Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1236
I. Suardana, I. H. Utama, M. H. Wibowo
Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan identifikasi serotipe lokal Escherichia coli (E. coli) O157:H7 dan uji profil hemolisisnya pada media agar darah. Isolasi bakteri dilakukan dengan media eosin methylene blue agar (EMBA), dilanjutkan dengan identifikasi pada media selektif sorbitol MacConkey agar (SMAC) dan uji konfirmasi menggunakan uji aglutinasi lateks O157 serta uji antiserum H7 sebagai konfirmasi akhir dari E. coli O157:H7. Gambaran hemolisis diuji dengan menumbuhkan isolat pada media agar darah domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 isolat (8,54%) dari 82 sampel feses ayam teridentifikasi E. coli O157:H7 dan memperlihatkan profil enterohemolisis seperti halnya isolat kontrol ATCC 43894. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa isolat lokal E. coli O157:H7 hasil isolasi dari feses ayam diketahui memiliki patogenitas yang tinggi terkait dengan dihasilkannya enterohemolisin yang merupakan marka/penanda kemampuan dari isolat untuk menghasilkan faktor virulensi Shiga like toxin.
{"title":"IDENTIFIKASI Escherichia coli O157:H7 DARI FESES AYAM DAN UJI PROFIL HEMOLISISNYA PADA MEDIA AGAR DARAH","authors":"I. Suardana, I. H. Utama, M. H. Wibowo","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1236","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1236","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan identifikasi serotipe lokal Escherichia coli (E. coli) O157:H7 dan uji profil hemolisisnya pada media agar darah. Isolasi bakteri dilakukan dengan media eosin methylene blue agar (EMBA), dilanjutkan dengan identifikasi pada media selektif sorbitol MacConkey agar (SMAC) dan uji konfirmasi menggunakan uji aglutinasi lateks O157 serta uji antiserum H7 sebagai konfirmasi akhir dari E. coli O157:H7. Gambaran hemolisis diuji dengan menumbuhkan isolat pada media agar darah domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 isolat (8,54%) dari 82 sampel feses ayam teridentifikasi E. coli O157:H7 dan memperlihatkan profil enterohemolisis seperti halnya isolat kontrol ATCC 43894. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa isolat lokal E. coli O157:H7 hasil isolasi dari feses ayam diketahui memiliki patogenitas yang tinggi terkait dengan dihasilkannya enterohemolisin yang merupakan marka/penanda kemampuan dari isolat untuk menghasilkan faktor virulensi Shiga like toxin.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67663621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1265
T. Z. Helmi, R. Widayanti, A. Haryanto
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keberadaan gen M, H5, dan N1 virus avian influenza (AI) melalui metode single step multiplex reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR), sebagai acuan untuk peneguhan diagnosis secara molekuler virus AI di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan 11 isolat virus AI asal Provinsi Aceh yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional I Medan di Sumatera Utara dari tahun 2006-2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi BPPV Regional I di Medan, Sumatera Utara. Amplifikasi terhadap gen matriks (M) virus AI menggunakan metode simplex RT-PCR. Hasil simplex RT-PCR terhadap gen M diperoleh 10 isolat yang menunjukkan pita deoxyribonucleic acid (DNA) pada 276 bp dan satu isolat yang tidak muncul, kemudian dilanjutkan dengan metode single step multiplex RT-PCR menggunakan pasangan primer gen penyandi protein N1, H5, dan M. Produk PCR 131 bp (N1), 189 bp (H5), dan 276 bp (M) muncul sebagai hasil elektroforesis dari semua isolat virus AI. Semua virus AI yang mewabah dari tahun 2006-2008 di Provinsi Aceh termasuk ke dalam virus influenza A subtipe H5N1.
这项研究的目的是通过一种多路复查反转录酶链反应(RT-PCR)的方法确定M、H5和N1病毒(AI)的存在,以确定亚齐省al病毒的分子诊断。这项研究使用了亚齐省的11种分离病毒,这些病毒来自于2008年至2008年苏门答腊北部战区的研究和测试实验室。这项研究是在北苏门答腊棉兰的BPPV区域病毒学实验室进行的。人工智能病毒通过简单的RT-PCR来增强其基本矩阵(M)。公元单放机RT-PCR对基因结果10显示deoxyribonucleic丝带酸(DNA)的隔离276 bp一个隔离却没有出现,随后单曲一步复线RT-PCR方法用一对基因主要传感器和N1、H5和M蛋白。PCR产物131 bp (bp) (N1), 189 (H5), 276 bp (M)作为所有隔离的电泳结果出现AI病毒。从2008年到2008年在亚齐省爆发的所有AI病毒都被纳入一种新的H5N1病毒。
{"title":"PENENTUAN SUBTIPE VIRUS AVIAN INFLUENZA DENGAN METODE SINGLE STEP MULTIPLEX REVERSE TRANSCRIPTASE- POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) ISOLAT ASAL PROVINSI ACEH","authors":"T. Z. Helmi, R. Widayanti, A. Haryanto","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1265","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1265","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keberadaan gen M, H5, dan N1 virus avian influenza (AI) melalui metode single step multiplex reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR), sebagai acuan untuk peneguhan diagnosis secara molekuler virus AI di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan 11 isolat virus AI asal Provinsi Aceh yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional I Medan di Sumatera Utara dari tahun 2006-2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi BPPV Regional I di Medan, Sumatera Utara. Amplifikasi terhadap gen matriks (M) virus AI menggunakan metode simplex RT-PCR. Hasil simplex RT-PCR terhadap gen M diperoleh 10 isolat yang menunjukkan pita deoxyribonucleic acid (DNA) pada 276 bp dan satu isolat yang tidak muncul, kemudian dilanjutkan dengan metode single step multiplex RT-PCR menggunakan pasangan primer gen penyandi protein N1, H5, dan M. Produk PCR 131 bp (N1), 189 bp (H5), dan 276 bp (M) muncul sebagai hasil elektroforesis dari semua isolat virus AI. Semua virus AI yang mewabah dari tahun 2006-2008 di Provinsi Aceh termasuk ke dalam virus influenza A subtipe H5N1.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67664308","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1257
A. Amrozi, L. I. Tumbelaka
Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase kebuntingan kembar pada kuda di Pulau Jawa dan Madura dan menguji tingkat keberhasilan enukleasi vesikel embrio dengan panduan ultrasound. Sebanyak 354 induk kuda dikawinkan secara alami dengan kebuntingan mencapai 57,6% (204 ekor) dan ditemukan 11 kebuntingan kembar (5,4%). Kebuntingan kembar dengan 2 vesikel embrio pada 10 induk dan 3 vesikel embrio pada satu induk. Pengurangan embrio dengan memberikan tekanan probe terhadap vesikel embrio berpanduan gambaran ultrasound terhadap 6 ekor kuda bunting kembar berhasil pada satu ekor induk kuda (16,6%) dan melahirkan satu anak. Semua kontrol kebuntingan kembar pada 5 induk kuda mengalami abortus pada usia kebuntingan 7-9 bulan. _____________________________________________________________________________________________________________________
{"title":"48 PERSENTASE KEBUNTINGAN KEMBAR DAN ENUKLEASI VESIKEL EMBRIO DENGAN PANDUAN ULTRASOUND PADA KUDA","authors":"A. Amrozi, L. I. Tumbelaka","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1257","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1257","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase kebuntingan kembar pada kuda di Pulau Jawa dan Madura dan menguji tingkat keberhasilan enukleasi vesikel embrio dengan panduan ultrasound. Sebanyak 354 induk kuda dikawinkan secara alami dengan kebuntingan mencapai 57,6% (204 ekor) dan ditemukan 11 kebuntingan kembar (5,4%). Kebuntingan kembar dengan 2 vesikel embrio pada 10 induk dan 3 vesikel embrio pada satu induk. Pengurangan embrio dengan memberikan tekanan probe terhadap vesikel embrio berpanduan gambaran ultrasound terhadap 6 ekor kuda bunting kembar berhasil pada satu ekor induk kuda (16,6%) dan melahirkan satu anak. Semua kontrol kebuntingan kembar pada 5 induk kuda mengalami abortus pada usia kebuntingan 7-9 bulan. _____________________________________________________________________________________________________________________","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67664391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1267
A. Amiruddin, T. N. Siregar, A. Azhari, J. Jalaluddi, Z. Zulkifli, A. Rahman, Hamdan Hamdan
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyuntikan dan dosis optimal ekstrak hipofisa sapi terhadap peningkatan produktivitas ayam petelur fase akhir produksi. Sebanyak 60 ekor ayam petelur berumur 22-44 bulan yang telah mengalami penurunan produksi sekitar 50-60% yang terdapat pada peternakan ayam petelur Jantho Farm, Aceh Besar digunakan dalam penelitian ini. Seluruh ayam dibagi 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor ayam petelur. Kelompok I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing disuntik dengan 0,1 ml NaCl fisiologis, 15 IU PMSG; 0,1 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,2 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,3 ml ekstrak hipofisa sapi; dan 0,4 ml ekstrak hipofisa sapi. Injeksi dilakukan secara intramuskular pada otot dada setiap dua minggu sekali selama enam minggu.Total rata-rata produksi telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 5,81+1,10; 4,28+1,04; 4,60+2,04; 5,43+1,45; 6,29+1,34; dan 5,74+1,17 butir. Total rata-rata berat telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 65,27+1,61; 63,66+1,86; 65,38+3,51; 64,01+3,91; 66,20+1,67; dan 65,21+1,91 g sedangkan total rata-rata ketebalan cangkang telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 0,43+0,02; 0,42+0,03; 0,43+0,02; 0,42+0,02; 0,43+0,02; dan 0,42+0,02 mm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak hipofisa sapi dapat meningkatkan produktivitas ayam petelur pada fase akhir produksi dan dosis optimal ekstrak hipofisa adalah 0,3 ml.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI","authors":"A. Amiruddin, T. N. Siregar, A. Azhari, J. Jalaluddi, Z. Zulkifli, A. Rahman, Hamdan Hamdan","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1267","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1267","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyuntikan dan dosis optimal ekstrak hipofisa sapi terhadap peningkatan produktivitas ayam petelur fase akhir produksi. Sebanyak 60 ekor ayam petelur berumur 22-44 bulan yang telah mengalami penurunan produksi sekitar 50-60% yang terdapat pada peternakan ayam petelur Jantho Farm, Aceh Besar digunakan dalam penelitian ini. Seluruh ayam dibagi 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor ayam petelur. Kelompok I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing disuntik dengan 0,1 ml NaCl fisiologis, 15 IU PMSG; 0,1 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,2 ml ekstrak hipofisa sapi; 0,3 ml ekstrak hipofisa sapi; dan 0,4 ml ekstrak hipofisa sapi. Injeksi dilakukan secara intramuskular pada otot dada setiap dua minggu sekali selama enam minggu.Total rata-rata produksi telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 5,81+1,10; 4,28+1,04; 4,60+2,04; 5,43+1,45; 6,29+1,34; dan 5,74+1,17 butir. Total rata-rata berat telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 65,27+1,61; 63,66+1,86; 65,38+3,51; 64,01+3,91; 66,20+1,67; dan 65,21+1,91 g sedangkan total rata-rata ketebalan cangkang telur pada kelompok I; II; III; IV; V; dan VI masing-masing adalah 0,43+0,02; 0,42+0,03; 0,43+0,02; 0,42+0,02; 0,43+0,02; dan 0,42+0,02 mm. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak hipofisa sapi dapat meningkatkan produktivitas ayam petelur pada fase akhir produksi dan dosis optimal ekstrak hipofisa adalah 0,3 ml.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67665677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1247
Herrialfian Herrialfian, Rini Widayanti, Hery Wijayanto, J. Jalaluddin
Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaman genetik gen penyandi ND4 pada Tarsius bancanus, T. b. borneanus, T. dianae dan T. spectrum dan untuk penegakan taksonominya. Deoxyribonucleic acid (DNA) diisolasi dari biopsi jaringan masing-masing spesies Tarsius dengan cara diekstraksi untuk digunakan sebagai DNA cetakan dalam proses amplifikasi dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Primer yang digunakan dalam penelitian ini didesain untuk mengamplifikasi gen ND4 dan dilanjutkan dengan elektroforesis. Produk PCR hasil amplifikasi yang telah dimurnikan, selanjutnya dipergunakan sebagai DNA cetakan untuk reaksi penentuan runutan nukleotida. Runutan nukleotida gen ND4 hasil pengurutan dilakukan penjajaran berganda dengan primata lain yang diambil dari Genbank menggunakan Clustal W. Selain berdasarkan runutan nukleotida, gen ND4 dianalisis berdasarkan runutan asam amino dari basa-basa yang diterjemahkan mengikuti vertebrate mitochondrial translation code yang ada pada program MEGA versi 4.1. Konstruksi pohon filogenetika menggunakan metode neighbor joining. Hasil penelitian menunjukkan dari 1378 nukleotida ditemukan 119 situs yang bersifat beragam. Jarak genetika berdasarkan nukleotida gen ND4 yang dihitung menggunakan model dua parameter Kimura, terdapat nilai paling kecil 0,6%, nilai terbesar 13%, dan nilai rata-rata sebesar 6,1%. Filogram berdasarkan hasil runutan nukleotida gen ND4 yang menggunakan metode neighbor joining, dapat mengidentifikasi dan membedakan percabangan antar spesies Tarsius.
{"title":"KAJIAN DIVERSITI GENETIKA Tarsius sp. ASAL INDONESIA MENURUT URUTAN GEN NADH DEHIDROGENASE SUBUNIT 4 (ND4)","authors":"Herrialfian Herrialfian, Rini Widayanti, Hery Wijayanto, J. Jalaluddin","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1247","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1247","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaman genetik gen penyandi ND4 pada Tarsius bancanus, T. b. borneanus, T. dianae dan T. spectrum dan untuk penegakan taksonominya. Deoxyribonucleic acid (DNA) diisolasi dari biopsi jaringan masing-masing spesies Tarsius dengan cara diekstraksi untuk digunakan sebagai DNA cetakan dalam proses amplifikasi dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Primer yang digunakan dalam penelitian ini didesain untuk mengamplifikasi gen ND4 dan dilanjutkan dengan elektroforesis. Produk PCR hasil amplifikasi yang telah dimurnikan, selanjutnya dipergunakan sebagai DNA cetakan untuk reaksi penentuan runutan nukleotida. Runutan nukleotida gen ND4 hasil pengurutan dilakukan penjajaran berganda dengan primata lain yang diambil dari Genbank menggunakan Clustal W. Selain berdasarkan runutan nukleotida, gen ND4 dianalisis berdasarkan runutan asam amino dari basa-basa yang diterjemahkan mengikuti vertebrate mitochondrial translation code yang ada pada program MEGA versi 4.1. Konstruksi pohon filogenetika menggunakan metode neighbor joining. Hasil penelitian menunjukkan dari 1378 nukleotida ditemukan 119 situs yang bersifat beragam. Jarak genetika berdasarkan nukleotida gen ND4 yang dihitung menggunakan model dua parameter Kimura, terdapat nilai paling kecil 0,6%, nilai terbesar 13%, dan nilai rata-rata sebesar 6,1%. Filogram berdasarkan hasil runutan nukleotida gen ND4 yang menggunakan metode neighbor joining, dapat mengidentifikasi dan membedakan percabangan antar spesies Tarsius.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67663661","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1261
T. R. Ferasyi, Hamdani Budiman, M. Akmal, J. Melia, R. Razali, Andi Novita, R. A. Barus, A. Suprayogi
Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambil dan diproses lebih lanjut untuk evaluasi secara histologis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan produksi spermatid dan spermatosit pada Kelompok P1 dan P2. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian suplemen daun katuk dapat meningkatkan produksi spermatid dan spermatosit kambing kacang lokal jantan.
{"title":"Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Kambing Kacang Jantan Lokal Pascapemberian Suplemen Daun Katuk","authors":"T. R. Ferasyi, Hamdani Budiman, M. Akmal, J. Melia, R. Razali, Andi Novita, R. A. Barus, A. Suprayogi","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1261","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1261","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambil dan diproses lebih lanjut untuk evaluasi secara histologis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan produksi spermatid dan spermatosit pada Kelompok P1 dan P2. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian suplemen daun katuk dapat meningkatkan produksi spermatid dan spermatosit kambing kacang lokal jantan.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67664163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1266
B. Prasetyo, Elizabeth Novi Kusumaningrum
Penelitian ini bertujuan mendeteksi gen tst isolat Staphylococcus aureus (S. aureus) susu sapi perah dan susu kambing melalui amplifikasi gen 23S rRNA sebagai langkah awal pencegahan beberapa kasus keracunan susu. Metode penelitian meliputi reidentifikasi bakteri, preparasi deoxyribonucleic acid (DNA), amplifikasi gen 23S rRNA, amplifikasi gen tst, dan pengurutan DNA. Hasil reidentifikasi bakteri melalui pewarnaan Gram, uji katalase, uji koagulase, uji fermentasi MSA, uji VJA, dan uji VP adalah positif bakteri S. aureus. Hasil amplifikasi gen tst terhadap 3 isolat S. aureus menunjukkan hanya 2 isolat memberikan hasil positif. Hasil positif tersebut ditandai dengan munculnya fragmen DNA yang memiliki panjang spesifik (350 bp) sesuai dengan produk polymerase chain reaction (PCR) dari referensi dan database GeneBank. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode PCR dapat terdeteksi adanya gen tst pada isolat S. aureus asal susu sapi perah dan susu kambing dari Bogor.
{"title":"DETEKSI GEN tst ISOLAT Staphylococcus aureus MELALUI AMPLIFIKASI 23S rRNA ASAL SUSU KAMBING DAN SAPI PERAH","authors":"B. Prasetyo, Elizabeth Novi Kusumaningrum","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1266","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1266","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mendeteksi gen tst isolat Staphylococcus aureus (S. aureus) susu sapi perah dan susu kambing melalui amplifikasi gen 23S rRNA sebagai langkah awal pencegahan beberapa kasus keracunan susu. Metode penelitian meliputi reidentifikasi bakteri, preparasi deoxyribonucleic acid (DNA), amplifikasi gen 23S rRNA, amplifikasi gen tst, dan pengurutan DNA. Hasil reidentifikasi bakteri melalui pewarnaan Gram, uji katalase, uji koagulase, uji fermentasi MSA, uji VJA, dan uji VP adalah positif bakteri S. aureus. Hasil amplifikasi gen tst terhadap 3 isolat S. aureus menunjukkan hanya 2 isolat memberikan hasil positif. Hasil positif tersebut ditandai dengan munculnya fragmen DNA yang memiliki panjang spesifik (350 bp) sesuai dengan produk polymerase chain reaction (PCR) dari referensi dan database GeneBank. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode PCR dapat terdeteksi adanya gen tst pada isolat S. aureus asal susu sapi perah dan susu kambing dari Bogor.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67664610","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1251
Nazaruddin Nazaruddin, Dwinna Aliza, S. Aisyah, Zainuddin Zainuddin, S. Syafrizal
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologis hepatopankreas udang windu yang terinfeksi hepatopancreatica parvovirus (HPV). Sebanyak 10 ekor udang windu yang berasal dari tambak rakyat digunakan sebagai sampel penelitian terdiri atas 5 sampel positif terinfeksi HPV dan 5 sampel normal. Semua udang dinekropsi untuk diambil hepatopankreas dan difiksasi dengan larutan Davidson. Selanjutnya hepatopankreas dibuat preparat histopatologis sesuai dengan prosedur teknik yang biasa dilakukan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dan diwarnai dengan hematoksilin eosin (HE) serta diamati di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hepatopankreas udang windu yang terinfeksi HPV ditemukan adanya hipertrofi basofilik badan inklusi intranuklear, degenerasi, dan lisis sel.
{"title":"GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HEPATOPANKREAS UDANG WINDU (Penaeus monodon) AKIBAT INFEKSI VIRUS HEPATOPANCREATICA PARVOVIRUS (HPV)","authors":"Nazaruddin Nazaruddin, Dwinna Aliza, S. Aisyah, Zainuddin Zainuddin, S. Syafrizal","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1251","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.1251","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologis hepatopankreas udang windu yang terinfeksi hepatopancreatica parvovirus (HPV). Sebanyak 10 ekor udang windu yang berasal dari tambak rakyat digunakan sebagai sampel penelitian terdiri atas 5 sampel positif terinfeksi HPV dan 5 sampel normal. Semua udang dinekropsi untuk diambil hepatopankreas dan difiksasi dengan larutan Davidson. Selanjutnya hepatopankreas dibuat preparat histopatologis sesuai dengan prosedur teknik yang biasa dilakukan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dan diwarnai dengan hematoksilin eosin (HE) serta diamati di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hepatopankreas udang windu yang terinfeksi HPV ditemukan adanya hipertrofi basofilik badan inklusi intranuklear, degenerasi, dan lisis sel.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"307 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67663636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-03-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.3077
S. Santoso, A. Amrozi, Bambang Purwatara, Herdis Herdis
Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran ultrasonografi (USG) ovarium kambing kacang setelah penyuntikan hormon prostaglandin. Penelitian ini menggunakan enam ekor kambing kacang berumur 2-3 tahun, pernah melahirkan, dan bersiklus reproduksi normal. Pengamatan ovarium dilakukan dengan menggunakan USG selama 7 hari sebelum penyuntikan hormon prostaglandin sampai dengan ovulasi. Pengamatan ovarium dilakukan setiap hari dan diintensifkan setiap 12 jam menjelang ovulasi. Pengamatan ovarium terdiri atas folikel dan korpus luteum (CL). Pengamatan visualisasi respons berahi dilakukan sebelum dan setelah penyuntikan hormon prostaglandin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovarium memperlihatkan dinamika folikel dan CL. Dinamika folikel dikarakteristikkan dengan gelombang folikel. Interval antara penyuntikan hormon prostaglandin sampai dengan ovulasi ialah 52,8±6,6 jam dengan nilai rataan diameter folikel ovulasi 5,7±0,7 mm. Visualisasi respons berahi pada kambing kacang tidak bermakna baik sebelum dan setelah penyuntikan hormon prostaglandin.
{"title":"GAMBARAN ULTRASONOGRAFI OVARIUM KAMBING KACANG YANG DISINKRONISASI DENGAN HORMON PROSTAGLANDIN F2 ALFA (PGF2α) DOSIS TUNGGAL","authors":"S. Santoso, A. Amrozi, Bambang Purwatara, Herdis Herdis","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.3077","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V8I1.3077","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran ultrasonografi (USG) ovarium kambing kacang setelah penyuntikan hormon prostaglandin. Penelitian ini menggunakan enam ekor kambing kacang berumur 2-3 tahun, pernah melahirkan, dan bersiklus reproduksi normal. Pengamatan ovarium dilakukan dengan menggunakan USG selama 7 hari sebelum penyuntikan hormon prostaglandin sampai dengan ovulasi. Pengamatan ovarium dilakukan setiap hari dan diintensifkan setiap 12 jam menjelang ovulasi. Pengamatan ovarium terdiri atas folikel dan korpus luteum (CL). Pengamatan visualisasi respons berahi dilakukan sebelum dan setelah penyuntikan hormon prostaglandin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovarium memperlihatkan dinamika folikel dan CL. Dinamika folikel dikarakteristikkan dengan gelombang folikel. Interval antara penyuntikan hormon prostaglandin sampai dengan ovulasi ialah 52,8±6,6 jam dengan nilai rataan diameter folikel ovulasi 5,7±0,7 mm. Visualisasi respons berahi pada kambing kacang tidak bermakna baik sebelum dan setelah penyuntikan hormon prostaglandin.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67666557","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2013-09-01DOI: 10.21157/J.KED.HEWAN.V7I2.920
Muhammad Ali Saroeng, R. Razali
Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur morfologi gonad jantan pada berbagai ukuran dan mengetahui pola penyebaran gonad jantan dalam kantong gonad pada waktu akan memijah. Pengambilan induk dilakukan menggunakan metode gores, sedangkan analisis laboratorium dilakukan dengan metode pembedahan. Ukuran cangkang dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) yaitu TKG0 berukuran ˂20 mm, TKG1 berukuran 21-29 mm, TKG2 berukuran 30-38, TKG3 berukuran 39-48, dan TKG4 berukuran cangkang ˃49 mm. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa morfologi gonad jantan seperti paku dan pola penyebaran gonad jantan dalam kantong gonad secara acak dan lepas dari ikatan bersama pada muara kantong. Kesimpulan yang diperoleh adalah morfologi gonad jantan G. erosa pada TKG0, TKG1, dan TKG2 sulit dibedakan, sedangkan pada TKG3 dan TKG4 berbentuk seperti paku. Selanjutnya pola penyebaran masing-masing gonad jantan G. erosa dalam kantong gonad terjadi secara berkelompok dan acak, berada pada muara saluran gonad yang siap keluar dari kantong gonad untuk membuahi gonad betina.
{"title":"STRUKTUR MORFOLOGI GONAD JANTAN Geloina erosa PADA BERBAGAI UKURAN CANGKANG DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE SUNGAI REULENG LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR","authors":"Muhammad Ali Saroeng, R. Razali","doi":"10.21157/J.KED.HEWAN.V7I2.920","DOIUrl":"https://doi.org/10.21157/J.KED.HEWAN.V7I2.920","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui struktur morfologi gonad jantan pada berbagai ukuran dan mengetahui pola penyebaran gonad jantan dalam kantong gonad pada waktu akan memijah. Pengambilan induk dilakukan menggunakan metode gores, sedangkan analisis laboratorium dilakukan dengan metode pembedahan. Ukuran cangkang dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) yaitu TKG0 berukuran ˂20 mm, TKG1 berukuran 21-29 mm, TKG2 berukuran 30-38, TKG3 berukuran 39-48, dan TKG4 berukuran cangkang ˃49 mm. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa morfologi gonad jantan seperti paku dan pola penyebaran gonad jantan dalam kantong gonad secara acak dan lepas dari ikatan bersama pada muara kantong. Kesimpulan yang diperoleh adalah morfologi gonad jantan G. erosa pada TKG0, TKG1, dan TKG2 sulit dibedakan, sedangkan pada TKG3 dan TKG4 berbentuk seperti paku. Selanjutnya pola penyebaran masing-masing gonad jantan G. erosa dalam kantong gonad terjadi secara berkelompok dan acak, berada pada muara saluran gonad yang siap keluar dari kantong gonad untuk membuahi gonad betina.","PeriodicalId":30999,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran Hewan","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67662919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}