat T. gondii pada berbagai teknik hibridisasi.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668339","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-09-13DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2638
Muslim Akmal, Teuku Reza Ferasyi, Hamdani Budiman, Razali R, Azhari A, Anwar A, Fitra Aji Pamungkas, Saddat Nasution, T. Armansyah, Muhammad Hambal, Syafruddin S, Arman Sayuti
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen bungkil inti sawit (BIS), tepung daun katuk (KAT), dan kombinasi bungkil inti sawit dan tepung daun katuk (BISKAT) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan Ettawa (PE). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor kambing jantan PE, berumur 1,5 tahun dengan berat badan antara 15 -20 kg dan dibagi atas empat kelompok yakni P0, P1, P2, dan P3 yang masing-masing diberi akuades, BIS 100 g/hari/ekor, kombinasi BIS 100 g/hari/ekor dan KAT 15 g/hari/ekor, dan KAT 15 g/hari/ekor. Pemberian perlakuan dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-36 dilakukan kastrasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa yang meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT dapat meningkatkan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan menurunkan abnormalitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa kambing PE.
{"title":"SUPLEMEN BUNGKIL INTI SAWIT TEPUNG DAUN KATUK BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA","authors":"Muslim Akmal, Teuku Reza Ferasyi, Hamdani Budiman, Razali R, Azhari A, Anwar A, Fitra Aji Pamungkas, Saddat Nasution, T. Armansyah, Muhammad Hambal, Syafruddin S, Arman Sayuti","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2638","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I2.2638","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen bungkil inti sawit (BIS), tepung daun katuk (KAT), dan kombinasi \u0000bungkil inti sawit dan tepung daun katuk (BISKAT) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan Ettawa (PE). Dalam \u0000penelitian ini digunakan 20 ekor kambing jantan PE, berumur 1,5 tahun dengan berat badan antara 15 -20 kg dan dibagi atas empat kelompok \u0000yakni P0, P1, P2, dan P3 yang masing-masing diberi akuades, BIS 100 g/hari/ekor, kombinasi BIS 100 g/hari/ekor dan KAT 15 g/hari/ekor, dan \u0000KAT 15 g/hari/ekor. Pemberian perlakuan dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-36 dilakukan kastrasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan \u0000kualitas spermatozoa yang meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian \u0000suplemen kombinasi BISKAT dapat meningkatkan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan menurunkan abnormalitas spermatozoa \u0000dibanding kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa \u0000kambing PE.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-09-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67668435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}