Pub Date : 2023-04-04DOI: 10.5614/j.tl.2023.29.1.2
Rima Wahyudyanti, Rofiq Iqbal
PDAM Tirta Kerta Raharja adalah PDAM Kabupaten yang melayani seluruh Kabupaten Tangerang, Indonesia. Persentase kehilangan air keseluruhan pada 2017 adalah 14,84%. Namun, jika dilihat dari jumlah kehilangan air per area layanan diketahui bahwa masih ada area layanan yang memiliki persentase di atas 20% di antaranya adalah Area Layanan I, II dan III dengan persentase kehilangan air 34,30% atau 17.030.638 m3/tahun pada tahun 2017. Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemilihan strategi pengendalian kehilangan air dipengaruhi oleh multi-kriteria yang memiliki hubungan terkait dan penerapan strategi pengendalian kehilangan air dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menerapkan strategi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi pengendalian kehilangan air menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) dengan bantuan Superdecision 2.6.0 dan analisis keuangan. Dari hasil analisis menggunakan metode ANP kriteria yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan strategi pengendalian kehilangan air adalah kriteria layanan dan sub kriteria prioritas adalah ruang lingkup layanan teknis yang optimal. Dari penelitian ini, program pengendalian kehilangan air yang direkomendasikan adalah kombinasi dari program pengendalian kehilangan air komersial dan fisik, yaitu peningkatan akurasi meter pelanggan, optimalisasi ketelitian pembacaan meter dan penanganan data penagihan dan pengendalian kebocoran aktif. Kata Kunci: Analytic Network Process (ANP), Kehilangan air, Multikriteria, Neraca Air, PDAM
PDAM Tirta Kerta Raharja是一个为印尼Tangerang区服务的PDAM。2017年总水资源损失率是1484%然而,从服务区域的水损失来看,到2017年,服务区域仍然占服务区域的20%以上,其中包括服务区域34.30%或17,030,638 m3/年。在之前的研究中,我们了解到,选择与之相关的多标准影响的水资源损失控制策略和实施水资源损失控制策略的影响,比实施该战略的成本更大。本研究的目的是确定水损失控制策略,使用分析网络程序(ANP),在超decision 2.6.0和财务分析的帮助下。使用ANP方法对选择水损失控制策略的决策影响最大的标准分析结果是服务标准,优先级标准是最佳技术服务范围。从这项研究中,推荐的水损失控制项目是商业和物理控制水资源损失计划的结合,即提高客户准确率、优化读法尺、处理账单数据和主动泄漏控制。关键词:分析网络进程(ANP)、水资源损失、多标准、资产负债表、PDAM
{"title":"Pemilihan Strategi Pengendalian Kehilangan Air pada Perusahaan Daerah Air Minum di Indonesia (Studi Kasus: PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang)","authors":"Rima Wahyudyanti, Rofiq Iqbal","doi":"10.5614/j.tl.2023.29.1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.2","url":null,"abstract":"PDAM Tirta Kerta Raharja adalah PDAM Kabupaten yang melayani seluruh Kabupaten Tangerang, Indonesia. Persentase kehilangan air keseluruhan pada 2017 adalah 14,84%. Namun, jika dilihat dari jumlah kehilangan air per area layanan diketahui bahwa masih ada area layanan yang memiliki persentase di atas 20% di antaranya adalah Area Layanan I, II dan III dengan persentase kehilangan air 34,30% atau 17.030.638 m3/tahun pada tahun 2017. Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemilihan strategi pengendalian kehilangan air dipengaruhi oleh multi-kriteria yang memiliki hubungan terkait dan penerapan strategi pengendalian kehilangan air dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam menerapkan strategi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi pengendalian kehilangan air menggunakan metode Analytic Network Process (ANP) dengan bantuan Superdecision 2.6.0 dan analisis keuangan. Dari hasil analisis menggunakan metode ANP kriteria yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan strategi pengendalian kehilangan air adalah kriteria layanan dan sub kriteria prioritas adalah ruang lingkup layanan teknis yang optimal. Dari penelitian ini, program pengendalian kehilangan air yang direkomendasikan adalah kombinasi dari program pengendalian kehilangan air komersial dan fisik, yaitu peningkatan akurasi meter pelanggan, optimalisasi ketelitian pembacaan meter dan penanganan data penagihan dan pengendalian kebocoran aktif. Kata Kunci: Analytic Network Process (ANP), Kehilangan air, Multikriteria, Neraca Air, PDAM","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90818832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-04DOI: 10.5614/j.tl.2023.29.1.8
Adeela Nur Fawziya, Herto Dwi Ariesyady
COVID-19 is a disease that initially appeared in December 2019 in Wuhan, China. The rapid spread of the disease made this disease to be categorized as a pandemic. The disease of COVID-19 has changed the focus of healthcare worldwide. Several studies reported that the onset of the pandemic has contributed to the increase of antibiotics usage. This study aimed to explore the changes of patterns on antibiotic usage and the factors that influence antibiotic usage during the COVID-19 pandemic. This research was conducted in Bandung City, Indonesia which consists of 30 sub-districts. The data were collected by distributing a questionnaire to 560 respondents with a snowball sampling technique. The results showed that the COVID-19 pandemic caused a significant increase in the frequency of antibiotic usage (p < 0.05). The sources of information for consuming antibiotics were mostly from doctor's prescriptions. Regarding the habit of providing antibiotics, in general, the respondents did not store antibiotics as supplies either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. However, people who stored antibiotics as supplies obtained the most antibiotics by purchasing them directly from pharmacies. Based on the statistical analysis, it was known that the knowledge and attitude variables were simultaneously significant towards the use of antibiotics either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. Besides, there was a positive relationship among the variables of knowledge on antibiotics, attitudes in antibiotics usage, and antibiotics consumption practices.
{"title":"Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Kota Bandung Terhadap Antibiotik Knowledge, Attitude, and Practice of the Bandung City Community on Antibiotic","authors":"Adeela Nur Fawziya, Herto Dwi Ariesyady","doi":"10.5614/j.tl.2023.29.1.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8","url":null,"abstract":"COVID-19 is a disease that initially appeared in December 2019 in Wuhan, China. The rapid spread of the disease made this disease to be categorized as a pandemic. The disease of COVID-19 has changed the focus of healthcare worldwide. Several studies reported that the onset of the pandemic has contributed to the increase of antibiotics usage. This study aimed to explore the changes of patterns on antibiotic usage and the factors that influence antibiotic usage during the COVID-19 pandemic. This research was conducted in Bandung City, Indonesia which consists of 30 sub-districts. The data were collected by distributing a questionnaire to 560 respondents with a snowball sampling technique. The results showed that the COVID-19 pandemic caused a significant increase in the frequency of antibiotic usage (p < 0.05). The sources of information for consuming antibiotics were mostly from doctor's prescriptions. Regarding the habit of providing antibiotics, in general, the respondents did not store antibiotics as supplies either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. However, people who stored antibiotics as supplies obtained the most antibiotics by purchasing them directly from pharmacies. Based on the statistical analysis, it was known that the knowledge and attitude variables were simultaneously significant towards the use of antibiotics either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. Besides, there was a positive relationship among the variables of knowledge on antibiotics, attitudes in antibiotics usage, and antibiotics consumption practices.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87133232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-04DOI: 10.5614/j.tl.2023.29.1.7
Riska Indriyani Mangngalle, H. D. Ariesyady
Biological treatment is one of the effective treatment methods for degrading organic compounds by utilizing microorganisms to treat complex compounds in the effluent water into simpler substances. Thus microorganisms have important roles in biological process. Bacteria that are used can be in the form of non-indigenous bacteria of waste environment or indigenous bacteria. Therefore, the purpose of this research was to identify bacteria species within Biomembrane effluent (wastewater treatment reactor in Cikacembang River) using analytical method by performing series of biochemistry tests according to Manual for Identification of Medical Bacteriology (Cowan, 1974). Bacteria identification on this Biomembrane effluent was conducted because it was indicated that those bacteria have potencies to degrade wastes in river water. In addition, we also calculated the bacterial growth rate. The isolated bacteria belonged to Gram positive bacteria in which two bacteria were categorized as the member of Bacillus genus, while another bacterium was categorized as the member of the Corynebacterium genus. In this research, it was successfully identified several species of the isolated bacteria, namely Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, and Corynebacterium striatum that had growth rate of 139.28 mg/l/h, 130.35 mg/l/h, and 112.13 mg/l/h, respectively.
{"title":"The Identification of Bacteria from Biomembrane Effluent at Cikacembang River, Majalaya, Bandung Regency","authors":"Riska Indriyani Mangngalle, H. D. Ariesyady","doi":"10.5614/j.tl.2023.29.1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.7","url":null,"abstract":"Biological treatment is one of the effective treatment methods for degrading organic compounds by utilizing microorganisms to treat complex compounds in the effluent water into simpler substances. Thus microorganisms have important roles in biological process. Bacteria that are used can be in the form of non-indigenous bacteria of waste environment or indigenous bacteria. Therefore, the purpose of this research was to identify bacteria species within Biomembrane effluent (wastewater treatment reactor in Cikacembang River) using analytical method by performing series of biochemistry tests according to Manual for Identification of Medical Bacteriology (Cowan, 1974). Bacteria identification on this Biomembrane effluent was conducted because it was indicated that those bacteria have potencies to degrade wastes in river water. In addition, we also calculated the bacterial growth rate. The isolated bacteria belonged to Gram positive bacteria in which two bacteria were categorized as the member of Bacillus genus, while another bacterium was categorized as the member of the Corynebacterium genus. In this research, it was successfully identified several species of the isolated bacteria, namely Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, and Corynebacterium striatum that had growth rate of 139.28 mg/l/h, 130.35 mg/l/h, and 112.13 mg/l/h, respectively.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86014025","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. W. Putri, Rahmatullah ., B. Santoso, Selpiana ., Mutiara Aiko Habsyari, Shafira T Aliyah, Alek Al Hadi, A. P. Gobel
Keterbatasan pasokan bahan bakar untuk kebutuhan domestik seperti LPG saat ini mendorong banyak peneliti mencari sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, salah satunya adalah bahan bakar padat biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perekat (binder) dan rasio bahan baku pada pembuatan biobriket dari sekam padi. Limbah pertanian berupa sekam padi dikumpulkan dan dipreparasi untuk penghilangan pengotor dan air sebelum dilakukan karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 300 ºC selama 30 menit. Penelitian ini menggunakan variasi perekat (binder) tepung tapioka dan tepung biji durian, dengan rasio bahan baku: binder yaitu 1 : 3; 1 : 1; dan 3 : 1. Biobriket yang dihasilkan diujji sifat fisika dan kimianya dengan analisa proksimat kemudian dilanjutkan dengan perendaman briket didalam minyak jelantah selama 10 menit . Hasil briket dianalisa dengan uji proksimat dan mendapatkan hasil kadar air (4,63% - 11,86%), kadar abu (21,05% - 41,03%), kadar zat mudah menguap (39, 08% - 53,88%), kadar karbon terikat (9,46% - 19,90%), untuk nilai kalor biobriket tanpa perendaman (2633 – 3502 kal/g) dan meningkat signifikan menjadi (3500 – 5671 kal/g) setelah perendaman minyak jelantah. Dari hasil tersebut, beberapa parameter telah memenuhi standar briket Jepang, Eropa dan Indonesia
{"title":"Pemanfaatan sekam padi untuk produksi biobriket dengan variasi binder tepung tapioka dan tepung biji durian","authors":"R. W. Putri, Rahmatullah ., B. Santoso, Selpiana ., Mutiara Aiko Habsyari, Shafira T Aliyah, Alek Al Hadi, A. P. Gobel","doi":"10.36706/jtk.v29i1.1240","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1240","url":null,"abstract":"Keterbatasan pasokan bahan bakar untuk kebutuhan domestik seperti LPG saat ini mendorong banyak peneliti mencari sumber energi alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar, salah satunya adalah bahan bakar padat biobriket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perekat (binder) dan rasio bahan baku pada pembuatan biobriket dari sekam padi. Limbah pertanian berupa sekam padi dikumpulkan dan dipreparasi untuk penghilangan pengotor dan air sebelum dilakukan karbonisasi. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 300 ºC selama 30 menit. Penelitian ini menggunakan variasi perekat (binder) tepung tapioka dan tepung biji durian, dengan rasio bahan baku: binder yaitu 1 : 3; 1 : 1; dan 3 : 1. Biobriket yang dihasilkan diujji sifat fisika dan kimianya dengan analisa proksimat kemudian dilanjutkan dengan perendaman briket didalam minyak jelantah selama 10 menit . Hasil briket dianalisa dengan uji proksimat dan mendapatkan hasil kadar air (4,63% - 11,86%), kadar abu (21,05% - 41,03%), kadar zat mudah menguap (39, 08% - 53,88%), kadar karbon terikat (9,46% - 19,90%), untuk nilai kalor biobriket tanpa perendaman (2633 – 3502 kal/g) dan meningkat signifikan menjadi (3500 – 5671 kal/g) setelah perendaman minyak jelantah. Dari hasil tersebut, beberapa parameter telah memenuhi standar briket Jepang, Eropa dan Indonesia","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81703785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. R. Desfitri, Reni Desmiarti, Ellyta Sari, Putri N. Silaban, S. R. Dhani, Ainun YA. Dalimunthe
Sumatera Barat dikenal dengan alam yang sangat kaya oleh sumber daya mineral, salah satunya pozzolan (trass). Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Kandungan silika yang tinggi pada pozzolan merupakan potensi untuk menjadikannya sebagai sumber silika yang bisa dimanfaatkan di berbagai industri. Untuk mendapatkan silika dengan tingkat kemurnian yang tinggi diperlukan proses ekstraksi. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan memperhatikan pengaruh kondisi operasi pada pada proses pre-treatment sebagai studi awal pada pemanfaatan pozzolan di Sumatera Barat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum. Kondisi yang divariasikan pada penelitian ini adalah waktu, suhu dan jenis pelarut yang digunakan pada proses preparasi. Terhadap hasil ekstraksi dilakukan perhitungan jumlah yield dan analisis kandungan dengan menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF). Dari penelitian ini diperoleh kondisi terbaik pada proses pre-treatment adalah menggunakan aquadest bersuhu 100oC sebagai larutan pencuci dengan waktu perendaman 180 menit. Kondisi ini dapat menaikkan kadar silika dari 73,92% menjadi 82,06%.
{"title":"Pengaruh pre-treatment pada ekstraksi silika sebagai studi awal pada pemanfaatan pozzolan di sumatera barat","authors":"E. R. Desfitri, Reni Desmiarti, Ellyta Sari, Putri N. Silaban, S. R. Dhani, Ainun YA. Dalimunthe","doi":"10.36706/jtk.v29i1.1429","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1429","url":null,"abstract":"Sumatera Barat dikenal dengan alam yang sangat kaya oleh sumber daya mineral, salah satunya pozzolan (trass). Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Kandungan silika yang tinggi pada pozzolan merupakan potensi untuk menjadikannya sebagai sumber silika yang bisa dimanfaatkan di berbagai industri. Untuk mendapatkan silika dengan tingkat kemurnian yang tinggi diperlukan proses ekstraksi. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan memperhatikan pengaruh kondisi operasi pada pada proses pre-treatment sebagai studi awal pada pemanfaatan pozzolan di Sumatera Barat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum. Kondisi yang divariasikan pada penelitian ini adalah waktu, suhu dan jenis pelarut yang digunakan pada proses preparasi. Terhadap hasil ekstraksi dilakukan perhitungan jumlah yield dan analisis kandungan dengan menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF). Dari penelitian ini diperoleh kondisi terbaik pada proses pre-treatment adalah menggunakan aquadest bersuhu 100oC sebagai larutan pencuci dengan waktu perendaman 180 menit. Kondisi ini dapat menaikkan kadar silika dari 73,92% menjadi 82,06%.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82050272","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T. I. Sari, Fitri Hadiah, D. Bahrin, Tri Julieta Putri, Rizka Amanda
Modifikasi karet alam menggunakan pati (starch) dilakukan untuk meningkatkan kualitas karet alam serta meningkatkan kekuatan mekanis. Pati termasuk polimer yang sering dikembangkan dengan monomer atau beberapa polimer, karena memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi. Modifikasi karet alam menggunakan pati dilakukan dengan menambahkan kalium persulfat sebagai inisiator dan asam akrilat sebagai monomer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inisiator dan monomer terhadap persen grafting karet alam/starch, spektrum karet alam/pati dengan asam akrilat, dan morfologi hasil grafting karet alam dengan membandingkan pati termodifikasi dan tak termodifikasi. Variasi konsentrasi inisiator kalium persulfat yang digunakan berkisar 1 – 3%, sedangkan variasi jumlah monomer asam akrilat berkisar 22 – 30%. Hasil penelitian menunjukkan nilai persen grafting tertinggi yaitu pada konsentrasi inisiator 3% yaitu sebesar 58,28%, sedangkan variasi monomer menunjukkan hasil optimum pada penambahan monomer 28% dari pati yaitu 45,94%. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) pada sampel menunjukkan munculnya peak pada panjang gelombang sekitar 1244,78 cm-1 yaitu gugus C-O-C yang menandakan adanya senyawa pati serta panjang gelombang sekitar 1739,62 cm-1 yaitu gugus C=O yang menandakan adanya asam akrilat. Morfologi sampel grafting karet alam dengan pati termodifikasi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pati tak termodifikasi.
{"title":"Pengaruh konsentrasi inisiator kalium persulfat dan monomer asam akrilat terhadap persen grafting karet alam/starch","authors":"T. I. Sari, Fitri Hadiah, D. Bahrin, Tri Julieta Putri, Rizka Amanda","doi":"10.36706/jtk.v29i1.1450","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1450","url":null,"abstract":"Modifikasi karet alam menggunakan pati (starch) dilakukan untuk meningkatkan kualitas karet alam serta meningkatkan kekuatan mekanis. Pati termasuk polimer yang sering dikembangkan dengan monomer atau beberapa polimer, karena memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi. Modifikasi karet alam menggunakan pati dilakukan dengan menambahkan kalium persulfat sebagai inisiator dan asam akrilat sebagai monomer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inisiator dan monomer terhadap persen grafting karet alam/starch, spektrum karet alam/pati dengan asam akrilat, dan morfologi hasil grafting karet alam dengan membandingkan pati termodifikasi dan tak termodifikasi. Variasi konsentrasi inisiator kalium persulfat yang digunakan berkisar 1 – 3%, sedangkan variasi jumlah monomer asam akrilat berkisar 22 – 30%. Hasil penelitian menunjukkan nilai persen grafting tertinggi yaitu pada konsentrasi inisiator 3% yaitu sebesar 58,28%, sedangkan variasi monomer menunjukkan hasil optimum pada penambahan monomer 28% dari pati yaitu 45,94%. Hasil Fourier Transform Infrared (FTIR) pada sampel menunjukkan munculnya peak pada panjang gelombang sekitar 1244,78 cm-1 yaitu gugus C-O-C yang menandakan adanya senyawa pati serta panjang gelombang sekitar 1739,62 cm-1 yaitu gugus C=O yang menandakan adanya asam akrilat. Morfologi sampel grafting karet alam dengan pati termodifikasi menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pati tak termodifikasi.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90673828","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. D. Ananda, Leily Nurul Komariah, Novy Pralisa Putri, Susila Arita
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat dengan volume yang cukup besar dari produksi kelapa sawit. Dari total 24,25% TKKS yang dihasilkan, saat ini pemanfaatan limbahnya masih jauh dari potensinya sekitar 95,45 ton/ tahun yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dengan baik. Tandan kosong kelapa sawit dapat dikonversi menjadi abu yang siap dipakai untuk proses produksi biodisel melalui reaksi transesterifikasi. Hasil Uji karakteristik menunjukkan bahwa abu TKKS dapat menjadi katalis yang potensial karena menunjukkan kadar kalium mencapai 48,25% . Partikel katalis memiliki cross section area 16.2 A2/mol dengan luas permukaan 0,012 m2/g dan total volume pori katalis 0,007674 cc/g. Dalam kajian ini juga dilakukan proyeksi ketersediaan TKKS dari perkebunan sawit dan dikorelasikan dengan proyeksi kebutuhan katalis untuk industri biodiesel. Setiap tahun diperkirakan sedikitnya terdapat 15,5 juta ton TKKS yang dapat dikonversi menjadi abu sawit melalui proses torefaksi dan sejenisnya. Kebijakan penggunaan biodisel B35 di tahun 2023 diperkirakan akan meningkatkan volume produksi biodisel sampai 13,5 juta kL. Dengan demikian diperkirakan kebutuhan katalis komersial mencapai 120-140 ribu ton per tahun. Melalui neraca massa TKKS menjadi katalis abu TKKS, dimungkinkan tersedia 2,33 juta ton abu TKKS untuk dimanfaatkan sebagai katalis produksi biodiesel. Neraca massa konversi TKKS menjadi abu menunjukkan bahwa 15%-b abu yang siap dipakai menjadi katalis dapat dihasilkan dari setiap ton TKKS.
{"title":"Potensi dan karakteristik abu tandan kosong kelapa sawit sebagai katalis heterogen untuk produksi biodiesel","authors":"R. D. Ananda, Leily Nurul Komariah, Novy Pralisa Putri, Susila Arita","doi":"10.36706/jtk.v29i1.1551","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1551","url":null,"abstract":"Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat dengan volume yang cukup besar dari produksi kelapa sawit. Dari total 24,25% TKKS yang dihasilkan, saat ini pemanfaatan limbahnya masih jauh dari potensinya sekitar 95,45 ton/ tahun yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dengan baik. Tandan kosong kelapa sawit dapat dikonversi menjadi abu yang siap dipakai untuk proses produksi biodisel melalui reaksi transesterifikasi. Hasil Uji karakteristik menunjukkan bahwa abu TKKS dapat menjadi katalis yang potensial karena menunjukkan kadar kalium mencapai 48,25% . Partikel katalis memiliki cross section area 16.2 A2/mol dengan luas permukaan 0,012 m2/g dan total volume pori katalis 0,007674 cc/g. Dalam kajian ini juga dilakukan proyeksi ketersediaan TKKS dari perkebunan sawit dan dikorelasikan dengan proyeksi kebutuhan katalis untuk industri biodiesel. Setiap tahun diperkirakan sedikitnya terdapat 15,5 juta ton TKKS yang dapat dikonversi menjadi abu sawit melalui proses torefaksi dan sejenisnya. Kebijakan penggunaan biodisel B35 di tahun 2023 diperkirakan akan meningkatkan volume produksi biodisel sampai 13,5 juta kL. Dengan demikian diperkirakan kebutuhan katalis komersial mencapai 120-140 ribu ton per tahun. Melalui neraca massa TKKS menjadi katalis abu TKKS, dimungkinkan tersedia 2,33 juta ton abu TKKS untuk dimanfaatkan sebagai katalis produksi biodiesel. Neraca massa konversi TKKS menjadi abu menunjukkan bahwa 15%-b abu yang siap dipakai menjadi katalis dapat dihasilkan dari setiap ton TKKS. ","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76473172","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. Saputro, A. A. Bobsaid, M. C. Hutabarat, Dessy Ariyanti, Renova Panjaitan
Urgensi pemanfaatan sumber energi terbarukan pada saat ini semakin digaungkan mengingat penipisan bahan bakar fosil, serta kondisi alam yang semakin kritis akibat emisi yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran bahan bakar minyak bumi tersebut. Salah satu senyawa yang telah lama dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif adalah bioetanol. Penerapan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih terkendala karena kualitas yang dihasilkan masih rendah. Proses pemurnian merupakan salah satu kunci dalam mendapatkan bioetanol dengan kualitas fuel grade. Sebagaimana diketahui, bioetanol hasil fermentasi umumnya memiliki kadar sebesar 5-10% (v/v), sementara untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar, bioetanol harus memiliki tingkat kemurnian minimal 99,5%. Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai penelitian terkait metode pemurnian bioetanol telah dilakukan. Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji teknologi pemurnian yang dapat diaplikasikan dalam produksi bioetanol. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan diketahui beberapa metode pemurnian yang dapat dilakukan dalam proses produksi bioetanol adalah destilasi sederhana, destilasi refluks, destilasi vakum, adsorpsi dan metode gabungan destilasi dengan adsorpsi. Teknik yang dapat memberikan hasil dengan kemurnian paling tinggi, berdasarkan beberapa metode yang telah disebutkan tersebut adalah metode gabungan distilasi dengan adsorpsi yaitu dapat menghasilkan bioetanol dengan kemurnian 99,7%.
{"title":"Pengembangan metode pemurnian bioetanol dari berbagai jenis bahan baku: Kajian Pustaka","authors":"E. Saputro, A. A. Bobsaid, M. C. Hutabarat, Dessy Ariyanti, Renova Panjaitan","doi":"10.36706/jtk.v29i1.1088","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v29i1.1088","url":null,"abstract":"Urgensi pemanfaatan sumber energi terbarukan pada saat ini semakin digaungkan mengingat penipisan bahan bakar fosil, serta kondisi alam yang semakin kritis akibat emisi yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran bahan bakar minyak bumi tersebut. Salah satu senyawa yang telah lama dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif adalah bioetanol. Penerapan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif masih terkendala karena kualitas yang dihasilkan masih rendah. Proses pemurnian merupakan salah satu kunci dalam mendapatkan bioetanol dengan kualitas fuel grade. Sebagaimana diketahui, bioetanol hasil fermentasi umumnya memiliki kadar sebesar 5-10% (v/v), sementara untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar, bioetanol harus memiliki tingkat kemurnian minimal 99,5%. Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai penelitian terkait metode pemurnian bioetanol telah dilakukan. Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji teknologi pemurnian yang dapat diaplikasikan dalam produksi bioetanol. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan diketahui beberapa metode pemurnian yang dapat dilakukan dalam proses produksi bioetanol adalah destilasi sederhana, destilasi refluks, destilasi vakum, adsorpsi dan metode gabungan destilasi dengan adsorpsi. Teknik yang dapat memberikan hasil dengan kemurnian paling tinggi, berdasarkan beberapa metode yang telah disebutkan tersebut adalah metode gabungan distilasi dengan adsorpsi yaitu dapat menghasilkan bioetanol dengan kemurnian 99,7%.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"314 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84021146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aster Rahayu, Lindi Juliantri, Rahma Yunita Amalia
Di Indonesia, industri tekstil dan produk tekstil adalah salah satu penyumbang terbesar dalam peningkatan perekonomian. Namun perkembangan industri yang pesat ini berbanding terbalik dengan keseimbangan lingkungan hidup. Salah satu yang menjadi masalah utama dari limbah cair yang dihasilkan industri tekstil yaitu berupa zat warna. Umumnya limbah cair yang dibuang industri tekstil termasuk senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dengan cepat sehingga dapat menyebabkan polutan bagi lingkungan terutama ekosistem perairan. Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kandungan zat warna dalam limbah industri tekstil antara lain metode biologi, koagulasi, elektrokoagulasi, adsorpsi, ozonisasi, klorinasi. Namun, dari beberapa metode tersebut kurang efektif dalam mengatasi limbah zat warna tekstil bahkan seringkali menimbulkan persoalan baru bagi lingkungan. Salah satu metode pengolahan yang saat ini sedang dikembangkan untuk mendegradasi warna pada limbah cair yakni metode fotokatalis lampu UV-sinar matahari. Metode fotokatalis lampu UV-sinar matahari ini menggunakan oksidasi besi/karbon aktif sebagai katalis. Pengolahan sample warna dilakukan dengan memvariasikan waktu penyinaran, konsentrasi katalis dan memvariasikan jenis sinar yang di aplikasikan ke larutan sampel 200 ml dengan penambahan katalis sebesar 0,1 gram terhadap waktu penyinaran selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam penyinaran lampu UV dan sinar matahari sehingga didapat persentase penurunan absorbansi tertinggi pada konsentrasi katalis 4% FE dalam katalis karbon aktif dan lama penyinaran matahari selama 5 jam dengan penurunan sebesar 97,06% pada sampel limbah tenun.
{"title":"Degradasi remazol yellow FG dengan katalis oksida besi/karbon aktif dengan metode fotokatalis","authors":"Aster Rahayu, Lindi Juliantri, Rahma Yunita Amalia","doi":"10.36706/jtk.v28i3.1222","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v28i3.1222","url":null,"abstract":"Di Indonesia, industri tekstil dan produk tekstil adalah salah satu penyumbang terbesar dalam peningkatan perekonomian. Namun perkembangan industri yang pesat ini berbanding terbalik dengan keseimbangan lingkungan hidup. Salah satu yang menjadi masalah utama dari limbah cair yang dihasilkan industri tekstil yaitu berupa zat warna. Umumnya limbah cair yang dibuang industri tekstil termasuk senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dengan cepat sehingga dapat menyebabkan polutan bagi lingkungan terutama ekosistem perairan. Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kandungan zat warna dalam limbah industri tekstil antara lain metode biologi, koagulasi, elektrokoagulasi, adsorpsi, ozonisasi, klorinasi. Namun, dari beberapa metode tersebut kurang efektif dalam mengatasi limbah zat warna tekstil bahkan seringkali menimbulkan persoalan baru bagi lingkungan. Salah satu metode pengolahan yang saat ini sedang dikembangkan untuk mendegradasi warna pada limbah cair yakni metode fotokatalis lampu UV-sinar matahari. Metode fotokatalis lampu UV-sinar matahari ini menggunakan oksidasi besi/karbon aktif sebagai katalis. Pengolahan sample warna dilakukan dengan memvariasikan waktu penyinaran, konsentrasi katalis dan memvariasikan jenis sinar yang di aplikasikan ke larutan sampel 200 ml dengan penambahan katalis sebesar 0,1 gram terhadap waktu penyinaran selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam penyinaran lampu UV dan sinar matahari sehingga didapat persentase penurunan absorbansi tertinggi pada konsentrasi katalis 4% FE dalam katalis karbon aktif dan lama penyinaran matahari selama 5 jam dengan penurunan sebesar 97,06% pada sampel limbah tenun.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90705255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Air terproduksi dari industri minyak dan gas memerlukan pengolahan untuk menurunkan parameter pencemarnya sebelum dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali. Proses filtrasi dengan membran sebagai salah satu pilihan paling handal untuk proses pengolahan air dan air limbah dapat mengalami masalah fouling yang dapat mengurangi efisiensinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model pembentukan fouling pada membran Reverse Osmosis (RO) dengan mengintegrasikan filtrasi membran dengan proses adsorpsi menggunakan karbon aktif batok kelapa. Sistem membran RO menggunakan kondisi tekanan operasi yang berbeda (10, 11 12 bar) dan waktu filtrasi (15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120 menit). Modified Fouling Index (MFI) digunakan untuk menggambarkan fouling pada proses dan penelitian difokuskan pada penurunan zat padat terlarut (TDS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tekanan operasi terbaik terjadi pada tekanan 12 bar dengan nilai fluks permeate tertinggi yaitu 0,75 L/m2h dan rejeksi TDS tertinggi sebesar 95,90%. Sistem terintegrasi antara karbon aktif adsorpsi dan membran RO menghasilkan nilai MFI tertinggi sebesar 65,64 s/L2 pada tekanan 10 bar.
{"title":"Pengaruh karbon aktif terhadap fouling membran reverse osmosis pada pengolahan air terproduksi","authors":"Mayang Bidari, Merlinda Ariesty Putri, Subriyer Nasir","doi":"10.36706/jtk.v28i3.991","DOIUrl":"https://doi.org/10.36706/jtk.v28i3.991","url":null,"abstract":"Air terproduksi dari industri minyak dan gas memerlukan pengolahan untuk menurunkan parameter pencemarnya sebelum dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali. Proses filtrasi dengan membran sebagai salah satu pilihan paling handal untuk proses pengolahan air dan air limbah dapat mengalami masalah fouling yang dapat mengurangi efisiensinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model pembentukan fouling pada membran Reverse Osmosis (RO) dengan mengintegrasikan filtrasi membran dengan proses adsorpsi menggunakan karbon aktif batok kelapa. Sistem membran RO menggunakan kondisi tekanan operasi yang berbeda (10, 11 12 bar) dan waktu filtrasi (15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120 menit). Modified Fouling Index (MFI) digunakan untuk menggambarkan fouling pada proses dan penelitian difokuskan pada penurunan zat padat terlarut (TDS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tekanan operasi terbaik terjadi pada tekanan 12 bar dengan nilai fluks permeate tertinggi yaitu 0,75 L/m2h dan rejeksi TDS tertinggi sebesar 95,90%. Sistem terintegrasi antara karbon aktif adsorpsi dan membran RO menghasilkan nilai MFI tertinggi sebesar 65,64 s/L2 pada tekanan 10 bar.","PeriodicalId":52562,"journal":{"name":"Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78171010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}