Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya lesbianisme yang sering terjadi dalam masyarakat, sehingga dengan mengidentifikasi makna-makna simbol lesbianisme dalam novel Gerhana Kembar karya Clara Ng ini kita dapat mengambil nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, dimana dengan diketahuinya simbol-simbol lesbian dapat menjadi acuan atau patokan untuk orang-orang terdekat kita bagaimana melakukan pengawasan tentang perilaku yang hampir mendekat ke arah lesbian tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Simbol Lesbian dalam Novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan data penelitian berupa kata-kata, percakapan dan kalimat dalam bentuk ungkapan yang mengandung tanda dan simbol lesbian dalam novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan semiotik menurut Roland Barthes. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa, lebian dalam Novel Gerhana Kembar dianalisis berdasarkan 5 kode yaitu berdasarkan kode Hermeneutik yang menunjukkan asbabun nuzul atau sebab akibat terjadinya lesbian yang dilakukan oleh Henrietta dan Fola sebagai akibat selalu mempunyai waktu bersama, kemudian melalui kode konotatif atau kilasan makna yang menunjukkan atas kebersamaan Henrietta dan Fola mereka mulai menyatakan apa yang mereka rasakan melalui beberapa kilasan makna, kode simbolik yang menunjukkan tanda atau symbol yang hanya mereka mengerti sendiri bahwa Henrietta maupun Fola menyukai sesama jenis, selanjutnya adalah kode proaretik atau tindakan yang mereka lakukan sebagai ungkapan perilaku lesbian mereka, dan yang terakhir adalah kode Gnomik atau kultural yang menunjukkan kebudayaan yang selaras dalam latar novel Gerhana kembar.Kemudian tindakan lesbian tersebut bertentangan dengan nilai agama dan norma sosial yang dimana masyarakat indonesia masih menganggap tabu persoalan perilaku lesbian. Kata Kunci : makna, simbol, lesbian
{"title":"SIMBOL LESBIAN DALAM NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA NG","authors":"Adryan Nur Alam, La Ode Syukur, S. Udu","doi":"10.36709/jb.v4i2.10745","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i2.10745","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya lesbianisme yang sering terjadi dalam masyarakat, sehingga dengan mengidentifikasi makna-makna simbol lesbianisme dalam novel Gerhana Kembar karya Clara Ng ini kita dapat mengambil nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, dimana dengan diketahuinya simbol-simbol lesbian dapat menjadi acuan atau patokan untuk orang-orang terdekat kita bagaimana melakukan pengawasan tentang perilaku yang hampir mendekat ke arah lesbian tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Simbol Lesbian dalam Novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan data penelitian berupa kata-kata, percakapan dan kalimat dalam bentuk ungkapan yang mengandung tanda dan simbol lesbian dalam novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan semiotik menurut Roland Barthes. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa, lebian dalam Novel Gerhana Kembar dianalisis berdasarkan 5 kode yaitu berdasarkan kode Hermeneutik yang menunjukkan asbabun nuzul atau sebab akibat terjadinya lesbian yang dilakukan oleh Henrietta dan Fola sebagai akibat selalu mempunyai waktu bersama, kemudian melalui kode konotatif atau kilasan makna yang menunjukkan atas kebersamaan Henrietta dan Fola mereka mulai menyatakan apa yang mereka rasakan melalui beberapa kilasan makna, kode simbolik yang menunjukkan tanda atau symbol yang hanya mereka mengerti sendiri bahwa Henrietta maupun Fola menyukai sesama jenis, selanjutnya adalah kode proaretik atau tindakan yang mereka lakukan sebagai ungkapan perilaku lesbian mereka, dan yang terakhir adalah kode Gnomik atau kultural yang menunjukkan kebudayaan yang selaras dalam latar novel Gerhana kembar.Kemudian tindakan lesbian tersebut bertentangan dengan nilai agama dan norma sosial yang dimana masyarakat indonesia masih menganggap tabu persoalan perilaku lesbian. Kata Kunci : makna, simbol, lesbian","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125440861","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menyimpulkan isi berita siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka Tahun Pelajaran 2018/2019.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong dalam penelitian lapangan. Peneliti terjun langsung untuk melakukan penelitian dilapangan tempat meneliti (sekolah) untuk memperoleh keabsahan data.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara jelas tentang kemampuan menyimpulkan isi berita siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka yang selanjutnya akan dianalisis secara kuantitatif menggunakan statistik presentase yang berupa angka-angka. Adapun responden penelitian pada penelitian ini adalah keseluruhan responden penelitian siswa sebanyak 95 orang siswa yang terdiri dari empat kelas. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes kemampuan menyimpulkan. Untuk mengetahui kategori kemampuan menyimpulkan isi berita dan mengacu pada standar ketuntasan belajar individual dan klasikal yang digunakan di SMP Negeri I Barangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang siswa yang menjadi seluruh responden penelitian, secara individual terdapat 84 orang siswa(88,42%) masuk kategori mampu dan 11 orang siswa (11,57%) masuk kategori tidak mampu dalam menyimpulkan isi berita. Secara klasikal, kemampuan menyimpulkan isi berita kelas VIII SMP Negeri I Barangka masuk kategori mampu. Dikatakan mampu karena kemampuan siswa mencapai 88,42% telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu mencapai 85%. Dilihat dari tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka pada setiap unsur dapat disimpulkan bahwa dari keenam komponen yang menjadi unsur penilaian yakni pada unsurapa, kapan, mengapa dan bagaimana tidak tuntas secara klasikal sedangkan unsursiapa, dan dimana tuntas secara klasikal karena persentasenya telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%.Kata Kunci : kemampuan, menyimak, berita
{"title":"KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT","authors":"Kalimudin Kalimudin, Aris Badara, S. Sahlan","doi":"10.36709/jb.v4i2.10737","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i2.10737","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menyimpulkan isi berita siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka Tahun Pelajaran 2018/2019.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong dalam penelitian lapangan. Peneliti terjun langsung untuk melakukan penelitian dilapangan tempat meneliti (sekolah) untuk memperoleh keabsahan data.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara jelas tentang kemampuan menyimpulkan isi berita siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka yang selanjutnya akan dianalisis secara kuantitatif menggunakan statistik presentase yang berupa angka-angka. Adapun responden penelitian pada penelitian ini adalah keseluruhan responden penelitian siswa sebanyak 95 orang siswa yang terdiri dari empat kelas. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes kemampuan menyimpulkan. Untuk mengetahui kategori kemampuan menyimpulkan isi berita dan mengacu pada standar ketuntasan belajar individual dan klasikal yang digunakan di SMP Negeri I Barangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 orang siswa yang menjadi seluruh responden penelitian, secara individual terdapat 84 orang siswa(88,42%) masuk kategori mampu dan 11 orang siswa (11,57%) masuk kategori tidak mampu dalam menyimpulkan isi berita. Secara klasikal, kemampuan menyimpulkan isi berita kelas VIII SMP Negeri I Barangka masuk kategori mampu. Dikatakan mampu karena kemampuan siswa mencapai 88,42% telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu mencapai 85%. Dilihat dari tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri I Barangka pada setiap unsur dapat disimpulkan bahwa dari keenam komponen yang menjadi unsur penilaian yakni pada unsurapa, kapan, mengapa dan bagaimana tidak tuntas secara klasikal sedangkan unsursiapa, dan dimana tuntas secara klasikal karena persentasenya telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%.Kata Kunci : kemampuan, menyimak, berita","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130616465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah 149 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dari 60 siswa yang menjadi responden penelitian, terdapat 43 orang siswa (71,66%) yang memperoleh kategori mampu secara individual dalam menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi). Sedangkan 17 orang siswa (28,33%) memperoleh kategori belum mampu secara individual dalam menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi). Secara klasikal dapat dikatakan bahwa kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi masuk kategori belum mampu secara klasikal. Dikatakan demikian karena kemampuan siswa hanya mencapai 71,66% belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Jika dilihat dari setiap aspek penilaian kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi dapat disimpulkan bahwa dari kelima aspek penilaian yaitu aspek keruntutan isi cerita fantasi, kelancaran, dan lafal tuntas secara klasikal karena presentasenya telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%, sedangkan pada aspek intonasi, mimik/ekspresi belum tuntas secara klasikal karena presentasenya tidak mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%.Kata kunci: kemampuan, menceritakan, kembali, isi, teks, narasi
本研究的目标是描述SMP Negeri 1 Wawotobi七年级学生复述故事的能力。本研究采用定量描述性方法。本研究的人口是sma Negeri 1 Wawotobi七年级学生,2018/2019学年,由6个班组成,共有149名学生。根据这项研究,在成为研究对象的60名学生中,有43名学生(71.66%)获得了单独叙述文本内容的能力。而17名学生(2833%)获得了一个类别,却无法单独叙述叙述文本的内容。可以说,中国初一瓦托比七年级学生的叙事复述能力还没有被分类。据说,学生的成绩只有71.66%,还没有达到85%的古典偏见标准。如果从叙事文本的内容复述能力评估的方方面面(故事)的幻想VII全国初中1年级学生Wawotobi可以评估得出结论,从五个方面即keruntutan幻想故事内容,流畅性方面,彻底地发音klasikal因为百分比已经达到了标准ketuntasan klasikal - 85%,而在语调、表情方面未完成klasikal地表情,因为百分比没有达到标准ketuntasan klasikal 85%。关键词:能力,叙述,叙述,内容,文本,叙述
{"title":"KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI TEKS NARASI (CERITA FANTASI) SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WAWOTOBI","authors":"Lisa Lisa, Hilaluddin Hanafi, Fahruddin Hanafi","doi":"10.36709/jb.v4i2.10739","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i2.10739","url":null,"abstract":"Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah 149 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dari 60 siswa yang menjadi responden penelitian, terdapat 43 orang siswa (71,66%) yang memperoleh kategori mampu secara individual dalam menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi). Sedangkan 17 orang siswa (28,33%) memperoleh kategori belum mampu secara individual dalam menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi). Secara klasikal dapat dikatakan bahwa kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi masuk kategori belum mampu secara klasikal. Dikatakan demikian karena kemampuan siswa hanya mencapai 71,66% belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Jika dilihat dari setiap aspek penilaian kemampuan menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wawotobi dapat disimpulkan bahwa dari kelima aspek penilaian yaitu aspek keruntutan isi cerita fantasi, kelancaran, dan lafal tuntas secara klasikal karena presentasenya telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%, sedangkan pada aspek intonasi, mimik/ekspresi belum tuntas secara klasikal karena presentasenya tidak mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85%.Kata kunci: kemampuan, menceritakan, kembali, isi, teks, narasi","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130004464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat dinas siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kendari tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 3 kelas yang jumlahnya 89 orang sekaligus ditetapkan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, dari 89 orang siswa yang menjadi responden penelitian, terhadap 74 orang siswa (83,14%) yang memperoleh kategori mampu secara individual dalam menulis surat dinas. Sedangkan 15 orang siswa (16,85%) memperoleh kategori tidak mampu secara individual dalam menulis surat dinas. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari dalam menulis surat dinas dikategorikan tidak mampu. Dikatakan demikian, karena secara klasikal kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari dalam menulis surat dinas hanya mencapai 83,14% dan tidak mencapai criteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Kata kunci: kemampuan, menulis, surat dinas
本研究的目标是描述SMP Negeri 11 Kendari七年级学生服务证书的能力。本研究采用的是定量描述性方法。本研究的总体人口是2011 /2019学年7年级11年级的学生,共89个班,并将其作为研究样本分开。根据这项研究,在89名受访者中,74名学生(83.14%)获得了单独写服务信的能力。然而,15名学生(16.85%)获得的类别不能单独写服务信。这可能会得出这样的结论:公立小学七年级11年级的学生在写服务信时被认为是不合格的。据说,这是因为国家初级学生11年级的服务证书的分类能力只有83.14%,而且还没有达到85%的分类脱衣舞女。关键词:能力、写作、服务证明
{"title":"KEMAMPUAN MENULIS SURAT DINAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 KENDARI","authors":"Meliagustin Meliagustin, Erny Harijaty, Harmin Harmin","doi":"10.36709/jb.v4i2.10740","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i2.10740","url":null,"abstract":"Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis surat dinas siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kendari tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 3 kelas yang jumlahnya 89 orang sekaligus ditetapkan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, dari 89 orang siswa yang menjadi responden penelitian, terhadap 74 orang siswa (83,14%) yang memperoleh kategori mampu secara individual dalam menulis surat dinas. Sedangkan 15 orang siswa (16,85%) memperoleh kategori tidak mampu secara individual dalam menulis surat dinas. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari dalam menulis surat dinas dikategorikan tidak mampu. Dikatakan demikian, karena secara klasikal kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kendari dalam menulis surat dinas hanya mencapai 83,14% dan tidak mencapai criteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Kata kunci: kemampuan, menulis, surat dinas","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130352730","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Novel Kidung dari Negeri Apung adalah sebuah novel karya Arsyad Salam yang diterbitkan oleh Gramedia pada April 2015. Novel ini menceritakan perjuangan seorang wanita yang bernama Liana yang ingin memajukan desanya melalui pendidikan meskipun mendapat tentangan dari orang-orang desa. Masalah utama dalam penelitian ini adalah Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan pada novel tersebut akan direlevansikan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. nilai-nilai pendidikan karakter apa sajakah yang terdapat dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi. Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah baca-catat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam diantaranya kerja keras, peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, tanggung jawab, cinta tanah air, cinta damai, komunikatif, kreatif, dan mandiri. Nilai pendidikan karakter tersebut memberikan efek positif bagi pembaca novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam khususnya guru dan siswa.Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Karakter, pada Pembelajaran Novel.
{"title":"NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL KIDUNG DARI NEGERI APUNG KARYA ARSYAD SALAM","authors":"Marwati Dinil Ahiri","doi":"10.36709/jb.v1i1.5742","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v1i1.5742","url":null,"abstract":"Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam isi pendidikan kita. Novel Kidung dari Negeri Apung adalah sebuah novel karya Arsyad Salam yang diterbitkan oleh Gramedia pada April 2015. Novel ini menceritakan perjuangan seorang wanita yang bernama Liana yang ingin memajukan desanya melalui pendidikan meskipun mendapat tentangan dari orang-orang desa. Masalah utama dalam penelitian ini adalah Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan pada novel tersebut akan direlevansikan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. nilai-nilai pendidikan karakter apa sajakah yang terdapat dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi. Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah baca-catat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam diantaranya kerja keras, peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, tanggung jawab, cinta tanah air, cinta damai, komunikatif, kreatif, dan mandiri. Nilai pendidikan karakter tersebut memberikan efek positif bagi pembaca novel Kidung dari Negeri Apung karya Arsyad Salam khususnya guru dan siswa.Kata Kunci: Nilai Pendidikan, Karakter, pada Pembelajaran Novel.","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125027176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini mencoba menghadirkan Lariangi sebagai sebuah ritual tradisional masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seiring berjalannya waktu, lariangi ini mengalami pergeseran dari sebuah ritual tradisional menjadi sebuah seni pertunjukan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan memahami fungsinya sebagai sebuah representasi komunitas pemiliknya, Lariangi akhirnya bergeser fungsinya setelah melalui negosiasi, (1) masuknya Islam dan mempengaruhi tradisi Hindu yang mulanya ada dalam Lariangi, (2) peralihan bahasa yang terjadi seiring berjalannya waktu dan (3) pergeseran fungsi Lariangi serta peruntukkannya. Representasi ideologis akhirnya bergeser dalam Lariangi dan melahirkan kepaduan baru dalam peralihan kepercayaan masyarakat pemilik Lariangi sejak masa pra-Islam dan setelah hadirnya Islam. Hal ini pun tampak dalam masyarakatnya yang islami tetapi masih ‘menjaga’ tradisi Hindu sebagai satu-satunya jejak yang terdeteksi. Juga karena pengaruh ekspansi Kesultanan yang memiliki bahasa Wolio sebagai lingua franca menghilangkan jejak kehidupan kuno di masyarakat Kaledupa. Pada tahap ini Lariangi tidak dapat lagi menjadi representasi identitas utuh masyarakat Kaledupa.Kata kunci: Lariangi, representasi, identitas
{"title":"LARIANGI DAN IDENTITAS KALEDUPA","authors":"Nur Israfyan Sofian","doi":"10.36709/JB.V1I1.5738","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/JB.V1I1.5738","url":null,"abstract":"Tulisan ini mencoba menghadirkan Lariangi sebagai sebuah ritual tradisional masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seiring berjalannya waktu, lariangi ini mengalami pergeseran dari sebuah ritual tradisional menjadi sebuah seni pertunjukan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan memahami fungsinya sebagai sebuah representasi komunitas pemiliknya, Lariangi akhirnya bergeser fungsinya setelah melalui negosiasi, (1) masuknya Islam dan mempengaruhi tradisi Hindu yang mulanya ada dalam Lariangi, (2) peralihan bahasa yang terjadi seiring berjalannya waktu dan (3) pergeseran fungsi Lariangi serta peruntukkannya. Representasi ideologis akhirnya bergeser dalam Lariangi dan melahirkan kepaduan baru dalam peralihan kepercayaan masyarakat pemilik Lariangi sejak masa pra-Islam dan setelah hadirnya Islam. Hal ini pun tampak dalam masyarakatnya yang islami tetapi masih ‘menjaga’ tradisi Hindu sebagai satu-satunya jejak yang terdeteksi. Juga karena pengaruh ekspansi Kesultanan yang memiliki bahasa Wolio sebagai lingua franca menghilangkan jejak kehidupan kuno di masyarakat Kaledupa. Pada tahap ini Lariangi tidak dapat lagi menjadi representasi identitas utuh masyarakat Kaledupa.Kata kunci: Lariangi, representasi, identitas","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125366224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berjudul “Deiksis dalam Wacana Narasi Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII Revisi 2017”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sebuah karya fiksi khsusnya wacana narasi dalam buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 tidak terlepas dari tanda-tanda deiksis, serta dalam dialog-dialog antar tokoh didalam narasi terdapat banyak kata yang mengandung unsur deiksis. Dalam hal ini, deiksis yang jelas akan mengantar pembaca untuk memahami ide yang disampaikan oleh pengarang, sebaliknya deiksis yang kabur memungkinkan akan memberikan penafsiran yang kurang tepat. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk deiksis apa saja yang terdapat dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017. Metode yang digunakan untuk menganalisis deiksis dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca dan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisis, dan menyimpulkan hasil analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk deiksis persona yang terdapat dalam wacana narasi terdiri dari deiksis persona pertama saya dan kita serta deiksis persona ketiga ia, -nya, dan mereka. Deiksis penunjuk yang terdapat dalam wacana narasi ini yaitu itu dan ini. Dalam wacana narasi ini tidak terdapat deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deisksi sosial. Simpulan dalam penelitian ini yaitu pada wacana narasi dalam buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 hanya terdapat bentuk deiksis persona serta deiksis penunjuk, dan tidak terdapat deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan serta deiksis sosial. Saran dalam penelitian ini yaitu peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi bentuk-bentuk deiksis yang ada pada jenis wacana lain.Kata kunci: deiksis, bentuk deiksis, narasi
{"title":"DEIKSIS DALAM WACANA NARASI BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII REVISI 2017","authors":"Fatmaruwanti Apu, La Yani Konisi, Yunus Yunus","doi":"10.36709/jb.v4i1.10731","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i1.10731","url":null,"abstract":"Penelitian ini berjudul “Deiksis dalam Wacana Narasi Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII Revisi 2017”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sebuah karya fiksi khsusnya wacana narasi dalam buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 tidak terlepas dari tanda-tanda deiksis, serta dalam dialog-dialog antar tokoh didalam narasi terdapat banyak kata yang mengandung unsur deiksis. Dalam hal ini, deiksis yang jelas akan mengantar pembaca untuk memahami ide yang disampaikan oleh pengarang, sebaliknya deiksis yang kabur memungkinkan akan memberikan penafsiran yang kurang tepat. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk deiksis apa saja yang terdapat dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017. Metode yang digunakan untuk menganalisis deiksis dalam wacana narasi buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca dan teknik catat. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisis, dan menyimpulkan hasil analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk deiksis persona yang terdapat dalam wacana narasi terdiri dari deiksis persona pertama saya dan kita serta deiksis persona ketiga ia, -nya, dan mereka. Deiksis penunjuk yang terdapat dalam wacana narasi ini yaitu itu dan ini. Dalam wacana narasi ini tidak terdapat deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deisksi sosial. Simpulan dalam penelitian ini yaitu pada wacana narasi dalam buku siswa Bahasa Indonesia SMP kelas VII revisi 2017 hanya terdapat bentuk deiksis persona serta deiksis penunjuk, dan tidak terdapat deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan serta deiksis sosial. Saran dalam penelitian ini yaitu peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi bentuk-bentuk deiksis yang ada pada jenis wacana lain.Kata kunci: deiksis, bentuk deiksis, narasi","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132954509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Asmadania Asmadania, La Ode Sidu Marafad, Yunus Yunus
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah jenis-jenis tindak tutur guru dalam proses belajar-mengajar di Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur guru apa saja yang digunakan dalam proses belajar-mengajar pada Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula dua Kelurahan Kambu Kota Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang diproleh dalam penelitian ini berdasarkan tuturan guru dalam proses belajar-mengajar pada Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari yaitu kemampuan peserta didik anak usia 5-6 tahun dalam hal merespon tindak tutur gurunya masih belum merata, sebab masing-masing anak punya kemampuan sendiri dalam tingkatan merespon tuturan-tuturan gurunya.Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dari limma jenis tindak tutur berdasarkan hail analisis data yang terdapat pada TK Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari hanya empat jenis tindakan yang ada yaitu tindak representative, direktif, ekspresif dan komisif. Kata Kunci: tindak, tutur, guru
{"title":"TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK WULELE SANGGULA DUA KELURAHAN KAMBU KOTA KENDARI","authors":"Asmadania Asmadania, La Ode Sidu Marafad, Yunus Yunus","doi":"10.36709/jb.v4i1.10723","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i1.10723","url":null,"abstract":"Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah jenis-jenis tindak tutur guru dalam proses belajar-mengajar di Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari?. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur guru apa saja yang digunakan dalam proses belajar-mengajar pada Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula dua Kelurahan Kambu Kota Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang diproleh dalam penelitian ini berdasarkan tuturan guru dalam proses belajar-mengajar pada Taman Kanak-Kanak Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari yaitu kemampuan peserta didik anak usia 5-6 tahun dalam hal merespon tindak tutur gurunya masih belum merata, sebab masing-masing anak punya kemampuan sendiri dalam tingkatan merespon tuturan-tuturan gurunya.Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dari limma jenis tindak tutur berdasarkan hail analisis data yang terdapat pada TK Wulele Sanggula Dua Kelurahan Kambu Kota Kendari hanya empat jenis tindakan yang ada yaitu tindak representative, direktif, ekspresif dan komisif. Kata Kunci: tindak, tutur, guru ","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122480602","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berjudul Polisemi dalam Bahasa Tolaki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk polisemi dalam bahasa Tolaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk polisemi dalam kelas kata verba, adjektiva, nomina, dan adverbia. Penelitian ini termakasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dan metode penelitian lapangan. Data dalam penelitian ini berupa kosa kata bahasa Tolaki secara lisan maupun data yang ada dalam kamus. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak (observasi), metode cakap (wawancara), dan angket. Metode simak (observasi) adalah menyimak bahasa dari informan, sehingga metode ini diterapkan pada pembacaan kamus. Metode cakap (wawancara) adalah menanyakan kepada informan tentang kebenaran data yang ada dalam kamus tersebut. Sedangkan angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Data-data tersebut yang didapatkan dari sumber tertulis dicatat berdasarkan kelas kata verba terdiri dari, tekonda, lako, , mosalaki, pseudo, pewiso, tekoro, melele, dan sinimbi adjektiva terdiri dari, buna, ehe, magaga, meambo, dan mosa’a nomina terdiri dari, bungguno, holiwu, dan lohoro dan adverbia terdiri dari, auorunggi, dahu, lau-lau, dan nolia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam bahasa Tolaki terdapat beberapa kata yang merupakan polisemi pada kelas kata verba, adjektiva, nomina dan adverbia. Polisemi merupakan kata yang memiliki makna lebih dari satu dan saling berkaitan.Kata Kunci: polisemi, bahasa Tolaki
{"title":"POLISEMI DALAM BAHASA TOLAKI","authors":"Asrianingsih Asrianingsih, Zalili Sailan, Marwati Marwati","doi":"10.36709/jb.v4i1.10717","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i1.10717","url":null,"abstract":"Penelitian ini berjudul Polisemi dalam Bahasa Tolaki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk polisemi dalam bahasa Tolaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk polisemi dalam kelas kata verba, adjektiva, nomina, dan adverbia. Penelitian ini termakasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dan metode penelitian lapangan. Data dalam penelitian ini berupa kosa kata bahasa Tolaki secara lisan maupun data yang ada dalam kamus. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak (observasi), metode cakap (wawancara), dan angket. Metode simak (observasi) adalah menyimak bahasa dari informan, sehingga metode ini diterapkan pada pembacaan kamus. Metode cakap (wawancara) adalah menanyakan kepada informan tentang kebenaran data yang ada dalam kamus tersebut. Sedangkan angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Data-data tersebut yang didapatkan dari sumber tertulis dicatat berdasarkan kelas kata verba terdiri dari, tekonda, lako, , mosalaki, pseudo, pewiso, tekoro, melele, dan sinimbi adjektiva terdiri dari, buna, ehe, magaga, meambo, dan mosa’a nomina terdiri dari, bungguno, holiwu, dan lohoro dan adverbia terdiri dari, auorunggi, dahu, lau-lau, dan nolia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam bahasa Tolaki terdapat beberapa kata yang merupakan polisemi pada kelas kata verba, adjektiva, nomina dan adverbia. Polisemi merupakan kata yang memiliki makna lebih dari satu dan saling berkaitan.Kata Kunci: polisemi, bahasa Tolaki","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"44 5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126570104","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalahterhadap kemampuan menulis teks persuasi siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Konawe Selatan terfokus pada kelas VIII-A. Desain penelitian One Group Pretest-Postest dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian dalam menulis teks persuasi siswa kelas VIII-A SMP Negeri 11 Konawe Selatan sebelum pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalahpada materi teks persuasi tergolong tinggi, cukup, dan rendah dimana 4 siswa atau 13,79% siswa yang memperoleh nilai 75, serta 23 atau 79,31% siswa memperoleh nilai antara 43 sampai 68, dan 2 siswa atau 6,89% yang memperoleh nilai 25. Kemudian setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalahmeningkat dengansangat baik, karena dimana dari 29 siswa mendapatkan pengaruh dan memperoleh nilai sangat baik dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalahdiantaranya 3 atau 10,34% siswa yang memperoleh nilai 62 sampai 68, serta 19 atau 65,51% siswa memperoleh nilai antara 75 sampai 87, dan 7 atau 24,13% memperoleh nilai antara 93 sampai 100. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalahmemberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks persuasi siswa kelas VIII-A SMP Negeri 11 Konawe Selatan. Hal ini berdasarkan hasil analisis inferensial menggunakan SPSS version 16.0 dengan nilai thitung = 8,814 dan p=0,000 < α = 0,05artinya secara keseluruhan siswa telah mampu dalam menulis teks persuasi.Kata Kunci: pengaruh, model pembelajaran masalah, menulis teks, persuasi
{"title":"PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PERSUASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 KONAWE SELATAN","authors":"Elisa Megawati, Zalili Sailan, S. Sahlan","doi":"10.36709/jb.v4i1.10728","DOIUrl":"https://doi.org/10.36709/jb.v4i1.10728","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalahterhadap kemampuan menulis teks persuasi siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Konawe Selatan terfokus pada kelas VIII-A. Desain penelitian One Group Pretest-Postest dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian dalam menulis teks persuasi siswa kelas VIII-A SMP Negeri 11 Konawe Selatan sebelum pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalahpada materi teks persuasi tergolong tinggi, cukup, dan rendah dimana 4 siswa atau 13,79% siswa yang memperoleh nilai 75, serta 23 atau 79,31% siswa memperoleh nilai antara 43 sampai 68, dan 2 siswa atau 6,89% yang memperoleh nilai 25. Kemudian setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalahmeningkat dengansangat baik, karena dimana dari 29 siswa mendapatkan pengaruh dan memperoleh nilai sangat baik dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalahdiantaranya 3 atau 10,34% siswa yang memperoleh nilai 62 sampai 68, serta 19 atau 65,51% siswa memperoleh nilai antara 75 sampai 87, dan 7 atau 24,13% memperoleh nilai antara 93 sampai 100. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalahmemberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks persuasi siswa kelas VIII-A SMP Negeri 11 Konawe Selatan. Hal ini berdasarkan hasil analisis inferensial menggunakan SPSS version 16.0 dengan nilai thitung = 8,814 dan p=0,000 < α = 0,05artinya secara keseluruhan siswa telah mampu dalam menulis teks persuasi.Kata Kunci: pengaruh, model pembelajaran masalah, menulis teks, persuasi","PeriodicalId":321734,"journal":{"name":"Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)","volume":"5 5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115675414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}