Pub Date : 2023-12-28DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.211
Anggris Oktavianus Katiandagho
Penggunaan gadget di kalangan peserta didik SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan menjadi saksi perubahan perilaku belajar siswa seiring dengan kemajuan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dampak negatif penggunaan gadget terhadap motivasi belajar peserta didik. Penelitian ini mengidentifikasi pola penggunaan gadget, menganalisis dampaknya terhadap motivasi belajar, dan menyajikan rekomendasi untuk pengelolaan yang lebih efektif di lingkungan pendidikan. Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan melibatkan siswa SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget cenderung intens, melibatkan sejumlah besar siswa dalam berbagai aktivitas. Analisis data menunjukkan adanya hubungan negatif antara intensitas penggunaan gadget dan motivasi belajar siswa. Faktor-faktor seperti distraksi, ketergantungan pada media sosial, dan kurangnya pengelolaan waktu menjadi penyebab utama rendahnya motivasi belajar. Kerangka pemikiran penelitian ini dibangun dengan merujuk pada teori motivasi belajar, teori penggunaan teknologi dalam pendidikan, serta teori perkembangan remaja. Hipotesis yang diajukan memperkuat temuan bahwa intensitas penggunaan gadget berkorelasi negatif dengan tingkat motivasi belajar siswa. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman mendalam dan penanganan dampak penggunaan gadget dalam konteks pendidikan. Diharapkan temuan penelitian ini dapat memberikan panduan bagi institusi pendidikan, orang tua, siswa, dan peneliti selanjutnya dalam mengelola penggunaan gadget agar tidak menghambat motivasi belajar peserta didik.
随着科技的进步,廖巴拉州第一中学(SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan)学生对小工具的使用见证了学生学习行为的变化。本研究旨在探讨小工具的使用对学生学习动机的负面影响。本研究确定了小工具的使用模式,分析了其对学习动机的影响,并提出了在教育环境中进行更有效管理的建议。本研究采用定量研究方法,以 SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan 的学生为样本。结果显示,小工具的使用趋于密集,大量学生参与到各种活动中。数据分析显示,小工具的使用强度与学生的学习动机之间呈负相关。注意力分散、依赖社交媒体、缺乏时间管理等因素是导致学习动机低下的主要原因。本研究参考了学习动机理论、教育技术使用理论和青少年发展理论,构建了本研究的框架。提出的假设加强了小工具使用强度与学生学习动机水平负相关的结论。这项研究有助于深入理解和处理小工具的使用对教育的影响。希望本研究的结果能为教育机构、家长、学生和未来的研究人员提供指导,帮助他们管理小工具的使用,以免妨碍学生的学习动机。
{"title":"PENGARUH GADGET TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SIAU BARAT SELATAN","authors":"Anggris Oktavianus Katiandagho","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.211","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.211","url":null,"abstract":"Penggunaan gadget di kalangan peserta didik SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan menjadi saksi perubahan perilaku belajar siswa seiring dengan kemajuan teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dampak negatif penggunaan gadget terhadap motivasi belajar peserta didik. Penelitian ini mengidentifikasi pola penggunaan gadget, menganalisis dampaknya terhadap motivasi belajar, dan menyajikan rekomendasi untuk pengelolaan yang lebih efektif di lingkungan pendidikan. Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan melibatkan siswa SMP Negeri 1 Siau Barat Selatan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget cenderung intens, melibatkan sejumlah besar siswa dalam berbagai aktivitas. Analisis data menunjukkan adanya hubungan negatif antara intensitas penggunaan gadget dan motivasi belajar siswa. Faktor-faktor seperti distraksi, ketergantungan pada media sosial, dan kurangnya pengelolaan waktu menjadi penyebab utama rendahnya motivasi belajar. Kerangka pemikiran penelitian ini dibangun dengan merujuk pada teori motivasi belajar, teori penggunaan teknologi dalam pendidikan, serta teori perkembangan remaja. Hipotesis yang diajukan memperkuat temuan bahwa intensitas penggunaan gadget berkorelasi negatif dengan tingkat motivasi belajar siswa. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman mendalam dan penanganan dampak penggunaan gadget dalam konteks pendidikan. Diharapkan temuan penelitian ini dapat memberikan panduan bagi institusi pendidikan, orang tua, siswa, dan peneliti selanjutnya dalam mengelola penggunaan gadget agar tidak menghambat motivasi belajar peserta didik.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"41 22","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139151270","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-28DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.181
Muryati Muryati
Dasar terbentuknya relasi antara atasan dan bawahan adalah saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini akan menciptakan iklim keharmonisan antara keduanya, jauh dari konflik. Namun, faktanya ditemukan konflik antara atasan dan bawahan yang menyebabkan kekerasan yang dilakukan atasan/majikan terhadap bawahannya. Hal ini memperlihatkan bahwa relasi adalah aspek dari kekuasaan. Kasus ini menimpa Hagar yang terekam dalam Kejadian 16:1-16. Hagar yang berstatus hamba mendapat tindak kekerasan yang dilakukan oleh majikannya yaitu Sarai. Sikap Hagar yang meremehkan Sarai karena ia mengandung memantik terjadinya kekerasan tersebut. Sarai yang tersakiti dan menderita, menggunakan otoritasnya untuk menindas Hagar. Adapun penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan relasi-kuasa dengan kekerasan yang dialami oleh Hagar di Kejadian 16:1-16. Metode yang digunakan adalah kualitatif berbasis studi pustaka murni dengan pendekatan sosial-kultur. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyalahgunaan kekuasaan yang berdampak kekerasan pada Hagar dipicu oleh kultur yang berlaku saat itu dan emosi Sarai atas penghinaan Hagar.
{"title":"HAGAR YANG TERTINDAS: ANALISIS RELASI-KUASA DALAM KEJADIAN 16:1-16","authors":"Muryati Muryati","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.181","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.181","url":null,"abstract":"Dasar terbentuknya relasi antara atasan dan bawahan adalah saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini akan menciptakan iklim keharmonisan antara keduanya, jauh dari konflik. Namun, faktanya ditemukan konflik antara atasan dan bawahan yang menyebabkan kekerasan yang dilakukan atasan/majikan terhadap bawahannya. Hal ini memperlihatkan bahwa relasi adalah aspek dari kekuasaan. Kasus ini menimpa Hagar yang terekam dalam Kejadian 16:1-16. Hagar yang berstatus hamba mendapat tindak kekerasan yang dilakukan oleh majikannya yaitu Sarai. Sikap Hagar yang meremehkan Sarai karena ia mengandung memantik terjadinya kekerasan tersebut. Sarai yang tersakiti dan menderita, menggunakan otoritasnya untuk menindas Hagar. Adapun penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan relasi-kuasa dengan kekerasan yang dialami oleh Hagar di Kejadian 16:1-16. Metode yang digunakan adalah kualitatif berbasis studi pustaka murni dengan pendekatan sosial-kultur. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penyalahgunaan kekuasaan yang berdampak kekerasan pada Hagar dipicu oleh kultur yang berlaku saat itu dan emosi Sarai atas penghinaan Hagar.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"88 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139151978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.178
Elsye Esterina Londo
Penelitian ini mengkaji peran empati dalam konteks kesehatan mental, khususnya melalui lensa Perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati dalam Lukas 10:25-37. Dengan meningkatnya kasus depresi dan gangguan kesehatan mental di Indonesia, termasuk di Sulawesi Utara, penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan sosial dan kepedulian lingkungan terhadap individu dengan gangguan kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka untuk menganalisis data dari berbagai literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empati yang ditunjukkan oleh orang Samaria dalam perumpamaan tersebut merupakan contoh kasih yang nyata dan universal, yang melampaui batas-batas perbedaan sosial dan identitas. Penelitian ini menegaskan bahwa gereja memiliki tanggung jawab untuk terlibat secara praktis dalam pergumulan kesehatan mental jemaatnya, dengan menunjukkan kasih dan empati yang konkret. Hal ini sejalan dengan ajaran gereja tentang kasih yang harus diwujudnyatakan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
{"title":"NILAI EMPATI DALAM LUKAS 10:25-37 DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN KESEHATAN MENTAL","authors":"Elsye Esterina Londo","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.178","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkaji peran empati dalam konteks kesehatan mental, khususnya melalui lensa Perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati dalam Lukas 10:25-37. Dengan meningkatnya kasus depresi dan gangguan kesehatan mental di Indonesia, termasuk di Sulawesi Utara, penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan sosial dan kepedulian lingkungan terhadap individu dengan gangguan kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka untuk menganalisis data dari berbagai literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empati yang ditunjukkan oleh orang Samaria dalam perumpamaan tersebut merupakan contoh kasih yang nyata dan universal, yang melampaui batas-batas perbedaan sosial dan identitas. Penelitian ini menegaskan bahwa gereja memiliki tanggung jawab untuk terlibat secara praktis dalam pergumulan kesehatan mental jemaatnya, dengan menunjukkan kasih dan empati yang konkret. Hal ini sejalan dengan ajaran gereja tentang kasih yang harus diwujudnyatakan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"157 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139153855","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.210
Deky Hidnas Yan Nggadas
Wahyu 20:1-10 satu-satunya teks yang secara eksplisit berbicara tentang Kerajaan Seribu Tahun namun telah melahirkan tiga pandangan Milenial yang utama: Premilenialisme, Postmilenialisme, dan Amilenialisme. Tulisan ini bermaksud melakukan evaluasi kritis terhadap ketiga pandangan tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-evaluatif dari perspektif hermeneutis dan kanonikal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pandangan Amilenialisme lebih persuasif untuk dianut meskipun tidak berarti tanpa kesulitan.
{"title":"WAHYU 20:1-10 DAN MILENIALISME: SEBUAH EVALUASI HERMENEUTIS DAN KANONIKAL","authors":"Deky Hidnas Yan Nggadas","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.210","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.210","url":null,"abstract":"Wahyu 20:1-10 satu-satunya teks yang secara eksplisit berbicara tentang Kerajaan Seribu Tahun namun telah melahirkan tiga pandangan Milenial yang utama: Premilenialisme, Postmilenialisme, dan Amilenialisme. Tulisan ini bermaksud melakukan evaluasi kritis terhadap ketiga pandangan tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-evaluatif dari perspektif hermeneutis dan kanonikal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pandangan Amilenialisme lebih persuasif untuk dianut meskipun tidak berarti tanpa kesulitan.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"94 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139154057","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.151
C. Siburian
Gambaran yang berbeda antara Allah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru telah lama diteliti. Kondisi ini mengakibatkan penekanan perbedaan, bahwa Allah Perjanjian Lama menyenangi kejahatan, genosida, pembunuhan, dan lain sebagainya, sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru (yang dalam rupa Yesus) adalah Allah yang maha pengasih dan pengampun. Artikel ini hadir bertujuan untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya Allah tidak mengizinkan kekerasan terhadap [ciptaan], dalam hal ini pada anak, meskipun banyak sekali teks-teks dalam Perjanjian Lama (salah satunya pengurbanan Ishak) yang berkonotasi demikian. Temuan artikel ini juga beragam, mulai dari temuan bahwa adanya kemungkinan kisah pengurbanan Ishak tidak terjadi secara historis hingga pada kepercayaan Abraham bahwa Ishak akan tetap menjadi anak yang dijanjikan Allah kepadanya, sehingga ia tidak ragu untuk mengurbankan Ishak. Beberapa temuan [lanjutan] juga dihadirkan dalam artikel ini, seperti temuan adanya tendensi Allah menghindar dari Abraham dan Ishak ketika menyerahkan korban sembelihan, adanya kemungkinan bahwa Allah salah menggunakan otoritasnya, hingga terbukanya pembahasan selanjutnya tentang bagaimana hubungan Abraham dan Ishak setelah mereka pulang. Seluruh hal ini dihadirkan untuk menunjukkan bahwa pembacaan atas satu teks saja, lalu menyimpulkan bahwa Allah adalah Allah yang jahat, merupakan pendekatan pembacaan yang keliru. Melalui artikel ini, akan dibangun sebuah konstruksi berpikir bahwa Allah memiliki makna di balik setiap tindakan dan perintah-ecara khusus kepada anak.
{"title":"MENINJAU ULANG KEJADIAN 22:1-19: BENARKAH ALLAH MENGIZINKAN KEKERASAN PADA ANAK?","authors":"C. Siburian","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.151","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.151","url":null,"abstract":"Gambaran yang berbeda antara Allah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru telah lama diteliti. Kondisi ini mengakibatkan penekanan perbedaan, bahwa Allah Perjanjian Lama menyenangi kejahatan, genosida, pembunuhan, dan lain sebagainya, sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru (yang dalam rupa Yesus) adalah Allah yang maha pengasih dan pengampun. Artikel ini hadir bertujuan untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya Allah tidak mengizinkan kekerasan terhadap [ciptaan], dalam hal ini pada anak, meskipun banyak sekali teks-teks dalam Perjanjian Lama (salah satunya pengurbanan Ishak) yang berkonotasi demikian. Temuan artikel ini juga beragam, mulai dari temuan bahwa adanya kemungkinan kisah pengurbanan Ishak tidak terjadi secara historis hingga pada kepercayaan Abraham bahwa Ishak akan tetap menjadi anak yang dijanjikan Allah kepadanya, sehingga ia tidak ragu untuk mengurbankan Ishak. Beberapa temuan [lanjutan] juga dihadirkan dalam artikel ini, seperti temuan adanya tendensi Allah menghindar dari Abraham dan Ishak ketika menyerahkan korban sembelihan, adanya kemungkinan bahwa Allah salah menggunakan otoritasnya, hingga terbukanya pembahasan selanjutnya tentang bagaimana hubungan Abraham dan Ishak setelah mereka pulang. Seluruh hal ini dihadirkan untuk menunjukkan bahwa pembacaan atas satu teks saja, lalu menyimpulkan bahwa Allah adalah Allah yang jahat, merupakan pendekatan pembacaan yang keliru. Melalui artikel ini, akan dibangun sebuah konstruksi berpikir bahwa Allah memiliki makna di balik setiap tindakan dan perintah-ecara khusus kepada anak.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"20 80","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139154630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.146
Ivo Sastri Rukua, Jeffrit Kalprianus Ismail, Sensius Amon Karlau
Penelitian ini bertujuan mengetengahkan mengenai guru penggerak dan merdeka belajar sebagai model pendidikan yang dicetuskan Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membenahi kualitas pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Metode kualitatif dan studi kepustakaan digunakan untuk menginventarisasi berbagai sumber seperti buku dan jurnal. Kemudian, data-data yang diperoleh dan terkait dengan guru penggerak, peran Yesus, merdeka belajar dan era industri 4.0 dianalisis secara mendalam. Dalam pada itu, ditemukan kesan bahwa semantik guru penggerak dan merdeka belajar telah dilakukan Yesus. Bahkan, sebagai Guru Agung dengan sebutan Rabbi, Ia adalah Guru yang membebaskan secara fisik, psikologi maupun spiritual. Maka disimpulkan bahwa konsep dan kebijakan pendidikan sebaiknya teraktualisasi melalui implikasi peran Yesus sebagai inisiator, inovator, fasilitator, motivator dan komunikator yang efektif serta berorientasi pada guru penggerak dan merdeka belajar pada era industri 4.0.
{"title":"IMPLIKASI PERAN YESUS BAGI GURU PENGGERAK DAN MERDEKA BELAJAR","authors":"Ivo Sastri Rukua, Jeffrit Kalprianus Ismail, Sensius Amon Karlau","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.146","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.146","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetengahkan mengenai guru penggerak dan merdeka belajar sebagai model pendidikan yang dicetuskan Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membenahi kualitas pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Metode kualitatif dan studi kepustakaan digunakan untuk menginventarisasi berbagai sumber seperti buku dan jurnal. Kemudian, data-data yang diperoleh dan terkait dengan guru penggerak, peran Yesus, merdeka belajar dan era industri 4.0 dianalisis secara mendalam. Dalam pada itu, ditemukan kesan bahwa semantik guru penggerak dan merdeka belajar telah dilakukan Yesus. Bahkan, sebagai Guru Agung dengan sebutan Rabbi, Ia adalah Guru yang membebaskan secara fisik, psikologi maupun spiritual. Maka disimpulkan bahwa konsep dan kebijakan pendidikan sebaiknya teraktualisasi melalui implikasi peran Yesus sebagai inisiator, inovator, fasilitator, motivator dan komunikator yang efektif serta berorientasi pada guru penggerak dan merdeka belajar pada era industri 4.0.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"25 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139153614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.139
Swandriyani Hudianto, Kalis Stevanus, L. Tan
Era perkembangan pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut pelayanan keguruan yang berkualitas dalam membangun hidup peserta didik sehingga guru PAK dituntut untuk terus meningkatkan bobot pengetahuan akademik dan keterampilan mengajar serta pentingnya dipenuhi Roh Kudus sebagaimana diteladankan Yesus dalam seluruh aktivitas mengajar-Nya. Kajian pustaka ini akan menguraikan tentang Pendidikan Agama Kristen dan relasinya dengan pembentukan iman dan moral Kristiani, serta landasan teologis tugas dan panggilan mengajar. Berdasarkan penyelidikan induktif pada Kitab Injil disimpulkan bahwa aktivitas mengajar Yesus Kristus dapat dijadikan model dan teladan bagi guru Kristen maupun guru Pendidikan Agama Kristen masa kini. Ia mengajar secara profesional dengan berbagai metode dan pendekatan kreatif, variatif dan kontekstual dengan pendengar-Nya guna mencapai hasil belajar secara holistik, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ia mengajar dengan penuh otoritas Ilahi dan berwibawa. Hidup-Nya sesuai dengan ajaran-Nya.
当今时代的知识和技术发展要求高质量的教学服务为学生的人生奠基,因此要求 PAK 教师不断提高学术知识和教学技能的分量,以及在所有教学活动中被圣灵充满的重要性,正如耶稣所示范的那样。本文献综述将阐述基督教宗教教育及其与基督教信仰和道德培养的关系,以及教学职责和使命的神学基础。根据对福音书的归纳调查,得出的结论是,耶稣基督的教学活动可以作为当今基督教教师和基督教宗教教育教师的典范和榜样。祂以各种创造性的、多样的和与受众相关的方法和方式进行专业教学,以实现认知、情感和心理运动等方面的全面学习成果。他以神圣的权威进行教学。他的一生与他的教诲相一致。
{"title":"MENGAJAR SECARA PROFESIONAL DISERTAI OTORITAS ILAHI DENGAN BERCERMIN PADA YESUS DAN IMPLEMENTASINYA BAGI GURU PAK MASA KINI","authors":"Swandriyani Hudianto, Kalis Stevanus, L. Tan","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.139","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.139","url":null,"abstract":"Era perkembangan pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut pelayanan keguruan yang berkualitas dalam membangun hidup peserta didik sehingga guru PAK dituntut untuk terus meningkatkan bobot pengetahuan akademik dan keterampilan mengajar serta pentingnya dipenuhi Roh Kudus sebagaimana diteladankan Yesus dalam seluruh aktivitas mengajar-Nya. Kajian pustaka ini akan menguraikan tentang Pendidikan Agama Kristen dan relasinya dengan pembentukan iman dan moral Kristiani, serta landasan teologis tugas dan panggilan mengajar. Berdasarkan penyelidikan induktif pada Kitab Injil disimpulkan bahwa aktivitas mengajar Yesus Kristus dapat dijadikan model dan teladan bagi guru Kristen maupun guru Pendidikan Agama Kristen masa kini. Ia mengajar secara profesional dengan berbagai metode dan pendekatan kreatif, variatif dan kontekstual dengan pendengar-Nya guna mencapai hasil belajar secara holistik, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ia mengajar dengan penuh otoritas Ilahi dan berwibawa. Hidup-Nya sesuai dengan ajaran-Nya.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"149 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139153913","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.191
Andreas Kurniawan Purnomo, Verry Willyam
Musik telah digunakan dalam ibadah sejak awal kemunculan ibadah itu sendiri. Melalui musik, manusia mengekspresikan perasaan, permohonan, dan imannya kepada Tuhan dengan cara yang lebih indah daripada sekedar kata-kata yang diucapkan. Musik memberikan dimensi yang baru dalam hal keterlibatan penyembah, maupun kemampuannya untuk menarik perhatian pendengarnya. Tujuan kajian ini ialah menemukan dan menjelaskan mengenai manfaat dan fungsi musik ansambel (Pengiring) di dalam ibadah melalui musik campursari di Gereja Kristen Jawa Kenalan, Magelang. Metode yang diggunakan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pengamatan fenomena yang terjadi pada jemaat serta pendekatan accindental terhadap informan dan di dukung hasil kajian literature sebelumnya sebagai bahan perbandingan dalam fenomena yang diamati. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat menjelaskan mengenai manfaat sarana musik gereja sebagai bentuk kontekstualisasi melalui musik campursari yang diggunakan dalam menarik dan mendekatkan musik gereja dengan budaya setempat yang di dalamnya jemaat menemukan medium ekspresi yang sesuai dengan latar belakang budaya dan talenta yang dimilikinya, serta menjadi bentuk upaya pelestarian budaya dan penanda identitas GKJ dalam budaya Jawa., serta memiliki manfaat sebagai : 1) Menjadi upaya bagi gereja untuk nguri-uri kebudayaan Jawa, yaitu pelestarian budaya Jawa. 2) Memberikan kesegaran baru dalam Ibadah, 3) mempertahankan identitas GKJ Kenalan dalam Kebudayaan Jawa.
{"title":"KONTEKSTUALISASI PENGGUNAAN CAMPURSARI DALAM IBADAH GEREJAWI : STUDI KASUS GKJ KENALAN MAGELANG","authors":"Andreas Kurniawan Purnomo, Verry Willyam","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.191","url":null,"abstract":"Musik telah digunakan dalam ibadah sejak awal kemunculan ibadah itu sendiri. Melalui musik, manusia mengekspresikan perasaan, permohonan, dan imannya kepada Tuhan dengan cara yang lebih indah daripada sekedar kata-kata yang diucapkan. Musik memberikan dimensi yang baru dalam hal keterlibatan penyembah, maupun kemampuannya untuk menarik perhatian pendengarnya. Tujuan kajian ini ialah menemukan dan menjelaskan mengenai manfaat dan fungsi musik ansambel (Pengiring) di dalam ibadah melalui musik campursari di Gereja Kristen Jawa Kenalan, Magelang. Metode yang diggunakan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pengamatan fenomena yang terjadi pada jemaat serta pendekatan accindental terhadap informan dan di dukung hasil kajian literature sebelumnya sebagai bahan perbandingan dalam fenomena yang diamati. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat menjelaskan mengenai manfaat sarana musik gereja sebagai bentuk kontekstualisasi melalui musik campursari yang diggunakan dalam menarik dan mendekatkan musik gereja dengan budaya setempat yang di dalamnya jemaat menemukan medium ekspresi yang sesuai dengan latar belakang budaya dan talenta yang dimilikinya, serta menjadi bentuk upaya pelestarian budaya dan penanda identitas GKJ dalam budaya Jawa., serta memiliki manfaat sebagai : 1) Menjadi upaya bagi gereja untuk nguri-uri kebudayaan Jawa, yaitu pelestarian budaya Jawa. 2) Memberikan kesegaran baru dalam Ibadah, 3) mempertahankan identitas GKJ Kenalan dalam Kebudayaan Jawa.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139153264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-27DOI: 10.46558/bonafide.v4i2.167
Karlitu Dias Markes, H. Wijaya
Penelitian ini didasarkan pada tinjauan psiko-Homiletik untuk menghasilkan sebuah formulasi pembelajaran homiletik yang bermuara pada terbangunnya kepercayaan diri bagi mahasiswa sebagai pengkhotbah pemula dengan pendekatan psikologis. Konsep ini didasarkan pada sebuah kerangka berfikir bahwa tujuan utama dari pembelajaran Homiletik mencakup kemampuan teoritis mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip menyusun materi khotbah yang berlandaskan firman Tuhan serta mampu untuk menyajikan materi tersebut dengan penuh kepercayaan diri, yang pada akhirnya mewujudkan sebuah khotbah yang efektif dan berkualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan Literatur review yakni elaborasi beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok kajian tentang konsep Homiletik dan Kepercayaan diri dalam berkhotbah. Hasilnya ialah ditemukannya sebuah rumusan psiko-homiletik yang mencakup aspek spiritual, psikis, dan fisik yang secara simultan membangun kepercayaan diri seseorang dalam berkhotbah.
{"title":"PSIKO-HOMILETIKA: MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA TEOLOGI DALAM BERKHOTBAH","authors":"Karlitu Dias Markes, H. Wijaya","doi":"10.46558/bonafide.v4i2.167","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i2.167","url":null,"abstract":"Penelitian ini didasarkan pada tinjauan psiko-Homiletik untuk menghasilkan sebuah formulasi pembelajaran homiletik yang bermuara pada terbangunnya kepercayaan diri bagi mahasiswa sebagai pengkhotbah pemula dengan pendekatan psikologis. Konsep ini didasarkan pada sebuah kerangka berfikir bahwa tujuan utama dari pembelajaran Homiletik mencakup kemampuan teoritis mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip menyusun materi khotbah yang berlandaskan firman Tuhan serta mampu untuk menyajikan materi tersebut dengan penuh kepercayaan diri, yang pada akhirnya mewujudkan sebuah khotbah yang efektif dan berkualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan Literatur review yakni elaborasi beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok kajian tentang konsep Homiletik dan Kepercayaan diri dalam berkhotbah. Hasilnya ialah ditemukannya sebuah rumusan psiko-homiletik yang mencakup aspek spiritual, psikis, dan fisik yang secara simultan membangun kepercayaan diri seseorang dalam berkhotbah.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"57 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139154484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-29DOI: 10.46558/bonafide.v4i1.168
Hendrik Yufengkri Sanda
Iman Kristen unik dari semua bentuk kepercayaan manapun di dunia, sebab iman Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan satu-satunya Juruselamat manusia. Klaim eksklusif tersebut menimbulkan berbagai macam pertanyaan: Bagaimana dengan segala bentuk kepercayaan yang lain? Bukankah hal itu merupakan suatu anggapan yang subjektif berdasarkan semangat fanatisme agama dan sikap arogansi yang berlebihan mentuhankan seorang manusia Yesus? Bukankah benar anggapan para teolog pluralis agama-agama bahwa di semua agama juga memiliki kebenaran dan juruselamat lain sehingga dapat memimpin kepada keselamatan tanpa perlu percaya kepada Yesus? Bukankah Yesus yang disembah orang Kristen hanyalah Tuhan bagi mereka saja sebab dalam agama-agma lainpun memiliki tuhan yang lain? Dan masih banyak pertanyan lainnya. Penelitian ini bermaksud memahami makna asli dari ungkapan rasul Petrus bahwa Yesus Kristus Tuhan semua orang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutis. Berdasarkan hasil eksegesis terhadap teks Kis.10:34-36 maka Frasa Yesus Kristus Tuhan semua orang berarti Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya sehingga Ia layak disembah sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia.
{"title":"KAJIAN TERHADAP KISAH PARA RASUL 10:34-36: UNTUK MENJAWAB PANDANGAN PLURALIS MENGENAI YESUS TUHAN SEMUA ORANG","authors":"Hendrik Yufengkri Sanda","doi":"10.46558/bonafide.v4i1.168","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v4i1.168","url":null,"abstract":"Iman Kristen unik dari semua bentuk kepercayaan manapun di dunia, sebab iman Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan satu-satunya Juruselamat manusia. Klaim eksklusif tersebut menimbulkan berbagai macam pertanyaan: Bagaimana dengan segala bentuk kepercayaan yang lain? Bukankah hal itu merupakan suatu anggapan yang subjektif berdasarkan semangat fanatisme agama dan sikap arogansi yang berlebihan mentuhankan seorang manusia Yesus? Bukankah benar anggapan para teolog pluralis agama-agama bahwa di semua agama juga memiliki kebenaran dan juruselamat lain sehingga dapat memimpin kepada keselamatan tanpa perlu percaya kepada Yesus? Bukankah Yesus yang disembah orang Kristen hanyalah Tuhan bagi mereka saja sebab dalam agama-agma lainpun memiliki tuhan yang lain? Dan masih banyak pertanyan lainnya. Penelitian ini bermaksud memahami makna asli dari ungkapan rasul Petrus bahwa Yesus Kristus Tuhan semua orang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutis. Berdasarkan hasil eksegesis terhadap teks Kis.10:34-36 maka Frasa Yesus Kristus Tuhan semua orang berarti Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya sehingga Ia layak disembah sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133270751","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}