This article seeks to examine the dynamics of the Islamic political movement in East Java, with a specific emphasis on the influence wielded by the Islamic community originating from pesantren in the context of the 2024 General Election (Pemilu). Employing a qualitative approach and drawing upon data from relevant literature and current media sources related to the election year, this research scrutinizes the active role of pesantren communities in shaping and influencing the political opinions of the Islamic community in East Java. The analysis conducted encompasses significant factors such as fatwas issued by religious scholars, political education within pesantren, and the influence of religious figures who play a pivotal role in shaping the political views and preferences of Islamic voters. Concurrently, this article also delves into how the pesantren community interacts, both through collaboration and competition, with other political groups to sway the outcomes of the 2024 General Election. The findings of this article suggest that the loyalty of Santri voters and pesantren, with their unwavering allegiance, surpasses that of Abangan and nationalist groups. Therefore, the role and influence of the Islamic community from pesantren in East Java occupy a significant and influential position in the dynamics of politics during the 2024 General Election. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dinamika gerakan politik Islam di Jawa Timur, dengan penekanan khusus pada pengaruh yang dimiliki oleh komunitas Islam yang berasal dari pesantren dalam konteks Pemilihan Umum 2024. Dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan data dari literatur relevan serta sumber media terkini terkait tahun pemilihan, penelitian ini mengulas peran aktif komunitas pesantren dalam membentuk dan memengaruhi opini politik komunitas Islam di Jawa Timur. Analisis yang dilakukan melibatkan faktor-faktor signifikan seperti fatwa yang dikeluarkan oleh ulama, pendidikan politik di pesantren, dan pengaruh tokoh agama yang memainkan peran kunci dalam membentuk pandangan politik dan preferensi pemilih Islam. Secara bersamaan, artikel ini juga menjelajahi bagaimana komunitas pesantren berinteraksi, baik melalui kolaborasi maupun kompetisi, dengan kelompok politik lain untuk memengaruhi hasil Pemilihan Umum 2024. Temuan dari artikel ini menunjukkan bahwa loyalitas pemilih Santri dan pesantren, dengan kesetiaan yang kuat, melampaui kelompok Abangan dan nasionalis. Oleh karena itu, peran dan pengaruh komunitas Islam dari pesantren di Jawa Timur memiliki posisi yang signifikan dan berpengaruh dalam dinamika politik selama Pemilihan Umum 2024.
{"title":"Dynamics of the Islamic Political Movement","authors":"Pramuja Yudha Pratama Pratama, Muhammad Badri Habibi Habibi, Ratih Kusuma Ningtias","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.145","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.145","url":null,"abstract":"This article seeks to examine the dynamics of the Islamic political movement in East Java, with a specific emphasis on the influence wielded by the Islamic community originating from pesantren in the context of the 2024 General Election (Pemilu). Employing a qualitative approach and drawing upon data from relevant literature and current media sources related to the election year, this research scrutinizes the active role of pesantren communities in shaping and influencing the political opinions of the Islamic community in East Java. The analysis conducted encompasses significant factors such as fatwas issued by religious scholars, political education within pesantren, and the influence of religious figures who play a pivotal role in shaping the political views and preferences of Islamic voters. Concurrently, this article also delves into how the pesantren community interacts, both through collaboration and competition, with other political groups to sway the outcomes of the 2024 General Election. The findings of this article suggest that the loyalty of Santri voters and pesantren, with their unwavering allegiance, surpasses that of Abangan and nationalist groups. Therefore, the role and influence of the Islamic community from pesantren in East Java occupy a significant and influential position in the dynamics of politics during the 2024 General Election.\u0000Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dinamika gerakan politik Islam di Jawa Timur, dengan penekanan khusus pada pengaruh yang dimiliki oleh komunitas Islam yang berasal dari pesantren dalam konteks Pemilihan Umum 2024. Dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan data dari literatur relevan serta sumber media terkini terkait tahun pemilihan, penelitian ini mengulas peran aktif komunitas pesantren dalam membentuk dan memengaruhi opini politik komunitas Islam di Jawa Timur. Analisis yang dilakukan melibatkan faktor-faktor signifikan seperti fatwa yang dikeluarkan oleh ulama, pendidikan politik di pesantren, dan pengaruh tokoh agama yang memainkan peran kunci dalam membentuk pandangan politik dan preferensi pemilih Islam. Secara bersamaan, artikel ini juga menjelajahi bagaimana komunitas pesantren berinteraksi, baik melalui kolaborasi maupun kompetisi, dengan kelompok politik lain untuk memengaruhi hasil Pemilihan Umum 2024. Temuan dari artikel ini menunjukkan bahwa loyalitas pemilih Santri dan pesantren, dengan kesetiaan yang kuat, melampaui kelompok Abangan dan nasionalis. Oleh karena itu, peran dan pengaruh komunitas Islam dari pesantren di Jawa Timur memiliki posisi yang signifikan dan berpengaruh dalam dinamika politik selama Pemilihan Umum 2024.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"100 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140475594","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi gerakan ekofeminisme spiritual dalam upaya menolak tambang oleh perempuan adat Mollo, Nusa Tenggara Timir. Gerakan perlindungan lingkungan yang dilakukan para perempuan Mollo menunjukkan bahwa posisi perempuan dan alam adalah setara. Posisi yang setara ini ditunjukkan melalui gerakan perlawanan dalam melindungi lingkungan dari perusahaan tambang (kapital) yang berupaya mendominasi alam Mollo, Timor Tengah Selatan, NTT. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan mengacu pada model analisis B. Miles dan Michael Huberman. Dampak kerusakan pada alam yang diakibatkan oleh eksploitasi eksktraktif ala kapitalisme juga berdampak negatif pada perempuan, dan memperlihatkan dominasi maskulinitas atas femininitas di wilayah Mollo. Posisi setara antara perempuan dan alam serta hubungan eratnya menjadi alasan untuk memulai gerakan perlawanan. Gerakan perlawanan yang dilakukan para perempuan adat Mollo menjadi salah satu representasi gerakan Ekofeminisme Spiritualis di Indonesia yang merespons dan menolak eksploitasi alam. Prinsip-prinsip yang diyakini perempuan Mollo mencerminkan pemikiran Ekofeminisme Spiritualis dan dijadikan landasan gerakan untuk menolak tambang marmer. Prinsip tersebut berupa praktik spiritualitas berbasis bumi dan adanya konsep keterhubungan pikiran, tubuh, dan alam.
本文旨在阐述东努沙登加拉莫洛(Mollo)土著妇女为反对采矿而开展的精神生态女性主义运动。莫洛妇女开展的环境保护运动表明,妇女与大自然的地位是平等的。这种平等地位通过保护环境的抵抗运动得以体现,这些运动的目的是抵制试图主宰东帝汶中南部莫尔洛自然环境的采矿公司(资本)。本研究采用的研究方法是描述性分析法,参考了 B. Miles 和 Michael Huberman 的分析模型。Miles 和 Michael Huberman 的分析模型。资本主义风格的采掘开发对自然造成的破坏也对妇女产生了负面影响,这表明在莫洛地区男性对女性的主导地位。妇女与大自然之间的平等地位及其密切关系是发起抵抗运动的原因。莫洛土著妇女开展的抵抗运动是印度尼西亚精神主义生态女性主义运动的一个代表,它回应并反对对大自然的开发。莫洛妇女信奉的原则反映了灵性主义生态女性主义思想,并被用作反对开采大理石运动的基础。这些原则包括以地球为基础的灵性实践以及心灵、身体和自然相互联系的概念。
{"title":"Ekofeminisme Spritiualis pada Gerakan Perempuan Adat dalam Menolak Tambang Marmer di Mollo, Nusa Tenggara Timur","authors":"Cindy Parastasia","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.144","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.144","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi gerakan ekofeminisme spiritual dalam upaya menolak tambang oleh perempuan adat Mollo, Nusa Tenggara Timir. Gerakan perlindungan lingkungan yang dilakukan para perempuan Mollo menunjukkan bahwa posisi perempuan dan alam adalah setara. Posisi yang setara ini ditunjukkan melalui gerakan perlawanan dalam melindungi lingkungan dari perusahaan tambang (kapital) yang berupaya mendominasi alam Mollo, Timor Tengah Selatan, NTT. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan mengacu pada model analisis B. Miles dan Michael Huberman. Dampak kerusakan pada alam yang diakibatkan oleh eksploitasi eksktraktif ala kapitalisme juga berdampak negatif pada perempuan, dan memperlihatkan dominasi maskulinitas atas femininitas di wilayah Mollo. Posisi setara antara perempuan dan alam serta hubungan eratnya menjadi alasan untuk memulai gerakan perlawanan. Gerakan perlawanan yang dilakukan para perempuan adat Mollo menjadi salah satu representasi gerakan Ekofeminisme Spiritualis di Indonesia yang merespons dan menolak eksploitasi alam. Prinsip-prinsip yang diyakini perempuan Mollo mencerminkan pemikiran Ekofeminisme Spiritualis dan dijadikan landasan gerakan untuk menolak tambang marmer. Prinsip tersebut berupa praktik spiritualitas berbasis bumi dan adanya konsep keterhubungan pikiran, tubuh, dan alam.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"503 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140479774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abdul Salam Noh Se Ik, Syaikhoni Jazuli, Siti Rohmah, Nur Chanifah
The growth of Islam as a minority group in South Korea necessitates various efforts to ensure that the Muslim community is accepted as part of the broader societal framework. The recent indications of Islamophobia in Korea further emphasize the need to shape a positive image of Islam within Korean society. Fear and expressions of hatred towards Islam and Muslims can emerge as a result of misunderstanding, stereotypes, or misinformation. This article proposes the application of representative Islamic principles to foster positive relationships with the surrounding community. These principles include the principles of peace, multiculturalism, and the concept of rahmatan lil alamin (universal mercy). The implementation of these principles can serve as a foundation for Muslims to be accepted and coexist harmoniously with other groups. This is expected to provide a deeper understanding of the values of Islam as a conceptual framework for promoting harmony in a society characterized by cultural and religious diversity. Pertumbuhan Islam sebagai kelompok minoritas di Korea Selatan menuntut perlunya berbagai upaya agar umat Islam diterima sebagai bagian dari kerangka sosial yang lebih luas. Adanya indikasi Islamopobia di Korea belakangan ini semakin menegaskan perlunya membentuk citra positif tentang Islam dalam masyarakat Korea. Ketakutan dan ekspresi kebencian terhadap Islam dan umat Muslim, dapat muncul sebagai hasil dari ketidakpahaman, stereotip, atau informasi yang salah. Artikel ini mengusulkan penerapan prinsip-prinsip Islam yang representatif untuk membentuk hubungan positif dengan masyarakat sekitar. Prinsip-prinsip ini mencakup prinsip perdamaian, multikulturalisme, dan konsep rahmatan lil alamin (rahmat universal). Implementasi prinsip-prinsip ini dapat menjadi dasar bagi umat Islam untuk diterima dan hidup berdampingan secara harmonis dengan kelompok lain. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai Islam sebagai kerangka konseptual dalam mempromosikan harmoni dalam masyarakat yang ditandai oleh keberagaman budaya dan agama.
伊斯兰教作为一个少数群体在韩国的发展,需要做出各种努力,确保穆斯林群体作为更广泛的社会框架的一部分而被接受。最近在韩国出现的仇视伊斯兰教的现象进一步强调了在韩国社会中塑造伊斯兰教正面形象的必要性。误解、刻板印象或错误信息都可能导致对伊斯兰教和穆斯林的恐惧和仇恨。本文建议应用具有代表性的伊斯兰原则来促进与周围社区的积极关系。这些原则包括和平原则、多元文化原则和 rahmatan lil alamin(普世慈悲)概念。这些原则的实施可以作为穆斯林被其他群体接受并与之和谐共处的基础。伊斯兰教作为一个少数民族群体在韩国的发展,要求我们努力使穆斯林作为更广泛的社会框架的一部分而被接受。最近在韩国出现的仇视伊斯兰教的现象进一步强调了在韩国社会塑造伊斯兰教正面形象的必要性。由于误解、刻板印象或错误信息,可能会产生对伊斯兰教和穆斯林的恐惧和仇恨。本文建议应用具有代表性的伊斯兰原则,与周围社区建立积极的关系。这些原则包括和平原则、多元文化原则和 rahmatan lil alamin(普世慈悲)概念。这些原则的实施可以成为穆斯林被其他群体接受并与之和谐共处的基础。预计这将使人们更深入地了解伊斯兰价值观,将其作为促进文化和宗教多样性社会和谐的概念框架。
{"title":"Principles of Islam and Social Integration","authors":"Abdul Salam Noh Se Ik, Syaikhoni Jazuli, Siti Rohmah, Nur Chanifah","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.146","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.146","url":null,"abstract":"The growth of Islam as a minority group in South Korea necessitates various efforts to ensure that the Muslim community is accepted as part of the broader societal framework. The recent indications of Islamophobia in Korea further emphasize the need to shape a positive image of Islam within Korean society. Fear and expressions of hatred towards Islam and Muslims can emerge as a result of misunderstanding, stereotypes, or misinformation. This article proposes the application of representative Islamic principles to foster positive relationships with the surrounding community. These principles include the principles of peace, multiculturalism, and the concept of rahmatan lil alamin (universal mercy). The implementation of these principles can serve as a foundation for Muslims to be accepted and coexist harmoniously with other groups. This is expected to provide a deeper understanding of the values of Islam as a conceptual framework for promoting harmony in a society characterized by cultural and religious diversity.\u0000Pertumbuhan Islam sebagai kelompok minoritas di Korea Selatan menuntut perlunya berbagai upaya agar umat Islam diterima sebagai bagian dari kerangka sosial yang lebih luas. Adanya indikasi Islamopobia di Korea belakangan ini semakin menegaskan perlunya membentuk citra positif tentang Islam dalam masyarakat Korea. Ketakutan dan ekspresi kebencian terhadap Islam dan umat Muslim, dapat muncul sebagai hasil dari ketidakpahaman, stereotip, atau informasi yang salah. Artikel ini mengusulkan penerapan prinsip-prinsip Islam yang representatif untuk membentuk hubungan positif dengan masyarakat sekitar. Prinsip-prinsip ini mencakup prinsip perdamaian, multikulturalisme, dan konsep rahmatan lil alamin (rahmat universal). Implementasi prinsip-prinsip ini dapat menjadi dasar bagi umat Islam untuk diterima dan hidup berdampingan secara harmonis dengan kelompok lain. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai Islam sebagai kerangka konseptual dalam mempromosikan harmoni dalam masyarakat yang ditandai oleh keberagaman budaya dan agama.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"51 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140481267","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Nazir Alias, Fadhil Achmad Agus Bahari, Muhammad Riza Salsabila Bahar, Moh Sirojul Munir
The use of Yemeni Hadith on social media in the midst of the Hamas-Israel war has raised several issues. This article comes as a response to this phenomenon and answers the various issues surrounding it. As a desk research, this article uses written data as its source, in the form of Yemeni hadith posts on Instagram and TikTok, hadith commentaries, and data related to the geo-politics of the Middle East. Using content analysis, this article explores, selects, categorises and analyses the written documented data. Using a discourse analysis approach with the paradigm of constructivism, that is, by placing the Yemeni hadith post as something that was fabricated by its author with certain motives. This article therefore seeks to answer the question: how does the understanding of the Yemeni hadith in the post shift from the authoritative understanding and what is behind the post? The results found that the post shows the uploader's incompetence in hadith scholarship and Middle Eastern geopolitics, which makes the interpretation of the Yemeni hadith biased and frames the reader to believe the Yemeni Houthi group as the interpretation of the hadith without considering their political interests. In addition, the uploader's motive is purely a response or concern for humanitarian issues in Palestine.
{"title":"Hadis Yaman Di Tengah Perang Hamas-Israel","authors":"Muhammad Nazir Alias, Fadhil Achmad Agus Bahari, Muhammad Riza Salsabila Bahar, Moh Sirojul Munir","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.140","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.140","url":null,"abstract":"The use of Yemeni Hadith on social media in the midst of the Hamas-Israel war has raised several issues. This article comes as a response to this phenomenon and answers the various issues surrounding it. As a desk research, this article uses written data as its source, in the form of Yemeni hadith posts on Instagram and TikTok, hadith commentaries, and data related to the geo-politics of the Middle East. Using content analysis, this article explores, selects, categorises and analyses the written documented data. Using a discourse analysis approach with the paradigm of constructivism, that is, by placing the Yemeni hadith post as something that was fabricated by its author with certain motives. This article therefore seeks to answer the question: how does the understanding of the Yemeni hadith in the post shift from the authoritative understanding and what is behind the post? The results found that the post shows the uploader's incompetence in hadith scholarship and Middle Eastern geopolitics, which makes the interpretation of the Yemeni hadith biased and frames the reader to believe the Yemeni Houthi group as the interpretation of the hadith without considering their political interests. In addition, the uploader's motive is purely a response or concern for humanitarian issues in Palestine.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"2 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140489332","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abdullah Hamdani Husain, Bahrevy Ahmad, Muhamad Syauqi Mubarok, Muhammad Aniq Hasan Albana
Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendalami penemuan genom manusia tahun 1998 yang membuka wawasan mendalam terhadap kodifikasi genetik, memicu perdebatan antara pengetahuan ilmiah dan keyakinan agama, khususnya dalam Islam. Dalam artikel ini dieksplorasi pandangan Islam terhadap Eugenika, terutama dalam menghadapi perkembangan konsep eugenika dan isu-isu etis yang terkait. Sejarah Eugenika dari Yunani kuno hingga implementasi tragis oleh rezim Nazi Jerman menciptakan konteks yang kompleks. Pandangan agama Islam, berfokus pada larangan membunuh anak-anak dan kompleksitas etika pengguguran janin. Al-Quran menegaskan bahwa ketakutan akan kemiskinan bukan alasan sah untuk mengakhiri kehidupan. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan penelitian kepustakaan dengan memanfaatkan perbandingan, perbedaan, dan titik korvengensi potensial dalam pemikiran merka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dibahas perbedaan pandangan ulama terkait etika dan kontroversi seputar Eugenika dalam rangka rekayasa genetika. Terdapat perbedaan dalam memberikan kebolehan tergantung usia janin, menciptakan landasan diskusi yang kompleks dalam kerangka hukum Islam. Pandangan Islam terhadap Eugenika mencerminkan keragaman interpretasi ulama. Sebagian besar menyatakan keharaman, mencocokkan prinsip syariah dengan ketidakpastian dampak genetik. Sementara ada yang memberikan kebolehan, pandangan ini masih memerlukan pertimbangan etis yang mendalam. Penulisan artikel bertujuan untuk menggambarkan kompleksitas integrasi pengetahuan genetika dan nilai-nilai agama dalam menghadapi tantangan genetika kontemporer. Kata Kunci Eugenika; Islam; Etika; Perspektif;
{"title":"Eugenika dalam Pandangan Agama Sebuah Tantangan Etis dalam Islam","authors":"Abdullah Hamdani Husain, Bahrevy Ahmad, Muhamad Syauqi Mubarok, Muhammad Aniq Hasan Albana","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.141","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.141","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Artikel ini bertujuan untuk mendalami penemuan genom manusia tahun 1998 yang membuka wawasan mendalam terhadap kodifikasi genetik, memicu perdebatan antara pengetahuan ilmiah dan keyakinan agama, khususnya dalam Islam. Dalam artikel ini dieksplorasi pandangan Islam terhadap Eugenika, terutama dalam menghadapi perkembangan konsep eugenika dan isu-isu etis yang terkait. Sejarah Eugenika dari Yunani kuno hingga implementasi tragis oleh rezim Nazi Jerman menciptakan konteks yang kompleks. Pandangan agama Islam, berfokus pada larangan membunuh anak-anak dan kompleksitas etika pengguguran janin. Al-Quran menegaskan bahwa ketakutan akan kemiskinan bukan alasan sah untuk mengakhiri kehidupan. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan penelitian kepustakaan dengan memanfaatkan perbandingan, perbedaan, dan titik korvengensi potensial dalam pemikiran merka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dibahas perbedaan pandangan ulama terkait etika dan kontroversi seputar Eugenika dalam rangka rekayasa genetika. Terdapat perbedaan dalam memberikan kebolehan tergantung usia janin, menciptakan landasan diskusi yang kompleks dalam kerangka hukum Islam. Pandangan Islam terhadap Eugenika mencerminkan keragaman interpretasi ulama. Sebagian besar menyatakan keharaman, mencocokkan prinsip syariah dengan ketidakpastian dampak genetik. Sementara ada yang memberikan kebolehan, pandangan ini masih memerlukan pertimbangan etis yang mendalam. Penulisan artikel bertujuan untuk menggambarkan kompleksitas integrasi pengetahuan genetika dan nilai-nilai agama dalam menghadapi tantangan genetika kontemporer. \u0000Kata Kunci \u0000Eugenika; Islam; Etika; Perspektif;","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140495354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Toleransi beragama adalah aspek penting dalam masyarakat multikultural saat ini. Dalam era digital dan media sosial, platform-platform seperti Instagram menjadi ruang yang signifikan untuk menyuarakan pesan toleransi dan dialog antar agama. Penelitian ini mengeksplorasi perspektif cadar garis lucu di Instagram terkait isu toleransi beragama. Dengan mengamati konten-konten kreatif, humoris, dan edukatif yang disajikan oleh para pengguna Instagram dengan cadar, penelitian ini memeriksa bagaimana mereka berkontribusi pada promosi toleransi beragama. Metode jenis penelitian netnografi-kepustakaan (library research) menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan content analysis (analisa konten) dari postingan-postingan Instagram Cadar Garis Lucu terkait toleransi beragama. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan tiga alur secara bersamaan yaitu reduksi, visualisasi, dan verifikasi (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengguna cadar garis lucu di Instagram menghadirkan pesan toleransi dengan pendekatan yang kreatif dan humoris, yang mampu menarik perhatian pemirsa beragam latar belakang agama. Mereka menggunakan media sosial ini sebagai alat untuk merayakan perbedaan dan menguggah kesadaran akan pentingnya toleransi beragama dalam masyarakat. Penelitian ini berpotensi menjadi sumber inspirasi bagi aktivis sosial, pengguna media sosial, dan komunitas agama yang ingin mempromosikan toleransi beragama dengan pendekatan yang menyenangkan dan inovatif. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan pemahaman lebih mendalam tentang peran media sosial dalam memfasilitasi dialog antaragama dan menjembatani kesenjangan dalam masyarakat multikultural.
{"title":"Toleransi Beragama: Studi Kasus Cadar Garis Lucu di Instagram","authors":"Natasyah Sri Damayanti, Fikri Haekal Amdar","doi":"10.59001/pjrs.v3i1.115","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v3i1.115","url":null,"abstract":"Toleransi beragama adalah aspek penting dalam masyarakat multikultural saat ini. Dalam era digital dan media sosial, platform-platform seperti Instagram menjadi ruang yang signifikan untuk menyuarakan pesan toleransi dan dialog antar agama. Penelitian ini mengeksplorasi perspektif cadar garis lucu di Instagram terkait isu toleransi beragama. Dengan mengamati konten-konten kreatif, humoris, dan edukatif yang disajikan oleh para pengguna Instagram dengan cadar, penelitian ini memeriksa bagaimana mereka berkontribusi pada promosi toleransi beragama. \u0000Metode jenis penelitian netnografi-kepustakaan (library research) menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan content analysis (analisa konten) dari postingan-postingan Instagram Cadar Garis Lucu terkait toleransi beragama. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan tiga alur secara bersamaan yaitu reduksi, visualisasi, dan verifikasi (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengguna cadar garis lucu di Instagram menghadirkan pesan toleransi dengan pendekatan yang kreatif dan humoris, yang mampu menarik perhatian pemirsa beragam latar belakang agama. Mereka menggunakan media sosial ini sebagai alat untuk merayakan perbedaan dan menguggah kesadaran akan pentingnya toleransi beragama dalam masyarakat. \u0000Penelitian ini berpotensi menjadi sumber inspirasi bagi aktivis sosial, pengguna media sosial, dan komunitas agama yang ingin mempromosikan toleransi beragama dengan pendekatan yang menyenangkan dan inovatif. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan pemahaman lebih mendalam tentang peran media sosial dalam memfasilitasi dialog antaragama dan menjembatani kesenjangan dalam masyarakat multikultural.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"20 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140496952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This paper will describe the identity of Islam in the northern coast of Java (the coast) from a socio-intellectual historical standpoint by reading the existence of sufistic symbols on the coast and by conducting a semiotic analysis of sufistic symbols in the Sejatiné Manusa (SM) manuscript. The single manuscript found on the coast; precisely at Drajat, Lamongan, East Java. The findings of this study essentially confirm previous findings that Islam in Java is not a syncretic Islam, blending among teaching of Islam, Hinduism-Buddism, and local religion, as Geertz et al. claimed, but a distinct Islam that incorporates local elements that do not contradict with Islam and strengthen the teaching of Islam trhough a dynamic process of continuous transformation. The confirmation of Islam on the coast based on manuscripts has become valuable information in the academic world, because the script has high objectivity and authenticity in recording the dynamics of events in the past.
Tulisan ini akan memaparkan identititas Islam di pesisir utara pulau Jawa (selanjutnya: pesisir) perspektif sejarah sosial-intelektual melalui pembacaan terhadap keberadaan simbol-simbol sufistik di pesisir dan analisis semiotik simbol-simbol sufistik dalam naskah Sejatiné Manusa (SM). Naskah tunggal yang ditemukan di pesisir; tepatnya di desa Drajat, Lamongan, Jawa Timur. Temuan dalam studi ini memperkuat kesimpulan studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa Islam di pesisir (dan Jawa pada umumnya) bukanlah Islam singkretik yang bercampur dengan ajaran Hindu-Budha dan agama lokal, seperti konsepsi Geertz dkk, tetapi Islam yang bercorak khas; yang mengadopsi unsur-unsur lokal yang tidak bertentangan dengan Islam dan menguatkan ajarannya melalui proses transformasi dinamis secar terus-menerus. Peneguhan identitas Islam di pesisir berbasis naskah menjadi tambahan informasi berharga dalan dunia akademik, karena naskah memiliki objektifitas dan otentisitas kesejarahan yang tinggi dalam merekam dinamika yang terjadi di masa lampau.
本文将通过阅读海岸上存在的利己主义符号,并对sejatin Manusa (SM)手稿中的利己主义符号进行符号学分析,从社会思想历史的角度描述爪哇北部海岸(海岸)伊斯兰教的身份。在海岸发现的唯一一份手稿;就在东爪哇拉蒙干的德拉贾。本研究的发现基本上证实了先前的发现,即爪哇的伊斯兰教并不是像Geertz等人所说的那样,是一种融合了伊斯兰教教义、印度教-佛教和地方宗教的混合伊斯兰教,而是一种独特的伊斯兰教,它融合了与伊斯兰教不矛盾的地方元素,并通过不断变化的动态过程加强了伊斯兰教教义。沿海地区以手稿为基础的伊斯兰教确证,因为手稿在记录过去事件的动态方面具有高度的客观性和真实性,成为学术界宝贵的信息。& # x0D;伊斯兰教是一种社会知识主义,是一种象征主义,是一种象征主义,是一种象征主义,是一种象征主义,是一种象征主义,是一种象征主义。Naskah tunggal yang ditemukan主席;tepatnya di desa Drajat,拉蒙干,爪哇帖木儿。Temuan dalam研究成员kuat kespulan研究-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa Islam di pesisir(丹贾瓦帕达umumnya) bukanlah Islam singkretik yang bercampur dengan ajaran印度教-佛教dan agama本地人,seperti konsepsi Geertz dkk, tetapi Islam yang bercorak khas;yang mengadopsi unsur-unsur当地的yang tidak bertentangan dengan伊斯兰教dan menguatkan ajarannya melalui写的是变形的dinamis secar -menerus。Peneguhan认为,伊斯兰教是伊斯兰教的总统,他的基础是naskah menjadi tambahan信息学,他的基础是naskah memiliki对象,他的基础是tententisitas kesjarahan yang tinggi dalam merekam dinamika yang terjadi di masa lampau。
{"title":"Islam di Pesisir Utara Jawa dalam Simbol Sufistik Naskah Sejatiné Manusa","authors":"Bagus Purnomo","doi":"10.59001/pjrs.v2i2.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v2i2.88","url":null,"abstract":"This paper will describe the identity of Islam in the northern coast of Java (the coast) from a socio-intellectual historical standpoint by reading the existence of sufistic symbols on the coast and by conducting a semiotic analysis of sufistic symbols in the Sejatiné Manusa (SM) manuscript. The single manuscript found on the coast; precisely at Drajat, Lamongan, East Java. The findings of this study essentially confirm previous findings that Islam in Java is not a syncretic Islam, blending among teaching of Islam, Hinduism-Buddism, and local religion, as Geertz et al. claimed, but a distinct Islam that incorporates local elements that do not contradict with Islam and strengthen the teaching of Islam trhough a dynamic process of continuous transformation. The confirmation of Islam on the coast based on manuscripts has become valuable information in the academic world, because the script has high objectivity and authenticity in recording the dynamics of events in the past. 
 Tulisan ini akan memaparkan identititas Islam di pesisir utara pulau Jawa (selanjutnya: pesisir) perspektif sejarah sosial-intelektual melalui pembacaan terhadap keberadaan simbol-simbol sufistik di pesisir dan analisis semiotik simbol-simbol sufistik dalam naskah Sejatiné Manusa (SM). Naskah tunggal yang ditemukan di pesisir; tepatnya di desa Drajat, Lamongan, Jawa Timur. Temuan dalam studi ini memperkuat kesimpulan studi-studi sebelumnya yang menyatakan bahwa Islam di pesisir (dan Jawa pada umumnya) bukanlah Islam singkretik yang bercampur dengan ajaran Hindu-Budha dan agama lokal, seperti konsepsi Geertz dkk, tetapi Islam yang bercorak khas; yang mengadopsi unsur-unsur lokal yang tidak bertentangan dengan Islam dan menguatkan ajarannya melalui proses transformasi dinamis secar terus-menerus. Peneguhan identitas Islam di pesisir berbasis naskah menjadi tambahan informasi berharga dalan dunia akademik, karena naskah memiliki objektifitas dan otentisitas kesejarahan yang tinggi dalam merekam dinamika yang terjadi di masa lampau.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136082429","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abdul Kodir, Ahmad Qiram As-Suvi, None Faizah Ukhti Rianda
This article aims to gain a deep understanding of the resistance to religious authoritarianism against the Muslim community in India and the crucial role of the concept of ahimsa in promoting interreligious peace in India. The research method employed in this study is a qualitative approach utilizing a literature review or library research. The data sources encompass texts, manuscripts, documents, and literature discussing religious authoritarianism in India and Gandhi's thoughts on the concept of ahimsa. The findings of this research indicate that the concept of ahimsa, which is the principle of non-violence advocated by Gandhi, holds strong relevance in countering religious authoritarianism in India. Ahimsa acts as a catalyst that fosters interreligious peace by emphasizing the importance of mutual respect, dialogue, tolerance, and peaceful conflict resolution. This study provides a significant contribution to understanding the resistance to religious authoritarianism in India and the importance of the concept of ahimsa as a means to achieve religious peace. The research findings are expected to serve as a foundation for promoting religious harmony and reducing religious tensions in India.
Artikel ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perlawanan otoritarianisme agama di India terhadap kelompok muslim dan peran penting konsep ahimsa dalam menciptakan perdamaian antaragama di India. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tinjauan pustaka atau library research. Sumber data yang digunakan meliputi teks, manuskrip, dokumen, dan literatur yang membahas otoritarianisme agama di India serta pemikiran Gandhi tentang konsep ahimsa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsep ahimsa, yang merupakan prinsip non-kekerasan yang dianut oleh Gandhi, memiliki relevansi yang kuat dalam menghadapi perlawanan terhadap otoritarianisme agama di India. Ahimsa menjadi katalisator yang mendorong perdamaian agama dengan menekankan pentingnya saling menghormati, dialog, toleransi, dan penyelesaian konflik secara damai. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami perlawanan otoritarianisme agama di India dan pentingnya konsep ahimsa sebagai sarana untuk mencapai perdamaian agama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mempromosikan kerukunan agama dan mengurangi ketegangan agama di India.
本文旨在深入了解印度穆斯林社区对宗教威权主义的抵制,以及不杀生观念在促进印度宗教间和平方面的关键作用。本研究采用的研究方法是利用文献综述或图书馆研究的定性方法。数据来源包括讨论印度宗教威权主义和甘地对不杀生概念的思想的文本、手稿、文件和文献。本研究的结果表明,甘地倡导的非暴力原则“不杀生”(ahimsa)的概念在印度反对宗教威权主义方面具有很强的相关性。Ahimsa强调相互尊重、对话、容忍和和平解决冲突的重要性,是促进宗教间和平的催化剂。本研究对理解印度对宗教威权主义的抵制以及不杀生概念作为实现宗教和平手段的重要性提供了重要贡献。研究结果有望成为促进印度宗教和谐和减少宗教紧张关系的基础。阿蒂克尔尼·贝图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安·阿图胡安方法penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kalititan dengan jenis penelitian tinjauan pustaka atau图书馆研究。Sumber data yang digunakan meliputi teks,手稿,文献,但文学yang成员有极权主义agama di India serta pemikiran Gandhi tentang konsep ahimsa。Hasil达里语penelitian ini menunjukkan bahwa konsep不杀生,杨merupakan prinsip non-kekerasan杨dianut oleh pokalchuk甘地,memiliki relevansi杨夸dalam menghadapi perlawanan terhadap otoritarianisme蜥蜴di印度。Ahimsa menjadi katisator yang menmendonong perdamaian agama dengan menekankan pentingnya saling menghormati, dialog, tolerance, danpenyelesaian konflik secara damai。penpentitian ini成员kontribusi pendingdalam memahami perlawanan or toritanme agama di India, penpentiya konsep ahimsa sebagai sarana untuk mencapai perdamaian agama。Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mempromosikan kerukunan agama dan mengurangi ketegangan agama di India。
{"title":"Reaktualisasi Ahimsa dalam Perdamaian Agama di India","authors":"Abdul Kodir, Ahmad Qiram As-Suvi, None Faizah Ukhti Rianda","doi":"10.59001/pjrs.v2i2.89","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v2i2.89","url":null,"abstract":"This article aims to gain a deep understanding of the resistance to religious authoritarianism against the Muslim community in India and the crucial role of the concept of ahimsa in promoting interreligious peace in India. The research method employed in this study is a qualitative approach utilizing a literature review or library research. The data sources encompass texts, manuscripts, documents, and literature discussing religious authoritarianism in India and Gandhi's thoughts on the concept of ahimsa. The findings of this research indicate that the concept of ahimsa, which is the principle of non-violence advocated by Gandhi, holds strong relevance in countering religious authoritarianism in India. Ahimsa acts as a catalyst that fosters interreligious peace by emphasizing the importance of mutual respect, dialogue, tolerance, and peaceful conflict resolution. This study provides a significant contribution to understanding the resistance to religious authoritarianism in India and the importance of the concept of ahimsa as a means to achieve religious peace. The research findings are expected to serve as a foundation for promoting religious harmony and reducing religious tensions in India.
 Artikel ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perlawanan otoritarianisme agama di India terhadap kelompok muslim dan peran penting konsep ahimsa dalam menciptakan perdamaian antaragama di India. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tinjauan pustaka atau library research. Sumber data yang digunakan meliputi teks, manuskrip, dokumen, dan literatur yang membahas otoritarianisme agama di India serta pemikiran Gandhi tentang konsep ahimsa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsep ahimsa, yang merupakan prinsip non-kekerasan yang dianut oleh Gandhi, memiliki relevansi yang kuat dalam menghadapi perlawanan terhadap otoritarianisme agama di India. Ahimsa menjadi katalisator yang mendorong perdamaian agama dengan menekankan pentingnya saling menghormati, dialog, toleransi, dan penyelesaian konflik secara damai. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami perlawanan otoritarianisme agama di India dan pentingnya konsep ahimsa sebagai sarana untuk mencapai perdamaian agama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mempromosikan kerukunan agama dan mengurangi ketegangan agama di India.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"53 7-8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135064530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ilham Defriono, None Syafiudin Kholiq Zaini, None Ahmad Fadlun Nawal, None Ahmad Maulidan Hidayat
Zuhud and minimalism are popular ideas as alternatives to reduce the negative impact of a consumerist lifestyle. Abu Hamid Al-Ghazali, a well-known Islamic scholar, and Fumio Sasaki, a practitioner of modern minimalism, are two figures who represent ascetic and minimalist thoughts. This study aims to investigate the importance of zuhud practices and the art of minimalist living in the context of globalization and modernization by examining Abu Hamid Al-Ghazali and Fumio Sasaki. the research was conducted using a literature review by analyzing the works of Abu Hamid Al-Ghazali Fumio Sasaki. Through critical analysis, this study reveals the similarities and differences in their views on the practice of zuhud and the art of minimalist life. The results of the study show that the practice of zuhud and minimalism has significant relevance in globalization and modernization. Both emphasized the importance of reducing material possessions and finding happiness through simplicity. Abu Hamid Al-Ghazali emphasizes aspects of spirituality and relationship with God in the practice of zuhud, while Fumio Sasaki focuses more on freedom, inner peace, and happiness that is found through liberation from the burden of unnecessary things.
{"title":"Zuhd and Minimalism in a Consumerist Society","authors":"Ilham Defriono, None Syafiudin Kholiq Zaini, None Ahmad Fadlun Nawal, None Ahmad Maulidan Hidayat","doi":"10.59001/pjrs.v2i2.92","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v2i2.92","url":null,"abstract":"Zuhud and minimalism are popular ideas as alternatives to reduce the negative impact of a consumerist lifestyle. Abu Hamid Al-Ghazali, a well-known Islamic scholar, and Fumio Sasaki, a practitioner of modern minimalism, are two figures who represent ascetic and minimalist thoughts. This study aims to investigate the importance of zuhud practices and the art of minimalist living in the context of globalization and modernization by examining Abu Hamid Al-Ghazali and Fumio Sasaki. the research was conducted using a literature review by analyzing the works of Abu Hamid Al-Ghazali Fumio Sasaki. Through critical analysis, this study reveals the similarities and differences in their views on the practice of zuhud and the art of minimalist life. The results of the study show that the practice of zuhud and minimalism has significant relevance in globalization and modernization. Both emphasized the importance of reducing material possessions and finding happiness through simplicity. Abu Hamid Al-Ghazali emphasizes aspects of spirituality and relationship with God in the practice of zuhud, while Fumio Sasaki focuses more on freedom, inner peace, and happiness that is found through liberation from the burden of unnecessary things.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134997875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article aims to examine the views of Hindu and Buddhist spiritualism related to efforts to deal with environmental damage in Indonesia and try to find common ground between Hindu and Buddhist spiritualism regarding environmental preservation with the teachings of Sufism in Islam. The method used in this article is library research with a descriptive-qualitative approach. The research shows that the ecological damage that has occurred in Indonesia is very worrying. This happens because humans have no concern for their environment, they only focus on taking the maximum benefit for profit alone. Religion has authority in environmental preservation by instilling ethics and morals in humans. Spirituality in Hinduism, Buddhism, and Islam is aimed at getting closer to God. There is a concept for each religion to increase one's spirituality, namely through bhakti marga yoga in Hinduism, hasta ariya magha in Buddhism, and Sufism in Islamic teachings. The concepts shared by each of these religions have in common to shape one's spirituality which can be reflected in a moral person. Immoral cases such as environmental damage are a big thing that can be solved by increasing one's spirituality.
{"title":"Environmental Ethics in the Spiritual Perspective of Hinduism, Buddhism, and Islam","authors":"None Pratama Yudha Pradheksa, Karunia Hazyimara, None Didid Haryadi, None Abu Samsudin","doi":"10.59001/pjrs.v2i2.93","DOIUrl":"https://doi.org/10.59001/pjrs.v2i2.93","url":null,"abstract":"This article aims to examine the views of Hindu and Buddhist spiritualism related to efforts to deal with environmental damage in Indonesia and try to find common ground between Hindu and Buddhist spiritualism regarding environmental preservation with the teachings of Sufism in Islam. The method used in this article is library research with a descriptive-qualitative approach. The research shows that the ecological damage that has occurred in Indonesia is very worrying. This happens because humans have no concern for their environment, they only focus on taking the maximum benefit for profit alone. Religion has authority in environmental preservation by instilling ethics and morals in humans. Spirituality in Hinduism, Buddhism, and Islam is aimed at getting closer to God. There is a concept for each religion to increase one's spirituality, namely through bhakti marga yoga in Hinduism, hasta ariya magha in Buddhism, and Sufism in Islamic teachings. The concepts shared by each of these religions have in common to shape one's spirituality which can be reflected in a moral person. Immoral cases such as environmental damage are a big thing that can be solved by increasing one's spirituality.","PeriodicalId":500740,"journal":{"name":"Peradaban Journal of Religion and Society","volume":"140 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135314283","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}