Pub Date : 2019-07-11DOI: 10.31851/DEFORMASI.V4I1.2971
Herri Purwanto, Agung Sunandar
ABSTRAK Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II adalah bandara internasional yang mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun hingga saat ini. Maka dari itu diperlukan pengembangan pada Bandara. Pengembangan yang diperlukan yaitu pada perkerasan runway, taxiway, dan Apron. Metode yang dipakai untuk melakukan perencanaan adalah metode FAA (Federal Aviation Administration). Perencanaan perkerasan dengan metode FAA dilakukan dengan memplot data penerbangan, jenise pesawat, beban pesawat, beban roda pesawat kedalam grafik berdasarkan jenis dari ban pesawat rencana untuk mendapatkan tebal total perkerasan, sedangkan perencanaan dengan software FAARFIELD dilakukan dengan memasukkan data penerbangan yang sama kedalam software untuk mendapatkan tebal perkerasan rencana.Dari hasil perhitungan didapat perkerasan runway dengan tebal surface 10,16 cm, base course 20,64 cm, dan subbase 47,24 cm, Perkerasan taxiway dengan tebal surface 7,62 cm, base course 18,59 cm, dan subbase 42,4 cm. Dan perkerasan Apron sebesar 76,48. Kata Kunci : Perkerasan, Runway, Taxiway, Apron, FAA (Federal Aviation Administration).
{"title":"ANALISA PERENCANAAN RUNWAY TAXIWAY DAN APRON PADA BANDARA SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG MENGGUNAKAN METODE FAA (FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION)","authors":"Herri Purwanto, Agung Sunandar","doi":"10.31851/DEFORMASI.V4I1.2971","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/DEFORMASI.V4I1.2971","url":null,"abstract":"ABSTRAK Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II adalah bandara internasional yang mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun hingga saat ini. Maka dari itu diperlukan pengembangan pada Bandara. Pengembangan yang diperlukan yaitu pada perkerasan runway, taxiway, dan Apron. Metode yang dipakai untuk melakukan perencanaan adalah metode FAA (Federal Aviation Administration). Perencanaan perkerasan dengan metode FAA dilakukan dengan memplot data penerbangan, jenise pesawat, beban pesawat, beban roda pesawat kedalam grafik berdasarkan jenis dari ban pesawat rencana untuk mendapatkan tebal total perkerasan, sedangkan perencanaan dengan software FAARFIELD dilakukan dengan memasukkan data penerbangan yang sama kedalam software untuk mendapatkan tebal perkerasan rencana.Dari hasil perhitungan didapat perkerasan runway dengan tebal surface 10,16 cm, base course 20,64 cm, dan subbase 47,24 cm, Perkerasan taxiway dengan tebal surface 7,62 cm, base course 18,59 cm, dan subbase 42,4 cm. Dan perkerasan Apron sebesar 76,48. Kata Kunci : Perkerasan, Runway, Taxiway, Apron, FAA (Federal Aviation Administration).","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115609768","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-11DOI: 10.31851/DEFORMASI.V4I1.2970
L. Lindawati, Enda Kartika Sari
ABSTRAK Tanah merupakan material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil.Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Dari berbagai jenis tanah tanah dasar adalah tanah yang paling banyak ditemukan masalah. Pada kenyataanya tanah dasar bersifat kurang menguntungkan secara teknis untuk mendukung suatu pekerjaan konstruksi. Maka dari itu, diperlukannya perbaikan tanah guna untuk meningkatkan daya dukung tanah, salah satunya adalah dengan stabilisasi perbaikan tanah secara kimiawi. Salah satu parameter yang dapat diketahui apakah tanah tersebut daya dukungnya baik atau tidak. Maka dilakukan pengujian stabilitas tanah dengan menambahkan limbah gypsum yang diolah menjadi serbuk sebagai bahan pencampur tanah. Hasil dari pengujian didapat nilai CBR (California Bearing Ratio) terbesar terjadi pada sampel tanah yang dicampur dengan limbah gypsum sebanyak 5% ,10 % , 15 % , 20 %, terjadi kenaikan sebesar 7,26 pada titik 5 dengan kadar limbah gypsum 15 %. Kenaikan ini terjadi karena gypsum mengandung kalsium yang mengikat tanah bermateri organik terhadap dasar. Gypsum juga lebih menyerap banyak air sehingga membuat campuran limbah dan sampel tanah akan menjadi semakin keras dan kuat. Kata kunci : Tanah Dasar, Limbah Gypsum. CBR (California Bearing Ratio)
{"title":"ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI CBR TANAH DASAR DI RUAS JALAN BK 1 DESA TANJUNG BULAN KABUPATEN OKU TIMUR","authors":"L. Lindawati, Enda Kartika Sari","doi":"10.31851/DEFORMASI.V4I1.2970","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/DEFORMASI.V4I1.2970","url":null,"abstract":"ABSTRAK Tanah merupakan material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil.Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah menjadi komponen yang sangat diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Dari berbagai jenis tanah tanah dasar adalah tanah yang paling banyak ditemukan masalah. Pada kenyataanya tanah dasar bersifat kurang menguntungkan secara teknis untuk mendukung suatu pekerjaan konstruksi. Maka dari itu, diperlukannya perbaikan tanah guna untuk meningkatkan daya dukung tanah, salah satunya adalah dengan stabilisasi perbaikan tanah secara kimiawi. Salah satu parameter yang dapat diketahui apakah tanah tersebut daya dukungnya baik atau tidak. Maka dilakukan pengujian stabilitas tanah dengan menambahkan limbah gypsum yang diolah menjadi serbuk sebagai bahan pencampur tanah. Hasil dari pengujian didapat nilai CBR (California Bearing Ratio) terbesar terjadi pada sampel tanah yang dicampur dengan limbah gypsum sebanyak 5% ,10 % , 15 % , 20 %, terjadi kenaikan sebesar 7,26 pada titik 5 dengan kadar limbah gypsum 15 %. Kenaikan ini terjadi karena gypsum mengandung kalsium yang mengikat tanah bermateri organik terhadap dasar. Gypsum juga lebih menyerap banyak air sehingga membuat campuran limbah dan sampel tanah akan menjadi semakin keras dan kuat. Kata kunci : Tanah Dasar, Limbah Gypsum. CBR (California Bearing Ratio)","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126006895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
H. Hamdi, Dafrimon Dafrimon, Soegeng Harijadi, Revias Revias
ABSTRAK Kekuatan struktur beton mengidentifikasikan kualitas beton yang digunakan. Semakin tinggi kekuatan struktur beton yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang harus digunakan. Penambahan serat baja berupa kawat bendrat berkait (hooked), diharapkan dapat memperbaiki kualitas beton dari sisi kekuatan lenturnya. Penelitian dilakukan melalui uji sampel yang dilakukan di laboratorium, yaitu dengan menggunakan beton polos mutu K-300 (umur 28 hari), dengan penambahan serat kawat bendrat kadar 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Hasil pengujian diperoleh kuat lentur pada beton polos tersebut adalah 1,95 MPa. Pada penambahan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% kawat bendrat terhadap campuran, berturut-turut dihasilkan kekuatan lentur sebesar 2,90 MPa, 4,51 MPa, 7,39 MPa, 9,04 Mpa dan 10,64 MPa. Dari trend peningkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan kawat bendrat sebesar 1% sampai dengan 5% terhadap campuran beton masih menunjukkan peningkatkan kuatan lentur beton secara linier. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan persentase-persentase kawat bendrat yang lebih besar dari 5% untuk mengetahui jumlah batasan maksimum kawat bendrat terhadapp campuran beton tersebut. Kata Kunci : beton, kawat bendrat, kuat tekan, kuat lentur
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN KAWAT BENDRAT GALVANIS PADA CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT LENTUR BETON","authors":"H. Hamdi, Dafrimon Dafrimon, Soegeng Harijadi, Revias Revias","doi":"10.31851/2972","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/2972","url":null,"abstract":"ABSTRAK Kekuatan struktur beton mengidentifikasikan kualitas beton yang digunakan. Semakin tinggi kekuatan struktur beton yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang harus digunakan. Penambahan serat baja berupa kawat bendrat berkait (hooked), diharapkan dapat memperbaiki kualitas beton dari sisi kekuatan lenturnya. Penelitian dilakukan melalui uji sampel yang dilakukan di laboratorium, yaitu dengan menggunakan beton polos mutu K-300 (umur 28 hari), dengan penambahan serat kawat bendrat kadar 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Hasil pengujian diperoleh kuat lentur pada beton polos tersebut adalah 1,95 MPa. Pada penambahan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% kawat bendrat terhadap campuran, berturut-turut dihasilkan kekuatan lentur sebesar 2,90 MPa, 4,51 MPa, 7,39 MPa, 9,04 Mpa dan 10,64 MPa. Dari trend peningkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan kawat bendrat sebesar 1% sampai dengan 5% terhadap campuran beton masih menunjukkan peningkatkan kuatan lentur beton secara linier. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan persentase-persentase kawat bendrat yang lebih besar dari 5% untuk mengetahui jumlah batasan maksimum kawat bendrat terhadapp campuran beton tersebut. Kata Kunci : beton, kawat bendrat, kuat tekan, kuat lentur","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"137 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133067926","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-09DOI: 10.31851/DEFORMASI.V2I1.2817
Herri Purwanto
ABSTRAK Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, termasuk juga untuk keperluan perlindungan, dimana komponennya terdiri dari konstruksi rangka atap (kudakuda) dan konstruksi penutup. Salah satunya adalah konstruksi baja ringan sebagai alternatif pengganti konstruksi kayu, khususnya pada rumah tinggal. Baja ringan adalah baja dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, namun kekuatannya tidak kalah jika dibandingkan dengan baja konvensional. Salah satu keunggulan dari baja ringan adalah dalam waktu pelaksanaannya lebih cepat di bandingkan dengan material kayu, dimana baja ringan tidak akan terkena rayap atau tidak mudah lapuk. Proses pabrikasi dan jasa konstruksi yang berkembang pesat pada kuda-kuda menjadikan kuda-kuda baja ringan menjadi salah satu pilihan masyarakat, dimana material yang sering digunakan adalah profil C untuk rangka atap dan profil U untuk struktur kuda-kudanya. Dalam proses pabrikasi dan konstruksinya, banyak type (model) kuda-kuda yang dapat digunakan, sehingga hal ini perlu dilakukan analisa terhadap berat dan kuat konstruksi kuda-kuda, dengan tujuan konstruksi aman dan efisien. Dari hasil desain dengan menggunakan SNI 03-1729-2002 terhadap 2 type kuda-kuda didapat hasil yaitu pada kuda-kuda type 1 dengan profil C100x15 aman digunakan dengan nilai rasio maksimum 0,440 1 Kata Kunci : Kuda-kuda, konstruksi baja ringan, efisien, hasil desain
{"title":"ANALISIS EFISIENSI KONSTRUKSI RANGKA ATAP BAJA RINGAN","authors":"Herri Purwanto","doi":"10.31851/DEFORMASI.V2I1.2817","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/DEFORMASI.V2I1.2817","url":null,"abstract":"ABSTRAK Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, termasuk juga untuk keperluan perlindungan, dimana komponennya terdiri dari konstruksi rangka atap (kudakuda) dan konstruksi penutup. Salah satunya adalah konstruksi baja ringan sebagai alternatif pengganti konstruksi kayu, khususnya pada rumah tinggal. Baja ringan adalah baja dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, namun kekuatannya tidak kalah jika dibandingkan dengan baja konvensional. Salah satu keunggulan dari baja ringan adalah dalam waktu pelaksanaannya lebih cepat di bandingkan dengan material kayu, dimana baja ringan tidak akan terkena rayap atau tidak mudah lapuk. Proses pabrikasi dan jasa konstruksi yang berkembang pesat pada kuda-kuda menjadikan kuda-kuda baja ringan menjadi salah satu pilihan masyarakat, dimana material yang sering digunakan adalah profil C untuk rangka atap dan profil U untuk struktur kuda-kudanya. Dalam proses pabrikasi dan konstruksinya, banyak type (model) kuda-kuda yang dapat digunakan, sehingga hal ini perlu dilakukan analisa terhadap berat dan kuat konstruksi kuda-kuda, dengan tujuan konstruksi aman dan efisien. Dari hasil desain dengan menggunakan SNI 03-1729-2002 terhadap 2 type kuda-kuda didapat hasil yaitu pada kuda-kuda type 1 dengan profil C100x15 aman digunakan dengan nilai rasio maksimum 0,440 1 Kata Kunci : Kuda-kuda, konstruksi baja ringan, efisien, hasil desain","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"2016 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128036821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-01-02DOI: 10.31851/deformasi.v3i2.2323
Amiwarti Amiwarti, P EkoNopriansyah
{"title":"ANALISIS PERENCANAAN BRONJONG SUNGAI DESA MUARA BARU OGAN KOMERING ILIR","authors":"Amiwarti Amiwarti, P EkoNopriansyah","doi":"10.31851/deformasi.v3i2.2323","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/deformasi.v3i2.2323","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114850266","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-01-02DOI: 10.31851/deformasi.v3i2.2361
Alim Alkhamuddin, Adiguna Adiguna
Abstract The change of strong of concrete pressure after burning and cooling down by watering can used to make approximately the level of building brokeness that burned and calmed by using water. The method that used in this research was experiment method required K300 concrete, it formed with size 15 cm x 15 cm x 15 cm totally 21 concrete with variation, i.e. 3 normal concretes, burning concrete at 1 hour, 2 hours and 3 hours with common cooling down in every 3 concrete. In eddition, burning concretes at 1 hour, 2 hours and 3 hours with cooling down by using watering in every 3 concretes. The data collected by using testing technique to experiment objects and compiler materials of experiment objects with rules that used in laboratory that refer to SNI. The result of experiment objects indicated that concretes were burned trough normal cooling down become discharge of strong of concretes pressure amount 8% at 1 hour of burning, 13% at 2 hours of burning and 32% at 3 hours of burning than normal concrete. Afterwards at burning and cooling by using watering , the discharge of strong of concrete pressure amount 20% at 1 hour of burning, 32% at 2 hours of burning and 40% at 3 hours of burning. From the result of testing can be make conclution that the process of cooling down by using watering in burning makes increasing to discharge of strong of pressure concrete itself. Key Words: concrete, burning, cooling down, pressure Strength
{"title":"SIMULASI PERUBAHAN KUAT TEKAN BETON PADA KONDISI EKSTRIM PASCA PEMBAKARAN","authors":"Alim Alkhamuddin, Adiguna Adiguna","doi":"10.31851/deformasi.v3i2.2361","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/deformasi.v3i2.2361","url":null,"abstract":"Abstract The change of strong of concrete pressure after burning and cooling down by watering can used to make approximately the level of building brokeness that burned and calmed by using water. The method that used in this research was experiment method required K300 concrete, it formed with size 15 cm x 15 cm x 15 cm totally 21 concrete with variation, i.e. 3 normal concretes, burning concrete at 1 hour, 2 hours and 3 hours with common cooling down in every 3 concrete. In eddition, burning concretes at 1 hour, 2 hours and 3 hours with cooling down by using watering in every 3 concretes. The data collected by using testing technique to experiment objects and compiler materials of experiment objects with rules that used in laboratory that refer to SNI. The result of experiment objects indicated that concretes were burned trough normal cooling down become discharge of strong of concretes pressure amount 8% at 1 hour of burning, 13% at 2 hours of burning and 32% at 3 hours of burning than normal concrete. Afterwards at burning and cooling by using watering , the discharge of strong of concrete pressure amount 20% at 1 hour of burning, 32% at 2 hours of burning and 40% at 3 hours of burning. From the result of testing can be make conclution that the process of cooling down by using watering in burning makes increasing to discharge of strong of pressure concrete itself. Key Words: concrete, burning, cooling down, pressure Strength","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128008181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Masalah utama yang terkait dengan K3 adalah ketidak kepatuhan pekerja terhadap penerapan K3. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan listrik, maka membuat PT. PLN (Persero) melakukan pembangunan gardu induk 150 KV Kenten yang salah satu fungsinya adalah untuk mencukupi kebutuhan tenaga listrik sebagai penggerak LRT (Light Rail Transit). Dimana posisi letak gardu induk Kenten berada di tengah-tengah jalur pertemuan antara jalur Tanjung Api-api, Talang Kelapa dan Borang. Sesuai moto K3 PLN yaitu “Tidak ada yang lebih penting dari nyawa manusia ”dapat terlaksana maka penggunaan APD harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja. Prosedur pelaksanaan putus sambung ke tiga jalur ini dilakukan dalam 10 tahap, dimulai pemutusan jalur Borang – Tanjung Api-api, jalur Talang Kelapa – Tanjung Api-api, jalur Borang – Talang Kelapa, jalur Borang – Tanjung Api-api, Energize Bay Borang 1 dan 2 GI Kenten, Energize Line Bay Talang Kelapa 1 dan 2 GI Kenten, Energize Line Bay Tanjung Api-api 1 2 GI Kenten. Potensi bahaya yang akan terjadi pada pekerjaan ini yaitu jatuhnya pekerja saat melakukan pemutusan dan penyambungan, tersengat listrik bertegangan tinggi (150 kv) dan tertimpa peralatan dan material dari atas. Langkah pengendalian yang dilakukan agar tenaga kerja sehat dan selamat yaitu dengan membuat Instruksi Kerja (IK), Standart Operating Procedure (SOP), Working Permits (termasuk Job Safety Analysis), Safety Talk setiap pagi sebelum mulai kerja dan pembuatan perancah pelindung jalur tegangan 20 KV, serta dilakukan langkah pengendalian dengan penerapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dengan jenis safety helmet, safety shoes, sarung tangan, kaca mata safety dan Body Harness. Kata Kunci : K3, PLN, Pemutusan dan Penyambungan Jalur, APD, Tahap.
{"title":"PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENERAPAN APD K3 PADA PEKERJAAN PUTUS SAMBUNG JALUR TRANSMISI 150 KV TANJUNG API-API - TALANG KELAPA – BORANG DI GARDU INDUK 150 KV KENTEN","authors":"Herri Purwanto","doi":"10.31851/2324","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/2324","url":null,"abstract":"ABSTRAK Masalah utama yang terkait dengan K3 adalah ketidak kepatuhan pekerja terhadap penerapan K3. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan listrik, maka membuat PT. PLN (Persero) melakukan pembangunan gardu induk 150 KV Kenten yang salah satu fungsinya adalah untuk mencukupi kebutuhan tenaga listrik sebagai penggerak LRT (Light Rail Transit). Dimana posisi letak gardu induk Kenten berada di tengah-tengah jalur pertemuan antara jalur Tanjung Api-api, Talang Kelapa dan Borang. Sesuai moto K3 PLN yaitu “Tidak ada yang lebih penting dari nyawa manusia ”dapat terlaksana maka penggunaan APD harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja. Prosedur pelaksanaan putus sambung ke tiga jalur ini dilakukan dalam 10 tahap, dimulai pemutusan jalur Borang – Tanjung Api-api, jalur Talang Kelapa – Tanjung Api-api, jalur Borang – Talang Kelapa, jalur Borang – Tanjung Api-api, Energize Bay Borang 1 dan 2 GI Kenten, Energize Line Bay Talang Kelapa 1 dan 2 GI Kenten, Energize Line Bay Tanjung Api-api 1 2 GI Kenten. Potensi bahaya yang akan terjadi pada pekerjaan ini yaitu jatuhnya pekerja saat melakukan pemutusan dan penyambungan, tersengat listrik bertegangan tinggi (150 kv) dan tertimpa peralatan dan material dari atas. Langkah pengendalian yang dilakukan agar tenaga kerja sehat dan selamat yaitu dengan membuat Instruksi Kerja (IK), Standart Operating Procedure (SOP), Working Permits (termasuk Job Safety Analysis), Safety Talk setiap pagi sebelum mulai kerja dan pembuatan perancah pelindung jalur tegangan 20 KV, serta dilakukan langkah pengendalian dengan penerapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dengan jenis safety helmet, safety shoes, sarung tangan, kaca mata safety dan Body Harness. Kata Kunci : K3, PLN, Pemutusan dan Penyambungan Jalur, APD, Tahap.","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131170354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-01-02DOI: 10.31851/DEFORMASI.V3I2.2322
Agus Setiobud
ABSTRAK Kadar aspal optimum pada lapis Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) dimana dalam pembuatan dilakukan di Laboratorium Aspal untuk membuat Job Mix Formula (JMF) di Proyek Tol Palindra. Dimulai dari pemeriksaan propertis bahan bitumen 60/70 dan agregatnya. Percobaan dilanjutkan dengan membuat sample berbagai variasi campuran kadar Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) mulai dari 4%, 4,5%, 5,0%, 5.5%, 6% dan 6,5% dari hasil penelitian tersebut diperoleh kadar aspal optimum sebesar 5.3%. Selain itu, pemakaian kadar aspal optimum 5.3%, juga harus memperhatikan sifat agregat terdiri dari Abu batu, agregat ukuran 10-10 mm (Mediun Aggregat) dan 10-20 mm (Coarse Aggregat) yang semua berasal dari Ciwandan Merak Banten yang disediakan oleh PT. Diaz, dimana agregat diatas memiliki penyerapan rata-rata sebesar 1,5% yang berarti daya penyerapan terhadap aspal terlewat pada batas maksimal yang diijinkan, yaitu sebesar 1.2%. Kadar aspal optimum pada lapis Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) dalam pembuatan proses pembuatan Job Mix Formula (JMF) di Proyek Tol Palindra diperoleh sebesar 5.3% dengan pengujian karakteristik Marshall test pada Kadar Aspal Optimum 5,3% didapat nilai density diperoleh sebesar 2,285 gr/cc, nilai VMA (Void in Mineral Aggregat) sebesar 15,18%, nilai VFB (Void Filled Bitumen) sebesar 69,86%, nilai VIM (Void In Mix) sebesar 4,57%, nilai Stabilitas Marshall sebesar 1314,25 kg, nilai Flow (kelelehan) sebesar 3,45 mm dan nilai Marshall Quotient diperoleh sebesar 254,04 kg/mm Kata Kunci : Job Mix Formula, Asphalt Concrete Binder Course (AC BC), Marshall Test.
{"title":"ANALISIS PEMBUATAN JOB MIX FORMULA ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC BC) DI PEMBANGUNAN JALAN TOL PALEMBANG – SIMPANG INDRALAYA (PALINDRA)","authors":"Agus Setiobud","doi":"10.31851/DEFORMASI.V3I2.2322","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/DEFORMASI.V3I2.2322","url":null,"abstract":"ABSTRAK Kadar aspal optimum pada lapis Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) dimana dalam pembuatan dilakukan di Laboratorium Aspal untuk membuat Job Mix Formula (JMF) di Proyek Tol Palindra. Dimulai dari pemeriksaan propertis bahan bitumen 60/70 dan agregatnya. Percobaan dilanjutkan dengan membuat sample berbagai variasi campuran kadar Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) mulai dari 4%, 4,5%, 5,0%, 5.5%, 6% dan 6,5% dari hasil penelitian tersebut diperoleh kadar aspal optimum sebesar 5.3%. Selain itu, pemakaian kadar aspal optimum 5.3%, juga harus memperhatikan sifat agregat terdiri dari Abu batu, agregat ukuran 10-10 mm (Mediun Aggregat) dan 10-20 mm (Coarse Aggregat) yang semua berasal dari Ciwandan Merak Banten yang disediakan oleh PT. Diaz, dimana agregat diatas memiliki penyerapan rata-rata sebesar 1,5% yang berarti daya penyerapan terhadap aspal terlewat pada batas maksimal yang diijinkan, yaitu sebesar 1.2%. Kadar aspal optimum pada lapis Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) dalam pembuatan proses pembuatan Job Mix Formula (JMF) di Proyek Tol Palindra diperoleh sebesar 5.3% dengan pengujian karakteristik Marshall test pada Kadar Aspal Optimum 5,3% didapat nilai density diperoleh sebesar 2,285 gr/cc, nilai VMA (Void in Mineral Aggregat) sebesar 15,18%, nilai VFB (Void Filled Bitumen) sebesar 69,86%, nilai VIM (Void In Mix) sebesar 4,57%, nilai Stabilitas Marshall sebesar 1314,25 kg, nilai Flow (kelelehan) sebesar 3,45 mm dan nilai Marshall Quotient diperoleh sebesar 254,04 kg/mm Kata Kunci : Job Mix Formula, Asphalt Concrete Binder Course (AC BC), Marshall Test.","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130732301","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-02DOI: 10.31851/DEFORMASI.V3I1.1965
Agus Setiobudi
ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Metode Penelitian berupa jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung mengenai kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Dimana berdasarkan pendapat dari Agus Dharma (2003: 355) ada tiga dimensi dalam mengukur kinerja organisasi yaitu: kuantitas, kualitas pekerjaan dan ketepatan waktu. Hasil penelitian adalah kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja konsultan pengawas proyek dalam hal pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA) masih belum baik dan masih banyak perlu perbaikan, dimana masih kekurangan dana operasional, proggress kemajuan fisik yang mengalami keterlambatan yang tidak sesuai dengan target, recrument sumber daya manusia yang perlu diperbaiki, masih kurangnya pengawasan yang dilakukan. Kata kunci : kinerja, organisasi dan konsultan pengawas
{"title":"ANALISIS KENERJA KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK JALAN TOL RUAS RUAS PALEMBANG-SIMPANG INDRALAYA (PALINDRA)","authors":"Agus Setiobudi","doi":"10.31851/DEFORMASI.V3I1.1965","DOIUrl":"https://doi.org/10.31851/DEFORMASI.V3I1.1965","url":null,"abstract":"ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Metode Penelitian berupa jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung mengenai kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Dimana berdasarkan pendapat dari Agus Dharma (2003: 355) ada tiga dimensi dalam mengukur kinerja organisasi yaitu: kuantitas, kualitas pekerjaan dan ketepatan waktu. Hasil penelitian adalah kinerja konsultan pengawas proyek pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja konsultan pengawas proyek dalam hal pada jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya (PALINDRA) masih belum baik dan masih banyak perlu perbaikan, dimana masih kekurangan dana operasional, proggress kemajuan fisik yang mengalami keterlambatan yang tidak sesuai dengan target, recrument sumber daya manusia yang perlu diperbaiki, masih kurangnya pengawasan yang dilakukan. Kata kunci : kinerja, organisasi dan konsultan pengawas","PeriodicalId":403329,"journal":{"name":"Jurnal Deformasi","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127157276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}