Pub Date : 2019-06-26DOI: 10.17509/JPKI.V5I1.16008
Dyah Fitri Wulandari, R. S. Hariyati
ABSTRAKDischarge planning merupakan suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk menyiapkan pasien dalam masa transisi di rumah sakit sampai pasien tersebut kembali ke rumahnya, dimana pelaksanannya harus dibuat sejak awal pasien datang ke pelayanan kesehatan. Pelaksanaan discharge planning di rumah sakit dilakukan sebelum pasien pulang, atau sebelum pasien keluar dari unit layanan Pengamatan yang dilakukan penulis terhadap pelaksanaan discharge planning di ruang ICU, perawat lebih mengutamakan memperhatikan kondisi kritis pasien, sehingga melupakan pelaksanaan discharge planning. Tujuan tulisan ini adalah melakukan analisis terhadap pelaksanaan discharge planning di ruang ICU RS X Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode analisis dengan menggunakan fishbone dengan asesmen yang dilakukan berupa observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder yang sudah ada di RS X Jakarta, setelah itu dilakukan pencarian literatur untuk mengidentifikasi akar masalahnya, sehingga bisa diusulkan rekomendasi untuk penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dari hasil analisis ditemukan akar masalah yaitu pengetahuan perawat yang kurang tentang discharge planning dan kurang optimalnya sistem yang mendukung pelaksanaan discharge planning seperti format, SPO dan panduan. Rekomendasi yang di usulkan yaitu berupa perbaikan format discharge planning, revisi SPO, pembuatan panduan dan pelaksanaan pelatihan discharge planning.ABSTRACTDischarge planning is a complex process that aims to prepare patients in the transition period in the hospital until the patient returns to his home, where the implementation must be made from the beginning the patient comes to the health service. However, discharge planning was done before the patient returns, or before the patient left the service unit in Hospital. In the ICU room with critical patient conditions, nurses prioritize paying attention to the critical condition of the patient, thus forgetting the implementation of this discharge planning. For this reason, this paper aimed to analyze the implementation of discharge planning in the ICU of Jakarta X Hospital, literature study to identify the root of the problem, so that recommendations can be proposed to resolve the problem. The method was used an analysis using fishbone diagram with an assessment conducted in the observation form. Interview and secondary data collection from Jakarta X Hospital. Based on the analysis results, the root cause of the problem is knowledge of nurses who are less about discharge planning and less optimal systems that support the implementation of discharge planning such as format, SPO and guidelines. For this reason, recommendations for improvements were made in the form of redesigning the format of discharge planning, revision of SPO, making guidelines and implementing discharge planning training
{"title":"Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang ICU RS X Jakarta","authors":"Dyah Fitri Wulandari, R. S. Hariyati","doi":"10.17509/JPKI.V5I1.16008","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V5I1.16008","url":null,"abstract":" ABSTRAKDischarge planning merupakan suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk menyiapkan pasien dalam masa transisi di rumah sakit sampai pasien tersebut kembali ke rumahnya, dimana pelaksanannya harus dibuat sejak awal pasien datang ke pelayanan kesehatan. Pelaksanaan discharge planning di rumah sakit dilakukan sebelum pasien pulang, atau sebelum pasien keluar dari unit layanan Pengamatan yang dilakukan penulis terhadap pelaksanaan discharge planning di ruang ICU, perawat lebih mengutamakan memperhatikan kondisi kritis pasien, sehingga melupakan pelaksanaan discharge planning. Tujuan tulisan ini adalah melakukan analisis terhadap pelaksanaan discharge planning di ruang ICU RS X Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode analisis dengan menggunakan fishbone dengan asesmen yang dilakukan berupa observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder yang sudah ada di RS X Jakarta, setelah itu dilakukan pencarian literatur untuk mengidentifikasi akar masalahnya, sehingga bisa diusulkan rekomendasi untuk penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dari hasil analisis ditemukan akar masalah yaitu pengetahuan perawat yang kurang tentang discharge planning dan kurang optimalnya sistem yang mendukung pelaksanaan discharge planning seperti format, SPO dan panduan. Rekomendasi yang di usulkan yaitu berupa perbaikan format discharge planning, revisi SPO, pembuatan panduan dan pelaksanaan pelatihan discharge planning.ABSTRACTDischarge planning is a complex process that aims to prepare patients in the transition period in the hospital until the patient returns to his home, where the implementation must be made from the beginning the patient comes to the health service. However, discharge planning was done before the patient returns, or before the patient left the service unit in Hospital. In the ICU room with critical patient conditions, nurses prioritize paying attention to the critical condition of the patient, thus forgetting the implementation of this discharge planning. For this reason, this paper aimed to analyze the implementation of discharge planning in the ICU of Jakarta X Hospital, literature study to identify the root of the problem, so that recommendations can be proposed to resolve the problem. The method was used an analysis using fishbone diagram with an assessment conducted in the observation form. Interview and secondary data collection from Jakarta X Hospital. Based on the analysis results, the root cause of the problem is knowledge of nurses who are less about discharge planning and less optimal systems that support the implementation of discharge planning such as format, SPO and guidelines. For this reason, recommendations for improvements were made in the form of redesigning the format of discharge planning, revision of SPO, making guidelines and implementing discharge planning training","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45681009","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-26DOI: 10.17509/JPKI.V5I1.13966
M. Pele, A. Waluyo
ABSTRACTChronic disease in total care patients can lead the damage of skin integrity. The skin integrity damage can be affected by various patient’s conditions, including physical immobilization, treatment, changes in skin turgor, immune decline, age, environmental changes and the effects of the diseases. Its can make the complications of patient condition such as infection so that can causes the longer length of stay and higher of hospitalization costs. The aim of this paper is to identified use of olive oil and warm water in bathing intervention in preventing risk of skin integrity damage in total care patients with chronic disease. This is a case study in one total care patient with chronic disease. Skin integrity assesed by Braden score and patient condition assesed by reseacher observations. Bathing the patient using olive oil and warm water has a calming effect on the patient and preventing damage to the integrity of the skin. Use of olive oil and warm water in bathing intervention can preventing risk of skin integrity damage in total care patients with chronic disease.ABSTRAKPenyakit kronis pada pasien dengan perawatan total dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi pasien, termasuk imobilisasi fisik, perawatan, perubahan turgor kulit, penurunan kekebalan, usia, perubahan lingkungan dan efek penyakit. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi pada kondisi pasien seperti infeksi sehingga dapat menyebabkan lama hari rawat lebih lama dan biaya rawat inap yang lebih tinggi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan minyak zaitun dan air hangat dalam intervensi memandkani dalam mencegah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien perawatan total dengan penyakit kronis. Ini adalah studi kasus pada satu pasien perawatan total dengan penyakit kronis. Integritas kulit dinilai oleh Braden score dan kondisi pasien dinilai dengan pengamatan peneliti. Memandikan pasien dengan minyak zaitun dan air hangat memiliki efek menenangkan pada pasien dan mencegah kerusakan integritas kulit. Penggunaan minyak zaitun dan air hangat dalam intervensi mandi dapat mencegah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien perawatan total dengan penyakit kronis.
【摘要】慢性疾病可导致全科护理患者皮肤完整性受损。皮肤完整性损伤可受到各种患者条件的影响,包括身体固定、治疗、皮肤肿胀的变化、免疫功能下降、年龄、环境变化和疾病的影响。它会引起感染等患者病情并发症,从而导致住院时间延长和住院费用增加。本文的目的是确定在沐浴干预中使用橄榄油和温水预防慢性疾病患者皮肤完整性损伤的风险。这是一个慢性疾病的全面护理患者的案例研究。皮肤完整性由Braden评分评估,患者状况由研究者观察评估。用橄榄油和温水给病人洗澡,对病人有镇静作用,防止损伤皮肤的完整性。使用橄榄油和温水洗澡干预可以预防慢性疾病全科护理患者皮肤完整性损伤的风险。【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】学富五车,学富五车,学富五车,学富五车】。Kerusakan integritas kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi pasien, termasuk imobilisasi fisik, perawatan, perubahan turgor kulit, penurunan kekebalan, usia, perubahan lingkungan dan efek penyakit。这是我的生日,我的生日是我的生日,我的生日是我的生日,我的生日是我的生日。ini adalah Tujuan达里语颜色为她mengidentifikasi penggunaan minyak zaitun丹空气hangat dalam intervensi memandkani dalam mencegah risiko kerusakan integritas kulit篇pasien perawatan总dengan penyakit kronis。我的研究表明,我的研究对象是印度人,我的研究对象是印度人,我的研究对象是印度人。Integritas kulit dinilai oleh Braden得分dan kondisi pasien dinilai dengan pengamatan peneliti。我是说,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Penggunaan minyak zaitun dan air hangat dalam干预,mandi dapat menegah, risiko kerusakan, integritas, kulit, pasen perawatan, total dengan penyakit kroni。
{"title":"Use of Olive Oil and Warm Water in Bathing Intervention in Preventing Risk of Skin Integrity Damage in Total Care Patients With Chronic Disease: A Case Study","authors":"M. Pele, A. Waluyo","doi":"10.17509/JPKI.V5I1.13966","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V5I1.13966","url":null,"abstract":"ABSTRACTChronic disease in total care patients can lead the damage of skin integrity. The skin integrity damage can be affected by various patient’s conditions, including physical immobilization, treatment, changes in skin turgor, immune decline, age, environmental changes and the effects of the diseases. Its can make the complications of patient condition such as infection so that can causes the longer length of stay and higher of hospitalization costs. The aim of this paper is to identified use of olive oil and warm water in bathing intervention in preventing risk of skin integrity damage in total care patients with chronic disease. This is a case study in one total care patient with chronic disease. Skin integrity assesed by Braden score and patient condition assesed by reseacher observations. Bathing the patient using olive oil and warm water has a calming effect on the patient and preventing damage to the integrity of the skin. Use of olive oil and warm water in bathing intervention can preventing risk of skin integrity damage in total care patients with chronic disease.ABSTRAKPenyakit kronis pada pasien dengan perawatan total dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit. Kerusakan integritas kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi pasien, termasuk imobilisasi fisik, perawatan, perubahan turgor kulit, penurunan kekebalan, usia, perubahan lingkungan dan efek penyakit. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi pada kondisi pasien seperti infeksi sehingga dapat menyebabkan lama hari rawat lebih lama dan biaya rawat inap yang lebih tinggi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan minyak zaitun dan air hangat dalam intervensi memandkani dalam mencegah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien perawatan total dengan penyakit kronis. Ini adalah studi kasus pada satu pasien perawatan total dengan penyakit kronis. Integritas kulit dinilai oleh Braden score dan kondisi pasien dinilai dengan pengamatan peneliti. Memandikan pasien dengan minyak zaitun dan air hangat memiliki efek menenangkan pada pasien dan mencegah kerusakan integritas kulit. Penggunaan minyak zaitun dan air hangat dalam intervensi mandi dapat mencegah risiko kerusakan integritas kulit pada pasien perawatan total dengan penyakit kronis. ","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47846506","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/jpki.v4i2.13443
Dwi Prihatiningsih, Tiwi Sudyasih
ABSTRAKGagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka mortalitas, morbiditas dan juga berdampak secara finansial terutama bagi lanjut usia. Rehospitalisasi merupakan masalah umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung yang sebagain besar disebabkan oleh keterlambatan dalam pengenalan gejala, pengobatan dan ketidakpatuhan diet serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan diri. Panduan penanganan gagal jantung menekankan pentingnya perilaku perawatan diri untuk menurunkan kekambuhan dan rehospitalisasi pada pasien gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung yang mengunjungi poliklinik jantung di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif quantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 74 responden yang merupakan pasien rawat jalan di poliklinik jantung pada bulan Juni hingga Juli 2018. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Care of Heart Failure Index (SCHFI), (skor ≥70 poin=adekuat). Uji statistik chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara factor sosiodemografi dengan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku perawatan diri pada sebagian besar responden masih belum adekuat dengan frekuensi perilaku perawatan diri adekuat yang masih rendah (pemeliharaan: 45±13.1 (7.7%), pengelolaan: 46±20.4 (13.0%) dan kepercayaan: 69±16.5 (38.5%)). Hanya satu faktor yaitu penyakit penyerta yang berhubungan dengan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung pada dimensi kepercayaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku perawatan diri yang tidak adekuat seperti juga pada negara-negara lainnya sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung. ABSTRACTHeart failure (HF) is one of the most prevalent cardiovascular diseases in the world which associated with significant mortality, morbidity, and huge financial burden, particularly among aging population. Rehospitalization remain a concern in the care of the heart failure patient which largerly associated with delay in symptoms recognition, treatment, diet non-compliance and also lack of knowledge and skills in heart failure self-care. Guideline on HF emphasize the important of self care in preventing symptoms and hospital readmission. This study aims to describe self-care behavior in a sample of heart failure patients. This is a descriptive cross-sectional study with non-probabilistic sample of 74 in an out-patient heart clinic from June-July 2018. Self-care was measured using the Self-Care of Heart Failure Index (SCHFI), (scores ≥70 points=adequate self-care). Chi-square test was conducted to test whether participant’s characteristics associated with self-care behavior among heart failure patients in thr
{"title":"Perawatan Diri Pada Pasien Gagal Jantung","authors":"Dwi Prihatiningsih, Tiwi Sudyasih","doi":"10.17509/jpki.v4i2.13443","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13443","url":null,"abstract":"ABSTRAKGagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka mortalitas, morbiditas dan juga berdampak secara finansial terutama bagi lanjut usia. Rehospitalisasi merupakan masalah umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung yang sebagain besar disebabkan oleh keterlambatan dalam pengenalan gejala, pengobatan dan ketidakpatuhan diet serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan perawatan diri. Panduan penanganan gagal jantung menekankan pentingnya perilaku perawatan diri untuk menurunkan kekambuhan dan rehospitalisasi pada pasien gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung yang mengunjungi poliklinik jantung di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif quantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 74 responden yang merupakan pasien rawat jalan di poliklinik jantung pada bulan Juni hingga Juli 2018. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Care of Heart Failure Index (SCHFI), (skor ≥70 poin=adekuat). Uji statistik chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara factor sosiodemografi dengan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku perawatan diri pada sebagian besar responden masih belum adekuat dengan frekuensi perilaku perawatan diri adekuat yang masih rendah (pemeliharaan: 45±13.1 (7.7%), pengelolaan: 46±20.4 (13.0%) dan kepercayaan: 69±16.5 (38.5%)). Hanya satu faktor yaitu penyakit penyerta yang berhubungan dengan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung pada dimensi kepercayaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku perawatan diri yang tidak adekuat seperti juga pada negara-negara lainnya sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan perilaku perawatan diri pada pasien gagal jantung. ABSTRACTHeart failure (HF) is one of the most prevalent cardiovascular diseases in the world which associated with significant mortality, morbidity, and huge financial burden, particularly among aging population. Rehospitalization remain a concern in the care of the heart failure patient which largerly associated with delay in symptoms recognition, treatment, diet non-compliance and also lack of knowledge and skills in heart failure self-care. Guideline on HF emphasize the important of self care in preventing symptoms and hospital readmission. This study aims to describe self-care behavior in a sample of heart failure patients. This is a descriptive cross-sectional study with non-probabilistic sample of 74 in an out-patient heart clinic from June-July 2018. Self-care was measured using the Self-Care of Heart Failure Index (SCHFI), (scores ≥70 points=adequate self-care). Chi-square test was conducted to test whether participant’s characteristics associated with self-care behavior among heart failure patients in thr","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49127354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/jpki.v4i2.13638
Khrisna Wisnusakti
ABSTRACTAnxiety is a normal emotional reaction to stress and perceptions of danger, feelings are not calm and unclear because of helplessness, isolation and spiritual insecurity are the beliefs of our relationship with God Almighty and Creator, it permeates the lives of people who we are and our purpose. The purpose of this study was to determine the relationship between the spiritual level of anxiety in elderly. Quantitative research method with cross sectional approach. The sample in this study were 98 respondents by using total sampling. Data processing with Chi-Square technique. The instrument used in data retrieval was a questionnaire. The results showed that the elderly had a high spiritual level of 76 people (77.6%), the elderly did not worry as many as 85 people (86.7%). Statistical test results showed there was a relationship between spiritual levels against anxiety (p value = 0.01 <α = 0.05) in the elderly. Suggestions for nurses to maintain the spiritual activities that are in place to prevent anxiety in the Elderly. ABSTRAKKecemasan merupakan reaksi emosional yang normal terhadap stress & persepsi adanya bahaya, perasaan yang tidak tenang dan tidak jelas karena ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan. Spiritual adalah keyakinan hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, hal itu meresap kedalam kehidupan manusia akan sadarnya siapa diri kita dan tujuan kita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat spiritual terhadap kecemasan pada lansia. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 responden dengan cara menggunakan total sampling. Pengolahan data dengan teknik Chi-Square. Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan lansia memiliki tingkat spiritual yang tinggi sebanyak 76 orang (77,6%), lansia tidak cemas sebanyak 85 orang (86,7%). Analisa dari hasil uji statistik tersebut adalah terdapatnya hubungan antara tingkat spiritual terhadap kecemasan (p value = 0,01 < α = 0,05) jadi semakin tinggi tingkat spiritual lansia maka semakin rendah angka kejadian kecemasan pada lansia. Saran bagi perawat mempertahankan kegiatan spiritual yang ada dipanti untuk mencegah terjadinya kecemasan pada Lansia.
{"title":"The Relationship Between Levels Of Spiritual Welfare and Anxiety in Elderly","authors":"Khrisna Wisnusakti","doi":"10.17509/jpki.v4i2.13638","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13638","url":null,"abstract":"ABSTRACTAnxiety is a normal emotional reaction to stress and perceptions of danger, feelings are not calm and unclear because of helplessness, isolation and spiritual insecurity are the beliefs of our relationship with God Almighty and Creator, it permeates the lives of people who we are and our purpose. The purpose of this study was to determine the relationship between the spiritual level of anxiety in elderly. Quantitative research method with cross sectional approach. The sample in this study were 98 respondents by using total sampling. Data processing with Chi-Square technique. The instrument used in data retrieval was a questionnaire. The results showed that the elderly had a high spiritual level of 76 people (77.6%), the elderly did not worry as many as 85 people (86.7%). Statistical test results showed there was a relationship between spiritual levels against anxiety (p value = 0.01 <α = 0.05) in the elderly. Suggestions for nurses to maintain the spiritual activities that are in place to prevent anxiety in the Elderly. ABSTRAKKecemasan merupakan reaksi emosional yang normal terhadap stress & persepsi adanya bahaya, perasaan yang tidak tenang dan tidak jelas karena ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan. Spiritual adalah keyakinan hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, hal itu meresap kedalam kehidupan manusia akan sadarnya siapa diri kita dan tujuan kita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat spiritual terhadap kecemasan pada lansia. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 responden dengan cara menggunakan total sampling. Pengolahan data dengan teknik Chi-Square. Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan lansia memiliki tingkat spiritual yang tinggi sebanyak 76 orang (77,6%), lansia tidak cemas sebanyak 85 orang (86,7%). Analisa dari hasil uji statistik tersebut adalah terdapatnya hubungan antara tingkat spiritual terhadap kecemasan (p value = 0,01 < α = 0,05) jadi semakin tinggi tingkat spiritual lansia maka semakin rendah angka kejadian kecemasan pada lansia. Saran bagi perawat mempertahankan kegiatan spiritual yang ada dipanti untuk mencegah terjadinya kecemasan pada Lansia.","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48239613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/JPKI.V4I2.10443
N. Alfiyah, T. Solehati, T. Sutini
ABSTRAKRemaja merupakan masa peralihan yang mengakibatkan perubahan fungsi seksual yang akan menimbulkan dorongan berperilaku seksual pranikah. Berdasarkan data DP2KBP3A tahun 2016 Pernikahan Usia Dini (PUP) di bawah usia 21 tahun ada 9.530 orang di Kecamatan Solokanjeruk. Serta data yang diperoleh dari Puskesmas Solokanjeruk dampak dari perilaku seksual pranikah antaranya kehamilan diluar nikah ada 5 kasus usia 15-16 tahun. Perilaku seksual pranikah terjadi di remaja. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu ada faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel 310 orang, teknik pengambilan sampel dengan propotional statified sampling. Pengambilan data menggunakan instrument tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah. Instrumen telah diuji validitas (0,760-0,989) dan reabilitas (0,945-0,987). Penelitian ini menggunakan skala Ordinal. Variabel bebasnya yaitu pengetahuan, norma keluarga, norma agama, smartphone. Sedangkan pada variabel terikat yaitu perilaku seks pranikah remaja. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji statistik chi square (X2) dan uji normalitas menggunakan metode kolmogorov smirnov. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung bulan September 2017.Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara norma keluarga ( value : 0,000) dan penggunaan smartphone value : 0,000) dengan perilaku seksual pranikah. Hasil ini diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti, departemen maternitas dan jiwa Fakultas Keperawatan Unpad, Puskesmas Solokanjeruk, SMPN 1 Solokanjeruk. Diharapkan juga dapat menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai upaya promotif dan preventif perilaku seksual pranikah remaja. ABSTRACTAdolescence is a transitional period that results in changes in sexual function that will lead to a premarital sexual behavior. Based on data DP2KBP3A 2016 Early Marriage (PUP) in Solokanjeruk District there are 14,520 people. As well as data obtained from Puskesmas Solokanjeruk the impact of premarital sexual behavior among pregnancy out of wedlock there are 5 cases aged 15-16 years. However, factors that result in premarital sexual behavior are not yet known. This study aims to provide a description of factors related to premarital sexual behavior in adolescents at SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung.The research is quantitative descriptive. The number of samples is 310 people, the sampling technique is proportional sampling. Colecting data used the instruments of factors related to premarital sexual. The instrument has been tested for validity (0.760-0.989) and reliability (0.945-0,987). This study uses the Ordinal scale. The independent variables are knowledge, family norms, religious norm
{"title":"Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja SMP","authors":"N. Alfiyah, T. Solehati, T. Sutini","doi":"10.17509/JPKI.V4I2.10443","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I2.10443","url":null,"abstract":"ABSTRAKRemaja merupakan masa peralihan yang mengakibatkan perubahan fungsi seksual yang akan menimbulkan dorongan berperilaku seksual pranikah. Berdasarkan data DP2KBP3A tahun 2016 Pernikahan Usia Dini (PUP) di bawah usia 21 tahun ada 9.530 orang di Kecamatan Solokanjeruk. Serta data yang diperoleh dari Puskesmas Solokanjeruk dampak dari perilaku seksual pranikah antaranya kehamilan diluar nikah ada 5 kasus usia 15-16 tahun. Perilaku seksual pranikah terjadi di remaja. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu ada faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel 310 orang, teknik pengambilan sampel dengan propotional statified sampling. Pengambilan data menggunakan instrument tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah. Instrumen telah diuji validitas (0,760-0,989) dan reabilitas (0,945-0,987). Penelitian ini menggunakan skala Ordinal. Variabel bebasnya yaitu pengetahuan, norma keluarga, norma agama, smartphone. Sedangkan pada variabel terikat yaitu perilaku seks pranikah remaja. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji statistik chi square (X2) dan uji normalitas menggunakan metode kolmogorov smirnov. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung bulan September 2017.Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara norma keluarga ( value : 0,000) dan penggunaan smartphone value : 0,000) dengan perilaku seksual pranikah. Hasil ini diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti, departemen maternitas dan jiwa Fakultas Keperawatan Unpad, Puskesmas Solokanjeruk, SMPN 1 Solokanjeruk. Diharapkan juga dapat menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai upaya promotif dan preventif perilaku seksual pranikah remaja. ABSTRACTAdolescence is a transitional period that results in changes in sexual function that will lead to a premarital sexual behavior. Based on data DP2KBP3A 2016 Early Marriage (PUP) in Solokanjeruk District there are 14,520 people. As well as data obtained from Puskesmas Solokanjeruk the impact of premarital sexual behavior among pregnancy out of wedlock there are 5 cases aged 15-16 years. However, factors that result in premarital sexual behavior are not yet known. This study aims to provide a description of factors related to premarital sexual behavior in adolescents at SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung.The research is quantitative descriptive. The number of samples is 310 people, the sampling technique is proportional sampling. Colecting data used the instruments of factors related to premarital sexual. The instrument has been tested for validity (0.760-0.989) and reliability (0.945-0,987). This study uses the Ordinal scale. The independent variables are knowledge, family norms, religious norm","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43471070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/jpki.v4i2.13637
Albertus Budi Arianto, Yanny Trisyani, E. Emaliyawati
ABSTRACTThe end-of-life (EOL) care is the progressive terminal illness, leading to death; that in the situation the nurse have significant role in decision making. In decision making, temporarily, the nurse will experiences the ethical dilemmas, including in intensive care unit (ICU) with any factors resulting in problem in medical decision making. The literature review intends to analyze the description of ethical dilemmas occurred in intensive care unit, especially to the EOL care. A method used is critical review full text of 2007-2018 periods in English langguage. The multiple databases used is PubMed, Proquest and Google Scholar with keyword “End of Life Care” and “Nursing Ethic in critical care” and “issue End-of-life critical care”, and “Dilemmas Ethic in ICU.” The articles selected gradually by using of Appraisal tool of PRISMA and obtained 21 articles. The literature study obtaining 4 themes related to description of the ethical dilemmas in ICU including (1) the ethical principle involved in EOL care at ICU, (2) resource of ethical conflict in ICU, (3) impact of ethical conflict in ICU, and (4) response of nurse in dealing with ethical dilemmas. The discussion of literature review related to the perception of nurse on EOL care; that nurse have important role in medical decision making involving ethical principle in the implementation. it is required further research on exploration of nurse experience on implementation of ethical principle in case of EOL care.ABSTRAKPerawatan end of life (EOL) merupakan suatu perawatan pada penyakit terminal yang bersifat progresif, yang akan berujung dengan kematian, pada kondisi ini perawat mempunyai peran dalam pengambilan keputusan perawatan. Terkadang dalam pengambilan keputusan ini perawat akan mengalami kondisi dilema etik, tak terkecuali di ruangan intensive care unit dimana diruangan tersebut banyak faktor yang mengakibatkan kesulitan dalam pengambilan keputusan medis. Literature reviews ini bertujuan untuk menganalisia gambaran dilema etik yang terjadi di area intensive khususnya pada kasus end of life care. Metode yang digunakan adalah critical review full text dengan rentang tahun 2007-2018 dalam Bahasa Inggris. Multiple database yang digunakan adalah PubMed, Proquest dan Google Scholar merupakan database yang digunakan, dengan kata kunci “End Of Life Care” and “Nursing Ethic in critical care” and “issue End-of-life in critical care”, and“Dilema Ethic in ICU”. Artikel diseleksi bertahap menggunakan Appraisal tool PRISMA dan didapatkan 21 artikel. Studi literatur diperoleh 4 tema terkait gambaran dilema etik di ruang ICU diantaranya (1) Prinsip etik yang terlibat dalam end of life care di ICU, (2) Sumber konflik etik di ICU, (3) Dampak konflik etik di ICU, dan (4) Respon perawat dalam menghadapi dilema etik. Pembahasan telaah literatur ini terkait persepsi perawat mengenai perawatan end of life, dimana perawat mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan medis yang melibatkan prinsip et
{"title":"Ethical Dilemmas of End of Life Care in Intensive Care Unit : A Literature Review","authors":"Albertus Budi Arianto, Yanny Trisyani, E. Emaliyawati","doi":"10.17509/jpki.v4i2.13637","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13637","url":null,"abstract":" ABSTRACTThe end-of-life (EOL) care is the progressive terminal illness, leading to death; that in the situation the nurse have significant role in decision making. In decision making, temporarily, the nurse will experiences the ethical dilemmas, including in intensive care unit (ICU) with any factors resulting in problem in medical decision making. The literature review intends to analyze the description of ethical dilemmas occurred in intensive care unit, especially to the EOL care. A method used is critical review full text of 2007-2018 periods in English langguage. The multiple databases used is PubMed, Proquest and Google Scholar with keyword “End of Life Care” and “Nursing Ethic in critical care” and “issue End-of-life critical care”, and “Dilemmas Ethic in ICU.” The articles selected gradually by using of Appraisal tool of PRISMA and obtained 21 articles. The literature study obtaining 4 themes related to description of the ethical dilemmas in ICU including (1) the ethical principle involved in EOL care at ICU, (2) resource of ethical conflict in ICU, (3) impact of ethical conflict in ICU, and (4) response of nurse in dealing with ethical dilemmas. The discussion of literature review related to the perception of nurse on EOL care; that nurse have important role in medical decision making involving ethical principle in the implementation. it is required further research on exploration of nurse experience on implementation of ethical principle in case of EOL care.ABSTRAKPerawatan end of life (EOL) merupakan suatu perawatan pada penyakit terminal yang bersifat progresif, yang akan berujung dengan kematian, pada kondisi ini perawat mempunyai peran dalam pengambilan keputusan perawatan. Terkadang dalam pengambilan keputusan ini perawat akan mengalami kondisi dilema etik, tak terkecuali di ruangan intensive care unit dimana diruangan tersebut banyak faktor yang mengakibatkan kesulitan dalam pengambilan keputusan medis. Literature reviews ini bertujuan untuk menganalisia gambaran dilema etik yang terjadi di area intensive khususnya pada kasus end of life care. Metode yang digunakan adalah critical review full text dengan rentang tahun 2007-2018 dalam Bahasa Inggris. Multiple database yang digunakan adalah PubMed, Proquest dan Google Scholar merupakan database yang digunakan, dengan kata kunci “End Of Life Care” and “Nursing Ethic in critical care” and “issue End-of-life in critical care”, and“Dilema Ethic in ICU”. Artikel diseleksi bertahap menggunakan Appraisal tool PRISMA dan didapatkan 21 artikel. Studi literatur diperoleh 4 tema terkait gambaran dilema etik di ruang ICU diantaranya (1) Prinsip etik yang terlibat dalam end of life care di ICU, (2) Sumber konflik etik di ICU, (3) Dampak konflik etik di ICU, dan (4) Respon perawat dalam menghadapi dilema etik. Pembahasan telaah literatur ini terkait persepsi perawat mengenai perawatan end of life, dimana perawat mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan medis yang melibatkan prinsip et","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45037081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/jpki.v4i2.10301
Linlin Lindayani
ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasein dengan HIV/AIDS di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfokus pada penanganan HIV/AIDS di Bandung, Indonesia. Instrumen yang digunakan meliputi data pengkajian demografik pasien, sosial-ekonimi, infomasi klinis dan pengkajian kebutuhan paliatif dengan kuesiner yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yaitu Problems and Needs of Palliative Care (PNPC). Sejumlah 215 pasien dengan HIV/AIDS berhasil direkruit dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisa multivariate dengan linear regresi didapatkan bahwa konsumsi obat antiretroviral (t=-4,13, 95% CI= -3,16- -1,12), jumlah CD4 (t= -3,58, 95% CI= -0,01- -0,00), tempat tinggal (t=-4,33, 95% CI= -5,17- -1,93), pendapatan per bulan (t=-2,24, p value=0,03, 95% CI= -3,419 - -1,052), dan status pernikahan (t=2,11, % CI= -3,419 - -1,052) berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS dengan R2 sebesar 0,185. Hasil dari penelitian ini menunjukan konsumsi obat antiretroviral sangat berpengaruh terhadap kebutuhan perawatan paliatif care pasien HIV/AIDS. Sehingga, diharapkan pemerintah Indonesia dapat meningkatkan pelayanan dan penyediaan obat antiretroviral (ARV) pada pasien dengan HIV/AIDS sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2015, yaitu memberikan obat antiretroviral kepada semua pasien HIV/AIDS tanpa mempertimbangkan jumlah CD4. ABSTRACTThe objective of this study was determine patient’s needs of palliative care and factors associated with their needs of palliative care in patients with HIV/AIDS. This study was conducted using a cross sectional study at a HIV/AIDS non-government organization in Bandung, Indonesia. Individuals were assessed for demographic data, social-economic, and clinical information and a questionnaire of Problems and Needs of Palliative Care (PNPC). A total of 215 patients with HIV/AIDS were enrolled. Initiation of ART (t=-4.13, 95% CI= -3.16- -1.12), a higher CD4 a count (t= -3.58, 95% CI= -0.01- -0.00), living in urban area (t=-4.33, 95% CI= -5.17- -1.93), and higher monthly income (t=-2.24, p value=0.03, 95% CI= -3.419 - -1.052), and unmarried (t=2.11, % CI= -3.419 - -1.052) were related to the needs of palliative care with R square was 0.185. In conclusion, initiation of antiretroviral therapy is key important factors associated with palliative care needs. The findings support the health policy makers to encourage initiating antiretroviral therapy following the WHO guidelines for “treat for all people with HIV”.
{"title":"Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Perawatan Paliatif pada Pasien HIV/AIDS di Indonesia","authors":"Linlin Lindayani","doi":"10.17509/jpki.v4i2.10301","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.10301","url":null,"abstract":"ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasein dengan HIV/AIDS di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfokus pada penanganan HIV/AIDS di Bandung, Indonesia. Instrumen yang digunakan meliputi data pengkajian demografik pasien, sosial-ekonimi, infomasi klinis dan pengkajian kebutuhan paliatif dengan kuesiner yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yaitu Problems and Needs of Palliative Care (PNPC). Sejumlah 215 pasien dengan HIV/AIDS berhasil direkruit dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisa multivariate dengan linear regresi didapatkan bahwa konsumsi obat antiretroviral (t=-4,13, 95% CI= -3,16- -1,12), jumlah CD4 (t= -3,58, 95% CI= -0,01- -0,00), tempat tinggal (t=-4,33, 95% CI= -5,17- -1,93), pendapatan per bulan (t=-2,24, p value=0,03, 95% CI= -3,419 - -1,052), dan status pernikahan (t=2,11, % CI= -3,419 - -1,052) berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS dengan R2 sebesar 0,185. Hasil dari penelitian ini menunjukan konsumsi obat antiretroviral sangat berpengaruh terhadap kebutuhan perawatan paliatif care pasien HIV/AIDS. Sehingga, diharapkan pemerintah Indonesia dapat meningkatkan pelayanan dan penyediaan obat antiretroviral (ARV) pada pasien dengan HIV/AIDS sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2015, yaitu memberikan obat antiretroviral kepada semua pasien HIV/AIDS tanpa mempertimbangkan jumlah CD4. ABSTRACTThe objective of this study was determine patient’s needs of palliative care and factors associated with their needs of palliative care in patients with HIV/AIDS. This study was conducted using a cross sectional study at a HIV/AIDS non-government organization in Bandung, Indonesia. Individuals were assessed for demographic data, social-economic, and clinical information and a questionnaire of Problems and Needs of Palliative Care (PNPC). A total of 215 patients with HIV/AIDS were enrolled. Initiation of ART (t=-4.13, 95% CI= -3.16- -1.12), a higher CD4 a count (t= -3.58, 95% CI= -0.01- -0.00), living in urban area (t=-4.33, 95% CI= -5.17- -1.93), and higher monthly income (t=-2.24, p value=0.03, 95% CI= -3.419 - -1.052), and unmarried (t=2.11, % CI= -3.419 - -1.052) were related to the needs of palliative care with R square was 0.185. In conclusion, initiation of antiretroviral therapy is key important factors associated with palliative care needs. The findings support the health policy makers to encourage initiating antiretroviral therapy following the WHO guidelines for “treat for all people with HIV”. ","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49252682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/jpki.v4i2.11563
S. R. Sianturi, Kristina Lisum
ABSTRAKPesatnya kemajuan teknologi mempengaruhi semua sector, termasuk sector pendidikan. Peran dosen sebagai fasilitator seharusnya dapat memfasilitasi mahasiswa untuk menemukan cara belajarnya masing masing. Dosen diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa supaya dapat belajar tanpa terbatas ruang dan waktu (dimana saja dan kapan saja). Diharapkan dengan metode pembelajaran e-learning maka mahasiswa menjadi lebih aktif dan semakin kreatif dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah e-learning memiliki pengaruh terhadap motivasi mahasiswa. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kausal untuk menjelaskan hubungan sebab dan akibat dan menggunakan teknik purposive random sampling. Study ini menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM) untuk melihat faktor mana yang paling berpengaruh dalam meningkatkan motivasi mahasiswa. Responden pada penelitian ini sejumlah 338 mahasiswa dengan alat pengumpul data berupa kuesioner baku e-learning (Watkins) yang telah ditranslasi dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa yang menjadi responden sudah pernah melakukan elearning pada beberapa mata kuliah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan internet pada mahasiswa secara signifikan dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam menggunakan elearning ditunjukkan dengan tingkat significancy 8.31 (> dari 2) dengan tingkat keyakinan 95% dan nilai R2 0.49 (error varians 0.75). Untuk itu, kompetensi mahasiswa yang ingin dicapai dapat didukung dengan pengembangan metode pembelajaran yang didukung dengan teknologi. ABSTRACTTechnology is continue to progress more rapidly and it affect all sector in the world, including education. The lecturer’s role as a facilitator should be able to facilitate the students to find their own way of learning. Lecturer need to facilitate students discovering their own way to learn without limited time and space (anytime and anywhere). E-learning will encourage students to learn more active and creative. The purpose of this study was to determine the influence of internet usaage with student’s motivation and also factors that influence e-learning implementation. This study used descriptive method with causal design. Respondents in this study were 338 students with questionnaire from Watkins about e-learning which has been translated into Bahasa.Through Structural Equation Model (SEM) analyse that the internet usage on student can significantly influence student’s motivation in using elearning shown with significancy level 8.31(>2) with 95% confidence level and value R2 0.49 (error vaeiance 0.75). The development of the pedagogical content by lecturer should be more creative in accordance with the technology used.
{"title":"Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Evaluasi E-Learning Pada Institusi Keperawatan Di Jakarta Dan Depok","authors":"S. R. Sianturi, Kristina Lisum","doi":"10.17509/jpki.v4i2.11563","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.11563","url":null,"abstract":"ABSTRAKPesatnya kemajuan teknologi mempengaruhi semua sector, termasuk sector pendidikan. Peran dosen sebagai fasilitator seharusnya dapat memfasilitasi mahasiswa untuk menemukan cara belajarnya masing masing. Dosen diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa supaya dapat belajar tanpa terbatas ruang dan waktu (dimana saja dan kapan saja). Diharapkan dengan metode pembelajaran e-learning maka mahasiswa menjadi lebih aktif dan semakin kreatif dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah e-learning memiliki pengaruh terhadap motivasi mahasiswa. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian kausal untuk menjelaskan hubungan sebab dan akibat dan menggunakan teknik purposive random sampling. Study ini menggunakan analisis Structural Equation Model (SEM) untuk melihat faktor mana yang paling berpengaruh dalam meningkatkan motivasi mahasiswa. Responden pada penelitian ini sejumlah 338 mahasiswa dengan alat pengumpul data berupa kuesioner baku e-learning (Watkins) yang telah ditranslasi dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa yang menjadi responden sudah pernah melakukan elearning pada beberapa mata kuliah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan internet pada mahasiswa secara signifikan dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam menggunakan elearning ditunjukkan dengan tingkat significancy 8.31 (> dari 2) dengan tingkat keyakinan 95% dan nilai R2 0.49 (error varians 0.75). Untuk itu, kompetensi mahasiswa yang ingin dicapai dapat didukung dengan pengembangan metode pembelajaran yang didukung dengan teknologi. ABSTRACTTechnology is continue to progress more rapidly and it affect all sector in the world, including education. The lecturer’s role as a facilitator should be able to facilitate the students to find their own way of learning. Lecturer need to facilitate students discovering their own way to learn without limited time and space (anytime and anywhere). E-learning will encourage students to learn more active and creative. The purpose of this study was to determine the influence of internet usaage with student’s motivation and also factors that influence e-learning implementation. This study used descriptive method with causal design. Respondents in this study were 338 students with questionnaire from Watkins about e-learning which has been translated into Bahasa.Through Structural Equation Model (SEM) analyse that the internet usage on student can significantly influence student’s motivation in using elearning shown with significancy level 8.31(>2) with 95% confidence level and value R2 0.49 (error vaeiance 0.75). The development of the pedagogical content by lecturer should be more creative in accordance with the technology used.","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44850318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/JPKI.V4I2.13629
Linlin Lindayani, Heni Purnama, I. Darmawati, Vita Lucya
ABSTRACTThe prevalence of HIV infection in aged 15-19 years old was increased significantly every year. Adolescent is a high-risk groups for HIV infection due to high chance to try something new and having big influenced by their peer in school. There is limited intervention utilizing technology conducted in Indonesia to reduce the risk of HIV among adolescents. This study aimed to test the effectiveness of peer-led technology on knowledge and attitude towards HIV prevention among adolescent in Bandung. This research was a queasy experiment with one group conducted in a one of private senior high school in Indonesia from April to August 2018. The sample in this study was a student in one of private high school in Bandung. The inclusion criteria in this study were high school students in grade 1, 2; three sample technique used simple random sampling. The Bahasa version of knowledge and attitude towards HIV prevention were used to measure the outcome. Paired t test used to test the mean sore of knowledge and attitude the intervention before and after. A total of 28 senior high school students agreed to join in this study. This study found that peer-led technology was useful to improve the knowledge and attitudes of high school students towards HIV prevention, mainly through sexual transmission (p-value <0.001, with a mean difference between pre-test and post-test, was 5.2 for knowledge and 3.19 for attitude). In conclusion, utilizing technology to provide health education in adolescent effectively to improve knowledge and attitude towards HIV prevention. ABSTRAKPrevalensi HIV infeksi pada umur 15-19 tahun meningkat secara signifikan setiap tahun. Remaja adalah kelompok berisiko tinggi untuk infeksi HIV, pada masa ini mereka senang mencoba sesuatu yang baru dan juga faktor tingginya pengaruh teman sebaya di sekolah. Masih sedikit intervensi pencegahan HIV yang memanfaatkan teknologi untuk mengurangi risiko HIV kalangan remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas peer lead teknologi terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan HIV di antara remaja di Bandung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen pada satu kelompok perlakuan yang dilakukan di salah satu SMA swasta di Indonesia dari bulan April hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah siswa SMA kelas 1 dan 2. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen versi bahasa indonesia digunakan sebagai instrumen untuk mengukur pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV. Analisa data menggunakan paired T test untuk mebandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi. Total sejumlah 28 siswa SMA setuju untuk bergabung dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa peer lead technology berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap pencegahan HIV, terutama melalui transmisi seksual (p-nilai < 0.001, dengan perbedaan yang berarti antara sebelum dan sesudah intervensi adalah 5.2 untuk pengetahuan dan 3.19
{"title":"The Effectiveness of Peer-led Technology on HIV Prevention Among Adolescent in Bandung","authors":"Linlin Lindayani, Heni Purnama, I. Darmawati, Vita Lucya","doi":"10.17509/JPKI.V4I2.13629","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I2.13629","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe prevalence of HIV infection in aged 15-19 years old was increased significantly every year. Adolescent is a high-risk groups for HIV infection due to high chance to try something new and having big influenced by their peer in school. There is limited intervention utilizing technology conducted in Indonesia to reduce the risk of HIV among adolescents. This study aimed to test the effectiveness of peer-led technology on knowledge and attitude towards HIV prevention among adolescent in Bandung. This research was a queasy experiment with one group conducted in a one of private senior high school in Indonesia from April to August 2018. The sample in this study was a student in one of private high school in Bandung. The inclusion criteria in this study were high school students in grade 1, 2; three sample technique used simple random sampling. The Bahasa version of knowledge and attitude towards HIV prevention were used to measure the outcome. Paired t test used to test the mean sore of knowledge and attitude the intervention before and after. A total of 28 senior high school students agreed to join in this study. This study found that peer-led technology was useful to improve the knowledge and attitudes of high school students towards HIV prevention, mainly through sexual transmission (p-value <0.001, with a mean difference between pre-test and post-test, was 5.2 for knowledge and 3.19 for attitude). In conclusion, utilizing technology to provide health education in adolescent effectively to improve knowledge and attitude towards HIV prevention. ABSTRAKPrevalensi HIV infeksi pada umur 15-19 tahun meningkat secara signifikan setiap tahun. Remaja adalah kelompok berisiko tinggi untuk infeksi HIV, pada masa ini mereka senang mencoba sesuatu yang baru dan juga faktor tingginya pengaruh teman sebaya di sekolah. Masih sedikit intervensi pencegahan HIV yang memanfaatkan teknologi untuk mengurangi risiko HIV kalangan remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas peer lead teknologi terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan HIV di antara remaja di Bandung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen pada satu kelompok perlakuan yang dilakukan di salah satu SMA swasta di Indonesia dari bulan April hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah siswa SMA kelas 1 dan 2. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen versi bahasa indonesia digunakan sebagai instrumen untuk mengukur pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV. Analisa data menggunakan paired T test untuk mebandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi. Total sejumlah 28 siswa SMA setuju untuk bergabung dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa peer lead technology berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap pencegahan HIV, terutama melalui transmisi seksual (p-nilai < 0.001, dengan perbedaan yang berarti antara sebelum dan sesudah intervensi adalah 5.2 untuk pengetahuan dan 3.19 ","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45191216","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/JPKI.V4I2.14093
Angga Wilandika
ABSTRAKHIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Penyakit ini mengganggu kualitas hidup penderitanya. Terlebih lagi sampai saat ini penyakit HIV/AIDS belum ada obatnya. Meskipun demikian, penyakit HIV/AIDS dapat dikendalikan dengan penggunaan terapi antiretroviral. Saat ini terapi antiretroviral sudah banyak dikembangkan dan golongan terbaru yang dianggap cukup efektif mengendalikan gelaja HIV/AIDS yaitu Highly Active Anti-Retroviral Therapy (HAART). Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan HAART terhdap health related quality of life (HRQOL) atau kualitas hidup kesehatan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelusuran literatur dilakukan melalui database PubMed dan ProQuest Nursing and Allied Health Source (Januari 2005 – Oktober 2017), menggunakan kata kunci penelusuran “quality of life”, “helath related quality of life”, “HAART”, dan HIV/AIDS. Selain itu, artikel yang dipilih dibatasi hanya pada penelitian original. Hasil kajian mengungkapkan bahwa penggunaan HAART pada ODHA dapat menekan jumlah virus HIV yang berdampak meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh. Penggunaan HAART dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh ODHA, sehingga usia penderita HIV/AIDS cenderung memanjang dan kualitas hidup pun menjadi lebih baik. Namun di sisi lain, penggunaan HAART yang dikonsumsi ODHA seumur hidup juga memiliki efek samping terkait toksisitas obat tersebut. Ada kalanya beberapa ODHA mengalami komplikasi dari penggunaan obat HAART tersebut. Oleh karena itu penggunaan obat HAART sebaiknya dilakukan secara teratur dengan pengawasan tim medis atau perawat yang kompeten dalam pemberian terapi antiretroviral.ABSTRACTHIV/AIDS is one disease that cause death. This disease can reduce the quality of life of peple living with HIV/AIDS (PLWHA). There is no cure for HIV/AIDS, until now. However, HIV/AIDS is a deadly disease and incureable, but this disease can be controlled with the use of antiretroviral therapy. Currently, antiretroviral therapy has been widely developed and the latest class was considered quite effective in controlling the HIV/AIDS is Highly Active Anti-Retroviral Therapy (HAART). This article aims to identify the use of HAART on health related quality of life (HRQOL) or the quality of life of PLWHA. The methode used was the literature review. The literature search was conducted through the PubMed and ProQuest Nursing and Allied Health Source (January 2005 – October 2017) databases, were searched using keyword term "quality of life", "health related quality of life", "HAART" and “HIV/AIDS”. In addition, the selected article is limited only to original research. The study results revealed that the use of HAART in people living with HIV/AIDS could reduce the viral load, so that can increase the levels of CD4 in the body. HAART could improve the immune system of PLWHA, so the age of PLWHA tend to elongate and the quality of life can be better. However, the use of HAART also has side effects re
ABSTRAKHIV/艾滋病是可能导致患者死亡的疾病之一。这种疾病影响了他的生活质量。迄今为止,艾滋病毒/艾滋病尚未治愈。然而,艾滋病毒/艾滋病可以通过抗逆转录病毒疗法得到控制。目前,抗逆转录病毒疗法已经得到广泛开发,最新被认为在控制艾滋病毒/艾滋病腺体方面足够有效的群体是高活性抗逆转录病毒治疗(HAART)。本文旨在确定健康相关生活质量(HRQOL)HAART或艾滋病病毒/艾滋病患者生活质量(ODHA)的使用。文献扫描通过PubMed和ProQuest Nursing and Allied Health Source数据库(2005年1月至2017年10月)进行,使用关键词“生活质量”、“与健康相关的生活质量”,“HAART”和HIV/AIDS。此外,本文仅限于原创研究。研究表明,在ODHA中使用HAART可以抑制HIV病毒的数量,这些病毒具有提高体内CD4比率的作用。HAART的使用可以增强ODHA身体的免疫系统,从而使艾滋病毒/艾滋病的年龄趋于增加,生活质量也变得更好。但另一方面,终身使用HAART也有与药物毒性相关的副作用。有时,一些ODHA会因使用这些HAART而出现并发症。因此,HAART的使用应在有能力进行抗逆转录病毒治疗的医疗团队或护士的监督下定期进行。摘要艾滋病是一种导致死亡的疾病。这种疾病会降低艾滋病患者的生活质量。到目前为止,还没有治愈艾滋病毒/艾滋病的方法。然而,艾滋病毒/艾滋病是一种致命的疾病,是无法治愈的,但这种疾病可以通过使用抗逆转录病毒疗法来控制。目前,抗逆转录病毒疗法已被广泛开发,最新的一类被认为在控制艾滋病毒/艾滋病方面相当有效的是高活性抗逆转录病毒治疗(HAART)。本文旨在确定HAART在健康相关生活质量(HRQOL)或PLWHA生活质量方面的应用。使用的方法是文献综述。文献检索通过PubMed和ProQuest Nursing and Allied Health Source(2005年1月至2017年10月)数据库进行,使用关键词[UNK]术语“生活质量”、“与健康相关的生活质量”,“HAART”和“HIV/AIDS”进行检索。此外,本文仅限于原创研究。研究结果显示,在艾滋病毒/艾滋病患者中使用HAART可以降低病毒载量,从而可以提高体内CD4的水平。HAART可以改善PLWHA的免疫系统,使PLWHA年龄延长,生活质量提高。然而,HAART的使用也有与药物毒性相关的副作用。一些PLWHA因使用HAART药物而出现并发症。因此,HAART药物的使用应在有能力使用抗逆转录病毒药物的医疗团队或护士的监督下定期进行。
{"title":"Penggunaan Highly Active Antiretroviral Theraphy (HAART) Terhadap Health Related Quality of Life (HRQOL) pada Orang Dengan HIV/AIDS","authors":"Angga Wilandika","doi":"10.17509/JPKI.V4I2.14093","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I2.14093","url":null,"abstract":"ABSTRAKHIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Penyakit ini mengganggu kualitas hidup penderitanya. Terlebih lagi sampai saat ini penyakit HIV/AIDS belum ada obatnya. Meskipun demikian, penyakit HIV/AIDS dapat dikendalikan dengan penggunaan terapi antiretroviral. Saat ini terapi antiretroviral sudah banyak dikembangkan dan golongan terbaru yang dianggap cukup efektif mengendalikan gelaja HIV/AIDS yaitu Highly Active Anti-Retroviral Therapy (HAART). Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan HAART terhdap health related quality of life (HRQOL) atau kualitas hidup kesehatan dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelusuran literatur dilakukan melalui database PubMed dan ProQuest Nursing and Allied Health Source (Januari 2005 – Oktober 2017), menggunakan kata kunci penelusuran “quality of life”, “helath related quality of life”, “HAART”, dan HIV/AIDS. Selain itu, artikel yang dipilih dibatasi hanya pada penelitian original. Hasil kajian mengungkapkan bahwa penggunaan HAART pada ODHA dapat menekan jumlah virus HIV yang berdampak meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh. Penggunaan HAART dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh ODHA, sehingga usia penderita HIV/AIDS cenderung memanjang dan kualitas hidup pun menjadi lebih baik. Namun di sisi lain, penggunaan HAART yang dikonsumsi ODHA seumur hidup juga memiliki efek samping terkait toksisitas obat tersebut. Ada kalanya beberapa ODHA mengalami komplikasi dari penggunaan obat HAART tersebut. Oleh karena itu penggunaan obat HAART sebaiknya dilakukan secara teratur dengan pengawasan tim medis atau perawat yang kompeten dalam pemberian terapi antiretroviral.ABSTRACTHIV/AIDS is one disease that cause death. This disease can reduce the quality of life of peple living with HIV/AIDS (PLWHA). There is no cure for HIV/AIDS, until now. However, HIV/AIDS is a deadly disease and incureable, but this disease can be controlled with the use of antiretroviral therapy. Currently, antiretroviral therapy has been widely developed and the latest class was considered quite effective in controlling the HIV/AIDS is Highly Active Anti-Retroviral Therapy (HAART). This article aims to identify the use of HAART on health related quality of life (HRQOL) or the quality of life of PLWHA. The methode used was the literature review. The literature search was conducted through the PubMed and ProQuest Nursing and Allied Health Source (January 2005 – October 2017) databases, were searched using keyword term \"quality of life\", \"health related quality of life\", \"HAART\" and “HIV/AIDS”. In addition, the selected article is limited only to original research. The study results revealed that the use of HAART in people living with HIV/AIDS could reduce the viral load, so that can increase the levels of CD4 in the body. HAART could improve the immune system of PLWHA, so the age of PLWHA tend to elongate and the quality of life can be better. However, the use of HAART also has side effects re","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49335089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}