Pub Date : 2022-06-08DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.14468
Kristin Natalia H Makahenggang, D. Rahardjo, Kisworo Kisworo
Penelitian analisa risiko kesehatan merkuri dalam ikan yang dipasarkan di kawasan teluk Kao bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi merkuri pada ikan, pola konsumsi dan laju asupan merkuri pada masyarakat konsumen serta identifikasi potensi risiko kesehatan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2021 pada pasar-pasar tradisional dikawasan teluk Kao dan Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Sampel ikan yang diambil pada setiap pasar meliputi 6 spesies ikan yaitu : Katsuwonus pelamis, Nemipterus sp, Caranx ciliarus, Leiognathidae, Upeneus moluccensis Blkr dan Lates calcarifer. Penelitian dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu pengambilan sampel di lapangan, preparasi sampel dan analisis merkuri dan analisis data. Analisis sampel menggunakan Mercury Analyzer. Terdapat 90 responden dan masing-masing kecamatan diambil 30 responden dengan menggunakan instrumen kuesioner dilakukan interview untuk mengetahui pola konsumsi ikan masyarakat di lokasi penelitian. Data dianalisis secara diskpritf kualitatif dan kuantitatif dengan korelasi-regresi untuk mengetahui hubungan antara faktor risk agent dengan risiko kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua spesies ikan yang diambil dari pasar tradisional Teluk Kao dan Kecamatan Tobelo telah terkontaminasi merkuri dengan kisaran 0,1-5,4 mg/kg (rata-rata sebesar 1,49 mg/kg) dan telah melebihi dari standar baku mutu yang ditetapkan sebesar 1,0 mg/kg. konsentrasi merkuri dipengaruhi oleh lokasi pengambilan sampel dan spesies ikan. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel konsentrasi tertinggi di temukan pada kecamatan Tobelo sebesar 1,5 mg/kg dalam, kecamatan Malifut 1,4 mg/kg dan kecamatan Kao 1,0 mg/kg. Berdasarkan dengan spesies ikan kosentrasi merkuri tertinggi ditemukan dalam spesies Caranx ciliarus 5,4 mg/kg, Katsuwonus pelamis sebesar 4,7 mg/kg, spesies Katsuwonus pelamis sebesar 4,0 mg/kg dan terendah ditemukan pada spesies Katsuwonus pelamis sebesar 2,7 mg/kg. Terdapat perbedaan pola konsumsi ikan pada kedua kecamatan dimana pada kecamatan Kao memiliki pola konsumsi lebih tinggi sebesar 780 g dibandingkan kecamatan Malifut 541 g, dan laju asupan pada kecamatan Kao lebih besar 0,0042 g/hari dan kecamatan Malifut 0,0026 g/hari. Pola konsumso olan terkontaminasi merkuri oleh masyarakat teluk Kao tidak aman dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan dengan nilai risk quotient (RQ) semuanya diatas batas aman yang ditetapkan oleh WHO yaitu RQ 1
{"title":"ANALISIS RISIKO KESEHATAN MERKURI DALAM IKAN YANG DI PASARKAN DI KAWASAN TELUK KAO HALMAHERA UTARA","authors":"Kristin Natalia H Makahenggang, D. Rahardjo, Kisworo Kisworo","doi":"10.22437/biospecies.v15i2.14468","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v15i2.14468","url":null,"abstract":"Penelitian analisa risiko kesehatan merkuri dalam ikan yang dipasarkan di kawasan teluk Kao bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi merkuri pada ikan, pola konsumsi dan laju asupan merkuri pada masyarakat konsumen serta identifikasi potensi risiko kesehatan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2021 pada pasar-pasar tradisional dikawasan teluk Kao dan Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Sampel ikan yang diambil pada setiap pasar meliputi 6 spesies ikan yaitu : Katsuwonus pelamis, Nemipterus sp, Caranx ciliarus, Leiognathidae, Upeneus moluccensis Blkr dan Lates calcarifer. Penelitian dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu pengambilan sampel di lapangan, preparasi sampel dan analisis merkuri dan analisis data. Analisis sampel menggunakan Mercury Analyzer. Terdapat 90 responden dan masing-masing kecamatan diambil 30 responden dengan menggunakan instrumen kuesioner dilakukan interview untuk mengetahui pola konsumsi ikan masyarakat di lokasi penelitian. Data dianalisis secara diskpritf kualitatif dan kuantitatif dengan korelasi-regresi untuk mengetahui hubungan antara faktor risk agent dengan risiko kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua spesies ikan yang diambil dari pasar tradisional Teluk Kao dan Kecamatan Tobelo telah terkontaminasi merkuri dengan kisaran 0,1-5,4 mg/kg (rata-rata sebesar 1,49 mg/kg) dan telah melebihi dari standar baku mutu yang ditetapkan sebesar 1,0 mg/kg. konsentrasi merkuri dipengaruhi oleh lokasi pengambilan sampel dan spesies ikan. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel konsentrasi tertinggi di temukan pada kecamatan Tobelo sebesar 1,5 mg/kg dalam, kecamatan Malifut 1,4 mg/kg dan kecamatan Kao 1,0 mg/kg. Berdasarkan dengan spesies ikan kosentrasi merkuri tertinggi ditemukan dalam spesies Caranx ciliarus 5,4 mg/kg, Katsuwonus pelamis sebesar 4,7 mg/kg, spesies Katsuwonus pelamis sebesar 4,0 mg/kg dan terendah ditemukan pada spesies Katsuwonus pelamis sebesar 2,7 mg/kg. Terdapat perbedaan pola konsumsi ikan pada kedua kecamatan dimana pada kecamatan Kao memiliki pola konsumsi lebih tinggi sebesar 780 g dibandingkan kecamatan Malifut 541 g, dan laju asupan pada kecamatan Kao lebih besar 0,0042 g/hari dan kecamatan Malifut 0,0026 g/hari. Pola konsumso olan terkontaminasi merkuri oleh masyarakat teluk Kao tidak aman dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan dengan nilai risk quotient (RQ) semuanya diatas batas aman yang ditetapkan oleh WHO yaitu RQ 1","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42010285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-08DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.14924
Thiara Sri Utami Thiara, Revis Asra, Ade Adriadi
Perifiton merupakan salah satu organisme yang dapat digunakan sebagai indikator biologi suatu perairan yang hidupnya menetap atau menempel pada makhluk hidup maupun benda mati. Rawa bento meruapakan salah satu rawa tertinggi yang berada di Sumatera, yang memiliki perairan yang jernih sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Keanekaragaman dan Kelimpahan perifiton pada substrat alami vegetasi tumbuhan, serta faktor fisik dan kimia di rawa bento, lalu menganalisis hubungan keduanya terhadap kualitas air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-juni 2021 berdasarkan metode purposive sampling. Hasil yang didapatkan ialah kelimpahan perifiton memperoleh nilai yang tinggi pada substrat tumbuhan Krokot (Portulaca sp), yang diikuti oleh substrat Eceng gondok (Echornia crassipes), dan Kiambang (Salvinia sp.) Keanekaragaman perifiton terdapatnya 35 jenis perifiton yang termasuk kedalam 7 kelas. Hubungan Kelimpahan Perifiton dengan kualitas air di Rawa Bento memiliki hubungan yang positif pada parameter oksigen terlarut dan nitrat. Kualitas air di Rawa Bento termasuk kedalam kategori tidak tercemar berdasarkan kelimpahan dan keanekaragaman perifiton pada vegetasi tumbuhan dan berdasarkan pengukuran faktor fisik dan kimia perairan di Rawa Bento yang diperoleh pada penelitian ini.
{"title":"KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON PADA VEGETASI TUMBUHAN DI RAWA BENTO SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR","authors":"Thiara Sri Utami Thiara, Revis Asra, Ade Adriadi","doi":"10.22437/biospecies.v15i2.14924","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v15i2.14924","url":null,"abstract":"Perifiton merupakan salah satu organisme yang dapat digunakan sebagai indikator biologi suatu perairan yang hidupnya menetap atau menempel pada makhluk hidup maupun benda mati. Rawa bento meruapakan salah satu rawa tertinggi yang berada di Sumatera, yang memiliki perairan yang jernih sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Keanekaragaman dan Kelimpahan perifiton pada substrat alami vegetasi tumbuhan, serta faktor fisik dan kimia di rawa bento, lalu menganalisis hubungan keduanya terhadap kualitas air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-juni 2021 berdasarkan metode purposive sampling. Hasil yang didapatkan ialah kelimpahan perifiton memperoleh nilai yang tinggi pada substrat tumbuhan Krokot (Portulaca sp), yang diikuti oleh substrat Eceng gondok (Echornia crassipes), dan Kiambang (Salvinia sp.) Keanekaragaman perifiton terdapatnya 35 jenis perifiton yang termasuk kedalam 7 kelas. Hubungan Kelimpahan Perifiton dengan kualitas air di Rawa Bento memiliki hubungan yang positif pada parameter oksigen terlarut dan nitrat. Kualitas air di Rawa Bento termasuk kedalam kategori tidak tercemar berdasarkan kelimpahan dan keanekaragaman perifiton pada vegetasi tumbuhan dan berdasarkan pengukuran faktor fisik dan kimia perairan di Rawa Bento yang diperoleh pada penelitian ini.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43774512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-08DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.12646
Dwi Yuliani, R. Mayangsari
Perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat cepat. Penggunaan pewarna tekstil dalam industri tersebut dapat mencemari lingkungan. Upaya penanggulangan pencemaran pewarna tekstil menggunakan daun tebu (Saccharum spontaneum L.) dilakukan pada skala laboratorium. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang banyaknya biomassa daun S. spontaneum yang paling efektif untuk mendekolorisasi pewarna tekstil reactive blue. Percobaan dekolorisasi dilakukan dengan menambahkan biomassa daun S. spontaneum dalam tiga perlakuan yaitu 10 gram, 20 gram dan 30 gram. Efektivitas dekolorisasi diamati melalui perubahan warna larutan reactive blue dalam waktu kontak 3 x 24 jam. Perubahan warna yang terjadi dilihat dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 586 nm. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan adanya perubahan warna, dimana warna yang paling jernih terlihat pada perlakuan 3 dengan biomassa daun S. spontaneum sebanyak 30 gram.
{"title":"DAUN TEBU (Saccharum spontaneum L.) SEBAGAI PENYERAP ZAT WARNA TEKSTIL REACTIVE BLUE","authors":"Dwi Yuliani, R. Mayangsari","doi":"10.22437/biospecies.v15i2.12646","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v15i2.12646","url":null,"abstract":"Perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat cepat. Penggunaan pewarna tekstil dalam industri tersebut dapat mencemari lingkungan. Upaya penanggulangan pencemaran pewarna tekstil menggunakan daun tebu (Saccharum spontaneum L.) dilakukan pada skala laboratorium. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang banyaknya biomassa daun S. spontaneum yang paling efektif untuk mendekolorisasi pewarna tekstil reactive blue. Percobaan dekolorisasi dilakukan dengan menambahkan biomassa daun S. spontaneum dalam tiga perlakuan yaitu 10 gram, 20 gram dan 30 gram. Efektivitas dekolorisasi diamati melalui perubahan warna larutan reactive blue dalam waktu kontak 3 x 24 jam. Perubahan warna yang terjadi dilihat dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 586 nm. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan adanya perubahan warna, dimana warna yang paling jernih terlihat pada perlakuan 3 dengan biomassa daun S. spontaneum sebanyak 30 gram.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41594430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-08DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.14296
Mareta Widiya, Reny Dwi Riastuti, Yuli Febrianti
One of Indonesia extinct fauna which is still found in South Sumatra but less explored is reptile. Testudinata or chelonians are examples of turtles. Aur Lake has a lot of potential issues with various species, often finding them on the shores of Aur Lake. However, those turtles do not know yet what types of species. The high intensity of catching and decreasing environmental quality can also be a threat to the existence of turtles. This research is titled "The Study of Morphology and Diversity of the Turtles in Aur Lake Musi Rawas Regency. At the Aur Lake, Musirawas. The design of this study is descriptive qualitative with survey methods: Turtles were identified based on morphology, carapace, plastron, head, tail, feet and were identified there are 4 species and total 11 individuals comprising 5 of species Siebenrockiella crassicollis (Geomydidae), 1 Amyda cartilaginea (Trionichidae), 4 Cuora amboinensis (Geomydidae), and 1 Trachemys scripta (Emydidae). The diversity level (H') was obtained 1.162225545, and the evenness level was 0.838368515. The implication of this research was to provide information about the diversity of turtles around the Aur Lake stream in Musirawas Regency then strive to maintain the turtle's natural habitat in order to avoid the exploitation of animals and Aur Lake can be used as learning centers for student to study about biodiversity turtles and turtles conservation ex-situ and in-situ.
{"title":"STUDY OF MORPHOMETRIC AND DIVERSITY OF TURTLES IN AUR LAKE MUSI RAWAS REGENCY","authors":"Mareta Widiya, Reny Dwi Riastuti, Yuli Febrianti","doi":"10.22437/biospecies.v15i2.14296","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v15i2.14296","url":null,"abstract":"One of Indonesia extinct fauna which is still found in South Sumatra but less explored is reptile. Testudinata or chelonians are examples of turtles. Aur Lake has a lot of potential issues with various species, often finding them on the shores of Aur Lake. However, those turtles do not know yet what types of species. The high intensity of catching and decreasing environmental quality can also be a threat to the existence of turtles. This research is titled \"The Study of Morphology and Diversity of the Turtles in Aur Lake Musi Rawas Regency. At the Aur Lake, Musirawas. The design of this study is descriptive qualitative with survey methods: Turtles were identified based on morphology, carapace, plastron, head, tail, feet and were identified there are 4 species and total 11 individuals comprising 5 of species Siebenrockiella crassicollis (Geomydidae), 1 Amyda cartilaginea (Trionichidae), 4 Cuora amboinensis (Geomydidae), and 1 Trachemys scripta (Emydidae). The diversity level (H') was obtained 1.162225545, and the evenness level was 0.838368515. The implication of this research was to provide information about the diversity of turtles around the Aur Lake stream in Musirawas Regency then strive to maintain the turtle's natural habitat in order to avoid the exploitation of animals and Aur Lake can be used as learning centers for student to study about biodiversity turtles and turtles conservation ex-situ and in-situ.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45592377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-08DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.14662
D. Yulianto, Revis Asra, Ade Adriadi
Famili Arecaceae (Palem-paleman) merupakan famili tertua di antara tumbuhan berbunga, yang memiliki lebih dari 200 genus dan 3.000 spesies yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis di dunia. Ciri morfologi perbungaan setiap spesies tumbuhan mengakibatkan perbedaan proses polinasi, sehingga pengetahuan tentang morfologi perbungaan Arecaceae akan mempermudah menentukan sistem polinasi serta metode pemuliaan yang dapat diterapkan. Tujuan dari kajian studi literatur ini untuk mengetahui sistem polinasi berdasarkan morfologi perbungaaan pada famili Arecaceae dan korelasi antara morfologi perbungaan dengan agen polinasi pada famili Arecaceae.Metode yang digunakan dalam kajian studi literatur ini yaitu pengoleksian artikel, penyeleksian artikel dan pengolahan data secara deskriptif kualitatif. Pengoleksian dan penilaian artikel dilakukan melalui data base google scholar, Garuda dan scimagojr. Hasil analisis artikel yang diperoleh yaitu morfologi perbungaan pada 7 genus famili Arecaceae yang ditelusuri memiliki bunga berwarna kuning dan merah. Karakteristik infloresen yaitu terletak di ketiak daun, tipe infloresen tidak terbatas, bentuk infloresen tongkol majemuk (kecuali genus Nypa dan Elaeis berbentuk bongkol majemuk), dan panjang infloresen berkisar 8 cm – 440 cm. Struktur perbungaan adalah monoecious, dioecious, dan androdioecious. Agen polinasi potensial pada 7 genus tersebut adalah serangga dari famili Apidae (lebah), Curculionidae (kumbang), dan Formicidae (semut. Jenis-jenis lebah dan kumbang mendominasi penyerbukan pada bunga berbentuk bongkol majemuk, sedangkan pada bunga tongkol majemuk ketiga agen polinasi potensial dapat ditemukan dengan jumlah jenis yang beragam. Agen-agen polinasi tersebut berinteraksi secara mutualisme sesuai dengan ketertarikan mereka dengan morfologi perbungaan genus-genus tersebut dan secara tidak langsung mempengaruhi adaptasi morfologi perbungaan 7 genus tersebut dalam proses reproduksinya.
{"title":"KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN MORFOLOGI PERBUNGAAN","authors":"D. Yulianto, Revis Asra, Ade Adriadi","doi":"10.22437/biospecies.v15i2.14662","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v15i2.14662","url":null,"abstract":"Famili Arecaceae (Palem-paleman) merupakan famili tertua di antara tumbuhan berbunga, yang memiliki lebih dari 200 genus dan 3.000 spesies yang tersebar di daerah tropis dan sub tropis di dunia. Ciri morfologi perbungaan setiap spesies tumbuhan mengakibatkan perbedaan proses polinasi, sehingga pengetahuan tentang morfologi perbungaan Arecaceae akan mempermudah menentukan sistem polinasi serta metode pemuliaan yang dapat diterapkan. Tujuan dari kajian studi literatur ini untuk mengetahui sistem polinasi berdasarkan morfologi perbungaaan pada famili Arecaceae dan korelasi antara morfologi perbungaan dengan agen polinasi pada famili Arecaceae.Metode yang digunakan dalam kajian studi literatur ini yaitu pengoleksian artikel, penyeleksian artikel dan pengolahan data secara deskriptif kualitatif. Pengoleksian dan penilaian artikel dilakukan melalui data base google scholar, Garuda dan scimagojr. Hasil analisis artikel yang diperoleh yaitu morfologi perbungaan pada 7 genus famili Arecaceae yang ditelusuri memiliki bunga berwarna kuning dan merah. Karakteristik infloresen yaitu terletak di ketiak daun, tipe infloresen tidak terbatas, bentuk infloresen tongkol majemuk (kecuali genus Nypa dan Elaeis berbentuk bongkol majemuk), dan panjang infloresen berkisar 8 cm – 440 cm. Struktur perbungaan adalah monoecious, dioecious, dan androdioecious. Agen polinasi potensial pada 7 genus tersebut adalah serangga dari famili Apidae (lebah), Curculionidae (kumbang), dan Formicidae (semut. Jenis-jenis lebah dan kumbang mendominasi penyerbukan pada bunga berbentuk bongkol majemuk, sedangkan pada bunga tongkol majemuk ketiga agen polinasi potensial dapat ditemukan dengan jumlah jenis yang beragam. Agen-agen polinasi tersebut berinteraksi secara mutualisme sesuai dengan ketertarikan mereka dengan morfologi perbungaan genus-genus tersebut dan secara tidak langsung mempengaruhi adaptasi morfologi perbungaan 7 genus tersebut dalam proses reproduksinya.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42504842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-01-31DOI: 10.22437/biospecies.v13i1.8463
Rizki Andre Handika, Wathri Fitrada, Zuli Rodhiyah
Abstrak, Hutan kota adalah salah satu ruang terbuka hijau masyarakat yang mengontrol pencemaran atmosfer, air dan tanah Karbon dioksida (CO2) merupakan suatu substansi yang paling utama dari gas-gas rumah kaca dimana peningkatannya dapat terjadi dikarenakan penggunaan bahan bakar dan gas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi-infeksi saluran pernapasan bagian atas, sakit di bagian hati, kanker dan lain sebagainya. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting untuk mengurangi emisi-emisi CO2 yang salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan ruang terbuka hijau publik, khususnya adalah hutan kota. Kota Jambi sebagai sebuah kota besar di Indonesia tentunya memiliki potensi emisi CO2 yang juga besar. Tujuan dari riset ini adalah untuk memprediksi potensi dari vegetasi pohon di hutan kota yang dimiliki oleh Kota Jambi dalam mengurangi emisi gas CO2. Riset ini dilakukan di tiga lokasi: hutan kota Bagan Pete, hutan kota Muhammad Sabki, dan hutan pinus Kenali. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadran dimana plot observasi pada 10 x 10 m dilakukan untuk mendapatkan area basal secara acak. Pada setiap lokasi kemudian dideterminasi potensi pengurangan emisi CO2 masing-masing. Area basal dari vegetasi pohon-pohon di tiap lokasi didapatkan seluas 72,72 m2/Ha untuk hutan kota bagan Pete, 25,45 m2/Ha pada hutan kota Muhammad Sabki, dan 5,12 m2/Ha untuk hutan pinus Kenali. Sedangkan pengurangan CO2 dari vegetasi pohon di hutan kota pada tiap lokasi secara berurutan adalah 41.386 Ton/Ha/Tahun, 14.482,93 Ton/Ha/Tahun, 2.916,94 Tons/Ha/Tahun. Berdasarkan penelitian ini, hutan kota Bagan Pete memiliki potensi tertinggi dari ketiga hutan kota yang dimiliki oleh kota Jambi, dan total pengurangan emisi karbon dioksida di kota Jambi dari keberadaan hutan-hutan kota yang ada adalah sebesar 58.785,87 Ton/Ha/Tahun.
抽象地说,城市森林是人口中控制大气污染的开放绿地之一,水和土壤二氧化碳(CO2)是温室气体的主要物质之一,由于燃料和天然气的使用,二氧化碳会增加,从而导致各种疾病,如上呼吸道感染,心脏疼痛,癌症等等。因此,通过使用开放的公共绿地,特别是城市森林,减少二氧化碳排放是很重要的。占碑作为印度尼西亚的一个大城市,当然也有巨大的二氧化碳排放潜力。本研究的目的是预测占碑市拥有的城市森林中树木植被在减少二氧化碳排放方面的潜力。这项调查在三个地点进行:巴甘皮特市森林、穆罕默德·萨布基市森林和基纳利松林。植被分析采用平方法进行,其中在10 x 10m处进行观测,以随机获得基底面积。然后在每个位置确定CO2减少潜力。Pete的行李林、Muhammad Sabki的森林和Kenali的松林的每个位置的树木植被基准面积分别为72.72平方米/公顷、25.45平方米/ha和5.12平方米/哈。而每个地点城市森林树木植被中的二氧化碳减少量依次为41386吨/公顷/年、14482,93吨/公顷-年、2916,94吨/公顷。根据这项研究,巴甘皮特市的森林在占碑市的三个森林中具有最高的潜力,占碑市现有城市森林的二氧化碳排放总量减少了58785.87吨/公顷/年。
{"title":"POTENSI VEGETASI HUTAN KOTA DALAM REDUKSI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DI KOTA JAMBI","authors":"Rizki Andre Handika, Wathri Fitrada, Zuli Rodhiyah","doi":"10.22437/biospecies.v13i1.8463","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v13i1.8463","url":null,"abstract":"Abstrak, Hutan kota adalah salah satu ruang terbuka hijau masyarakat yang mengontrol pencemaran atmosfer, air dan tanah Karbon dioksida (CO2) merupakan suatu substansi yang paling utama dari gas-gas rumah kaca dimana peningkatannya dapat terjadi dikarenakan penggunaan bahan bakar dan gas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi-infeksi saluran pernapasan bagian atas, sakit di bagian hati, kanker dan lain sebagainya. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting untuk mengurangi emisi-emisi CO2 yang salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan ruang terbuka hijau publik, khususnya adalah hutan kota. Kota Jambi sebagai sebuah kota besar di Indonesia tentunya memiliki potensi emisi CO2 yang juga besar. Tujuan dari riset ini adalah untuk memprediksi potensi dari vegetasi pohon di hutan kota yang dimiliki oleh Kota Jambi dalam mengurangi emisi gas CO2. Riset ini dilakukan di tiga lokasi: hutan kota Bagan Pete, hutan kota Muhammad Sabki, dan hutan pinus Kenali. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadran dimana plot observasi pada 10 x 10 m dilakukan untuk mendapatkan area basal secara acak. Pada setiap lokasi kemudian dideterminasi potensi pengurangan emisi CO2 masing-masing. Area basal dari vegetasi pohon-pohon di tiap lokasi didapatkan seluas 72,72 m2/Ha untuk hutan kota bagan Pete, 25,45 m2/Ha pada hutan kota Muhammad Sabki, dan 5,12 m2/Ha untuk hutan pinus Kenali. Sedangkan pengurangan CO2 dari vegetasi pohon di hutan kota pada tiap lokasi secara berurutan adalah 41.386 Ton/Ha/Tahun, 14.482,93 Ton/Ha/Tahun, 2.916,94 Tons/Ha/Tahun. Berdasarkan penelitian ini, hutan kota Bagan Pete memiliki potensi tertinggi dari ketiga hutan kota yang dimiliki oleh kota Jambi, dan total pengurangan emisi karbon dioksida di kota Jambi dari keberadaan hutan-hutan kota yang ada adalah sebesar 58.785,87 Ton/Ha/Tahun.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45109100","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-16DOI: 10.22437/biospecies.v12i2.7595
Sumardi, S. Farisi, R. Agustrina, Yunita
Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) memiliki sifat yang menguntungkan diantaranya sebagai kandidat probiotik, biofertilizer, agen bioremediasi dan mampu menurunkan konsetrasi H2S di perairan. Namun demikian BFA pun memiliki kelemahan yaitu pertumbuhannya lambat. Interaksi ion logam dan paparan medan magnet diketahui dapat meningkatkan aktivitas enzim dan meningkatkan laju pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ion logam dan paparan medan magnet terhadap pertumbuhan BFA. Isolat BFA AM hasil isolasi dari akar mangrove diuji pengaruhnya terhadap ion logam dalam media sea water complete (SWC). Ion logam yang diujikan adalah Cu, Pb, Al dan Fe dengan konsentrasi yang berbeda. Ion logam dipapar medan magnet 0,2 mT selama 10 menit sebelum ditambahkan ke media. Hasil penghitungan sel menunjukkan bahwa ion logam baik yang dipapar medan magnet dan tanpa dipapar medan magnet tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan isolat BFA AM, namun ion logam dalam media SWC mempengaruhi pola spektra isolat BFA AM.
{"title":"Effects of Magnetic Fields and Metal Ions (Cu, Pb, Al and Fe) on Growth of Anoxygenic Photosynthetic Bacteria (APB)","authors":"Sumardi, S. Farisi, R. Agustrina, Yunita","doi":"10.22437/biospecies.v12i2.7595","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v12i2.7595","url":null,"abstract":"Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) memiliki sifat yang menguntungkan diantaranya sebagai kandidat probiotik, biofertilizer, agen bioremediasi dan mampu menurunkan konsetrasi H2S di perairan. Namun demikian BFA pun memiliki kelemahan yaitu pertumbuhannya lambat. Interaksi ion logam dan paparan medan magnet diketahui dapat meningkatkan aktivitas enzim dan meningkatkan laju pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ion logam dan paparan medan magnet terhadap pertumbuhan BFA. Isolat BFA AM hasil isolasi dari akar mangrove diuji pengaruhnya terhadap ion logam dalam media sea water complete (SWC). Ion logam yang diujikan adalah Cu, Pb, Al dan Fe dengan konsentrasi yang berbeda. Ion logam dipapar medan magnet 0,2 mT selama 10 menit sebelum ditambahkan ke media. Hasil penghitungan sel menunjukkan bahwa ion logam baik yang dipapar medan magnet dan tanpa dipapar medan magnet tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan isolat BFA AM, namun ion logam dalam media SWC mempengaruhi pola spektra isolat BFA AM.","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48588188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-08DOI: 10.22437/biospecies.v12i2.5551
Santi Perawati, L. Andriani, Lia Anggresani, Eti Ardila
ABSTRACT Background: Indonesia consists of various ethnics on each island, one of which is Suku Anak Dalam (SAD) precisely on Sumatra island of Jambi Province. Each ethnic group has a variety of natural and traditional remedies. This observation was conducted from November 2017 to February 2018 in Muara Kilis Village, Tengah Ilir District, Tebo District, Jambi Province.This research purpose to determined of various disease and know the various natural resources that are used as a treatmenton Suku Anak Dalam at Muara Kilis. Method: This research type is descriptive research using qualitative method and purposive sampling for sampling technique and open-ended interview with informant using voice recording media. Results: The disease are often experienced by Suku Anak Dalam among others fever, cough, asthma, measles, gastritis, hemorrhoids, stomachaches, and allergy. To treat the disease by utilizing natural resources like plants and animals. Part of the plants used among others, leaves, sap, and fruit, while for animal parts used are bile, urine, and blood. Processing methods are pounded, boiled, grated, and fried, while the use of these ingredients by eating, drinking, bathed, and applied directly on part of sickness skin Conclusion: Based on the results that has been done there are 8 diseases that often occur and there are 5 kinds of plants and 4 animals from different genus and family that are used as traditional medicine in Suku Anak Dalam Muara Kilis Village. Keywords: (Ethnopharmacy, Suku Anak Dalam, Diseases, Natural Resources)
背景:印度尼西亚各岛屿上都有不同的民族,其中一个民族是位于占碑省苏门答腊岛上的苏库阿纳克达拉姆族(Suku Anak Dalam)。每个民族都有各种各样的自然疗法和传统疗法。该观察于2017年11月至2018年2月在占比省特博县Tengah Ilir区Muara Kilis村进行。这项研究的目的是确定各种疾病,并了解用于治疗Muara Kilis Suku Anak Dalam的各种自然资源。方法:本研究类型为描述性研究,采用定性方法和有目的的抽样技术,使用录音媒体对举报人进行开放式访谈。结果:Suku Anak Dalam经常出现发烧、咳嗽、哮喘、麻疹、胃炎、痔疮、胃痛和过敏等症状。利用植物和动物等自然资源来治疗疾病。植物的叶子、汁液和果实等部分被使用,而动物的部分被使用的是胆汁、尿液和血液。加工方法为捣碎、煮沸、磨碎、油炸,食用、饮用、沐浴和直接涂抹在部分患病皮肤上。结论:根据已经完成的结果,Suku Anak Dalam Muara Kilis村有8种常见疾病,有5种不同属和科的植物和4种动物作为传统药物。关键词:(民族药学;苏库·阿纳克·达拉姆;疾病;
{"title":"Ethnopharmacy Study of Suku Anak Dalam (SAD) in Muara Kilis Village, Tengah Ilir, Tebo District, Jambi Province","authors":"Santi Perawati, L. Andriani, Lia Anggresani, Eti Ardila","doi":"10.22437/biospecies.v12i2.5551","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v12i2.5551","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Background: Indonesia consists of various ethnics on each island, one of which is Suku Anak Dalam (SAD) precisely on Sumatra island of Jambi Province. Each ethnic group has a variety of natural and traditional remedies. This observation was conducted from November 2017 to February 2018 in Muara Kilis Village, Tengah Ilir District, Tebo District, Jambi Province.This research purpose to determined of various disease and know the various natural resources that are used as a treatmenton Suku Anak Dalam at Muara Kilis. Method: This research type is descriptive research using qualitative method and purposive sampling for sampling technique and open-ended interview with informant using voice recording media. Results: The disease are often experienced by Suku Anak Dalam among others fever, cough, asthma, measles, gastritis, hemorrhoids, stomachaches, and allergy. To treat the disease by utilizing natural resources like plants and animals. Part of the plants used among others, leaves, sap, and fruit, while for animal parts used are bile, urine, and blood. Processing methods are pounded, boiled, grated, and fried, while the use of these ingredients by eating, drinking, bathed, and applied directly on part of sickness skin Conclusion: Based on the results that has been done there are 8 diseases that often occur and there are 5 kinds of plants and 4 animals from different genus and family that are used as traditional medicine in Suku Anak Dalam Muara Kilis Village. \u0000 \u0000Keywords: (Ethnopharmacy, Suku Anak Dalam, Diseases, Natural Resources) \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45700742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-20DOI: 10.22437/biospecies.v12i2.7643
Happy Nia Katarina, W. Kartika, Tia Wulandari
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan Agustus sampai September 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang tertangkap oleh nelayan dan yang dijual di setiap bangsal ikan yang ada di Kelurahan Tanjung Solok. Sampel dikoleksi dari 4 bangsal ikan dan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan ikan hasil tangkapan nelayan terdiri atas 11 ordo, 23 famili dan 32 jenis. Jenis ikan yang paling banyak ditemukan berasal dari ordo Perciformes yang tersebar dalam 10 famili dan 15 jenis. Jenis ikan yang ditemukan di setiap bangsal tidak seluruhnya sama (bangsal 1 ditemukan 28 jenis ikan, bangsal II 23 jenis ikan, bangsal III 24 jenis, dan bangsal IV 25 jenis). Terdapat 17 jenis ikan yang dapat ditemukan di semua bangsal. Pada masing-masing bangsal jumlah jenis ikan yang ditemukan berbeda. Jenis alat tangkap yang paling umum digunakan nelayan di Kelurahan Tanjung Solok adalah gill net dan rawai
这项研究于2017年8月至9月在索洛克挑战赛设施Jambi Kuala Improvement Kabupaten挑战赛东部挑战赛上进行。这项研究的目的是了解索洛克湾每个鱼缸里渔民捕捞和出售的鱼是什么。从四个鱼池中采集样本,并通过形态学进行鉴定。研究表明,鄂尔多斯市的鱼类捕捞成果包括11个科32种。最常见的鱼类来源于鄂尔多斯鲈形目,分布于10科15种。在每个部落中发现的鱼类并不完全相同(部落1发现了28种鱼类,部落II发现了23种,部落III发现了24种,部落IV发现了25种)。在所有的鲸鱼身上都可以找到17种鱼类。每个国家都有不同种类的鱼。索洛克高地渔民最常用的捕鱼工具是网鳃和随机捕鱼
{"title":"KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI KELURAHAN TANJUNG SOLOK TANJUNG JABUNG TIMUR","authors":"Happy Nia Katarina, W. Kartika, Tia Wulandari","doi":"10.22437/biospecies.v12i2.7643","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v12i2.7643","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan Agustus sampai September 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang tertangkap oleh nelayan dan yang dijual di setiap bangsal ikan yang ada di Kelurahan Tanjung Solok. Sampel dikoleksi dari 4 bangsal ikan dan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan ikan hasil tangkapan nelayan terdiri atas 11 ordo, 23 famili dan 32 jenis. Jenis ikan yang paling banyak ditemukan berasal dari ordo Perciformes yang tersebar dalam 10 famili dan 15 jenis. Jenis ikan yang ditemukan di setiap bangsal tidak seluruhnya sama (bangsal 1 ditemukan 28 jenis ikan, bangsal II 23 jenis ikan, bangsal III 24 jenis, dan bangsal IV 25 jenis). Terdapat 17 jenis ikan yang dapat ditemukan di semua bangsal. Pada masing-masing bangsal jumlah jenis ikan yang ditemukan berbeda. Jenis alat tangkap yang paling umum digunakan nelayan di Kelurahan Tanjung Solok adalah gill net dan rawai","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41756918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-16DOI: 10.22437/biospecies.v12i2.6185
Elis Kartika
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis mikoriza dan ketinggian batang bawah yang mampu meningkatkan keberhasilan sambungan sertapertumbuhan dan serapan P bibit kopi robustahasil grafting. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dua faktor menggunakan Rancangan Acak Lengkap tiga ulangan. Faktor pertama adalah inokulasi mikoriza yang terdiri dari enam taraf yaitu tanpa inokulasi mikoriza, inokulasiGlomus sp-3, Glomus sp-6, Glomus sp-15, Glomus sp-16, sertagabungan Glomus sp-3, sp-6, sp-15, sp-16. Faktor kedua berupa ketinggian batang bawah yang terdiri atas lima taraf yaitu ketinggian batang bawah 5, 10, 15, 20dan 25 cm dari pangkal akar.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pertumbuhan dan serapan P bibit kopi robusta hasil grafting terbaik pada berbagai jenis mikoriza diperoleh pada ketinggian batang bawah 15 cm dari pengkal akar. Pertumbuhan dan serapan P bibit kopi robusta hasil grafting pada berbagai ketinggian batang bawah diperoleh pada jenis mikoriza gabungan Glomus sp-3, sp-6, sp-15, sp-16. Tingkat keberhasilan penyambungan bibit kopi robusta bermikoriza adalah 100% dan bibit yang tidak bermikoriza sebesar 79.87 %, sedangkan pada berbagai ketinggian batang bawah berkisar anatar 95.83 sampai 97.22 %.
{"title":"TINGKAT KEBERHASILAN SAMBUNGAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (COFFEA ROBUSTA L.) HASIL GRAFTING PADA PEMBERIAN BERBAGAI JENIS MIKORIZA DAN KETINGGIAN BATANG BAWAH","authors":"Elis Kartika","doi":"10.22437/biospecies.v12i2.6185","DOIUrl":"https://doi.org/10.22437/biospecies.v12i2.6185","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis mikoriza dan ketinggian batang bawah yang mampu meningkatkan keberhasilan sambungan sertapertumbuhan dan serapan P bibit kopi robustahasil grafting. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dua faktor menggunakan Rancangan Acak Lengkap tiga ulangan. Faktor pertama adalah inokulasi mikoriza yang terdiri dari enam taraf yaitu tanpa inokulasi mikoriza, inokulasiGlomus sp-3, Glomus sp-6, Glomus sp-15, Glomus sp-16, sertagabungan Glomus sp-3, sp-6, sp-15, sp-16. Faktor kedua berupa ketinggian batang bawah yang terdiri atas lima taraf yaitu ketinggian batang bawah 5, 10, 15, 20dan 25 cm dari pangkal akar.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pertumbuhan dan serapan P bibit kopi robusta hasil grafting terbaik pada berbagai jenis mikoriza diperoleh pada ketinggian batang bawah 15 cm dari pengkal akar. Pertumbuhan dan serapan P bibit kopi robusta hasil grafting pada berbagai ketinggian batang bawah diperoleh pada jenis mikoriza gabungan Glomus sp-3, sp-6, sp-15, sp-16. Tingkat keberhasilan penyambungan bibit kopi robusta bermikoriza adalah 100% dan bibit yang tidak bermikoriza sebesar 79.87 %, sedangkan pada berbagai ketinggian batang bawah berkisar anatar 95.83 sampai 97.22 %. \u0000 ","PeriodicalId":31745,"journal":{"name":"Biospecies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46694289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}