Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.261
M. Teli
Background. The management of Diabetes which is very complex needs full support from the family. The family has a vital role in management type 2 diabetes at home involving diabetes diet, diabetes medication management, exercise, and also visit health care services for checking blood glucose and diabetes discussion session. Unfortunately, the family is rarely Involved in the health education session. The research aimed to identify the effect of family empowerment models: Integrated self-care model by Orem and Family-Centered Nursing by Friedman in type 2 DM management in Sikumana Health Center of Kupang. Methods. The research design was pra-experimental design with "One Group Pretest - Posttest approach. The population of this study was 30 family members with type 2 DM. The data was collected by using questionnaires to measure the family members' ability to know type 2 DM, to make a proper decision, to take care of family members in term of diabetes diet management and to use health care services. Wilcoxon signed-Rank Test is used to figure out the effect of family empowerment model to conduct five family health function. Results. The study showed that the model improved the five health function performance by family members. While Wilcoxon signed-rank test also showed there was a significant effect of family empowerment model in terms of the family's ability to recognize type 2 DM (p =0.0001), to make a right decision to take care the patient (p = 0.0005). Moreover, the models have also improved the family ability to diabetes diet management (p=0,046), to motivate the patient to do regular exercise and to uses the health care facilities (p=0,014 and 0,025 respectively). Conclusions. The study recommended to actively involve the family members to take care of type 2 diabetes patient due to it affects the entire family. The family members should be well informed so that they can improve the quality of family health.
{"title":"Family Empowerment Model for Type 2 DM Management: Integration of Self care Model by Orem and Family Centered Nursing by Friedman in Sikumana Health Center-Kupang","authors":"M. Teli","doi":"10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.261","url":null,"abstract":"Background. The management of Diabetes which is very complex needs full support from the family. The family has a vital role in management type 2 diabetes at home involving diabetes diet, diabetes medication management, exercise, and also visit health care services for checking blood glucose and diabetes discussion session. Unfortunately, the family is rarely Involved in the health education session. The research aimed to identify the effect of family empowerment models: Integrated self-care model by Orem and Family-Centered Nursing by Friedman in type 2 DM management in Sikumana Health Center of Kupang. Methods. The research design was pra-experimental design with \"One Group Pretest - Posttest approach. The population of this study was 30 family members with type 2 DM. The data was collected by using questionnaires to measure the family members' ability to know type 2 DM, to make a proper decision, to take care of family members in term of diabetes diet management and to use health care services. Wilcoxon signed-Rank Test is used to figure out the effect of family empowerment model to conduct five family health function. Results. The study showed that the model improved the five health function performance by family members. While Wilcoxon signed-rank test also showed there was a significant effect of family empowerment model in terms of the family's ability to recognize type 2 DM (p =0.0001), to make a right decision to take care the patient (p = 0.0005). Moreover, the models have also improved the family ability to diabetes diet management (p=0,046), to motivate the patient to do regular exercise and to uses the health care facilities (p=0,014 and 0,025 respectively). Conclusions. The study recommended to actively involve the family members to take care of type 2 diabetes patient due to it affects the entire family. The family members should be well informed so that they can improve the quality of family health.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48725424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-24DOI: 10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.239
N. Kambuno, Yunita Helmina Senge, A. W. Djuma, E. Barung
Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis laten adalah salah satu keadaan yang terjadi ketika terpapar dengan bakteri TB namun tidak menunjukan gejala klinis. Anggota keluarga rentan tertular TB dikarenakan sulit menghindari kontak dengan penderita. Uji tuberculin skin test adalah salah satu uji yang dipakai untuk mendiagnosa TB laten. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran TB laten pada kontak serumah dengan pasien TB BTA positif. Menentukan hubungan antara TB laten dengan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status merokok. Metode. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi dengan desain cros sectional dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Hasil. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 15 orang (68,2%) dengan indurasi > 10 mm, dan 7 orang (31, 8%) dengan indurasi < 10 mm . Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara pengaruh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB laten diperoleh approx signifikan > 0,05. Kesimpulan. Dengan demikian prevalensi TB laten pada kontak serumah pasien BTA positif sebesar 68,2% dan tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB.
{"title":"Uji Tuberkulosis Laten Pada Kontak Serumah Pasien BTA Positif Dengan Metode Mantoux Test","authors":"N. Kambuno, Yunita Helmina Senge, A. W. Djuma, E. Barung","doi":"10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.239","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.239","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis laten adalah salah satu keadaan yang terjadi ketika terpapar dengan bakteri TB namun tidak menunjukan gejala klinis. Anggota keluarga rentan tertular TB dikarenakan sulit menghindari kontak dengan penderita. Uji tuberculin skin test adalah salah satu uji yang dipakai untuk mendiagnosa TB laten. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran TB laten pada kontak serumah dengan pasien TB BTA positif. Menentukan hubungan antara TB laten dengan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status merokok. Metode. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi dengan desain cros sectional dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Hasil. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 15 orang (68,2%) dengan indurasi > 10 mm, dan 7 orang (31, 8%) dengan indurasi < 10 mm . Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara pengaruh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB laten diperoleh approx signifikan > 0,05. Kesimpulan. Dengan demikian prevalensi TB laten pada kontak serumah pasien BTA positif sebesar 68,2% dan tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status merokok dengan status TB.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45796495","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-22DOI: 10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.229
Nur Rahman, Bachyar Bakri
Kebutuhan tenaga kerja pada penyelenggaraan makanan dapat dipengaruhi oleh jenis atau tipe menu yang disajikan (menu pilihan atau menu standar/ditetapkan), jumlah dan karakteristik konsumen yang dilayani, cara penyajian/pelayanan makanan, serta teknik pengolahan makanan yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari jumlah konsumen dan jenis menu yang disajikan pada berbagai klasifikasi penyelenggaraan makanan massal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain deskriptif eksploratory. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai Bulan Juli – Oktober 2015. Variabel yang diteliti adalah jumlah konsumen yang dilayani, Jumlah tenaga kerja, Kualifikasi tenaga kerja, dan Jenis/tipe menu yang digunakan. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dibantu kuesioner dan observasi langsung pada penyelenggaraan makanan. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada berbagai klasifikasi penyelenggaraan makanan, terbanyak adalah lulusan SMA atau SMK, dengan tugas utama umumnya adalah sebagai tenaga pengolahan makanan. Khusus untuk penyelenggaraan makanan rumah sakit dibutuhkan ahli gizi dengan ratio terendah 1:57 dan tertinggi 1:400. Pada penyelenggaraan makanan selain rumah sakit, kebutuhannya ditentukan oleh jumlah konsumen yang dilayani, dan tergantung luasnya fisik bangunan institusi tersebut. Jenis/tipe menu yang disajikan pada penyelenggaraan makanan rumah sakit, asrama, catering, panti sosial dan anak sekolah adalah menu siklus. Sedangkan penyelenggaraan makanan komersial menggunakan menu pilihan (selected menu). Mengingat jumlah dan kualifikasi kebutuhan tenaga kerja setiap institusi penyelenggaraan makanan belum dapat dijadikan standar, maka perlu pengkajian dengan menggunakan perhitungan berdasarkan analisis beban kerja masing-masing bidang tugas tenaga kerja tersebut.
{"title":"Kualifikasi Tenaga Kerja Pada Berbagai Klasifikasi Penyelenggaraan Makanan Massal","authors":"Nur Rahman, Bachyar Bakri","doi":"10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.229","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.229","url":null,"abstract":"Kebutuhan tenaga kerja pada penyelenggaraan makanan dapat dipengaruhi oleh jenis atau tipe menu yang disajikan (menu pilihan atau menu standar/ditetapkan), jumlah dan karakteristik konsumen yang dilayani, cara penyajian/pelayanan makanan, serta teknik pengolahan makanan yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari jumlah konsumen dan jenis menu yang disajikan pada berbagai klasifikasi penyelenggaraan makanan massal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain deskriptif eksploratory. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai Bulan Juli – Oktober 2015. Variabel yang diteliti adalah jumlah konsumen yang dilayani, Jumlah tenaga kerja, Kualifikasi tenaga kerja, dan Jenis/tipe menu yang digunakan. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dibantu kuesioner dan observasi langsung pada penyelenggaraan makanan. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada berbagai klasifikasi penyelenggaraan makanan, terbanyak adalah lulusan SMA atau SMK, dengan tugas utama umumnya adalah sebagai tenaga pengolahan makanan. Khusus untuk penyelenggaraan makanan rumah sakit dibutuhkan ahli gizi dengan ratio terendah 1:57 dan tertinggi 1:400. Pada penyelenggaraan makanan selain rumah sakit, kebutuhannya ditentukan oleh jumlah konsumen yang dilayani, dan tergantung luasnya fisik bangunan institusi tersebut. Jenis/tipe menu yang disajikan pada penyelenggaraan makanan rumah sakit, asrama, catering, panti sosial dan anak sekolah adalah menu siklus. Sedangkan penyelenggaraan makanan komersial menggunakan menu pilihan (selected menu). Mengingat jumlah dan kualifikasi kebutuhan tenaga kerja setiap institusi penyelenggaraan makanan belum dapat dijadikan standar, maka perlu pengkajian dengan menggunakan perhitungan berdasarkan analisis beban kerja masing-masing bidang tugas tenaga kerja tersebut.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43887899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-16DOI: 10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.232
Supriati Wila Djami, M. Arif, U. Bahrun
Peningkatan kadar N Terminal-pro Brain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) secara independen terkait dengan peningkatan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar NT-proBNP serum dan hubungan kadar NT-proBNP pada penderita Hipertensi Derajat 1 dan Derajat 2. Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada bulan Agustus -September 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah pasien Hipertensi sebanyak 72 orang yang memenuhi kriteria inklusi.Kadar NT-proBNP diukur dengan menggunakan metoda ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Data yang terkumpul diolah dengan uji beda Mann Whithney, Spearman’s rho.Hasil penelitian menunjukan kadar NT-proBNP pada penderita hipertensi derajat 2 (172.85+316.26) lebih tinggi dan berbeda bermakna (p=<0,001) dibandingkan hipertensi derajat 1 (34.98+28.99). Kadar NT-proBNP lebih tinggi pada kelompok penderita hipertensi >6 tahun (247.83+361.01) dibandingkan kelompok penderita hipertensi <6 tahun (62.79+164.66), secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut (p=0,010). Disimpulkan bahwa tidak ada hubungaan yang bermakna kadar NT-proBNP pada penderita hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (p=0.862) walaupun menunjukan hasil berbeda bermakna.
{"title":"N Terminal-Pro Brain Natriuretic Peptide (Nt–ProBNP) Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Dan Derajat 2","authors":"Supriati Wila Djami, M. Arif, U. Bahrun","doi":"10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.232","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL17.ISS1.232","url":null,"abstract":"Peningkatan kadar N Terminal-pro Brain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) secara independen terkait dengan peningkatan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar NT-proBNP serum dan hubungan kadar NT-proBNP pada penderita Hipertensi Derajat 1 dan Derajat 2. Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada bulan Agustus -September 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah pasien Hipertensi sebanyak 72 orang yang memenuhi kriteria inklusi.Kadar NT-proBNP diukur dengan menggunakan metoda ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Data yang terkumpul diolah dengan uji beda Mann Whithney, Spearman’s rho.Hasil penelitian menunjukan kadar NT-proBNP pada penderita hipertensi derajat 2 (172.85+316.26) lebih tinggi dan berbeda bermakna (p=<0,001) dibandingkan hipertensi derajat 1 (34.98+28.99). Kadar NT-proBNP lebih tinggi pada kelompok penderita hipertensi >6 tahun (247.83+361.01) dibandingkan kelompok penderita hipertensi <6 tahun (62.79+164.66), secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut (p=0,010). Disimpulkan bahwa tidak ada hubungaan yang bermakna kadar NT-proBNP pada penderita hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (p=0.862) walaupun menunjukan hasil berbeda bermakna.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44901334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-23DOI: 10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.224
K. Aziz
Growth and development in childhood need to be considered to shape future generations are healthy, intelligent and qualified. Maintenance of children's health is carried out since fetus until age of 18 years. Meanwhile, children at the age of first 5 years of life have a low immune system that is susceptible to various diseases including pulmonary TB disease. One effort to maintain maternal and child health is by giving exclusive breastfeeding. The decline in the use of exclusive breastfeeding in developing countries, especially in urban areas, is the result of socio-cultural changes in the community. Pulmonary TB is a public health problem that is one of the global commitments in the MDG’s that must be controlled. Pulmonary TB is an infectious disease caused by an infection of the Mycobacterium tuberculosis and has attacked almost one-third of the world's population. Children's pulmonary TB is a TB disease that usually attacks children aged 0-14 years. Of the 9 million new cases of TB that occur worldwide each year, an estimated 1 million (11%) of them occur in children under 15 years.
{"title":"The Relationship of Exclusive Breastfeeding with the Incidence of Pulmonary Tuberculosis in Children","authors":"K. Aziz","doi":"10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.224","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.224","url":null,"abstract":"Growth and development in childhood need to be considered to shape future generations are healthy, intelligent and qualified. Maintenance of children's health is carried out since fetus until age of 18 years. Meanwhile, children at the age of first 5 years of life have a low immune system that is susceptible to various diseases including pulmonary TB disease. One effort to maintain maternal and child health is by giving exclusive breastfeeding. The decline in the use of exclusive breastfeeding in developing countries, especially in urban areas, is the result of socio-cultural changes in the community. Pulmonary TB is a public health problem that is one of the global commitments in the MDG’s that must be controlled. Pulmonary TB is an infectious disease caused by an infection of the Mycobacterium tuberculosis and has attacked almost one-third of the world's population. Children's pulmonary TB is a TB disease that usually attacks children aged 0-14 years. Of the 9 million new cases of TB that occur worldwide each year, an estimated 1 million (11%) of them occur in children under 15 years.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45731457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-22DOI: 10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.223
M. Muntasir, Edwinandro V Salju, Luh Putu Rulianti
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus kusta baru di wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kecamatan Kota Raja Kota Kupang menunjukkan tingginya risiko angka penularan penyakit kusta di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan studi cross-sectional dengan metode Total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang yang merupakan penderita kusta. Karakteristik responden terbanyak diketahui yaitu umur >15 tahun, berjenis kelamin Pria, Pekerjaan Berisiko, Perpendidikan rendah, pendapatan sosial ekonomi 2 tahun dan tingkat Kepatuhan Minum obat baik. Hasil anahsis bivariat menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Pekerjaan (P=0,026), pendidikan (P=0,026), sosial ekonomi (P=0,032), pengetahuan (P=0,027), kebersihan (p=0,012), dan riwayat kontak (p=0,003). terhadap kejadian penyakit kusta. Simpulan penelitan, pekerjaan, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, kebersihan dan riwayat kontak mempengaruhi kejadian kusta sedangkan umur, jenis kelamin dan kepatuhan minum obat tidak mempengaruhi kejadian kusta pada Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase.
{"title":"Studi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Kusta Pada Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang Tahun 2017","authors":"M. Muntasir, Edwinandro V Salju, Luh Putu Rulianti","doi":"10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.223","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.223","url":null,"abstract":"Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus kusta baru di wilayah kerja Puskesmas Bakunase Kecamatan Kota Raja Kota Kupang menunjukkan tingginya risiko angka penularan penyakit kusta di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan studi cross-sectional dengan metode Total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang yang merupakan penderita kusta. Karakteristik responden terbanyak diketahui yaitu umur >15 tahun, berjenis kelamin Pria, Pekerjaan Berisiko, Perpendidikan rendah, pendapatan sosial ekonomi 2 tahun dan tingkat Kepatuhan Minum obat baik. Hasil anahsis bivariat menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Pekerjaan (P=0,026), pendidikan (P=0,026), sosial ekonomi (P=0,032), pengetahuan (P=0,027), kebersihan (p=0,012), dan riwayat kontak (p=0,003). terhadap kejadian penyakit kusta. Simpulan penelitan, pekerjaan, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, kebersihan dan riwayat kontak mempengaruhi kejadian kusta sedangkan umur, jenis kelamin dan kepatuhan minum obat tidak mempengaruhi kejadian kusta pada Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48268944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-21DOI: 10.31965/infokes.vol16.iss2.185
Sofia Mawaddah
Latar belakang: Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Menurut Bappenas (2015), faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian neonatal sebesar 46,2 %, diare sebesar 15,0 %, pneumonia sebesar 12,7 % dan status kesehatan bayi 17,8%. Untuk menekan angka kematian bayi, salah satunya adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Profil kesehatan Kalimantan Tengah tahun 2015 masih sekitar 27,58% bayi yang mendapatkan Asi Ekslusif. Profil Kabupaten Katingan tahun 2016 tercatat 15,84% bayi (profil kesehatan kab.Katingan 2016). Tujuan: mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian Asi Ekslusif. Metode Penelitian: Cross sectional. Teknik pengambilan sampel : nonprobability sampling jenisnya puposive sampling yaitu 50 sampel serta menggunakan uji Chi-Squere. Hasil: Uji statistik didapatkan nilai p = 0,001. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara variabel IMD (Inisisasi Menyusu Dini) dengan Pemberian Asi Eksklusif (p<0,05).Nilai OR 9,17 (95%CT) menunjukkan bahwa responden yang tidak diberikan inisiasi menyusu dini 9,17 kali lebih beresiko tidak mendapatkan asi eksklusif dibandingkaan dengan responden yang dilakukan inisiasi menyusu dini. Kesimpulan: Terdapat Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan Pemberian Asi Ekslusif pada bayi 0-6 bulan.
{"title":"Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi","authors":"Sofia Mawaddah","doi":"10.31965/infokes.vol16.iss2.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/infokes.vol16.iss2.185","url":null,"abstract":"Latar belakang: Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Menurut Bappenas (2015), faktor penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah kematian neonatal sebesar 46,2 %, diare sebesar 15,0 %, pneumonia sebesar 12,7 % dan status kesehatan bayi 17,8%. Untuk menekan angka kematian bayi, salah satunya adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Profil kesehatan Kalimantan Tengah tahun 2015 masih sekitar 27,58% bayi yang mendapatkan Asi Ekslusif. Profil Kabupaten Katingan tahun 2016 tercatat 15,84% bayi (profil kesehatan kab.Katingan 2016). Tujuan: mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian Asi Ekslusif. Metode Penelitian: Cross sectional. Teknik pengambilan sampel : nonprobability sampling jenisnya puposive sampling yaitu 50 sampel serta menggunakan uji Chi-Squere. Hasil: Uji statistik didapatkan nilai p = 0,001. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara variabel IMD (Inisisasi Menyusu Dini) dengan Pemberian Asi Eksklusif (p<0,05).Nilai OR 9,17 (95%CT) menunjukkan bahwa responden yang tidak diberikan inisiasi menyusu dini 9,17 kali lebih beresiko tidak mendapatkan asi eksklusif dibandingkaan dengan responden yang dilakukan inisiasi menyusu dini. Kesimpulan: Terdapat Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan Pemberian Asi Ekslusif pada bayi 0-6 bulan.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41679001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-21DOI: 10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.209
Eline Charla Sabatina Bigan
Latar Belakang: Senam hamil merupakan salah satu usaha menjaga kesehatan ibu hamil dan janin, jika ibu hamil rutin melakukan senam hamil secara teratur akan mempengaruhi peningkatan hormon dan sistem saraf otonom yang mempengaruhi detak jantung janin pada ibu hamil. Kegiatan senam hamil juga memberikan efek yang baik bagi sistem kardiovaskular dengan senan hamil ibu memberikan respon yang baik bagi janin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan senam hamil dengan detak jantung janin pada ibu hamil yang melakukan senam hamil. Mengetahui rerata detak jantung janin pada ibu senam hamil dan yang tidak senam hamil. Metode: Penelitian ini menggunakan Analitik Observasional dengan desain Kohort yaitu penelitian epidemiologis non-eksperimental. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32 ibu hamil yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ibu hamil mengikuti senam hamil dan 16 ibu hamil tidak mengikuti senam hamil. Hasil: Berdasarkan hasil dari uji T test didapatkan hasil bahwa nilai p-value 0,000 (< 0,05) dan rata- rata detak jantung janin pada kelompok ibu hamil yang mengikuti senam hamil yaitu 144,94 dan rata- rata detak jantung janin pada kelompok ibu hamil yang tidak mengikuti senam hamil yaitu 157,56. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan senam hamil dengan detak jantung janin pada ibu hamil yang melakukan senam hamil. Ada perbedaan detak jantung janin pada ibu hamil yang mengikuti senam hamil dan ibu hamil yang tidak mengikuti senam hamil.
{"title":"Hubungan Senam Hamil Dengan Detak Jantung Janin Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangkaraya","authors":"Eline Charla Sabatina Bigan","doi":"10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.209","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.209","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Senam hamil merupakan salah satu usaha menjaga kesehatan ibu hamil dan janin, jika ibu hamil rutin melakukan senam hamil secara teratur akan mempengaruhi peningkatan hormon dan sistem saraf otonom yang mempengaruhi detak jantung janin pada ibu hamil. Kegiatan senam hamil juga memberikan efek yang baik bagi sistem kardiovaskular dengan senan hamil ibu memberikan respon yang baik bagi janin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan senam hamil dengan detak jantung janin pada ibu hamil yang melakukan senam hamil. Mengetahui rerata detak jantung janin pada ibu senam hamil dan yang tidak senam hamil. Metode: Penelitian ini menggunakan Analitik Observasional dengan desain Kohort yaitu penelitian epidemiologis non-eksperimental. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32 ibu hamil yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ibu hamil mengikuti senam hamil dan 16 ibu hamil tidak mengikuti senam hamil. Hasil: Berdasarkan hasil dari uji T test didapatkan hasil bahwa nilai p-value 0,000 (< 0,05) dan rata- rata detak jantung janin pada kelompok ibu hamil yang mengikuti senam hamil yaitu 144,94 dan rata- rata detak jantung janin pada kelompok ibu hamil yang tidak mengikuti senam hamil yaitu 157,56. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan senam hamil dengan detak jantung janin pada ibu hamil yang melakukan senam hamil. Ada perbedaan detak jantung janin pada ibu hamil yang mengikuti senam hamil dan ibu hamil yang tidak mengikuti senam hamil.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45172101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-21DOI: 10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.222
Happy Marthalena Simanungkalit
Latar Belakang : Air Susu Ibu (ASI) selain merupakan makanan paling baik untuk bayi, juga terbukti dapat mencegah penyakit pada bayi dan memberi manfaat bagi ibu, keluarga, dan masyarakat. Memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia. Tahun 2016 capaian pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya masih rendah. Tujuan Penelitian: Penelitian ini merupakan crosssectional study yang bersifat analitik Populasinya adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional. Jumlah sampel yaitu sebanyak 79 responden. Adapun cara pengumpulan data dengan wawancara. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square (X2) dan Fisher Exact Test. Hasil penelitian: Variabel yang memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu pengetahuan (p=0,000). Sedangkan untuk variabel lainnya, yaitu umur (Fisher Exact Test = 0,120), pendidikan (p = 0,075) dan pekerjaan (p = 0,976) tidak menunjukkan adanya hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan: Variabel pengetahuan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Variabel umur, pendidikan dan pekerjaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.
{"title":"Status Pekerjaan Dan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif","authors":"Happy Marthalena Simanungkalit","doi":"10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.222","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/INFOKES.VOL16.ISS2.222","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Air Susu Ibu (ASI) selain merupakan makanan paling baik untuk bayi, juga terbukti dapat mencegah penyakit pada bayi dan memberi manfaat bagi ibu, keluarga, dan masyarakat. Memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia. Tahun 2016 capaian pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya masih rendah. Tujuan Penelitian: Penelitian ini merupakan crosssectional study yang bersifat analitik Populasinya adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 6-12 bulan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional. Jumlah sampel yaitu sebanyak 79 responden. Adapun cara pengumpulan data dengan wawancara. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square (X2) dan Fisher Exact Test. Hasil penelitian: Variabel yang memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu pengetahuan (p=0,000). Sedangkan untuk variabel lainnya, yaitu umur (Fisher Exact Test = 0,120), pendidikan (p = 0,075) dan pekerjaan (p = 0,976) tidak menunjukkan adanya hubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan: Variabel pengetahuan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Variabel umur, pendidikan dan pekerjaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan pemberian ASI eksklusif.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42828244","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.31965/infokes.vol16.iss1.175
William Wilfridus Lamawuran
Background: Exposure to lipopolysaccharide endotoxin (LPS) in rice dust causes respiratory inflammation which is characterized by an increase in Neutrophils or Polymorphonuclear (PMN) in the nasal lavage fluid of rice milling operators. Objective: The purpose of this study was to analyze the effect of endotoxin LPS on the rice mill operators' PM in the rice level operators. Methods: the design of this study was a longitudinal study. Dust sampling was carried out for 8 hours while nasal lavage samples were carried out before and after work (cross shift). Endotoxin PMN and LPS were analyzed using the ELISA method and LPS Endotoxin was analyzed using LAL. Results: The mean level of LPS endotoxin in rice dust was 56.36 ± 5.83 EU / m3. An increase in post-employment PMN (Pired sample t-test: p = 0.000) in all rice milling operators. LPS endotoxin levels correlated with increased PMN in nasal lavage fluid in rice milling operators (multiple linear regression test: p = 0.000). Conclusion: LPS endotoxin is a factor that influences the increase of PMN levels in nasal lavage fluid which indicates the occurrence of inflammation in rice mill operators. Suggestion: Use a rice milling machine equipped with a dust collector. Health checks are given to the rest of their work. Workers are advised to always use masks while working.
背景:暴露于米尘中的脂多糖内毒素(LPS)会引起呼吸道炎症,其特征是碾米操作人员鼻灌洗液中中性粒细胞或多形核(PMN)增加。目的:分析内毒素LPS对碾米机操作工PM的影响。方法:本研究设计为纵向研究。进行8小时的粉尘取样,并在工作前后(交叉班)进行鼻腔灌洗取样。ELISA法检测内毒素PMN和LPS, LAL法检测LPS内毒素。结果:稻粉中脂多糖内毒素平均含量为56.36±5.83 EU / m3。在所有碾米厂经营者中,就业后PMN增加(抽样t检验:p = 0.000)。碾米工人鼻灌洗液中脂多糖内毒素水平与PMN升高相关(多元线性回归检验:p = 0.000)。结论:脂多糖内毒素是影响碾米机操作人员鼻灌洗液中PMN水平升高的因素,提示碾米机操作人员发生炎症。建议:使用带除尘器的碾米机。对他们的其他工作进行健康检查。建议工人在工作时始终佩戴口罩。
{"title":"Peningkatan Polymorphonuclear (PMN) Dalam Cairan Nasal Lavage Operator Penggilingan Padi Yang Terpajan Endotoksin Lipopolisakarida (LPS)","authors":"William Wilfridus Lamawuran","doi":"10.31965/infokes.vol16.iss1.175","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/infokes.vol16.iss1.175","url":null,"abstract":"Background: Exposure to lipopolysaccharide endotoxin (LPS) in rice dust causes respiratory inflammation which is characterized by an increase in Neutrophils or Polymorphonuclear (PMN) in the nasal lavage fluid of rice milling operators. Objective: The purpose of this study was to analyze the effect of endotoxin LPS on the rice mill operators' PM in the rice level operators. Methods: the design of this study was a longitudinal study. Dust sampling was carried out for 8 hours while nasal lavage samples were carried out before and after work (cross shift). Endotoxin PMN and LPS were analyzed using the ELISA method and LPS Endotoxin was analyzed using LAL. Results: The mean level of LPS endotoxin in rice dust was 56.36 ± 5.83 EU / m3. An increase in post-employment PMN (Pired sample t-test: p = 0.000) in all rice milling operators. LPS endotoxin levels correlated with increased PMN in nasal lavage fluid in rice milling operators (multiple linear regression test: p = 0.000). Conclusion: LPS endotoxin is a factor that influences the increase of PMN levels in nasal lavage fluid which indicates the occurrence of inflammation in rice mill operators. Suggestion: Use a rice milling machine equipped with a dust collector. Health checks are given to the rest of their work. Workers are advised to always use masks while working.","PeriodicalId":34064,"journal":{"name":"Jurnal Info Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45455518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}