Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.156-163
M. M. Sol'uf, M. Krova, A. A. Nalle
Suatu penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami interaksi kompleks antar berbagai pemangku kepentingan serta faktor-faktor pengungkit dalam meningkatkan produktivitas sapi potong di Kabupaten Kupang. Pengambilan contoh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama penentuan empat kecamatan contoh secara purposif, tahap kedua penentuan 40 peternak dan 10 orang pedagang secara snow ball sampling dan 6 orang pejabat pemerintah dengan pendekatan wawancara. Banyaknya informan kunci tergantung pada kejenuhan informasi yang diperoleh. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ventana Simulation ( Vensim) PLE . Perangkat lunak tersebut digunakan membuat diagram sebab akibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dalam usaha ternak sapi potong dapat dikatakan bahwa interaksi antar pelaku aktual usaha sapi potong di wilayah Kabupaten Kupang hanya sebatas pengadaan ternak atau jual beli ternak antar pelaku kepentingan dalam hal ini tidak terdapat interaksi lainnya yang dapat menumbuhkan atau meningkatkan produktivitas ternak sapi potong. Faktor penting yakni produksi sapi potong dan layanan pemerintah dan lembaga akademisi, yang berarti jika dua faktor ini diintervensi maka perilaku sistem dalam usaha ternak sapi potong dapat berubah secara signifikan.
{"title":"Pemahaman Manajemen Peternak dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur","authors":"M. M. Sol'uf, M. Krova, A. A. Nalle","doi":"10.31186/jspi.id.16.2.156-163","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.156-163","url":null,"abstract":"Suatu penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami interaksi kompleks antar berbagai pemangku kepentingan serta faktor-faktor pengungkit dalam meningkatkan produktivitas sapi potong di Kabupaten Kupang. Pengambilan contoh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama penentuan empat kecamatan contoh secara purposif, tahap kedua penentuan 40 peternak dan 10 orang pedagang secara snow ball sampling dan 6 orang pejabat pemerintah dengan pendekatan wawancara. Banyaknya informan kunci tergantung pada kejenuhan informasi yang diperoleh. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ventana Simulation ( Vensim) PLE . Perangkat lunak tersebut digunakan membuat diagram sebab akibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dalam usaha ternak sapi potong dapat dikatakan bahwa interaksi antar pelaku aktual usaha sapi potong di wilayah Kabupaten Kupang hanya sebatas pengadaan ternak atau jual beli ternak antar pelaku kepentingan dalam hal ini tidak terdapat interaksi lainnya yang dapat menumbuhkan atau meningkatkan produktivitas ternak sapi potong. Faktor penting yakni produksi sapi potong dan layanan pemerintah dan lembaga akademisi, yang berarti jika dua faktor ini diintervensi maka perilaku sistem dalam usaha ternak sapi potong dapat berubah secara signifikan.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44193281","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.180-185
J. Laksono, W. Ibrahim
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi alang-alang yang di fermentasi sebagai pakan ternak kerbau. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2020. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial. Adapun faktor perlakuan sebaga iberikut. L1 : Mol Bonggol Pisang 20 ml, L2 : Mol Bonggol Pisang 25 ml,, L3 : Mol Bonggol Pisang 30 ml, L4 : Mol Bonggol Pisang 35 ml, L5 : Mol Bonggol Pisang 40 ml, L6 : Mol Bonggol Pisang 45 ml. Data yang penelitian ini akan di analisis menggunakanan alisisis ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan maka akan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Berdasarkan analisa ragam, menunjukkan bahwa pengolahan alang - alang sebagai pakan ternak kerbau rawa berbasis fermentasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) pada parameter (pH), Protein Kasar, berpengaruh nyata (P<0.05) pada perlakuan serat kasar dan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) pada parameter kadar air dan bahan kering. Hasil penelitian yang di lakukan menunjukan pengaruh positif terhandap penurunan pH, menaikan kandungan nilai protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar pada fermentasi alang-alang sebagai pakan ternak kerbau rawa.
{"title":"Fermentasi Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai Pakan Ternak Kerbau Rawa","authors":"J. Laksono, W. Ibrahim","doi":"10.31186/jspi.id.16.2.180-185","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.180-185","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrisi alang-alang yang di fermentasi sebagai pakan ternak kerbau. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2020. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial. Adapun faktor perlakuan sebaga iberikut. L1 : Mol Bonggol Pisang 20 ml, L2 : Mol Bonggol Pisang 25 ml,, L3 : Mol Bonggol Pisang 30 ml, L4 : Mol Bonggol Pisang 35 ml, L5 : Mol Bonggol Pisang 40 ml, L6 : Mol Bonggol Pisang 45 ml. Data yang penelitian ini akan di analisis menggunakanan alisisis ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan maka akan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Berdasarkan analisa ragam, menunjukkan bahwa pengolahan alang - alang sebagai pakan ternak kerbau rawa berbasis fermentasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) pada parameter (pH), Protein Kasar, berpengaruh nyata (P<0.05) pada perlakuan serat kasar dan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) pada parameter kadar air dan bahan kering. Hasil penelitian yang di lakukan menunjukan pengaruh positif terhandap penurunan pH, menaikan kandungan nilai protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar pada fermentasi alang-alang sebagai pakan ternak kerbau rawa.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45678773","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.148-155
M. P. Alhadi, E. Erwan, E. Elviriadi, M. Rodiallah
Kunyit (Curcuma domestica) dan daun sirih dapat memberikan manfaat sebagai tanaman herbal yang dapat merangsang aktivitas antioksidan khususnya didalam organ pencernaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh pemberian rebusan kunyit atau daun sirih, serta campuran keduanya terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas, lemak abdominal dan persentase lemak abdominal ayam broiler. Jumlah ayam broiler yang digunakan adalah sebanyak 80 ekor dan pemberian perlakuan dimulai ayam umur 7 sampai 28 hari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan yakni P0 (air biasa), P1 (air larutan kunyit 25% di tambah 1 liter air), P2 (air larutan daun sirih 25% di tambah 1 liter air), P3 (campuran air larutan kunyit dan air larutan daun sirih 25% di tambah 1 liter air). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, lemak abdominal dan persentase lemak abdominal. Dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan kunyit atau air daun sirih atau campuran larutan kunyit dan larutan daun sirih pada level 25% didalam air minum belum memberikan perubahan terhadap bobot badan akhir, bobot karkas dan persentase karkas serta belum mampu meminimalkan bobot lemak abdominal dan persentase lemak abdominal ayam broiler.
{"title":"Efek pemberian Air rebusan Kunyit (Curcuma Domestica) dan Daun Sirih di dalam air minum (Piper betle linn) dan kombinasi keduanya terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam Broiler","authors":"M. P. Alhadi, E. Erwan, E. Elviriadi, M. Rodiallah","doi":"10.31186/jspi.id.16.2.148-155","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.148-155","url":null,"abstract":"Kunyit (Curcuma domestica) dan daun sirih dapat memberikan manfaat sebagai tanaman herbal yang dapat merangsang aktivitas antioksidan khususnya didalam organ pencernaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh pemberian rebusan kunyit atau daun sirih, serta campuran keduanya terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas, lemak abdominal dan persentase lemak abdominal ayam broiler. Jumlah ayam broiler yang digunakan adalah sebanyak 80 ekor dan pemberian perlakuan dimulai ayam umur 7 sampai 28 hari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan yakni P0 (air biasa), P1 (air larutan kunyit 25% di tambah 1 liter air), P2 (air larutan daun sirih 25% di tambah 1 liter air), P3 (campuran air larutan kunyit dan air larutan daun sirih 25% di tambah 1 liter air). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, lemak abdominal dan persentase lemak abdominal. Dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan kunyit atau air daun sirih atau campuran larutan kunyit dan larutan daun sirih pada level 25% didalam air minum belum memberikan perubahan terhadap bobot badan akhir, bobot karkas dan persentase karkas serta belum mampu meminimalkan bobot lemak abdominal dan persentase lemak abdominal ayam broiler.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41763276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.194-201
T. Zainal, P. R. Kale, G. Malelak
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengkaji penggunaan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) kering matahari terhadap kualitas daging se’i sapi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor pola 4x4 yang terdiri dari 4 faktor level pemberian buah belimbing wuluh kering matahari 0% (kontrol), 1,5%, 3%, 4,5% (w/w) dan 4 faktor lama penyimpanan 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Kombinasi Kedua faktor ini menghasilkan 16 kombinasi setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan, dengan demikian akan diperoleh 48 unit. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah pH, oksidasi lemak (TBA), aktivitas antioksidan, total plate count (TPC). Data analisis menggunakan Anova, apabila berpangaruh sangat nyata (P<0,01) dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan dengan software SPSS 23. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa interaksi antara faktor level buah belimbing wuluh kering matahari dan faktor lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pH, oksidasi lemak (TBA), aktivitas antioksidan, total plate count (TPC). Level pemberian buah belimbing wuluh kering matahari 4,5% memberikan hasil tertinggi pada aktivitas antioksidan, dan nilai terendah pada pH, oksidasi lemak (TBA) dan total plate count (TPC). Pada level 1,5% sampai 4,5% menekan laju oksidasi lemak (TBA) dan total plate count (TPC) pada setiap lama penyimpanan hari ke 7, 14, 21 dan 28, sebaliknya pada nilai aktivitas antioksidan cenderung meningkat seiring penambahan level buah belimbing kering matahari pada lama penyimpanan yang berbeda.
{"title":"Kualitas Daging Se’i Sapi yang Diproses Menggunakan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Kering Matahari","authors":"T. Zainal, P. R. Kale, G. Malelak","doi":"10.31186/jspi.id.16.2.194-201","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.194-201","url":null,"abstract":"Penelitian ini telah dilakukan untuk mengkaji penggunaan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) kering matahari terhadap kualitas daging se’i sapi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor pola 4x4 yang terdiri dari 4 faktor level pemberian buah belimbing wuluh kering matahari 0% (kontrol), 1,5%, 3%, 4,5% (w/w) dan 4 faktor lama penyimpanan 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Kombinasi Kedua faktor ini menghasilkan 16 kombinasi setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan, dengan demikian akan diperoleh 48 unit. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah pH, oksidasi lemak (TBA), aktivitas antioksidan, total plate count (TPC). Data analisis menggunakan Anova, apabila berpangaruh sangat nyata (P<0,01) dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan dengan software SPSS 23. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa interaksi antara faktor level buah belimbing wuluh kering matahari dan faktor lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pH, oksidasi lemak (TBA), aktivitas antioksidan, total plate count (TPC). Level pemberian buah belimbing wuluh kering matahari 4,5% memberikan hasil tertinggi pada aktivitas antioksidan, dan nilai terendah pada pH, oksidasi lemak (TBA) dan total plate count (TPC). Pada level 1,5% sampai 4,5% menekan laju oksidasi lemak (TBA) dan total plate count (TPC) pada setiap lama penyimpanan hari ke 7, 14, 21 dan 28, sebaliknya pada nilai aktivitas antioksidan cenderung meningkat seiring penambahan level buah belimbing kering matahari pada lama penyimpanan yang berbeda.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45150174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.31186/jspi.id.16.2.130-134
F. Hasanah, R. Septiana, R. Ardiansyah, R. B. A. Eryanto, T. Dhalika, R. Hidayat, A. R. Tarmidi, I. Hernaman
Kulit buah melinjo memiliki potensi sebagai pakan sumber energi untuk ruminansia, namun saat ini belum banyak yang memanfaatkannya. Penelitian bertujuan untuk mengukur total digestible nutrient (TDN) ransum yang mengandung kulit buah melinjo. Dua puluh ekor domba betina dialokasikan ke dalam 5 macam ransum perlakuan yang mengandung 0% (R1), 5% (R2), 10% (R3), 15% (R4), dan 20% (R5) tepung kulit buah melinjo. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap, data yang terkumpul dianalisis dengan uji Duncan. Peubah yang diukur adalah kecernaan protein kasar, kecernaan lemak kasar, kecernaan serat kasar, kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan TDN. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan lemak kasar, kecernaan BETN dan TDN dan tidak terhadap kecernaan protein kasar dan kecernaan serat kasar. Ransum yang menggunakan kulit buah melinjo sebanyak 20% (R5) menghasilkan kecernaan BETN yang paling tinggi (P<0,05) sama dengan perlakuan R3 dan R4. Sementara itu, lemak kasar dan TDN memiliki nilai yang paling rendah (P<0,05) diantara perlakuan, akan tetapi nilai TDN (70,17%) tersebut masih dalam kisaran kebutuhan domba. Kesimpulan menunjukkan bahwa tepung kulit buah melinjo sebanyak 20% dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan dalam ransum domba dan menghasilkan nilai TDN yang optimal.
{"title":"Total Digestible Nutrient (TDN) Ransum Domba yang Mengandung Kulit Buah Melinjo","authors":"F. Hasanah, R. Septiana, R. Ardiansyah, R. B. A. Eryanto, T. Dhalika, R. Hidayat, A. R. Tarmidi, I. Hernaman","doi":"10.31186/jspi.id.16.2.130-134","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.2.130-134","url":null,"abstract":"Kulit buah melinjo memiliki potensi sebagai pakan sumber energi untuk ruminansia, namun saat ini belum banyak yang memanfaatkannya. Penelitian bertujuan untuk mengukur total digestible nutrient (TDN) ransum yang mengandung kulit buah melinjo. Dua puluh ekor domba betina dialokasikan ke dalam 5 macam ransum perlakuan yang mengandung 0% (R1), 5% (R2), 10% (R3), 15% (R4), dan 20% (R5) tepung kulit buah melinjo. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap, data yang terkumpul dianalisis dengan uji Duncan. Peubah yang diukur adalah kecernaan protein kasar, kecernaan lemak kasar, kecernaan serat kasar, kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan TDN. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan lemak kasar, kecernaan BETN dan TDN dan tidak terhadap kecernaan protein kasar dan kecernaan serat kasar. Ransum yang menggunakan kulit buah melinjo sebanyak 20% (R5) menghasilkan kecernaan BETN yang paling tinggi (P<0,05) sama dengan perlakuan R3 dan R4. Sementara itu, lemak kasar dan TDN memiliki nilai yang paling rendah (P<0,05) diantara perlakuan, akan tetapi nilai TDN (70,17%) tersebut masih dalam kisaran kebutuhan domba. Kesimpulan menunjukkan bahwa tepung kulit buah melinjo sebanyak 20% dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan dalam ransum domba dan menghasilkan nilai TDN yang optimal. ","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46840733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.31186/jspi.id.16.1.68-73
M. Manafe, M. L. Ressie
The objectives of this research was study the effect and level of using pursland flour (Portulaca oleracea L) which was substituted in broiler feed to color, aroma and taste by National Animal Husbandry Training Centre Kupang. The experimental used was Completely Randomizet Block Design (CRBD) with 4 (four) treatments, 5 (five) block and 5 (five) replication, each replication consist of 5 (five) broilers, so the total of the broiler were 100 heads. The treatments were KR0 = commercial feed without purslane flour, KR5 = commercial feed contained 5% purslane flour, KR10 = commercial feed contained 10% purslane flour and KR15 = commercial feed contained 15% purslane flour. Parameters meansured were color, aroma and taste. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The results of the study showed that the use of purslane flour in broiler feed had an effect taste but had no effect to color and aroma. To be concluded that using purslane flour (Portulaca oleracea L) in broiler commercial feed up to 15% can be used to improve organoleptic of broiler chicken meat.
{"title":"Organoleptik Ayam Broiler Melalui Penggunaan Tepung Krokot (Portulaca oleracea L) yang Disubtitusikan dalam Ransum Komersial","authors":"M. Manafe, M. L. Ressie","doi":"10.31186/jspi.id.16.1.68-73","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.1.68-73","url":null,"abstract":"The objectives of this research was study the effect and level of using pursland flour (Portulaca oleracea L) which was substituted in broiler feed to color, aroma and taste by National Animal Husbandry Training Centre Kupang. The experimental used was Completely Randomizet Block Design (CRBD) with 4 (four) treatments, 5 (five) block and 5 (five) replication, each replication consist of 5 (five) broilers, so the total of the broiler were 100 heads. The treatments were KR0 = commercial feed without purslane flour, KR5 = commercial feed contained 5% purslane flour, KR10 = commercial feed contained 10% purslane flour and KR15 = commercial feed contained 15% purslane flour. Parameters meansured were color, aroma and taste. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The results of the study showed that the use of purslane flour in broiler feed had an effect taste but had no effect to color and aroma. To be concluded that using purslane flour (Portulaca oleracea L) in broiler commercial feed up to 15% can be used to improve organoleptic of broiler chicken meat.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69623685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.31186/jspi.id.16.3.228-232
S. Sutiyono, E. Kurnianto, S. Sutopo, D. Ariyanto, D. Samsudewa
The aim of this research is to a determined the breeding value of native roosters based on macroscopic and microscopic semen. Ten native roosters were used in this research. Complete individual cage, semen collection tools and substance, macroscopic and microscopic tools, and substance were used in this research. The native rooster was rested for 2 weeks. Massage techniques were used for semen collection. Parameters observed were volume, pH, color, viscosity, smell, sperm concentration, and sperm livability. The semen collection was repeated 5 times. One-way analysis of variances was used for data analysis with the tools SPSS 16. The breeding value was estimated based on primary traits of semen and calculated for each rooster to make a rank. The results showed that significant parameters (P<0,05) are semen volume and sperm concentration, while the non-significant parameters (P?0,05) are pH semen and sperm livability. Semen color is yellowish-white, semen viscosity is medium-viscous and smell is spermin. The results of breeding value rank are rooster numbers 6, 7, 5, 3, 2, 4, 8, 9, 10, and 1. The conclusion is the breeding value of Native roosters is varied. The recommendation is Native chicken breeding need to apply selection used breeding value based on semen quality.
{"title":"Evaluation of Native Rooster Based on Breeding Value of trait of Macroscopic and Microscopic Semen Quality","authors":"S. Sutiyono, E. Kurnianto, S. Sutopo, D. Ariyanto, D. Samsudewa","doi":"10.31186/jspi.id.16.3.228-232","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.3.228-232","url":null,"abstract":"The aim of this research is to a determined the breeding value of native roosters based on macroscopic and microscopic semen. Ten native roosters were used in this research. Complete individual cage, semen collection tools and substance, macroscopic and microscopic tools, and substance were used in this research. The native rooster was rested for 2 weeks. Massage techniques were used for semen collection. Parameters observed were volume, pH, color, viscosity, smell, sperm concentration, and sperm livability. The semen collection was repeated 5 times. One-way analysis of variances was used for data analysis with the tools SPSS 16. The breeding value was estimated based on primary traits of semen and calculated for each rooster to make a rank. The results showed that significant parameters (P<0,05) are semen volume and sperm concentration, while the non-significant parameters (P?0,05) are pH semen and sperm livability. Semen color is yellowish-white, semen viscosity is medium-viscous and smell is spermin. The results of breeding value rank are rooster numbers 6, 7, 5, 3, 2, 4, 8, 9, 10, and 1. The conclusion is the breeding value of Native roosters is varied. The recommendation is Native chicken breeding need to apply selection used breeding value based on semen quality.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69623704","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.31186/jspi.id.16.3.239-244
D. T. Tabun, T. N. I. Koni, T. A. Y. Foenay, M. D. Randu
The purpose of this study was to examine the use of Amorphophallus companulatus (AC) tuber flour in feed on the weight and length of the digestive organs of super-native chickens. This research was conducted for 8 weeks. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications (P0 = feed without AC tuber flour, P1 = feed containing 5% AC tuber flour, P2 = feed containing AC tuber flour 7.5%, and P3 = feed containing 10% AC tuber flour). The results showed that the use of AC tuber flour in the super free-range chicken feed had a very significant effect (P<0.01) on the weight and length of the small intestine and significantly (P<0.05) on pancreatic weight, but had no effect (P>0 .05) against gizzard. It was concluded that AC bulbs could be used up to 10% in super-free-range chicken feed. the use of AC tuber flour as much as 7.5% in super free-range chicken feed resulted in the highest intestinal weight, intestinal length, and pancreas weight.
{"title":"Weight and Lenght of Digestive Organs of Super Native Chickens Fed of Amorphophallus companulatus Tuber Flour","authors":"D. T. Tabun, T. N. I. Koni, T. A. Y. Foenay, M. D. Randu","doi":"10.31186/jspi.id.16.3.239-244","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.3.239-244","url":null,"abstract":"The purpose of this study was to examine the use of Amorphophallus companulatus (AC) tuber flour in feed on the weight and length of the digestive organs of super-native chickens. This research was conducted for 8 weeks. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications (P0 = feed without AC tuber flour, P1 = feed containing 5% AC tuber flour, P2 = feed containing AC tuber flour 7.5%, and P3 = feed containing 10% AC tuber flour). The results showed that the use of AC tuber flour in the super free-range chicken feed had a very significant effect (P<0.01) on the weight and length of the small intestine and significantly (P<0.05) on pancreatic weight, but had no effect (P>0 .05) against gizzard. It was concluded that AC bulbs could be used up to 10% in super-free-range chicken feed. the use of AC tuber flour as much as 7.5% in super free-range chicken feed resulted in the highest intestinal weight, intestinal length, and pancreas weight.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69623848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.31186/jspi.id.16.3.266-272
Jarmuji Jarmuji, D. Suherman, Yanuri Yanuri, R. Afriansyah, E. Sulistyowati
This study aims to evaluate milk production, fat content, and protein content of Friesian Holland (FH) dairy cow's milk by giving Sakura block at the final lactation of FH cow. The design used was the Latin Square Design (LSD), with treatments of P0 (0 Sakura blocks), P1 (300 gr Sakura blocks), P2 (600 gr Sakura blocks), and P3 (900 gr Sakura blocks). This study involved four dairy cows for four periods of which period consisted of 10 treatment days, where the last 3 days of each period were the milk sample collection. Milk production and feed consumption were measured and weighed daily. The results showed that the treatment had a significant effect (P <0.05) on the consumption of dry matter ratio and no significant effect (P> 0.05) on milk production, fat content, and milk protein.
{"title":"Effect of Sakura Block on Milk Production and Milk Quality of FH Cows in Late Lactation","authors":"Jarmuji Jarmuji, D. Suherman, Yanuri Yanuri, R. Afriansyah, E. Sulistyowati","doi":"10.31186/jspi.id.16.3.266-272","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.3.266-272","url":null,"abstract":"This study aims to evaluate milk production, fat content, and protein content of Friesian Holland (FH) dairy cow's milk by giving Sakura block at the final lactation of FH cow. The design used was the Latin Square Design (LSD), with treatments of P0 (0 Sakura blocks), P1 (300 gr Sakura blocks), P2 (600 gr Sakura blocks), and P3 (900 gr Sakura blocks). This study involved four dairy cows for four periods of which period consisted of 10 treatment days, where the last 3 days of each period were the milk sample collection. Milk production and feed consumption were measured and weighed daily. The results showed that the treatment had a significant effect (P <0.05) on the consumption of dry matter ratio and no significant effect (P> 0.05) on milk production, fat content, and milk protein.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69623981","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.31186/jspi.id.16.3.288-291
A. Setiaji, D. A. Lestari, S. Sutopo, Y. S. Ondho, E. Kurnianto
The purpose of this study was to examine performances and factors that influence the gestation length (GL) and litter size (LS) of New Zealand White Grade (NZW Grade) rabbits. Reproduction records of NZW Grade rabbits were taken from April 2020 to March 2021. Data analysis was carried out using the general linear model (GLM) procedure from Statistical Analysis System (SAS) University Edition V.6p.2. software. Farm showed a significant effect (P<0.001) on LS and significant season (P<0.05) on GL and LS. GL in the rainy season (31.56) was shorter than the GL in the summer (32.26), but the LS in the rainy season (7.06) was greater than the LS in the rainy season (6.37). Maintenance management should be improved to reduce the impact of the season on GL and LS NZW Grade rabbits.
{"title":"Gestation Length and Litter Size of New Zealand White Grade Rabbit","authors":"A. Setiaji, D. A. Lestari, S. Sutopo, Y. S. Ondho, E. Kurnianto","doi":"10.31186/jspi.id.16.3.288-291","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jspi.id.16.3.288-291","url":null,"abstract":"The purpose of this study was to examine performances and factors that influence the gestation length (GL) and litter size (LS) of New Zealand White Grade (NZW Grade) rabbits. Reproduction records of NZW Grade rabbits were taken from April 2020 to March 2021. Data analysis was carried out using the general linear model (GLM) procedure from Statistical Analysis System (SAS) University Edition V.6p.2. software. Farm showed a significant effect (P<0.001) on LS and significant season (P<0.05) on GL and LS. GL in the rainy season (31.56) was shorter than the GL in the summer (32.26), but the LS in the rainy season (7.06) was greater than the LS in the rainy season (6.37). Maintenance management should be improved to reduce the impact of the season on GL and LS NZW Grade rabbits.","PeriodicalId":33136,"journal":{"name":"Jurnal Sain Peternakan Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69624092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}