Pub Date : 2021-12-18DOI: 10.24853/nalars.21.1.25-34
Ni Ketut Agusintadewi, I. G. W. Putra, W. Widiastuti
ABSTRAK. Taman kota sudah seharusnya memperhatikan salah satu aspek convivial, yaitu aspek keamanan. Aspek ini berpengaruh bagi keselamatan pengunjung, terutama anak-anak. Taman Kota Janggan yang terletak di Kota Denpasar memiliki fasilitas bermain anak, tetapi belum diketahui apakah kualitas fasilitas bermain tersebut telah memenuhi tingkat keamanan. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kualitas fisik fasilitas bermain anak berdasarkan aspek keamanan pada taman kota tersebut. Metode kuantitatif digunakan dengan analisis skoring. Analisis skoring dilakukan berdasarkan kondisi fisik yang ada dan dinilai berdasarkan standar penilaian komponen pengendalian perancangan taman bermain anak menurut komponen dan kriteria penilaian keamanan fasilitas ruang bermain anak dari Baskara dan del Alamo. Komponen ini terdiri atas lokasi fasilitas, tata letak, peralatan permainan, konstruksi, dan material. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata, persentase yang didapatkan yaitu 74%. Dengan kata lain, fasilitas bermain anak di Taman Kota Janggan telah memenuhikualitas fisik dalam aspek keamanan bagi anak-anak, sehingga taman kota ini dapat digunakan sebagai lingkungan belajar bagi anak usia dini dengan model pembelajaran di luar kelas. Taman Kota Janggan yang layak anak ini menjadi salah satu indikator Kota Denpasar Ramah Anak. Kata kunci:aspek keamanan, fasilitas bermain anak, kualitas fisik, taman kota ramah anak ABSTRACT. City parks should pay attention to the social aspects, namely the safety aspect for children. Taman Kota Janggan, which is located in Denpasar City, has a children's playground. Nevertheless, it is unknown whether the quality of the game has met the level of safety. The study evaluated children's play facilities' physical quality based on the city park's safety aspects. The research method used was a scoring analysis that was carried out based on existing physical conditions. A set of requirements determined by the assessment criteria for children's play facilities from Baskara and Alamo: location, layout, game equipment, construction, and materials. An average scoring for children's safety obtained is 74%. It means the children's play facilities in Janggan City Park have met the physical quality of children's safety. This city park can be used as a learning environment for early childhood with a learning model outside the classroom. The Janggan City Park is one of Denpasar's indicators that it is a Child-Friendly City.Keywords: safety aspect, children's playground, physical quality, child-friendly city park
{"title":"ASPEK KEAMANAN PADA KUALITAS FISIK FASILITAS BERMAIN ANAK TAMAN KOTA JANGGAN: Menuju Denpasar Kota Ramah Anak","authors":"Ni Ketut Agusintadewi, I. G. W. Putra, W. Widiastuti","doi":"10.24853/nalars.21.1.25-34","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/nalars.21.1.25-34","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Taman kota sudah seharusnya memperhatikan salah satu aspek convivial, yaitu aspek keamanan. Aspek ini berpengaruh bagi keselamatan pengunjung, terutama anak-anak. Taman Kota Janggan yang terletak di Kota Denpasar memiliki fasilitas bermain anak, tetapi belum diketahui apakah kualitas fasilitas bermain tersebut telah memenuhi tingkat keamanan. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kualitas fisik fasilitas bermain anak berdasarkan aspek keamanan pada taman kota tersebut. Metode kuantitatif digunakan dengan analisis skoring. Analisis skoring dilakukan berdasarkan kondisi fisik yang ada dan dinilai berdasarkan standar penilaian komponen pengendalian perancangan taman bermain anak menurut komponen dan kriteria penilaian keamanan fasilitas ruang bermain anak dari Baskara dan del Alamo. Komponen ini terdiri atas lokasi fasilitas, tata letak, peralatan permainan, konstruksi, dan material. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata, persentase yang didapatkan yaitu 74%. Dengan kata lain, fasilitas bermain anak di Taman Kota Janggan telah memenuhikualitas fisik dalam aspek keamanan bagi anak-anak, sehingga taman kota ini dapat digunakan sebagai lingkungan belajar bagi anak usia dini dengan model pembelajaran di luar kelas. Taman Kota Janggan yang layak anak ini menjadi salah satu indikator Kota Denpasar Ramah Anak. Kata kunci:aspek keamanan, fasilitas bermain anak, kualitas fisik, taman kota ramah anak ABSTRACT. City parks should pay attention to the social aspects, namely the safety aspect for children. Taman Kota Janggan, which is located in Denpasar City, has a children's playground. Nevertheless, it is unknown whether the quality of the game has met the level of safety. The study evaluated children's play facilities' physical quality based on the city park's safety aspects. The research method used was a scoring analysis that was carried out based on existing physical conditions. A set of requirements determined by the assessment criteria for children's play facilities from Baskara and Alamo: location, layout, game equipment, construction, and materials. An average scoring for children's safety obtained is 74%. It means the children's play facilities in Janggan City Park have met the physical quality of children's safety. This city park can be used as a learning environment for early childhood with a learning model outside the classroom. The Janggan City Park is one of Denpasar's indicators that it is a Child-Friendly City.Keywords: safety aspect, children's playground, physical quality, child-friendly city park","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45076444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-15DOI: 10.24853/nalars.21.1.1-8
Ari Widyati Purwantiasning
ABSTRAK. Sebuah Kawasan bersejarah yang memiliki nilai sejarah dan berkarakter akan menjadi lebih signifikan jika telah ditetapkan sebagai sebuah Kawasan bersejarah secara hukum baik dengan ketetapan tingkat lokal, nasional maupun internasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai apa itu penetapan Kawasan bersejarah dan bagaimana manfaatnya bagi masyarakat khususnya dan negara umumnya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode eksploratif dengan pembahasan menggunakan pendekatan deskriptif naratif. Narasi hasil yang dipaparkan dalam artikel ini adalah bagaimana manfaat penetapan Kawasan bersejarah menjadi signifikan ketika dikaitkan dengan identitas sebuah bangsa umumnya dan sebuah kota khususnya. Kata Kunci: Kawasan bersejarah, pelestarian, penetapan, identitas ABSTRACT. A historic area with historical value and character will be more significant if legally designated as a historical area with local, national, or international regulations. This paper aims to examine more deeply what the designation of a historical site is and how it benefits the community in particular and the country in general. The method used in this study is an explorative method with a discussion using a descriptive narrative approach. The final result presented in this article is how the benefits of establishing a historic area become significant when associated with the identity of a nation in general and a city in particular. Keywords: historical site, preservation, designation, identity
{"title":"PENETAPAN KAWASAN BERSEJARAH SEBAGAI SEBUAH USAHA PELESTARIAN","authors":"Ari Widyati Purwantiasning","doi":"10.24853/nalars.21.1.1-8","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/nalars.21.1.1-8","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Sebuah Kawasan bersejarah yang memiliki nilai sejarah dan berkarakter akan menjadi lebih signifikan jika telah ditetapkan sebagai sebuah Kawasan bersejarah secara hukum baik dengan ketetapan tingkat lokal, nasional maupun internasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai apa itu penetapan Kawasan bersejarah dan bagaimana manfaatnya bagi masyarakat khususnya dan negara umumnya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode eksploratif dengan pembahasan menggunakan pendekatan deskriptif naratif. Narasi hasil yang dipaparkan dalam artikel ini adalah bagaimana manfaat penetapan Kawasan bersejarah menjadi signifikan ketika dikaitkan dengan identitas sebuah bangsa umumnya dan sebuah kota khususnya. Kata Kunci: Kawasan bersejarah, pelestarian, penetapan, identitas ABSTRACT. A historic area with historical value and character will be more significant if legally designated as a historical area with local, national, or international regulations. This paper aims to examine more deeply what the designation of a historical site is and how it benefits the community in particular and the country in general. The method used in this study is an explorative method with a discussion using a descriptive narrative approach. The final result presented in this article is how the benefits of establishing a historic area become significant when associated with the identity of a nation in general and a city in particular. Keywords: historical site, preservation, designation, identity","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45850379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-15DOI: 10.24853/nalars.20.2.137-146
Anisa Anisa
ABSTRAK. Peninggalan dari sebuah peradaban dapat dilihat dari karya yang ditinggalkan. Arsitektur merupakan salah satu wujud karya yang dapat digunakan untuk melihat dan menelusuri peninggalan dari sebuah peradaban. Peninggalan peradaban di satu wilayah dengan wilayah lain akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal inilah latar belakang pentingnya dilakukan penelitian berkaitan dengan vernakularitas arsitektur. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan memahami vernakularitas peninggalan peradaban Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengambilan data dilakukan secara purposif sampling. Alat analisis pada penelitian ini adalah aspek vernakularitas yang dikemukakan oleh Mentayani (2017). Aspek vernakularitas dapat dilihat dari 3 hal yaitu aspek teknis, aspek budaya, dan aspek lingkungan yang ketiganya bisa dibahas secara bersamaan karena saling terkait pada ranah unsur dan abstrak. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah : (1) vernakularitas pada arsitektur peradaban Islam dapat dilihat pada bentuk massa dan denah bangunan, yang tidak selalu mengikuti bentuk awal (tipologi) peninggalan peradaban Islam yaitu hypostyle; (2) vernakularitas ditunjukkan pada penggunaan material setempat dengan teknologi setempat, misalnya di Afrika Barat menggunakan bata tanah liat yang dikeringkan tanpa dibakar dan penguat dinding dari batang kayu. Kata kunci: vernakularitas, arsitektur, peninggalan peradaban Islam ABSTRACT. The legacy of a civilization can be seen from the work left behind. Architecture is a form of work that can be used to view and trace the relics of a civilization. The legacy of civilization from one region to another will be influenced by local environmental conditions. This is the background of the importance of conducting research related to architectural vernacularity. This research is a research that aims to identify, describe and understand the vernacularity of Islamic civilization heritage. The method used in this study is a qualitative descriptive method with data collection carried out by purposive sampling. The analytical tool in this study is the aspect of vernacularity proposed by Mentayani (2017). Aspects of vernacularity can be seen from 3 things, namely technical aspects, cultural aspects, and environmental aspects, all three of which can be discussed simultaneously because they are interrelated in the elemental and abstract realms. The conclusions obtained from this study are: (1) vernacularity in Islamic civilization architecture can be seen in the shape of the mass and building plans, which do not always follow the initial form (typology) of Islamic civilization heritage, namely hypostyle; (2) vernacularity is shown in the use of local materials with local technology, for example in West Africa using clay bricks that are dried without being burned and wall reinforcement from logs. Keywords: vernacul
{"title":"VERNAKULARITAS ARSITEKTUR PENINGGALAN PERADABAN ISLAM","authors":"Anisa Anisa","doi":"10.24853/nalars.20.2.137-146","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/nalars.20.2.137-146","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Peninggalan dari sebuah peradaban dapat dilihat dari karya yang ditinggalkan. Arsitektur merupakan salah satu wujud karya yang dapat digunakan untuk melihat dan menelusuri peninggalan dari sebuah peradaban. Peninggalan peradaban di satu wilayah dengan wilayah lain akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal inilah latar belakang pentingnya dilakukan penelitian berkaitan dengan vernakularitas arsitektur. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan memahami vernakularitas peninggalan peradaban Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengambilan data dilakukan secara purposif sampling. Alat analisis pada penelitian ini adalah aspek vernakularitas yang dikemukakan oleh Mentayani (2017). Aspek vernakularitas dapat dilihat dari 3 hal yaitu aspek teknis, aspek budaya, dan aspek lingkungan yang ketiganya bisa dibahas secara bersamaan karena saling terkait pada ranah unsur dan abstrak. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah : (1) vernakularitas pada arsitektur peradaban Islam dapat dilihat pada bentuk massa dan denah bangunan, yang tidak selalu mengikuti bentuk awal (tipologi) peninggalan peradaban Islam yaitu hypostyle; (2) vernakularitas ditunjukkan pada penggunaan material setempat dengan teknologi setempat, misalnya di Afrika Barat menggunakan bata tanah liat yang dikeringkan tanpa dibakar dan penguat dinding dari batang kayu. Kata kunci: vernakularitas, arsitektur, peninggalan peradaban Islam ABSTRACT. The legacy of a civilization can be seen from the work left behind. Architecture is a form of work that can be used to view and trace the relics of a civilization. The legacy of civilization from one region to another will be influenced by local environmental conditions. This is the background of the importance of conducting research related to architectural vernacularity. This research is a research that aims to identify, describe and understand the vernacularity of Islamic civilization heritage. The method used in this study is a qualitative descriptive method with data collection carried out by purposive sampling. The analytical tool in this study is the aspect of vernacularity proposed by Mentayani (2017). Aspects of vernacularity can be seen from 3 things, namely technical aspects, cultural aspects, and environmental aspects, all three of which can be discussed simultaneously because they are interrelated in the elemental and abstract realms. The conclusions obtained from this study are: (1) vernacularity in Islamic civilization architecture can be seen in the shape of the mass and building plans, which do not always follow the initial form (typology) of Islamic civilization heritage, namely hypostyle; (2) vernacularity is shown in the use of local materials with local technology, for example in West Africa using clay bricks that are dried without being burned and wall reinforcement from logs. Keywords: vernacul","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42606343","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-15DOI: 10.24853/nalars.20.2.131-136
Hana Faza Surya Rusyda
Rumah vernakular merupakan bangunan warisan yang mempunyai bentuk menyerupai rumah tradisional pada daerahnya. Rumah vernakular adalah suatu artefak yang dapat digali lagi untuk mendapatkan simbol dan mengetahui detail maknanya. Rumah vernakular yang ada di daerah Jawa mencerminkan status sosial dan kondisi ekonomi pemiliknya. Ini terlihat dari bentuk, elemen dan karateristiknya. Dalam perkembangannya, sebuah rumah akan menyesuaikan dengan kebutuhan pemilik yang terlihat pada penambahan ruang-ruang. Seperti yang ada di daerah Semarang Selatan, Kelurahan Jabungan, Semarang. Dalam penelitian ini, mempunyai tujuan untuk menggali lebih dalam akan kajian budaya dari suatu rumah vernacular, sehingga diperlukan penelitian yang berdasarkan teori Amos Rapoport. Metode penelitian menggunakan deskiptif analisis, dengan pengumpulan data dari studi literatur dan studi lapangan dengan cara dokumentasi dan wawancara. Simpulan yang didapat berupa suatu temuan mengenai kajian hubungan budaya dan lingkungan terhadap bentuk rumah vernakular dan elemen arsitekturnya yang ada yang ada di Kelurahan Jabungan, Semarang.
{"title":"TINJAUAN BUDAYA TERHADAP LINGKUGAN PADA BENTUK RUMAH VERNAKULAR DI KELURAHAN JABUNGAN SEMARANG","authors":"Hana Faza Surya Rusyda","doi":"10.24853/nalars.20.2.131-136","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/nalars.20.2.131-136","url":null,"abstract":"Rumah vernakular merupakan bangunan warisan yang mempunyai bentuk menyerupai rumah tradisional pada daerahnya. Rumah vernakular adalah suatu artefak yang dapat digali lagi untuk mendapatkan simbol dan mengetahui detail maknanya. Rumah vernakular yang ada di daerah Jawa mencerminkan status sosial dan kondisi ekonomi pemiliknya. Ini terlihat dari bentuk, elemen dan karateristiknya. Dalam perkembangannya, sebuah rumah akan menyesuaikan dengan kebutuhan pemilik yang terlihat pada penambahan ruang-ruang. Seperti yang ada di daerah Semarang Selatan, Kelurahan Jabungan, Semarang. Dalam penelitian ini, mempunyai tujuan untuk menggali lebih dalam akan kajian budaya dari suatu rumah vernacular, sehingga diperlukan penelitian yang berdasarkan teori Amos Rapoport. Metode penelitian menggunakan deskiptif analisis, dengan pengumpulan data dari studi literatur dan studi lapangan dengan cara dokumentasi dan wawancara. Simpulan yang didapat berupa suatu temuan mengenai kajian hubungan budaya dan lingkungan terhadap bentuk rumah vernakular dan elemen arsitekturnya yang ada yang ada di Kelurahan Jabungan, Semarang.","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42571414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/nalars.20.2.109-118
Annisa Nur Ramadhani
Kampung is a settlement that have unique characteristic both in physical and socio-cultural condition. Kampung development process tends to be natural and non-formal, but mainly have faced the environmental degradation and lack of facilities. This forced the government to have some intervention in developing kampung housing by perform an urban renewal. Due to the problem of scarcity of land, urban renewal strategy of kampung has to be developed vertically. This also consider the social context that the rearrangement of kampung area is not done by relocating the local residents, but rearranging the original area to improve the community through environmental, social and economic quality improvement.
{"title":"KAMPUNG VERTIKAL SEBAGAI STRATEGI URBAN RENEWAL DI KAMPUNG LUMUMBA, SURABAYA","authors":"Annisa Nur Ramadhani","doi":"10.24853/nalars.20.2.109-118","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/nalars.20.2.109-118","url":null,"abstract":"Kampung is a settlement that have unique characteristic both in physical and socio-cultural condition. Kampung development process tends to be natural and non-formal, but mainly have faced the environmental degradation and lack of facilities. This forced the government to have some intervention in developing kampung housing by perform an urban renewal. Due to the problem of scarcity of land, urban renewal strategy of kampung has to be developed vertically. This also consider the social context that the rearrangement of kampung area is not done by relocating the local residents, but rearranging the original area to improve the community through environmental, social and economic quality improvement.","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68968558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/NALARS.20.2.73-82
Fuji Amalia, Widya Fransiska Fa, Sri Lilianti Komariah
ABSTRAK. Ruang terbuka publik digunakan masyarakat kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi. Taman kota merupakan salah satu elemen perkotaan yang memberikan pelayanan spasial pada masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan kota. Pelayanan ruang kota yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan pengguna ruang. Dengan kenyataan ini maka perlu dilakukan studi untuk melihat karaktersitik pengguna yang akan menjadi pedoman pengembangan ruang terbuka pada Taman kota yang sesuai dengan karakter pengguna. Metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pelaku kegiatan pada setting ruang taman kota dengan mengandalkan survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei akan dikompilasi dengan analisa deskriptif untuk melihat karakter pengguna antar taman kota. Fokus penelitian terdapat pada karakter pengguna ruang terbuka publik pada taman kota. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter pengguna dan jenis kegiatan dipengaruhi oleh karakter fisik taman yaitu berupa lokasi, setting ruang, elemen pendukung taman dan sistem keamanan. Ruang terbuka publik yang memberikan kenyamanan terhadapt pengguna adalah terdapat banyak teduhan, pedestrian yang baik, tempat duduk, arena bermain anak, tempat jualan makanan dan kondisi taman yang terawat. Karakter pengguna pada taman kota sangat beragam mulai dari anak- anak, remaja hingga dewasa dimana alasan utama datang ke taman adalah untuk refreshing, makan dan berolahraga. Kata kunci: Karakteristik, ruang terbuka publik, taman kota ABSTRACT. Public open space is an essential requirement for society, which functions as a place to socialization activities. City park is a one of the urban design elements that provide spatial services to the community and improve the quality of the city environment. Good quality city space services can provide comfort and meet the needs of space users. With this fact, its nessecary to conduct a research to observe the charactheristic of users in physical setting space at city parks that will guide the development of city park according the users character. The result of the physical’s character spacial observatioan will be compilaton with descriptive analysis to find the users character In city parks. The focus of the research is on the users character of the public open space in city park. The result showed that the characteristic of park, which including the location, the setting of space, the elements support of park and security system affect to the users character. Indicators of public open space that provide comfort to users, namely: there is a lot of shade in the vegetation, good pedestrian, seating, children's playground, where to sell food and well-maintained garden conditions. The variety of User characters in city park ranging from teenagers, adults to families, found a tendency to interest users to come to the park to refreshing, eating and exercising. Keywords: characteristic, public open space, city p
{"title":"KARAKTERISTIK PENGGUNA RUANG TERBUKA PUBLIK PADA TAMAN KOTA DI PALEMBANG","authors":"Fuji Amalia, Widya Fransiska Fa, Sri Lilianti Komariah","doi":"10.24853/NALARS.20.2.73-82","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/NALARS.20.2.73-82","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Ruang terbuka publik digunakan masyarakat kota untuk melakukan kegiatan sosialisasi. Taman kota merupakan salah satu elemen perkotaan yang memberikan pelayanan spasial pada masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan kota. Pelayanan ruang kota yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan pengguna ruang. Dengan kenyataan ini maka perlu dilakukan studi untuk melihat karaktersitik pengguna yang akan menjadi pedoman pengembangan ruang terbuka pada Taman kota yang sesuai dengan karakter pengguna. Metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pelaku kegiatan pada setting ruang taman kota dengan mengandalkan survei pengamatan di lapangan. Lalu hasil survei akan dikompilasi dengan analisa deskriptif untuk melihat karakter pengguna antar taman kota. Fokus penelitian terdapat pada karakter pengguna ruang terbuka publik pada taman kota. Hasil penelitian menyatakan bahwa karakter pengguna dan jenis kegiatan dipengaruhi oleh karakter fisik taman yaitu berupa lokasi, setting ruang, elemen pendukung taman dan sistem keamanan. Ruang terbuka publik yang memberikan kenyamanan terhadapt pengguna adalah terdapat banyak teduhan, pedestrian yang baik, tempat duduk, arena bermain anak, tempat jualan makanan dan kondisi taman yang terawat. Karakter pengguna pada taman kota sangat beragam mulai dari anak- anak, remaja hingga dewasa dimana alasan utama datang ke taman adalah untuk refreshing, makan dan berolahraga. Kata kunci: Karakteristik, ruang terbuka publik, taman kota ABSTRACT. Public open space is an essential requirement for society, which functions as a place to socialization activities. City park is a one of the urban design elements that provide spatial services to the community and improve the quality of the city environment. Good quality city space services can provide comfort and meet the needs of space users. With this fact, its nessecary to conduct a research to observe the charactheristic of users in physical setting space at city parks that will guide the development of city park according the users character. The result of the physical’s character spacial observatioan will be compilaton with descriptive analysis to find the users character In city parks. The focus of the research is on the users character of the public open space in city park. The result showed that the characteristic of park, which including the location, the setting of space, the elements support of park and security system affect to the users character. Indicators of public open space that provide comfort to users, namely: there is a lot of shade in the vegetation, good pedestrian, seating, children's playground, where to sell food and well-maintained garden conditions. The variety of User characters in city park ranging from teenagers, adults to families, found a tendency to interest users to come to the park to refreshing, eating and exercising. Keywords: characteristic, public open space, city p","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44004817","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/NALARS.20.2.119-130
Nudia Aufia, Andika Saputra
Berbicara tentang relevansi situasi dan kondisi kini, tak lepas dari gerak serta ruang lingkup yang menjadi medium bernama pola tata ruang. Tata ruang ini berperan menaungi masyarakat dalam berekspresi. Akan tetapi pada praktiknya, elemen ruang menjadi tidak kontekstual dikarenakan keegoisan diri guna mengejar perkembangan. Oleh karena itu, menghadapi hal ini diperlukan adanya suatu pendekatan untuk memahami korelasi antara dua problematika terkait agar mempermudah tercapainya satu titik temu. Pemilihan Lagu Daerah “Yo Miak” sebagai pendekatan memaknai falsafah kehidupan masyarakat Melayu Bangka yang memiliki implikasi terhadap pola tata ruang hunian dan perkampungan merupakan salah satu cara untuk menjawab permasalahan yang ada terkait pemaknaan budaya. Karena lirik dari lagu “Yo Miak” mengandung nilai-nilai keutamaan keseharian Melayu Bangka. Dimana bila di lakukan analisa yang lebih mendalam, filosofi tersebut menyiratkan aktivitas masyarakat Melayu dan lebih dari itu diketahui juga pola ruang. Pada intinya kedua hal ini, antara lagu daerah dan pola tata ruang (arsitektur) memiliki kesamaan sebagai output dari suatu masa utamanya kejayaan kebun lada yang kini mulai punah. Dengan harapan dapat saling menyokong satu sama lain menjawab tantangan yang sama pula yaitu masa depan. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif interpretatif ini ialah mengetahui unsur inti, organisasi dan faktor dari pola tata ruang hunian dan permukiman tradisional Melayu Bangka berdasarka lagu “Yo Miak”. Sehingga menciptakan kehidupan seimbang dimana masyarakat bersandingan dengan alam dan budaya yang telah saling mendewasakan.KATA KUNCI: : Pola tata ruang hunian, hunian Melayu Bangka, pola permukiman, permukiman tradisional Melayu Bangka, lagu “Yo Miak”
{"title":"PEMBACAAN POLA TATA RUANG HUNIAN TRADISIONAL MELAYU BANGKA BERDASARKAN LAGU DAERAH BANGKA “YO MIAK”","authors":"Nudia Aufia, Andika Saputra","doi":"10.24853/NALARS.20.2.119-130","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/NALARS.20.2.119-130","url":null,"abstract":"Berbicara tentang relevansi situasi dan kondisi kini, tak lepas dari gerak serta ruang lingkup yang menjadi medium bernama pola tata ruang. Tata ruang ini berperan menaungi masyarakat dalam berekspresi. Akan tetapi pada praktiknya, elemen ruang menjadi tidak kontekstual dikarenakan keegoisan diri guna mengejar perkembangan. Oleh karena itu, menghadapi hal ini diperlukan adanya suatu pendekatan untuk memahami korelasi antara dua problematika terkait agar mempermudah tercapainya satu titik temu. Pemilihan Lagu Daerah “Yo Miak” sebagai pendekatan memaknai falsafah kehidupan masyarakat Melayu Bangka yang memiliki implikasi terhadap pola tata ruang hunian dan perkampungan merupakan salah satu cara untuk menjawab permasalahan yang ada terkait pemaknaan budaya. Karena lirik dari lagu “Yo Miak” mengandung nilai-nilai keutamaan keseharian Melayu Bangka. Dimana bila di lakukan analisa yang lebih mendalam, filosofi tersebut menyiratkan aktivitas masyarakat Melayu dan lebih dari itu diketahui juga pola ruang. Pada intinya kedua hal ini, antara lagu daerah dan pola tata ruang (arsitektur) memiliki kesamaan sebagai output dari suatu masa utamanya kejayaan kebun lada yang kini mulai punah. Dengan harapan dapat saling menyokong satu sama lain menjawab tantangan yang sama pula yaitu masa depan. Adapun tujuan dari penelitian kualitatif interpretatif ini ialah mengetahui unsur inti, organisasi dan faktor dari pola tata ruang hunian dan permukiman tradisional Melayu Bangka berdasarka lagu “Yo Miak”. Sehingga menciptakan kehidupan seimbang dimana masyarakat bersandingan dengan alam dan budaya yang telah saling mendewasakan.KATA KUNCI: : Pola tata ruang hunian, hunian Melayu Bangka, pola permukiman, permukiman tradisional Melayu Bangka, lagu “Yo Miak”","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43944619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/NALARS.20.2.99-108
Serafiani Turkaemly Eka Putri
ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana makna ataupun nilai dari Taman Budaya Yogyakarta bagi masyarakat mengingat keberadaannya sebagai pusat kesenian dan kebudayaan di Yogyakarta. Setiap ruang publik seharusnya tidak hanya hadir secara fisik akan tetapi dapat memberi rasa atau makna tersendiri bagi kota (“places” matter most), bagaimana suatu ruang publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota akan adanya sebuah wadah interaksi sosial antar masyarakat. Taman Budaya Yogyakarta merupakan salah satu ruang publik yang dijadikan masyarakat sebagai tempat berekreasi serta aktivitas seni dan kebudayaan. Taman Budaya Yogyakarta atau yang dulu disebut dengan Purna Budaya, pertama kali dibangun pada tanggal 11 Maret 1977 di daerah kawasan Universitas Gadjah Mada. Taman Budaya dibangun kembali pada tahun 2002 di Kawasan Gondomanan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara online melalui aplikasi WhatsApp serta metode studi pustaka. Hasilnya, diketahui bahwa Taman Budaya Yogyakarta memiliki makna kultural, makna sosial (interaksi individu dengan lingkungannya), makna pentingnya relasi antar manusia, dan memiliki makna harmonisasi kehidupan sosial dan budaya. Makna suatu ruang publik bisa terbentuk dari tatanan serta keadaaan fisik ruangnya. Kata kunci: Makna, Ruang Terbuka Publik, Taman Budaya Yogyakarta ABSTRACT. This study aims to find out how the meaning or value of the Taman Budaya Yogyakarta for the community, given its existence as a centre for arts and culture in Yogyakarta. Every public space should not only be physically present but can give a sense or meaning to the city ("place" matter most), how public space can meet the needs of the city community for a place of social interaction between communities. Taman Budaya Yogyakarta is one of the public spaces used by the community as a place of recreation and artistic and cultural activities. Taman Budaya Yogyakarta or formerly called Purna Budaya was first built on March 11, 1977, in the area of Gadjah Mada University. The Cultural Park was rebuilt in 2002 in the Gondomanan Region. The method used is to conduct online interviews through the WhatsApp application and literature study method. As a result, it is known that the Taman Budaya Yogyakarta has a cultural meaning, a social meaning (the interaction of individuals with their environment), the importance of relationships between people, and meaning of harmony in social and cultural life. The meaning of a public space can be formed from the physical structure and condition of the space.Keywords: Meaning, Public Space, Taman Budaya Yogyakarta
摘要这项研究的目的是弄清楚日惹文化公园对公众来说有什么意义或价值,让他们记住它作为日惹艺术和文化中心的存在。每个公共空间不仅应该是物理存在的,而且可以赋予城市意义(“地方”最重要),一个公共空间如何满足城市人口的需求,社会之间就会有一个社会互动容器。日惹文化公园是社会作为娱乐场所和艺术文化活动而创造的公共空间之一。Yogyakarta文化公园或前Purna文化公园,始建于1977年3月11日,位于Gadjah Mada大学地区。2002年在贡多马南地区重建的文化公园。使用的方法是通过WhatsApp应用程序和图书馆学习方法进行在线采访。因此,众所周知,日惹文化花园具有文化、社会意义(个人与环境的互动)、人与人之间的重要关系,并具有协调社会和文化生活的意义。它意味着公共空间可以由其结构和物理状态组成。关键词:Makna,开放式公共休息室,日惹文化公园【UNK】摘要。本研究旨在了解Taman Budaya Yogyakarta作为日惹艺术和文化中心的存在对社区的意义或价值。每个公共空间不仅应该是实体存在的,而且可以给城市带来意义(“地方”最重要),公共空间如何满足城市社区对社区之间社交场所的需求。日惹布达亚公园是社区用作娱乐和艺术文化活动场所的公共空间之一。Yogyakarta Budaya公园(原名Purna Budaya)始建于1977年3月11日,位于Gadjah Mada大学附近。文化公园于2002年在贡多马南地区重建。使用的方法是通过WhatsApp应用程序和文献研究方法进行在线采访。因此,众所周知,Taman Budaya Yogyakarta具有文化意义、社会意义(个人与环境的互动)、人与人之间关系的重要性以及社会和文化生活中和谐的意义。公共空间的意义可以从空间的物理结构和条件中形成。关键词:意义、公共空间、日惹文化公园
{"title":"PEMAKNAAN RUANG TERBUKA PUBLIK TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA SEBAGAI PUSAT KESENIAN DAN KEBUDAYAAN DI YOGYAKARTA","authors":"Serafiani Turkaemly Eka Putri","doi":"10.24853/NALARS.20.2.99-108","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/NALARS.20.2.99-108","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana makna ataupun nilai dari Taman Budaya Yogyakarta bagi masyarakat mengingat keberadaannya sebagai pusat kesenian dan kebudayaan di Yogyakarta. Setiap ruang publik seharusnya tidak hanya hadir secara fisik akan tetapi dapat memberi rasa atau makna tersendiri bagi kota (“places” matter most), bagaimana suatu ruang publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota akan adanya sebuah wadah interaksi sosial antar masyarakat. Taman Budaya Yogyakarta merupakan salah satu ruang publik yang dijadikan masyarakat sebagai tempat berekreasi serta aktivitas seni dan kebudayaan. Taman Budaya Yogyakarta atau yang dulu disebut dengan Purna Budaya, pertama kali dibangun pada tanggal 11 Maret 1977 di daerah kawasan Universitas Gadjah Mada. Taman Budaya dibangun kembali pada tahun 2002 di Kawasan Gondomanan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara online melalui aplikasi WhatsApp serta metode studi pustaka. Hasilnya, diketahui bahwa Taman Budaya Yogyakarta memiliki makna kultural, makna sosial (interaksi individu dengan lingkungannya), makna pentingnya relasi antar manusia, dan memiliki makna harmonisasi kehidupan sosial dan budaya. Makna suatu ruang publik bisa terbentuk dari tatanan serta keadaaan fisik ruangnya. Kata kunci: Makna, Ruang Terbuka Publik, Taman Budaya Yogyakarta ABSTRACT. This study aims to find out how the meaning or value of the Taman Budaya Yogyakarta for the community, given its existence as a centre for arts and culture in Yogyakarta. Every public space should not only be physically present but can give a sense or meaning to the city (\"place\" matter most), how public space can meet the needs of the city community for a place of social interaction between communities. Taman Budaya Yogyakarta is one of the public spaces used by the community as a place of recreation and artistic and cultural activities. Taman Budaya Yogyakarta or formerly called Purna Budaya was first built on March 11, 1977, in the area of Gadjah Mada University. The Cultural Park was rebuilt in 2002 in the Gondomanan Region. The method used is to conduct online interviews through the WhatsApp application and literature study method. As a result, it is known that the Taman Budaya Yogyakarta has a cultural meaning, a social meaning (the interaction of individuals with their environment), the importance of relationships between people, and meaning of harmony in social and cultural life. The meaning of a public space can be formed from the physical structure and condition of the space.Keywords: Meaning, Public Space, Taman Budaya Yogyakarta","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47247944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/NALARS.20.2.83-90
D. Natalia
Bangsal Sewokoprojo merupakan salah satu bangunan cagar budaya dan meurupakan asal muasal pusat pemerintahan di Kabupaten Gunungkidul. Kawasan bangsal telah mengalami perubahan dengan penambahan bangunan baru dan pada area pendopo yang merupakan bangunan utama yang menyebabkan hilangnya nilai dan keaslian bangunan. Pemerintah Gunungkidul telah melakukan kajian dan akan mengembalikan fungsi dan bentuk kawasan bangsal Sewokoprojo sesuai dengan aslinya. Pada pengembalian fungsi tersebut terdapat beberapa penyesuaian termasuk pembongkaran bangunan kantor yang baru dan dipindahkan ke kawasan perkantoran terpadu. Tujuan dari pengembangan masterplan Bangsal adalah mengembalikan fungsi dan kawasan Bangsal sebagai bangunan yang menjadi asal mula pusat pemerintahan di kabupaten Gunungkidul serta upaya untuk melestarikan bangunan cagar budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi pendekatan kualitatif untuk untuk menggali dan mendapatkan informasi lebih detail mengenai bangunan dan kuantitatif untuk menindaklanjuti hasil yang dicapai pada pendekatan kualitatif guna membantu dalam pengembangan Bangsal Sewokopraja Kabupaten Gunungkidul. Hasil dari penelitian ini adalah konsep pengembangan kawasan masteplan bangsal yang menggunakan zonasi dan karakteristik bangunan tradisional Jawa sebagai salah satu cara dalam melestarikan nilai budaya dalam pelestarian bangunan cagar budaya di Kabupaten Gunungkidul.
{"title":"KONSEP PENGEMBANGAN MASTERPLAN BANGSAL SEWOKOPROJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL","authors":"D. Natalia","doi":"10.24853/NALARS.20.2.83-90","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/NALARS.20.2.83-90","url":null,"abstract":"Bangsal Sewokoprojo merupakan salah satu bangunan cagar budaya dan meurupakan asal muasal pusat pemerintahan di Kabupaten Gunungkidul. Kawasan bangsal telah mengalami perubahan dengan penambahan bangunan baru dan pada area pendopo yang merupakan bangunan utama yang menyebabkan hilangnya nilai dan keaslian bangunan. Pemerintah Gunungkidul telah melakukan kajian dan akan mengembalikan fungsi dan bentuk kawasan bangsal Sewokoprojo sesuai dengan aslinya. Pada pengembalian fungsi tersebut terdapat beberapa penyesuaian termasuk pembongkaran bangunan kantor yang baru dan dipindahkan ke kawasan perkantoran terpadu. Tujuan dari pengembangan masterplan Bangsal adalah mengembalikan fungsi dan kawasan Bangsal sebagai bangunan yang menjadi asal mula pusat pemerintahan di kabupaten Gunungkidul serta upaya untuk melestarikan bangunan cagar budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi pendekatan kualitatif untuk untuk menggali dan mendapatkan informasi lebih detail mengenai bangunan dan kuantitatif untuk menindaklanjuti hasil yang dicapai pada pendekatan kualitatif guna membantu dalam pengembangan Bangsal Sewokopraja Kabupaten Gunungkidul. Hasil dari penelitian ini adalah konsep pengembangan kawasan masteplan bangsal yang menggunakan zonasi dan karakteristik bangunan tradisional Jawa sebagai salah satu cara dalam melestarikan nilai budaya dalam pelestarian bangunan cagar budaya di Kabupaten Gunungkidul.","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46792709","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24853/NALARS.20.2.91-98
Panji Anom Ramawangsa
Dalam merancang bangunan perlu mempertimbangkan kondisi iklim di sekitarnya. Threshold space merupakan area transisi antar ruang luar dan dalam yang mengandung pengalaman ruang yang sesuai dengan persepsi dan psikologis pengguna. Iklim mikro merupakan kondisi iklim yang ada di suatu wilayah yang sangat terbatas kurang lebih 2 (dua) meter setinggi permukaan tanah. Penelitian ini berfokus pada kenyamanan ruang bagi pengguna ruang threshold di area teras gedung dekanat Universitas Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang diawali dengan tahap pengamatan, pengumpulan data, dan penyebaran kuesioner. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil responden terhadap kenyamanan ruang threshold gedung dekanat sesuai dengan nilai Temperatur Humidity Index (THI).
{"title":"PERSPESI PENGGUNA TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DI AREA THRESHOLD PADA IKLIM MIKRO","authors":"Panji Anom Ramawangsa","doi":"10.24853/NALARS.20.2.91-98","DOIUrl":"https://doi.org/10.24853/NALARS.20.2.91-98","url":null,"abstract":"Dalam merancang bangunan perlu mempertimbangkan kondisi iklim di sekitarnya. Threshold space merupakan area transisi antar ruang luar dan dalam yang mengandung pengalaman ruang yang sesuai dengan persepsi dan psikologis pengguna. Iklim mikro merupakan kondisi iklim yang ada di suatu wilayah yang sangat terbatas kurang lebih 2 (dua) meter setinggi permukaan tanah. Penelitian ini berfokus pada kenyamanan ruang bagi pengguna ruang threshold di area teras gedung dekanat Universitas Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang diawali dengan tahap pengamatan, pengumpulan data, dan penyebaran kuesioner. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil responden terhadap kenyamanan ruang threshold gedung dekanat sesuai dengan nilai Temperatur Humidity Index (THI).","PeriodicalId":31959,"journal":{"name":"Nalars","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46832626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}