Pub Date : 2022-08-09DOI: 10.17509/jpp.v22i2.47110
Favian Dewanta
Makalah ini mengkaji respon mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom terkait kegiatan merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) yang dilaksanakan selama tahun 2021. Kajian dilaksanakan berdasarkan hasil survei kuantitatif yang diselenggarakan oleh SPADA DIKTI sebagai rangkaian program MBKM nasional. Meskipun responden survei secara keseluruhan mencakup mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan, makalah ini membatasi responden hanya mahasiswa. Dalam survei, secara khusus pertanyaan kuesioner memiliki tiga topik bahasan, yakni pra-pelaksanaan, pelaksanaan, serta evaluasi MBKM. Hasil survei menunjukkan bahwa secara umum, mahasiswa merespon secara positif (tertarik) dengan kegiatan MBKM. Sebanyak 87,75% mahasiswa menganggap bahwa kegiatan MBKM dapat memperluas wawasan dan kompetensi tambahan mahasiswa; serta sebanyak 76,3% mahasiswa merasa bahwa pengetahuan yang diperoleh dianggap relevan dengan kebutuhan di masa mendatang. Di sisi lain, terdapat beberapa hal untuk diperbaiki, antara lain, kelengkapan panduan kegiatan baik terkait akademik maupun operasional perlu disediakan secara lengkap dan mudah diperoleh. Selain itu, perguruan tinggi perlu berpartisipasi lebih aktif dalam melakukan sosialisasi, khususnya melalui kanal informasi resmi, media sosial, dan kanal komunitas.
{"title":"Kajian Persepsi Mahasiswa Terkait Penerapan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom","authors":"Favian Dewanta","doi":"10.17509/jpp.v22i2.47110","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpp.v22i2.47110","url":null,"abstract":"Makalah ini mengkaji respon mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom terkait kegiatan merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) yang dilaksanakan selama tahun 2021. Kajian dilaksanakan berdasarkan hasil survei kuantitatif yang diselenggarakan oleh SPADA DIKTI sebagai rangkaian program MBKM nasional. Meskipun responden survei secara keseluruhan mencakup mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan, makalah ini membatasi responden hanya mahasiswa. Dalam survei, secara khusus pertanyaan kuesioner memiliki tiga topik bahasan, yakni pra-pelaksanaan, pelaksanaan, serta evaluasi MBKM. Hasil survei menunjukkan bahwa secara umum, mahasiswa merespon secara positif (tertarik) dengan kegiatan MBKM. Sebanyak 87,75% mahasiswa menganggap bahwa kegiatan MBKM dapat memperluas wawasan dan kompetensi tambahan mahasiswa; serta sebanyak 76,3% mahasiswa merasa bahwa pengetahuan yang diperoleh dianggap relevan dengan kebutuhan di masa mendatang. Di sisi lain, terdapat beberapa hal untuk diperbaiki, antara lain, kelengkapan panduan kegiatan baik terkait akademik maupun operasional perlu disediakan secara lengkap dan mudah diperoleh. Selain itu, perguruan tinggi perlu berpartisipasi lebih aktif dalam melakukan sosialisasi, khususnya melalui kanal informasi resmi, media sosial, dan kanal komunitas.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"10 19","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72503249","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-09DOI: 10.17509/jpp.v22i2.53722
L. Hakim
Students’ anxiety, speaking performance and their relation to genders have been investigated extensively in the EFL context and most participants are English students, but most of the studies with the same variables were conducted in an offline setting. Thus, the purpose of this research is to describe the anxiety levels of students who studied another language than English in learning English and to investigate the relationship between their anxiety and performance in English-speaking classes. By employing a quantitative approach, 32 male and 66 female Sundanese Language and Culture Study Program students whose anxiety levels were assessed using Horwitz et al.’s (1986) Foreign Language Classroom Anxiety Scale (FLCAS) participated voluntarily in the research. Because the data were normally distributed and homogenous, the obtained data were analyzed using parametric statistical tools; independent t-test and Pearson Product Moment Correlation. The results imply that the majority of the participants’ anxiety levels were moderate, and there was no statistical difference in students’ anxiety levels between male and female students. Further exploration of the relationship between the anxiety levels of the students and their speaking performance was weak and negative (r = -0.12, p .68). Thus, the online and offline foreign language classroom settings do not seem to differentiate students’ anxiety levels for both male and female students.
学生的焦虑、口语表现及其与性别的关系已经在英语语境下进行了广泛的调查,大多数参与者是英语学生,但大多数具有相同变量的研究都是在离线环境下进行的。因此,本研究的目的是描述非英语学习者在英语学习中的焦虑水平,并探讨他们的焦虑与英语课堂表现之间的关系。采用定量分析的方法,选取32名男、66名女巽他语文化研究项目学生自愿参与研究,并采用Horwitz等人(1986)的外语课堂焦虑量表(FLCAS)对其焦虑水平进行评估。由于数据是正态分布和均匀的,因此使用参数统计工具对获得的数据进行分析;独立t检验和Pearson积差相关。结果表明,大多数被试的焦虑水平为中等,男女学生的焦虑水平无统计学差异。学生焦虑水平与口语表现之间的进一步探索呈弱负相关(r = -0.12, p .68)。因此,线上和线下的外语课堂设置似乎并没有区分男女学生的焦虑水平。
{"title":"Exploring the Local Language Students’ Foreign Language Anxiety in EFL Online Class: Students’ Genders and Speaking Performance","authors":"L. Hakim","doi":"10.17509/jpp.v22i2.53722","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpp.v22i2.53722","url":null,"abstract":"Students’ anxiety, speaking performance and their relation to genders have been investigated extensively in the EFL context and most participants are English students, but most of the studies with the same variables were conducted in an offline setting. Thus, the purpose of this research is to describe the anxiety levels of students who studied another language than English in learning English and to investigate the relationship between their anxiety and performance in English-speaking classes. By employing a quantitative approach, 32 male and 66 female Sundanese Language and Culture Study Program students whose anxiety levels were assessed using Horwitz et al.’s (1986) Foreign Language Classroom Anxiety Scale (FLCAS) participated voluntarily in the research. Because the data were normally distributed and homogenous, the obtained data were analyzed using parametric statistical tools; independent t-test and Pearson Product Moment Correlation. The results imply that the majority of the participants’ anxiety levels were moderate, and there was no statistical difference in students’ anxiety levels between male and female students. Further exploration of the relationship between the anxiety levels of the students and their speaking performance was weak and negative (r = -0.12, p .68). Thus, the online and offline foreign language classroom settings do not seem to differentiate students’ anxiety levels for both male and female students.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74005251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.5
N. Nurhayati
Pendidikan anak usia dini dalam Islam adalah pendidikan yang berlangsung sejak anak-anak masih kecil. Islam menyebutkan bahwa seseorang itu dikatakan anak-anak, apabila ia belum mencapai akil baligh (dewasa) dan pendidikan diamanahkan kepada orang tua sebagai pendidik yang utama. Usia dini merupakan masa emas (golden age), karena pada usia dini ini anak-anaka mengalami pertumbuhan dan perkebangan yang sangat luar biasa mulai dari fisik, mental, pembentukan karakter, watak serta kepribadian. Oleh karena itu sangat penting sekali diberikan pendidikan agama sejak dini bertujuan bukanlah sekedar mengalihkan perilaku atau tabiat sebagai isi pendidikan akhlak, melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitrah insaniyah, sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk yang taat dan baik serta bermoral. Dengan kata lain, pendidikan akhlak anak dalam Islam bertujuan agar peserta didik dapat membentuk dirinya menjadi insan kamil yang mempunyai akhlakul karimah dan dapat mengaplikasikan-nya di dalam kehidupan sehari-hari sebagai hamba Allah yang taat untuk menggapai ridha-Nya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam menanamkan pendidikan agama pada anak usia dini dapat diberikan melalui beberapa langkah seperti keteladanan selalu mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan serta mengenalkan ibadah terutama sholat, wudhu dan membaca do’a sehari-hari serta surat-surat pendek, bercerita mengenalkan ciptaan-ciptaan Allah tentang alam seisinya, nasihat dan pembiasaan yang bernuansa Islami agar terbentuk akhlakul karimah .
{"title":"Studi Literasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini","authors":"N. Nurhayati","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.5","url":null,"abstract":"Pendidikan anak usia dini dalam Islam adalah pendidikan yang berlangsung sejak anak-anak masih kecil. Islam menyebutkan bahwa seseorang itu dikatakan anak-anak, apabila ia belum mencapai akil baligh (dewasa) dan pendidikan diamanahkan kepada orang tua sebagai pendidik yang utama. Usia dini merupakan masa emas (golden age), karena pada usia dini ini anak-anaka mengalami pertumbuhan dan perkebangan yang sangat luar biasa mulai dari fisik, mental, pembentukan karakter, watak serta kepribadian. Oleh karena itu sangat penting sekali diberikan pendidikan agama sejak dini bertujuan bukanlah sekedar mengalihkan perilaku atau tabiat sebagai isi pendidikan akhlak, melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitrah insaniyah, sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk yang taat dan baik serta bermoral. Dengan kata lain, pendidikan akhlak anak dalam Islam bertujuan agar peserta didik dapat membentuk dirinya menjadi insan kamil yang mempunyai akhlakul karimah dan dapat mengaplikasikan-nya di dalam kehidupan sehari-hari sebagai hamba Allah yang taat untuk menggapai ridha-Nya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam menanamkan pendidikan agama pada anak usia dini dapat diberikan melalui beberapa langkah seperti keteladanan selalu mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan serta mengenalkan ibadah terutama sholat, wudhu dan membaca do’a sehari-hari serta surat-surat pendek, bercerita mengenalkan ciptaan-ciptaan Allah tentang alam seisinya, nasihat dan pembiasaan yang bernuansa Islami agar terbentuk akhlakul karimah .","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83649997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.8
Robi Muhammad, Slamet Widodo
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, suku, ras, adat dan agama Keragaman budaya bangsa Indonesia dapat memicu konflik serta berpotensi memunculkan beragam pemahaman dan gerakan radikal, baik yang mengatasnamakan agama, suku, dan golongan. Namun, pada kenyatannya gerakan radikalisme muncul tidak hanya diakibatkan oleh perbedaan SARA, tetapi juga terdapat faktor dimensi global, politik, serta kesenjangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Metode dari penulisan artikel ini dengan menngunakan metode studi pustaka kajiann literature. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi terhadap nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah penyebaran paham serta gerkan radikalisme di Indonsia. Pada saat ini implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat semakin memudar, hal trsebut diakibatkan oleh kurangnya kesadaran serta pemahaman masyarakat tentang makna dan arti dari nilai-nilai pancasila. Diperlukan tindakan atau upaya secara bersama dalam menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara dalam mencegah penyebaran paham serta gerakan radikalisme guna menjaga keutuhan bangsa Indonesia dengan persatuan dan kesatuan.
{"title":"Implementasi Pancasila Untuk Mencegah Isu Radikalisme Dalam Bingkai Kebhinekaan","authors":"Robi Muhammad, Slamet Widodo","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.8","url":null,"abstract":"Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, suku, ras, adat dan agama Keragaman budaya bangsa Indonesia dapat memicu konflik serta berpotensi memunculkan beragam pemahaman dan gerakan radikal, baik yang mengatasnamakan agama, suku, dan golongan. Namun, pada kenyatannya gerakan radikalisme muncul tidak hanya diakibatkan oleh perbedaan SARA, tetapi juga terdapat faktor dimensi global, politik, serta kesenjangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Metode dari penulisan artikel ini dengan menngunakan metode studi pustaka kajiann literature. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi terhadap nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah penyebaran paham serta gerkan radikalisme di Indonsia. Pada saat ini implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat semakin memudar, hal trsebut diakibatkan oleh kurangnya kesadaran serta pemahaman masyarakat tentang makna dan arti dari nilai-nilai pancasila. Diperlukan tindakan atau upaya secara bersama dalam menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara dalam mencegah penyebaran paham serta gerakan radikalisme guna menjaga keutuhan bangsa Indonesia dengan persatuan dan kesatuan. \u0000 ","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81895501","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.6
Vit Ardhyantama, Tyas Arie Wibowo, Ferry Aristya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran warga sekolah dalam penerapan budaya sekolah: studi kasus di SD N I Temon. Jenis penelitiann ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah warga sekolah SD N I Temon yang terdiri dari Kepala sekolah, guru/tenaga pendidik, penjaga sekolah dan siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Berdasarkan hasil penlitian dapat disimpulkan bahwa warga sekolah berperan sebagai pendidik, fasilitator, pendorong, dan pelaku penerapan budaya sekolah. Keempat peran ini dijalankan oleh warga sekolah SD N I Temon ketika berada di lingkup sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter anak melalui budaya sekolah. Melalui peran warga sekolah ini, diketahui bahwa peran warga sekolah terhadap penerapan budaya sekolah ini, tergolong kedalam kategori baik, sebagaimana yang dilakukan warga sekolah untuk meningkatkan karakter siswa melalui budaya sekolah. This study aimed to determine the role of school community in the implementation of school culture: a case study at SD N I Temon. This type of research was a qualitative research using a qualitative descriptive research approach. The subjects in this study were community of SD N I Temon which consisted of the principal, teachers/educators, school guards and students. Data collection methods used are observation, interviews, and documentation. The validity of the data were using triangulation techniques and sources. Based on the results of the study, it can be concluded that school community act as educators, facilitators, motivators, and actors in implementing school culture. These four roles were carried out by the community of SD N I Temon when they were in the scope of the school which aims to shape the character of students through school culture. Through the role of the school community, it was known that the role of the school community in the implementation of this school culture was classified into the good category, as what the school community did to improve the character of students through school culture.
本研究旨在了解学校公民在学校文化应用中的作用:案例研究中的作用。这是一种基于描述性质的研究方法的定性研究。本研究的主题是一名中学生,由校长、教师/教师、学校警卫和学生组成。数据收集方法包括观察、采访和记录。使用工程和源三角测量数据的有效性。根据调查结果,可以得出结论,学校公民扮演教育工作者、辅导员、推动者和学校文化应用工作者的角色。这四个角色是由小学N I Temon的居民在学校环境中扮演的,他们的目标是通过学校文化塑造孩子的性格。通过这所学校的公民角色,我们知道,学校公民在这所学校文化应用方面的作用,与学校公民通过学校文化改善学生性格的作用是一样的。这个研究可以确定学校文化的角色:一个案例研究。这一研究类型是一种qualitative研究,使用一种qualitative描述研究方法。这次研究的主题是小学、教师、教师和学生所认为的初中生。数据收集方法数据的有效性在于三角技术和sources。基于研究的结果,它可以将学校社区行为定义为教育家、教师、动机者和执行学校文化的行为。这四卷被社区小学埋在下面,我发现它们被学校的范围内,以塑造学校文化的特点。通过学校社区的角色,我知道这所学校文化的角色被精心编排成好的行为,就像学校社区在学校文化中塑造学生的特点一样。
{"title":"Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Budaya Sekolah: Studi Kasus di SDN I Temon","authors":"Vit Ardhyantama, Tyas Arie Wibowo, Ferry Aristya","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.6","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran warga sekolah dalam penerapan budaya sekolah: studi kasus di SD N I Temon. Jenis penelitiann ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah warga sekolah SD N I Temon yang terdiri dari Kepala sekolah, guru/tenaga pendidik, penjaga sekolah dan siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Berdasarkan hasil penlitian dapat disimpulkan bahwa warga sekolah berperan sebagai pendidik, fasilitator, pendorong, dan pelaku penerapan budaya sekolah. Keempat peran ini dijalankan oleh warga sekolah SD N I Temon ketika berada di lingkup sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter anak melalui budaya sekolah. Melalui peran warga sekolah ini, diketahui bahwa peran warga sekolah terhadap penerapan budaya sekolah ini, tergolong kedalam kategori baik, sebagaimana yang dilakukan warga sekolah untuk meningkatkan karakter siswa melalui budaya sekolah. \u0000 \u0000This study aimed to determine the role of school community in the implementation of school culture: a case study at SD N I Temon. This type of research was a qualitative research using a qualitative descriptive research approach. The subjects in this study were community of SD N I Temon which consisted of the principal, teachers/educators, school guards and students. Data collection methods used are observation, interviews, and documentation. The validity of the data were using triangulation techniques and sources. Based on the results of the study, it can be concluded that school community act as educators, facilitators, motivators, and actors in implementing school culture. These four roles were carried out by the community of SD N I Temon when they were in the scope of the school which aims to shape the character of students through school culture. Through the role of the school community, it was known that the role of the school community in the implementation of this school culture was classified into the good category, as what the school community did to improve the character of students through school culture.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89949050","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.4
Eka Danik, Superi Superi
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam memajukan pembangunan dan peradaban dunia. Lembaga pendidikan memiliki tugas dalam pembentukan karakter anak atau peserta didik. Mengingat pentingnya pendidikan karakter, upaya penanaman pendidikan karakter terus dilakukan. Dalam proses belajar mengajar, setiap guru berharap agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penegakkan disiplin bagi peserta didik. Disiplin mengarahkan kegiatan secara teratur, tertib, dan rapi sebab keteraturan ikut menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar dan selalu patuh dengan aturan yang berlaku pada masa new normal. Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 1 Pacitan. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk memhami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya mengenai perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa1). Guru menjadi tauladan siswa-siswanya dalam pembelajaran. 2). Guru selalu aktif mengingatkan siswa mengenai pentingnya kedisiplinan dan menjaga kesehatan. 3.) Guru memberikan sangsi kepada siswa yang melakukan pelanggaran.
{"title":"dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa pada Masa New Normal di SMK PGRI 1 Pacitan","authors":"Eka Danik, Superi Superi","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.4","url":null,"abstract":"Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam memajukan pembangunan dan peradaban dunia. Lembaga pendidikan memiliki tugas dalam pembentukan karakter anak atau peserta didik. Mengingat pentingnya pendidikan karakter, upaya penanaman pendidikan karakter terus dilakukan. Dalam proses belajar mengajar, setiap guru berharap agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penegakkan disiplin bagi peserta didik. Disiplin mengarahkan kegiatan secara teratur, tertib, dan rapi sebab keteraturan ikut menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar dan selalu patuh dengan aturan yang berlaku pada masa new normal. Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 1 Pacitan. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk memhami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya mengenai perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa1). Guru menjadi tauladan siswa-siswanya dalam pembelajaran. 2). Guru selalu aktif mengingatkan siswa mengenai pentingnya kedisiplinan dan menjaga kesehatan. 3.) Guru memberikan sangsi kepada siswa yang melakukan pelanggaran.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75160670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.7
Arsita Wulan Cahyani, Slamet Widodo
Bullying kerap terjadi di Indonesia bahkan di dalam ranah lembaga pendidikan. Bullying menjadi permasalahan krusial bagi pelajar di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menghadapi masalah tersebut utamanya bagi pelajar sekolah menengah atas menggunakan upaya preventif. Bentuk upaya dalam menghadapi masalah ini adalah membentuk pendidikan anti-bullying di sekolah menengah atas. Hal tersebut bertujuan agar pelajar sekolah menengah atas memiliki pemahaman yang baik, serta upaya pencegahan yang perlu dilakukan. Metode kajian pustaka dengan cara mengumpulkan data melalui analisis sumber-sumber terkait seperti buku, jurnal, dan sejenisnya terkait bullying diaplikasikan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan upaya efektif membangun pendidikan anti-bullying di sekolah menengah atas. Upaya ini dilakukan secara sadar dan sengaja oleh lembaga pendidikan, tidak hanya oleh tenaga pendidik. Setiap elemen terkait penting dalam upaya membentuk pendidikan anti-bullying agar tercipta koordinasi yang baik dalam mencapai tujuan. Pendidikan anti-bullying menjadi bagian dari kurikulum yang diajarkan baik dalam mata pelajaran eksak, sosial, dan bahasa. Variasi metode pembelajaran digunakan sehingga, peserta didik antusias dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan anti-bullying dapat menggunakan asesmen formatif.
{"title":"PENTINGNYA PENDIDIKAN ANTI BULLYING di SEKOLAH MENENGAH ATAS","authors":"Arsita Wulan Cahyani, Slamet Widodo","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.7","url":null,"abstract":"Bullying kerap terjadi di Indonesia bahkan di dalam ranah lembaga pendidikan. Bullying menjadi permasalahan krusial bagi pelajar di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menghadapi masalah tersebut utamanya bagi pelajar sekolah menengah atas menggunakan upaya preventif. Bentuk upaya dalam menghadapi masalah ini adalah membentuk pendidikan anti-bullying di sekolah menengah atas. Hal tersebut bertujuan agar pelajar sekolah menengah atas memiliki pemahaman yang baik, serta upaya pencegahan yang perlu dilakukan. Metode kajian pustaka dengan cara mengumpulkan data melalui analisis sumber-sumber terkait seperti buku, jurnal, dan sejenisnya terkait bullying diaplikasikan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan upaya efektif membangun pendidikan anti-bullying di sekolah menengah atas. Upaya ini dilakukan secara sadar dan sengaja oleh lembaga pendidikan, tidak hanya oleh tenaga pendidik. Setiap elemen terkait penting dalam upaya membentuk pendidikan anti-bullying agar tercipta koordinasi yang baik dalam mencapai tujuan. Pendidikan anti-bullying menjadi bagian dari kurikulum yang diajarkan baik dalam mata pelajaran eksak, sosial, dan bahasa. Variasi metode pembelajaran digunakan sehingga, peserta didik antusias dalam pembelajaran. Dalam penerapan pendidikan anti-bullying dapat menggunakan asesmen formatif.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91345634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-06DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.1
R. Wardani, C. Fitriyah
The Teacher Certification Program was an educational form that aimed at increasingthe professionalism of teachers. The aim of this research was to describe before and after basic knowledge of primary teachers that has been already joining in Teacher Certification Program. Basic knowledge is knowledge about understanding lesson plans which is suitable with basic competence, lesson theory, until research plan after teaching to support teacher professionalism. The research method was a quantitative description. Technique this research was an interview with a primary teacher that has been already joining the teacher certification program. Data analysis using a percentage of basic knowledge before and after primary teacher. Data result has been shown basic knowledge primary teacher is increased from arranging lesson plan for doing research and reflection in the learning process Pendidikan Profesional Guru merupakan bentuk pendidikan yang ditujukan bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan dasar atau Basic Knowledge guru Sekolah Dasar sebelum dan sesudah mengikuti Pendidikan Profesional Guru (PPG). Kemampuan dasar atau basic knowledge merupakan kemampuan yang meliputi pemahaman rencana pembelajaran yang sesuai kompetensi dasar, pemahaman teori belajar, hingga penelitian setelah pembelajaran untuk mendukung profesional guru. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik wawancara dilakukan dalam penelitian ini dengan subjek guru sekolah dasar yang telah megikuti PPG. Analisis data menggunakan hasil presentasi kemampuan guru sebelum dan sesudah mengikuti PPG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Basic Knowledge guru Sekolah Dasar meningkat, dimulai dari kemampuan melakukan perencanaan sampai melakukan penelitian perbaikan dalam pembelajaran.
教师资格认证计划是一种旨在提高教师专业水平的教育形式。本研究的目的是描述小学教师参加教师资格认证计划前后的基本知识。基础知识是对教案的理解,是与基本能力、教案理论相适应的知识,直到教学后的研究计划,以支持教师的专业精神。研究方法为定量描述。本研究采访了一位已经加入教师资格认证计划的小学教师。数据分析采用小学教师前后基础知识的百分比。数据结果显示,基础知识的初级教师是从安排课程计划到在学习过程中进行研究和反思的Pendidikan professional Guru merupakan bentuk Pendidikan yang ditujukan bagi Guru untuk meningkatkan keprofessional Guru。Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan dasar atau基础知识大师Sekolah dasar sebelum dan sesudah mengikuti Pendidikan专业大师(PPG)。Kemampuan dasaratau基本知识merupakan Kemampuan yang meliputi pemahaman rencana pembelajan yang sesuai kompetensi dasar, pemahaman teori belajar, hinga penelitian setelah pembelajan untuk mendukung专业大师。方法dalam penelitian的翻译结果:技术专家瓦万卡拉·迪拉库坎·达兰·佩尼利特·尼登甘主题大师塞科拉·达萨·杨·特拉·梅吉库蒂·PPG。分析数据menggunakan hasil介绍了kemampuan guru sebelum和sesudah mengikuti PPG。Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan基础知识大师Sekolah Dasar mengkat, dimulai dari kemampuan melakukan perencanansampai melakukan penelitian perbaikan dalam pembelajaran。
{"title":"Kemampuan Basic Knolwledge Guru Sekolah Dasar Peserta Program Pendidikan Profesi Guru","authors":"R. Wardani, C. Fitriyah","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.1","url":null,"abstract":"The Teacher Certification Program was an educational form that aimed at increasingthe professionalism of teachers. The aim of this research was to describe before and after basic knowledge of primary teachers that has been already joining in Teacher Certification Program. Basic knowledge is knowledge about understanding lesson plans which is suitable with basic competence, lesson theory, until research plan after teaching to support teacher professionalism. The research method was a quantitative description. Technique this research was an interview with a primary teacher that has been already joining the teacher certification program. Data analysis using a percentage of basic knowledge before and after primary teacher. Data result has been shown basic knowledge primary teacher is increased from arranging lesson plan for doing research and reflection in the learning process \u0000 \u0000Pendidikan Profesional Guru merupakan bentuk pendidikan yang ditujukan bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan dasar atau Basic Knowledge guru Sekolah Dasar sebelum dan sesudah mengikuti Pendidikan Profesional Guru (PPG). Kemampuan dasar atau basic knowledge merupakan kemampuan yang meliputi pemahaman rencana pembelajaran yang sesuai kompetensi dasar, pemahaman teori belajar, hingga penelitian setelah pembelajaran untuk mendukung profesional guru. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik wawancara dilakukan dalam penelitian ini dengan subjek guru sekolah dasar yang telah megikuti PPG. Analisis data menggunakan hasil presentasi kemampuan guru sebelum dan sesudah mengikuti PPG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Basic Knowledge guru Sekolah Dasar meningkat, dimulai dari kemampuan melakukan perencanaan sampai melakukan penelitian perbaikan dalam pembelajaran.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77075746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-05DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.3
P. Indrawan, Carolina Y Redo, M. D. P. Upa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan mengelola emosi siswa, perilaku agresif siswa, dan menemukan hubungan antara kemampuan mengelola emosi dan perilaku agresif siswa di SMA Negeri 5 Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Kupang dengan jumlah populasi 1.296 orang dan sampel 93 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen skala psikologis kemampuan mengelola emosi dan angket perilaku agresif. Data tersebut dikelola menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum siswa memiliki kemampuan mengelola emosi dengan kategori tinggi 62 atau 67%, kategori sangat tinggi 27 atau 29% siswa, kategori rendah 4 atau 4% siswa. (2) secara umum siswa memiliki perilaku agresif dengan kategori sangat tinggi 2 atau 2% siswa, kategori tinggi 13 orang atau 14% siswa, kategori rendah 43 atau 46% siswa, kategori sangat rendah 34 atau 38% siswa. Hasil pengujian hipotesis disimpulkan bahwa menunjukkan hubungan positif yang signifikansi antara kemampuan mengelola emosi dan perilaku agresif siswa SMA Negeri 5 Kota.
{"title":"Korelasi Kemampuan Mengelola Emosi dengan Perilaku Agresif Siswa SMA Negeri 5 Kota Kupang","authors":"P. Indrawan, Carolina Y Redo, M. D. P. Upa","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.3","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan mengelola emosi siswa, perilaku agresif siswa, dan menemukan hubungan antara kemampuan mengelola emosi dan perilaku agresif siswa di SMA Negeri 5 Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Kupang dengan jumlah populasi 1.296 orang dan sampel 93 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen skala psikologis kemampuan mengelola emosi dan angket perilaku agresif. Data tersebut dikelola menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum siswa memiliki kemampuan mengelola emosi dengan kategori tinggi 62 atau 67%, kategori sangat tinggi 27 atau 29% siswa, kategori rendah 4 atau 4% siswa. (2) secara umum siswa memiliki perilaku agresif dengan kategori sangat tinggi 2 atau 2% siswa, kategori tinggi 13 orang atau 14% siswa, kategori rendah 43 atau 46% siswa, kategori sangat rendah 34 atau 38% siswa. Hasil pengujian hipotesis disimpulkan bahwa menunjukkan hubungan positif yang signifikansi antara kemampuan mengelola emosi dan perilaku agresif siswa SMA Negeri 5 Kota.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86407605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-04DOI: 10.21137/jpp.2022.14.1.2
D. Apriyani
Pembelajaran jarak jauh mau tidak mau terpaksa dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia dikarenakan adanya pandemi Covid-19 tak terkecuali seluruh SMP di lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Pembelajaran matematika yang biasanya membutuhkan komunikasi langsung 2 arah antara pembelajar dan pengajar juga tidak dapat dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui preferensi guru matematika SMP di Kabupaten Pacitan dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring. Penelitian ini mengambil data responden dari 142 guru yang berasal dari 65 SMP negeri dan swasta. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif sedangkan data kualitatif dianalisis dengan NVivo 12. Berdasarkan analisis diketahui bahwa semua guru matematika baik di sekolah negeri maupun swasta menjalankan pembelajaran daring. Empat aplikasi yang paling sering digunakan guru dalam mengajar daring yaitu WhatsApp, YouTube, Google Classroom, dan Google Form. Sebagian besar guru (sebanyak 91,55%) mengajarkan materi esensial berdasarkan kurikulum darurat yang dikeluarkan oleh Balitbang serta hampir semua guru telah memenuhi kriteria pedoman pelaksanaan pembelajaran dari pemerintah.
{"title":"Pembelajaran Matematika Jarak Jauh pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Pacitan","authors":"D. Apriyani","doi":"10.21137/jpp.2022.14.1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21137/jpp.2022.14.1.2","url":null,"abstract":"Pembelajaran jarak jauh mau tidak mau terpaksa dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia dikarenakan adanya pandemi Covid-19 tak terkecuali seluruh SMP di lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Pembelajaran matematika yang biasanya membutuhkan komunikasi langsung 2 arah antara pembelajar dan pengajar juga tidak dapat dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui preferensi guru matematika SMP di Kabupaten Pacitan dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring. Penelitian ini mengambil data responden dari 142 guru yang berasal dari 65 SMP negeri dan swasta. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif sedangkan data kualitatif dianalisis dengan NVivo 12. Berdasarkan analisis diketahui bahwa semua guru matematika baik di sekolah negeri maupun swasta menjalankan pembelajaran daring. Empat aplikasi yang paling sering digunakan guru dalam mengajar daring yaitu WhatsApp, YouTube, Google Classroom, dan Google Form. Sebagian besar guru (sebanyak 91,55%) mengajarkan materi esensial berdasarkan kurikulum darurat yang dikeluarkan oleh Balitbang serta hampir semua guru telah memenuhi kriteria pedoman pelaksanaan pembelajaran dari pemerintah.","PeriodicalId":31792,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Pendidikan","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76072399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}