Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/JPKI.V4I2.13708
Septian Andriyani, Dadang Darmawan
ABSTRAK Sibling rivalry merupakan persaingan antar saudara untuk memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua dimana persaingan tersebut terjadi setelah kehadiran adik baru. Permasalahan yang terjadi dalam sibling rivalry adalah kurangnya waktu dan perhatian yang dimiliki oleh suatu keluarga. Angka kekerasan pada anak yang dilakukan oleh saudara kandungnya sendiri yaitu sebesar 26,2%.Pengetahuan ibu tentang sibling rivalry merupakan hal yang sangat penting karena jika tidak ditangani dengan baik anak-anak akan terus bersaing dan saling mendengki dan bisa berkelanjutan sepanjang hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang memiliki adik dengan jarak yang berdekatan dengan jumlah 55 orang dan besar sampel 48 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada referensi yang sesuai. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang sibling rivalry hampir setengahnya dari responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Hampir setengahnya dari responden memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 23 orang (47,9%), dan sebagian besar berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (72,9%). Saran bagi puskesmas yang diharapakan dapat memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang sibling rivalry pada anak secara rutin dan berkesinambungan. ABSTRACT Sibling rivalry is a competition for the attention and affection of parents where such competition occurred after the arrival of the new baby. The problems that occurred in the sibling rivalry is the lack of time and attention that is owned by a family. Child abuse committed by his own brother in the amount of 26.2 %. To the knowledge of mothers about sibling rivalry is very important because if it is not handled well the children will continue to compete and jealous of one another and can be continuous throughout life the child. This research aims to describe mother’s knowledge of sibling rivalry in children. The research design used is descriptive quantitative. The population in this research are all mothers have a children aged 5-11 years who has a younger brother with closely spaced and the total is 55 people and the samples of this research is 48 people by using purposive sampling technique. Data was collected by using a questionnaire designed by the researchers with reference to the appropriate reference. The result showed that the level of knowledge of mothers about sibling rivalry almost half of the respondents have sufficient knowledge as many as 18 people (37.5 %). Almost half of the respondents have a background in elementary education as many as 23 people (47.9 %), and mostly aged 20-35 years as many as 35 people (72.9 %). Adv
{"title":"Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry pada Anak Usia 5-11 Tahun di Cisarua Kabupaten Bandung Barat","authors":"Septian Andriyani, Dadang Darmawan","doi":"10.17509/JPKI.V4I2.13708","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I2.13708","url":null,"abstract":"ABSTRAK Sibling rivalry merupakan persaingan antar saudara untuk memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua dimana persaingan tersebut terjadi setelah kehadiran adik baru. Permasalahan yang terjadi dalam sibling rivalry adalah kurangnya waktu dan perhatian yang dimiliki oleh suatu keluarga. Angka kekerasan pada anak yang dilakukan oleh saudara kandungnya sendiri yaitu sebesar 26,2%.Pengetahuan ibu tentang sibling rivalry merupakan hal yang sangat penting karena jika tidak ditangani dengan baik anak-anak akan terus bersaing dan saling mendengki dan bisa berkelanjutan sepanjang hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang memiliki adik dengan jarak yang berdekatan dengan jumlah 55 orang dan besar sampel 48 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada referensi yang sesuai. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang sibling rivalry hampir setengahnya dari responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Hampir setengahnya dari responden memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 23 orang (47,9%), dan sebagian besar berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (72,9%). Saran bagi puskesmas yang diharapakan dapat memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang sibling rivalry pada anak secara rutin dan berkesinambungan. ABSTRACT Sibling rivalry is a competition for the attention and affection of parents where such competition occurred after the arrival of the new baby. The problems that occurred in the sibling rivalry is the lack of time and attention that is owned by a family. Child abuse committed by his own brother in the amount of 26.2 %. To the knowledge of mothers about sibling rivalry is very important because if it is not handled well the children will continue to compete and jealous of one another and can be continuous throughout life the child. This research aims to describe mother’s knowledge of sibling rivalry in children. The research design used is descriptive quantitative. The population in this research are all mothers have a children aged 5-11 years who has a younger brother with closely spaced and the total is 55 people and the samples of this research is 48 people by using purposive sampling technique. Data was collected by using a questionnaire designed by the researchers with reference to the appropriate reference. The result showed that the level of knowledge of mothers about sibling rivalry almost half of the respondents have sufficient knowledge as many as 18 people (37.5 %). Almost half of the respondents have a background in elementary education as many as 23 people (47.9 %), and mostly aged 20-35 years as many as 35 people (72.9 %). Adv","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":"70 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67399428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.17509/JPKI.V4I2.13658
Linda Amalia, E. Herawati
ABSTRAKPada dasarnya setiap ibu hamil menghendaki agar anak yang dilahirkannya mempunyai berat badan lahir cukup sebab bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) selain memerlukan perawatan yang lebih rumit dan intensif juga meningkatkan kesakitan dan kematian bayi.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu Bayi BBLR dengan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD Cianjur Tahun 2014. Perawatan metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan di dada ibu (kontak kulit dengan bayi) sehingga suhu bayi tetap hangat. Perawatan metode kanguru ini sangat menguntungkan terutama untuk bayi berat badan lahir rendah (Depkes RI, 2008).Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur pada bulan Desember sampai dengan Februari yaitu sebanyak 296 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 ibu. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling.Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kurang dari setengahnya berpengetahuan baik, lebih dari setengahnya bersikap mendukung dan lebih dari setengahnya mau melakukan perawatan metode kanguru. Dari hasil uji Chi Square terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru. Sehingga Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat perinatologi untuk terus memberikan informasi yang berguna bagi ibu tentang perawatan pada bayi berat badan lahir rendah seperti pelaksanaan perawatan metode kanguru.ABSTRACTBasically every expectant mother wants a son was born to her birth weight has enough for babies with low birth weight in addition to requiring more complex care and intensive also increase pain and mortality.The purpose of this research is to know the relation of knowledge and attitude of mother of a baby who had low birth weight infant with implementation of kangaroo mother care in perinatologi RSUD Cianjur 2014. Kangaroo mother care is treatment of newborn with putting on chest of mother (skin contact with baby) so the baby’s temperature keep warm. Kangaroo mother care is very beneficial, especially for low birth weight infants ( Depkes RI, 2008 ).This research uses descriptive method of correlation, the population of the entire mother who gives birth to a baby of low birth weight in the RSUD Cianjur on the Desember to march as many as 296 people. The sample used as many as 75 mother. The sampling technique in this study is the purposive sampling. Data analysis univariate and bivariat use by using the chi square test.Results of the study showed that less than half of knowledgeable good, more than half of them being supportive and more than half of them want to do kangaroo care method. From the test results, there is a relationship between the square of knowledge and attitude of mothe
{"title":"Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dalam Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru","authors":"Linda Amalia, E. Herawati","doi":"10.17509/JPKI.V4I2.13658","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I2.13658","url":null,"abstract":"ABSTRAKPada dasarnya setiap ibu hamil menghendaki agar anak yang dilahirkannya mempunyai berat badan lahir cukup sebab bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) selain memerlukan perawatan yang lebih rumit dan intensif juga meningkatkan kesakitan dan kematian bayi.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu Bayi BBLR dengan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD Cianjur Tahun 2014. Perawatan metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan di dada ibu (kontak kulit dengan bayi) sehingga suhu bayi tetap hangat. Perawatan metode kanguru ini sangat menguntungkan terutama untuk bayi berat badan lahir rendah (Depkes RI, 2008).Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur pada bulan Desember sampai dengan Februari yaitu sebanyak 296 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 ibu. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling.Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kurang dari setengahnya berpengetahuan baik, lebih dari setengahnya bersikap mendukung dan lebih dari setengahnya mau melakukan perawatan metode kanguru. Dari hasil uji Chi Square terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru. Sehingga Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat perinatologi untuk terus memberikan informasi yang berguna bagi ibu tentang perawatan pada bayi berat badan lahir rendah seperti pelaksanaan perawatan metode kanguru.ABSTRACTBasically every expectant mother wants a son was born to her birth weight has enough for babies with low birth weight in addition to requiring more complex care and intensive also increase pain and mortality.The purpose of this research is to know the relation of knowledge and attitude of mother of a baby who had low birth weight infant with implementation of kangaroo mother care in perinatologi RSUD Cianjur 2014. Kangaroo mother care is treatment of newborn with putting on chest of mother (skin contact with baby) so the baby’s temperature keep warm. Kangaroo mother care is very beneficial, especially for low birth weight infants ( Depkes RI, 2008 ).This research uses descriptive method of correlation, the population of the entire mother who gives birth to a baby of low birth weight in the RSUD Cianjur on the Desember to march as many as 296 people. The sample used as many as 75 mother. The sampling technique in this study is the purposive sampling. Data analysis univariate and bivariat use by using the chi square test.Results of the study showed that less than half of knowledgeable good, more than half of them being supportive and more than half of them want to do kangaroo care method. From the test results, there is a relationship between the square of knowledge and attitude of mothe","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44112825","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-04DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12344
Adilla Shabarina, Henny Suzana Mediani, W. Mardiah
ABSTRAK Latar belakang : Orang tua sebagai pendidik utama pada anak harus memberikan pola asuh yang terbaik untuk menunjang proses perkembangan anak. Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya kesenjangan dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada anaknya yang dititipkan di daycare, adanya interaksi anak dengan orang yang kurang akrab dan ada masalah komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan gangguan perkembangan anak prasekolah serta kesibukan orang tua yang bekerja sehingga perkembangan anak tidak terpantau secara optimal dan memilih daycare sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua bekerja yang memiliki anak usia prasekolah yang dititipkan di daycare. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden 36 orang (salah satu orang tua anak antara ayah atau ibu yang menitipkan anak di daycare). Penelitian ini menggunakan instrumen Pola Asuh Anak Pada Usia Prasekolah yang diadaptasi dari teori Maccoby dan Martin (1983) dan dikembangkan oleh Chadijah (2009). Instrumen ini terdiri dari 2 dimensi dengan 53 item pernyataan yang memiliki nilai validitas 0,768 dan nilai reliabilitas 0,793. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan hasil ukur kategorisasi sehingga didapatkan hasil bentuk pola asuh yang diterapkan. Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah penerapan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak usia prasekolah di Growing Tree Daycare and Preschool dan Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran adalah pola asuh authoritative (100%). Simpulan, pola asuh yang diberikan oleh orang tua sudah baik dan perlu dipertahankan karena pola asuh authoritative merupakan predictor dari bentuk pola asuh lainnya sehingga penerapan warmth dan control pada anak seimbang. ABSTRACTBackground : Parents as the main educator in children must certainly provide the best parenting for supporting children developmental process. The phenomenon that occurs at this time is the gap in parenting provided by the parents to their children who are raised in the daycare, the interaction of children with people who are less familiar and there are two-way communication problems that can improve the development disorders of preschoolers and busy working parents so that the child's development is not monitored optimally and choose daycare as a complement to parental care.The purpose of this study is to determine parenting style descriptions of working parents who have children of preschool age entrusted in daycare. Method : The method used in this study is quantitative descriptive with 36 respondents (father or mother who entrust their child in daycare). This study used Pediatric Parenting Instruments at Preschool adapted from Maccoby and Martin theory (1983) and developed by Chadijah (2009). This instrument consists of 2 dimensions with 53 statements that h
ABSTRAK背景:父母作为儿童的初级教育者,必须提供最佳的护理模式,以延长儿童的发展过程。目前正在发生的现象是,父母给留在日托中心的孩子的育儿模式存在差距,孩子与不太熟悉的人互动,存在双向沟通问题,这可能会增加学龄前儿童的发展和在职父母的困难,从而无法对儿童的发展进行最佳监测,他们选择日托作为养育子女的辅助手段。这项研究的目的是了解一位有学龄前孩子被留在日托中心的在职父母的育儿模式。方法:本研究中使用的方法是对36名受访者(父母中的一个孩子介于将孩子送入日托中心的父亲或母亲之间)进行定量描述。本研究使用了改编自Maccoby和Martin理论(1983年)并由Chadijah(2009年)开发的学龄前儿童福利工具。该工具由2个维度组成,53个陈述的有效性值为0.768,可靠性值为0.793。具有内聚扩散的数据收集技术。将收集的数据与分类大小的结果进行分析,以便在应用的括号模式中获得结果。结果:本研究的结果是父母将父母模式应用于Growing Tree日托中心和幼儿园的学龄前儿童,儿童教育中心(PUSPA)健康大学调整是一种权威的寄养模式(100%)。总之,养育模式是好的,需要保持,因为权威的养育模式是其他养育模式的预测因素,因此温暖和控制在儿童中的应用是平衡的。背景:父母作为儿童的主要教育者,必须为支持儿童的发展过程提供最好的育儿方式。此时出现的现象是父母为在日托中心长大的孩子提供的育儿服务存在差距,儿童与不太熟悉的人的互动以及存在双向沟通问题,可以改善学龄前儿童和繁忙工作的父母的发育障碍,从而使儿童的发育得不到最佳监测,并选择日托作为父母护理的补充。本研究的目的是确定有学龄前儿童委托日托的在职父母的育儿风格描述。方法:本研究采用的方法是对36名受访者(将孩子托付给日托中心的父亲或母亲)进行定量描述。本研究使用了改编自Maccoby和Martin理论(1983年)并由Chadijah(2009年)开发的学前儿童育儿工具。该工具由2个维度组成,共有53个陈述,有效性值为0.768,可靠性值为0.793。数据是通过发放问卷收集的。使用得分值对收集的数据进行分析。然后,将其分为适用的育儿方式描述。结果:这项研究的结果表明,父母在Growing Tree日托中心和幼儿园以及Pusat Penitipan Anak(PUSPA)Sehat Universitas Padjadjaran对其幼儿采用的育儿方式是权威的(100%)。结论:本研究的结论是,父母给出的育儿方式已经很好了,需要保持,因为权威的育儿方式是其他育儿方式的预测因素,因此对孩子的温暖和控制是平衡的。
{"title":"Pola Asuh Orang Tua yang Menitipkan Anak Prasekolah di Daycare Kota Bandung","authors":"Adilla Shabarina, Henny Suzana Mediani, W. Mardiah","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12344","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12344","url":null,"abstract":" ABSTRAK Latar belakang : Orang tua sebagai pendidik utama pada anak harus memberikan pola asuh yang terbaik untuk menunjang proses perkembangan anak. Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya kesenjangan dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada anaknya yang dititipkan di daycare, adanya interaksi anak dengan orang yang kurang akrab dan ada masalah komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan gangguan perkembangan anak prasekolah serta kesibukan orang tua yang bekerja sehingga perkembangan anak tidak terpantau secara optimal dan memilih daycare sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua bekerja yang memiliki anak usia prasekolah yang dititipkan di daycare. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden 36 orang (salah satu orang tua anak antara ayah atau ibu yang menitipkan anak di daycare). Penelitian ini menggunakan instrumen Pola Asuh Anak Pada Usia Prasekolah yang diadaptasi dari teori Maccoby dan Martin (1983) dan dikembangkan oleh Chadijah (2009). Instrumen ini terdiri dari 2 dimensi dengan 53 item pernyataan yang memiliki nilai validitas 0,768 dan nilai reliabilitas 0,793. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan hasil ukur kategorisasi sehingga didapatkan hasil bentuk pola asuh yang diterapkan. Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah penerapan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak usia prasekolah di Growing Tree Daycare and Preschool dan Pusat Penitipan Anak (PUSPA) Sehat Universitas Padjadjaran adalah pola asuh authoritative (100%). Simpulan, pola asuh yang diberikan oleh orang tua sudah baik dan perlu dipertahankan karena pola asuh authoritative merupakan predictor dari bentuk pola asuh lainnya sehingga penerapan warmth dan control pada anak seimbang. ABSTRACTBackground : Parents as the main educator in children must certainly provide the best parenting for supporting children developmental process. The phenomenon that occurs at this time is the gap in parenting provided by the parents to their children who are raised in the daycare, the interaction of children with people who are less familiar and there are two-way communication problems that can improve the development disorders of preschoolers and busy working parents so that the child's development is not monitored optimally and choose daycare as a complement to parental care.The purpose of this study is to determine parenting style descriptions of working parents who have children of preschool age entrusted in daycare. Method : The method used in this study is quantitative descriptive with 36 respondents (father or mother who entrust their child in daycare). This study used Pediatric Parenting Instruments at Preschool adapted from Maccoby and Martin theory (1983) and developed by Chadijah (2009). This instrument consists of 2 dimensions with 53 statements that h","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49600326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12338
T. A. Suparto, A. P. W. Puspita, Yanti Hermayanti, Slamet Rohaedi, L. Fitriani
ABSTRAK Sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia baru beroperasi sejak 2014 melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Dalam pelaksanaannya, pemberian pelayanan kesehatan pada pasien BPJS menggunakan sistem rujukan berjenjang, dimulai dari Fasilitas Kesehatan (FasKes) tingkat pertama, salah satunya yaitu Puskesmas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa program BPJS kesehatan ini, teridentifikasi dapat memengaruhi pemberi pelayanan kesehatan, termasuk salah satunya dapat memengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja Perawat/Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Padahal QNWL tersebut, pada akhirnya sangat memengaruhi komitmen dan kinerja perawat (Gray & Smelzer, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran QNWL dan mengetahui gambaran faktor demografi beserta pengaruhnya terhadap QNWL. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional survey. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di 15 Puskesmas Kota Bandung. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dan dianalisis menggunakan uji beda 2 mean independen (uji t) dan uji Anova (α=5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) perawat di Puskesmas Kota Bandung memiliki nilai QNWL secara keseluruhan dan dimensi-dimensi QNWL yang berada dalam kategori baik. Namun demikian terdapat 3 komponen yang masih bermasalah, yaitu: masih banyaknya tugas non keperawatan, alat dan bahan untuk perawatan pasien yang kurang memadai, tempat perawat/tempat istirahat/loker yang kurang memadai; 2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor-faktor demografi (umur (p=0.096), jenis kelamin (p=0.776), status pernikahan (p=0.953), tingkat pendidikan (p=0.183), status kepegawaian (p=0.217), lama bekerja sebagai perawat (p=0.162)) terhadap Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Implikasi penelitian ini adalah perlu adanya upaya perbaikan komponen-komponen dan faktor-faktor QNWL yang masih bermasalah. Selain itu, perlu adanya upaya peningkatan status kepegawaian perawat kontrak BLUD menjadi PNS atau minimal setara dengan PNS ABSTRACT National health insurance system in Indonesia has been operated since 2014 by the Social Insurance Administration Organization (BPJS). Practically, the provision of health services used tiered referral system, from the first-level health facilities (FasKes), such as Health Center. The result of preliminary studies showed that BPJS program may affect health care providers, including one that can affect the Quality of Nursing Work Life (QNWL) nurses at the health center of Bandung. In the end, QNWL affects the commitment and performance of nurses (Gray &Smelzer, 1990). This research aimed to describe QNWL and to find out demographic factors and its influence on QNWL. The method used in this research is quantitative descriptive cross-sectional survey. This research was conducted in 2017 in 15 health centers in Bandung. The data were col
{"title":"Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Quality of Nursing Work Life (QNWL) Perawat di Puskesmas Kota Bandung pada Era BPJS","authors":"T. A. Suparto, A. P. W. Puspita, Yanti Hermayanti, Slamet Rohaedi, L. Fitriani","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12338","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12338","url":null,"abstract":"ABSTRAK Sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia baru beroperasi sejak 2014 melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Dalam pelaksanaannya, pemberian pelayanan kesehatan pada pasien BPJS menggunakan sistem rujukan berjenjang, dimulai dari Fasilitas Kesehatan (FasKes) tingkat pertama, salah satunya yaitu Puskesmas. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa program BPJS kesehatan ini, teridentifikasi dapat memengaruhi pemberi pelayanan kesehatan, termasuk salah satunya dapat memengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja Perawat/Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Padahal QNWL tersebut, pada akhirnya sangat memengaruhi komitmen dan kinerja perawat (Gray & Smelzer, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran QNWL dan mengetahui gambaran faktor demografi beserta pengaruhnya terhadap QNWL. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional survey. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di 15 Puskesmas Kota Bandung. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dan dianalisis menggunakan uji beda 2 mean independen (uji t) dan uji Anova (α=5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) perawat di Puskesmas Kota Bandung memiliki nilai QNWL secara keseluruhan dan dimensi-dimensi QNWL yang berada dalam kategori baik. Namun demikian terdapat 3 komponen yang masih bermasalah, yaitu: masih banyaknya tugas non keperawatan, alat dan bahan untuk perawatan pasien yang kurang memadai, tempat perawat/tempat istirahat/loker yang kurang memadai; 2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor-faktor demografi (umur (p=0.096), jenis kelamin (p=0.776), status pernikahan (p=0.953), tingkat pendidikan (p=0.183), status kepegawaian (p=0.217), lama bekerja sebagai perawat (p=0.162)) terhadap Quality of Nursing Work Life (QNWL) perawat di Puskesmas Kota Bandung. Implikasi penelitian ini adalah perlu adanya upaya perbaikan komponen-komponen dan faktor-faktor QNWL yang masih bermasalah. Selain itu, perlu adanya upaya peningkatan status kepegawaian perawat kontrak BLUD menjadi PNS atau minimal setara dengan PNS ABSTRACT National health insurance system in Indonesia has been operated since 2014 by the Social Insurance Administration Organization (BPJS). Practically, the provision of health services used tiered referral system, from the first-level health facilities (FasKes), such as Health Center. The result of preliminary studies showed that BPJS program may affect health care providers, including one that can affect the Quality of Nursing Work Life (QNWL) nurses at the health center of Bandung. In the end, QNWL affects the commitment and performance of nurses (Gray &Smelzer, 1990). This research aimed to describe QNWL and to find out demographic factors and its influence on QNWL. The method used in this research is quantitative descriptive cross-sectional survey. This research was conducted in 2017 in 15 health centers in Bandung. The data were col","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49548576","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12339
E. Puspita, Henny Suzana Mediani, Ikeu Nurhidayah
ABSTRAKStatus gizi pada anak dengan acute lymphoblastic acute (ALL) diketahui dapat mempengaruhi efek samping yang mungkin timbul setelah dilakukan kemoterapi. Salah satu efek samping yang sering terjadi pada anak dengan ALL pasca kemoterapi adalah hematological toxicity. Hematological toxicity adalah efek toksik yang ditimbulkan dari obat kemoterapi yang menyebabkan gangguan pada sel darah yang bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian. Hematological toxicity sering terjadi pada anak ALL pasca kemoterapi namun belum menjadi perhatian tenaga kesehatan terutama perawat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL yang sedang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2016 dengan metode penelitian korelasi dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan pada 198 responden yang diambil dari catatan rekam medis bulan Januari-Juli 2016 dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian didapatkan 13 dari 17 responden berstatus gizi sangat kurus mengalami hematological toxicity dan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL (p=0,015) dengan korelasi yang sangat lemah (r=-0,172). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pasca kemoterapi pada anak LLA yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, pentingnya pengkajian status gizi dan monitoring tanda-tanda hematological toxicity untuk mencegah terjadinya efek buruk akibat dari pengobatan kemoterapi pada anak dengan ALL. ABSTRACTAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children and one of the leading causes of death in children. Many factors affect the prognosis of acute lymphoblastic leukemia, one of which is the nutritional status. Nutrition status in children with acute lymphoblastic acute is known to affect side effects that arise after chemotherapy. One of the side effects which often occur in children with ALL post chemotherapy was hematological toxicity. Hematological toxicity was one of the side effect chemotherapy if not treated properly can caused death. The aimed of this research was to analyze the correlation of nutritional status with hematological toxicity on children with ALL in chemotherapy. This study was done in Hasan Sadikin General Hospital in Bandung in December 2016 with correlational research was performed with retrospective approach. 198 respondents were selected using purposive sampling taken from medical records during January-July in 2016. Data was analyzed using Spearman Rank Correlation Test (Rho). The study showed that 17 children with ALL were categorized in very thin (86,7%) suffered from hematological toxicity thus discovered significant correlation between nutritional status pre chemotherapy and hematological toxicity post chemotherapy in childr
已知急性淋巴细胞性急性(ALL)患儿的ABSTRAKStatus睾丸可能会影响化疗后可能出现的副作用。化疗后ALL儿童经常出现的副作用之一是血液毒性。血液毒性是化疗引起的一种毒性作用,会导致血细胞紊乱,如果控制不当,可能导致死亡。化疗后的儿童经常出现血液毒性,但尚未成为健康关注的焦点,尤其是护士。本研究的目的是找出接受化疗的ALL儿童的吉兹状态与血液毒性之间的关系。这项研究于2016年12月在RSUP Hasan Sadikin Bandung博士处进行,采用回顾性方法进行相关性研究。这项研究采用有目的的抽样方法,对2016年1月至7月期间收到的198名医疗记录受访者进行了调查。使用Spearman秩(Rho)Corelasi检验分析数据。这项研究的结果是,17名非常瘦的吉兹样反应者中有13人出现血液毒性,ALL儿童的吉兹状状态与血液毒性之间存在显著关系(p=0.015),相关性非常弱(r=-0.172)。结论:LLA患儿化疗后的吉兹状态与化疗后的血液毒性有关。因此,重要的是研究脾脏的状况并监测毒性的血液学体征,以防止化疗对ALL儿童的不良影响。[UNK]急性淋巴细胞性白血病(ALL)是儿童最常见的癌症,也是儿童死亡的主要原因之一。影响急性淋巴细胞白血病预后的因素很多,营养状况是其中之一。众所周知,患有急性淋巴细胞白血病的儿童的营养状况会影响化疗后出现的副作用。ALL儿童化疗后经常出现的副作用之一是血液毒性。血液毒性是化疗的副作用之一,如果治疗不当可能导致死亡。本研究的目的是分析ALL儿童化疗期间营养状况与血液学毒性的相关性。本研究于2016年12月在万隆Hasan Sadikin综合医院进行,采用回顾性方法进行相关研究。198名受访者是使用2016年1月至7月期间从医疗记录中进行的有目的的抽样选择的。使用Spearman秩相关检验(Rho)对数据进行分析。研究表明,17名ALL儿童被归类为非常瘦(86.7%)患有血液学毒性,因此发现ALL儿童化疗前的营养状况与化疗后的血液学毒性之间存在显著相关性(p=0.015),相关性非常弱(r=-0.172)。本研究的结论是,营养支持的化疗与ALL儿童化疗后的血液学毒性相关。因此,应评估急性淋巴细胞白血病儿童的营养状况,尤其是在进行化疗时,以尽量减少血液毒性的发生
{"title":"Correlation between Nutritional States with Hematological Toxicity in Children with Acute Lymphoblastic Leukemia","authors":"E. Puspita, Henny Suzana Mediani, Ikeu Nurhidayah","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12339","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12339","url":null,"abstract":"ABSTRAKStatus gizi pada anak dengan acute lymphoblastic acute (ALL) diketahui dapat mempengaruhi efek samping yang mungkin timbul setelah dilakukan kemoterapi. Salah satu efek samping yang sering terjadi pada anak dengan ALL pasca kemoterapi adalah hematological toxicity. Hematological toxicity adalah efek toksik yang ditimbulkan dari obat kemoterapi yang menyebabkan gangguan pada sel darah yang bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian. Hematological toxicity sering terjadi pada anak ALL pasca kemoterapi namun belum menjadi perhatian tenaga kesehatan terutama perawat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL yang sedang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan Desember 2016 dengan metode penelitian korelasi dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan pada 198 responden yang diambil dari catatan rekam medis bulan Januari-Juli 2016 dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian didapatkan 13 dari 17 responden berstatus gizi sangat kurus mengalami hematological toxicity dan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan hematological toxicity pada anak ALL (p=0,015) dengan korelasi yang sangat lemah (r=-0,172). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan hematological toxicity pasca kemoterapi pada anak LLA yang menjalani kemoterapi. Oleh karena itu, pentingnya pengkajian status gizi dan monitoring tanda-tanda hematological toxicity untuk mencegah terjadinya efek buruk akibat dari pengobatan kemoterapi pada anak dengan ALL. ABSTRACTAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children and one of the leading causes of death in children. Many factors affect the prognosis of acute lymphoblastic leukemia, one of which is the nutritional status. Nutrition status in children with acute lymphoblastic acute is known to affect side effects that arise after chemotherapy. One of the side effects which often occur in children with ALL post chemotherapy was hematological toxicity. Hematological toxicity was one of the side effect chemotherapy if not treated properly can caused death. The aimed of this research was to analyze the correlation of nutritional status with hematological toxicity on children with ALL in chemotherapy. This study was done in Hasan Sadikin General Hospital in Bandung in December 2016 with correlational research was performed with retrospective approach. 198 respondents were selected using purposive sampling taken from medical records during January-July in 2016. Data was analyzed using Spearman Rank Correlation Test (Rho). The study showed that 17 children with ALL were categorized in very thin (86,7%) suffered from hematological toxicity thus discovered significant correlation between nutritional status pre chemotherapy and hematological toxicity post chemotherapy in childr","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48967086","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12341
Tita Mulyani, Efri Widianti, Ristina Mirwanti
ABSTRAK Stroke fase rehabilitasi dapat mengakibatkan perubahan fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien yang kemudian menyebabkan masalah psikosial berupa cemas dan depresi. Cemas dan depresi ini memiliki korelasi terhadap kesejahteraan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien pasca stroke di poliklinik RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrumen SIWB. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria insklusi pasien stroke fase rehabilitasi yang mempunyai nilai Mini Mental State Examination (MMSE) normal 24-30, dan didapatkan 105 responden. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesejahteraan spiritual tinggi sebanyak 57 responden (54,3%) dan tingkat kesejahteraan spiritual rendah sebanyak 48 responden (45,7%). Karakteristik responden paling banyak pada rentang usia lansia akhir yaitu berjumlah 41 responden (39,0%), dengan lama stroke > 12 bulan 58 responden (55,2%), memiliki penyakit penyerta 82 responden (78,1%), dan mengalami serangan stroke 1x sebanyak 54 responden (51,4%). Pada penelitian ini, antara tingkat kesejahteraan spiritual tinggi dan rendah tidak jauh berbeda persentasenya. Sehingga masih diperlukan upaya untuk meningkatakan kesejahteraan spiritual melalui perbaikan sarana dan prasaran ibadah ,mengoptimalkan spiritual care, mengadakan seminar-seminar dan pelatihan spiritual care, melakukan berdo’a bersama sebelum pemeriksaan dimulai, menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, dan damai, serta mengadakan peer group khusus pasien stroke. ABSRTACTStroke rehabilitation phase can lead to physical and psychological changes. It has an impact on the quality of life of patients that later caused psychosocial problems such as anxiety and depression. These anxiety and depression have a correlation to the spiritual well-being. The purpose of this study was to identify the level of spiritual well-being in post-stroke patients in polyclinic RSUD Al Ihsan West Java Province. This research was a quantitative descriptive research using SIWB instruments. It used a purposive sampling method with the inclusion criteria of rehabilitation phase stroke patients who had 24-30 as the normal score of Million Minimum State Examination (MMSE) and obtained 105 respondents. The data presented in the form of the frequency distribution. The results of this study indicated that the respondent’s amount who reached the high level of spiritual well-being was 57 respondents (54.3%) and low level of spiritual well-being was 48 respondents (45.7%). The most respondents’ characteristic were respondents with age range of elderly as of 41 respondents (39.0%), with stroke length more than 12 months as of 58 respondents (55.2%), had comorbid disease as of 82 respondents (78.1%), and suffered once stroke attack as of 54 respondents
深奥的这种抑郁和抑郁与精神健康有关。本研究的目的是确定西爪哇省RSUD Al-Ihsan综合诊所中风后患者的精神健康水平。本研究是一项使用SIWB仪器的定量描述性研究。采用有目的的抽样方法进行抽样,标准包括患者脑卒中康复期,简易精神状态检查(MMSE)值为24-30,获得105名应答者。以频率分布形式提供的数据。这项研究的结果显示,57名受访者(54.3%)的精神健康水平较高,48名受访者(45.7%)的精神幸福水平较低。在年龄结束时,应答者最常见的特征是41名应答者(39.0%),长期中风>12个月的应答者58名(55.2%),参与性疾病的应答者82名(78.1%),经历过中风的应答者1×54名(51.4%)。在这项研究中,精神幸福感高低的百分比相差不大。因此,仍然需要努力通过改善精神护理、优化精神护理、研讨会和精神护理培训、在检查开始前一起进行对话、创造一个舒适、安全、和平的环境以及组织一个特殊的中风患者同伴小组来提高精神健康。【UNK】ABSRTACTStrokerehabilition阶段会导致身体和心理的变化。它对患者的生活质量产生了影响,后来导致了焦虑和抑郁等心理社会问题。这些焦虑和抑郁与精神幸福感有关。本研究的目的是确定西爪哇省RSUD Al Ihsan综合诊所中风后患者的精神健康水平。本研究是一项使用SIWB工具进行的定量描述性研究。它使用了一种有目的的抽样方法,纳入了康复期中风患者的标准,这些患者的百万最低状态检查(MMSE)的正常分数为24-30,获得了105名受访者。数据以频率分布的形式呈现。本研究结果表明,达到高精神幸福水平的被调查者有57人(54.3%),达到低精神幸福水平有48人(45.7%)。大多数被调查者的特征是年龄段为老年人的受访者(41人(39.0%),中风时间超过12个月的受访者(58人(55.2%),研究表明,精神幸福感在高和低之间的百分比水平几乎相似。因此,有必要通过改善宗教设施和基础设施,优化精神护理,举办研讨会和精神护理培训,在体检或治疗前一起祈祷,创造一个舒适、安全、和平的环境,并为中风患者建立同伴小组,来增加精神健康。
{"title":"Spiritual Well-Being Of Post-Stroke Patients In Neurological Polyclinic of Al Ihsan Regional Public Hospital, West Java Province","authors":"Tita Mulyani, Efri Widianti, Ristina Mirwanti","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12341","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12341","url":null,"abstract":"ABSTRAK Stroke fase rehabilitasi dapat mengakibatkan perubahan fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien yang kemudian menyebabkan masalah psikosial berupa cemas dan depresi. Cemas dan depresi ini memiliki korelasi terhadap kesejahteraan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien pasca stroke di poliklinik RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrumen SIWB. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria insklusi pasien stroke fase rehabilitasi yang mempunyai nilai Mini Mental State Examination (MMSE) normal 24-30, dan didapatkan 105 responden. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesejahteraan spiritual tinggi sebanyak 57 responden (54,3%) dan tingkat kesejahteraan spiritual rendah sebanyak 48 responden (45,7%). Karakteristik responden paling banyak pada rentang usia lansia akhir yaitu berjumlah 41 responden (39,0%), dengan lama stroke > 12 bulan 58 responden (55,2%), memiliki penyakit penyerta 82 responden (78,1%), dan mengalami serangan stroke 1x sebanyak 54 responden (51,4%). Pada penelitian ini, antara tingkat kesejahteraan spiritual tinggi dan rendah tidak jauh berbeda persentasenya. Sehingga masih diperlukan upaya untuk meningkatakan kesejahteraan spiritual melalui perbaikan sarana dan prasaran ibadah ,mengoptimalkan spiritual care, mengadakan seminar-seminar dan pelatihan spiritual care, melakukan berdo’a bersama sebelum pemeriksaan dimulai, menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, dan damai, serta mengadakan peer group khusus pasien stroke. ABSRTACTStroke rehabilitation phase can lead to physical and psychological changes. It has an impact on the quality of life of patients that later caused psychosocial problems such as anxiety and depression. These anxiety and depression have a correlation to the spiritual well-being. The purpose of this study was to identify the level of spiritual well-being in post-stroke patients in polyclinic RSUD Al Ihsan West Java Province. This research was a quantitative descriptive research using SIWB instruments. It used a purposive sampling method with the inclusion criteria of rehabilitation phase stroke patients who had 24-30 as the normal score of Million Minimum State Examination (MMSE) and obtained 105 respondents. The data presented in the form of the frequency distribution. The results of this study indicated that the respondent’s amount who reached the high level of spiritual well-being was 57 respondents (54.3%) and low level of spiritual well-being was 48 respondents (45.7%). The most respondents’ characteristic were respondents with age range of elderly as of 41 respondents (39.0%), with stroke length more than 12 months as of 58 respondents (55.2%), had comorbid disease as of 82 respondents (78.1%), and suffered once stroke attack as of 54 respondents ","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45835782","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12307
Nurul ' Huda, E. Febriyanti, Diva ' de Laura
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap responden terhadap nutrisi pada luka kronik menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Sampel penelitian adalah 30 responden yangdibagi menjadi 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan purposive sampling. Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan berupa edukasi tentang nutrisi pada luka kronik. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan sikap adalah kuesioner tentang pengetahuan dan sikap. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Independent sample T-test dan dependent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 84.67 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 60.00.sedangkan rata-rata sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 47.07 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 42.33.Hasil statistik diperoleh p value untuk variabel pengetahuan (0.000) < alpha (0.05), dan p value untuk variabel sikap (0.001) < alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatanberpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap responden dan dapat direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang nutrisi pada luka kronik berdasarkan perspektif budaya.ABSTRACT The aim of this research was to identify the effect of health education on respondent knowledge and attitude. Design of this study was a quasy experiment with non-equivalent control group design. The data was conducted by 30 samples which divided into 15 as the experimental group and 15 as a control group based on inclusions criteria using purposive sampling. The experimental group was given health education meanwhile control group was not. Knowledge and attitude were measured by questionnaire. The univariate analysis was conducted to show frequency distribution and bivariate analysis was conducted by an independent sample T-test and dependent sample T-test. The result showed that mean of knowledge after given health education in experiment group was 84.67 and in control group was 60.00, and mean of attitude after given health education in the experimental group was 47.07 and in control group was 42.33. The statistic showed p-value in knowledge variable (0.000) < alpha (0.05) and p-value in attitude variable (0.001) < alpha (0.05) which means that health education effective for respondent knowledge and attitude and recommended to be applied in nursing intervention to increase knowledge and attitude about nutrition in chronic wound based on cultural perspective.
本研究旨在了解卫生教育对慢性伤口营养影响的影响,使用非equivalent control group设计设计的基于qutr实验的实验设计。研究样本为30名受访者,他们分别是15名实验小组和15名控制小组的受访者,他们使用采样目的为夹杂物进行了测试。受慢性伤口营养教育的健康实验小组。用于变量知识和态度的测量工具是知识和态度的问卷。使用的分析是univariat分析,使用独立式T-test和d - sample T-test进行频率分析。研究结果表明,接受实验小组健康教育的受访者的平均知识是84.67,不接受卫生教育的控制组的平均知识是60.00。而在实验群体中接受健康教育的受访者的平均水平是47.07,而没有接受健康教育的控制组的平均水平是42.33。统计结果,p为变量价值知识(万)< 0.01至0.05(阿尔法),p为变量价值态度(冰河世纪)< 0.01至0.05(阿尔法),以便总结kesehatanberpengaruh教育对知识和态度的受访者可以推荐为护理干预,提高营养知识和态度的受访者基于文化视角的慢性伤口。这项研究的目标将健康教育的影响与对知识和态度的反应相混淆。这项研究的设计是一种非equivalent control group设计的试验试验。数据是由30个样本组成的,这些样本被编入15个样本中,其中15个样本被编入实验组,15个样本是基于基于基于目的的critsociety sampve的。实验组在得到健康教育的同时也失去了控制。知识和态度受到质疑。单变量分析是受委托展示频率分布和双变量分析的结果是由独立样本T-test和d - sample T-test设计的。据报道,在实验小组获得健康教育后,知识的含义是84.67,控制小组是60.00,而在实验小组获得健康教育后的态度是47.07,控制小组是42.33。《知识statistic p-value拿给可变(万)< 0.01至0.05(阿尔法)与p-value》态度可变(冰河世纪)< 0.01至0.05(阿尔法),这意味着那健康教育为respondent有效知识、态度和recommended to be应用在护理干预对增加知识和态度关于营养在慢性伤了改编自文化视角。
{"title":"Edukasi Berbasis Nutrisi dan Budaya pada Penderita Luka Kronis","authors":"Nurul ' Huda, E. Febriyanti, Diva ' de Laura","doi":"10.17509/jpki.v4i1.12307","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i1.12307","url":null,"abstract":"ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap responden terhadap nutrisi pada luka kronik menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Sampel penelitian adalah 30 responden yangdibagi menjadi 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan purposive sampling. Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan berupa edukasi tentang nutrisi pada luka kronik. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan sikap adalah kuesioner tentang pengetahuan dan sikap. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Independent sample T-test dan dependent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 84.67 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 60.00.sedangkan rata-rata sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 47.07 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 42.33.Hasil statistik diperoleh p value untuk variabel pengetahuan (0.000) < alpha (0.05), dan p value untuk variabel sikap (0.001) < alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatanberpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap responden dan dapat direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang nutrisi pada luka kronik berdasarkan perspektif budaya.ABSTRACT The aim of this research was to identify the effect of health education on respondent knowledge and attitude. Design of this study was a quasy experiment with non-equivalent control group design. The data was conducted by 30 samples which divided into 15 as the experimental group and 15 as a control group based on inclusions criteria using purposive sampling. The experimental group was given health education meanwhile control group was not. Knowledge and attitude were measured by questionnaire. The univariate analysis was conducted to show frequency distribution and bivariate analysis was conducted by an independent sample T-test and dependent sample T-test. The result showed that mean of knowledge after given health education in experiment group was 84.67 and in control group was 60.00, and mean of attitude after given health education in the experimental group was 47.07 and in control group was 42.33. The statistic showed p-value in knowledge variable (0.000) < alpha (0.05) and p-value in attitude variable (0.001) < alpha (0.05) which means that health education effective for respondent knowledge and attitude and recommended to be applied in nursing intervention to increase knowledge and attitude about nutrition in chronic wound based on cultural perspective.","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46774679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12346
Rizka Amalia, S. Sumartini, Afianti Sulastri
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi penderita setelah terinfeksi HIV/AIDS mengalami perubahan fisik dan psikis karena harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru dalam hidupnya. AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh virus HIV. Stigma yang negatif dan diskriminasi oleh masyarakat membuat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mempunyai kondisi yang semakin melemah, bahkan depresi. Motivasi hidup adalah suatu keyakinan dan dorongan bagi diri sendiri yang akan mempengaruhi individu bersikap dalam menghadapi situasi yang beragam. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomologi deskriptif dan menggunakan sampel teknik purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran motivasi pada orang dengan HIV/AIDS di Rumah Cemara Geger Kalong Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, keabsahan data diuji dengan triangulasi. Sejumlah 10 informan (4 ODHA dan 4 anggota keluarga dan 2 pengurus ODHA) berpartisipasi dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan adanya beberapa perubahan terutama pada aspek fisik, psikologis, sosial dan sistem pendukung. Penderita ODHA mempunyai semangat untuk bekerja, semangat untuk bersosialisasi, semangat untuk berkarya dan pikiran yang positif. ODHA membutuhkan dukungan dari keluarga dan dukungan dari teman sebaya (peer support), dengan adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat seringkali ODHA tidak mau membuka status mereka karena takut dan khawatir. Faktor utama yang mempengaruhi Perubahan psikologi ODHA adalah optimisme hidup yang kuat dalam diri penderita. Dengan Keyakinan positif dalam kehidupan dan sistem pendukung yang dapat baik mampu membawa ODHA untuk memiliki tujuan hidup yang bermakna setelah terinfeksi HIV/AIDS. ABSTRACT Background of the present study is the physical and psychological changes of the individual after infected by HIV/AIDS that s/he has to adjust to the different condition in his/her life. AIDS is the decrease of body immune caused by HIV virus. Negative stigma and society discrimination weaken the condition of PLWHA (People Living with HIV/AIDS), even depression. Life motivation is a self-belief and self-push, which will influence an individual in facing varied situation.The study employs qualitative method with descriptive phenomenological research design and utilizes purposive sampling technique.The aim of the present study is to identify a motivation description of PLWHA at Rumah Cemara, Geger Kalong, Bandung. Data collection is derived from interview technique, while the data validity is tested by triangulation. There are ten respondents (4 PLWHA, 4 family members and 2 PLWHA nurses/social workers) taking part in the study. The result of this research indicated some changes especially in physical aspects, psychological, social and support system.The spirit odha have to work, vigor to socialize, vigor to work and mind positive. PLWHA needs support from family and support from their peers (peer support ),
{"title":"Gambaran Perubahan Psikososial dan Sistem Pendukung Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Gegerkalong Bandung","authors":"Rizka Amalia, S. Sumartini, Afianti Sulastri","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12346","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12346","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi penderita setelah terinfeksi HIV/AIDS mengalami perubahan fisik dan psikis karena harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru dalam hidupnya. AIDS adalah menurunnya daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh virus HIV. Stigma yang negatif dan diskriminasi oleh masyarakat membuat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) mempunyai kondisi yang semakin melemah, bahkan depresi. Motivasi hidup adalah suatu keyakinan dan dorongan bagi diri sendiri yang akan mempengaruhi individu bersikap dalam menghadapi situasi yang beragam. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomologi deskriptif dan menggunakan sampel teknik purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran motivasi pada orang dengan HIV/AIDS di Rumah Cemara Geger Kalong Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, keabsahan data diuji dengan triangulasi. Sejumlah 10 informan (4 ODHA dan 4 anggota keluarga dan 2 pengurus ODHA) berpartisipasi dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan adanya beberapa perubahan terutama pada aspek fisik, psikologis, sosial dan sistem pendukung. Penderita ODHA mempunyai semangat untuk bekerja, semangat untuk bersosialisasi, semangat untuk berkarya dan pikiran yang positif. ODHA membutuhkan dukungan dari keluarga dan dukungan dari teman sebaya (peer support), dengan adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat seringkali ODHA tidak mau membuka status mereka karena takut dan khawatir. Faktor utama yang mempengaruhi Perubahan psikologi ODHA adalah optimisme hidup yang kuat dalam diri penderita. Dengan Keyakinan positif dalam kehidupan dan sistem pendukung yang dapat baik mampu membawa ODHA untuk memiliki tujuan hidup yang bermakna setelah terinfeksi HIV/AIDS. ABSTRACT Background of the present study is the physical and psychological changes of the individual after infected by HIV/AIDS that s/he has to adjust to the different condition in his/her life. AIDS is the decrease of body immune caused by HIV virus. Negative stigma and society discrimination weaken the condition of PLWHA (People Living with HIV/AIDS), even depression. Life motivation is a self-belief and self-push, which will influence an individual in facing varied situation.The study employs qualitative method with descriptive phenomenological research design and utilizes purposive sampling technique.The aim of the present study is to identify a motivation description of PLWHA at Rumah Cemara, Geger Kalong, Bandung. Data collection is derived from interview technique, while the data validity is tested by triangulation. There are ten respondents (4 PLWHA, 4 family members and 2 PLWHA nurses/social workers) taking part in the study. The result of this research indicated some changes especially in physical aspects, psychological, social and support system.The spirit odha have to work, vigor to socialize, vigor to work and mind positive. PLWHA needs support from family and support from their peers (peer support ),","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46106611","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12347
Iin Patimah, S. Megawati, Tanti Suryawantie
ABSTRAK Komunikasi merupakan elemen vital dalam keperawatan, karena komunikasi yang baik dapat menunjang keberhasilan asuhan keperawatan sebaliknya komunikasi yang buruk dapat menimbulkan kesalahan medis yang berimbas pada injury bahkan kematian pada pasien. Kemampuan komunikasi perawat harus diasah sedini mungkin yaitu dimulai dari pendidikan tahap akademik. Metode pembelajaran Cooperative Learning merupakan metode pembelajaran yang terstruktur, sistematis yang dirancang oleh dosen/pengajar untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas dilakukan pada kelompok kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dimana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran tertentu dan menjelaskan ke teman lainnya begitupun kelompok anggota lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas metode pembelajaran Cooperative Learning terhadap kemampuan komunikasi pada mahasiswa tingkat satu pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut tahun 2016. Metode pembelajaran dilaksanakan dalam kurun waktu tujuh kali pertemuan masing-masing pertemuan selama 200 menit. Rancangan metode penelitian menggunakan quasi experiment with control group pre and posttest design dengan perhitungan total sampling selama periode Juni-Agustus 2016. Alat ukur yang digunakan yaitu ICCS (Interpersonal Communication Competence Scale) untuk mengukur kemampuan komunikasi mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti metode pembelajaran Cooperative Learning. Untuk selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji t. Dari hasil penelitian diperoleh nilai p value sebesar 0.571 (p value> 0.05) yang artinya H nol ditolak. Hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi antara kelompok perlakuan dan control. Disarankan dalam penelitian ini dlakukan dengan kurun waktu yang lebih panjang. ABSTRACT Communication is a vital element in nursing. Good skill communication can support the success of a nurse otherwise poor communication can lead medical errors that impact on injury and even death in patients. The nurse's communication skills should be honed as early as possible starting from the academic stage of education. Cooperative Learning is a structured, systematic learning method designed by lecturers/lecturers to solve a problem/case or do a task performed on small groups to achieve certain learning objectives, where each group member is responsible for studying learning materials certain and explain to other friends as well as other group members. The purpose of this study is to measure the effectiveness of Cooperative Learning methods on communication skills in the first-grade students in the Program Study of Nursing S1 STIKes Karsa Husada Garut in 2016. The learning method is conducted within seven meetings of each meeting for 200 minutes. The design of the research method used quasi-experiment with control group pre and posttest design with total sampling calculation d
抽象沟通是护理中一个重要的因素,因为良好的沟通可以促进护理护理的成功,而坏的沟通可能会导致导致病人受伤甚至死亡的医疗错误。护士的沟通能力必须尽早提高,即从学术阶段教育开始。合作学习是一种结构化的学习方法,学习方法系统化设计的讲师/教师来解决一个问题或案件进行处理一项任务达到目的的小组合作学习小组,每个小组成员负责在哪里学习某些特定的学习材料和向其他朋友小组其他成员也是如此。本研究的目的是测试2016年S1管理员Karsa Husada Garut项目中学生交流能力的合作学习方法的有效性。学习方法在7次会议中进行,每次会议200分钟。研究方法设计采用了在2016年6月至8月期间进行的预前和后置设计的试验结果计算。ICCS是一种用于衡量学生在合作学习方法之前和之后的沟通能力的ICCS。此外,通过t测试研究得出的数据是0.571 (p值> 0.05)值,这意味着H零被拒绝。这意味着治疗群体和控制群体之间没有沟通能力的区别。建议本研究将持续更长时间。不沟通是一个重要的苗头。良好的沟通技巧可以支撑护士和贫穷的沟通的成功,也可以引导对病人的严重影响,甚至对病人的死亡。护士的沟通技术应该比学前教育阶段更早获得荣誉。合作学习是a structured, systematic学习方法设计由lecturers / lecturers骗人的百万问题-凯斯or do a task performed on small集团要为确定学习objectives,每组的成员在哪里responsible for studying学习材料确定美国和美国向其他朋友好地解释另group members。这项研究的目的是确定2016年第一年级护理实践实践实践中的有效实践方法。学习方法是在每个会议的七次会议中构思的。2016年6月8月这一可用的教学工具是ICCS,它规定了在进行合作学习方法之前和之后的交流能力。下一个数据是用t测试方法分析的。从研究结果来看,0571的p-value (p值> 0.05)意味着被批准。这意味着治疗和控制groups之间的通信技术没有什么不同。在这个研究中,它要求在时间的长时间内完成
{"title":"Efektivitas Metode Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Kemampuan Komunikasi pada Mahasiswa","authors":"Iin Patimah, S. Megawati, Tanti Suryawantie","doi":"10.17509/jpki.v4i1.12347","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/jpki.v4i1.12347","url":null,"abstract":"ABSTRAK Komunikasi merupakan elemen vital dalam keperawatan, karena komunikasi yang baik dapat menunjang keberhasilan asuhan keperawatan sebaliknya komunikasi yang buruk dapat menimbulkan kesalahan medis yang berimbas pada injury bahkan kematian pada pasien. Kemampuan komunikasi perawat harus diasah sedini mungkin yaitu dimulai dari pendidikan tahap akademik. Metode pembelajaran Cooperative Learning merupakan metode pembelajaran yang terstruktur, sistematis yang dirancang oleh dosen/pengajar untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas dilakukan pada kelompok kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dimana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran tertentu dan menjelaskan ke teman lainnya begitupun kelompok anggota lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas metode pembelajaran Cooperative Learning terhadap kemampuan komunikasi pada mahasiswa tingkat satu pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut tahun 2016. Metode pembelajaran dilaksanakan dalam kurun waktu tujuh kali pertemuan masing-masing pertemuan selama 200 menit. Rancangan metode penelitian menggunakan quasi experiment with control group pre and posttest design dengan perhitungan total sampling selama periode Juni-Agustus 2016. Alat ukur yang digunakan yaitu ICCS (Interpersonal Communication Competence Scale) untuk mengukur kemampuan komunikasi mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti metode pembelajaran Cooperative Learning. Untuk selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji t. Dari hasil penelitian diperoleh nilai p value sebesar 0.571 (p value> 0.05) yang artinya H nol ditolak. Hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi antara kelompok perlakuan dan control. Disarankan dalam penelitian ini dlakukan dengan kurun waktu yang lebih panjang. ABSTRACT Communication is a vital element in nursing. Good skill communication can support the success of a nurse otherwise poor communication can lead medical errors that impact on injury and even death in patients. The nurse's communication skills should be honed as early as possible starting from the academic stage of education. Cooperative Learning is a structured, systematic learning method designed by lecturers/lecturers to solve a problem/case or do a task performed on small groups to achieve certain learning objectives, where each group member is responsible for studying learning materials certain and explain to other friends as well as other group members. The purpose of this study is to measure the effectiveness of Cooperative Learning methods on communication skills in the first-grade students in the Program Study of Nursing S1 STIKes Karsa Husada Garut in 2016. The learning method is conducted within seven meetings of each meeting for 200 minutes. The design of the research method used quasi-experiment with control group pre and posttest design with total sampling calculation d","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44073101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.17509/JPKI.V4I1.12343
I. darmawati, Dwi Yuniar
ABSTRAK Kenakalan remaja didorong oleh ketidakstabilan remaja dalam mengelola emosi yang berujung pada perilaku kekerasan kepada teman sebaya maupun komunitas lainnya di sekitar remaja. Kecerdasan emotional menjadi indikator penting bagi remaja untuk bersikap dan berperilaku. Ketidakstabilan emosi dalam menghadapi berbagai masalah saat remaja dapat memicu remaja untuk menutupinya dengan perilaku negatif seperti, berkelahi, keras kepala, melamun, senang menyendiri, menggunakan obat terlarang atau minum-minuman keras dan tawuran. Penelitian dilaksanakan dengan desain deskriptif kuantitatif dengan penggembangan instrumen kuesioner emotional quotient dari berbagai teori oleh peneliti. Penelitian dilakukan terhadap 170 siswa SMA dengan teknik multistage sampling dari berbagai cluster wilayah utara, barat, timur dan selatan Kota Bandung untuk mengetahui tingkat emotional quotient (kecerdasan emosional) remaja. Hasil penelitian menunjukan menunjukan kecenderungan nilai yang hampir sama antara kecerdasan emotional tinggi dan rendah. Kecerdasan emosional tinggi sebesar 51.8% dan kecerdasan emosional rendah sebesar 48.2%. Dari ke lima aspek kecerdasan emosional terdapat dua aspek kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja dalam kategori rendah yaitu dari 170 responden 96 orang (56.5%) diantaranya memiliki kemampuan mengelola emosi dalam kategori rendah dan dari 170 responden terdapat 101 remaja (59.4%) memiliki motivasi yang rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu dukungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, sosio-ekonomi keluarga dan jenis kelamin dari remaja. Hal ini menjadi masukan bagi perawat, keluarga serta pengelola pendidikan remaja untuk meningkatkan kenyamanan secara psikologis pada anak dalam mengenali emosi sendiri untuk meningkatkan kesehatan remaja si masa depan. ABSTRACTJuvenile delinquency can be driven by adolescents instability in managing emotions that lead to violent behavior to their peers and other communities. Emotional quotient is an important indicator for adolescents attitude and behavior. Emotional instability can trigger adolescents to cover up with negative behaviors such as, fighting, stubbornness, daydreaming, joy alone, using drugs or drinking and fighting. The research was carried out with quantitative descriptive and the questionnaire of emotional quotient is the conduct of the various theories by researcher.The study was conducted on 170 high school students with multistage sampling technique from various cluster of Bandung City to describe emotional quotient level of adolescent. Results showed a similar values between the high and low emotional quotient. the High was 51.8% and the low was 48.2%. Of the five aspects of emotional intelligence emotional intelligence there are two aspects in the low category of respondents 96 people (56.5%) of them have the ability to manage emotions in categories and low of 101 teens (59.4%) had low motivation.This is due to several factors like social s
{"title":"Emotional Quotient Remaja Kota Bandung","authors":"I. darmawati, Dwi Yuniar","doi":"10.17509/JPKI.V4I1.12343","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/JPKI.V4I1.12343","url":null,"abstract":"ABSTRAK Kenakalan remaja didorong oleh ketidakstabilan remaja dalam mengelola emosi yang berujung pada perilaku kekerasan kepada teman sebaya maupun komunitas lainnya di sekitar remaja. Kecerdasan emotional menjadi indikator penting bagi remaja untuk bersikap dan berperilaku. Ketidakstabilan emosi dalam menghadapi berbagai masalah saat remaja dapat memicu remaja untuk menutupinya dengan perilaku negatif seperti, berkelahi, keras kepala, melamun, senang menyendiri, menggunakan obat terlarang atau minum-minuman keras dan tawuran. Penelitian dilaksanakan dengan desain deskriptif kuantitatif dengan penggembangan instrumen kuesioner emotional quotient dari berbagai teori oleh peneliti. Penelitian dilakukan terhadap 170 siswa SMA dengan teknik multistage sampling dari berbagai cluster wilayah utara, barat, timur dan selatan Kota Bandung untuk mengetahui tingkat emotional quotient (kecerdasan emosional) remaja. Hasil penelitian menunjukan menunjukan kecenderungan nilai yang hampir sama antara kecerdasan emotional tinggi dan rendah. Kecerdasan emosional tinggi sebesar 51.8% dan kecerdasan emosional rendah sebesar 48.2%. Dari ke lima aspek kecerdasan emosional terdapat dua aspek kecerdasan emosional yang dimiliki oleh remaja dalam kategori rendah yaitu dari 170 responden 96 orang (56.5%) diantaranya memiliki kemampuan mengelola emosi dalam kategori rendah dan dari 170 responden terdapat 101 remaja (59.4%) memiliki motivasi yang rendah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu dukungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, sosio-ekonomi keluarga dan jenis kelamin dari remaja. Hal ini menjadi masukan bagi perawat, keluarga serta pengelola pendidikan remaja untuk meningkatkan kenyamanan secara psikologis pada anak dalam mengenali emosi sendiri untuk meningkatkan kesehatan remaja si masa depan. ABSTRACTJuvenile delinquency can be driven by adolescents instability in managing emotions that lead to violent behavior to their peers and other communities. Emotional quotient is an important indicator for adolescents attitude and behavior. Emotional instability can trigger adolescents to cover up with negative behaviors such as, fighting, stubbornness, daydreaming, joy alone, using drugs or drinking and fighting. The research was carried out with quantitative descriptive and the questionnaire of emotional quotient is the conduct of the various theories by researcher.The study was conducted on 170 high school students with multistage sampling technique from various cluster of Bandung City to describe emotional quotient level of adolescent. Results showed a similar values between the high and low emotional quotient. the High was 51.8% and the low was 48.2%. Of the five aspects of emotional intelligence emotional intelligence there are two aspects in the low category of respondents 96 people (56.5%) of them have the ability to manage emotions in categories and low of 101 teens (59.4%) had low motivation.This is due to several factors like social s","PeriodicalId":34109,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45571369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}