Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.37184
La Elson, H. Manik, Totok Hestirianoto, Sri Pujiyati
Teknologi hidroakustik mampu melakukan kuantifikasi terhadap substrat dasar laut dan dapat memperkirakan secara akurat dan mendekati real time terhadap karakter akustik yang dimiliki oleh masing-masing jenis substrat. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kuantifikasi hambur balik akustik dasar laut dalam upaya pengembangan teknologi informasi kelautan. Akusisi data menggunakan instrumen akustik Single Beam Echosounder Simrad EK-15 pada frekuensi 200 kHz. Pengolahan dan analisis data meliputi hambur balik akustik, tipe sedimen, komputasi acoustics bottom backscattering substrat dasar laut dan analisis spasial acoustic backscattering dasar laut di perairan Pulau Lancang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai hambur balik akustik substrat dasar laut berdasarkan nilai SS dan ukuran partikel di setiap stasiun sampling yaitu tipe substrat pasir -21,08 dB sampai -24,55 dB, pasir halus -25,67 dB sampai -26,67 dB, dan pasir halus sekali berkisar antara -27,42 dB sampai -28,03 dB. Berdasarkan rentang nilai hambur balik akustik yang didapatkan dari stasiun sampling diperoleh klasifikasi jenis substrat dasar laut di sepanjang lajur survei yaitu pasir kasar sekali, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir halus sekali, lanau kasar, lanau sedang, lanau halus, lempung kasar dan lempung halus pada rentang nilai -47,85 dB sampai -17,07 dB. Substrat pasir paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dengan komposisi yang lebih besar dibandingkan dengan lanau dan lempung. Nilai hambur balik akustik sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk morfologi dan relief dasar laut.
{"title":"KUANTIFIKASI HAMBUR BALIK AKUSTIK DASAR LAUT MENGGUNAKAN SCIENTIFIC SINGLE BEAM ECHOSOUNDER","authors":"La Elson, H. Manik, Totok Hestirianoto, Sri Pujiyati","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.37184","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.37184","url":null,"abstract":"Teknologi hidroakustik mampu melakukan kuantifikasi terhadap substrat dasar laut dan dapat memperkirakan secara akurat dan mendekati real time terhadap karakter akustik yang dimiliki oleh masing-masing jenis substrat. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kuantifikasi hambur balik akustik dasar laut dalam upaya pengembangan teknologi informasi kelautan. Akusisi data menggunakan instrumen akustik Single Beam Echosounder Simrad EK-15 pada frekuensi 200 kHz. Pengolahan dan analisis data meliputi hambur balik akustik, tipe sedimen, komputasi acoustics bottom backscattering substrat dasar laut dan analisis spasial acoustic backscattering dasar laut di perairan Pulau Lancang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai hambur balik akustik substrat dasar laut berdasarkan nilai SS dan ukuran partikel di setiap stasiun sampling yaitu tipe substrat pasir -21,08 dB sampai -24,55 dB, pasir halus -25,67 dB sampai -26,67 dB, dan pasir halus sekali berkisar antara -27,42 dB sampai -28,03 dB. Berdasarkan rentang nilai hambur balik akustik yang didapatkan dari stasiun sampling diperoleh klasifikasi jenis substrat dasar laut di sepanjang lajur survei yaitu pasir kasar sekali, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir halus sekali, lanau kasar, lanau sedang, lanau halus, lempung kasar dan lempung halus pada rentang nilai -47,85 dB sampai -17,07 dB. Substrat pasir paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dengan komposisi yang lebih besar dibandingkan dengan lanau dan lempung. Nilai hambur balik akustik sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk morfologi dan relief dasar laut.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73443413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.36757
Sartono Marpaung, Teguh Prayogo, Emi Yati, Anang Dwi Purwanto, M. R. Nandika, Dede Dirgahayu Domiri, Dony Kushardono
Net primary productivity (NPP) and chlorophyll-a (Chl-a) are indicators of water productivity. In this study, an analysis of NPP and Chl-a characteristics in the Banda Sea was carried out using the Hovmöller diagram and Pearson’s correlation. The NPP data used comes from VGPM and Chl-a from Aqua MODIS satellite. The results of data analysis from January 2003-December 2020, NPP and Chl-a reached highest concentrations in dry season and lowest in wet season. For monthly data, the highest concentrations occurred in August and the lowest in April and December. The waters of the Banda Sea include mesotrophic waters with monthly average of NPP 429 mg C/m2/day and Chl-a 0.24 mg/m3. During La Niña and El Niño, there was a change (decrease/increase) the concentration of NPP and Chl-a in dry season and transition period II. NPP and Chl-a have a high correlation and a strong linear relationship. NPP and Chl-a have almost the same pattern/tendency temporally. The change of NPP concentration temporally corresponded to change of Chl-a concentration. Seasonal factors, La Niña and El Niño have a strong influence in influencing the variability of NPP and Chl-a concentrations. High productivity based on NPP and Chl-a didn’t affect for skipjack and tuna seasons (big pelagic), that occurs in wet season and transition period II. High productivity affects to flying fish season (small pelagic) that occurs in dry season.
{"title":"ANALISIS KARAKTERISTIK NET PRIMARY PRODUCTIVITY DAN KLOROFIL-A DI LAUT BANDA DAN SEKITARNYA","authors":"Sartono Marpaung, Teguh Prayogo, Emi Yati, Anang Dwi Purwanto, M. R. Nandika, Dede Dirgahayu Domiri, Dony Kushardono","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.36757","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.36757","url":null,"abstract":"Net primary productivity (NPP) and chlorophyll-a (Chl-a) are indicators of water productivity. In this study, an analysis of NPP and Chl-a characteristics in the Banda Sea was carried out using the Hovmöller diagram and Pearson’s correlation. The NPP data used comes from VGPM and Chl-a from Aqua MODIS satellite. The results of data analysis from January 2003-December 2020, NPP and Chl-a reached highest concentrations in dry season and lowest in wet season. For monthly data, the highest concentrations occurred in August and the lowest in April and December. The waters of the Banda Sea include mesotrophic waters with monthly average of NPP 429 mg C/m2/day and Chl-a 0.24 mg/m3. During La Niña and El Niño, there was a change (decrease/increase) the concentration of NPP and Chl-a in dry season and transition period II. NPP and Chl-a have a high correlation and a strong linear relationship. NPP and Chl-a have almost the same pattern/tendency temporally. The change of NPP concentration temporally corresponded to change of Chl-a concentration. Seasonal factors, La Niña and El Niño have a strong influence in influencing the variability of NPP and Chl-a concentrations. High productivity based on NPP and Chl-a didn’t affect for skipjack and tuna seasons (big pelagic), that occurs in wet season and transition period II. High productivity affects to flying fish season (small pelagic) that occurs in dry season.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"106 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88040642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.39801
Regina Melianawati, R. Pratiwi
Pemberian pakan eksogen awal merupakan hal yang penting dilakukan dalam kegiatan pembenihan ikan laut, termasuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Peralihan dari pakan endogen ke pakan eksogen merupakan fase kritis bagi kelangsungan hidup larva ikan kerapu macan pada stadia awal. Keberadaan pakan eksogen dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peranan pakan eksogen awal terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva stadia awal. Dua perlakuan yang diujicobakan adalah larva diberi pakan eksogen dan larva tidak diberi pakan eksogen. Pakan eksogen awal yang diberikan berupa zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis. Parameter yang diamati adalah aktivitas enzim pencernaan yang meliputi protease, amilase dan lipase; penyerapan pakan endogen; dan pertumbuhan larva yang meliputi panjang total dan bobot tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan larva umur 3 hari yang tidak diberi pakan awal adalah lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang diberi pakan eksogen awal. Pakan endogen habis terserap pada larva umur 3 hari. Panjang total larva pada kedua perlakuan adalah cenderung sama, sedangkan bobot tubuh pada larva yang diberi pakan awal lebih besar dibandingkan yang tidak diberi pakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan eksogen awal berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva ikan kerapu macan pada stadia awal.
{"title":"PENGARUH PAKAN EKSOGEN AWAL TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)","authors":"Regina Melianawati, R. Pratiwi","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.39801","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.39801","url":null,"abstract":"Pemberian pakan eksogen awal merupakan hal yang penting dilakukan dalam kegiatan pembenihan ikan laut, termasuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Peralihan dari pakan endogen ke pakan eksogen merupakan fase kritis bagi kelangsungan hidup larva ikan kerapu macan pada stadia awal. Keberadaan pakan eksogen dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peranan pakan eksogen awal terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva stadia awal. Dua perlakuan yang diujicobakan adalah larva diberi pakan eksogen dan larva tidak diberi pakan eksogen. Pakan eksogen awal yang diberikan berupa zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis. Parameter yang diamati adalah aktivitas enzim pencernaan yang meliputi protease, amilase dan lipase; penyerapan pakan endogen; dan pertumbuhan larva yang meliputi panjang total dan bobot tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan larva umur 3 hari yang tidak diberi pakan awal adalah lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang diberi pakan eksogen awal. Pakan endogen habis terserap pada larva umur 3 hari. Panjang total larva pada kedua perlakuan adalah cenderung sama, sedangkan bobot tubuh pada larva yang diberi pakan awal lebih besar dibandingkan yang tidak diberi pakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan eksogen awal berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan dan pertumbuhan larva ikan kerapu macan pada stadia awal.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"117 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88068057","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.39258
Erlangga, Yudho Andika, Imanullah, Imamshadiqin, Alfi Syahrin, Dodi Fan Halen Siregar, Syahrul Ramadansyah
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan potensi sumber energi alternatif dari bahan-bahan yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan akibat dari menipisnya sumber energi fosil. Salah satu upaya dalam meningkatkan kemandirian energi adalah dengan menyiapkan bahan bakar alternatif potensial yang berasal dari mikroalga. Kecamatan Banda Sakti memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang belum banyak dikaji, salah satunya adalah mikroalga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis mikroalga yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2021 di Perairan Laut Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe dengan menggunakan metode purposive sampling. Ditemukan sebanyak 143 jenis mikroalga dan ditemukan 4 jenis mikroalga yang telah dikembangkan sebagai bahan biodiesel yaitu Cholera sp., Spirulina sp., Nitzschia sp., dan Chaetoceros sp. Jenis mikroalga yang paling melimpah yaitu Raphidonema sp., jenis ini perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat potensi sebagai bahan baku biodiesel. Kelimpahan total mikroalga berkisar antara 350,00–561,11 ind/L. Nilai parameter kualitas perairan masih dalam kondisi baik untuk kehidupan mikroalga. Perairan laut Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe memiliki potensi mikroalga untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.
{"title":"IDENTIFIKASI MIKROALGA LAUT POTENSIAL SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL DI KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE","authors":"Erlangga, Yudho Andika, Imanullah, Imamshadiqin, Alfi Syahrin, Dodi Fan Halen Siregar, Syahrul Ramadansyah","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.39258","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.39258","url":null,"abstract":"Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan potensi sumber energi alternatif dari bahan-bahan yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan akibat dari menipisnya sumber energi fosil. Salah satu upaya dalam meningkatkan kemandirian energi adalah dengan menyiapkan bahan bakar alternatif potensial yang berasal dari mikroalga. Kecamatan Banda Sakti memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang belum banyak dikaji, salah satunya adalah mikroalga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis mikroalga yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2021 di Perairan Laut Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe dengan menggunakan metode purposive sampling. Ditemukan sebanyak 143 jenis mikroalga dan ditemukan 4 jenis mikroalga yang telah dikembangkan sebagai bahan biodiesel yaitu Cholera sp., Spirulina sp., Nitzschia sp., dan Chaetoceros sp. Jenis mikroalga yang paling melimpah yaitu Raphidonema sp., jenis ini perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat potensi sebagai bahan baku biodiesel. Kelimpahan total mikroalga berkisar antara 350,00–561,11 ind/L. Nilai parameter kualitas perairan masih dalam kondisi baik untuk kehidupan mikroalga. Perairan laut Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe memiliki potensi mikroalga untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86732331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.36218
Amanda Astri Pratiwi Febrianti, H. Manik, Wijopriono
Perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Bangka dan Taman Nasional Sembilang serta memiliki beberapa aktivitas seperti pemukiman, perikanan maupun pelabuhan dan adanya pengaruh perubahan terhadap pertumbuhan maupun kelimpahan dari populasi zooplankton. Zooplankton memiliki peranan penting di perairan, sebagai indikator dan sistem jaring makanan yang dapat berpengaruh bagi organisme tingkat trofik tinggi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan sebaran spasial zooplankton di perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin menggunakan metode hidroakustik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 menggunakan instrumen single beam echosounder SIMRAD EK-15 di perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin. Nilai kelimpahan zooplankton didapatkan dari hasil perekaman data akustik berupa nilai Volume Backscattering strength (SV) dan nilai Target Strength (TS). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kelimpahan antara waktu pengamatan dan strata kedalaman perairan. Frekuensi kelimpahan zooplankton pada siang hari dominan dari 1000-1500 ind/m3 dengan nilai maksimum yaitu 3595 ind/m3 dan pada malam hari 400-800 ind/m3 dengan nilai kelimpahan zooplankton tertinggi yaitu 2213 ind/m3. Sebaran spasial kelimpahan zooplankton cenderung berkelompok sesuai dengan tingkah laku dari zooplankton tersebut dan adanya faktor arus yang berpotensi menentukan jalur pergerakan dari zooplankton di perairan.
{"title":"PENGUKURAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN SPASIAL ZOOPLANKTON MENGGUNAKAN SCIENTIFIC ECHOSOUNDER DI SEMENANJUNG UTARA PESISIR BANYUASIN, SUMATERA SELATAN","authors":"Amanda Astri Pratiwi Febrianti, H. Manik, Wijopriono","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.36218","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.36218","url":null,"abstract":"Perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Bangka dan Taman Nasional Sembilang serta memiliki beberapa aktivitas seperti pemukiman, perikanan maupun pelabuhan dan adanya pengaruh perubahan terhadap pertumbuhan maupun kelimpahan dari populasi zooplankton. Zooplankton memiliki peranan penting di perairan, sebagai indikator dan sistem jaring makanan yang dapat berpengaruh bagi organisme tingkat trofik tinggi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan sebaran spasial zooplankton di perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin menggunakan metode hidroakustik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 menggunakan instrumen single beam echosounder SIMRAD EK-15 di perairan Semenanjung Utara Pesisir Banyuasin. Nilai kelimpahan zooplankton didapatkan dari hasil perekaman data akustik berupa nilai Volume Backscattering strength (SV) dan nilai Target Strength (TS). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kelimpahan antara waktu pengamatan dan strata kedalaman perairan. Frekuensi kelimpahan zooplankton pada siang hari dominan dari 1000-1500 ind/m3 dengan nilai maksimum yaitu 3595 ind/m3 dan pada malam hari 400-800 ind/m3 dengan nilai kelimpahan zooplankton tertinggi yaitu 2213 ind/m3. Sebaran spasial kelimpahan zooplankton cenderung berkelompok sesuai dengan tingkah laku dari zooplankton tersebut dan adanya faktor arus yang berpotensi menentukan jalur pergerakan dari zooplankton di perairan.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"90 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90938561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.41178
D. Bengen
Back Matter
回到问题
{"title":"Back Matter","authors":"D. Bengen","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.41178","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.41178","url":null,"abstract":"Back Matter","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87295443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.37659
Al Mualam Al Mualam, Bambang Widigdo, Zairion
Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu spesies rumput laut yang mayoritas dikembangkan di kawasan pesisir dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Upaya dalam mengembangkan kawasan budidaya rumput laut membutuhkan pendekatan yang memperhatikan indikator kesesuaian dan daya dukung untuk menjamin keberlanjutan produksi rumput laut jenis tersebut di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kawasan budidaya rumput laut jenis K. alvarezii berdasarkan analisis kesesuaian dan daya dukung perairan dengan pendekatan konsentrasi nitrat (NO3-). Penelitian ini dilakukan di Pesisir Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Februari–Maret 2020. Data parameter fisik dan kimia perairan dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian, sementara satuan konsentrasi nitrat yang mampu diserap rumput laut diperoleh dari data sekunder yang tersedia. Data parameter lingkungan diolah dengan metode weight sum overlay pada aplikasi image processing dan dilanjutkan dengan analisis daya dukung berdasarkan konsentrasi nitrat. Hasil analisis kesesuaian perairan diperoleh mencapai 3240,6 ha. Kategori sangat sesuai seluas 920,58 ha dan kategori sesuai 2320 ha. Daya dukung berdasarkan konsentrasi nitrat yang dapat ditampung oleh perairan adalah 0,497 kg-N/hari dengan total jumlah rumput laut yang dapat dibudidayakan dalam satu tahun adalah 7317,90 ton. Berdasarkan angka tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Pesisir Kota Baubau potensial untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan budidaya rumput laut dengan jumlah produksi yang tinggi.
{"title":"ANALISIS KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) BERDASARKAN INDIKATOR KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG DI PESISIR KOTA BAUBAU","authors":"Al Mualam Al Mualam, Bambang Widigdo, Zairion","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.37659","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.37659","url":null,"abstract":"Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu spesies rumput laut yang mayoritas dikembangkan di kawasan pesisir dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Upaya dalam mengembangkan kawasan budidaya rumput laut membutuhkan pendekatan yang memperhatikan indikator kesesuaian dan daya dukung untuk menjamin keberlanjutan produksi rumput laut jenis tersebut di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kawasan budidaya rumput laut jenis K. alvarezii berdasarkan analisis kesesuaian dan daya dukung perairan dengan pendekatan konsentrasi nitrat (NO3-). Penelitian ini dilakukan di Pesisir Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Februari–Maret 2020. Data parameter fisik dan kimia perairan dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian, sementara satuan konsentrasi nitrat yang mampu diserap rumput laut diperoleh dari data sekunder yang tersedia. Data parameter lingkungan diolah dengan metode weight sum overlay pada aplikasi image processing dan dilanjutkan dengan analisis daya dukung berdasarkan konsentrasi nitrat. Hasil analisis kesesuaian perairan diperoleh mencapai 3240,6 ha. Kategori sangat sesuai seluas 920,58 ha dan kategori sesuai 2320 ha. Daya dukung berdasarkan konsentrasi nitrat yang dapat ditampung oleh perairan adalah 0,497 kg-N/hari dengan total jumlah rumput laut yang dapat dibudidayakan dalam satu tahun adalah 7317,90 ton. Berdasarkan angka tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Pesisir Kota Baubau potensial untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan budidaya rumput laut dengan jumlah produksi yang tinggi.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81417656","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.39648
Y. Maruanaya, Prof. Alex Retraubun, S. F. Tuhumury, James Abrahamzs
Hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan terbesar di dunia yang sangat berpotensi dalam bidang wisata, namun potensi ancamannya juga tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Perairan Kwatisore merupakan salah satu habitat hiu paus di Indonesia yang terlihat sering muncul. Hal tersebut menjadi fenomena yang unik karena hiu paus muncul setiap hari dan sepanjang tahun, sehingga berpeluang untuk pengembangan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pola makan hiu paus dan agregasinya, terutama total jumlah kemunculan dan jumlah individu di perairan Kwatisore. Pengambilan data dalam penelitian ini berupa data primer dan dilakukan dari bulan Juli sampai September 2020. Metode pengambilan data dilakukan sekali setiap bulan (time series) melalui koleksi untuk mengkaji pola makan antar individu hiu paus dengan pengamatan secara langsung ketika hiu paus naik ke permukaan perairan dan berada di dalam bagan yang berjumlah 5 unit alat tangkap bagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi 275 kemunculan hiu paus, yang terdiri dari 18 individu. Jumlah kemunculan dan jumlah individu hiu paus sangat tergantung pada hasil tangkapan ikan teri oleh setiap unit alat tangkap bagan. Kemunculan hiu paus berada dalam petuanan hak ulayat laut Kampung Akudiomi. Kemunculan hiu paus dominan terjadi pada pagi hari dan persentase kemunculan 100% berjenis kelamin jantan dengan ukuran panjang total berkisar antara 3 hingga 7,5 m.
{"title":"KEBIASAAN MAKAN DAN FREKUENSI KEMUNCULAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI PERAIRAN KWATISORE DALAM HAK ULAYAT LAUT KAMPUNG AKUDIOMI DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH","authors":"Y. Maruanaya, Prof. Alex Retraubun, S. F. Tuhumury, James Abrahamzs","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.39648","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.39648","url":null,"abstract":"Hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan terbesar di dunia yang sangat berpotensi dalam bidang wisata, namun potensi ancamannya juga tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Perairan Kwatisore merupakan salah satu habitat hiu paus di Indonesia yang terlihat sering muncul. Hal tersebut menjadi fenomena yang unik karena hiu paus muncul setiap hari dan sepanjang tahun, sehingga berpeluang untuk pengembangan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pola makan hiu paus dan agregasinya, terutama total jumlah kemunculan dan jumlah individu di perairan Kwatisore. Pengambilan data dalam penelitian ini berupa data primer dan dilakukan dari bulan Juli sampai September 2020. Metode pengambilan data dilakukan sekali setiap bulan (time series) melalui koleksi untuk mengkaji pola makan antar individu hiu paus dengan pengamatan secara langsung ketika hiu paus naik ke permukaan perairan dan berada di dalam bagan yang berjumlah 5 unit alat tangkap bagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi 275 kemunculan hiu paus, yang terdiri dari 18 individu. Jumlah kemunculan dan jumlah individu hiu paus sangat tergantung pada hasil tangkapan ikan teri oleh setiap unit alat tangkap bagan. Kemunculan hiu paus berada dalam petuanan hak ulayat laut Kampung Akudiomi. Kemunculan hiu paus dominan terjadi pada pagi hari dan persentase kemunculan 100% berjenis kelamin jantan dengan ukuran panjang total berkisar antara 3 hingga 7,5 m.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"55 3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87709251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.34718
Diah Anggraini Wulandari, Mudjiono, M. Safaat, Ayub Sugara
Moluska memiliki cara unik dalam mempertahankan dirinya pada daerah intertidal, selain itu moluska di daerah ini memiliki keanekaragaman yang berbeda dibandingkan zona lainnya. Oleh karena itu, perlu kajian mendalam terkait keanekaragaman dan cara adaptasi moluska pada daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan keanekaragaman moluska, cara adaptasi moluska pada gelombang tinggi, potensi ekonomis moluska, serta menentukan klaster komunitas moluska di Pantai Pamengpeuk, Jawa Barat. Penelitian ini berlokasi di Pantai Bubujung, Pantai Karang Paranje, Pantai Santolo Indah, Pantai Karang Papak, Pantai Taman Manalusu, Pantai Cicalobak, Pantai Karang Wangi, Pantai Ranca Buaya 2 dan Pantai Ranca Buaya 1 dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil pengamatan ditemukan 37 spesies moluska yang terdiri dari 33 jenis gastropoda dan 4 jenis bivalvia. Moluska di daerah ini beradaptasi dengan cara bersembunyi pada bebatuan dan mencari daerah yang lembab untuk mempertahankan kadar air di dalam tubuhnya. Famili dengan jumlah individu dan penyebaran tertinggi adalah Nodilittorina, Trochoides, dan Littorinidae. Indeks keanekaragaman (H') moluska tertinggi yaitu Pantai Ranca Buaya 1 dengan indeks keanekaragaman 2,8, sedangkan indeks kemerataan tertinggi (e) yaitu Pantai Parenje (0,92). Moluska yang berpotensi ekonomis untuk dikembangkan di Pantai Pamengpeuk, Garut Selatan antara lain Planaxis sulcata, Nerita polita, Nerita picea, Cerithium eburneum, dan Turbo setosus. Pantai Pemengpeuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan kelestarian dan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.
{"title":"DIVERSITAS MOLUSKA DI PANTAI PAMEUNGPEUK, GARUT SELATAN, JAWA BARAT","authors":"Diah Anggraini Wulandari, Mudjiono, M. Safaat, Ayub Sugara","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.34718","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.34718","url":null,"abstract":"Moluska memiliki cara unik dalam mempertahankan dirinya pada daerah intertidal, selain itu moluska di daerah ini memiliki keanekaragaman yang berbeda dibandingkan zona lainnya. Oleh karena itu, perlu kajian mendalam terkait keanekaragaman dan cara adaptasi moluska pada daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan keanekaragaman moluska, cara adaptasi moluska pada gelombang tinggi, potensi ekonomis moluska, serta menentukan klaster komunitas moluska di Pantai Pamengpeuk, Jawa Barat. Penelitian ini berlokasi di Pantai Bubujung, Pantai Karang Paranje, Pantai Santolo Indah, Pantai Karang Papak, Pantai Taman Manalusu, Pantai Cicalobak, Pantai Karang Wangi, Pantai Ranca Buaya 2 dan Pantai Ranca Buaya 1 dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil pengamatan ditemukan 37 spesies moluska yang terdiri dari 33 jenis gastropoda dan 4 jenis bivalvia. Moluska di daerah ini beradaptasi dengan cara bersembunyi pada bebatuan dan mencari daerah yang lembab untuk mempertahankan kadar air di dalam tubuhnya. Famili dengan jumlah individu dan penyebaran tertinggi adalah Nodilittorina, Trochoides, dan Littorinidae. Indeks keanekaragaman (H') moluska tertinggi yaitu Pantai Ranca Buaya 1 dengan indeks keanekaragaman 2,8, sedangkan indeks kemerataan tertinggi (e) yaitu Pantai Parenje (0,92). Moluska yang berpotensi ekonomis untuk dikembangkan di Pantai Pamengpeuk, Garut Selatan antara lain Planaxis sulcata, Nerita polita, Nerita picea, Cerithium eburneum, dan Turbo setosus. Pantai Pemengpeuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan kelestarian dan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"137 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78511993","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.29244/jitkt.v14i1.37605
Y. Singgalen, D. Manongga
The development of tourism infrastructure causes land-use change or land conversion from green open spaces into tourism economic areas. The utilization of mangrove areas as an ecotourism attraction needs to be monitored regularly so that facilities and infrastructure development do not threaten the sustainability of mangrove vegetation. This article aims to identify the distribution of mangroves using the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Normalized Difference Water Index (NDWI), Combined Mangrove Recognize Index (CMRI) model in Morotai Island Regency, North Maluku Province, Indonesia. The perspective of sustainable ecotourism is used to discuss the socio-cultural context of the Morotai community, especially the people of Kolorai Island. This study adopted a mixed-method. Data processing is divided into two stages: the first stage, mapping the distribution of mangroves on Dodola Island using Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) satellite imagery from 2013-2021 based on NDVI, NDWI, and CMRI calculations; the second stage, triangulation. The results of this study indicate that in 2017, there was a decrease in the value of NDVI and CMRI in Zone 1, Zone 2, and Zone 3 as a mangrove ecotourism area on Dodola Island. It indicates a threat to the mangrove ecosystem if infrastructure development causes a decrease in the value of the vegetation index significantly significant from year to year. Thus, it is necessary to control infrastructure development programs by involving local communities in the maintenance of mangrove ecosystems.
旅游基础设施的发展导致土地利用的变化或土地从绿色开放空间转化为旅游经济区。红树林地区作为生态旅游景点的利用需要定期监测,以便设施和基础设施的发展不会威胁到红树林植被的可持续性。利用归一化植被指数(NDVI)、归一化水体指数(NDWI)和红树林识别指数(CMRI)模型对印尼北马鲁古省莫罗泰岛的红树林分布进行了研究。从可持续生态旅游的角度来讨论Morotai社区的社会文化背景,特别是Kolorai岛的人们。本研究采用混合方法。数据处理分为两个阶段:第一阶段,基于NDVI、NDWI和CMRI计算,利用2013-2021年Landsat 8 Operational Land Imager (OLI)卫星图像绘制Dodola岛上红树林的分布;第二阶段,三角测量。研究结果表明:2017年,独斗岛红树林生态旅游区1、2、3区NDVI和CMRI值呈下降趋势;如果基础设施建设导致植被指数逐年显著下降,则表明红树林生态系统受到威胁。因此,有必要通过让当地社区参与红树林生态系统的维护来控制基础设施发展计划。
{"title":"MONITORING OF MANGROVE ECOTOURISM AREA USING NDVI, NDWI, AND CMRI IN DODOLA ISLAND, MOROTAI ISLAND REGENCY, INDONESIA","authors":"Y. Singgalen, D. Manongga","doi":"10.29244/jitkt.v14i1.37605","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v14i1.37605","url":null,"abstract":"The development of tourism infrastructure causes land-use change or land conversion from green open spaces into tourism economic areas. The utilization of mangrove areas as an ecotourism attraction needs to be monitored regularly so that facilities and infrastructure development do not threaten the sustainability of mangrove vegetation. This article aims to identify the distribution of mangroves using the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Normalized Difference Water Index (NDWI), Combined Mangrove Recognize Index (CMRI) model in Morotai Island Regency, North Maluku Province, Indonesia. The perspective of sustainable ecotourism is used to discuss the socio-cultural context of the Morotai community, especially the people of Kolorai Island. This study adopted a mixed-method. Data processing is divided into two stages: the first stage, mapping the distribution of mangroves on Dodola Island using Landsat 8 Operational Land Imager (OLI) satellite imagery from 2013-2021 based on NDVI, NDWI, and CMRI calculations; the second stage, triangulation. The results of this study indicate that in 2017, there was a decrease in the value of NDVI and CMRI in Zone 1, Zone 2, and Zone 3 as a mangrove ecotourism area on Dodola Island. It indicates a threat to the mangrove ecosystem if infrastructure development causes a decrease in the value of the vegetation index significantly significant from year to year. Thus, it is necessary to control infrastructure development programs by involving local communities in the maintenance of mangrove ecosystems.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86499652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}