Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/sm.Vol14.SMUMM2.7162
Diah Hermayanti, Erlin Nursiloningrum
Pendahuluan Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik ditandai oleh hiperglikemia yang disebabkan berkurangnya produksi atau kerja insulin. DM dapat menyerang anak-anak. Kami melaporkan kasus hiperglikemia pada anak berusia 9 tahun dengan kadar C-peptida dalam batas normal.KasusAnak perempuanberusia 9 tahun, dibawa ke rumah sakit dikeluhkan lemah badan selama satu minggu. Pasien juga dikeluhkan sering kencing terutama di malam hari selama sebulan dan bekas kencing dirubung oleh semut. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium hari pertama : hemoglobin 14,8 g/dl, leukosit 9.860 sel/ul, trombosit 297.000 sel/ul, gula darah acak 328 mg/dl. Pemeriksaan hari kedua : gula darah puasa 274 mg/dl, gula darah 2 jam post prandial 370 mg/dl, dan glukosuria. Pemeriksaan C-Peptida 2,74 ng/ml (normal 1,1 – 4,4 ng/ml)PembahasanPada pasien anak ini ditemukan gejala khas diabetes yaitu fatigue dan poliuri. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperglikemia. Sesuai dengan pedoman dari PERKENI pasien ini didiagnosis sebagai DM, yaitu tipe-1, dengan diferential diagnosis Maturity onset diabetes of the young (MODY) mengingat kadar C-peptida dalam batas normal. DM tipe 1 disebabkan oleh karena kerusakan sel beta pankreas akibat adanya autoantibodi terhadap pankreas. Sedangkan MODY disebabkan oleh mutasi genetik pada sel β pankreas sehingga terjadi inefektifitas produksi atau gangguan pelepasan insulin. Pemeriksaan tambahan seperti deteksi antibodi sel islet disarankan untuk menetapkan diagnosis DM tipe 1, dan pemeriksaan genetik untuk mendeteksi terjadinya mutasi sel β pankreas.SimpulanDiagnosis Type-1 Diabetes mellitus, dengan diagnosis banding Maturity onset diabetes of the young(MODY)Kata Kunci: hiperglikemia anak, C-peptida, Diabetes mellitus tipe-1, MODY
{"title":"HIPERGLIKEMIA PADA ANAK DENGAN DIAGNOSIS DIABETES MELLITUS TYPE-1 , DIFERENTIAL DIAGNOSTIC MATURITY ONSET DIABETES OF THE YOUNG (MODY)","authors":"Diah Hermayanti, Erlin Nursiloningrum","doi":"10.22219/sm.Vol14.SMUMM2.7162","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/sm.Vol14.SMUMM2.7162","url":null,"abstract":"Pendahuluan Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik ditandai oleh hiperglikemia yang disebabkan berkurangnya produksi atau kerja insulin. DM dapat menyerang anak-anak. Kami melaporkan kasus hiperglikemia pada anak berusia 9 tahun dengan kadar C-peptida dalam batas normal.KasusAnak perempuanberusia 9 tahun, dibawa ke rumah sakit dikeluhkan lemah badan selama satu minggu. Pasien juga dikeluhkan sering kencing terutama di malam hari selama sebulan dan bekas kencing dirubung oleh semut. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium hari pertama : hemoglobin 14,8 g/dl, leukosit 9.860 sel/ul, trombosit 297.000 sel/ul, gula darah acak 328 mg/dl. Pemeriksaan hari kedua : gula darah puasa 274 mg/dl, gula darah 2 jam post prandial 370 mg/dl, dan glukosuria. Pemeriksaan C-Peptida 2,74 ng/ml (normal 1,1 – 4,4 ng/ml)PembahasanPada pasien anak ini ditemukan gejala khas diabetes yaitu fatigue dan poliuri. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperglikemia. Sesuai dengan pedoman dari PERKENI pasien ini didiagnosis sebagai DM, yaitu tipe-1, dengan diferential diagnosis Maturity onset diabetes of the young (MODY) mengingat kadar C-peptida dalam batas normal. DM tipe 1 disebabkan oleh karena kerusakan sel beta pankreas akibat adanya autoantibodi terhadap pankreas. Sedangkan MODY disebabkan oleh mutasi genetik pada sel β pankreas sehingga terjadi inefektifitas produksi atau gangguan pelepasan insulin. Pemeriksaan tambahan seperti deteksi antibodi sel islet disarankan untuk menetapkan diagnosis DM tipe 1, dan pemeriksaan genetik untuk mendeteksi terjadinya mutasi sel β pankreas.SimpulanDiagnosis Type-1 Diabetes mellitus, dengan diagnosis banding Maturity onset diabetes of the young(MODY)Kata Kunci: hiperglikemia anak, C-peptida, Diabetes mellitus tipe-1, MODY","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41502026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit fibrosis hati merupakan outcome dari semua jejas hati kronik, dengan manifestasi berupa jaringan parut pada area jejas, hilangnya arsitektur jaringan dan kegagalan fungsi hati. Stres oksidatif berperan penting dalam patogenesis fibrosis hati. Radikal bebas menyebabkan peroksidasi lipid membran sel dan menghasilkan malondialdehid (MDA). Terapi antioksidan diduga memberikan efek menghambat progresifitas kerusakan hati. Biji jintan hitam (Nigella sativa Linn) mengandung antioksidan, antara lain berupa thymoquinon, asam linoleat dan asam oleat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek antioksidan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa.Linn) terhadap tikus model fibrosis hati, dengan paramater berupa kadar kadar Malondialdehid (MDA) hati. Metode penelitian menggunakan true experimental dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 30 tikus yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Kelompok normal diberi 1 ml/KgBB corn oil i.p. lalu dilanjutkan pemberian corn oil 1 ml/KgBB/hari p.o. Satu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan diinduksi CCl4 1ml/kgBB i.p 3 kali/minggu selama 8 minggu. Pada minggu ke-9, ketiga kelompok perlakuan diberi ekstrak biji jinten hitam dengan dosis berturut-turut 1,2; 2,4; dan 4,8 g/kgBB/hari selama 30 hari. Selanjutnya tikus dibedah, diambil jaringan hatinya dan dihitung kadar MDA hati. Pemberian ekstrak N. sativa dapat menurunkan kadar MDA hati (p=0,00) dan makin besar dosis N sativa, kadar MDA hati makin rendah (r = -0,614). Diduga bioaktif ekstrak N. sativa meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen dan menghambat peroksidasi lipid. Kata kunci : ekstrak N. sativa, MDA hati, tikus, fibrosis hati.
肝硬化是所有慢性肝病的结果,表现为疤痕组织在jejas区,组织结构的损失和肝功能的衰竭。氧化应激在肝硬化发病中起着重要作用。自由基导致细胞膜脂氧化和生成马宏迪希德。抗氧化剂疗法被认为对肝功能损害的进展有抑制作用。黑孜然(Nigella sativa Linn)含有抗氧化剂,包括thymoquinon、油甲酸和油酸。这项研究是为了证明黑孜然提取物(Nigella sativa.Linn)老鼠体内的抗氧化剂提取物对肝纤维化模型老鼠的影响,并将其置于马龙迪雅德(MDA)肝脏水平的板牙。使用post test only control group design的真试验的研究方法。30只老鼠的样本分成5组。正常小组得到1毫升/KgBB玉米油i.p.,然后继续给1毫升的玉米油/一天的战俘,一组控制和3组治疗,CCl4 1ml/ KgBB i.p. 3次,持续8周。第9周,三组治疗方法采用连续1.2剂的黑孜然籽提剂;2.4;和4.8 g/kgBB/ 30天。然后将老鼠解剖、提取肝脏组织并进行心算。sativa提取物N. sativa的含量可以降低MDA的心率(p= 000s)和更大的剂量的N. sativa,更低的MDA水平(r = - 0614)。被怀疑的生物活性提取物N. sativa增加了抗氧化酶和内源性酶的活性并抑制了脂质过氧化酶。关键词:提取N. sativa, MDA hati, rat,肝硬化。
{"title":"PENURUNAN STRES OKSIDATIF SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) PADA TIKUS MODEL FIBROSIS HATI","authors":"Fathiyah Safithri, Arina Nuril Fauziyah, Diah Hermayanti","doi":"10.22219/sm.vol14.smumm2.7265","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/sm.vol14.smumm2.7265","url":null,"abstract":"Penyakit fibrosis hati merupakan outcome dari semua jejas hati kronik, dengan manifestasi berupa jaringan parut pada area jejas, hilangnya arsitektur jaringan dan kegagalan fungsi hati. Stres oksidatif berperan penting dalam patogenesis fibrosis hati. Radikal bebas menyebabkan peroksidasi lipid membran sel dan menghasilkan malondialdehid (MDA). Terapi antioksidan diduga memberikan efek menghambat progresifitas kerusakan hati. Biji jintan hitam (Nigella sativa Linn) mengandung antioksidan, antara lain berupa thymoquinon, asam linoleat dan asam oleat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek antioksidan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa.Linn) terhadap tikus model fibrosis hati, dengan paramater berupa kadar kadar Malondialdehid (MDA) hati. Metode penelitian menggunakan true experimental dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 30 tikus yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Kelompok normal diberi 1 ml/KgBB corn oil i.p. lalu dilanjutkan pemberian corn oil 1 ml/KgBB/hari p.o. Satu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan diinduksi CCl4 1ml/kgBB i.p 3 kali/minggu selama 8 minggu. Pada minggu ke-9, ketiga kelompok perlakuan diberi ekstrak biji jinten hitam dengan dosis berturut-turut 1,2; 2,4; dan 4,8 g/kgBB/hari selama 30 hari. Selanjutnya tikus dibedah, diambil jaringan hatinya dan dihitung kadar MDA hati. Pemberian ekstrak N. sativa dapat menurunkan kadar MDA hati (p=0,00) dan makin besar dosis N sativa, kadar MDA hati makin rendah (r = -0,614). Diduga bioaktif ekstrak N. sativa meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen dan menghambat peroksidasi lipid. Kata kunci : ekstrak N. sativa, MDA hati, tikus, fibrosis hati.","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43024759","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7160
I. Sa'diyah
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh adanya peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) akibat kegagalan tubuh dalam memproduksi insulin, kerja insulin yang tidak adekuat, atau keduanya. Hiperglikemi berkepanjangan pada diabetes kronik dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Kerurasakan organ yang paling sering terjadi adalah kebutaan mata pada pasien diabetes retinopati. Mekanisme terjadinya Diabetes Retinopati diduga sebagai akibat dari rangkaian proses inflamasi dan angiogenesis. Kayu Secang (Caesalpinea sappan) memiliki kandungan senyawa polifenol golongan flavonoid yang diketahui dapat menghambat terjadinya proses angiogenis. Proses angiogenesis diblok oleh inhibitor COX-2 yang diinduksi bFGF. COX-2 berperan pada proses angiogenesis melalui sintesis prostaglandin (PG). Prostaglandin berperan penting di dalam induksi VEGF. Penghambatan aktivitas COX-2 akan berakibat pada penghambatan angiogenesis. Oleh karena itu, efek anti-angiogenesis pada ekstrak Kayu Secang dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pasien diabetes retinopati.Kata kunci: Anti-angiogenesis, kayu secang, diabetes retinopati.
{"title":"Efek Anti-Angiogenesis Ekstrak Kayu Secang Sebagai Terapi Adjuvant pada Diabetes Retinopati","authors":"I. Sa'diyah","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7160","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7160","url":null,"abstract":"Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh adanya peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) akibat kegagalan tubuh dalam memproduksi insulin, kerja insulin yang tidak adekuat, atau keduanya. Hiperglikemi berkepanjangan pada diabetes kronik dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Kerurasakan organ yang paling sering terjadi adalah kebutaan mata pada pasien diabetes retinopati. Mekanisme terjadinya Diabetes Retinopati diduga sebagai akibat dari rangkaian proses inflamasi dan angiogenesis. Kayu Secang (Caesalpinea sappan) memiliki kandungan senyawa polifenol golongan flavonoid yang diketahui dapat menghambat terjadinya proses angiogenis. Proses angiogenesis diblok oleh inhibitor COX-2 yang diinduksi bFGF. COX-2 berperan pada proses angiogenesis melalui sintesis prostaglandin (PG). Prostaglandin berperan penting di dalam induksi VEGF. Penghambatan aktivitas COX-2 akan berakibat pada penghambatan angiogenesis. Oleh karena itu, efek anti-angiogenesis pada ekstrak Kayu Secang dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pasien diabetes retinopati.Kata kunci: Anti-angiogenesis, kayu secang, diabetes retinopati.","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49651111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh adanya defek sekresi insulin ataupun distribusi insulin. Indonesia masuk ke dalam urutan ke-4 besar kategori Top Ten Countries/Territories For Number Of Adults With Diabetes. Berdasarkan IDF (2015), pada tahun 2040 akan terjadi kenaikan kasus diagnosis DM dari 415.000.000 menjadi 642.000.000 kasus. Kondisi hiperglikemia dapat mempengaruhi akumulasi saliva yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa mulut dan perubahan fisiologis kelenjar saliva yang dapat mempengaruhi produksi saliva baik komposisi saliva maupun laju aliran saliva yang berlanjut pada perubahan pH saliva. Evaluasi uji saliva berkala dimungkinkan dapat menjadi alternatif pemantauan prognosis terkait kondisi kesehatan oral pada penderita DMTujuan: Mengetahui hubungan antara kadar GDP terhadap kadar pH dan laju aliran saliva penderita DM tipe 2 di puskesmas 1 kembaranMetode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan 28 penderita DM tipe 2 (total sampling), analisa uji korelasi pearson.Hasil: Karakteristik data rerata dari pH yang diperoleh adalah 6.86, sedangkan karakteristik data penelitian terkait rerata laju aliran saliva terstimulasi adalah 0.66 ml/min.Kesimpulan: Terdapat hubungan (P = < 0.05) antara GDP terhadap pH (P value – 0.450 ) dan laju aliran saliva (P value – 0.471)Kata kunci : gula darah puasa, pH saliva, laju aliran saliva, komplikasi oral, penderita DM tipe 2
{"title":"HUBUNGAN KADAR GULA DARAH PUASA TERHADAP KADAR PH DAN LAJU ALIRAN SALIVA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS 1 KEMBARAN","authors":"Arum Hapsari, Refni Riyanto, Oke Kadarullah, Susiyadi Susiyadi","doi":"10.22219/sm.Vol14.SMUMM2.6246","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/sm.Vol14.SMUMM2.6246","url":null,"abstract":"Latar belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh adanya defek sekresi insulin ataupun distribusi insulin. Indonesia masuk ke dalam urutan ke-4 besar kategori Top Ten Countries/Territories For Number Of Adults With Diabetes. Berdasarkan IDF (2015), pada tahun 2040 akan terjadi kenaikan kasus diagnosis DM dari 415.000.000 menjadi 642.000.000 kasus. Kondisi hiperglikemia dapat mempengaruhi akumulasi saliva yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa mulut dan perubahan fisiologis kelenjar saliva yang dapat mempengaruhi produksi saliva baik komposisi saliva maupun laju aliran saliva yang berlanjut pada perubahan pH saliva. Evaluasi uji saliva berkala dimungkinkan dapat menjadi alternatif pemantauan prognosis terkait kondisi kesehatan oral pada penderita DMTujuan: Mengetahui hubungan antara kadar GDP terhadap kadar pH dan laju aliran saliva penderita DM tipe 2 di puskesmas 1 kembaranMetode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan 28 penderita DM tipe 2 (total sampling), analisa uji korelasi pearson.Hasil: Karakteristik data rerata dari pH yang diperoleh adalah 6.86, sedangkan karakteristik data penelitian terkait rerata laju aliran saliva terstimulasi adalah 0.66 ml/min.Kesimpulan: Terdapat hubungan (P = < 0.05) antara GDP terhadap pH (P value – 0.450 ) dan laju aliran saliva (P value – 0.471)Kata kunci : gula darah puasa, pH saliva, laju aliran saliva, komplikasi oral, penderita DM tipe 2","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41766874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/sm.vol14.smumm2.7163
Febri Endra Budi Setyawan, Karis Akmal Hussin
Latar belakang: Nyeri kepala adalah salah satu keluhan paling umum dikeluhkan oleh pasien saat ke dokter. Nyeri kepala dapat dipengaruhi dari psikobiologis, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Nyeri kepala juga sering dikeluhkan oleh pelajar tingkat sekolah menengah atas (SMA).Tujuan: Untuk menganalisis faktor risiko perilaku dan lingkungan (psikologi, sosial, budaya) terhadap keluhan nyeri kepala pada pelajar SMA di Kota Malang (studi kasus di SMAN 2 Kota Malang).Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian siswa dan siswi SMAN 2 Kota Malang. Pelaksanaan pada bulan Oktober-November 2017. Subyek penelitian 291 orang dengan stratified simple random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara. Uji hipotesis menggunakan uji chi square, lambda dan regresi logistik.Hasil dan Diskusi: Tidak terdapat perbedaaan kejadian nyeri kepala berdasarkan tingkatan kelas (p=0,886). Faktor sarapan merupakan faktor terbesar yang berpengaruh dengan r=0,606 dan PR=3,5. Fungsi sarapan bagi tubuh adalah sebagai pemberi pasokan energi dan sumber tenaga untuk melakukan segala kegiatan, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses metabolisme tubuh. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian nyeri kepala adalah perlakuan yang tidak adil, konflik keluarga, tuntutan orangtua, beban pelajaran, keteraturan makan, penggunaan gadget dan pola tidur.Kesimpulan: Faktor risiko yang berpengaruh menyebabkan timbulnya nyeri kepala pada pelajar SMAN 2 Kota Malang, yaitu: konflik dalam keluarga, tuntutan dari orangtua, beban pelajaran, sarapan, keteraturan pola makan, merokok, minum kopi, sikap yang terburu-buru, penggunaan earphone, penggunaan gadget dan tidur larut malam.Kata-kata kunci: Faktor risiko, Perilaku, Lingkungan, Nyeri kepala
{"title":"ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU DAN LINGKUNGAN TERHADAP KELUHAN NYERI KEPALA PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA MALANG (STUDI KASUS DI SMAN 2 KOTA MALANG).","authors":"Febri Endra Budi Setyawan, Karis Akmal Hussin","doi":"10.22219/sm.vol14.smumm2.7163","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/sm.vol14.smumm2.7163","url":null,"abstract":"Latar belakang: Nyeri kepala adalah salah satu keluhan paling umum dikeluhkan oleh pasien saat ke dokter. Nyeri kepala dapat dipengaruhi dari psikobiologis, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Nyeri kepala juga sering dikeluhkan oleh pelajar tingkat sekolah menengah atas (SMA).Tujuan: Untuk menganalisis faktor risiko perilaku dan lingkungan (psikologi, sosial, budaya) terhadap keluhan nyeri kepala pada pelajar SMA di Kota Malang (studi kasus di SMAN 2 Kota Malang).Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian siswa dan siswi SMAN 2 Kota Malang. Pelaksanaan pada bulan Oktober-November 2017. Subyek penelitian 291 orang dengan stratified simple random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara. Uji hipotesis menggunakan uji chi square, lambda dan regresi logistik.Hasil dan Diskusi: Tidak terdapat perbedaaan kejadian nyeri kepala berdasarkan tingkatan kelas (p=0,886). Faktor sarapan merupakan faktor terbesar yang berpengaruh dengan r=0,606 dan PR=3,5. Fungsi sarapan bagi tubuh adalah sebagai pemberi pasokan energi dan sumber tenaga untuk melakukan segala kegiatan, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses metabolisme tubuh. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian nyeri kepala adalah perlakuan yang tidak adil, konflik keluarga, tuntutan orangtua, beban pelajaran, keteraturan makan, penggunaan gadget dan pola tidur.Kesimpulan: Faktor risiko yang berpengaruh menyebabkan timbulnya nyeri kepala pada pelajar SMAN 2 Kota Malang, yaitu: konflik dalam keluarga, tuntutan dari orangtua, beban pelajaran, sarapan, keteraturan pola makan, merokok, minum kopi, sikap yang terburu-buru, penggunaan earphone, penggunaan gadget dan tidur larut malam.Kata-kata kunci: Faktor risiko, Perilaku, Lingkungan, Nyeri kepala","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46018802","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.6553
Sindu Sintara
Sepsis dapat mengakibatkan hilangnya pertahanan mukosa usus sehingga menyebabkan translokasi produk bakteri ke dalam sirkulasi darah yang meningkatkan inflamasi pada organ lain. Pemberian ketamin secara intraperitoneal diharapkan dapat menutunkan derajat inflamasi pada mukosa usus yang akan mengurangi terjadinya sepsis sehingga menurunkan morbiditas maupun mortalitas akibat sepsis. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan derajat inflamasi dan pengaruh perbedaan waktu pemberian ketamin terhadap derajat inflamasi usus tikus. Penelitian menggunakan metode experimental, dengan sampel hewan coba tikus putih rattus norvegicus dari galur wistar model sepsis menggunakan metode fecal induced peritonitis (FIP). Sampel dibagi menjadi enam kelompok perlakuan yaitu : kontrol negatif (A), kontrol positif (B), pemberian ketamin 5mg/kgbb pada jam ke-0 (C), ke-3 (D), ke-5 (E) dan pemberian berturut-turut pada jam ke 0,2,4 (F). Analisa data menggunakan kruskal wallis dan regresi sederhana. Hasil analisis kruskal wallis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan. Hasil uji regresi didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,730 dan nilai R2 yaitu 0,533 yang menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap derajat inflamasi mukosa usus tikus model sepsis. Kesimpulan penelitian menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap derajat inflamasi mukosa usus tikus serta terdapat perbedaan derajat inflamasi pada setiap kelompok perlakuan pemberian ketamin Kata Kunci. Ketamin, derajat inflamasi
{"title":"Pengaruh Pemberian Ketamin terhadap Derajat Inflamasi Mukosa Usus Tikus Model Sepsis","authors":"Sindu Sintara","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.6553","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.6553","url":null,"abstract":"Sepsis dapat mengakibatkan hilangnya pertahanan mukosa usus sehingga menyebabkan translokasi produk bakteri ke dalam sirkulasi darah yang meningkatkan inflamasi pada organ lain. Pemberian ketamin secara intraperitoneal diharapkan dapat menutunkan derajat inflamasi pada mukosa usus yang akan mengurangi terjadinya sepsis sehingga menurunkan morbiditas maupun mortalitas akibat sepsis. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan derajat inflamasi dan pengaruh perbedaan waktu pemberian ketamin terhadap derajat inflamasi usus tikus. Penelitian menggunakan metode experimental, dengan sampel hewan coba tikus putih rattus norvegicus dari galur wistar model sepsis menggunakan metode fecal induced peritonitis (FIP). Sampel dibagi menjadi enam kelompok perlakuan yaitu : kontrol negatif (A), kontrol positif (B), pemberian ketamin 5mg/kgbb pada jam ke-0 (C), ke-3 (D), ke-5 (E) dan pemberian berturut-turut pada jam ke 0,2,4 (F). Analisa data menggunakan kruskal wallis dan regresi sederhana. Hasil analisis kruskal wallis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan. Hasil uji regresi didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,730 dan nilai R2 yaitu 0,533 yang menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap derajat inflamasi mukosa usus tikus model sepsis. Kesimpulan penelitian menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap derajat inflamasi mukosa usus tikus serta terdapat perbedaan derajat inflamasi pada setiap kelompok perlakuan pemberian ketamin Kata Kunci. Ketamin, derajat inflamasi","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47657640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7090
Annisa Firdausi Anwar
Gangguan kognitif merupakan salah satu dampak epilepsi yang dapat dipengaruhi oleh tipe bangkitan. Clock Drawing Test (CDT) merupakan uji yang mudah dan sederhana dalam menilai banyak domain kognitif sehingga populer digunakan sebagai uji penapisan. Belum ada penelitian yang menggunakan CDT dalam menilai pengaruh tipe bangkitan terhadap gangguan kognitif pasien epilepsi sehingga ini merupakan penelitian yang pertama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tipe bangkitan epilepsi terhadap fungsi kognitif global yang dinilai dengan hasil pemeriksaan CDT pada pasien epilepsi rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang. Pengambilan data bertempat di Poli Saraf Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam periode waktu Agustus 2016-Agustus 2017. Uji Chi-square atau Fisher-exact digunakan untuk menguji signifikansi antara tipe bangkitan dan fungsi kognitif global. Terdapat 60,9% pasien yang memiliki tipe bangkitan general dengan 4% memiliki fungsi kognitif normal dan 96% terganggu. Tipe bangkitan fokal sebesar 39,1% dengan 15,4% memiliki fungsi kognitif normal dan 84,6% terganggu. Tidak terdapat pengaruh tipe bangkitan epilepsi terhadap hasil pemeriksaan Clock Drawing Test (CDT) pada pasien epilepsi rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma (p>0,05)Kata Kunci : epilepsi, tipe bangkitan, kognitif, CDT
{"title":"PENGARUH TIPE BANGKITAN EPILEPSI TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN CLOCK DRAWING TEST PASIEN EPILEPSI RAWAT JALAN DI RSJ MUTIARA SUKMA PROVINSI NTB","authors":"Annisa Firdausi Anwar","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7090","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7090","url":null,"abstract":"Gangguan kognitif merupakan salah satu dampak epilepsi yang dapat dipengaruhi oleh tipe bangkitan. Clock Drawing Test (CDT) merupakan uji yang mudah dan sederhana dalam menilai banyak domain kognitif sehingga populer digunakan sebagai uji penapisan. Belum ada penelitian yang menggunakan CDT dalam menilai pengaruh tipe bangkitan terhadap gangguan kognitif pasien epilepsi sehingga ini merupakan penelitian yang pertama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tipe bangkitan epilepsi terhadap fungsi kognitif global yang dinilai dengan hasil pemeriksaan CDT pada pasien epilepsi rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang. Pengambilan data bertempat di Poli Saraf Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam periode waktu Agustus 2016-Agustus 2017. Uji Chi-square atau Fisher-exact digunakan untuk menguji signifikansi antara tipe bangkitan dan fungsi kognitif global. Terdapat 60,9% pasien yang memiliki tipe bangkitan general dengan 4% memiliki fungsi kognitif normal dan 96% terganggu. Tipe bangkitan fokal sebesar 39,1% dengan 15,4% memiliki fungsi kognitif normal dan 84,6% terganggu. Tidak terdapat pengaruh tipe bangkitan epilepsi terhadap hasil pemeriksaan Clock Drawing Test (CDT) pada pasien epilepsi rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma (p>0,05)Kata Kunci : epilepsi, tipe bangkitan, kognitif, CDT","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42365474","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-27DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7131
Bagus Fajar Rohman
Latar Belakang. Paparan LPS yang akan menyebabkan terjadinya sepsis digambarkan dengan adanya pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-8 yang berhubungan dengan kerusakan endotel dan jaringan. Ketamin mensupresi produksi LPS-induced TNF- , IL-6 dan IL-8 dan rhTNF-induced IL-6 and IL-8 dalam darah manusia. Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian ketamin terhadap jumlah sel makrofag ginjal dan pengaruh perbedaan waktu dan cara pemberian pemberian ketamin terhadap sel makrofag tikus. Metode. Penelitian menggunakan metode experimental, dengan sampel hewan coba tikus putih rattus norvegicus dari galur wistar model sepsis menggunakan metode fecal induced peritonitis (FIP). Sampel dibagi menjadi enam kelompok perlakuan yaitu : kontrol negatif (-), kontrol positif (+), pemberian ketamin 5mg/kgbb pada jam ke-0 (A), ke-3 (B), ke-5 (C) dan pemberian berturut-turut pada jam ke 0,2,4 (D). Analisa data menggunakan anova dan post hoc test. Hasil. Analisis anova diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna rerata antar tiap kelompok perlakuan. Hasil uji post hoc test didapat nilai signifikansi yang berbeda yang menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap jumlah makrofag ginjal tikus model sepsis. Kesimpulan. Waktu dan cara pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap jumlah makrofag ginjal tikus serta terdapat perbedaan jumlah makrofag pada setiap kelompok perlakuan pemberian ketamin.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN KETAMIN TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG PADA GINJAL TIKUS PUTIH DARI GALUR WISTAR MODEL SEPSIS","authors":"Bagus Fajar Rohman","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7131","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM2.7131","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Paparan LPS yang akan menyebabkan terjadinya sepsis digambarkan dengan adanya pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-8 yang berhubungan dengan kerusakan endotel dan jaringan. Ketamin mensupresi produksi LPS-induced TNF- , IL-6 dan IL-8 dan rhTNF-induced IL-6 and IL-8 dalam darah manusia. Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian ketamin terhadap jumlah sel makrofag ginjal dan pengaruh perbedaan waktu dan cara pemberian pemberian ketamin terhadap sel makrofag tikus. Metode. Penelitian menggunakan metode experimental, dengan sampel hewan coba tikus putih rattus norvegicus dari galur wistar model sepsis menggunakan metode fecal induced peritonitis (FIP). Sampel dibagi menjadi enam kelompok perlakuan yaitu : kontrol negatif (-), kontrol positif (+), pemberian ketamin 5mg/kgbb pada jam ke-0 (A), ke-3 (B), ke-5 (C) dan pemberian berturut-turut pada jam ke 0,2,4 (D). Analisa data menggunakan anova dan post hoc test. Hasil. Analisis anova diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna rerata antar tiap kelompok perlakuan. Hasil uji post hoc test didapat nilai signifikansi yang berbeda yang menunjukkan waktu pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap jumlah makrofag ginjal tikus model sepsis. Kesimpulan. Waktu dan cara pemberian ketamin berpengaruh positif terhadap jumlah makrofag ginjal tikus serta terdapat perbedaan jumlah makrofag pada setiap kelompok perlakuan pemberian ketamin.","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49545474","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-15DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6643
D. Lestari, E. Kusumastuti
Limfoma pada testis pertama kali dikenalkan oleh Malassez dan Curling pada tahun 1866. Keganasan limfomapada testis berkisar 1-7% dari seluruh keganasan pada testis, dan kurang dari 1% dari seluruh Non Hodgkin Lymphoma.Kami melaporkan kasus anak laki-laki berusia 6 tahun tanpa riwayat kesehatan sebelumnya, mengeluhkan adanya pembengkakanpada testis kanan dan periorbita sejak 6 bulan sebelum MRS. Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya pembesarankelenjar limfe paraaorta serta pseuodotumor bulbi. Pemeriksaan immunomarker dengan LDH, ß HcG, dan AFP menunjukkanhasil 2201 ì/l, <1 mì/l, and 0,75 IU/l. Pasien dilakukan orchidectomy dextradandidiagnosis sebagai Malignant Round CellTumor sesuai Non Hodgkin Lymphoma. Pemeriksaan immunohistokimiamenunjukkan positifuntuk CD45 dan negatifuntuk NSE. Limfoma pada testis merupakan keganasan yang termasuk jarang dimana diagnosis ditegakkan berdasarkanhistopatologi. Tidak ada etiologi dan predisposisi yang pasti untuk tumor ini. Terapi meliputi prosedur pembedahan,khemoterapi, dan radioterapi, akan tetapi tidak ada standarisasi untuk prosedur yang akurat. Faktor-faktor yang dihubungkandengan prognosis yang baik meliputi : usia pasien yang lebih muda, lokasi tumor, adanya seklerosis pada analisis patologi,ukuran tumor yang lebih kecil, grade tumor yang lebih rendah dan tidak adanya epididymal atau spermatic cord yang terlibat.Kata Kunci: Non Hodgkin Lymphoma, Testis
{"title":"LYMPHOMA PADA TESTIS","authors":"D. Lestari, E. Kusumastuti","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6643","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6643","url":null,"abstract":"Limfoma pada testis pertama kali dikenalkan oleh Malassez dan Curling pada tahun 1866. Keganasan limfomapada testis berkisar 1-7% dari seluruh keganasan pada testis, dan kurang dari 1% dari seluruh Non Hodgkin Lymphoma.Kami melaporkan kasus anak laki-laki berusia 6 tahun tanpa riwayat kesehatan sebelumnya, mengeluhkan adanya pembengkakanpada testis kanan dan periorbita sejak 6 bulan sebelum MRS. Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya pembesarankelenjar limfe paraaorta serta pseuodotumor bulbi. Pemeriksaan immunomarker dengan LDH, ß HcG, dan AFP menunjukkanhasil 2201 ì/l, <1 mì/l, and 0,75 IU/l. Pasien dilakukan orchidectomy dextradandidiagnosis sebagai Malignant Round CellTumor sesuai Non Hodgkin Lymphoma. Pemeriksaan immunohistokimiamenunjukkan positifuntuk CD45 dan negatifuntuk NSE. Limfoma pada testis merupakan keganasan yang termasuk jarang dimana diagnosis ditegakkan berdasarkanhistopatologi. Tidak ada etiologi dan predisposisi yang pasti untuk tumor ini. Terapi meliputi prosedur pembedahan,khemoterapi, dan radioterapi, akan tetapi tidak ada standarisasi untuk prosedur yang akurat. Faktor-faktor yang dihubungkandengan prognosis yang baik meliputi : usia pasien yang lebih muda, lokasi tumor, adanya seklerosis pada analisis patologi,ukuran tumor yang lebih kecil, grade tumor yang lebih rendah dan tidak adanya epididymal atau spermatic cord yang terlibat.Kata Kunci: Non Hodgkin Lymphoma, Testis","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46262331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-01DOI: 10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6689
Muhammad Perdana Airlangga, Muhammad Aminuddin
Infeksi HIV sering dikaitkan dengan gangguan jantung. Namun demikian, keterlibatan jantung pada populasi pasien HIV sering kurang didiagnosis atau dikaitkan dengan salah pada proses penyakit non-jantung lainnya. Efusi perikardial (PE) tidak jarang ditemukan pada pasien dengan HIV / AIDS yang dilaporkan mempengaruhi hampir 5% pasien HIV. Telah dibuktikan bahwa tamponade jantung, keadaan darurat hemodinamik yang serius sebagai akibat efusi perikardial, tidak perlu dikaitkan dengan efusi besar tetapi dengan cepatnya akumulasi PE dan kurangnya kepatuhan kompensasi dalam ruang perikardial. Selain itu, tingkat keparahan PE pada pasien HIV / AIDS telah terbukti berkorelasi dengan prognosis buruk sebelum meluasnya penggunaan terapi antiretroviral (ART), meskipun demikian, implikasi prognostik PE tidak dapat ditentukan karena HAART telah mengubah riwayat alami PE. .Kata kunci : Efusi perikardial; Tamponade Jantung; HIV; AIDS.
{"title":"SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF","authors":"Muhammad Perdana Airlangga, Muhammad Aminuddin","doi":"10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6689","DOIUrl":"https://doi.org/10.22219/SM.VOL14.SMUMM1.6689","url":null,"abstract":"Infeksi HIV sering dikaitkan dengan gangguan jantung. Namun demikian, keterlibatan jantung pada populasi pasien HIV sering kurang didiagnosis atau dikaitkan dengan salah pada proses penyakit non-jantung lainnya. Efusi perikardial (PE) tidak jarang ditemukan pada pasien dengan HIV / AIDS yang dilaporkan mempengaruhi hampir 5% pasien HIV. Telah dibuktikan bahwa tamponade jantung, keadaan darurat hemodinamik yang serius sebagai akibat efusi perikardial, tidak perlu dikaitkan dengan efusi besar tetapi dengan cepatnya akumulasi PE dan kurangnya kepatuhan kompensasi dalam ruang perikardial. Selain itu, tingkat keparahan PE pada pasien HIV / AIDS telah terbukti berkorelasi dengan prognosis buruk sebelum meluasnya penggunaan terapi antiretroviral (ART), meskipun demikian, implikasi prognostik PE tidak dapat ditentukan karena HAART telah mengubah riwayat alami PE. .Kata kunci : Efusi perikardial; Tamponade Jantung; HIV; AIDS.","PeriodicalId":33899,"journal":{"name":"Saintika Medika","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49359226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}