Fitrahuddin Assidiq, Tina Dewi Rosahdi, Baiq Vera El Viera
Asap tempurung kelapa merupakan salah satu metode pengawetan secara tradisional, akan tetapi masih memiliki resiko bahaya. Potensi bahaya tersebut dapat dicegah dengan mengubah asap tempurung kelapa menjadi asap cair dengan metode pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi dan lama waktu perendaman asap cair tempurung kelapa terhadap daya tahan daging sapi. Daya tahan daging sapi dianalisis menggunakan analisis TPC. Variasi konsentrasi asap cair tempurung kelapa yang digunakan adalah 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% v/v, sedangkan variasi lama perendaman yang digunakan yaitu 10, 20, 30 dan 40 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa penentuan konsentrasi asap cair optimal dilakukan dengan merendam daging sapi dalam asap cair tempurung kelapa selama 20 menit. Analisis kadar air, kadar lemak dan kadar protein dilakukan terhadap produk hasil pengawetan dan dibandingkan dengan daging sapi yang masih segar. Konsentrasi asap cair yang optimal untuk mengawetkan daging sapi diperoleh 1,5%, dengan hasil analisis kadar air, lemak dan protein secara berturut-turut sebesar 21,79%; 7,45%; dan 28,48%. Asap cair dengan konsentrasi 1,5% dibuat variasi lama waktu perendaman selama 10, 20, 30 dan 40 menit. Analisis kadar air menunjukkan lama waktu perendaman optimal adalah 20 menit dengan kadar air sebesar 21,79%, sedangkan untuk kadar lemak dan protein sebesar 7,45% dan 28,48%. Analisis total plate count (TPC) pada daging sapi yang direndam dalam asap cair dengan konsentrasi 1,5% selama 20 menit menunjukkan bahwa daging sapi layak dikonsumsi sampai hari ketiga penyimpanan pada suhu kamar.
{"title":"Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa dalam Pengawetan Daging Sapi","authors":"Fitrahuddin Assidiq, Tina Dewi Rosahdi, Baiq Vera El Viera","doi":"10.15575/AK.V5I1.3723","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/AK.V5I1.3723","url":null,"abstract":"Asap tempurung kelapa merupakan salah satu metode pengawetan secara tradisional, akan tetapi masih memiliki resiko bahaya. Potensi bahaya tersebut dapat dicegah dengan mengubah asap tempurung kelapa menjadi asap cair dengan metode pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi dan lama waktu perendaman asap cair tempurung kelapa terhadap daya tahan daging sapi. Daya tahan daging sapi dianalisis menggunakan analisis TPC. Variasi konsentrasi asap cair tempurung kelapa yang digunakan adalah 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% v/v, sedangkan variasi lama perendaman yang digunakan yaitu 10, 20, 30 dan 40 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa penentuan konsentrasi asap cair optimal dilakukan dengan merendam daging sapi dalam asap cair tempurung kelapa selama 20 menit. Analisis kadar air, kadar lemak dan kadar protein dilakukan terhadap produk hasil pengawetan dan dibandingkan dengan daging sapi yang masih segar. Konsentrasi asap cair yang optimal untuk mengawetkan daging sapi diperoleh 1,5%, dengan hasil analisis kadar air, lemak dan protein secara berturut-turut sebesar 21,79%; 7,45%; dan 28,48%. Asap cair dengan konsentrasi 1,5% dibuat variasi lama waktu perendaman selama 10, 20, 30 dan 40 menit. Analisis kadar air menunjukkan lama waktu perendaman optimal adalah 20 menit dengan kadar air sebesar 21,79%, sedangkan untuk kadar lemak dan protein sebesar 7,45% dan 28,48%. Analisis total plate count (TPC) pada daging sapi yang direndam dalam asap cair dengan konsentrasi 1,5% selama 20 menit menunjukkan bahwa daging sapi layak dikonsumsi sampai hari ketiga penyimpanan pada suhu kamar.","PeriodicalId":34816,"journal":{"name":"AlKimiya Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48957518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wudhu adalah suatu rutinitas seorang muslim sebelum melaksanakan sholat. Dalam setiap kali wudhu, seorang muslim rata-rata menggunakan 3 L air, yang berarti 15 L air setiap harinya untuk wudhu. Air yang digunakan ketika wudhu hanya terkena beberapa bagian tubuh, sehingga hanya mengandung sedikit pencemar. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan air limbah wudhu sebagai solusi penyediaan air bersih. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode aerasi dan adsorpsi. Metode aerasi bertujuan menambahkan oksigen ke dalam air limbah sedangkan adsorpsi bertujuan memisahkan antara air limbah dengan partikel polutan. Pada penelitian ini tahap pertama dilakukan screening untuk mengetahui kondisi terburuk limbah. Kondisi terburuk yang diperoleh pada limbah air wudhu wanita adalah limbah waktu sholat ashar dilihat dari parameter pH, DO, dan TSS. Tahap selanjutnya yaitu proses penanganan limbah, penanganan secara aerasi dilakukan menggunakan aerator selama 5 jam dan secara adsorpsi dilakukan menggunakan karbon aktif. Hasil analisis menunjukkan penanganan limbah air wudhu dapat meningkatkan kondisi air menjadi lebih baik dan dapat mengembalikan kondisi air ke kondisi awal (air baku). Kondisi limbah air wudhu setelah pengolahan adalah memiliki pH 8,40; DO 8,7 mg/L; TSS 0 mg/L; COD 7,4 mg/L; BOD5 2,3 mg/L; Minyak Lemak 7,2 mg/L; Warna 24 unit Pt-Co; Tidak berbau; dan E. Coli < 3. Maka air hasil olahan ini masuk dalam kategori kelas IV, yaitu air untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik.
{"title":"Pengolahan Limbah Air Wudhu Wanita dengan Metode Aerasi dan Adsorpsi Menggunakan Karbon Aktif","authors":"Eko Prabowo Hadisantoso, Yuna Widayanti, Robby'atul Adawiyah Hanifah, Vina Amalia, Gina Giftia A. Delilah","doi":"10.15575/AK.V5I1.3719","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/AK.V5I1.3719","url":null,"abstract":"Wudhu adalah suatu rutinitas seorang muslim sebelum melaksanakan sholat. Dalam setiap kali wudhu, seorang muslim rata-rata menggunakan 3 L air, yang berarti 15 L air setiap harinya untuk wudhu. Air yang digunakan ketika wudhu hanya terkena beberapa bagian tubuh, sehingga hanya mengandung sedikit pencemar. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan air limbah wudhu sebagai solusi penyediaan air bersih. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode aerasi dan adsorpsi. Metode aerasi bertujuan menambahkan oksigen ke dalam air limbah sedangkan adsorpsi bertujuan memisahkan antara air limbah dengan partikel polutan. Pada penelitian ini tahap pertama dilakukan screening untuk mengetahui kondisi terburuk limbah. Kondisi terburuk yang diperoleh pada limbah air wudhu wanita adalah limbah waktu sholat ashar dilihat dari parameter pH, DO, dan TSS. Tahap selanjutnya yaitu proses penanganan limbah, penanganan secara aerasi dilakukan menggunakan aerator selama 5 jam dan secara adsorpsi dilakukan menggunakan karbon aktif. Hasil analisis menunjukkan penanganan limbah air wudhu dapat meningkatkan kondisi air menjadi lebih baik dan dapat mengembalikan kondisi air ke kondisi awal (air baku). Kondisi limbah air wudhu setelah pengolahan adalah memiliki pH 8,40; DO 8,7 mg/L; TSS 0 mg/L; COD 7,4 mg/L; BOD5 2,3 mg/L; Minyak Lemak 7,2 mg/L; Warna 24 unit Pt-Co; Tidak berbau; dan E. Coli < 3. Maka air hasil olahan ini masuk dalam kategori kelas IV, yaitu air untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik.","PeriodicalId":34816,"journal":{"name":"AlKimiya Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48739997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Karakteristik material tembaga oksida (CuO) bergantung pada struktur dan morfologinya. Prosedur sintesis tembaga oksida memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur dan morfologi material yang dihasilkan. Pada penelitian ini, nanostruktur tembaga oksida disintesis melalui proses hidrotermal dengan prosedur yang relatif sederhana. Karakterisasi terhadap sampel CuO yang dihasilkan menunjukkan morfologi partikel yang tidak beraturan dan berongga dengan ukuran partikel berkisar antara 300-800 nm dan ukuran rongga berkisar antara 100-300 nm. Struktur CuO dikonfirmasi dengan adanya puncak difraksi karakteristik CuO pada sudut difraksi (2θ) 35,29o dan 38,50o. Nanostruktur CuO yang dihasilkan memperlihatkan serapan maksimum pada panjang gelombang 416-422 nm.
{"title":"Sintesis dan Karakterisasi Nanostruktur Tembaga Oksida dengan Metode Hidrotermal","authors":"C. Sundari, R. Rahayu, Neneng Windayani","doi":"10.15575/AK.V5I1.3725","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/AK.V5I1.3725","url":null,"abstract":"Karakteristik material tembaga oksida (CuO) bergantung pada struktur dan morfologinya. Prosedur sintesis tembaga oksida memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur dan morfologi material yang dihasilkan. Pada penelitian ini, nanostruktur tembaga oksida disintesis melalui proses hidrotermal dengan prosedur yang relatif sederhana. Karakterisasi terhadap sampel CuO yang dihasilkan menunjukkan morfologi partikel yang tidak beraturan dan berongga dengan ukuran partikel berkisar antara 300-800 nm dan ukuran rongga berkisar antara 100-300 nm. Struktur CuO dikonfirmasi dengan adanya puncak difraksi karakteristik CuO pada sudut difraksi (2θ) 35,29o dan 38,50o. Nanostruktur CuO yang dihasilkan memperlihatkan serapan maksimum pada panjang gelombang 416-422 nm.","PeriodicalId":34816,"journal":{"name":"AlKimiya Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49060312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}