Pub Date : 2024-06-02DOI: 10.31969/pusaka.v12i1.1478
Muhammad Alwi Nasir, M. Nasir
Artikel ini bertujuan untuk membahas pandangan Al-Qur‘an terkait perilaku bullying verbal dan hate speech sebagai fenomena yang akhir-akhir ini sering terjadi, khususnya di kalangan pelajar. Kedua perilaku tersebut ternyata banyak memberikan dampak yang negatif terhadap korban, baik itu mencakup skala kecil seperti kehilangan kepercayaan diri hingga skala yang besar yakni keinginan untuk bunuh diri dan terciptanya konflik. Melihat dampak-dampak yang diberikan pada seseorang, maka perlu untuk memberikan solusi untuk mengatasi perilaku buruk tersebut, salah satunya adalah dengan melalui pemahaman agama. Agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling menghormati antarkelompok maupun antarindividu turut andil dalam peran tersebut melalui Al-Qur’an. Tulisan ini menggunakan penelitian pustaka atau library research dengan menggali informasi yang bersumber dari kitab, jurnal dan artikel-artikel yang berkaitan dengan pembahasan bullying verbal dan hate speech. Metode yang digunakan adalah metode maudhu’i yakni mengumpulkan dan menganalisa ayat- ayat Al-Qur’an yang membahas masalah topik tertentu kemudian mengelaborasinya dari segala aspek. Adapun hasil temuan dalam penelitian yakni sebagai berikut: Pertama, QS. al-Hujurat [49]: 11 berisikan larangan terkait perilaku bullying verbal dan hate speech. Kedua, solusi yang ditawarkan Al-Qur‘an, yaitu dengan bertakwa kepada Allah; berkata baik; dan memanggil dengan panggilan yang baik. Ketiga, sikap yang dicontohkan Al- Qur’an ketika berhadapan dengan perilaku tersebut, yaitu berpaling dari mereka, dan memberikan nasehat kepada pelaku tersebut. Kata Kunci: bullying verbal, hate speech, Al-Qur’an
{"title":"Pandangan Al-Qur’an Terhadap Bullying Verbal dan Hate Speech","authors":"Muhammad Alwi Nasir, M. Nasir","doi":"10.31969/pusaka.v12i1.1478","DOIUrl":"https://doi.org/10.31969/pusaka.v12i1.1478","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk membahas pandangan Al-Qur‘an terkait perilaku bullying verbal dan hate speech sebagai fenomena yang akhir-akhir ini sering terjadi, khususnya di kalangan pelajar. Kedua perilaku tersebut ternyata banyak memberikan dampak yang negatif terhadap korban, baik itu mencakup skala kecil seperti kehilangan kepercayaan diri hingga skala yang besar yakni keinginan untuk bunuh diri dan terciptanya konflik. Melihat dampak-dampak yang diberikan pada seseorang, maka perlu untuk memberikan solusi untuk mengatasi perilaku buruk tersebut, salah satunya adalah dengan melalui pemahaman agama. Agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling menghormati antarkelompok maupun antarindividu turut andil dalam peran tersebut melalui Al-Qur’an. Tulisan ini menggunakan penelitian pustaka atau library research dengan menggali informasi yang bersumber dari kitab, jurnal dan artikel-artikel yang berkaitan dengan pembahasan bullying verbal dan hate speech. Metode yang digunakan adalah metode maudhu’i yakni mengumpulkan dan menganalisa ayat- ayat Al-Qur’an yang membahas masalah topik tertentu kemudian mengelaborasinya dari segala aspek. Adapun hasil temuan dalam penelitian yakni sebagai berikut: Pertama, QS. al-Hujurat [49]: 11 berisikan larangan terkait perilaku bullying verbal dan hate speech. Kedua, solusi yang ditawarkan Al-Qur‘an, yaitu dengan bertakwa kepada Allah; berkata baik; dan memanggil dengan panggilan yang baik. Ketiga, sikap yang dicontohkan Al- Qur’an ketika berhadapan dengan perilaku tersebut, yaitu berpaling dari mereka, dan memberikan nasehat kepada pelaku tersebut. Kata Kunci: bullying verbal, hate speech, Al-Qur’an","PeriodicalId":515068,"journal":{"name":"PUSAKA","volume":"99 S3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141389238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aruwaha merupakan ritual kematian yang diadakan oleh masyarakat Islam di Kota Ternate. Pelaksanaan ritual kematian aruwaha tidak hanya didasarkan pada norma budaya, tetapi juga harus sesuai dengan ajaran Islam. Aruwaha menjadi contoh yang menunjukkan hubungan yang harmonis antara agama dan budaya, di saat banyak pandangan yang meragukan kemungkinan menyatukan agama dan budaya. Penelitian ini membahas pelaksanaan ritual aruwaha yang menjadi ruang perjumpaan antara agama dan budaya. Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi peristiwa komunikasi dalam ritual aruwaha serta nilai-nilai yang terkonstruksi di dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung subyek penelitian, melakukan wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menjelaskan bahwa aruwaha adalah komunikasi ritual kematian yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan agama dan budaya. Proses ritual kematian aruwaha dilakukan dengan melibatkan aspek komunikasi vertikal antara manusia dengan Allah Swt serta aspek horizontal yakni kerja sama yang dilakukan dalam masyarakat. Melalui aruwaha masyarakat Islam di Kota Ternate dapat mengungkapkan rasa duka cita, meningkatkan keyakinan agama, memberikan penghormatan kepada orang yang meninggal, dan memperkuat ikatan sosial di antara keluarga dan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang aruwaha sebagai sebuah proses komunikasi ritual kematian yang masih dipraktikkan oleh masyarakat Islam di Kota Ternate. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi cerminan tentang adanya hubungan yang harmoni antara agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat.
{"title":"Perjumpaan Agama dan Budaya dalam Komunikasi Ritual Aruwaha di Kota Ternate","authors":"Rakhmat Rakhmat, Asnianti Asnianti, Badruddin Kaddas","doi":"10.31969/pusaka.v12i1.1465","DOIUrl":"https://doi.org/10.31969/pusaka.v12i1.1465","url":null,"abstract":"Aruwaha merupakan ritual kematian yang diadakan oleh masyarakat Islam di Kota Ternate. Pelaksanaan ritual kematian aruwaha tidak hanya didasarkan pada norma budaya, tetapi juga harus sesuai dengan ajaran Islam. Aruwaha menjadi contoh yang menunjukkan hubungan yang harmonis antara agama dan budaya, di saat banyak pandangan yang meragukan kemungkinan menyatukan agama dan budaya. Penelitian ini membahas pelaksanaan ritual aruwaha yang menjadi ruang perjumpaan antara agama dan budaya. Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi peristiwa komunikasi dalam ritual aruwaha serta nilai-nilai yang terkonstruksi di dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung subyek penelitian, melakukan wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menjelaskan bahwa aruwaha adalah komunikasi ritual kematian yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan agama dan budaya. Proses ritual kematian aruwaha dilakukan dengan melibatkan aspek komunikasi vertikal antara manusia dengan Allah Swt serta aspek horizontal yakni kerja sama yang dilakukan dalam masyarakat. Melalui aruwaha masyarakat Islam di Kota Ternate dapat mengungkapkan rasa duka cita, meningkatkan keyakinan agama, memberikan penghormatan kepada orang yang meninggal, dan memperkuat ikatan sosial di antara keluarga dan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang aruwaha sebagai sebuah proses komunikasi ritual kematian yang masih dipraktikkan oleh masyarakat Islam di Kota Ternate. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi cerminan tentang adanya hubungan yang harmoni antara agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat.","PeriodicalId":515068,"journal":{"name":"PUSAKA","volume":"85 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141389280","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-06-02DOI: 10.31969/pusaka.v12i1.1466
E. Ginting
Konsep religius memiliki keterkaitan dengan kearifan ekologis, hal tersebut yang dimiliki oleh kepercayaan lokal pemena di Desa Jandi, Kabupaten Karo, praktik religius tersebut ialah erpangir ku lau. Permasalahan terletak pada pergeseran paradigma erpangir ku lau karena pengaruh kolonial. Erpangir ku lau dianggap praktik sinkretisme karena menyembah objek material (air, pohon, tanah), padahal ritual tersebut dimaknai sebagai hubungan antara manusia-alam- Yang Ilahi. Tulisan ini berfokus pada penggalian makna kearifan ekologis dalam erpangir ku lau sehingga praktik ini dimaknai sebagai praktik sinkretisme. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap informan untuk mendapatkan data. Penelitian dilakukan di Desa Jandi, wawancara dilakukan kepada beberapa tokoh penganut kepercayaan pemena yang melakukan praktik erpangir ku lau. Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan untuk mencari sumber-sumber yang relevan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa erpangir ku lau mendorong kesadaran para penganut kepercayaan pemena memaknai interdependensi manusia dengan alam. Implementasi kearifan ekologis yang muncul yaitu menjaga mata air, sumber daya alam (hutan dan tanah), dan juga sistem pertanian berbasis local wisdom. Pemaknaan terhadap ritual erpangir ku lau menjadikan hubungan manusia dan alam timbal balik dan saling mempengaruhi. Pemahaman tersebut berimplikasi pada nilai dan karakter kepercayaan pemena yang mengelola alam dengan perasaan hormat dan mawas diri. Erpangir ku lau sebagai kearifan lokal seharusnya terus dilestarikan dan dikelola.
宗教的概念与生态智慧有关,卡洛行政区詹迪村的 pemena 当地信仰拥有生态智慧,其宗教习俗是 erpangir ku lau。问题在于 Erpangir ku lau 的范式因殖民影响而发生了转变。Erpangir ku lau 被认为是一种综合习俗,因为它崇拜的是物质对象(水、树木、土壤),而仪式则被解释为人与自然和神之间的关系。本文的重点是探讨生态智慧在 erpangir ku lau 中的含义,从而将这种习俗解释为一种合一习俗。本研究采用定性研究方法,通过与信息提供者进行访谈来获取数据。研究在 Jandi 村进行,采访了几位信奉 erpangir ku lau 的 pemena 信徒。作者还在图书馆查找相关资料。这项研究表明,erpangir ku lau 鼓励佩梅纳信徒用意识来解释人与自然的相互依存关系。由此产生的生态智慧是保护泉水、自然资源(森林和土地)以及基于当地智慧的农业系统。erpangir ku lau 仪式的意义在于使人与自然的关系互惠互利、相互影响。这种理解对佩梅纳信仰的价值观和特征产生了影响,佩梅纳信仰以尊重和自省的情感来管理自然。Erpangir ku lau 作为地方智慧应继续得到保护和管理。
{"title":"Konsep Kearifan Ekologis Ritual Erpangir Ku Lau Pada Kepercayaan Pemena di Desa Jandi, Kabupaten Karo","authors":"E. Ginting","doi":"10.31969/pusaka.v12i1.1466","DOIUrl":"https://doi.org/10.31969/pusaka.v12i1.1466","url":null,"abstract":"Konsep religius memiliki keterkaitan dengan kearifan ekologis, hal tersebut yang dimiliki oleh kepercayaan lokal pemena di Desa Jandi, Kabupaten Karo, praktik religius tersebut ialah erpangir ku lau. Permasalahan terletak pada pergeseran paradigma erpangir ku lau karena pengaruh kolonial. Erpangir ku lau dianggap praktik sinkretisme karena menyembah objek material (air, pohon, tanah), padahal ritual tersebut dimaknai sebagai hubungan antara manusia-alam- Yang Ilahi. Tulisan ini berfokus pada penggalian makna kearifan ekologis dalam erpangir ku lau sehingga praktik ini dimaknai sebagai praktik sinkretisme. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap informan untuk mendapatkan data. Penelitian dilakukan di Desa Jandi, wawancara dilakukan kepada beberapa tokoh penganut kepercayaan pemena yang melakukan praktik erpangir ku lau. Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan untuk mencari sumber-sumber yang relevan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa erpangir ku lau mendorong kesadaran para penganut kepercayaan pemena memaknai interdependensi manusia dengan alam. Implementasi kearifan ekologis yang muncul yaitu menjaga mata air, sumber daya alam (hutan dan tanah), dan juga sistem pertanian berbasis local wisdom. Pemaknaan terhadap ritual erpangir ku lau menjadikan hubungan manusia dan alam timbal balik dan saling mempengaruhi. Pemahaman tersebut berimplikasi pada nilai dan karakter kepercayaan pemena yang mengelola alam dengan perasaan hormat dan mawas diri. Erpangir ku lau sebagai kearifan lokal seharusnya terus dilestarikan dan dikelola. ","PeriodicalId":515068,"journal":{"name":"PUSAKA","volume":"89 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141389559","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-06-02DOI: 10.31969/pusaka.v12i1.1469
M. Najmuddin
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran Baku Gara sebagai perekat hubungan antarpribadi dengan fokus pada fenomena penggunaannya dan konsekuensinya dalam interaksi sosial dan psikologis. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memahami dampaknya pada hubungan interpersonal, dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Baku Gara adalah sebuah tradisi penting yang berfungsi sebagai perekat hubungan antarpribadi dalam masyarakat Kaili. Artikel ini mengeksplorasi peran signifikan Baku Gara dalam membentuk dan mempertahankan ikatan sosial di tengah masyarakat Kaili. Tinjauan pustaka melibatkan penelaahan literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Baku Gara dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hubungan antarpribadi, menciptakan ketegangan dan konflik. Baku Gara tidak sekadar serangkaian kata-kata ejekan, tetapi juga mencerminkan kedekatan dan perekat hubungan antarpribadi. Baku Gara dianggap sebagai bentuk interaksi sosial yang menciptakan dan memelihara ikatan keakraban antara individu. Dengan melibatkan unsur humor dan keakraban, Baku Gara dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan perhatian, kasih sayang, dan keakraban antaranggota masyarakat. Pengembangan pedoman etika terkait dengan penggunaan Baku Gara dalam bentuk kompetensi komunikasi juga diperlukan untuk memastikan respons yang bertanggung jawab dan sensitivitas sosial dalam interaksi antarpribadi. Artikel ini menyimpulkan bahwa Baku Gara adalah elemen kunci dalam menjaga kohesi sosial dan identitas budaya masyarakat Kaili, serta memberikan rekomendasi untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi ini di masa depan.
本研究旨在通过关注巴库加拉的使用现象及其在社会和心理互动中产生的后果,调查巴库加拉作为人际关系粘合剂的作用。研究的动机是了解巴库加拉对人际关系的影响,研究采用了现象学的定性方法。巴库嘎拉是一种重要的传统,是凯里社会人际关系的粘合剂。本文探讨了巴库嘎拉在塑造和维系凯里社区社会关系方面的重要作用。文献综述包括查阅相关文献。结果表明,巴库加拉会对人际关系的质量产生重大影响,造成紧张和冲突。Baku Gara 不仅仅是一连串嘲讽性的词语,还反映了人际关系的亲密性和粘合性。巴库加拉 "被认为是一种社会互动形式,它在人与人之间建立并维持着亲密的纽带。通过幽默和熟悉的元素,巴库加拉可以成为社区成员之间表达关爱、感情和亲密关系的一种手段。此外,还需要制定与以交流能力的形式使用巴库加拉有关的道德准则,以确保在人际交往中做出负责任的反应和具有社会敏感性。本文的结论是,巴库加拉是保持凯利社区社会凝聚力和文化特性的关键因素,并为今后保持和发展这一传统提出了建议。
{"title":"Baku Gara: Perekat Hubungan Antarpribadi Masyarakat Kaili","authors":"M. Najmuddin","doi":"10.31969/pusaka.v12i1.1469","DOIUrl":"https://doi.org/10.31969/pusaka.v12i1.1469","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran Baku Gara sebagai perekat hubungan antarpribadi dengan fokus pada fenomena penggunaannya dan konsekuensinya dalam interaksi sosial dan psikologis. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memahami dampaknya pada hubungan interpersonal, dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Baku Gara adalah sebuah tradisi penting yang berfungsi sebagai perekat hubungan antarpribadi dalam masyarakat Kaili. Artikel ini mengeksplorasi peran signifikan Baku Gara dalam membentuk dan mempertahankan ikatan sosial di tengah masyarakat Kaili. Tinjauan pustaka melibatkan penelaahan literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Baku Gara dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hubungan antarpribadi, menciptakan ketegangan dan konflik. Baku Gara tidak sekadar serangkaian kata-kata ejekan, tetapi juga mencerminkan kedekatan dan perekat hubungan antarpribadi. Baku Gara dianggap sebagai bentuk interaksi sosial yang menciptakan dan memelihara ikatan keakraban antara individu. Dengan melibatkan unsur humor dan keakraban, Baku Gara dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan perhatian, kasih sayang, dan keakraban antaranggota masyarakat. Pengembangan pedoman etika terkait dengan penggunaan Baku Gara dalam bentuk kompetensi komunikasi juga diperlukan untuk memastikan respons yang bertanggung jawab dan sensitivitas sosial dalam interaksi antarpribadi. Artikel ini menyimpulkan bahwa Baku Gara adalah elemen kunci dalam menjaga kohesi sosial dan identitas budaya masyarakat Kaili, serta memberikan rekomendasi untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi ini di masa depan.","PeriodicalId":515068,"journal":{"name":"PUSAKA","volume":"92 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141389243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-06-02DOI: 10.31969/pusaka.v12i1.1479
F. Fitri, Rismawaty Rustam
Pangan halal telah menjadi fokus utama di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Melalui tinjauan literatur yang mendalam, artikel ini menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal di pasar Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah review literatur kualitatif dari berbagai sumber akademis dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Artikel ini membahas konsep penerimaan konsumen dengan mengulas definisi dan kriteria produk pangan halal menurut ajaran Islam serta peran pemerintah dalam menjamin kehalalan produk. Selanjutnya, artikel menguraikan faktor-faktor religius, budaya, dan praktis yang memainkan peran dalam keputusan pembelian konsumen terkait produk halal. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal termasuk agama dan keyakinan, kualitas dan keamanan produk, ketersediaan informasi, harga dan ketersediaan, serta reputasi merek. Artikel juga mencatat perkembangan industri pangan halal di Indonesia yang didorong oleh peningkatan permintaan pasar dan dukungan pemerintah. Meskipun demikian, tantangan seperti peningkatan kompetisi dan peningkatan kesadaran konsumen tetap menjadi fokus untuk memastikan pertumbuhan industri halal yang berkelanjutan. Pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal penting untuk keberhasilan industri halal di Indonesia. Artikel ini memberikan panduan praktis bagi produsen, pemasar, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal di pasar Indonesia, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk halal baik di pasar domestik maupun internasional, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
{"title":"Penerimaan Konsumen terhadap Produk Pangan Halal di Pasar Indonesia","authors":"F. Fitri, Rismawaty Rustam","doi":"10.31969/pusaka.v12i1.1479","DOIUrl":"https://doi.org/10.31969/pusaka.v12i1.1479","url":null,"abstract":"Pangan halal telah menjadi fokus utama di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Melalui tinjauan literatur yang mendalam, artikel ini menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal di pasar Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah review literatur kualitatif dari berbagai sumber akademis dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Artikel ini membahas konsep penerimaan konsumen dengan mengulas definisi dan kriteria produk pangan halal menurut ajaran Islam serta peran pemerintah dalam menjamin kehalalan produk. Selanjutnya, artikel menguraikan faktor-faktor religius, budaya, dan praktis yang memainkan peran dalam keputusan pembelian konsumen terkait produk halal. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal termasuk agama dan keyakinan, kualitas dan keamanan produk, ketersediaan informasi, harga dan ketersediaan, serta reputasi merek. Artikel juga mencatat perkembangan industri pangan halal di Indonesia yang didorong oleh peningkatan permintaan pasar dan dukungan pemerintah. Meskipun demikian, tantangan seperti peningkatan kompetisi dan peningkatan kesadaran konsumen tetap menjadi fokus untuk memastikan pertumbuhan industri halal yang berkelanjutan. Pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal penting untuk keberhasilan industri halal di Indonesia. Artikel ini memberikan panduan praktis bagi produsen, pemasar, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk pangan halal di pasar Indonesia, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk halal baik di pasar domestik maupun internasional, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.","PeriodicalId":515068,"journal":{"name":"PUSAKA","volume":"95 S7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141389359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}