Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.46558/bonafide.v3i1.92
Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati
Maksud Allah mendesain pernikahan suami istri adalah agar menyenangkan hati Allah. Kehidupan pernikahan yang digambarkan oleh pasangan suami istri Akwila dan Priskila sudah menggambarkan maksud dan tujuan dari pernikahan yang diinginkan oleh Allah. Kehidupan dan pelayanan yang dilakukan oleh Priskila dan Akwila menunjukkan keteladanan bagi suami istri orang percaya pengikut Kristus Yesus dan terus masih relevan hingga saat ini dan masa mendatang untuk diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan Priskila dan Akwila sangat layak dan patut menjadi teladan, profil (role model) karena kehidupannya yang istimewa, yaitu: Pertama, Pasangan pembuat tenda. Kedua, Pasangan yang saleh. Ketiga, Pasangan yang handal dan setia. Keempat, Rela mempertaruhkan hidup. Kelima, Menjadikan rumah tinggalnya menjadi rumah doa dan persekutuan. Implikasi nyata yang dapat diterapkan oleh suami istri Kristen, yaitu: Pertama, Suami istri harus taat kepada Tuhan. Kedua, Suami istri harus mengasihi jemaat. Ketiga, Suami istri harus memimpin orang lain ke dalam ketaatan iman. Keempat, Suami istri harus memuridkan orang percaya dan pasutri lainnya. Kelima, Suami istri harus mentransformasi pribadi, keluarga, gereja, dan budaya. Keenam, Suami istri harus terlibat pelayanan misi. Ketujuh, Suami istri harus melayani melalui pekerjaannya.
{"title":"KETELADANAN PASANGAN AKWILA PRISKILA DAN IMPLIKASINYA BAGI SUAMI ISTRI KRISTEN","authors":"Yakub Hendrawan Perangin Angin, Tri Astuti Yeniretnowati","doi":"10.46558/bonafide.v3i1.92","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v3i1.92","url":null,"abstract":"Maksud Allah mendesain pernikahan suami istri adalah agar menyenangkan hati Allah. Kehidupan pernikahan yang digambarkan oleh pasangan suami istri Akwila dan Priskila sudah menggambarkan maksud dan tujuan dari pernikahan yang diinginkan oleh Allah. Kehidupan dan pelayanan yang dilakukan oleh Priskila dan Akwila menunjukkan keteladanan bagi suami istri orang percaya pengikut Kristus Yesus dan terus masih relevan hingga saat ini dan masa mendatang untuk diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan Priskila dan Akwila sangat layak dan patut menjadi teladan, profil (role model) karena kehidupannya yang istimewa, yaitu: Pertama, Pasangan pembuat tenda. Kedua, Pasangan yang saleh. Ketiga, Pasangan yang handal dan setia. Keempat, Rela mempertaruhkan hidup. Kelima, Menjadikan rumah tinggalnya menjadi rumah doa dan persekutuan. Implikasi nyata yang dapat diterapkan oleh suami istri Kristen, yaitu: Pertama, Suami istri harus taat kepada Tuhan. Kedua, Suami istri harus mengasihi jemaat. Ketiga, Suami istri harus memimpin orang lain ke dalam ketaatan iman. Keempat, Suami istri harus memuridkan orang percaya dan pasutri lainnya. Kelima, Suami istri harus mentransformasi pribadi, keluarga, gereja, dan budaya. Keenam, Suami istri harus terlibat pelayanan misi. Ketujuh, Suami istri harus melayani melalui pekerjaannya.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125749117","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.46558/bonafide.v3i1.81
Marson Taung
Di kalangan orang percaya masa kini, masih banyak yang salah mengerti tentang dukacita yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:4. Penelitian ini ingin mengeksplorasi makna yang sesungguhnya agar diperoleh pemahaman yang benar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tafsir atau eksegese. Hasilnya ditemukan bahwa maksud Yesus tentang dukacita dalam Matius 5:4 adalah dukacita rohani, yaitu berduka yang disebabkan dosa, berduka pada saat melihat orang lain berbuat dosa, dan berduka pada saat orang lain di aniaya.
{"title":"KONSEP DUKACITA MENURUT INJIL MATIUS 5:4","authors":"Marson Taung","doi":"10.46558/bonafide.v3i1.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v3i1.81","url":null,"abstract":"Di kalangan orang percaya masa kini, masih banyak yang salah mengerti tentang dukacita yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:4. Penelitian ini ingin mengeksplorasi makna yang sesungguhnya agar diperoleh pemahaman yang benar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tafsir atau eksegese. Hasilnya ditemukan bahwa maksud Yesus tentang dukacita dalam Matius 5:4 adalah dukacita rohani, yaitu berduka yang disebabkan dosa, berduka pada saat melihat orang lain berbuat dosa, dan berduka pada saat orang lain di aniaya.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124159513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-25DOI: 10.46558/bonafide.v3i1.98
Karlitu Dias Markes, Eslye Esterina Londo
Penelitian ini merupakan sebuah analisis pedagogis-teologis terhadap prinsip profesionalisme guru PAK yang didasarkan pada nilai-nilai karakter pada teladan Yesus Kristus sebagai Guru Agung. Isu sentral dari profesi pendidikan agama Kristen sesungguhnya berhubungan dengan bagaimana seorang guru atau pendidik agama Kristen mencerminkan nilai-nilai hidup dan ajaran Yesus Kristus sang Guru Agung dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Substansi dari proses pembentukan karakter yang baik tentu berpusat pada karakter guru yang baik pula, demikian pula karakter guru agama Kristen yang baik tidak bisa didapatkan tanpa mengagungkan karakter Kristus sebagai guru agung dalam dirinya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Hasilnya guru PAK yang memiliki karakter Kristus haruslah: 1) memahami benar panggilannya; 2) memiliki empati sosial; 3) memiliki kepekaan terhadap konteks pembelajaran; 4) mengedepankan tugas profesionalnya.
{"title":"PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN YANG BERKARAKTER KRISTUS","authors":"Karlitu Dias Markes, Eslye Esterina Londo","doi":"10.46558/bonafide.v3i1.98","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v3i1.98","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan sebuah analisis pedagogis-teologis terhadap prinsip profesionalisme guru PAK yang didasarkan pada nilai-nilai karakter pada teladan Yesus Kristus sebagai Guru Agung. Isu sentral dari profesi pendidikan agama Kristen sesungguhnya berhubungan dengan bagaimana seorang guru atau pendidik agama Kristen mencerminkan nilai-nilai hidup dan ajaran Yesus Kristus sang Guru Agung dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Substansi dari proses pembentukan karakter yang baik tentu berpusat pada karakter guru yang baik pula, demikian pula karakter guru agama Kristen yang baik tidak bisa didapatkan tanpa mengagungkan karakter Kristus sebagai guru agung dalam dirinya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Hasilnya guru PAK yang memiliki karakter Kristus haruslah: 1) memahami benar panggilannya; 2) memiliki empati sosial; 3) memiliki kepekaan terhadap konteks pembelajaran; 4) mengedepankan tugas profesionalnya.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"324 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123169569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-23DOI: 10.46558/bonafide.v3i1.91
A. Putra
Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap isu teologis yang berkembang di publik tentang pandemi covid-19 dan vaksin covid-19 dikaitkan dengan Antikristus khususnya angka 666 dalam Wahyu 13:18. Pendapat tersebut mencurigai vaksin telah mengandung chip Antikristus, sehingga apabila ada orang Kristen yang divaksin maka secara tidak langsung telah memasukkan chip itu ke dalam tubuhnya. Dengan demikian, telah menjadi sekutu Iblis untuk melawan Kristus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka (khususnya eksegesis) terhadap teks dalam Wahyu 13:18. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa anggapan yang mengaitkan vaksin dengan Antikristus atau telah mengandung chip masih prematur dan terlalu dipaksakan bahkan sangat bertolak belakang dengan makna yang terkandung dalam teks Wahyu 13:18.
{"title":"KAJIAN TERHADAP ANGKA 666 DALAM WAHYU 13: 18 UNTUK MENJAWAB ISU KETERKAITANNYA DENGAN VAKSIN COVID-19","authors":"A. Putra","doi":"10.46558/bonafide.v3i1.91","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v3i1.91","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap isu teologis yang berkembang di publik tentang pandemi covid-19 dan vaksin covid-19 dikaitkan dengan Antikristus khususnya angka 666 dalam Wahyu 13:18. Pendapat tersebut mencurigai vaksin telah mengandung chip Antikristus, sehingga apabila ada orang Kristen yang divaksin maka secara tidak langsung telah memasukkan chip itu ke dalam tubuhnya. Dengan demikian, telah menjadi sekutu Iblis untuk melawan Kristus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian pustaka (khususnya eksegesis) terhadap teks dalam Wahyu 13:18. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa anggapan yang mengaitkan vaksin dengan Antikristus atau telah mengandung chip masih prematur dan terlalu dipaksakan bahkan sangat bertolak belakang dengan makna yang terkandung dalam teks Wahyu 13:18. \u0000 ","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125746097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.46558/bonafide.v2i2.65
Desman Josafat Boys
Pemaparan penulis dimulai dari gambaran seorang Penatua dan jabatan di Gereja sebagai amanah Allah untuk melayani. Kemudian menelaah Pelayan Tuhan dari penggalian Alkitab dalam keberadaannya di tengah masyarakat. Sebagai seorang pelayan, Hamba Tuhan adalah sosok pekerja yang memberikan tenaga, pikiran, daya-upaya apapun serta harta demi kemajuan penatalayanan untuk kemuliaan Tuhan. Seorang Pelayan Tuhan melakukan banyak hal bukan untuk keperluan kebesaran nama sendiri bahkan bukan untuk kekayaannya. Buku ini memaparkan bahwa menjadi seorang penatua adalah karunia Allah.
{"title":"Tinjauan Buku: Pelayan Tuhan di Gereja dan Masyarakat","authors":"Desman Josafat Boys","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.65","url":null,"abstract":"Pemaparan penulis dimulai dari gambaran seorang Penatua dan jabatan di Gereja sebagai amanah Allah untuk melayani. Kemudian menelaah Pelayan Tuhan dari penggalian Alkitab dalam keberadaannya di tengah masyarakat. Sebagai seorang pelayan, Hamba Tuhan adalah sosok pekerja yang memberikan tenaga, pikiran, daya-upaya apapun serta harta demi kemajuan penatalayanan untuk kemuliaan Tuhan. Seorang Pelayan Tuhan melakukan banyak hal bukan untuk keperluan kebesaran nama sendiri bahkan bukan untuk kekayaannya. Buku ini memaparkan bahwa menjadi seorang penatua adalah karunia Allah.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134614379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.46558/bonafide.v2i2.82
Nustince Maki, Purnama Pasande, Oskar Sopang, Niel Parinsi
Gereja menginginkan kerohanian jemaat mengalami pertumbuhan namun kenyataanya jumlah keanggotaan semakin berkurang. Di Home Community Church (HCC) Palu, kelompok kecil melakukan proses pemuridan dengan menuntun pada keserupaan akan Kristus dan melatih orang untuk menjadi penjala manusia. Melalui kelompok sel (Komsel) diharapkan pertumbuhan jemaat semakin berdampak positif terhadap persekutuan dan pertumbuhan gereja. Subyek yang diteliti berjumlah 144 anggota Komsel dari jumlah populasi 212 anggota. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan kuesioner berskala likert sebagai instrument penelitian. Dalam penelitian ini peranan Kelompok Sel sangatlah berpengaruh pada jumlah jemaat HCC Palu dan memberikan manfaat dalam program pelayanan gereja baik itu dalam pelayanan, penginjilan, pengajaran maupun persekutuan.
{"title":"PERANAN KELOMPOK SEL TERHADAP PERTUMBUHAN GEREJA HOME COMMUNITY CHURCH (HCC) DI JEMAAT PALU","authors":"Nustince Maki, Purnama Pasande, Oskar Sopang, Niel Parinsi","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.82","url":null,"abstract":"Gereja menginginkan kerohanian jemaat mengalami pertumbuhan namun kenyataanya jumlah keanggotaan semakin berkurang. Di Home Community Church (HCC) Palu, kelompok kecil melakukan proses pemuridan dengan menuntun pada keserupaan akan Kristus dan melatih orang untuk menjadi penjala manusia. Melalui kelompok sel (Komsel) diharapkan pertumbuhan jemaat semakin berdampak positif terhadap persekutuan dan pertumbuhan gereja. Subyek yang diteliti berjumlah 144 anggota Komsel dari jumlah populasi 212 anggota. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan kuesioner berskala likert sebagai instrument penelitian. Dalam penelitian ini peranan Kelompok Sel sangatlah berpengaruh pada jumlah jemaat HCC Palu dan memberikan manfaat dalam program pelayanan gereja baik itu dalam pelayanan, penginjilan, pengajaran maupun persekutuan.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"208 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125238675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.46558/bonafide.v2i2.75
Marlon Taung
Tulisan ini membahas makna murah hati dalam Lukas 6:36. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan sumber utama Alkitab, buku, literatur dan sumber lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna murah hati dalam Lukas 6:36 adalah mengasihi dan mengampuni sesama manusia. Murah hati merupakan perintah Tuhan yang harus dinyatakan dalam tindakan konkrit. Murah hati juga mencerminkan Bapa atau merupakan sifat seperti Allah. Sebab itu hidup bermurah hati berarti menyatakan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan bersama sesama.
{"title":"KONSEP MURAH HATI BERDASARKAN LUKAS 6:36","authors":"Marlon Taung","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.75","url":null,"abstract":"Tulisan ini membahas makna murah hati dalam Lukas 6:36. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan sumber utama Alkitab, buku, literatur dan sumber lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna murah hati dalam Lukas 6:36 adalah mengasihi dan mengampuni sesama manusia. Murah hati merupakan perintah Tuhan yang harus dinyatakan dalam tindakan konkrit. Murah hati juga mencerminkan Bapa atau merupakan sifat seperti Allah. Sebab itu hidup bermurah hati berarti menyatakan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan bersama sesama.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"148 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115128553","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini membahas tentang tantangan yang dihadapi guru pendidikan agama Kristen dalam melakukan tugas pemuridan kepada peserta didik yang beragama Kristen di era revolusi industri 4.0 di SD Inpres 1 Tirtakencana, kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Informan yang dilibatkan berjumlah sembilan orang, yang terdiri atas dua orang guru pendidikan agama Kristen dan tujuh orang tua peserta didik. Metode yang digunakana adalah kualitatif dengan wawancara sebagagi teknik pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan: 1) guru PAK sudah berusaha menggunakan media digital dalam pemuridan, 2) upaya pemuridan guru PAK belum terlalu membawa dampak pada pengembangan karakter peserta didik yang tampak dari adanya perbedaan perilaku peserta didik ketika di rumah yang menunjukan perilaku kurang baik.
{"title":"TANTANGAN PEMURIDAN ANAK DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DI SD INPRES 1 TIRTAKENCANA","authors":"Yahya Hardian Restu, Fransisko Oes Asa, Erni Rahman, Desry Narliany Linggamo","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.77","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.77","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang tantangan yang dihadapi guru pendidikan agama Kristen dalam melakukan tugas pemuridan kepada peserta didik yang beragama Kristen di era revolusi industri 4.0 di SD Inpres 1 Tirtakencana, kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Informan yang dilibatkan berjumlah sembilan orang, yang terdiri atas dua orang guru pendidikan agama Kristen dan tujuh orang tua peserta didik. Metode yang digunakana adalah kualitatif dengan wawancara sebagagi teknik pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan: 1) guru PAK sudah berusaha menggunakan media digital dalam pemuridan, 2) upaya pemuridan guru PAK belum terlalu membawa dampak pada pengembangan karakter peserta didik yang tampak dari adanya perbedaan perilaku peserta didik ketika di rumah yang menunjukan perilaku kurang baik.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133606995","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-21DOI: 10.46558/bonafide.v2i2.80
Karlitu Dias Markes
Penelitian ini diarahkan kepada model suksesi kepemimpinan Musa kepada Yosua. Metode yang digunakan adalah studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suksesi kepemimpinan Musa kepada Yosus mencakup dua dimensi yakni dimensi ilahi dan dimensi insani. Suksesi dalam dimensi ilahi menekankan bahwa relasi dan komitmen Musa sebagai pemimpin senior dengan Allah begitu jelas sehingga mampu mengetahui Visi dan Misi kepemimpinan serta menggenal kepada siapa visi dan misi kepemimpinan tersebut dilanjutkan. Dalam kepemimpinan Musa, pola mempersiapkan generasi muda dapat dilihat dari dua dimensi, yakni: persiapan dalam dimensi ilahi dan persiapan dalam dimensi insani/manusiawi. Persiapan dalam dimensi ilahi artinya, dalam mencari calon pemimpin untuk dipersiapkan, maka seorang pemimpin senior seharusnya memiliki kemampuan dan kepekaan dalam memahami konfirmasi dari Allah. Selain persiapan seorang pemimpin dalam dimensi ilahi, Alkitab juga menyaksikan bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya mempersiapkan seorang pemimpin dengan menggunakan manusia sebagai alat untuk memuridkan, membimbing, dan melatih seseorang untuk melanjutkan visi dan misi Allah bagi suatu lembaga atau gereja tersebut. Proses mempersiapkan seorang calon pemimpin seperti ini disebut, persiapan dalam dimensi insani/manusiawi. Langkah-langkah regenerasi kepemimpinan dalam dimensi insani/manusiawi mencakup; pemuridan, mentoring, dan pendelegasian.
{"title":"SUKSESI KEPEMIMPINAN MUSA KEPADA YOSUA SEBAGAI MODEL REGENERASI KEPEMIMPINAN KRISTEN MASA KINI","authors":"Karlitu Dias Markes","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.80","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.80","url":null,"abstract":"Penelitian ini diarahkan kepada model suksesi kepemimpinan Musa kepada Yosua. Metode yang digunakan adalah studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suksesi kepemimpinan Musa kepada Yosus mencakup dua dimensi yakni dimensi ilahi dan dimensi insani. Suksesi dalam dimensi ilahi menekankan bahwa relasi dan komitmen Musa sebagai pemimpin senior dengan Allah begitu jelas sehingga mampu mengetahui Visi dan Misi kepemimpinan serta menggenal kepada siapa visi dan misi kepemimpinan tersebut dilanjutkan. Dalam kepemimpinan Musa, pola mempersiapkan generasi muda dapat dilihat dari dua dimensi, yakni: persiapan dalam dimensi ilahi dan persiapan dalam dimensi insani/manusiawi. Persiapan dalam dimensi ilahi artinya, dalam mencari calon pemimpin untuk dipersiapkan, maka seorang pemimpin senior seharusnya memiliki kemampuan dan kepekaan dalam memahami konfirmasi dari Allah. Selain persiapan seorang pemimpin dalam dimensi ilahi, Alkitab juga menyaksikan bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya mempersiapkan seorang pemimpin dengan menggunakan manusia sebagai alat untuk memuridkan, membimbing, dan melatih seseorang untuk melanjutkan visi dan misi Allah bagi suatu lembaga atau gereja tersebut. Proses mempersiapkan seorang calon pemimpin seperti ini disebut, persiapan dalam dimensi insani/manusiawi. Langkah-langkah regenerasi kepemimpinan dalam dimensi insani/manusiawi mencakup; pemuridan, mentoring, dan pendelegasian.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116975787","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.46558/bonafide.v2i2.70
Reniwati Gulo, H. Hendi
Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang kehidupan yang penuh belas kasihan kepada sesama manusia menurut Injil Matius 18:23-35. Metode yang digunakan adalah eksegesis. Hasilnya menunjukkan bahwa belas kasihan adalah kunci untuk mampu mengampuni sesama. Setiap orang yang percaya Yesus menerima pengampunan dari Allah oleh belas kasihan Allah yang besar melalui pribadi Yesus Kristus. Yesus mengajarkan setiap orang percaya untuk mengampuni karena telah menerima belas kasihan-Ny. Tidak mengampuni sesama berarti Allah juga tidak mengampuni kita sebab apa yang telah di tabur di dunia akan di tuai di surga. Hukuman Allah akan berlaku kepada setiap orang yang tidak mengampuni. Oleh karena itu, sikap ini perlu diambil dan diaplikasikan oleh setiap orang percaya yang telah menerima pengampunan dari Allah di dalam Yesus Kristus.
{"title":"KONSEP BELAS KASIHAN MENURUT INJIL MATIUS 18:23-35","authors":"Reniwati Gulo, H. Hendi","doi":"10.46558/bonafide.v2i2.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.70","url":null,"abstract":"Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang kehidupan yang penuh belas kasihan kepada sesama manusia menurut Injil Matius 18:23-35. Metode yang digunakan adalah eksegesis. Hasilnya menunjukkan bahwa belas kasihan adalah kunci untuk mampu mengampuni sesama. Setiap orang yang percaya Yesus menerima pengampunan dari Allah oleh belas kasihan Allah yang besar melalui pribadi Yesus Kristus. Yesus mengajarkan setiap orang percaya untuk mengampuni karena telah menerima belas kasihan-Ny. Tidak mengampuni sesama berarti Allah juga tidak mengampuni kita sebab apa yang telah di tabur di dunia akan di tuai di surga. Hukuman Allah akan berlaku kepada setiap orang yang tidak mengampuni. Oleh karena itu, sikap ini perlu diambil dan diaplikasikan oleh setiap orang percaya yang telah menerima pengampunan dari Allah di dalam Yesus Kristus.","PeriodicalId":325759,"journal":{"name":"BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"14 5","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121015512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}