Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.50684
Dietriech Geoffrey Bengen
Front Matter
前页
{"title":"Front Matter","authors":"Dietriech Geoffrey Bengen","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.50684","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.50684","url":null,"abstract":"Front Matter","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"152 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.28714
Novita Dwi Yanti, Rahmat Kurnia, Ali Mashar, Andi Sompa
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra penangkapan dan pengolahan rajungan di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi serta status pemanfaatan rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap di pesisir Kabupaten Pangkep. Pengumpulan data menggunakan metode survei dengan melakukan wawancara terhadap nelayan, observasi ke lokasi penelitian dan pengukuran rajungan secara langsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam tiap bulan sejak bulan November 2018 hingga bulan April 2019. Sebanyak 7200 ekor sampel hasil tangkapan nelayan diambil secara acak dan dilakukan pengukuran lebar dan bobot yang terdiri dari 3900 ekor jantan dan 3300 ekor betina yaitu dari Kecamatan Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri, serta Mandalle. Hasil pengukuran kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan metode ELEFAN I pada program FISAT II. Hasil analisis menunjukkan umur maksimal rajungan diduga mencapai empat tahun. Mortalitas alami (M) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 0,67 dan 0,82/tahun, mortalitas penangkapan (F) 3,54 dan 4,12/tahun, mortalitas total (Z) 4,20 dan 4,94/tahun. Laju eksploitasi (E) sebesar 0,84 dan 0,83. Hasil pendekatan model dinamika biomassa ikan non equilibrium menunjukkan status biologi rajungan di Kabupaten Pangkep telah berada pada posisi overfishing.
{"title":"STATUS BIOLOGI RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI PESISIR KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN, SULAWESI SELATAN","authors":"Novita Dwi Yanti, Rahmat Kurnia, Ali Mashar, Andi Sompa","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.28714","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.28714","url":null,"abstract":"Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra penangkapan dan pengolahan rajungan di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi serta status pemanfaatan rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap di pesisir Kabupaten Pangkep. Pengumpulan data menggunakan metode survei dengan melakukan wawancara terhadap nelayan, observasi ke lokasi penelitian dan pengukuran rajungan secara langsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam tiap bulan sejak bulan November 2018 hingga bulan April 2019. Sebanyak 7200 ekor sampel hasil tangkapan nelayan diambil secara acak dan dilakukan pengukuran lebar dan bobot yang terdiri dari 3900 ekor jantan dan 3300 ekor betina yaitu dari Kecamatan Pangkajene, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri, serta Mandalle. Hasil pengukuran kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan metode ELEFAN I pada program FISAT II. Hasil analisis menunjukkan umur maksimal rajungan diduga mencapai empat tahun. Mortalitas alami (M) rajungan jantan dan betina masing-masing sebesar 0,67 dan 0,82/tahun, mortalitas penangkapan (F) 3,54 dan 4,12/tahun, mortalitas total (Z) 4,20 dan 4,94/tahun. Laju eksploitasi (E) sebesar 0,84 dan 0,83. Hasil pendekatan model dinamika biomassa ikan non equilibrium menunjukkan status biologi rajungan di Kabupaten Pangkep telah berada pada posisi overfishing.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035305","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perairan Banyuasin terdiri dari beberapa wilayah seperti daerah pelayaran dan daerah konservasi. Topografi dasar laut di perairan ini dapat berubah akibat adanya pendangkalan oleh karena proses sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan topografi dasar laut dan jenis sedimen di perairan Banyuasin. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2020 sampai Februari 2021 di perairan Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi objek bawah laut yaitu metode hidroakustik yang memanfaatkan gelombang suara dengan menggunakan alat single beam echosounder Simrad EK-15. Hasil penelitian menunjukkan kedalaman terendah (0,6 meter) terletak di perairan Tanjung Carat, sedangkan kedalaman tertinggi terletak di daerah yang mendekati perbatasan laut teritorial Banyuasin (33 meter). Rata-rata kedalaman perairan Banyuasin adalah 9 meter. Selain itu juga diperoleh tiga jenis sedimen yaitu lempung, lempung berpasir, dan pasir berlempung. Jenis sedimen yang mendominasi adalah lempung. Pengukuran pasang surut untuk nilai ketinggian muka air laut rata-rata (MSL) adalah 1,3 meter dan nilai jarak muka surutan (Z0) adalah 1,16 meter. Penelitian ini memberikan informasi terbaru dari sebaran jenis sedimen dan batimeteri untuk aktivitas pelayaran dan wilayah konservasi di daerah penelitian.
{"title":"PEMETAAN TOPOGRAFI DASAR LAUT DAN JENIS SEDIMEN DI PERAIRAN BANYUASIN KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN","authors":"Fauziyah Fauziyah, Remi Akbarimansyah, Ellis Nurjuliasti Ningsih, Fitri Agustriani, Freddy Supriyadi, Amanda Astri Pratiwi Febrianti","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.45086","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.45086","url":null,"abstract":"Perairan Banyuasin terdiri dari beberapa wilayah seperti daerah pelayaran dan daerah konservasi. Topografi dasar laut di perairan ini dapat berubah akibat adanya pendangkalan oleh karena proses sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan topografi dasar laut dan jenis sedimen di perairan Banyuasin. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2020 sampai Februari 2021 di perairan Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi objek bawah laut yaitu metode hidroakustik yang memanfaatkan gelombang suara dengan menggunakan alat single beam echosounder Simrad EK-15. Hasil penelitian menunjukkan kedalaman terendah (0,6 meter) terletak di perairan Tanjung Carat, sedangkan kedalaman tertinggi terletak di daerah yang mendekati perbatasan laut teritorial Banyuasin (33 meter). Rata-rata kedalaman perairan Banyuasin adalah 9 meter. Selain itu juga diperoleh tiga jenis sedimen yaitu lempung, lempung berpasir, dan pasir berlempung. Jenis sedimen yang mendominasi adalah lempung. Pengukuran pasang surut untuk nilai ketinggian muka air laut rata-rata (MSL) adalah 1,3 meter dan nilai jarak muka surutan (Z0) adalah 1,16 meter. Penelitian ini memberikan informasi terbaru dari sebaran jenis sedimen dan batimeteri untuk aktivitas pelayaran dan wilayah konservasi di daerah penelitian.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTGiant clams that protected by CITES Appendix II is important marine organism as a stock in and also has potential as a marine tourism. This study aims to analyze the potential of clams which are part of the coral reef ecosystem as an alternative ecotourism management of diving and snorkeling in Morella and analyzing appropriate management strategies for the development of tourism areas in Morella. The method used for the analysis of clams is 1) the density of clams Di = ni / A; 2) diversity index H '= - (∑ni (ln (ni / N)); 3) dominance index D = ∑ [Ni / N] 2, and Analysis Hierarchy Process (AHP) method. There are five types of clams such as Tridacna maxima, T. squamosa, T. gigas, T. crocea and Hippopus hippopus. The widest distribuiton was T. maxima, which was found at each research areas and the lowest was H. Hippopus. The population of clams was found at Lettang Beach with the most species being T. squamosa. The highest percentage of coral reef cover was found at Lubang Buaya Beach at 81.10% and the lowest at station I at 55.53%. The highest number of species of reef fish is found at Lettang Beach, which is 197 types. The management strategy that needs to be prioritized is integrated management, which takes into account all aspects of ecological, economic, social and institutional aspects.
{"title":"STUDY OF GIANT CLAMS RESOURCES AND CORAL REEF ECOSYTEM FOR MARINE ECOTURISM MANAGEMENT","authors":"Intan Rabiyanti, Fredinan Yulianda, Zulhamsyah Imran","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.26458","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.26458","url":null,"abstract":"ABSTRACTGiant clams that protected by CITES Appendix II is important marine organism as a stock in and also has potential as a marine tourism. This study aims to analyze the potential of clams which are part of the coral reef ecosystem as an alternative ecotourism management of diving and snorkeling in Morella and analyzing appropriate management strategies for the development of tourism areas in Morella. The method used for the analysis of clams is 1) the density of clams Di = ni / A; 2) diversity index H '= - (∑ni (ln (ni / N)); 3) dominance index D = ∑ [Ni / N] 2, and Analysis Hierarchy Process (AHP) method. There are five types of clams such as Tridacna maxima, T. squamosa, T. gigas, T. crocea and Hippopus hippopus. The widest distribuiton was T. maxima, which was found at each research areas and the lowest was H. Hippopus. The population of clams was found at Lettang Beach with the most species being T. squamosa. The highest percentage of coral reef cover was found at Lubang Buaya Beach at 81.10% and the lowest at station I at 55.53%. The highest number of species of reef fish is found at Lettang Beach, which is 197 types. The management strategy that needs to be prioritized is integrated management, which takes into account all aspects of ecological, economic, social and institutional aspects.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136034985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.35161
Esther Sanda Manapa, Wasir Samad, None Sultan, Eliyah A M Sampetoding
Curah hujan yang sangat bervariasi membentuk pola musiman di berbagai wilayah di Indonesia. Angin dan curah hujan merupakan faktor cuaca yang menentukan pengambilan keputusan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar Pelabuhan Paotere sebagai pelabuhan terbesar di Kota Makassar. Kegiatan penangkapan memberi peluang bagi nelayan penuh maupun nelayan sambilan untuk mendapatkan hasil tangkapan dan keuntungan, namun juga dapat menyebabkan kerugian karena besarnya biaya operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh angin dan curah hujan terhadap produksi nelayan yang berbasis di Pelabuhan PPI Paotere Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengumpulan data sekunder terkait angin serta curah hujan dari Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Paotere. Selain itu, data produksi ikan dikumpulkan dari UPTD PPI Paotere dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam produksi ikan di PPI Paotere Makassar yang dipengaruhi oleh curah hujan dan angin.
不同的降雨量构成了印尼不同地区的季节性模式。风和降雨是马拉加萨市最大的港口宝提尔附近渔业的决定性因素。逮捕活动使全职和兼职渔民都有机会获得渔获和利润,但也可能因运营成本高而造成损失。本研究旨在分析风和降雨对马卡萨港PPI Paotere Makassar港渔民的影响。这项研究是通过一种收集二班海洋气象站风速和降雨的次要数据来进行的。此外,从UPTD PPI Paotere和Makassar市水务和渔业收集了鱼类生产数据。研究结果显示,受降雨和风影响的马卡萨皮鱼的产量存在显著差异。
{"title":"FLUKTUASI ANGIN DAN CURAH HUJAN PERIODE 2012-2020 DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI IKAN DI PELABUHAN PAOTERE MAKASSAR","authors":"Esther Sanda Manapa, Wasir Samad, None Sultan, Eliyah A M Sampetoding","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.35161","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.35161","url":null,"abstract":"Curah hujan yang sangat bervariasi membentuk pola musiman di berbagai wilayah di Indonesia. Angin dan curah hujan merupakan faktor cuaca yang menentukan pengambilan keputusan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar Pelabuhan Paotere sebagai pelabuhan terbesar di Kota Makassar. Kegiatan penangkapan memberi peluang bagi nelayan penuh maupun nelayan sambilan untuk mendapatkan hasil tangkapan dan keuntungan, namun juga dapat menyebabkan kerugian karena besarnya biaya operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh angin dan curah hujan terhadap produksi nelayan yang berbasis di Pelabuhan PPI Paotere Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengumpulan data sekunder terkait angin serta curah hujan dari Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Paotere. Selain itu, data produksi ikan dikumpulkan dari UPTD PPI Paotere dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam produksi ikan di PPI Paotere Makassar yang dipengaruhi oleh curah hujan dan angin.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035138","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Teknik klasifikasi berbasis objek (OBIA) merupakan salah satu teknik pemetaan habitat bentik selain metode konvensional (berbasis piksel). Pemetaan metode OBIA dengan memanfaatkan algoritma machine learning terbatas pada perairan Karang Lebar dan Pulau Lancang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa algoritma machine learning (support vector machine (SVM), decision tree (DT), random forest (RF), dan k-nearest neighbour (KNN) dalam mengklasifikasikan habitat bentik perairan dangkal berdasarkan objek menggunakan data satelit Sentinel-2. Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode OBIA dengan dua tingkatan analisis. Hasil analisis Agglomerative Hierarchial Clustering diperoleh sebanyak 6 kelas habitat bentik yaitu karang, patahan karang (rubble), lamun, pasir rubble, dan pasir. Tingkat pertama adalah memisahkan darat, laut dangkal dan laut lebih dalam. Tingkat kedua adalah klasifikasi menggunakan algoritma machine learning, hasil klasifikasi menunjukkan alogritma SVM mendapatkan nilai akurasi yang lebih tinggi dibandingkan algoritma lainnya dengan akurasi sebesar 84% di perairan Karang Lebar, kemudian pada perairan Pulau Lancang mendapatkan akurasi sebesar 80% dengan algoritma SVM. Habitat dasar perairan dangkal Karang Lebar dan Pulau Lancang mampu dipetakan dengan baik menggunakan metode OBIA. Perbedaan tingkat akurasi antara perairan Karang Lebar dan Pulau Lancang disebabkan oleh tingkat kekeruhan perairan.
基于对象的分类技术(OBIA)是除了传统方法(以像素为基础)的bentik生境测绘技术之一。OBIA的方法地图使用算法机器学习只限于大堡礁和狂妄岛。本研究旨在探讨机器学习算法性能的支持向量机(SVM), decision tree (DT),随机森林(射频),k-nearest附近(KNN分类中)塑造浅水区根据物体使用卫星数据Sentinel-2栖息地。使用的分类方法是经过两级分析的OBIA方法。分析Agglomerative Hierarchial多达6年级获得聚类栖息地塑造珊瑚,珊瑚断层(垃圾)、海草,沙子被碎石和沙子。第一层是把陆地、浅海和更深的海洋分开。二级是使用机器学习算法分类,分类的结果显示上SVM的成绩比与其他算法准确度高的准确度高达84%放肆岛水域在珊瑚礁水域宽,然后得到80%的SVM算法的准确性。浅水珊瑚礁和岛屿宽度基本栖息地OBIA擅自使用,能够很好地映射方法。开阔的珊瑚水域和僭越岛屿之间的准确度差异是由于海水的浑浊程度。
{"title":"KLASIFIKASI HABITAT DASAR BERBASIS OBJEK DI PERAIRAN DANGKAL KARANG LEBAR DAN PULAU LANCANG","authors":"Pria Wibawa Utama, Vincentius Siregar, Bisman Nababan","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.36036","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.36036","url":null,"abstract":"Teknik klasifikasi berbasis objek (OBIA) merupakan salah satu teknik pemetaan habitat bentik selain metode konvensional (berbasis piksel). Pemetaan metode OBIA dengan memanfaatkan algoritma machine learning terbatas pada perairan Karang Lebar dan Pulau Lancang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa algoritma machine learning (support vector machine (SVM), decision tree (DT), random forest (RF), dan k-nearest neighbour (KNN) dalam mengklasifikasikan habitat bentik perairan dangkal berdasarkan objek menggunakan data satelit Sentinel-2. Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode OBIA dengan dua tingkatan analisis. Hasil analisis Agglomerative Hierarchial Clustering diperoleh sebanyak 6 kelas habitat bentik yaitu karang, patahan karang (rubble), lamun, pasir rubble, dan pasir. Tingkat pertama adalah memisahkan darat, laut dangkal dan laut lebih dalam. Tingkat kedua adalah klasifikasi menggunakan algoritma machine learning, hasil klasifikasi menunjukkan alogritma SVM mendapatkan nilai akurasi yang lebih tinggi dibandingkan algoritma lainnya dengan akurasi sebesar 84% di perairan Karang Lebar, kemudian pada perairan Pulau Lancang mendapatkan akurasi sebesar 80% dengan algoritma SVM. Habitat dasar perairan dangkal Karang Lebar dan Pulau Lancang mampu dipetakan dengan baik menggunakan metode OBIA. Perbedaan tingkat akurasi antara perairan Karang Lebar dan Pulau Lancang disebabkan oleh tingkat kekeruhan perairan.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035139","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.43708
Achmad Syauqi Ramadhani, Agus Romadhon
Masakambing Island is one of the small islands in Sumenep Regency which has its own uniqueness and beauty. Small islands easily experience changes, one of which is changes in coastlines. The aim of this research is to determine the changes that occur along the coast and mitigation efforts by utilizing hydro-oceanographic parameters. Measurements of coastline changes were obtained from digitization results using the Normalized Different Water Index (NDWI) method with structural and non-structural mitigation efforts based on the parameter data taken. Wind parameters are dominated from the southeast and east with speeds ranging from 0.09 m/s - 22.75 m/s. The wave parameter values obtained were between 0.25 m – 0.83, while the current parameters ranged between 0.006 m/s – 0.642 m/s with the Formhazal number values showing 1.5 – 1.8. The wind was blowing cool and strong, as was the wave height in the slight category. The current flows southwest from the north of the island to the east. Single daily mixed Tide Type. The reduction in the area of Masakambing Island ranges from 0.063 km2 – 1.933 km2. Mitigation efforts that can be considered structurally include creating breakwaters and revetments, strengthening coastal buildings and planting vegetation. Non-structural mitigation that can be carried out includes creating standardization policies for disaster-resistant buildings, exploration and economic activity policies, public awareness as well as counseling and outreach regarding disaster mitigation.
Masakambing岛是苏梅内普摄政的一个小岛,它有自己的独特和美丽。小岛屿很容易经历变化,其中之一就是海岸线的变化。本研究的目的是利用水文海洋学参数确定沿海岸发生的变化和减缓努力。利用归一化不同水指数(NDWI)方法从数字化结果中获得海岸线变化的测量值,并根据所采集的参数数据进行结构性和非结构性缓解措施。风速范围为0.09 m/s ~ 22.75 m/s。得到的波浪参数值为0.25 m ~ 0.83,电流参数值为0.006 m/s ~ 0.642 m/s,甲醛值为1.5 ~ 1.8。风刮得又凉又猛,波浪的高度也在轻微的范围内。洋流从岛的北部向西南方向流向东部。单日混合潮型。Masakambing岛的面积减少幅度在0.063 ~ 1.933 km2之间。可以考虑的结构性缓解措施包括建造防波堤和护岸,加固沿海建筑和种植植被。可开展的非结构性减灾工作包括制定抗灾建筑标准化政策、勘探和经济活动政策、公众意识以及减灾方面的咨询和外联工作。
{"title":"SPATIAL ANALYSIS OF COASTAL CHANGE AND DISASTER MITIGATION ON MASAKAMBING ISLAND, SUMENEP REGENCY","authors":"Achmad Syauqi Ramadhani, Agus Romadhon","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.43708","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.43708","url":null,"abstract":"Masakambing Island is one of the small islands in Sumenep Regency which has its own uniqueness and beauty. Small islands easily experience changes, one of which is changes in coastlines. The aim of this research is to determine the changes that occur along the coast and mitigation efforts by utilizing hydro-oceanographic parameters. Measurements of coastline changes were obtained from digitization results using the Normalized Different Water Index (NDWI) method with structural and non-structural mitigation efforts based on the parameter data taken. Wind parameters are dominated from the southeast and east with speeds ranging from 0.09 m/s - 22.75 m/s. The wave parameter values obtained were between 0.25 m – 0.83, while the current parameters ranged between 0.006 m/s – 0.642 m/s with the Formhazal number values showing 1.5 – 1.8. The wind was blowing cool and strong, as was the wave height in the slight category. The current flows southwest from the north of the island to the east. Single daily mixed Tide Type. The reduction in the area of Masakambing Island ranges from 0.063 km2 – 1.933 km2. Mitigation efforts that can be considered structurally include creating breakwaters and revetments, strengthening coastal buildings and planting vegetation. Non-structural mitigation that can be carried out includes creating standardization policies for disaster-resistant buildings, exploration and economic activity policies, public awareness as well as counseling and outreach regarding disaster mitigation.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035143","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.43466
Arif Baswantara, Lulut Alfaris, Anas Noor Firdaus, Rikha Bramawanto, Batih Shendy Capri Hareva, Miranda Putri
Remotely Operated Vehicle (ROV) merupakan sebuah wahana atau robot bawah air yang dirancang untuk mampu bergerak di dalam air. Permintaan ROV diprediksi akan semakin meningkat dimasa yang akan datang, karenanya perlu direspons dengan penyediaan suatu ROV yang mudah untuk dibangun dan dioperasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan membangun suatu ROV yang mudah untuk diikuti proses pembuatannya dan mudah untuk dioperasikan sehingga ke depannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan observasi. Remotely Operated Vehicle dirancang dengan dimensi panjang 311,89 mm, lebar 240 mm dan tinggi 180 mm. Remotely Operated Vehicle memiliki tiga motor penggerak dengan Pulse Width Modulation (PWM) Speed Cotroller Module sebagai sistem kendali. Pengujian ROV dilakukan meliputi uji pergerakan dan uji manuver, dengan hasil menunjukkan bahwa ROV memiliki rata-rata kecepatan maju 0,26 m/s dengan waktu berputar 180° menuju portside selama 6,7 s dan berputar 180° menuju starboard selama 6,3 s, serta gerakan melingkar selama 8,2 s. Uji pergerakan dan manuver ROV menunjukkan hasil yang baik, sehingga rencana pengembangan lebih lanjut dari ROV ini dapat terus dilakukan.
遥控车辆是一种用于在水中移动的工具或水下机器人。未来ROV的需求将会增加,因此需要提供一种易于建立和运行的ROV来响应。它的目的是设计和建造一种ROV,它的制造过程很容易,也很容易操作,以便在未来可以用于观测。移位操作车辆的设计长度为311.89毫米,宽度为240毫米,高度为180毫米。移位操作车辆有三个马达驱动,脉冲宽度调制(PWM)速度线圈作为控制系统。ROV做测试包括运动和可操作性测试,测试结果表明,平均有ROV前进速度随着时间的推移,ketebalan 0,26 m / s旋转180°到枪多年6.7 s和旋转180°到右舷6.3 s圆形运动,以及在8.2 s。ROV的移动测试和机动显示出良好的结果,因此可以继续进行ROV的进一步开发计划。
{"title":"RANCANG BANGUN MINI ROV DENGAN PENGGUNAAN PWM SPEED CONTROLLER MODULE SEBAGAI SISTEM KENDALI","authors":"Arif Baswantara, Lulut Alfaris, Anas Noor Firdaus, Rikha Bramawanto, Batih Shendy Capri Hareva, Miranda Putri","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.43466","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.43466","url":null,"abstract":"Remotely Operated Vehicle (ROV) merupakan sebuah wahana atau robot bawah air yang dirancang untuk mampu bergerak di dalam air. Permintaan ROV diprediksi akan semakin meningkat dimasa yang akan datang, karenanya perlu direspons dengan penyediaan suatu ROV yang mudah untuk dibangun dan dioperasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan membangun suatu ROV yang mudah untuk diikuti proses pembuatannya dan mudah untuk dioperasikan sehingga ke depannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan observasi. Remotely Operated Vehicle dirancang dengan dimensi panjang 311,89 mm, lebar 240 mm dan tinggi 180 mm. Remotely Operated Vehicle memiliki tiga motor penggerak dengan Pulse Width Modulation (PWM) Speed Cotroller Module sebagai sistem kendali. Pengujian ROV dilakukan meliputi uji pergerakan dan uji manuver, dengan hasil menunjukkan bahwa ROV memiliki rata-rata kecepatan maju 0,26 m/s dengan waktu berputar 180° menuju portside selama 6,7 s dan berputar 180° menuju starboard selama 6,3 s, serta gerakan melingkar selama 8,2 s. Uji pergerakan dan manuver ROV menunjukkan hasil yang baik, sehingga rencana pengembangan lebih lanjut dari ROV ini dapat terus dilakukan.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035141","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.29244/jitkt.v15i2.43145
Perdana Rizki Ordas, None Abdurrokhim, Yoga A. Sendjaja, Tumpal B. Nainggolan
Cekungan Sumatra Tengah merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Indonesia, karena keterbatasan ekplorasi dan studi, perkembangan cekungan tersebut mengalami hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan pengendapan dan sistem petroleum melalui studi stratigrafi seismik dan sumur. Penelitian ini menggunakan metode seismik dengan software Hampson Russell dan Petrel. Data log membantu pengolahan data seismik dengan software Interactive Petrophysic (IP) dan Techlog untuk pengolahan data sumur. Zona penelitian ini memiliki lima sekuen pengendapan yang sebagian besar terbentuk di lingkungan pengendapan alur bercabang dan estuari. Terdapat dua batuan induk potensial, yakni pada Formasi Pematang dan lapisan serpih pada TST-1 atas. Hasil analisis sekuen stratigrafi pada penampang seismik, sistem petroleum teridentifikasi pada Sumur Merak, Melibur, dan Garib di pesisir Cekungan Sumatra Tengah. Reservoar hidrokarbon terdapat di Formasi Bekasap, Bangko, Menggala, dan sebagian Formasi Pematang; batuan induk terdapat di sebagian Formasi Menggala dan Pematang. Penentuan lapisan reservoar dan batuan induk diperkuat oleh hasil analisis sumur yang terletak pada lintasan seismik. Patahan berguna sebagai jalur migrasi fluida hidrokarbon dari batuan induk hingga reservoar, sehingga terbentuk sistem petroleum pada daerah tersebut. Lapisan ini memiliki batuan induk yang belum matang dan matang. Karenanya dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan dan sistem petroleum pada sumur-sumur di daerah tersebut dapat diketahui.
{"title":"ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN SISTEM PETROLEUM BERDASARKAN INTEGRASI DATA SEISMIK DAN SUMUR DI PESISIR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH","authors":"Perdana Rizki Ordas, None Abdurrokhim, Yoga A. Sendjaja, Tumpal B. Nainggolan","doi":"10.29244/jitkt.v15i2.43145","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i2.43145","url":null,"abstract":"Cekungan Sumatra Tengah merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Indonesia, karena keterbatasan ekplorasi dan studi, perkembangan cekungan tersebut mengalami hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan pengendapan dan sistem petroleum melalui studi stratigrafi seismik dan sumur. Penelitian ini menggunakan metode seismik dengan software Hampson Russell dan Petrel. Data log membantu pengolahan data seismik dengan software Interactive Petrophysic (IP) dan Techlog untuk pengolahan data sumur. Zona penelitian ini memiliki lima sekuen pengendapan yang sebagian besar terbentuk di lingkungan pengendapan alur bercabang dan estuari. Terdapat dua batuan induk potensial, yakni pada Formasi Pematang dan lapisan serpih pada TST-1 atas. Hasil analisis sekuen stratigrafi pada penampang seismik, sistem petroleum teridentifikasi pada Sumur Merak, Melibur, dan Garib di pesisir Cekungan Sumatra Tengah. Reservoar hidrokarbon terdapat di Formasi Bekasap, Bangko, Menggala, dan sebagian Formasi Pematang; batuan induk terdapat di sebagian Formasi Menggala dan Pematang. Penentuan lapisan reservoar dan batuan induk diperkuat oleh hasil analisis sumur yang terletak pada lintasan seismik. Patahan berguna sebagai jalur migrasi fluida hidrokarbon dari batuan induk hingga reservoar, sehingga terbentuk sistem petroleum pada daerah tersebut. Lapisan ini memiliki batuan induk yang belum matang dan matang. Karenanya dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan dan sistem petroleum pada sumur-sumur di daerah tersebut dapat diketahui.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-03DOI: 10.29244/jitkt.v15i1.42861
Prof. Alex Retraubun, Boy S. Laimeheriwa, V. Pical
Pantai Ngursarnadan sebagai salah satu icon pariwisata di Maluku Tenggara perlu dikelola dan dikembangkan dengan strategis karena jumlah pengunjung yang cukup banyak. Tujuan penelitian adalah menganalisis kesesuaian dan daya dukung untuk kegiatan ekowisata pantai, serta bagaimana peran stakeholder dalam pengembangannya. Analisis kesesuaian kawasan menggunakan rumus IKW= ∑ [Ni / Nmaks] x 100 % dan analisis daya dukung menggunakan rumus DDK = K x Lp / Lt x Wt / Wp. Analisis peran stakeholder menggunakan mastriks dua kali dua (model grid). Hasil penelitian menunjukkan stasiun pertama dan kedua termasuk kategori sangat sesuai dengan nilai IKW 3,0 dan 2,52, sedangkan stasiun ketiga termasuk kategori sesuai dengan nilai IKW 2,3. Daya dukung kawasan Pantai Ngursarnadan adalah 168 orang/hari dengan panjang pantai yang dapat dimanfaatkan adalah 780 m dan luas area adalah 13.280 m2. Aktivitas atau olahragaga yang dapat dilakukan di pantai Ngursarnadan adalah rekreasi pantai dan berenang. Dalam pengembangan objek wisata, peran stekholder sangat penting dalam merumuskan, menetapan dan melaksanakan kebijakan pengembangan objek wisata.
马鲁库东南部的恩格萨纳丹海滩是一个旅游象群,由于游客众多,需要在战略上进行管理和开发。研究的目的是分析沿海生态旅游活动的兼容性和支持能力,以及利益相关者在开发过程中的作用。地区使用的一致性分析IKW公式=∑[Ni / Nmaks]×100 %和分析资源支持使用DDK公式= K x x Lp - Lt Wt / Wp。stakeder的角色分析使用了mastriks的两倍(网格模型)。研究结果表明,第一站和第二站属于高度匹配lw 3.0和2.52的类别,而第三站属于lw 2.2.52的类别。恩格萨纳丹海滩的支持是168人/天,海滩长度为780米,面积为1380平方米。gaga的活动或运动可以在Ngursarnadan海滩是海滩和游泳。在旅游对象的发展中,定子在规划、定型和执行旅游对象发展政策方面发挥着至关重要的作用。
{"title":"ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI NGURSARNADAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA","authors":"Prof. Alex Retraubun, Boy S. Laimeheriwa, V. Pical","doi":"10.29244/jitkt.v15i1.42861","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitkt.v15i1.42861","url":null,"abstract":"Pantai Ngursarnadan sebagai salah satu icon pariwisata di Maluku Tenggara perlu dikelola dan dikembangkan dengan strategis karena jumlah pengunjung yang cukup banyak. Tujuan penelitian adalah menganalisis kesesuaian dan daya dukung untuk kegiatan ekowisata pantai, serta bagaimana peran stakeholder dalam pengembangannya. Analisis kesesuaian kawasan menggunakan rumus IKW= ∑ [Ni / Nmaks] x 100 % dan analisis daya dukung menggunakan rumus DDK = K x Lp / Lt x Wt / Wp. Analisis peran stakeholder menggunakan mastriks dua kali dua (model grid). Hasil penelitian menunjukkan stasiun pertama dan kedua termasuk kategori sangat sesuai dengan nilai IKW 3,0 dan 2,52, sedangkan stasiun ketiga termasuk kategori sesuai dengan nilai IKW 2,3. Daya dukung kawasan Pantai Ngursarnadan adalah 168 orang/hari dengan panjang pantai yang dapat dimanfaatkan adalah 780 m dan luas area adalah 13.280 m2. Aktivitas atau olahragaga yang dapat dilakukan di pantai Ngursarnadan adalah rekreasi pantai dan berenang. Dalam pengembangan objek wisata, peran stekholder sangat penting dalam merumuskan, menetapan dan melaksanakan kebijakan pengembangan objek wisata.","PeriodicalId":42469,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2023-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73327407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}