Pub Date : 2019-01-07DOI: 10.18592/khazanah.v16i2.2384
Husain Heriyanto
Abstract: This article is aimed to provide an epistemological framework to arrange the account for the importance and relevance of Islamic spirituality along with its Sufism tradition in relation to keep social integration in contemporary global society particularly in Indonesia. One of the reasons of this effort is driven by a fact that the rising influence of extrimism among young Muslim generation as well as students has led the growing emergence of social disintegration forces in Muslim communities and countries. Another concern of this article is the decline of knowledge related to the Islamic intellectual and spiritual tradition among Muslim academicians. Due to intellectual capitulation of liberal modernist Muslim scholars on one side and shallow interpretation of Muslim puritanical fundamentalism on the other side, many Muslim people have been in a complete break with traditional Islamic teachings including Sufism. The core thesis of this article is that Sufism as well as Islamic intellectual tradion in general can be elaborated in a such profound way that it has tremendous capacity to provide Muslim society with vision and insight for recovering and flourishing social integration. Its rationale is that the best way to integrate human society is first of all to integrate oneself. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk memberikan kerangka kerja epistemologis yang akan menjabarkan pentingnya dan relevansi spiritualitas Islam bersama dengan tradisi tasawufnya dalam kaitannya untuk menjaga integrasi sosial dalam masyarakat global kontemporer khususnya di Indonesia. Signifikansi penjabaran ini karena adanya fakta meningkatnya pengaruh ekstrimisme di kalangan generasi muda Muslim dan juga mahasiswa yang telah menyebabkan meningkatnya kekuatan disintegrasi sosial di komunitas dan negara Muslim. Fokus lain dari artikel ini adalah berkurangnya kajian-kajian terkait dengan tradisi intelektual dan spiritualitas Islam di kalangan akademisi Muslim. Karena kapitulasi intelektual para sarjana Muslim modernis liberal di satu sisi dan di sisi lain kedangkalan interpretasi dari fundamentalisme Muslim puritan, banyak kaum Muslim mengalami kesenjangan dengan ajaran Islam tradisional, termasuk tasawuf. Tesis inti dari artikel ini adalah bahwa tasawuf dan tradisi intelektual keislaman dapat dielaborasi secara mendalam sehingga dapat memberikan pandangan maupun pencerahan yang dapat memulihkan dan menumbuhkembangkan integrasi sosial kepada masyarakat Muslim. Dasar pemikirannya adalah bahwa cara terbaik untuk mengintegrasikan masyarakat manusia adalah dimulai dengan mengintegrasikan diri sendiri.
摘要:本文旨在提供一个认识论框架,以安排伊斯兰精神及其苏菲主义传统的重要性和相关性,以保持当代全球社会(特别是印度尼西亚)的社会融合。这一努力的原因之一是,极端主义在穆斯林年轻一代和学生中的影响力日益增强,导致穆斯林社区和国家中出现越来越多的社会解体力量。本文关注的另一个问题是穆斯林学者中与伊斯兰知识和精神传统有关的知识的衰落。一方面是自由派现代主义穆斯林学者在思想上的投降,另一方面是对穆斯林清教徒原教旨主义的肤浅解释,许多穆斯林已经与包括苏菲主义在内的传统伊斯兰教义完全决裂。这篇文章的核心论点是,苏菲主义以及一般的伊斯兰知识传统可以以一种如此深刻的方式加以阐述,它具有巨大的能力,可以为穆斯林社会提供恢复和繁荣社会融合的远见和洞察力。其基本原理是,整合人类社会的最佳方式首先是整合自己。摘要:本文从认识论的角度探讨了印尼文化与文化的关系,探讨了印尼文化与文化的关系,探讨了印尼文化与文化的关系,探讨了印尼文化与文化的关系,探讨了印尼文化与文化的关系。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。教宗是伊斯兰教的知识分子,是伊斯兰教的学者。Karena kapitulasi知识分子para sarjana穆斯林现代自由主义者di satu sisi dan di sisi lain kedangkalan解释dari原教旨主义穆斯林清教徒,banyak kaum穆斯林mengalami kesenjangan dengan ajaran伊斯兰教传统,termasuk tasawuf。这句话的意思是:“知识分子”,意思是“穆斯林”,意思是“宗教”,意思是“宗教”,意思是“宗教”。Dasar pemikirannya adalah bahwa cara terbaik untuk mengintegrasikan masyarakat manchia adalah demaian mengintegrasikan diri sendiri。
{"title":"SPIRITUALITAS, TRANSENDENSI FAKTISITAS, DAN INTEGRASI SOSIAL","authors":"Husain Heriyanto","doi":"10.18592/khazanah.v16i2.2384","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i2.2384","url":null,"abstract":"Abstract: This article is aimed to provide an epistemological framework to arrange the account for the importance and relevance of Islamic spirituality along with its Sufism tradition in relation to keep social integration in contemporary global society particularly in Indonesia. One of the reasons of this effort is driven by a fact that the rising influence of extrimism among young Muslim generation as well as students has led the growing emergence of social disintegration forces in Muslim communities and countries. Another concern of this article is the decline of knowledge related to the Islamic intellectual and spiritual tradition among Muslim academicians. Due to intellectual capitulation of liberal modernist Muslim scholars on one side and shallow interpretation of Muslim puritanical fundamentalism on the other side, many Muslim people have been in a complete break with traditional Islamic teachings including Sufism. The core thesis of this article is that Sufism as well as Islamic intellectual tradion in general can be elaborated in a such profound way that it has tremendous capacity to provide Muslim society with vision and insight for recovering and flourishing social integration. Its rationale is that the best way to integrate human society is first of all to integrate oneself. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk memberikan kerangka kerja epistemologis yang akan menjabarkan pentingnya dan relevansi spiritualitas Islam bersama dengan tradisi tasawufnya dalam kaitannya untuk menjaga integrasi sosial dalam masyarakat global kontemporer khususnya di Indonesia. Signifikansi penjabaran ini karena adanya fakta meningkatnya pengaruh ekstrimisme di kalangan generasi muda Muslim dan juga mahasiswa yang telah menyebabkan meningkatnya kekuatan disintegrasi sosial di komunitas dan negara Muslim. Fokus lain dari artikel ini adalah berkurangnya kajian-kajian terkait dengan tradisi intelektual dan spiritualitas Islam di kalangan akademisi Muslim. Karena kapitulasi intelektual para sarjana Muslim modernis liberal di satu sisi dan di sisi lain kedangkalan interpretasi dari fundamentalisme Muslim puritan, banyak kaum Muslim mengalami kesenjangan dengan ajaran Islam tradisional, termasuk tasawuf. Tesis inti dari artikel ini adalah bahwa tasawuf dan tradisi intelektual keislaman dapat dielaborasi secara mendalam sehingga dapat memberikan pandangan maupun pencerahan yang dapat memulihkan dan menumbuhkembangkan integrasi sosial kepada masyarakat Muslim. Dasar pemikirannya adalah bahwa cara terbaik untuk mengintegrasikan masyarakat manusia adalah dimulai dengan mengintegrasikan diri sendiri.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46029382","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-01-07DOI: 10.18592/khazanah.v16i2.2339
M. Jailani, Nurhasanah Nurhasanah
This paper discusses an academic analysis of batimbang traditional ceremony which is one form of the human life cycle ceremony is conducted by urang Banjar Kuala Tungkal Jambi Province. This batimbang ceremony is only intended for baby (child) who born exactly the Safar month in the hijriyah month. Urang Banjar believing, baby (child) was born in the Safar month that is believed in the life ranging from baby to adult will be various experience calamities even some of the urang Banjar considers baby who born in the Safar month or bad month. Urang Banjar carry out this ceremony because they believe the Safar month as a bad month full of reinforcements and ways, and the misfortune of Safar month will befall the child’s life. Batimbang means weighting. Something is weighed to be balanced and sufficient. Therefore, in order to avoid inflicting misfortune and distress to the child, so the child must be weighed as a form of ritual refusing reinforcement and recovery from unlucky circumstances.
{"title":"MAKNA UPACARA BATIMBANG DALAM TRADISI MASYARAKAT SUKU BANJAR KUALA TUNGKAL, PROVINSI JAMBI","authors":"M. Jailani, Nurhasanah Nurhasanah","doi":"10.18592/khazanah.v16i2.2339","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i2.2339","url":null,"abstract":"This paper discusses an academic analysis of batimbang traditional ceremony which is one form of the human life cycle ceremony is conducted by urang Banjar Kuala Tungkal Jambi Province. This batimbang ceremony is only intended for baby (child) who born exactly the Safar month in the hijriyah month. Urang Banjar believing, baby (child) was born in the Safar month that is believed in the life ranging from baby to adult will be various experience calamities even some of the urang Banjar considers baby who born in the Safar month or bad month. Urang Banjar carry out this ceremony because they believe the Safar month as a bad month full of reinforcements and ways, and the misfortune of Safar month will befall the child’s life. Batimbang means weighting. Something is weighed to be balanced and sufficient. Therefore, in order to avoid inflicting misfortune and distress to the child, so the child must be weighed as a form of ritual refusing reinforcement and recovery from unlucky circumstances.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47968959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-26DOI: 10.18592/KHAZANAH.V16I2.2337
Abubakar Hm, Mualimin Mualimin, Nurliana Nurliana
Abstract: This paper aims to analyze the social interaction among the religious elites in Palangka Raya. The focus of this writing was the patterns of interaction among the religious elites, the encouraging factors of interaction, and the implications of interaction among the religious communities towards the social life among the religious communities in Palangka Raya. This research is a field research using a qualitative method. The data was collected through observation and interview. It was concluded that the interaction among the religious elites in Palangka Raya was supported by the integrative strengths which enable the harmonious relationship among the religious elites. These integrative strengths were the cultural values which have rooted and have been inherited to the next generations, especially to Dayak society. The religious difference in Dayak culture is not seen as the opposing form, but as a human right and a personal choice of each person. On this level the patterns of interaction which will be formed is integrative solidarity. The harmonious relationship among the religious elites then has implications towards the social life among the religious communities. These implicationswere the realization of the harmonious and collaborative relationships among the religious communities in Palangka Raya. Paper ini bertujuan untuk menganalisis interaksi sosial antara elit agama di Palangka Raya. Fokus kajian dalam tulisan ini terkait dengan pola interaksi elit agama, faktor pendorong interaksi, dan implikasi interaksi antara elit agama terhadap kehidupan sosial antar umat beragama di Kota Palangka Raya.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif.Untuk memperoleh data dilakukan dengan observasi dan wawancara.Hasil temuan dapat disimpulkan bahwa interaksi antarelit agama di Kota Palangka Raya ditopang oleh kekuatan integratif yang memungkinkan terjadinya hubungan harmonis antara elit agama.Kekuatan integratif tersebut adalah nilai-nilai budaya yang telah mengakar dan diwariskan secara turun-temurun khususnya pada masyarakat Dayak. Perbedaan agama dalam budaya Dayak tidak dipandang sebagai bentuk pertentangan, tetapi sebagai hak asasi dan pilihan pribadi setiap orang. Pada tataran ini pola interaksi yang akan terbentuk adalah bersifat solidaritas integratif. Hubungan yang harmonis antara elit agama kemudian berimplikasi pada kehidupan sosial antarumat beragama di Palangka Raya. Implikasi tersebut terutawa terwujudnya hubungan yang harmonis dan kolaboratif antarumat beragama di Palangka Raya.
{"title":"ELIT AGAMA DAN HARMONISASI SOSIAL DI PALANGKA RAYA","authors":"Abubakar Hm, Mualimin Mualimin, Nurliana Nurliana","doi":"10.18592/KHAZANAH.V16I2.2337","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V16I2.2337","url":null,"abstract":"Abstract: This paper aims to analyze the social interaction among the religious elites in Palangka Raya. The focus of this writing was the patterns of interaction among the religious elites, the encouraging factors of interaction, and the implications of interaction among the religious communities towards the social life among the religious communities in Palangka Raya. This research is a field research using a qualitative method. The data was collected through observation and interview. It was concluded that the interaction among the religious elites in Palangka Raya was supported by the integrative strengths which enable the harmonious relationship among the religious elites. These integrative strengths were the cultural values which have rooted and have been inherited to the next generations, especially to Dayak society. The religious difference in Dayak culture is not seen as the opposing form, but as a human right and a personal choice of each person. On this level the patterns of interaction which will be formed is integrative solidarity. The harmonious relationship among the religious elites then has implications towards the social life among the religious communities. These implicationswere the realization of the harmonious and collaborative relationships among the religious communities in Palangka Raya. Paper ini bertujuan untuk menganalisis interaksi sosial antara elit agama di Palangka Raya. Fokus kajian dalam tulisan ini terkait dengan pola interaksi elit agama, faktor pendorong interaksi, dan implikasi interaksi antara elit agama terhadap kehidupan sosial antar umat beragama di Kota Palangka Raya.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif.Untuk memperoleh data dilakukan dengan observasi dan wawancara.Hasil temuan dapat disimpulkan bahwa interaksi antarelit agama di Kota Palangka Raya ditopang oleh kekuatan integratif yang memungkinkan terjadinya hubungan harmonis antara elit agama.Kekuatan integratif tersebut adalah nilai-nilai budaya yang telah mengakar dan diwariskan secara turun-temurun khususnya pada masyarakat Dayak. Perbedaan agama dalam budaya Dayak tidak dipandang sebagai bentuk pertentangan, tetapi sebagai hak asasi dan pilihan pribadi setiap orang. Pada tataran ini pola interaksi yang akan terbentuk adalah bersifat solidaritas integratif. Hubungan yang harmonis antara elit agama kemudian berimplikasi pada kehidupan sosial antarumat beragama di Palangka Raya. Implikasi tersebut terutawa terwujudnya hubungan yang harmonis dan kolaboratif antarumat beragama di Palangka Raya.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46463704","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.18592/khazanah.v16i2.2336
Yulia Hafizah
This paper aims to reveal the various interpretations of ulama to the meaning of the veil text. Then try to bring that understanding to the current development context. This paper is the result of literature research (library research) which is arranged in the form of papers. Data mining is carried out by exploring various sources that are relevant to this research, namely reviews from the mufassir, both classical and contemporary related to the veil verse in Alquran, namely Q.S. al-Ahzab: 59 and an-Nûr: 31, then compiled and read with a historically critical approach. This paper shows that the various ideas of classical and contemporary ulama are inseparable from the social context of their time. This social context ultimately makes the veil no longer just a symbol of identity, but more than that. The appearance of various hijab communities which later formed a new social movement has brought modern value in lifestyle and opened opportunities for the development of new sectors in the economy.
本文旨在揭示乌拉玛对面纱文本意义的各种解释。然后尝试将这种理解带到当前的发展背景中。本文是文献研究(图书馆研究)的成果,以论文的形式进行整理。数据挖掘是通过探索与本研究相关的各种来源来进行的,即mufassir的评论,包括古兰经中与面纱诗句相关的古典和当代评论,即Q.S. al-Ahzab: 59和an- n r: 31,然后用历史批判的方法进行编译和阅读。本文认为,古典和当代乌拉玛的各种思想都与所处时代的社会背景密不可分。这种社会背景最终使面纱不再仅仅是身份的象征,而不仅仅是身份的象征。各种头巾社区的出现,后来形成了新的社会运动,为生活方式带来了现代价值,并为经济新部门的发展开辟了机会。
{"title":"FENOMENA JILBAB DALAM MASYARAKAT KOSMOPOLITAN: INTERPRETASI TEKS DAN KONTEKS ATAS AYAT JILBAB","authors":"Yulia Hafizah","doi":"10.18592/khazanah.v16i2.2336","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i2.2336","url":null,"abstract":"This paper aims to reveal the various interpretations of ulama to the meaning of the veil text. Then try to bring that understanding to the current development context. This paper is the result of literature research (library research) which is arranged in the form of papers. Data mining is carried out by exploring various sources that are relevant to this research, namely reviews from the mufassir, both classical and contemporary related to the veil verse in Alquran, namely Q.S. al-Ahzab: 59 and an-Nûr: 31, then compiled and read with a historically critical approach. This paper shows that the various ideas of classical and contemporary ulama are inseparable from the social context of their time. This social context ultimately makes the veil no longer just a symbol of identity, but more than that. The appearance of various hijab communities which later formed a new social movement has brought modern value in lifestyle and opened opportunities for the development of new sectors in the economy.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47873741","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.18592/KHAZANAH.V16I2.2199
Arni Daily
This article is an important part of the exploration of the development of local treasures related to the beliefs and behavior of traditional village midwives towards supernatural beings. The midwives in East Banjarmasin have a belief that there are supernatural creatures called supernatural beings, besides genies and angels. Their relationship with this supernatural person is very close, because supernatural people are part of their kinship. This supernatural person is believed to have taught them to massage through dreams. This creature can become an animal. Unseen people are people or humans who are God-idolized, can the time in the womb disappear by itself, or after birth disappear. The behavior of traditional village midwives towards these occult people is that they always establish kinship, by giving offerings in the form of bitter coffee, sweet coffee, water, sticky rice, eggs, bananas, red and white porridge. In Islam it is not explicitly talked about this supernatural person, there are only supernatural beings (genies and angels). It could be that in Islam the occult is grouped into genie, because genie means hidden, and the occult is also hidden. But according to the author, if there is a magic person other than the genie, then there is an Al-Quran verse that supports implicitly, namely in the Surah An-Nâs verses 4-6. That is the whisper of evil hidden into the chest (heart), not ears, and which whispers it from the genie and human.Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menggambarkan khazanah lokal yang berhubungan dengan kepercayaan serta perilaku bidan kampung terhadap makhluk supernatural. Menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi, peneliti mendeskripsikan pendapat dan persepsi Bidan Kampung di Kota Banjarmasin yang memiliki kepercayaan adanya makhluk supernatural yang disebut orang gaib, selain jin dan malaikat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hubungan mereka dengan orang gaib ini sangat dekat, karena orang gaib bagian dari kekerabatan mereka. Orang gaib inilah yang diyakini telah mengajari mereka memijat melalui mimpi. Makhluk ini bisa menjelma menjadi binatang. Orang gaib menurut pemahaman luas berupa orang atau manusia yang digaibkan Allah, bisa waktu dalam kandungan hilang dengan sendirinya, atau setelah lahir menghilang. Perilaku bidan kampung terhadap orang gaib diketahui selalu menjalin hubungan kekerabatan, dengan cara memberi sesajen berupa kopi pahit, kopi manis, air putih, nasi ketan, telor, pisang, bubur merah dan putih. Dalam Islam tidak secara tegas dibicarakan tentang orang gaib ini, yang ada hanya makhluk gaib ( jin dan malaikat). Bisa saja dalam Islam orang gaib itu dikelompokkan kepada jin, sebab jin artinya tersembunyi, dan orang gaib itu juga tersembunyi adanya. Namun menurut penulis, apabila orang gaib itu benar ada selain jin, maka ada saja ayat Al-Quran yang mendukung secara tersirat, yaitu pada surah An-Nâs ayat 4-6. Yaitu bi
本文是探索与传统乡村助产士对超自然生物的信仰和行为有关的地方宝藏发展的重要组成部分。东班加马辛的接生婆相信,除了精灵和天使之外,还有被称为超自然生物的超自然生物。他们与这个超自然的人的关系非常密切,因为超自然的人是他们亲属关系的一部分。这个超自然的人被认为教会了他们通过梦境进行按摩。这种生物可以变成动物。看不见的人是被神崇拜的人或人类,在子宫里的时间会自己消失,或者在出生后消失。传统的乡村助产士对这些神秘人的行为是,他们总是建立亲属关系,以苦咖啡、甜咖啡、水、糯米、鸡蛋、香蕉、红白粥的形式提供供品。在伊斯兰教中并没有明确地谈到这个超自然的人,只有超自然的存在(精灵和天使)。可能在伊斯兰教中,神秘学被归为精灵,因为精灵意味着隐藏,神秘学也是隐藏的。但是根据作者的说法,如果除了精灵之外还有一个有魔力的人,那么《古兰经》中就有一节含蓄地支持,即《古兰经》第4-6节。那是藏在胸膛(心)而不是耳朵里的邪恶的低语,是精灵和人类的低语。Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menggambarkan khazanah当地的yang berhubungan dengan keperayaan serta peraku bidan kampung terhadap makhluk超自然。孟古那坎方法的penelitian研究kasus dengan teknik pendapat dan persepi Bidan Kampung di Kota Banjarmasin yang memiliki keperayaan adanya makhluk超自然的yang disebut orang gaib, selain jin dan malaikat。达里哈西尔penelitian diketahui bahwa hubungan mereka dengan orang gaib ini sangat dekat, karena orang gaib bagian Dari kekerabatan mereka。橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙汁橙Makhluk ini bisa menjelma menjadi binatang。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。pereraku bidan kampung terhadap orang gaib diketahui selalu menjalin hubungan kekerabatan, dengan cara成员seajen berupa kopi pahit, kopi manis, air putih, nasi ketan, telor, pisang, bubur merah dan putih。达拉姆·伊斯兰教,达拉姆·伊斯兰教,达拉姆·伊斯兰教,达拉姆·伊斯兰教,达拉姆·伊斯兰教。Bisa saja dalam Islam orang gaib itu dikelompokkan kepada jin, sebab jin artinya tersembunyi, dan orang gaib itu juga tersembunyi adanya。《古兰经》(Namun menurut penulis),《古兰经》(apabila orang gaib),《古兰经》(apabila orang gaib),《古兰经》(apabila),《古兰经》(apabila),《古兰经》(apabila)。yitu bisikan kejahatan tersembunyi ke dalam dada (hati), bukan ke telinga, danyang, membisikan itu dari golongan jin dan manusia。
{"title":"KEKERABATAN DAN INTERAKSI SIMBOLIK BIDAN KAMPUNG DENGAN URANG HALUS DALAM MASYARAKAT BANJAR","authors":"Arni Daily","doi":"10.18592/KHAZANAH.V16I2.2199","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V16I2.2199","url":null,"abstract":"This article is an important part of the exploration of the development of local treasures related to the beliefs and behavior of traditional village midwives towards supernatural beings. The midwives in East Banjarmasin have a belief that there are supernatural creatures called supernatural beings, besides genies and angels. Their relationship with this supernatural person is very close, because supernatural people are part of their kinship. This supernatural person is believed to have taught them to massage through dreams. This creature can become an animal. Unseen people are people or humans who are God-idolized, can the time in the womb disappear by itself, or after birth disappear. The behavior of traditional village midwives towards these occult people is that they always establish kinship, by giving offerings in the form of bitter coffee, sweet coffee, water, sticky rice, eggs, bananas, red and white porridge. In Islam it is not explicitly talked about this supernatural person, there are only supernatural beings (genies and angels). It could be that in Islam the occult is grouped into genie, because genie means hidden, and the occult is also hidden. But according to the author, if there is a magic person other than the genie, then there is an Al-Quran verse that supports implicitly, namely in the Surah An-Nâs verses 4-6. That is the whisper of evil hidden into the chest (heart), not ears, and which whispers it from the genie and human.Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menggambarkan khazanah lokal yang berhubungan dengan kepercayaan serta perilaku bidan kampung terhadap makhluk supernatural. Menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi, peneliti mendeskripsikan pendapat dan persepsi Bidan Kampung di Kota Banjarmasin yang memiliki kepercayaan adanya makhluk supernatural yang disebut orang gaib, selain jin dan malaikat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa hubungan mereka dengan orang gaib ini sangat dekat, karena orang gaib bagian dari kekerabatan mereka. Orang gaib inilah yang diyakini telah mengajari mereka memijat melalui mimpi. Makhluk ini bisa menjelma menjadi binatang. Orang gaib menurut pemahaman luas berupa orang atau manusia yang digaibkan Allah, bisa waktu dalam kandungan hilang dengan sendirinya, atau setelah lahir menghilang. Perilaku bidan kampung terhadap orang gaib diketahui selalu menjalin hubungan kekerabatan, dengan cara memberi sesajen berupa kopi pahit, kopi manis, air putih, nasi ketan, telor, pisang, bubur merah dan putih. Dalam Islam tidak secara tegas dibicarakan tentang orang gaib ini, yang ada hanya makhluk gaib ( jin dan malaikat). Bisa saja dalam Islam orang gaib itu dikelompokkan kepada jin, sebab jin artinya tersembunyi, dan orang gaib itu juga tersembunyi adanya. Namun menurut penulis, apabila orang gaib itu benar ada selain jin, maka ada saja ayat Al-Quran yang mendukung secara tersirat, yaitu pada surah An-Nâs ayat 4-6. Yaitu bi","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44263204","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-25DOI: 10.18592/khazanah.v16i2.2324
Murry Darmoko
This study focuses on Lesbian Gay Bisexuals Transgender (LGBT) which are used as the cosmopolitan life style of today's generation. Evidence of social media shows the rapid development of LGBT members. In Shari'a through religious arguments, LGBT is haram and can be punished until the death penalty and also in LGBT health is considered as one of the causes of HIV-AIDS. However, sociologically, people can accept their presence. LGBT is a paradox of life style in the Muslim community of the world. LGBT is important to be studied, especially related to the pattern of Amar Ma'rûf Nahiy Munkar in Indonesia. Two formulation of the problem, How does the Amar Ma'rfu Pattern prevent LGBT? Second, How does the Nahiy Munkar Pattern overcome LGBT? The purpose of this study answers the two formulations above through Higher Education. Sociology of Law is used as a research approach with qualitative methods because it provides answers. The summary of the research results shows that higher education has a role in fostering LGBT through the socialization of MUI fatwa number 57 of 2014 and applying ant and bee patterns in implementing the Anti LGBT Campus Program through the teaching and learning process that explains LGBT in terms of religion and health and anti-campaign LGBT when implementing community service learning. Penelitian ini fokus pada Lesbian Gay Bisexual Transgender (LGBT) yang dijadikan sebagai kosmopolitan life style generasi masa kini. Bukti media sosial menunjukkan perkembangan pesat anggota LGBT. Secara syariat melalui dalil-dalil agama, LGBT adalah haram dan dapat dipidana sampai hukuman mati dan juga dalam kesehatan LGBT dianggap sebagai salah satu penyebab HIV-AIDS. Walaupun begitu, secara sosiologi, masyarakat dapat menerima kehadiran mereka. LGBT menjadi paradox life style dalam masyarakat muslim dunia. LGBT penting diteliti, terutama berkaitan dengan pola Amar Ma’rûf Nahiy Munkar di Indonesia. Dua rumusan masalah, Pola Amar Ma’rûf yang bagaimana dapat mencegah LGBT? Kedua, Pola Nahiy Munkar yang bagaimana dapat mengatasi LGBT? Tujuan penelitian ini menjawab dua rumusan di atas melalui Pendidikan Tinggi. Sosiologi Hukum dijadikan pendekatan penelitian dengan metode kualitatif karena memberikan jawaban. Ringkasan hasil penelitian menunjukkan pendidikan tinggi berperan dalam membina LGBT melalui sosialisasi Fatwa MUI nomor 57 tahun 2014 dan menerapkan pola semut dan lebah dalam melaksanakan Program Kampus Anti LGBT melalui proses belajar mengajar dengan kewajiban menempuh mata kuliah yang menjelaskan LGBT dari sisi agama dan kesehatan serta kampanye anti LGBT saat pelaksanaan KKN di masyarakat.
这项研究的重点是女同性恋、男同性恋、双性恋、变性人(LGBT),这是当今一代人国际化的生活方式。社交媒体的证据表明,LGBT成员发展迅速。在伊斯兰教法中,通过宗教争论,LGBT是哈拉姆,可以被惩罚到死刑,在LGBT健康方面也被认为是艾滋病的原因之一。然而,从社会学角度来说,人们可以接受他们的存在。LGBT是世界穆斯林社区生活方式的悖论。研究LGBT很重要,尤其是与印度尼西亚的Amar Ma'rûf Nahiy Munkar模式有关。问题的两个表述,阿玛玛芙模式如何预防LGBT?第二,Nahiy-Munkar模式是如何克服LGBT的?本研究的目的是通过高等教育来回答上述两个公式。法律社会学是一种定性研究方法,因为它提供了答案。研究结果总结表明,高等教育通过2014年MUI第57号法令的社会化,以及在实施社区服务学习时,通过从宗教和健康角度解释LGBT和反运动LGBT的教学过程,在实施反LGBT校园计划中应用蚂蚁和蜜蜂模式,在培养LGBT方面发挥了作用。这项研究的重点是女同性恋、男同性恋、双性恋和变性者(LGBT),他们现在是世界性的生活方式的一代。社交媒体证据显示,LGBT成员的发展迅速。在宗教条件下,LGBT是非法的,可以一直培养到死刑,而且在LGBT健康方面也被认为是艾滋病的原因之一。然而,在社会上,社会可以接受他们的存在。LGBT成为穆斯林世界中一种自相矛盾的生活方式。一个重要的LGBT已经被调查,特别是与印度尼西亚的Amar Ma'rûf Nahiy Munkar模式有关。两个关于问题的传言,Amar Ma rûf模式,它如何防止LGBT?第二,可以克服LGBT的Nakiy-Munkar模式?本研究的目的是通过高等教育来回答上述两个谣言。法律社会学是一种定性的研究方法,因为它提供了答案。研究结果摘要显示,高等教育在2014年通过Fatwa MUI第57号社会化项目建设LGBT中发挥了作用,并通过学习过程在实施LGBT运动计划中应用蚂蚁和蜜蜂模式,有义务接触到从宗教和健康角度解释LGBT的学术眼光,以及在社会实施KKN期间的反LGBT运动。
{"title":"LESBIAN GAY BISEXUAL TRANSGENDER (LGBT) SEBAGAI COSMOPOLITAN PARADOX LIFE STYLE DAN PENANGANANNYA MELALUI PENDIDIKAN TINGGI","authors":"Murry Darmoko","doi":"10.18592/khazanah.v16i2.2324","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i2.2324","url":null,"abstract":"This study focuses on Lesbian Gay Bisexuals Transgender (LGBT) which are used as the cosmopolitan life style of today's generation. Evidence of social media shows the rapid development of LGBT members. In Shari'a through religious arguments, LGBT is haram and can be punished until the death penalty and also in LGBT health is considered as one of the causes of HIV-AIDS. However, sociologically, people can accept their presence. LGBT is a paradox of life style in the Muslim community of the world. LGBT is important to be studied, especially related to the pattern of Amar Ma'rûf Nahiy Munkar in Indonesia. Two formulation of the problem, How does the Amar Ma'rfu Pattern prevent LGBT? Second, How does the Nahiy Munkar Pattern overcome LGBT? The purpose of this study answers the two formulations above through Higher Education. Sociology of Law is used as a research approach with qualitative methods because it provides answers. The summary of the research results shows that higher education has a role in fostering LGBT through the socialization of MUI fatwa number 57 of 2014 and applying ant and bee patterns in implementing the Anti LGBT Campus Program through the teaching and learning process that explains LGBT in terms of religion and health and anti-campaign LGBT when implementing community service learning. Penelitian ini fokus pada Lesbian Gay Bisexual Transgender (LGBT) yang dijadikan sebagai kosmopolitan life style generasi masa kini. Bukti media sosial menunjukkan perkembangan pesat anggota LGBT. Secara syariat melalui dalil-dalil agama, LGBT adalah haram dan dapat dipidana sampai hukuman mati dan juga dalam kesehatan LGBT dianggap sebagai salah satu penyebab HIV-AIDS. Walaupun begitu, secara sosiologi, masyarakat dapat menerima kehadiran mereka. LGBT menjadi paradox life style dalam masyarakat muslim dunia. LGBT penting diteliti, terutama berkaitan dengan pola Amar Ma’rûf Nahiy Munkar di Indonesia. Dua rumusan masalah, Pola Amar Ma’rûf yang bagaimana dapat mencegah LGBT? Kedua, Pola Nahiy Munkar yang bagaimana dapat mengatasi LGBT? Tujuan penelitian ini menjawab dua rumusan di atas melalui Pendidikan Tinggi. Sosiologi Hukum dijadikan pendekatan penelitian dengan metode kualitatif karena memberikan jawaban. Ringkasan hasil penelitian menunjukkan pendidikan tinggi berperan dalam membina LGBT melalui sosialisasi Fatwa MUI nomor 57 tahun 2014 dan menerapkan pola semut dan lebah dalam melaksanakan Program Kampus Anti LGBT melalui proses belajar mengajar dengan kewajiban menempuh mata kuliah yang menjelaskan LGBT dari sisi agama dan kesehatan serta kampanye anti LGBT saat pelaksanaan KKN di masyarakat.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48688743","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-27DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2153
M. Iqbal
The focus of this article is historiography of rebellion of Unity of the Oppressed (Kesatuan Rakjat jang Tertindas/KRjT) which is led by Ibnu Hadjar on South Kalimantan (1950-1963). In 1950, Ibnu Hadjar’s troops choose desertion from Indonesian National Army (Tentara Nasional Indonesia) and entered to the forest on the range of Meratus hills, for doing the rebellion to the Government of Indonesia, whereas, 1963 is the time when The KRjT surrendered and Ibnu Hadjar be arrested. The result showed that the emergence of KRjT caused by crystallizing of dissatisfaction and hurt over Jakarta’s policy in treating local ex-guerrillas in the early 1950s. Ibnu Hadjar and his followers felt leisureliness that appear between what they expect in terms of status and material acquisition with what they have or their capacity for got it (relative deprivation).
本文的重点是伊卜努·哈贾尔领导的南加里曼丹被压迫者统一组织(Kesatuan Rakjat jang Tertindas/KRjT)叛乱(1950-1963)的史学。1950年,Ibnu Hadjar的部队选择从印度尼西亚国民军(Tentara Nasional Indonesia)叛逃,并进入Meratus山脉的森林,以反抗印度尼西亚政府,而1963年是KRjT投降并逮捕Ibnu Hadgar的时候。结果表明,KRjT的出现是由于对雅加达在20世纪50年代初对待当地前游击队的政策的不满和伤害的结晶。伊布努·哈贾尔和他的追随者们感到轻松,这种轻松出现在他们对地位和物质获取的期望与他们所拥有的或他们获得物质的能力之间(相对剥夺)。
{"title":"PEMBERONTAKAN KESATUAN RAKJAT JANG TERTINDAS (KRJT) DI KALIMANTAN SELATAN (1950-1963): SEBUAH KAJIAN AWAL","authors":"M. Iqbal","doi":"10.18592/khazanah.v16i1.2153","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i1.2153","url":null,"abstract":"The focus of this article is historiography of rebellion of Unity of the Oppressed (Kesatuan Rakjat jang Tertindas/KRjT) which is led by Ibnu Hadjar on South Kalimantan (1950-1963). In 1950, Ibnu Hadjar’s troops choose desertion from Indonesian National Army (Tentara Nasional Indonesia) and entered to the forest on the range of Meratus hills, for doing the rebellion to the Government of Indonesia, whereas, 1963 is the time when The KRjT surrendered and Ibnu Hadjar be arrested. The result showed that the emergence of KRjT caused by crystallizing of dissatisfaction and hurt over Jakarta’s policy in treating local ex-guerrillas in the early 1950s. Ibnu Hadjar and his followers felt leisureliness that appear between what they expect in terms of status and material acquisition with what they have or their capacity for got it (relative deprivation).","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48883675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-26DOI: 10.18592/KHAZANAH.V16I1.2130
M. N. Zaman
Abstract: This research is sociolinguistics approach of language contact of absolute honorifics in accommodating Islamic addresses and verbs on Okky Madasari’s novels. This is conducted by qualitatively descriptive by analyzing the data to be categorized the Islamic addresses and verbs in order to focus on those novels. Islamic addresses consist of nobility, general society, and Islamic verbs simultaneously able to well integrate on Okky Madasari’s novels. This development of Islamic addresses and verbs is substantially supporting theory of honorifics expressions focusing on Javenese lexicon and Indonesian language referent of respecting the utterance participants based on appropriate words.Abstrak: Penelitian ini merupakan kajian sosilinguistik dalam menelaah kontak bahasa pada ungkapan honorifik mutlak dalam mengakomodasi sapaan dan verba keislaman pada novel karya Okky Madasari. Dikaji secara kualitatif deskriptif dengan analisis data secara domain untuk pengkategorian jenis sapaan dan verba keislaman agar terfokus pada keempat novel. Sapaan keagamaan kebangsawanan, masyarakat umum dan verba keislaman secara simultan mampu berintegrasi pada novel karya Okky Madasari. Pengembangan teori sapaan dan verba keislaman ini merupakan substansial pendukung teori ungkapan honorifik mutlak agar mampu difokuskan pada leksikon bahasa Jawa dan kata sandang bahasa Indonesia dalam pola meninggikan pelibat tuturan sesuai pilihan kata yang tepat.
{"title":"UNGKAPAN HONORIFIK MUTLAK DALAM MENGAKOMODASI SAPAAN DAN VERBA KEISLAMAN PADA NOVEL KARYA OKKY MADASARI","authors":"M. N. Zaman","doi":"10.18592/KHAZANAH.V16I1.2130","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V16I1.2130","url":null,"abstract":"Abstract: This research is sociolinguistics approach of language contact of absolute honorifics in accommodating Islamic addresses and verbs on Okky Madasari’s novels. This is conducted by qualitatively descriptive by analyzing the data to be categorized the Islamic addresses and verbs in order to focus on those novels. Islamic addresses consist of nobility, general society, and Islamic verbs simultaneously able to well integrate on Okky Madasari’s novels. This development of Islamic addresses and verbs is substantially supporting theory of honorifics expressions focusing on Javenese lexicon and Indonesian language referent of respecting the utterance participants based on appropriate words.Abstrak: Penelitian ini merupakan kajian sosilinguistik dalam menelaah kontak bahasa pada ungkapan honorifik mutlak dalam mengakomodasi sapaan dan verba keislaman pada novel karya Okky Madasari. Dikaji secara kualitatif deskriptif dengan analisis data secara domain untuk pengkategorian jenis sapaan dan verba keislaman agar terfokus pada keempat novel. Sapaan keagamaan kebangsawanan, masyarakat umum dan verba keislaman secara simultan mampu berintegrasi pada novel karya Okky Madasari. Pengembangan teori sapaan dan verba keislaman ini merupakan substansial pendukung teori ungkapan honorifik mutlak agar mampu difokuskan pada leksikon bahasa Jawa dan kata sandang bahasa Indonesia dalam pola meninggikan pelibat tuturan sesuai pilihan kata yang tepat.","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45736230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-19DOI: 10.18592/khazanah.v16i1.2091
Abas Mujiburohman
Abstrak: Artikel ini membahas suatu bentuk kearifan lokal dalam kajian budaya hukum Islam yang berkembang di kalangan Muslim di Amerika Serikat, negara di mana mereka menjadi warga minoritas. Mengikuti Clifford Geertz dan ahli-ahli lain yang memahami hukum sebagai bagian dari kebudayaan, artikel ini berpendapat bahwa tradisi keagamaan sebuah komunitas pada akhirnya akan tumbuh dari konvergensi bermacam-macam tradisi yang dibawa oleh para individu Muslim dari kebudayaan asal mereka masing-masing. Malalui sebuah proses yang disebut dengan teritorialisasi, berbagai interaksi budaya dalam sebuah komunitas akan mengarah pada pengelompokan tiga macam tradisi: tradisi yang terus berlangsung, tradisi yang disesuaikan, dan tradisi yang disimpan. Praktek lokal sebagaimana yang disaksikan oleh penulis dalam penelitian lapangannya di kalangan Muslim kota Lansing, Michigan dapat dikategorikan sebagai tradisi kelompok kedua. Lebih jauh, kearifan lokal semacam ini telah ditemukan juga oleh para sarjana Muslim yang lain di Amerika. Di antara sarjana dimaksud, adalah Taha Jabir Al-Alwani yang mengajukan tawaran fiqh al-aqalliyyat, yang berisi himpunan praktek-praktek ajaran Islam yang mengalami penyesuaian terkait dengan status warga Muslim yang merupakan minoritas di negara tersebut.Abstract: This article discusses a type of local wisdom in the field of Islamic legal culture that is developing among Muslims of the United States as they are minority in the country. Using Clifford Geertz’ and others’ understanding of law as part of culture, this article is arguing that the eventual religious tradition of a local community will grow from the convergence of varied traditions brought by individual Muslims from their cultures of origin. Following a process called territorialization, cultural interactions within a local community will result in the production of three religious traditions: the continuing, the improvised, and the suppressed traditions. Local practice as witnessed by the writer in his field research among Muslims of Lansing, Michigan is categorized as part of the second tradition. Further, this kind of local wisdom has been observed among American Muslim scholars. Among them is Taha Jabir Al-Alwani who has proposed the term fiqh al-aqalliyyat for the collections of new practices of Islamic teachings that are related to the status of Muslims being minority in the country.
摘要:本文讨论了在穆斯林成为少数民族公民的美国,伊斯兰法律文化研究中的一种地方意义形式。继Clifford Geertz和其他将法律理解为文化一部分的专家之后,本文认为,一个社区的宗教传统最终将从穆斯林个人从自己的文化中带来的各种传统的融合中发展起来。在整个被称为属地化的过程中,社区内的各种文化互动将导致三种类型的传统:持续的传统、定制的传统和存储的传统。作家们在密歇根州兰辛的穆斯林田野调查中看到的当地习俗可以被归类为第二群体传统。此外,美国的其他穆斯林学者也发现了这种地方意义。塔哈·贾比尔·阿尔瓦尼(Taha Jabir Al Alwani)就是其中之一,他提供fiqh Al-aqalliyyat课程,其中包括一系列伊斯兰教学实践,这些实践已经适应了该国少数民族穆斯林公民的身份。摘要:本文讨论了美国穆斯林作为少数民族在伊斯兰法律文化领域发展起来的一种地方智慧。本文利用Clifford Geertz和其他人对法律作为文化一部分的理解,认为当地社区的最终宗教传统将从穆斯林个人从其原籍文化带来的各种传统的融合中发展起来。在一个被称为属地化的过程之后,当地社区内的文化互动将产生三种宗教传统:持续的、即兴的和被压制的传统。正如作者在密歇根州兰辛穆斯林的实地研究中所见证的那样,当地的习俗被归类为第二传统的一部分。此外,这种本土智慧在美国穆斯林学者中也得到了观察。其中包括塔哈·贾比尔·阿尔瓦尼,他提出了fiqh Al-aqalliyyat一词,用于收集与穆斯林在该国的少数民族地位有关的伊斯兰教义的新实践。
{"title":"FIQH AL-AQALLIYYAT AS AN AMERICAN VERSION OF LOCAL WISDOM","authors":"Abas Mujiburohman","doi":"10.18592/khazanah.v16i1.2091","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v16i1.2091","url":null,"abstract":"Abstrak: Artikel ini membahas suatu bentuk kearifan lokal dalam kajian budaya hukum Islam yang berkembang di kalangan Muslim di Amerika Serikat, negara di mana mereka menjadi warga minoritas. Mengikuti Clifford Geertz dan ahli-ahli lain yang memahami hukum sebagai bagian dari kebudayaan, artikel ini berpendapat bahwa tradisi keagamaan sebuah komunitas pada akhirnya akan tumbuh dari konvergensi bermacam-macam tradisi yang dibawa oleh para individu Muslim dari kebudayaan asal mereka masing-masing. Malalui sebuah proses yang disebut dengan teritorialisasi, berbagai interaksi budaya dalam sebuah komunitas akan mengarah pada pengelompokan tiga macam tradisi: tradisi yang terus berlangsung, tradisi yang disesuaikan, dan tradisi yang disimpan. Praktek lokal sebagaimana yang disaksikan oleh penulis dalam penelitian lapangannya di kalangan Muslim kota Lansing, Michigan dapat dikategorikan sebagai tradisi kelompok kedua. Lebih jauh, kearifan lokal semacam ini telah ditemukan juga oleh para sarjana Muslim yang lain di Amerika. Di antara sarjana dimaksud, adalah Taha Jabir Al-Alwani yang mengajukan tawaran fiqh al-aqalliyyat, yang berisi himpunan praktek-praktek ajaran Islam yang mengalami penyesuaian terkait dengan status warga Muslim yang merupakan minoritas di negara tersebut.Abstract: This article discusses a type of local wisdom in the field of Islamic legal culture that is developing among Muslims of the United States as they are minority in the country. Using Clifford Geertz’ and others’ understanding of law as part of culture, this article is arguing that the eventual religious tradition of a local community will grow from the convergence of varied traditions brought by individual Muslims from their cultures of origin. Following a process called territorialization, cultural interactions within a local community will result in the production of three religious traditions: the continuing, the improvised, and the suppressed traditions. Local practice as witnessed by the writer in his field research among Muslims of Lansing, Michigan is categorized as part of the second tradition. Further, this kind of local wisdom has been observed among American Muslim scholars. Among them is Taha Jabir Al-Alwani who has proposed the term fiqh al-aqalliyyat for the collections of new practices of Islamic teachings that are related to the status of Muslims being minority in the country. ","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46721827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-14DOI: 10.18592/KHAZANAH.V16I1.2154
Nasrullah Nasrullah
Hantu dianggap sesuatu yang irasional sehingga dijauhi dari kajian ilmiah. Padahal dalam praktek sehari-hari, hantu dibicarakan, diperbincangkan, dan menjadi bahan kegelisahan masyarakat. Geertz melihat fenomena ini sebagai nalar awam (common sense), atau sebagai sesuatu yang menjadi pengetahuan umum tetapi tidak dikaji secara kokoh. Hantu pada awalnya menempati daerah angker, sepi, terpencil, tetapi pada saat ini lokasi hantu bertransformasi ke kota. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dipertegas bukan meneliti hantu tetapi meneliti tentang pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau bahkan kesaksian seseorang terhadap hantu. Peneliti menggunakan analisa strukturalisme Levi-Strauss terhadap fenomena hantu yang dianggap sebagai suatu mitos, sebab hantu dapat berbuat dan menjadi apa saja. Dengan cara demikian, peneliti menemukan hal-hal rasional di balik fenomena irasional ini yakni adanya konstruksi social yang disebut bagaduhan, serta keberadaan hantu dalam imajinasi manusia tidak lain karena adanya nalar awam dan mitos yang terus berkembang
{"title":"HANTU DI TENGAH KERAMAIAN KOTA BANJARMASIN","authors":"Nasrullah Nasrullah","doi":"10.18592/KHAZANAH.V16I1.2154","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V16I1.2154","url":null,"abstract":"Hantu dianggap sesuatu yang irasional sehingga dijauhi dari kajian ilmiah. Padahal dalam praktek sehari-hari, hantu dibicarakan, diperbincangkan, dan menjadi bahan kegelisahan masyarakat. Geertz melihat fenomena ini sebagai nalar awam (common sense), atau sebagai sesuatu yang menjadi pengetahuan umum tetapi tidak dikaji secara kokoh. Hantu pada awalnya menempati daerah angker, sepi, terpencil, tetapi pada saat ini lokasi hantu bertransformasi ke kota. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dipertegas bukan meneliti hantu tetapi meneliti tentang pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau bahkan kesaksian seseorang terhadap hantu. Peneliti menggunakan analisa strukturalisme Levi-Strauss terhadap fenomena hantu yang dianggap sebagai suatu mitos, sebab hantu dapat berbuat dan menjadi apa saja. Dengan cara demikian, peneliti menemukan hal-hal rasional di balik fenomena irasional ini yakni adanya konstruksi social yang disebut bagaduhan, serta keberadaan hantu dalam imajinasi manusia tidak lain karena adanya nalar awam dan mitos yang terus berkembang","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47429643","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}