Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1508.35-45
Sidi Ahyar Wiraguna
This research examines the siting factors of an oceanarium in Surabaya, Indonesia. The research stems from the need to explore the optimal location for an oceanarium, taking into account the main objectives and functions of the development. The research aims to determine the most suitable location for an oceanarium, with recreation, education, conservation and research being the main considerations. The methodology involved a qualitative analysis of location factors, including accessibility, availability of natural resources, and environmental and socio-economic impacts. The discussion in this study emphasizes the importance of choosing a location that not only supports the oceanarium's objectives but also takes into account the availability of quality seawater resources. The ideal location recommended is an area adjacent to a clean source of seawater and protected from contamination, such as a location away from a river mouth. In addition, the location should be easily accessible to visitors and support recreation, education, conservation and research activities. The conclusion of this study shows that the best location for oceanarium development in Surabaya is the coastal area that fulfills these criteria, namely Kenjeran Lama beach and Ria Kenjeran Beach. This location stands out as the most strategic location in terms of access and travel time. These locations not only support the sustainability of the oceanarium in terms of ecology but also provide added value in terms of economy, education, recreation and research. This research provides valuable guidance for future oceanarium development, both in Surabaya and other locations in Indonesia.
本研究探讨了印度尼西亚泗水海洋馆的选址因素。这项研究源于探索海洋馆最佳选址的需要,同时考虑到开发的主要目标和功能。研究旨在确定海洋馆最合适的选址,主要考虑娱乐、教育、保护和研究等因素。研究方法包括对选址因素进行定性分析,包括交通便利性、自然资源的可用性以及环境和社会经济影响。本研究的讨论强调,选址不仅要支持海洋馆的目标,还要考虑到优质海水资源的可用性。推荐的理想地点是邻近清洁的海水来源并不受污染的地区,如远离河口的地方。此外,该地点应便于游客前往,并支持娱乐、教育、保护和研究活动。本研究的结论表明,泗水海洋馆发展的最佳地点是符合上述标准的沿海地区,即 Kenjeran Lama 海滩和 Ria Kenjeran 海滩。就交通和旅行时间而言,该地点是最具战略意义的地点。这些地点不仅在生态方面支持了海洋馆的可持续性,还在经济、教育、娱乐和研究方面提供了附加值。这项研究为泗水和印尼其他地方未来的海洋馆发展提供了宝贵的指导。
{"title":"A KAJIAN LOKASI UNTUK OCEANARIUM DI SURABAYA: KESEIMBANGAN ANTARA WISATA, PENDIDIKAN DAN RISET","authors":"Sidi Ahyar Wiraguna","doi":"10.46650/anala.12.1.1508.35-45","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1508.35-45","url":null,"abstract":"This research examines the siting factors of an oceanarium in Surabaya, Indonesia. The research stems from the need to explore the optimal location for an oceanarium, taking into account the main objectives and functions of the development. The research aims to determine the most suitable location for an oceanarium, with recreation, education, conservation and research being the main considerations. The methodology involved a qualitative analysis of location factors, including accessibility, availability of natural resources, and environmental and socio-economic impacts. The discussion in this study emphasizes the importance of choosing a location that not only supports the oceanarium's objectives but also takes into account the availability of quality seawater resources. The ideal location recommended is an area adjacent to a clean source of seawater and protected from contamination, such as a location away from a river mouth. In addition, the location should be easily accessible to visitors and support recreation, education, conservation and research activities. The conclusion of this study shows that the best location for oceanarium development in Surabaya is the coastal area that fulfills these criteria, namely Kenjeran Lama beach and Ria Kenjeran Beach. This location stands out as the most strategic location in terms of access and travel time. These locations not only support the sustainability of the oceanarium in terms of ecology but also provide added value in terms of economy, education, recreation and research. This research provides valuable guidance for future oceanarium development, both in Surabaya and other locations in Indonesia.","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"87 S1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140411286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1474.1-13
A. Hidayat, Made Mariada, Rijasa, Ayu Putu, Utari Parthami Lestari
Secara umum, kebudayaan NTB terdiri dari tiga suku asli utama, yakni suku sasak di Lombok, suku Mbojo di Bima dan Dompu, suku Samawa di Sumbawa. Kebudayaan suku sasak di Lombok mengalami penurunan minat generasi muda untuk menekuni kesenian tradisional. Untuk menyokong pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional maka dibutuhkan gedung Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Lombok di Praya, karena jarangnya pertunjukan menyebabkan tradisi Lombok ini berangsur-angsur dilupakan sehingga kepandaian-kepandaian teknik tradisionil yang merupakan salah satu ciri kepribadian setempat, juga terdampak. Agar bisa merangkum kebudayaan Lombok, dan dapat mempermudah akses wisatawan untuk melihat sekaligus mengenal kebudayaan Lombok. Fasilitas ini juga bertujuan untuk memberi informasi sekaligus pengembangan, pelestarian dan juga memperkenalkan kebudayaan Lombok sesuai dengan aspek kebudayaan Lombok meliputi keseniaan serta bangunan adat Lombok merupakan bagian dari wujud kebudayaan. Melalui metode desktiptif pada studi kasus di taman budaya NTB. Kata kunci: Pusat Kesenian, Kesenian tradisional Lombok, Neo Vernakular
{"title":"PUSAT PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL LOMBOK DI PRAYA","authors":"A. Hidayat, Made Mariada, Rijasa, Ayu Putu, Utari Parthami Lestari","doi":"10.46650/anala.12.1.1474.1-13","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1474.1-13","url":null,"abstract":"Secara umum, kebudayaan NTB terdiri dari tiga suku asli utama, yakni suku sasak di Lombok, suku Mbojo di Bima dan Dompu, suku Samawa di Sumbawa. Kebudayaan suku sasak di Lombok mengalami penurunan minat generasi muda untuk menekuni kesenian tradisional. Untuk menyokong pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional maka dibutuhkan gedung Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Lombok di Praya, karena jarangnya pertunjukan menyebabkan tradisi Lombok ini berangsur-angsur dilupakan sehingga kepandaian-kepandaian teknik tradisionil yang merupakan salah satu ciri kepribadian setempat, juga terdampak. Agar bisa merangkum kebudayaan Lombok, dan dapat mempermudah akses wisatawan untuk melihat sekaligus mengenal kebudayaan Lombok. Fasilitas ini juga bertujuan untuk memberi informasi sekaligus pengembangan, pelestarian dan juga memperkenalkan kebudayaan Lombok sesuai dengan aspek kebudayaan Lombok meliputi keseniaan serta bangunan adat Lombok merupakan bagian dari wujud kebudayaan. Melalui metode desktiptif pada studi kasus di taman budaya NTB. \u0000Kata kunci: Pusat Kesenian, Kesenian tradisional Lombok, Neo Vernakular","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"9 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140412711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1523.57-68
Made Agus, E. Mahardika, Putu Gde, Ery Suardana, I. K. Adhimastra
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari sepuluh desa Bali Aga . Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang. Tujuan penelitian ini tidak lain adalah untuk mencari bagaimana sejarah Arsitektur dari Desa Tenganan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data. Lokasi perumahan ini terletak di daerah pegunungan yang membentang membujur di tengah-tengah Bali. Bentuk fisik perumahan Bali Aga dicirikan dengan adanya jalan utama berbentuk linear yang berfungsi sebagai ruang terbuka milik komunitas dan sekaligus sebagai sumbu utama desa. Pola pemukiman Desa Tenganan masih dipertahankan hingga saat ini dan menjadi suatu objek wisata budaya tradisional yang menarik untuk di kunjungi di Pulau Bali
{"title":"ARSITEKTUR BALI AGA DESA TENGANAN","authors":"Made Agus, E. Mahardika, Putu Gde, Ery Suardana, I. K. Adhimastra","doi":"10.46650/anala.12.1.1523.57-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1523.57-68","url":null,"abstract":"Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari sepuluh desa Bali Aga . Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun yang masih dipertahankan hingga sekarang. Tujuan penelitian ini tidak lain adalah untuk mencari bagaimana sejarah Arsitektur dari Desa Tenganan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data. \u0000Lokasi perumahan ini terletak di daerah pegunungan yang membentang membujur di tengah-tengah Bali. Bentuk fisik perumahan Bali Aga dicirikan dengan adanya jalan utama berbentuk linear yang berfungsi sebagai ruang terbuka milik komunitas dan sekaligus sebagai sumbu utama desa. Pola pemukiman Desa Tenganan masih dipertahankan hingga saat ini dan menjadi suatu objek wisata budaya tradisional yang menarik untuk di kunjungi di Pulau Bali","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"8 1part2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140411756","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1522.46-56
Ni Putu, Yunita Laura Vianthi, Arya Bagus, Mahadwijati Wijaatmaja, D. Made, Sukma Widiyani, A. Agung, Ayu Sri, Ratih Yulianasari
This article discusses risk mitigation in the construction project of the lobby building and facade renovation of TK Dwijendra Denpasar. In this project, risk identification is crucial to understand the potential risks of each activity and then analyze the impact on the continuity of the construction project. The author successfully identified as many as 81 risks from 11 possible risk sources in this project. To reduce the negative impact of the identified risks, the author suggests several risk mitigation strategies, such as retaining risk, reducing risk, transferring risk, and avoiding risk. These strategies can help manage uncertainties related to potential hazards in construction projects.
{"title":"MITIGASI RISIKO PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG LOBBY DAN RENOVASI FASAD TK DWIJENDRA DENPASAR","authors":"Ni Putu, Yunita Laura Vianthi, Arya Bagus, Mahadwijati Wijaatmaja, D. Made, Sukma Widiyani, A. Agung, Ayu Sri, Ratih Yulianasari","doi":"10.46650/anala.12.1.1522.46-56","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1522.46-56","url":null,"abstract":"This article discusses risk mitigation in the construction project of the lobby building and facade renovation of TK Dwijendra Denpasar. In this project, risk identification is crucial to understand the potential risks of each activity and then analyze the impact on the continuity of the construction project. The author successfully identified as many as 81 risks from 11 possible risk sources in this project. To reduce the negative impact of the identified risks, the author suggests several risk mitigation strategies, such as retaining risk, reducing risk, transferring risk, and avoiding risk. These strategies can help manage uncertainties related to potential hazards in construction projects.","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"25 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140411621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1502.27-34
Made Prarabda
Desa Adat Cemagi merupakan sebuah desa yang berlandaskan Hindu Bali. Desa ini memiliki keunikan yakni di wilayah dalam desa (karang desa) terdapat rumah ibadah non Hindu yaitu Gereja. Hal ini tentu menghasilkan berbagai pertanyaan, seperti bagaiman latar belakang keberadaan Gereja dan bagaimana hubungan antar masyarakat yang memiliki perbedaan budaya tersebut. Tujuan tulisan ini adalah untuk memahami keberagaman budaya pada latar desa yang secara karakteristik bersifat homogen (Hindu Bali). Hasil yang diperoleh yakni multikultural yang terjalin karena adanya aktivitas pada suatu ruang tertentu. Di ruang tersebut, interaksi antar manusia dan budaya terjalin dengan baik serta adanya kesadaran antar individu berkenaan dengan teritori (batas) zona yang bisa dimasuki antar budaya tersebut. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan paradigma naturalistik
{"title":"NILAI MULTIKULTURAL DAN TERITORIAL TERHADAP KEBERADAAN GEREJA KATOLIK DI DESA ADAT CEMAGI, MENGWI, BADUNG, BALI","authors":"Made Prarabda","doi":"10.46650/anala.12.1.1502.27-34","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1502.27-34","url":null,"abstract":"Desa Adat Cemagi merupakan sebuah desa yang berlandaskan Hindu Bali. Desa ini memiliki keunikan yakni di wilayah dalam desa (karang desa) terdapat rumah ibadah non Hindu yaitu Gereja. Hal ini tentu menghasilkan berbagai pertanyaan, seperti bagaiman latar belakang keberadaan Gereja dan bagaimana hubungan antar masyarakat yang memiliki perbedaan budaya tersebut. Tujuan tulisan ini adalah untuk memahami keberagaman budaya pada latar desa yang secara karakteristik bersifat homogen (Hindu Bali). Hasil yang diperoleh yakni multikultural yang terjalin karena adanya aktivitas pada suatu ruang tertentu. Di ruang tersebut, interaksi antar manusia dan budaya terjalin dengan baik serta adanya kesadaran antar individu berkenaan dengan teritori (batas) zona yang bisa dimasuki antar budaya tersebut. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan paradigma naturalistik","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"105 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140411098","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-02-29DOI: 10.46650/anala.12.1.1476.14-26
I. P. Hartawan, I. Gede, Surya Darmawan, Ni Putu, Siskha Pradnyaningrum, K. Kunci, Hotel, Bintang Lima, Pemanfaatan Ruang, Lingkungan Fisik
Berkembangnya suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata mempunyai pengaruh terhadap tata ruang, perekonomian, dan kehidupan sosial masyarakatnya. Hotel merupakan salah satu akomodasi wisata yang mempunyai peranan penting dalam kawasan wisata. Ubud terkenal dengan keunikan seni dan budayanya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Berkembangnya Ubud menjadi daerah tujuan wisata menyebabkan munculnya akomodasi pariwisata seperti penginapan, restoran, galeri, dan biro perjalanan. Penginapan di Kawasan Ubud Parawista terbagi menjadi beberapa tipe seperti homestay, villa, bungalow, dan hotel resort bintang lima. Hotel resort merupakan salah satu jenis penginapan yang paling banyak memakan lahan, karena beragam jenis fasilitas yang ditawarkan. Keberadaan hotel resort bintang lima di Kawasan Pariwisata Ubud tentunya memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Selain dampak positif, keberadaan hotel resort juga memberikan dampak negatif yaitu banyaknya ahli tata guna lahan dan adanya indikasi kerusakan lingkungan. Dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut apa implikasinya terhadap lingkungan fisik di Kawasan Pariwisata Ubud. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang menggambarkan fenomena apa adanya, teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara dan studi literatur dari instansi terkait. Temuan penelitian ini adalah pembangunan hotel resort di Kawasan Pariwisata Ubud tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan fisik disekitarnya.
{"title":"KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG HOTEL BINTANG LIMA TERHADAP LINGKUNGAN FISIK PADA KAWASAN PARIWISATA UBUD","authors":"I. P. Hartawan, I. Gede, Surya Darmawan, Ni Putu, Siskha Pradnyaningrum, K. Kunci, Hotel, Bintang Lima, Pemanfaatan Ruang, Lingkungan Fisik","doi":"10.46650/anala.12.1.1476.14-26","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.12.1.1476.14-26","url":null,"abstract":"Berkembangnya suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata mempunyai pengaruh terhadap tata ruang, perekonomian, dan kehidupan sosial masyarakatnya. Hotel merupakan salah satu akomodasi wisata yang mempunyai peranan penting dalam kawasan wisata. Ubud terkenal dengan keunikan seni dan budayanya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Berkembangnya Ubud menjadi daerah tujuan wisata menyebabkan munculnya akomodasi pariwisata seperti penginapan, restoran, galeri, dan biro perjalanan. Penginapan di Kawasan Ubud Parawista terbagi menjadi beberapa tipe seperti homestay, villa, bungalow, dan hotel resort bintang lima. Hotel resort merupakan salah satu jenis penginapan yang paling banyak memakan lahan, karena beragam jenis fasilitas yang ditawarkan. Keberadaan hotel resort bintang lima di Kawasan Pariwisata Ubud tentunya memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Selain dampak positif, keberadaan hotel resort juga memberikan dampak negatif yaitu banyaknya ahli tata guna lahan dan adanya indikasi kerusakan lingkungan. Dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut apa implikasinya terhadap lingkungan fisik di Kawasan Pariwisata Ubud. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang menggambarkan fenomena apa adanya, teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara dan studi literatur dari instansi terkait. Temuan penelitian ini adalah pembangunan hotel resort di Kawasan Pariwisata Ubud tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan fisik disekitarnya.","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140414378","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.46650/anala.11.2.1456.58-67
None Putu Gede Wahyu Satya Nugraha, None Km. Deddy Endra Prasandya, None Cok Istri Ratna Sari Dewi
Kelompok Nelayan Wana Segara Alaslinggah (KNWSA) ini terletak di dalam lingkungan Banjar Bualu, Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan. Kegiatan yang dilakukan mitra antara lain: penangkapan ikan yang berkelanjutan, melakukan penangkapan yang ramah lingkungan, melakukan pemeliharaan tanaman mangrove, mengembangkan potensi kelautan dalam mendukung pariwisata nelayan, Selain itu anggota KNWSA juga memiliki simpanan pokok dan simpanan wajib yang digunakan untuk memberikan bantuan dana bagi usaha anggota yang membutuhkan pinjaman. Sebagai mitra, KNWSA ini melalui perwakilannya memohon bantuan kepada Univesitas Warmadewa untuk merencanakan dan mengembangkan lahan mangrove yang ada menjadi kawasan ekowisata mangrove. Rencananya kawasan ekowisata mangrove ini bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove dan ekosistemnya. Selain itu kegiatan wisata ini dapat menjadi pemasukan tambahan bagi mitra dan membantu biaya operasional dalam melestarikan hutan mangrove. Berdasarkan survey awal Tim PKM ditemukan beberapa permasalahan di lapangan antara lain: 1) Belum memiliki perencanaan atau masterplan tentang fasilitas ekowisata yang akan dibangun dan desain infrastruktur yang memadai seperti bangunan kantor, information center dan penataan lanskap, 2) Belum banyak yang mengetahui tentang lokasi hutan mangrove dan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Faktor utamanya yang terlihat jelas adalah akses masuk yang belum memadai, tidak adanya entrance gate dan signage, serta belum adanya lahan parkir untuk kendaraan pengunjung, 3) Kurangnya keahlian anggota untuk melakukan pembukuan simpanan wajib dan simpanan pokok milik anggota mitra sehingga sering terjadi kekeliruan dalam perhitungan pembukuan.. Solusi yang ditawarkan dari permasalahan tersebut yaitu: 1) Membuat gambar rencana masterplan fasilitas ekowisata mangrove, 2) Membuat desain akses masuk berupa jalan, entrance gate dan fasilitas pendukung berupa area parkir,3) Memberikan pelatihan dalam melakukan pembukuan mengenai simpanan wajib dan simpanan pokok milik anggota
{"title":"PENGEMBANGAN FASILITAS KONSERVASI BERBASIS EKOWISATA PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DI LINGKUNGAN BANJAR BUALU, KELURAHAN BENOA","authors":"None Putu Gede Wahyu Satya Nugraha, None Km. Deddy Endra Prasandya, None Cok Istri Ratna Sari Dewi","doi":"10.46650/anala.11.2.1456.58-67","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.11.2.1456.58-67","url":null,"abstract":"Kelompok Nelayan Wana Segara Alaslinggah (KNWSA) ini terletak di dalam lingkungan Banjar Bualu, Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan. Kegiatan yang dilakukan mitra antara lain: penangkapan ikan yang berkelanjutan, melakukan penangkapan yang ramah lingkungan, melakukan pemeliharaan tanaman mangrove, mengembangkan potensi kelautan dalam mendukung pariwisata nelayan, Selain itu anggota KNWSA juga memiliki simpanan pokok dan simpanan wajib yang digunakan untuk memberikan bantuan dana bagi usaha anggota yang membutuhkan pinjaman. Sebagai mitra, KNWSA ini melalui perwakilannya memohon bantuan kepada Univesitas Warmadewa untuk merencanakan dan mengembangkan lahan mangrove yang ada menjadi kawasan ekowisata mangrove. Rencananya kawasan ekowisata mangrove ini bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove dan ekosistemnya. Selain itu kegiatan wisata ini dapat menjadi pemasukan tambahan bagi mitra dan membantu biaya operasional dalam melestarikan hutan mangrove. Berdasarkan survey awal Tim PKM ditemukan beberapa permasalahan di lapangan antara lain: 1) Belum memiliki perencanaan atau masterplan tentang fasilitas ekowisata yang akan dibangun dan desain infrastruktur yang memadai seperti bangunan kantor, information center dan penataan lanskap, 2) Belum banyak yang mengetahui tentang lokasi hutan mangrove dan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Faktor utamanya yang terlihat jelas adalah akses masuk yang belum memadai, tidak adanya entrance gate dan signage, serta belum adanya lahan parkir untuk kendaraan pengunjung, 3) Kurangnya keahlian anggota untuk melakukan pembukuan simpanan wajib dan simpanan pokok milik anggota mitra sehingga sering terjadi kekeliruan dalam perhitungan pembukuan.. Solusi yang ditawarkan dari permasalahan tersebut yaitu: 1) Membuat gambar rencana masterplan fasilitas ekowisata mangrove, 2) Membuat desain akses masuk berupa jalan, entrance gate dan fasilitas pendukung berupa area parkir,3) Memberikan pelatihan dalam melakukan pembukuan mengenai simpanan wajib dan simpanan pokok milik anggota","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135296000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.46650/anala.11.2.1455.51-57
None Ar. Ir. I Wayan Wirya Sastrawan, S.T., M.Sc., None Ar. Ir. I Gede Surya Darmawan, S.T., M.T., None Ir. I Wayan Widanan, S.T., MPM.
Pura Luhur Andakasa adalah salah satu pura bagian dari Sad Khayangan yang ada di Bali. Pura ini terletak di Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini terletak di dataran tinggi lebih dari 200 mdpl. Sebelum mencapai Pura Luhur Andakasa, para pemedek akan menjumpai Pura-Pura Penataran dibawahnya. Pura-pura ini kemudian disebut Pura Penataran di kawasan Andakasa. Seperti Pura Tirta Mas dan Pura Pasar Agung. Pada kedua pura ini, penataan pura berdasarkan konsep Tri Mandala belum terlihat jelas antara area Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala.
Dengan kondisi eksisting kedua pura tersebut, ada keinginan dari pengempon pura terutama untuk kembali menata dan melengkapi fasilitas pura sehingga dapat berfungsi dengan semestinya. Oleh sebab itu dengan adanya rencana penataan kembali Pura Tirta Mas dan Pura Pasar Agung, maka diperlukan gambar masterplan dan Detail Engineering Design (DED) yang terencana dengan baik. Sehingga diharapkan dengan adanya gambar tersebut dapat membantu pengempon pura pada proses penataan selanjutnya, sekaligus bila diperlukan dapat dijadikan kelengkapan pada pengajuan proposal penggalian dana.
{"title":"PERENCANAAN PENATAAN PURA TIRTA MAS DAN PURA PASAR AGUNG SEBAGAI PETANDA AREAL SUCI DI KAWASAN PURA SAD KAHYANGAN LUHUR ANDAKASA, KARANGASEM","authors":"None Ar. Ir. I Wayan Wirya Sastrawan, S.T., M.Sc., None Ar. Ir. I Gede Surya Darmawan, S.T., M.T., None Ir. I Wayan Widanan, S.T., MPM.","doi":"10.46650/anala.11.2.1455.51-57","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.11.2.1455.51-57","url":null,"abstract":"Pura Luhur Andakasa adalah salah satu pura bagian dari Sad Khayangan yang ada di Bali. Pura ini terletak di Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini terletak di dataran tinggi lebih dari 200 mdpl. Sebelum mencapai Pura Luhur Andakasa, para pemedek akan menjumpai Pura-Pura Penataran dibawahnya. Pura-pura ini kemudian disebut Pura Penataran di kawasan Andakasa. Seperti Pura Tirta Mas dan Pura Pasar Agung. Pada kedua pura ini, penataan pura berdasarkan konsep Tri Mandala belum terlihat jelas antara area Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala.
 Dengan kondisi eksisting kedua pura tersebut, ada keinginan dari pengempon pura terutama untuk kembali menata dan melengkapi fasilitas pura sehingga dapat berfungsi dengan semestinya. Oleh sebab itu dengan adanya rencana penataan kembali Pura Tirta Mas dan Pura Pasar Agung, maka diperlukan gambar masterplan dan Detail Engineering Design (DED) yang terencana dengan baik. Sehingga diharapkan dengan adanya gambar tersebut dapat membantu pengempon pura pada proses penataan selanjutnya, sekaligus bila diperlukan dapat dijadikan kelengkapan pada pengajuan proposal penggalian dana.","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135296002","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The arrangement of coastal areas as tourist attractions in Medana Village, Tanjung subdistrict, North Lombok Regency has been massively developed in line with the economic revival of North Lombok after the devastating earthquake in 2018 and Covid-19 in 2020. Bintang Beach is one of the tourist destinations. Local mainstays along the Medane coastal area with infrastructure built in 2016 were also affected by the earthquake, it is necessary to reorganize the area so that it becomes vital again and can be integrated with the coastal area to the north and fishermen's settlements to the south. The problems studied in this research are direction and concept of structuring coastal areas based on fishing communities, as well as the design of structuring models that can be applied as a basic reference for restructuring areas in future development. The method used is Qualitative Descriptive with primary data collection techniques using direct site surveys, and secondary data in the form of related policy references. Analysis is carried out by exploring the potential of the area through a tourism component approach, and SWOT analysis to project facility needs and tourism sustainability strategies. The concept results obtained were 8 regional planning concepts. The model design a regional master plan with a fishing community-based approach.
{"title":"Penataan Kawasan Wisata Pantai Berbasis Komunitas Nelayan di Pantai Bintang Kabupaten Lombok Utara","authors":"Pascaghana Jayatri, None Zaedar Gazalba, ST., MT., None Giska Ayu Pradana Putri Kamase, ST., None Fauza Hastati, ST., MT., None Aldhi Nugraha Anantama, S. Arch., M.Arch.","doi":"10.46650/anala.11.2.1457.1-12","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.11.2.1457.1-12","url":null,"abstract":"The arrangement of coastal areas as tourist attractions in Medana Village, Tanjung subdistrict, North Lombok Regency has been massively developed in line with the economic revival of North Lombok after the devastating earthquake in 2018 and Covid-19 in 2020. Bintang Beach is one of the tourist destinations. Local mainstays along the Medane coastal area with infrastructure built in 2016 were also affected by the earthquake, it is necessary to reorganize the area so that it becomes vital again and can be integrated with the coastal area to the north and fishermen's settlements to the south. The problems studied in this research are direction and concept of structuring coastal areas based on fishing communities, as well as the design of structuring models that can be applied as a basic reference for restructuring areas in future development. The method used is Qualitative Descriptive with primary data collection techniques using direct site surveys, and secondary data in the form of related policy references. Analysis is carried out by exploring the potential of the area through a tourism component approach, and SWOT analysis to project facility needs and tourism sustainability strategies. The concept results obtained were 8 regional planning concepts. The model design a regional master plan with a fishing community-based approach.","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135296007","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.46650/anala.11.2.1458.40-50
None Pande Putu Dwi Novigga Artha, None Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri, None Putu Ayu Sita Laksmi
Desa Pejeng Kaja terletak di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar merupakan sebuah desa yang kaya akan potensi alam dan peninggalan cagar budaya. Melihat bagaimana potensi peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali, dan adanya kebijakan pembangunan pariwisata berbasis desa, Desa Pejeng Kaja melalui pemerintahan desa berupaya mengarahkan pengembangan desa menjadi sebuah destinasi wisata dengan mengembangkan titik-titik potensi wisata alam & budaya yang ada di wilayah Desa. Berdasarkan hasil analisis studi kelayakan tahun 2022 desa Pejeng Kaja memiliki 9 subak dan banyak pura cagar budaya. Sehingga dalam perancangan masterplan terdapat beberapa fasilitas yang diusulkan antara lain jalan tani, pengembangan pura dan revitalisasi pasar. Berdasarkan urgensi pengadaan maka dipilihlah pengadaan pasar menjadi fokus pengabdian tahun 2023. Pasar merupakan tempat berputarnya roda ekonomi, standar kesejahteraan dan sekaligus menjadi identitas kawasan. Revitalisasi pasar Desa Pejeng Kaja akan mejadi pasar masyarakat sekaligus pasar kerajinan dan oleh oleh sehinga diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat dengan pengelolaan menjadi bagian dari Bundes. Luaran dari pengabdian ini adalah gamabr konsep Pasar di Desa Pejeng Kaja dan Penyuluhan terkiat Strategi Perningkatan Ekonomi Pelaku UMKM melalui Pembukaan Pasar Rakyat. Tujuan dari pengabdian ini selain memberikan fasilitas juga memberikan edukasi terkait pengembangan desa menjadi desa wisata yang mandiri
{"title":"Pendampingan Masyarakat Dalam Perancangan Pasar Di Desa Pejeng Kaja Sebagai Penunjang Desa Wisata","authors":"None Pande Putu Dwi Novigga Artha, None Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri, None Putu Ayu Sita Laksmi","doi":"10.46650/anala.11.2.1458.40-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.46650/anala.11.2.1458.40-50","url":null,"abstract":"Desa Pejeng Kaja terletak di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar merupakan sebuah desa yang kaya akan potensi alam dan peninggalan cagar budaya. Melihat bagaimana potensi peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali, dan adanya kebijakan pembangunan pariwisata berbasis desa, Desa Pejeng Kaja melalui pemerintahan desa berupaya mengarahkan pengembangan desa menjadi sebuah destinasi wisata dengan mengembangkan titik-titik potensi wisata alam & budaya yang ada di wilayah Desa. Berdasarkan hasil analisis studi kelayakan tahun 2022 desa Pejeng Kaja memiliki 9 subak dan banyak pura cagar budaya. Sehingga dalam perancangan masterplan terdapat beberapa fasilitas yang diusulkan antara lain jalan tani, pengembangan pura dan revitalisasi pasar. Berdasarkan urgensi pengadaan maka dipilihlah pengadaan pasar menjadi fokus pengabdian tahun 2023. Pasar merupakan tempat berputarnya roda ekonomi, standar kesejahteraan dan sekaligus menjadi identitas kawasan. Revitalisasi pasar Desa Pejeng Kaja akan mejadi pasar masyarakat sekaligus pasar kerajinan dan oleh oleh sehinga diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat dengan pengelolaan menjadi bagian dari Bundes. Luaran dari pengabdian ini adalah gamabr konsep Pasar di Desa Pejeng Kaja dan Penyuluhan terkiat Strategi Perningkatan Ekonomi Pelaku UMKM melalui Pembukaan Pasar Rakyat. Tujuan dari pengabdian ini selain memberikan fasilitas juga memberikan edukasi terkait pengembangan desa menjadi desa wisata yang mandiri","PeriodicalId":489132,"journal":{"name":"Jurnal Anala","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135296011","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}