In the current era of ‘flood of information’, people are competing to be the first to obtain and share information, especially that is related to the COVID-19 pandemic. Particularly for those who live in metropolitan areas like Jakarta (with the most COVID-19 cases per January 2021), who are always required to be up to date. FOMO (Fear of Missing Out), is feeling anxious or insecure about the possibility of losing or missing something. FOMO will cause someone to be more aggressive in accessing information which can ultimately lead to news fatigue, a condition where a person feels stressed or exhausted due to information overload. Researchers examine the differences of news fatigue practices based on gender in the context of the pandemic. This study uses Uses and Gratifications 2.0 theory along with the concept of news fatigue to news avoidance as well as news and gender. As a descriptive-qualitative study using a case-study method, we utilize media diary and in-depth interviews as our data collection strategy. The results indicate that female participants experienced news fatigue differently from male participants. In the context of the COVID-19 news, female participants felt they were more tired of this topic since most of the news was negative and being reported repeatedly. Their types of jobs and the double burden of participants play an important role in the practice of news fatigue in Jakarta based on gender. Because of this perceived fatigue, female participants are increasingly avoiding news regarding COVID-19.
在当今“信息泛滥”的时代,人们竞相成为第一个获取和分享信息的人,特别是与COVID-19大流行有关的信息。特别是那些居住在雅加达等大都市地区(2021年1月COVID-19病例最多)的人,他们总是被要求保持最新状态。FOMO (Fear of Missing Out),指对可能失去或错过某样东西感到焦虑或不安全。FOMO会导致人们更积极地获取信息,最终导致新闻疲劳,即一个人因信息过载而感到压力或疲惫。研究人员研究了在大流行背景下基于性别的新闻疲劳做法的差异。本研究采用使用与满足2.0理论,结合新闻疲劳的概念对新闻回避以及新闻与性别进行研究。本研究采用案例研究法,采用媒体日记和深度访谈作为数据收集策略。结果表明,女性参与者对新闻疲劳的体验与男性参与者不同。在新冠肺炎新闻的背景下,女性参与者觉得她们对这个话题更厌倦,因为大多数新闻都是负面的,而且被反复报道。她们的工作类型和参与者的双重负担在雅加达基于性别的新闻疲劳实践中发挥了重要作用。由于这种疲劳感,女性参与者越来越多地回避有关COVID-19的新闻。
{"title":"Gender, Konsumsi Berita COVID-19 dan News Fatigue di Jakarta","authors":"Michelle Natasya Azari, Yearry Panji Setianto","doi":"10.24198/jkj.v5i1.31587","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jkj.v5i1.31587","url":null,"abstract":"In the current era of ‘flood of information’, people are competing to be the first to obtain and share information, especially that is related to the COVID-19 pandemic. Particularly for those who live in metropolitan areas like Jakarta (with the most COVID-19 cases per January 2021), who are always required to be up to date. FOMO (Fear of Missing Out), is feeling anxious or insecure about the possibility of losing or missing something. FOMO will cause someone to be more aggressive in accessing information which can ultimately lead to news fatigue, a condition where a person feels stressed or exhausted due to information overload. Researchers examine the differences of news fatigue practices based on gender in the context of the pandemic. This study uses Uses and Gratifications 2.0 theory along with the concept of news fatigue to news avoidance as well as news and gender. As a descriptive-qualitative study using a case-study method, we utilize media diary and in-depth interviews as our data collection strategy. The results indicate that female participants experienced news fatigue differently from male participants. In the context of the COVID-19 news, female participants felt they were more tired of this topic since most of the news was negative and being reported repeatedly. Their types of jobs and the double burden of participants play an important role in the practice of news fatigue in Jakarta based on gender. Because of this perceived fatigue, female participants are increasingly avoiding news regarding COVID-19.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"40 Video Suppl 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128717555","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lalita Hanief., Putri Ayu Hidayatur Rafiqoh, Bachruddin Ali Akhmad
Radar Banjarmasin adalah salah satu koran lokal di Kalimantan Selatan di bawah grup JPNN. Radar Banjarmasin dengan tagline ˜Paling Paham Soal Banua menyajikan berita teraktual. Ketika Indonesia dilandai pandemi COVID-19 Radar Banjarmasin juga memberitakan kasus ini secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional media cetak (Radar Banjarmasin) dalam pemberitaan kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara dokumentasi dan studi literatur. Informan dalam penelitian ini yaitu Toto Fachrudin selaku Pemimpin Redaksi dan Ramli Arisno selaku redaktur. Hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan redaksi Radar Banjarmasin dalam memberitakan kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan adalah fokus pada pandemi dengan terus memantau perkembangan terbaru dari gugus tugas COVID-19 hasil tes COVID-19 pemantauan kepada rumah sakit mendorong pihak gugus tugas agar terbuka dan memantau tempat-tempat keramaian. Radar Banjarmasin menjadikan gugus tugas COVID-19 dan Dinas Kesehatan sebagai rujukan utama dimana hal ini sejalan dengan tujuan Radar Banjarmasin dalam memberitakan COVID-19 yaitu untuk mengedukasi masyarakat mengatasi disinformasi dan hoax yang banyak beredar di masyarakat.
{"title":"Kebijakan Redaksional Radar Banjarmasin pada Pemberitaan Kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan","authors":"Lalita Hanief., Putri Ayu Hidayatur Rafiqoh, Bachruddin Ali Akhmad","doi":"10.24198/JKJ.V4I2.29354","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V4I2.29354","url":null,"abstract":"Radar Banjarmasin adalah salah satu koran lokal di Kalimantan Selatan di bawah grup JPNN. Radar Banjarmasin dengan tagline ˜Paling Paham Soal Banua menyajikan berita teraktual. Ketika Indonesia dilandai pandemi COVID-19 Radar Banjarmasin juga memberitakan kasus ini secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional media cetak (Radar Banjarmasin) dalam pemberitaan kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara dokumentasi dan studi literatur. Informan dalam penelitian ini yaitu Toto Fachrudin selaku Pemimpin Redaksi dan Ramli Arisno selaku redaktur. Hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan redaksi Radar Banjarmasin dalam memberitakan kasus COVID-19 di Kalimantan Selatan adalah fokus pada pandemi dengan terus memantau perkembangan terbaru dari gugus tugas COVID-19 hasil tes COVID-19 pemantauan kepada rumah sakit mendorong pihak gugus tugas agar terbuka dan memantau tempat-tempat keramaian. Radar Banjarmasin menjadikan gugus tugas COVID-19 dan Dinas Kesehatan sebagai rujukan utama dimana hal ini sejalan dengan tujuan Radar Banjarmasin dalam memberitakan COVID-19 yaitu untuk mengedukasi masyarakat mengatasi disinformasi dan hoax yang banyak beredar di masyarakat.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128740925","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam artikel ini penulis membedah dua foto yang dimuat oleh dua media massa dengan menggambarkan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia. Dua foto tersebut berperan sebagai pintu masuk untuk melihat posisi budaya visual Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 budaya visual disini dilihat dari pendekatan media massa menggunakan fotografi sebagai representasi Indonesia. Fotografi bukan hanya mengedepankan aspek indah melainkan mampu menggambarkan kompleksitas problematika sekaligus membuka ruang diskusi dan bagaimana memahami daya kebudayaan Indonesia. Artikel ini tidak dalam tujuan memiliki pretensi untuk menyederhanakan bahkan memotong lompatan budaya visual Indonesia namun bagaimana mendudukkan kesadaran penuh yang dimiliki khalayak dalam menghadapi sebuah bencana. Pada titik ini penulis berusaha untuk membongkar makna mitos pada dua foto yang akan di bongkar. Tujuan penulis adalah untuk memperlihatkan kompleksitas dari permasalahan kultural khususnya yang bersangkutpaut dalam budaya visual dengan meminjam dua foto yang diambil dari media massa. Dua foto tersebut dipilih atas dasar mampu menghadirkan ulang realitas Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Artikel ini menggunakan semiologi Barthesian. Tujuannya adalah untuk mengupas bagaimana sebuah visual memiliki daya gempur indrawi dengan kekuatannya yang mampu menentukan perilaku khalayak. Dalam artikel ini penulis memaparkan relasi praktik fotografi dengan wacana pandemi COVID-19 di Indonesia yang bersifat produktif atau bisa jadi kontraproduktif. Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa visual dalam hal ini fotografi merupakan salah satu medium dalam bentuk tanda yang di dalamnya memiliki ideologi sebagai sumbangsih pemikiran untuk pemerintah agar melek dalam memaksimalkan medium dalam hal ini fotografi.
{"title":"Kekuatan Visual dalam Mendisiplinkan Khalayak di Masa Pandemi Covid-19","authors":"S. Saputra","doi":"10.24198/JKJ.V4I2.27811","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V4I2.27811","url":null,"abstract":"Dalam artikel ini penulis membedah dua foto yang dimuat oleh dua media massa dengan menggambarkan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia. Dua foto tersebut berperan sebagai pintu masuk untuk melihat posisi budaya visual Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 budaya visual disini dilihat dari pendekatan media massa menggunakan fotografi sebagai representasi Indonesia. Fotografi bukan hanya mengedepankan aspek indah melainkan mampu menggambarkan kompleksitas problematika sekaligus membuka ruang diskusi dan bagaimana memahami daya kebudayaan Indonesia. Artikel ini tidak dalam tujuan memiliki pretensi untuk menyederhanakan bahkan memotong lompatan budaya visual Indonesia namun bagaimana mendudukkan kesadaran penuh yang dimiliki khalayak dalam menghadapi sebuah bencana. Pada titik ini penulis berusaha untuk membongkar makna mitos pada dua foto yang akan di bongkar. Tujuan penulis adalah untuk memperlihatkan kompleksitas dari permasalahan kultural khususnya yang bersangkutpaut dalam budaya visual dengan meminjam dua foto yang diambil dari media massa. Dua foto tersebut dipilih atas dasar mampu menghadirkan ulang realitas Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Artikel ini menggunakan semiologi Barthesian. Tujuannya adalah untuk mengupas bagaimana sebuah visual memiliki daya gempur indrawi dengan kekuatannya yang mampu menentukan perilaku khalayak. Dalam artikel ini penulis memaparkan relasi praktik fotografi dengan wacana pandemi COVID-19 di Indonesia yang bersifat produktif atau bisa jadi kontraproduktif. Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa visual dalam hal ini fotografi merupakan salah satu medium dalam bentuk tanda yang di dalamnya memiliki ideologi sebagai sumbangsih pemikiran untuk pemerintah agar melek dalam memaksimalkan medium dalam hal ini fotografi.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129556748","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hai School Crew (HSC) is a community of high school students whose activities are supervised by Hai Online media. Through this community, the members could participate in editorial activities carried out by the Hai Online editorial staff. This study aimed to determine the motives, experiences, and meanings of journalistic activities for students as community members who carried out journalistic activities through the Hai School Crew community. This study used a qualitative research method with a phenomenological approach conducted on seven members of the Hai School Crew (HSC) community. The results showed the construction process of the meaning of journalistic activities experienced by students of HSC members. Students initially possessed motives that encourage them to participate in the HSC community. Subsequently, the students carried out a variety of journalistic activities that enabled them to gain a variety of experiences regarding journalism. Afterward, students would create routines about the editorial process they went through to make it a habit of doing their work in the editorial activity of Hai Online. These experiences form their specific knowledge about journalism, which would shape the meaning of journalistic activities they carried out through the HSC community. The informants interpret journalistic activities as an activity to find news and then express it in written form according to the facts. The meaning of the activities they experienced in the HSC community is as a means of learning how journalists work every day. This study concludes that by carrying out journalistic activities routinely, the informants obtained motives, experiences, and meanings of journalistic activities so that they could understand their role as participants whose job is to emulate professional journalists. This research suggests HSC members can continue to maintain their existence and continue to actively carry out journalistic activities that are of interest to the youth
{"title":"Konstruksi Makna Aktivitas Jurnalistik Bagi Pelajar Anggota Komunitas Hai School Crew","authors":"Syifa Nuri Khairunnisa, Henny Srimulyani, Ipit Zulfan","doi":"10.24198/jkj.v4i1.26614","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/jkj.v4i1.26614","url":null,"abstract":"Hai School Crew (HSC) is a community of high school students whose activities are supervised by Hai Online media. Through this community, the members could participate in editorial activities carried out by the Hai Online editorial staff. This study aimed to determine the motives, experiences, and meanings of journalistic activities for students as community members who carried out journalistic activities through the Hai School Crew community. This study used a qualitative research method with a phenomenological approach conducted on seven members of the Hai School Crew (HSC) community. The results showed the construction process of the meaning of journalistic activities experienced by students of HSC members. Students initially possessed motives that encourage them to participate in the HSC community. Subsequently, the students carried out a variety of journalistic activities that enabled them to gain a variety of experiences regarding journalism. Afterward, students would create routines about the editorial process they went through to make it a habit of doing their work in the editorial activity of Hai Online. These experiences form their specific knowledge about journalism, which would shape the meaning of journalistic activities they carried out through the HSC community. The informants interpret journalistic activities as an activity to find news and then express it in written form according to the facts. The meaning of the activities they experienced in the HSC community is as a means of learning how journalists work every day. This study concludes that by carrying out journalistic activities routinely, the informants obtained motives, experiences, and meanings of journalistic activities so that they could understand their role as participants whose job is to emulate professional journalists. This research suggests HSC members can continue to maintain their existence and continue to actively carry out journalistic activities that are of interest to the youth","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130130161","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Wacana Islam Radikal dalam Majalah TEMPO","authors":"M. Fadil, Pandan Yudhapramesti","doi":"10.24198/JKJ.V3I1.22851","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V3I1.22851","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124821121","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam prosesnya mediamorfosis telah melahirkan teknologi-teknologi baru yang dapat dimanfaatkan manusia dalam bidang komunikasi. Fitur Insta Story dalam media sosial Instagrammerupakan salah satu hasil perkembangan teknologi komunikasi. Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh fitur ini kemudian mulai digunakan salah satunya pada bidang media. Majalah GADIS merupakan salah satu media massa yang aktif menggunakan fitur Insta Story pada akun Instagrammereka untuk aktivitas jurnalistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan fitur Insta Story dalam aktivitas jurnalistik oleh Majalah GADIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan Majalah GADIS memanfaatkan fitur Insta Story dalam aktivitas jurnalistiknya adalah kesesuaian dengan target khalayak, mudah diakses, dan efektif. Fitur Insta Story dimanfaatkan oleh Majalah GADIS untuk melakukan tiga hal yaitu; sebagai media pelaporan, sebagai alat distribusi informasi; dan sebagai wadah interaksi dengan khalayak. Implikasi pemanfaatan fitur Insta Story bagi Majalah GADIS adalah sebagai teknologi yang efisien dan efektif, komunikasi dengan khalayak lebih mudah, peningkatan jumlah kunjungan menjadi nilai tambah pada segi bisnis, sebagai bahan evaluasi mengenai konten, serta membuktikan kredibilitas Majalah GADIS sebagai sebuah media.
{"title":"Pemanfaatan Insta Story Dalam Aktivitas Jurnalistik Oleh Majalah Gadis","authors":"Cerysa Nur Insani, D. Hidayat, Ipit Zulfan","doi":"10.24198/JKJ.V3I1.22453","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V3I1.22453","url":null,"abstract":"Dalam prosesnya mediamorfosis telah melahirkan teknologi-teknologi baru yang dapat dimanfaatkan manusia dalam bidang komunikasi. Fitur Insta Story dalam media sosial Instagrammerupakan salah satu hasil perkembangan teknologi komunikasi. Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh fitur ini kemudian mulai digunakan salah satunya pada bidang media. Majalah GADIS merupakan salah satu media massa yang aktif menggunakan fitur Insta Story pada akun Instagrammereka untuk aktivitas jurnalistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan fitur Insta Story dalam aktivitas jurnalistik oleh Majalah GADIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan Majalah GADIS memanfaatkan fitur Insta Story dalam aktivitas jurnalistiknya adalah kesesuaian dengan target khalayak, mudah diakses, dan efektif. Fitur Insta Story dimanfaatkan oleh Majalah GADIS untuk melakukan tiga hal yaitu; sebagai media pelaporan, sebagai alat distribusi informasi; dan sebagai wadah interaksi dengan khalayak. Implikasi pemanfaatan fitur Insta Story bagi Majalah GADIS adalah sebagai teknologi yang efisien dan efektif, komunikasi dengan khalayak lebih mudah, peningkatan jumlah kunjungan menjadi nilai tambah pada segi bisnis, sebagai bahan evaluasi mengenai konten, serta membuktikan kredibilitas Majalah GADIS sebagai sebuah media.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121611763","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ilman Alanton Sudarwan, A. Abdullah, Nunik Maharani
Makanan merupakan bagian dari kebudayaan yang erat kaitannya dengan identitas, sehinggakisah mengenai makanan khas Indonesia di media massa mencerminkan kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia. Di sisi lain, Islam tidak hanya menjadi agama mayoritas di Indonesia, tapi juga menjadi sistem nilai dan kebudayaan yang hegemonik. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi wacana keislaman dalam teks berita kuliner MBM Tempo Edisi Khusus Antropologi Kuliner Indonesia, 1-7 Desember 2014. Meski objek yang diteliti telah agak lama, penelitian ini tetap relevan hingga saat ini, karena isu mengenai kehalalan dan jurnalisme wisata saat ini telah semakin berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) model Norman Fariclough untuk mengkaji wacana pada dimensi teks, praktik wacana, dan praktik sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana keislaman mendominasi ketiga level dimensi wacana. Pada level teks, penggunaan bahasa dalam teks berita mereproduksi wacana kuliner yang berorientasi konsumen Muslim serta wacana-wacana sejarah yang berkaitan dengan sejarah kekuasaan Islam di Indonesia. Pada level praktik, wacana keislaman bekerja sama dengan wacana konsumerisme dan promosi dalam membentuk hegemoni dalam praktik jurnalisme wisata MBM Tempo. Sedangkan pada level praktik sosial, kecenderungan komodifikasi wacana dalam persaingan media membuat wacana keislaman terlibat dalam perjuangan hegemonik dalam kerangka pasar di Indonesia yang lebih luas.
{"title":"Wacana Keislaman dalam Antropologi Kuliner Indonesia","authors":"Ilman Alanton Sudarwan, A. Abdullah, Nunik Maharani","doi":"10.24198/JKJ.V3I1.22445","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V3I1.22445","url":null,"abstract":"Makanan merupakan bagian dari kebudayaan yang erat kaitannya dengan identitas, sehinggakisah mengenai makanan khas Indonesia di media massa mencerminkan kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia. Di sisi lain, Islam tidak hanya menjadi agama mayoritas di Indonesia, tapi juga menjadi sistem nilai dan kebudayaan yang hegemonik. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi wacana keislaman dalam teks berita kuliner MBM Tempo Edisi Khusus Antropologi Kuliner Indonesia, 1-7 Desember 2014. Meski objek yang diteliti telah agak lama, penelitian ini tetap relevan hingga saat ini, karena isu mengenai kehalalan dan jurnalisme wisata saat ini telah semakin berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) model Norman Fariclough untuk mengkaji wacana pada dimensi teks, praktik wacana, dan praktik sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana keislaman mendominasi ketiga level dimensi wacana. Pada level teks, penggunaan bahasa dalam teks berita mereproduksi wacana kuliner yang berorientasi konsumen Muslim serta wacana-wacana sejarah yang berkaitan dengan sejarah kekuasaan Islam di Indonesia. Pada level praktik, wacana keislaman bekerja sama dengan wacana konsumerisme dan promosi dalam membentuk hegemoni dalam praktik jurnalisme wisata MBM Tempo. Sedangkan pada level praktik sosial, kecenderungan komodifikasi wacana dalam persaingan media membuat wacana keislaman terlibat dalam perjuangan hegemonik dalam kerangka pasar di Indonesia yang lebih luas.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116007526","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Radio komunitas hadir sebagai bagian dari pemerataan kebutuhan informasi sejalan dengan demokrasi yang semakin tumbuh. Radio Mandalla 107.8 FM, adalah radio komunitas kampus yang dikelola oleh kampus untuk memenuhi kebutuhan kampus dalam penyebaran informasi. Uniknya radio komunitas ini mengklaim sebagai radio dakwah, yaitu menyebarkan informasi yang bertemakan Islam. Penilitian ini ingin mengetahui persepsi khalayak terhadap Radio Mandalla, dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan khalayaknya. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner kepada responden berjumlah 41 orang dengan menggunakan teknik berdasarkan tujuan. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari 50% khalayak memberi nilai cukup tinggi kepada Radio Mandalla karena kebutuhan dan kepuasan mereka terhadapat informasi yang diberikan media tersebut terpenuhi. Khalayak menggunakan Radio Mandalla sebagai media untuk mencari informasi, sebagai media interaksi, dan penguatan eksistensi kelompok minoritas dalam masyarakat. Selain itu, Radio Mandalla merupakan salah satu media komunitas yang masih menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, yakni dari, oleh, untuk komunitas.
{"title":"Persepsi Khalayak Terhadap Radio Komunitas Kampus 107.8 Mandalla FM","authors":"Shabrina Pramudita Pavitasari, Efi Fadilah, Ika Merdekawati","doi":"10.24198/JKJ.V3I1.22451","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/JKJ.V3I1.22451","url":null,"abstract":"Radio komunitas hadir sebagai bagian dari pemerataan kebutuhan informasi sejalan dengan demokrasi yang semakin tumbuh. Radio Mandalla 107.8 FM, adalah radio komunitas kampus yang dikelola oleh kampus untuk memenuhi kebutuhan kampus dalam penyebaran informasi. Uniknya radio komunitas ini mengklaim sebagai radio dakwah, yaitu menyebarkan informasi yang bertemakan Islam. Penilitian ini ingin mengetahui persepsi khalayak terhadap Radio Mandalla, dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan khalayaknya. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner kepada responden berjumlah 41 orang dengan menggunakan teknik berdasarkan tujuan. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari 50% khalayak memberi nilai cukup tinggi kepada Radio Mandalla karena kebutuhan dan kepuasan mereka terhadapat informasi yang diberikan media tersebut terpenuhi. Khalayak menggunakan Radio Mandalla sebagai media untuk mencari informasi, sebagai media interaksi, dan penguatan eksistensi kelompok minoritas dalam masyarakat. Selain itu, Radio Mandalla merupakan salah satu media komunitas yang masih menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, yakni dari, oleh, untuk komunitas.","PeriodicalId":365742,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Jurnalisme","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125972087","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}