Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.24821/sense.v4i2.5425
Vania Elvaretta, Asrullah Ahmad
{"title":"PERANCANGAN FILM PENDEK YANG BERJUDUL “ASK MYSELF”","authors":"Vania Elvaretta, Asrullah Ahmad","doi":"10.24821/sense.v4i2.5425","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i2.5425","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130311348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.24821/sense.v4i2.5834
Zenita Novelia Devi, C. Utami
{"title":"Interaksi Tokoh Utama dalam Pembentukan Karakter pada Film GIE","authors":"Zenita Novelia Devi, C. Utami","doi":"10.24821/sense.v4i2.5834","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i2.5834","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121473582","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKPenciptaan skenario fiksi “A Boy and The Legend of South Sea” merupakan skenario dengan genre fantasi petualangan yang mengisahkan perjuangan seorang anak laki-laki tenggelam kemudian masuk ke dalam peradaban manusia di bawah laut, ia ingin kembali ke daratan tetapi dilarang oleh pemimpin peradaban tersebut. Sumber ide dari penulisan skenario ini terinspirasi dari isu kontroversi seputar Atlantis benua yang hilang berada di Indonesia dan adanya dua tokoh legenda kepercayaan masyarakat Jawa tentang penguasa laut selatan. Keresahan mengenai isu lingkungan juga menjadi sumber ide cerita. Ide tersebut kemudian dikemas menjadi cerita fantasi petualangan yang menyasar target audience remaja. Penuturan cerita menggunakan model Hero’s Journey yang di setiap babaknya terdapat 12 tahapan cerita. Skenario ini juga mengajak penonton ikut berpetualang di bawah laut dan mengunjungi tempat yang belum pernah dilihat sebelumnya. Penciptaan skenario ini dibuat untuk film berdurasi 90 menit, diharapkan film ini dapat menjadi sarana hiburan yang edukatif dan juga menarik.Kata kunci: Skenario fiksi, Hero’s Journey, Petualangan
{"title":"PENERAPAN MODEL HERO’S JOURNEY UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER TOKOH UTAMA LEWAT KISAH PETUALANGAN PADA PENULISAN SKENARIO FIKSI “A BOY AND THE LEGEND OF SOUTH SEA”","authors":"Khoironnisa Wildayanti, Dyah Arum Retnowati, Endang Mulyaningsih","doi":"10.24821/sense.v4i1.5852","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5852","url":null,"abstract":"ABSTRAKPenciptaan skenario fiksi “A Boy and The Legend of South Sea” merupakan skenario dengan genre fantasi petualangan yang mengisahkan perjuangan seorang anak laki-laki tenggelam kemudian masuk ke dalam peradaban manusia di bawah laut, ia ingin kembali ke daratan tetapi dilarang oleh pemimpin peradaban tersebut. Sumber ide dari penulisan skenario ini terinspirasi dari isu kontroversi seputar Atlantis benua yang hilang berada di Indonesia dan adanya dua tokoh legenda kepercayaan masyarakat Jawa tentang penguasa laut selatan. Keresahan mengenai isu lingkungan juga menjadi sumber ide cerita. Ide tersebut kemudian dikemas menjadi cerita fantasi petualangan yang menyasar target audience remaja. Penuturan cerita menggunakan model Hero’s Journey yang di setiap babaknya terdapat 12 tahapan cerita. Skenario ini juga mengajak penonton ikut berpetualang di bawah laut dan mengunjungi tempat yang belum pernah dilihat sebelumnya. Penciptaan skenario ini dibuat untuk film berdurasi 90 menit, diharapkan film ini dapat menjadi sarana hiburan yang edukatif dan juga menarik.Kata kunci: Skenario fiksi, Hero’s Journey, Petualangan","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115149373","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5850
Bakti Taufikurrrahman, Alexandri Luthfi Rahman, Latief Rakhman Hakim
Terjadinya tindak kekerasan dan pelecehan pada anak antaralain, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, kemauan yang tak realitas kepada kecakapan dan perilaku anak, isolasi sosial, pemasalahan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta permasalahan dalam rumah tangga. Kekerasan anak dapat mencakup: penyiksaan jasmani, penyiksaan emosi, pengabaian, dan pelecehan seksual. Permasalahan ini yang dirasa tepat untuk menjadi latar belakang konflik pada film fiksi horror yang akan dibuat dengan menggunakan tata cahaya yang akan mendukung unsur dramatis.Film horor “Derana Dara” mengisahkan tentang sebuah keluarga baru yaitu Laura, Deni dan putri mereka yang bernama Dara. Keluarga ini semula sangat harmonis, namun berubah menjadi berantakan karena kelakuan bejat Deni, yang menyebabkan Dara trauma yang pada akhirnya menyebabkan Dara bunuh diri, lalu menghantui ibunya untuk balas dendam.Tata cahaya high contrast yang akan digunakan didalam film “Derana Dara” Tata cahaya akan membangun mood dan suasana yang bersifat dingin, intim bernuansa misteri, serta mencekam. Perancangan tata cahaya sendiri merupakan faktor pendukung unsur dramatis secara visual, dengan tata cahaya high contrast yang di mendominasi detail seperti texture, bayangan, dan kedalaman ruang akan meningkatkan kesan menakutkan, dan mencekam. Elemen natural seperti cahaya kilatan petir akan mendukung suasana mencekam dan meneggangkan di dalam film “Derana Dara”Kata Kunci: Film, Unsur Dramatis, Tata Cahaya High Contrast.
{"title":"TATA CAHAYA HIGH CONTRAST SEBAGAI PENDUKUNG UNSUR DRAMATIS PADA FILM HOROR “DERANA DARA”","authors":"Bakti Taufikurrrahman, Alexandri Luthfi Rahman, Latief Rakhman Hakim","doi":"10.24821/sense.v4i1.5850","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5850","url":null,"abstract":"Terjadinya tindak kekerasan dan pelecehan pada anak antaralain, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, kemauan yang tak realitas kepada kecakapan dan perilaku anak, isolasi sosial, pemasalahan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta permasalahan dalam rumah tangga. Kekerasan anak dapat mencakup: penyiksaan jasmani, penyiksaan emosi, pengabaian, dan pelecehan seksual. Permasalahan ini yang dirasa tepat untuk menjadi latar belakang konflik pada film fiksi horror yang akan dibuat dengan menggunakan tata cahaya yang akan mendukung unsur dramatis.Film horor “Derana Dara” mengisahkan tentang sebuah keluarga baru yaitu Laura, Deni dan putri mereka yang bernama Dara. Keluarga ini semula sangat harmonis, namun berubah menjadi berantakan karena kelakuan bejat Deni, yang menyebabkan Dara trauma yang pada akhirnya menyebabkan Dara bunuh diri, lalu menghantui ibunya untuk balas dendam.Tata cahaya high contrast yang akan digunakan didalam film “Derana Dara” Tata cahaya akan membangun mood dan suasana yang bersifat dingin, intim bernuansa misteri, serta mencekam. Perancangan tata cahaya sendiri merupakan faktor pendukung unsur dramatis secara visual, dengan tata cahaya high contrast yang di mendominasi detail seperti texture, bayangan, dan kedalaman ruang akan meningkatkan kesan menakutkan, dan mencekam. Elemen natural seperti cahaya kilatan petir akan mendukung suasana mencekam dan meneggangkan di dalam film “Derana Dara”Kata Kunci: Film, Unsur Dramatis, Tata Cahaya High Contrast. ","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128079354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5849
Rimandha Tasya Febriliani, Agnes Widyasmoro, Gregorius Arya Dhipayana
ABSTRAKTalawang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama perisai. Talawang merupakan salah satu perlengkapan perang yang digunakan pada masa lampau sebagai alat pertahanan diri dari serangan lawan maupun hewan buas, dan dipergunakan dalam suasana terdesak. Namun, di masa sekarang ini Talawang mengalami pergeseran nilai guna. Film dokumenter “Talawang” merupakan film dokumenter dengan gaya interaktif yang memberikan informasi melalui statment-statment dari para narasumber dan didukung dengan visual yang terjadi di lapangan mengenai bagaimana perisai suku Dayak mengalami pergeseran nilai guna di Kalimantan Timur. Film ini dituturkan dalam bentuk struktur bertutur tematis dimana film dikemas dalam bentuk fakta-fakta yang muncul di lapangan, kemudian dibagikan kepada khalayak sebagai informasi dan pengetahuan baru yang menarik. Penerapan gaya interaktif dan struktur bertutur tematis dalam film dokumenter “Talawang” menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perisai suku Dayak yang awalnya berfungsi sebagai alat perang, mengalami pergeseran nilai guna di masa sekarang. Film dokumenter ini juga memberikan informasi dan pengetahuan kepada penonton mengenai sejarah dan keberadaan perisai di masa sekarang.Kata kunci: Dokumenter, Interaktif, Pergeseran Nilai, Talawang
{"title":"PERGESERAN NILAI GUNA PERISAI SUKU DAYAK KALIMANTAN TIMUR DALAM PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER “TALAWANG” DENGAN GAYA INTERAKTIF","authors":"Rimandha Tasya Febriliani, Agnes Widyasmoro, Gregorius Arya Dhipayana","doi":"10.24821/sense.v4i1.5849","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5849","url":null,"abstract":"ABSTRAKTalawang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama perisai. Talawang merupakan salah satu perlengkapan perang yang digunakan pada masa lampau sebagai alat pertahanan diri dari serangan lawan maupun hewan buas, dan dipergunakan dalam suasana terdesak. Namun, di masa sekarang ini Talawang mengalami pergeseran nilai guna. Film dokumenter “Talawang” merupakan film dokumenter dengan gaya interaktif yang memberikan informasi melalui statment-statment dari para narasumber dan didukung dengan visual yang terjadi di lapangan mengenai bagaimana perisai suku Dayak mengalami pergeseran nilai guna di Kalimantan Timur. Film ini dituturkan dalam bentuk struktur bertutur tematis dimana film dikemas dalam bentuk fakta-fakta yang muncul di lapangan, kemudian dibagikan kepada khalayak sebagai informasi dan pengetahuan baru yang menarik. Penerapan gaya interaktif dan struktur bertutur tematis dalam film dokumenter “Talawang” menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perisai suku Dayak yang awalnya berfungsi sebagai alat perang, mengalami pergeseran nilai guna di masa sekarang. Film dokumenter ini juga memberikan informasi dan pengetahuan kepada penonton mengenai sejarah dan keberadaan perisai di masa sekarang.Kata kunci: Dokumenter, Interaktif, Pergeseran Nilai, Talawang ","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"81 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126007541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5854
Arif Eko Suprihono
ABSTRACTThe presence of digital technology encourages the acceleration of the movement of local cultural globalization towards the cultural of world entities. This paper intends to expose upload of dance activities as a new civilization of digital culture with various complexities of its dialogical transformation. Research locus on Classical dance Yogyakarta style entering digital media culture requires a qualitative approach. Many information is found in YouTube media, and some uploads selected for data represent several other uploads. Inquiry starts with obtaining data on media studies, literature studies, interview instruments, and aesthetic product downloads over a large number of samples of social media uploads. The flow of research management is carried out from problem mapping, data collection of uploaded products, literary data tracing, and narrative data networking from local cultural actors, to finally be analyzed, and information meaning. The Yogyakarta palace's globalization movement is real and apparent through cultural citizenship strategy in YouTube cinematography products. The forms of journalistic aesthetic work of various palace activities reflect the trans-contextualization of ideas, social behaviour, and the paradigm of creativity in the fight to recognize new digital culture entities. This paper shows the essence of media transform for the interaction dance dialectical activities with the new entity of the world to achieve a local culture in the global community. ABSTRAKKehadiran teknologi digital mendorong percepatan pergerakan globalisasi budaya lokal menuju budaya entitas dunia. Artikel ini bermaksud untuk mengekspos unggahan kegiatan menari sebagai peradaban baru budaya digital dengan berbagai kompleksitas transformasi dialogisnya. Penelitian lokus pada tarian klasik gaya Yogyakarta memasuki budaya media digital membutuhkan pendekatan kualitatif. Banyak informasi ditemukan di media YouTube, dan beberapa unggahan yang dipilih untuk data mewakili beberapa unggahan lainnya. Penyelidikan dimulai dengan memperoleh data tentang studi media, studi literatur, instrumen wawancara, dan unduhan produk estetika melalui sejumlah besar sampel unggahan media sosial. Alur pengelolaan penelitian dilakukan mulai dari pemetaan masalah, pengumpulan data produk yang diunggah, penelusuran data sastra, dan penjaringan data naratif dari pelaku budaya setempat, hingga akhirnya dianalisis, dan makna informasi. Gerakan globalisasi tari Yogyakarta sebagai objek penelitian dan menunjukkan keunikan produk sinematografi di YouTube. Bentuk karya estetika jurnalistik dari berbagai kegiatan istana mencerminkan transformasi ide, perilaku sosial, dan paradigma kreativitas dalam perjuangan untuk mengenali entitas budaya digital baru. Paper ini ingin menunjukkan esensi transformasi media untuk kegiatan dialektika tari interaksi dengan entitas baru dunia untuk mencapai komunitas global dari sisi studi media. KeywordsDance studies phenomena; screen dance med
【摘要】数字技术的出现促进了地方文化全球化向世界实体文化的加速运动。本文旨在揭示舞蹈活动的上传作为一种数字文化的新文明,其对话转换具有各种复杂性。古典舞蹈日惹风格进入数字媒体文化的研究轨迹需要定性的方法。在YouTube媒体中可以找到许多信息,一些被选为数据的上传代表了其他几个上传。调查首先从大量社交媒体上传样本中获取媒体研究、文学研究、采访工具和美学产品下载的数据。研究管理流程从问题映射、上传产品的数据收集、文学数据追踪、当地文化行动者的叙事数据联网,到最后的分析、信息意义。日惹皇宫的全球化运动通过YouTube电影产品的文化公民战略是真实而明显的。各种宫殿活动的新闻美学作品形式反映了在认识新的数字文化实体的斗争中思想、社会行为和创造力范式的跨语境化。本文揭示了媒介转型的本质,为舞蹈与世界新实体的互动辩证活动,实现地域文化在全球共同体中的立足。摘要/ abstract摘要:kehadiran技术用于数字门多感知器、全球门多感知器、本地门多感知器、实体门多感知器。Artikel ini bermaksud untuk mengeksps unggahan kegiatan mengiatan mengiatan sebagai peradaban baru budaya digital dengan berpleksitas transformasdialogue(转型对话)。日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹。Banyak信息流媒体YouTube, dan beberapa unggahan yang dipilih untuk data mewakili beberapa unggahan lainnya。penyelidkan动态登高数据,包括研究媒体、研究文献、仪器等,研究登高数据、登高数据、登高数据、登高数据、登高数据等。Alur pengelolaan penelitian dilakukan mulai dari pemetaan masalah, pengelpulan数据产品yang diunggah, peneluran数据系统,danpenjaringan数据叙述dari pelaku budaya setempat, hinga akhirnya dianalis, dan makna informasi。民政党环球影城日惹sebagai object penelitian danmenunjukkan keunikan产品电影制作YouTube。本特克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克·卡托克论文题目:menunjukkan esensi transformasi media untuk kegiatan dialektika tari interaksi dendenan entias baru dunia untuk menapai komunitas global dari sisi study media。关键词舞蹈研究现象;影视舞蹈媒介研究;舞蹈摄影;数字文化;社交媒体YouTube。
{"title":"Insert Media Studies: The Issue of Cinematography of Dance Posts on SocialMedia.","authors":"Arif Eko Suprihono","doi":"10.24821/sense.v4i1.5854","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5854","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe presence of digital technology encourages the acceleration of the movement of local cultural globalization towards the cultural of world entities. This paper intends to expose upload of dance activities as a new civilization of digital culture with various complexities of its dialogical transformation. Research locus on Classical dance Yogyakarta style entering digital media culture requires a qualitative approach. Many information is found in YouTube media, and some uploads selected for data represent several other uploads. Inquiry starts with obtaining data on media studies, literature studies, interview instruments, and aesthetic product downloads over a large number of samples of social media uploads. The flow of research management is carried out from problem mapping, data collection of uploaded products, literary data tracing, and narrative data networking from local cultural actors, to finally be analyzed, and information meaning. The Yogyakarta palace's globalization movement is real and apparent through cultural citizenship strategy in YouTube cinematography products. The forms of journalistic aesthetic work of various palace activities reflect the trans-contextualization of ideas, social behaviour, and the paradigm of creativity in the fight to recognize new digital culture entities. This paper shows the essence of media transform for the interaction dance dialectical activities with the new entity of the world to achieve a local culture in the global community. ABSTRAKKehadiran teknologi digital mendorong percepatan pergerakan globalisasi budaya lokal menuju budaya entitas dunia. Artikel ini bermaksud untuk mengekspos unggahan kegiatan menari sebagai peradaban baru budaya digital dengan berbagai kompleksitas transformasi dialogisnya. Penelitian lokus pada tarian klasik gaya Yogyakarta memasuki budaya media digital membutuhkan pendekatan kualitatif. Banyak informasi ditemukan di media YouTube, dan beberapa unggahan yang dipilih untuk data mewakili beberapa unggahan lainnya. Penyelidikan dimulai dengan memperoleh data tentang studi media, studi literatur, instrumen wawancara, dan unduhan produk estetika melalui sejumlah besar sampel unggahan media sosial. Alur pengelolaan penelitian dilakukan mulai dari pemetaan masalah, pengumpulan data produk yang diunggah, penelusuran data sastra, dan penjaringan data naratif dari pelaku budaya setempat, hingga akhirnya dianalisis, dan makna informasi. Gerakan globalisasi tari Yogyakarta sebagai objek penelitian dan menunjukkan keunikan produk sinematografi di YouTube. Bentuk karya estetika jurnalistik dari berbagai kegiatan istana mencerminkan transformasi ide, perilaku sosial, dan paradigma kreativitas dalam perjuangan untuk mengenali entitas budaya digital baru. Paper ini ingin menunjukkan esensi transformasi media untuk kegiatan dialektika tari interaksi dengan entitas baru dunia untuk mencapai komunitas global dari sisi studi media. KeywordsDance studies phenomena; screen dance med","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122335613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5853
Marantika Gilang Asmoro, Siti Maemunah, Raden Roro Ari Prasetyowati
ABSTRAK Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang telah banyak diangkat menjadi sebuah karya audiovisual, salah satunya adalah Film Turah. Film ini terinspirasi dari kisah nyata kehidupan warga Kampung Tirang di Tegal yang miskin dan terisolasi. Penelitian yang berjudul Analisis Identitas Kemiskinan melalui Unsur Naratif dalam Film “Turah” bertujuan untuk memaparkan identitas kemiskinan yang dimunculkan dalam naratif film Turah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif yaitu dengan mendeskripsikan unsur naratif dalam film Turah berupa plot, tokoh serta latar. Pengambilan data menggunakan purposive sampling dan ditemukan 28 sample scene yang akan dianalisis serta dipaparkan mengenai identitas kemiskinan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Turah menggunakan plot linear dengan penuturan sesuai urutan aksi peristiwa serta memiliki satu konflik utama pada tokoh sentral. Tokoh dalam film Turah memiliki 3 dimensi karakter yang menunjukkan identitas kemiskinan. Latar pada film Turah terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial-budaya. Film Turah memiliki bentuk narasi identitas kemiskinan berupa tidak memiliki faktor produksi, tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi, tingkat pendidikan rendah, tidak mempunyai fasilitas, dan berusia relatif muda serta tidak mempunyai keterampilan. Hal tersebut dinarasikan melalui problema sosial yang dialami oleh para tokoh yang menyebabkan kesenjangan dan munculnya berbagai macam konflik. Kata Kunci : Kemiskinan, Naratif, Film Turah
{"title":"ANALISIS IDENTITAS KEMISKINAN MELALUI UNSUR NARATIF DALAM FILM “TURAH”","authors":"Marantika Gilang Asmoro, Siti Maemunah, Raden Roro Ari Prasetyowati","doi":"10.24821/sense.v4i1.5853","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5853","url":null,"abstract":"ABSTRAK Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang telah banyak diangkat menjadi sebuah karya audiovisual, salah satunya adalah Film Turah. Film ini terinspirasi dari kisah nyata kehidupan warga Kampung Tirang di Tegal yang miskin dan terisolasi. Penelitian yang berjudul Analisis Identitas Kemiskinan melalui Unsur Naratif dalam Film “Turah” bertujuan untuk memaparkan identitas kemiskinan yang dimunculkan dalam naratif film Turah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis naratif yaitu dengan mendeskripsikan unsur naratif dalam film Turah berupa plot, tokoh serta latar. Pengambilan data menggunakan purposive sampling dan ditemukan 28 sample scene yang akan dianalisis serta dipaparkan mengenai identitas kemiskinan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Turah menggunakan plot linear dengan penuturan sesuai urutan aksi peristiwa serta memiliki satu konflik utama pada tokoh sentral. Tokoh dalam film Turah memiliki 3 dimensi karakter yang menunjukkan identitas kemiskinan. Latar pada film Turah terdiri dari latar tempat, waktu, dan sosial-budaya. Film Turah memiliki bentuk narasi identitas kemiskinan berupa tidak memiliki faktor produksi, tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi, tingkat pendidikan rendah, tidak mempunyai fasilitas, dan berusia relatif muda serta tidak mempunyai keterampilan. Hal tersebut dinarasikan melalui problema sosial yang dialami oleh para tokoh yang menyebabkan kesenjangan dan munculnya berbagai macam konflik. Kata Kunci : Kemiskinan, Naratif, Film Turah","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125947465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5848
Abdurrahman Kholid Rusadi, Agnes Widyasmoro, Andri Nur Patrio
ABSTRAKFilm dokumenter poetic “MINI STORY” mengangkat tentang seorang perempuan yang menjalani pernikahan hasil perjodohan dan pernikahan anak usia dini. Perjodohan dan pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubahnya. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua mendorong anaknya menikah di usia muda.Film dokumenter ini dikemas dengan bentuk poetic. Menurut Bill Nichols bentuk poetic mengorbankan kontinuitas dalam pengeditannya, lebih memfokuskan pada perasaan yang spesifik terjadi pada kejadian dan tempat yang mengikutinya. Bentuk poetic pada film ini dibangun menggunakan semiotika. Metafora merupakan bagian dari ikon dalam teori semiotika Charles S. Pierce.Penciptaan karya film “MINI STORY” digunakan untuk menyampaikan perasaan Ros Mini dan sutradara sebagai anak kandungnya. Ros Mini tetap menyayangi anaknya meski mengalami keterpaksaan dalam pernikahannya. Dokumenter poetic berangkat dengan tujuan memberikan sudut pandang subjektif dari sutradara terhadap Ros Mini. Emosi yang disampaikan pada penonton adalah emosional sutradara dalam menyikapi kasus yang terjadi dalam film “MINI STORY”.Kata Kunci: Dokumenter, Poetic, Pernikahan, Semiotika,
{"title":"MAKNA PERNIKAHAN MENURUT SUDUT PANDANG TOKOH ROS MINI DALAM DOKUMENTER POETIC “MINI STORY”","authors":"Abdurrahman Kholid Rusadi, Agnes Widyasmoro, Andri Nur Patrio","doi":"10.24821/sense.v4i1.5848","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5848","url":null,"abstract":"ABSTRAKFilm dokumenter poetic “MINI STORY” mengangkat tentang seorang perempuan yang menjalani pernikahan hasil perjodohan dan pernikahan anak usia dini. Perjodohan dan pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubahnya. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua mendorong anaknya menikah di usia muda.Film dokumenter ini dikemas dengan bentuk poetic. Menurut Bill Nichols bentuk poetic mengorbankan kontinuitas dalam pengeditannya, lebih memfokuskan pada perasaan yang spesifik terjadi pada kejadian dan tempat yang mengikutinya. Bentuk poetic pada film ini dibangun menggunakan semiotika. Metafora merupakan bagian dari ikon dalam teori semiotika Charles S. Pierce.Penciptaan karya film “MINI STORY” digunakan untuk menyampaikan perasaan Ros Mini dan sutradara sebagai anak kandungnya. Ros Mini tetap menyayangi anaknya meski mengalami keterpaksaan dalam pernikahannya. Dokumenter poetic berangkat dengan tujuan memberikan sudut pandang subjektif dari sutradara terhadap Ros Mini. Emosi yang disampaikan pada penonton adalah emosional sutradara dalam menyikapi kasus yang terjadi dalam film “MINI STORY”.Kata Kunci: Dokumenter, Poetic, Pernikahan, Semiotika, ","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129911571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-22DOI: 10.24821/sense.v4i1.5855
A. Haryono, Sazkia Noor Anggraini
Tari merupakan gerak ritmis untuk mengekspresikan ungkapan perasaan dan pikiran melalui tubuh penari. Kinanti Sekar Rahina adalah seorang penari yang mengalami pertentangan batin dalam menentukan eksistensi dirinya sebagai penari tradisional dan pertemuannya dengan tarian modern. Karya “Kinan” yang diambil dari namanya merupakan bentuk visualisasi dari karya puisi yang dibuatnya. Karya ini menggunakan media seni video untuk memvisualisasikan konflik batin seorang penari, lewat eksplorasi bayang. Bayang menjadi simbol dari keinginan Kinan menjadi seorang penari balet sedangkan dirinya sendiri menjadi objek dari realitas sebagai perempuan Jawa yang harus melestarikan tarian Jawa. Visualisasi konflik tersebut pada awalnya diperlihatkan dengan adu tarian antara sang penari dengan bayangnya, namun kemudian konflik diselesaikan dengan sebuah tari kreasi paduan tradisional dan modern yang divisualisasikan dengan sinkronisasi antara penari dan bayangnya. Pengambilan gambar dilakukan dua kali untuk membuat visual efek bayangan yang seolah-olah hidup. Proses memadukan bayang dan objek dilakukan dengan teknik cropping dengan dua buah gambar yang ukuran dan latarnya sama. Pengubahan sudut sumber cahaya digunakan untuk mendapatkan gambar bayangan yang lebih jauh sehingga memudahkan cropping.Kata Kunci: Bayangan, Konflik Batin, Visualisasi Puisi
{"title":"BAYANG SEBAGAI EKSPLORASI KONFLIK BATIN DALAM VISUALISASI PUISI PADA KARYA SENI VIDEO “KINAN”","authors":"A. Haryono, Sazkia Noor Anggraini","doi":"10.24821/sense.v4i1.5855","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v4i1.5855","url":null,"abstract":"Tari merupakan gerak ritmis untuk mengekspresikan ungkapan perasaan dan pikiran melalui tubuh penari. Kinanti Sekar Rahina adalah seorang penari yang mengalami pertentangan batin dalam menentukan eksistensi dirinya sebagai penari tradisional dan pertemuannya dengan tarian modern. Karya “Kinan” yang diambil dari namanya merupakan bentuk visualisasi dari karya puisi yang dibuatnya. Karya ini menggunakan media seni video untuk memvisualisasikan konflik batin seorang penari, lewat eksplorasi bayang. Bayang menjadi simbol dari keinginan Kinan menjadi seorang penari balet sedangkan dirinya sendiri menjadi objek dari realitas sebagai perempuan Jawa yang harus melestarikan tarian Jawa. Visualisasi konflik tersebut pada awalnya diperlihatkan dengan adu tarian antara sang penari dengan bayangnya, namun kemudian konflik diselesaikan dengan sebuah tari kreasi paduan tradisional dan modern yang divisualisasikan dengan sinkronisasi antara penari dan bayangnya. Pengambilan gambar dilakukan dua kali untuk membuat visual efek bayangan yang seolah-olah hidup. Proses memadukan bayang dan objek dilakukan dengan teknik cropping dengan dua buah gambar yang ukuran dan latarnya sama. Pengubahan sudut sumber cahaya digunakan untuk mendapatkan gambar bayangan yang lebih jauh sehingga memudahkan cropping.Kata Kunci: Bayangan, Konflik Batin, Visualisasi Puisi ","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134128950","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-17DOI: 10.24821/sense.v3i2.5108
Khanif Irkham Muzaki, Arif Eko Suprihono, Latief Rakhman Hakim
ABSTRACTThe final project of art creation entitled "Dynamic Shot to Strengthen Reality in The Cinematography of Mockumentary film production “Booking Out” is taking form in a mockumentary film that raises the issue of sexuality in Indonesian society, especially at the city of Yogyakarta. The film tells the story of a fake online sex worker who wants to gain profit by tricking a man on the internet whose think that he is a sexual worker and paying him money, but in the end he's being caught by the police because of fraud, exploitation, misuse of data along with his sister-in-law's report to the police. Mockumentary film is a work of fictional film which has a visual structure resembling a documentary film and must be able to build its own reality. Cinematography is one of the fragment of how filmmaker could tell a narrative through visuals and it consists of three aspects, namely camera film, framing and image duration, and that should be one of the main concerns in the creation of a mockumentary film. The use of dynamic shot as a cinematographic concept in the creation of a mockumentary film "Booking Out" can maximize the exploration of motion on the camera through the use of long take, handheld, and zoom techniques, this is useful as an enhancer of the reality especially in the visual look and mood or atmosphere of the mockumentary film. Keyword : Cinematography, Dynamic Shot, Reality, Mockumentary Film ABSTRAK Karya tugas akhir penciptaan seni berjudul Dynamic Shot Untuk Memperkuat Realitas Pada Sinematografi Film Mockumentary “Booking Out” merupakan sebuah karya film mockumentary yang mengangkat isu seksualitas di masyarakat Indonesia, khususnya kota Yogyakarta. Film Mockumentary “Booking Out” bercerita mengenai seorang pekerja seks online palsu, menginginkan keuntungan banyak dari pekerjaannya, namun justru tertangkap polisi karena kasus penipuan, eksploitasi, dan penyalahgunaan data dengan pelapor adik iparnya sendiri.Film mockumentary merupakan sebuah karya film fiksi yang memiliki struktur visual menyerupai film dokumenter haruslah dapat membangun sebuah realitas kehidupan yang nyata. Sinematografi sebagai salah satu bagian dari cara bertutur sebuah film melalui visual terdiri dari tiga aspek yaitu kamera dan film, framing serta durasi gambar, patutlah menjadi salah satu perhatian utama dalam penciptaan sebuah film mockumentary. Penggunaan dynamic shot sebagai konsep sinematografi pada penciptaan film mockumentary “Booking Out” dapat memaksimalkan eksplorasi gerak pada kamera melalui penggunaan teknik longtake, handheld, dan juga zoom, hal ini berguna sebagai pemerkuat realitas look (nuansa) dan mood (suasana) sebuah film mockumentary. Kata Kunci : Sinematografi, Dynamic Shot, Realitas, Film Mockumentary
【摘要】艺术创作的最后项目“动态镜头强化伪纪录电影摄影的真实性”“Booking Out”是在一部伪纪录电影中形成的,它提出了印尼社会,特别是日惹市的性问题。这部电影讲述了一个冒名的网络性工作者,他想通过在互联网上欺骗一个认为他是性工作者并付钱给他的男人来获利,但最终他被警方抓获,因为欺诈,剥削,滥用数据以及他嫂子向警方报案。伪纪录片是一种虚构的电影作品,具有类似纪录片的视觉结构,必须能够构建自己的现实。电影摄影是电影制作人如何通过视觉来讲述故事的一个片段,它由三个方面组成,即相机胶片,框架和图像持续时间,这应该是创作一部伪纪录片的主要关注点之一。在伪纪录片《Booking Out》的创作中,动态镜头作为一个摄影概念的使用,可以通过长镜头、手持和变焦技术,最大限度地探索相机上的运动,这是一个有用的增强现实,特别是在伪纪录片的视觉外观和情绪或气氛中。关键词:电影摄影,动态拍摄,现实,伪纪录片动态拍摄Untuk Memperkuat Realitas Pada电影摄影电影伪纪录片“Booking Out”merupakan sebuah伪纪录片yang mengangkat isu seksualitas di masyarakat印度尼西亚,khususnya kota日惹。电影纪实纪录片《预订》是由一名大学生大学生在网上寻求帮助,一名大学生大学生在网上寻求帮助,一名大学生在网上寻求帮助,一名大学生在网上寻求帮助,一名大学生在网上寻求帮助。电影纪实纪录片merupakan sebuah karya电影fiksi yang memiliki struktura视觉meniliki电影纪实纪录片haruslah dapat membangunan sebuah realitas kehidupan yang nyata。电影摄影师sebagai salah satu bagian darama bertutuan sebuah电影melalui视觉terdiri dari tiga aspek yitu摄影机dan电影,框架serta durasi gambar, patutlah menjadi salah satu perhatian utama dalam penciptaan sebuah电影伪纪录片。彭古纳动态拍摄的sebagai konsep电影拍摄伪纪录片《Booking Out》彭古纳动态拍摄的sebagai konsep电影拍摄伪纪录片彭古纳动态拍摄的sebagai konsep电影拍摄伪纪录片彭古纳动态拍摄的sebagai konsep电影拍摄伪纪录片。Kata Kunci:电影摄影,动态拍摄,现实主义,电影伪纪录片
{"title":"DYNAMIC SHOT UNTUK MEMPERKUAT REALITAS PADA SINEMATOGRAFI FILM MOCKUMENTARY “BOOKING OUT”","authors":"Khanif Irkham Muzaki, Arif Eko Suprihono, Latief Rakhman Hakim","doi":"10.24821/sense.v3i2.5108","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/sense.v3i2.5108","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe final project of art creation entitled \"Dynamic Shot to Strengthen Reality in The Cinematography of Mockumentary film production “Booking Out” is taking form in a mockumentary film that raises the issue of sexuality in Indonesian society, especially at the city of Yogyakarta. The film tells the story of a fake online sex worker who wants to gain profit by tricking a man on the internet whose think that he is a sexual worker and paying him money, but in the end he's being caught by the police because of fraud, exploitation, misuse of data along with his sister-in-law's report to the police. Mockumentary film is a work of fictional film which has a visual structure resembling a documentary film and must be able to build its own reality. Cinematography is one of the fragment of how filmmaker could tell a narrative through visuals and it consists of three aspects, namely camera film, framing and image duration, and that should be one of the main concerns in the creation of a mockumentary film. The use of dynamic shot as a cinematographic concept in the creation of a mockumentary film \"Booking Out\" can maximize the exploration of motion on the camera through the use of long take, handheld, and zoom techniques, this is useful as an enhancer of the reality especially in the visual look and mood or atmosphere of the mockumentary film. Keyword : Cinematography, Dynamic Shot, Reality, Mockumentary Film ABSTRAK Karya tugas akhir penciptaan seni berjudul Dynamic Shot Untuk Memperkuat Realitas Pada Sinematografi Film Mockumentary “Booking Out” merupakan sebuah karya film mockumentary yang mengangkat isu seksualitas di masyarakat Indonesia, khususnya kota Yogyakarta. Film Mockumentary “Booking Out” bercerita mengenai seorang pekerja seks online palsu, menginginkan keuntungan banyak dari pekerjaannya, namun justru tertangkap polisi karena kasus penipuan, eksploitasi, dan penyalahgunaan data dengan pelapor adik iparnya sendiri.Film mockumentary merupakan sebuah karya film fiksi yang memiliki struktur visual menyerupai film dokumenter haruslah dapat membangun sebuah realitas kehidupan yang nyata. Sinematografi sebagai salah satu bagian dari cara bertutur sebuah film melalui visual terdiri dari tiga aspek yaitu kamera dan film, framing serta durasi gambar, patutlah menjadi salah satu perhatian utama dalam penciptaan sebuah film mockumentary. Penggunaan dynamic shot sebagai konsep sinematografi pada penciptaan film mockumentary “Booking Out” dapat memaksimalkan eksplorasi gerak pada kamera melalui penggunaan teknik longtake, handheld, dan juga zoom, hal ini berguna sebagai pemerkuat realitas look (nuansa) dan mood (suasana) sebuah film mockumentary. Kata Kunci : Sinematografi, Dynamic Shot, Realitas, Film Mockumentary","PeriodicalId":326029,"journal":{"name":"Sense: Journal of Film and Television Studies","volume":"74 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128728340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}