Abstrak. Pemanfaatan energi panas buangan dari proses kondensasi asap cair belum banyak diaplikasikan, selama ini panas dibuang ke media air yang disirkulasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan menguji fungsional unit penghasil asap cair yang terintegrasi dengan pengering kabinet. Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu perancangan (desain struktural dan fungsional), pabrikasi, dan uji fungsional hasil rancangan. Perekayasaan ini menghasilkan unit penghasil asap cair yang terintegrasi dengan pengering kabinet. Alat ini terdiri dari empat komponen utama yaitu tabung pirolisator, pipa penukar panas, pengering kabinet serta kondensor. Berdasarkan uji fungsional, alat ini telah dapat menghasilkan asap cair dengan volume berkisar antara 2300 – 3182 ml selama 5 jam proses pembakaran tempurung kelapa. Wadah 1 merupakan wadah yang paling banyak menampung asap cair dibandingkan wadah 2, hal ini menunjukan proses kondensasi lebih banyak terjadi pada pipa penukar panas Design and Construction of Machine for Liquid Smoke Production Integrated with Cabinet DryerAbstract. Utilization of released heat energy from the condensation of liquid smoke has not been widely applied. Recently, the heat generated from the process was discharged and circulated into water as a cooling media. This research aimed to design and test a functional of liquid unit integrated with a dryer cabinet. The study consisted of three steps including design (structural and functional design), manufacturing, and testing a functional of results designed. This research and development produced liquid smoke integrated with the dryer cabinet. This machine consisted of four main components including tube of pirolisator, heat exchanger, condenser and dryer cabinet. Based on the functional test, this machine had been able to produce liquid smoke, ranged from 2300 to 3182 ml for 5 hours burning process of coconut shells. The first container was a container that received much more liquid smoke compared with the second container 2. This research revealed that condensation process occurs more frequently in the heat exchanger pipe.
{"title":"Rancang Bangun Unit Penghasil Asap Cair yang Terintegrasi dengan Pengering Kabinet","authors":"Hendri Syah, Sri Hartuti, J. Juanda","doi":"10.17969/RTP.V7I1.2646","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V7I1.2646","url":null,"abstract":"Abstrak. Pemanfaatan energi panas buangan dari proses kondensasi asap cair belum banyak diaplikasikan, selama ini panas dibuang ke media air yang disirkulasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan menguji fungsional unit penghasil asap cair yang terintegrasi dengan pengering kabinet. Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu perancangan (desain struktural dan fungsional), pabrikasi, dan uji fungsional hasil rancangan. Perekayasaan ini menghasilkan unit penghasil asap cair yang terintegrasi dengan pengering kabinet. Alat ini terdiri dari empat komponen utama yaitu tabung pirolisator, pipa penukar panas, pengering kabinet serta kondensor. Berdasarkan uji fungsional, alat ini telah dapat menghasilkan asap cair dengan volume berkisar antara 2300 – 3182 ml selama 5 jam proses pembakaran tempurung kelapa. Wadah 1 merupakan wadah yang paling banyak menampung asap cair dibandingkan wadah 2, hal ini menunjukan proses kondensasi lebih banyak terjadi pada pipa penukar panas Design and Construction of Machine for Liquid Smoke Production Integrated with Cabinet DryerAbstract. Utilization of released heat energy from the condensation of liquid smoke has not been widely applied. Recently, the heat generated from the process was discharged and circulated into water as a cooling media. This research aimed to design and test a functional of liquid unit integrated with a dryer cabinet. The study consisted of three steps including design (structural and functional design), manufacturing, and testing a functional of results designed. This research and development produced liquid smoke integrated with the dryer cabinet. This machine consisted of four main components including tube of pirolisator, heat exchanger, condenser and dryer cabinet. Based on the functional test, this machine had been able to produce liquid smoke, ranged from 2300 to 3182 ml for 5 hours burning process of coconut shells. The first container was a container that received much more liquid smoke compared with the second container 2. This research revealed that condensation process occurs more frequently in the heat exchanger pipe.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Novi Safriani, Melly Novita, Ismail Sulaiman, Wenny Ratino
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kemasan terbaik yang dapat mempertahankan mutu manisan kolang-kaling (Arenga pinnata L.) basah selama penyimpanan pada suhu ruang. Pada penelitian ini telah dikaji pengaruh jenis kemasan (plastik polipropilen (PP), botol plastik polipropilen (PP), dan botol kaca) dan lama penyimpanan (0, 5, 10, dan 15 hari) terhadap mutu manisan kolang-kaling basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manisan kolang-kaling basah dengan mutu terbaik berdasarkan uji organoleptik dan kimia diperoleh dari kombinasi perlakuan manisan kolang-kaling basah yang dikemas menggunakan botol kaca dan lama penyimpanan 5 hari pada suhu ruang dengan karakteristik sebagai berikut: kadar air 35,75%, kadar gula 50,56 mg/L, kadar total asam 0,16%, nilai pH 4,40, total mikroba 0,34 CFU/ml, nilai organoleptik warna 3,83; aroma 3,90; dan tekstur 3,87. Wet ‘Kolang-Kaling’ Sweets (Arenga pinnata L.) Packaging Using Plastic Material and Glass Jar in Room Temperature Storage Abstract. The aim of this study was to determine the best type of packaging to maintain the quality of wet “kolang-kaling”(Arenga pinnata L.) sweets during storage at the room temperature. The effects of the type of packaging (polypropylene plastic (PP), polypropylene plastic cup (PP),and glass jar (jam jar)), and storage duration (0, 5, 10, and 15 days) on the quality of the wet “kolang-kaling” sweets were investigated.The results showed that the best quality of the wet “kolang-kaling” sweets based on the organoleptic and chemical analysis obtained from the wet “kolang-kaling” sweets were packed by using glass jars, and storage of 5 days at room temperature with the following characteristics: water content of 35,75%, sugar content of 50,56 mg/L, total acid content of 0,16%, pH value of 4,40, the total microbial of 0,34 CFU/ml. The organoleptic value of the best treatment: color of 3,83; flavor of 3,90; texture of 3,87.
{"title":"Pengemasan Manisan Kolang-Kaling Basah (Arenga pinnata L.) dengan Bahan Kemas Plastik dan Botol Kaca pada Penyimpanan Suhu Ruang","authors":"Novi Safriani, Melly Novita, Ismail Sulaiman, Wenny Ratino","doi":"10.17969/RTP.V7I1.2644","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V7I1.2644","url":null,"abstract":"Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kemasan terbaik yang dapat mempertahankan mutu manisan kolang-kaling (Arenga pinnata L.) basah selama penyimpanan pada suhu ruang. Pada penelitian ini telah dikaji pengaruh jenis kemasan (plastik polipropilen (PP), botol plastik polipropilen (PP), dan botol kaca) dan lama penyimpanan (0, 5, 10, dan 15 hari) terhadap mutu manisan kolang-kaling basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manisan kolang-kaling basah dengan mutu terbaik berdasarkan uji organoleptik dan kimia diperoleh dari kombinasi perlakuan manisan kolang-kaling basah yang dikemas menggunakan botol kaca dan lama penyimpanan 5 hari pada suhu ruang dengan karakteristik sebagai berikut: kadar air 35,75%, kadar gula 50,56 mg/L, kadar total asam 0,16%, nilai pH 4,40, total mikroba 0,34 CFU/ml, nilai organoleptik warna 3,83; aroma 3,90; dan tekstur 3,87. Wet ‘Kolang-Kaling’ Sweets (Arenga pinnata L.) Packaging Using Plastic Material and Glass Jar in Room Temperature Storage Abstract. The aim of this study was to determine the best type of packaging to maintain the quality of wet “kolang-kaling”(Arenga pinnata L.) sweets during storage at the room temperature. The effects of the type of packaging (polypropylene plastic (PP), polypropylene plastic cup (PP),and glass jar (jam jar)), and storage duration (0, 5, 10, and 15 days) on the quality of the wet “kolang-kaling” sweets were investigated.The results showed that the best quality of the wet “kolang-kaling” sweets based on the organoleptic and chemical analysis obtained from the wet “kolang-kaling” sweets were packed by using glass jars, and storage of 5 days at room temperature with the following characteristics: water content of 35,75%, sugar content of 50,56 mg/L, total acid content of 0,16%, pH value of 4,40, the total microbial of 0,34 CFU/ml. The organoleptic value of the best treatment: color of 3,83; flavor of 3,90; texture of 3,87.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486338","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Nanas (Ananas comosus Merr) mempunyai prospek agribisnis yang semakin meningkat baik untuk kebutuhan buah segar maupun bahan olahan. Model simulasi penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan) nanas (selai, dodol dan manisan) merupakan salah satu upaya untuk menginformasikan kepada pihak yang terkait agar dapat memperoleh informasi tingkat keuntungan (pendapatan) yang lebih besar, jika dibandingkan dengan menjual langsung dalam bentuk buah segar. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi kelayakan penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan); mensimulasi tingkat keuntungan yang diperoleh petani nanas melalui produk olahan; serta memprediksi tingkat keuntungan petani nanas selama 8 tahun ke depan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Powersim untuk melihat kelayakan penanganan pasca panen sekunder (teknologi Pengolahan) nanas berdasarkan analisis teknis dan ekonomi. Pada tahun 2008 petani nanas mendapatkan penerimaan dari manisan nanas sebesar Rp 5.072.874,60, penerimaan dari selai nanas sebesar Rp 4.191.896, 60, dan penerimaan dari dodol nanas sebesar Rp 26.664.472,00. Jika diasumsikan harga jual produk olahan nanas tetap maka pada tahun 2020 penerimaan petani dari penjualan manisan nanas bisa mencapai Rp 30.998.132,90, penerimaan dari selai nanas bisa mencapai Rp 25.586.879,80, dan penerimaan dari dodol nanas bisa mencapai Rp 135.572.561,00. Total keuntungan petani nanas dari penerimaan hasil penjualan produk olahan nanas yang berupa manisan, selai dan dodol di Kabupaten Aceh Tengah mencapai Rp 35.929.243,20 pada tahun 2008. Dan hasil simulasi prediksi pada tahun 2020 keuntungan petani nanas dapat mencapai Rp 195.147.574,00.. Simulation Model of Secondary Postharvest Handling (Processing Technology) of Pineapple (Ananas comosus Merr) (Case Study: Aceh Tengah District)Abstract. Pineapple (Ananas comosus Merr) has a growing agribusiness prospects in terms of fresh fruit and processed materials. Simulation model of secondary postharvest handling (processing technology) of pineapple (jam, candy, and dodol) is an effort informing the relevant parties in order to obtain information rate of profit (income) greater compared with direct selling in the form of fresh fruit. The purpose of this study was to get some information of an eligibility secondary postharvest handling (processing technology); to simulate the level of benefits pineapple growers through refined products, as well as to predict the pineapple farmer returns for 8 years. Data processing was performed using software Powersim to measure the feasibility of secondary post-harvest handling (processing technology) pineapple based on the technical and economic analysis. In 2008, farmers obtain an acceptance of dodol pineapple Rp 5,072,874.60 pineapple, pineapple jam acceptance of Rp 4,191,896, 60, and acceptance of candy pineapple Rp 26,664,472.00. If it is assumed selling price of processed pineapple products in 2020 remains the farmer a
抽象。菠萝(Ananas comosus Merr)对新鲜水果和加工材料的需求有了越来越大的发展前景。菠萝菠萝(果酱、dodol和甜食)的仿生后处理(处理技术)是向相关各方提供比直接销售新鲜水果更大的利润水平(收入)信息的一种尝试。本研究的目的是获取二期后处理(处理技术)的可行性信息;模拟菠萝种植者通过加工产品获得的利润率;并预测未来8年菠萝种植者的利润水平。数据处理使用Powersim软件,根据技术和经济分析,确定菠萝二收获后处理的可行性。2008年,菠萝种植者从菠萝菠萝中获得了5 072,874.60卢比的收入,从菠萝菠萝中获得的收入为4,191,896卢比60卢比,从菠萝菠萝中获得的收入为26,664,472.2美元。如果认为菠萝加工产品的价格是固定的,那么到2020年,从菠萝糖果销售中农民的收入可能达到30998,132.90卢比,而菠萝酱的收入可能达到25586,879,80卢比,而菠萝菠萝的收入可能达到135,572,51.1美元。2008年,菠萝种植者从从松脂、果酱和dodol等菠萝加工产品中获得的总收入达到了35,929,243.20卢比。根据2020年的预测,凤梨种植者的利润可达195,147,574.00卢比。《二次后收获技术》(unanas comosus Merr)抽象版。菠萝(Ananas comosus Merr)在新鲜水果和加工材料的terms中有发展农业的发展。《二次后收获技术》(jam, candy, and dodol)的仿制品是一种effort,以提醒人们在可接受的益利信息利率中加入的相关性。这项研究的目的是获得一些事后收获的情报;通过重复生产,模拟菠萝农夫的评级,期望8年。数据开发是利用Powersim软件来测量基于技术和经济分析的菠萝技术的影响。在2008年,农民得到的acceptance of dodol菠萝Rp 5,072,874。60菠萝,菠萝小时acceptance of 4,191,896 60卢比和acceptance of糖果菠萝Rp 26,664,472点。如果是2020年生产菠萝产品的经过验证的价格,那么这个市场的有效期是……561.00. 2008年,菲律宾生产总值的总利润来自于不断出售的菠萝产品《菠萝》、《小时》和《糖果》。仿真销售预测2020年菠萝farmers能达到195,147.574小时
{"title":"Model Simulasi Penanganan Pascapanen Sekunder (Teknologi Pengolahan) Nanas (Ananas comosus merr) (Studi Kasus: Kabupaten Aceh Tengah)","authors":"Raida Agustina, D. Jayanti, Siti Mechram","doi":"10.17969/RTP.V7I1.2645","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V7I1.2645","url":null,"abstract":"Abstrak. Nanas (Ananas comosus Merr) mempunyai prospek agribisnis yang semakin meningkat baik untuk kebutuhan buah segar maupun bahan olahan. Model simulasi penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan) nanas (selai, dodol dan manisan) merupakan salah satu upaya untuk menginformasikan kepada pihak yang terkait agar dapat memperoleh informasi tingkat keuntungan (pendapatan) yang lebih besar, jika dibandingkan dengan menjual langsung dalam bentuk buah segar. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi kelayakan penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan); mensimulasi tingkat keuntungan yang diperoleh petani nanas melalui produk olahan; serta memprediksi tingkat keuntungan petani nanas selama 8 tahun ke depan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Powersim untuk melihat kelayakan penanganan pasca panen sekunder (teknologi Pengolahan) nanas berdasarkan analisis teknis dan ekonomi. Pada tahun 2008 petani nanas mendapatkan penerimaan dari manisan nanas sebesar Rp 5.072.874,60, penerimaan dari selai nanas sebesar Rp 4.191.896, 60, dan penerimaan dari dodol nanas sebesar Rp 26.664.472,00. Jika diasumsikan harga jual produk olahan nanas tetap maka pada tahun 2020 penerimaan petani dari penjualan manisan nanas bisa mencapai Rp 30.998.132,90, penerimaan dari selai nanas bisa mencapai Rp 25.586.879,80, dan penerimaan dari dodol nanas bisa mencapai Rp 135.572.561,00. Total keuntungan petani nanas dari penerimaan hasil penjualan produk olahan nanas yang berupa manisan, selai dan dodol di Kabupaten Aceh Tengah mencapai Rp 35.929.243,20 pada tahun 2008. Dan hasil simulasi prediksi pada tahun 2020 keuntungan petani nanas dapat mencapai Rp 195.147.574,00.. Simulation Model of Secondary Postharvest Handling (Processing Technology) of Pineapple (Ananas comosus Merr) (Case Study: Aceh Tengah District)Abstract. Pineapple (Ananas comosus Merr) has a growing agribusiness prospects in terms of fresh fruit and processed materials. Simulation model of secondary postharvest handling (processing technology) of pineapple (jam, candy, and dodol) is an effort informing the relevant parties in order to obtain information rate of profit (income) greater compared with direct selling in the form of fresh fruit. The purpose of this study was to get some information of an eligibility secondary postharvest handling (processing technology); to simulate the level of benefits pineapple growers through refined products, as well as to predict the pineapple farmer returns for 8 years. Data processing was performed using software Powersim to measure the feasibility of secondary post-harvest handling (processing technology) pineapple based on the technical and economic analysis. In 2008, farmers obtain an acceptance of dodol pineapple Rp 5,072,874.60 pineapple, pineapple jam acceptance of Rp 4,191,896, 60, and acceptance of candy pineapple Rp 26,664,472.00. If it is assumed selling price of processed pineapple products in 2020 remains the farmer a","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis evapotranspirasi dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, dan Radiasi. Data klimatologi diambil dari dua stasiun yang berbeda, yaitu BMKG Blang Bintang dan Stasiun Klimatologi Indrapuri, Kab. Aceh Besar. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa evapotranspirasi potensial (Eto) menunjukkan Eto yang terdapat pada BMKG Blang Bintang lebih tinggi dari pada Stasiun Klimatologi Indrapuri. Perbedaan hasil perhitungan Eto yang terjadi pada setiap metode dipengaruhi oleh data-data iklim yang dipakai. Nilai evapotranspirasi potensial (Eto)yang tertinggi diperoleh dengan menggunakan metode Thornthwaite dan yang terendah dengan menggunakan metode Radiasi. Suhu, curah hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, kelembaban udara, tekanan udara, dan lama penyinaran matahari adalah faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses evapotranspirasi potensial. Beberapa metode yang aplikatif untuk menghitung evapotranspirasi.Abstract. The aim of this research is to analyze the evaporation using several methods, such as: Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, and Radiation. Climatology data were taken from two climatological stations: Board of Meteorological, Climatology, and Geophysics of Blang Bintang and Climatology Station of Indrapuri in Aceh Besar District. The results showed that potential evapotranspiration (Eto) in Blang Bintang was higher than the potential evapotranspiration in Indrapuri. The differences of potential evapotranspiration occurred due to different methods used in the calculation. The highest potential evapotranspiration (Eto) obtained using Thornthwaite method and the lowest potential evapotranspiration (Eto) obtained using Radiation method. Temperature, precipitation, solar radiation, wind speed, moisture, air pressure, and the length of solar radiation were the factors that influenced the process of potential evapotranspiration (Eto). Several applicable methods in calculating the potential evapotranspiration (Eto) in Blang Bintang and Indrapuri were Blaney Criddle, Hargreaves and Radiation methods.
{"title":"Analisis Evapotranspirasi dengan Menggunakan Metode Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, dan Radiasi","authors":"Juanda Wirawan","doi":"10.17969/rtp.v6i2.20429","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/rtp.v6i2.20429","url":null,"abstract":"Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis evapotranspirasi dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, dan Radiasi. Data klimatologi diambil dari dua stasiun yang berbeda, yaitu BMKG Blang Bintang dan Stasiun Klimatologi Indrapuri, Kab. Aceh Besar. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa evapotranspirasi potensial (Eto) menunjukkan Eto yang terdapat pada BMKG Blang Bintang lebih tinggi dari pada Stasiun Klimatologi Indrapuri. Perbedaan hasil perhitungan Eto yang terjadi pada setiap metode dipengaruhi oleh data-data iklim yang dipakai. Nilai evapotranspirasi potensial (Eto)yang tertinggi diperoleh dengan menggunakan metode Thornthwaite dan yang terendah dengan menggunakan metode Radiasi. Suhu, curah hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, kelembaban udara, tekanan udara, dan lama penyinaran matahari adalah faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses evapotranspirasi potensial. Beberapa metode yang aplikatif untuk menghitung evapotranspirasi.Abstract. The aim of this research is to analyze the evaporation using several methods, such as: Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, and Radiation. Climatology data were taken from two climatological stations: Board of Meteorological, Climatology, and Geophysics of Blang Bintang and Climatology Station of Indrapuri in Aceh Besar District. The results showed that potential evapotranspiration (Eto) in Blang Bintang was higher than the potential evapotranspiration in Indrapuri. The differences of potential evapotranspiration occurred due to different methods used in the calculation. The highest potential evapotranspiration (Eto) obtained using Thornthwaite method and the lowest potential evapotranspiration (Eto) obtained using Radiation method. Temperature, precipitation, solar radiation, wind speed, moisture, air pressure, and the length of solar radiation were the factors that influenced the process of potential evapotranspiration (Eto). Several applicable methods in calculating the potential evapotranspiration (Eto) in Blang Bintang and Indrapuri were Blaney Criddle, Hargreaves and Radiation methods.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK. Model hidrologi Soil and Water Assessment Tool (SWAT) telah digunakan untuk mensimulasikan debit Sub DAS Krueng Meulesong yang terletak di Kabupaten Aceh Besar menggunakan data klimatologi aktual dan data klimatologi prediksi. Data klimatologi aktual diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat sedangkan data prediksi merupakan data hasil perkiraan dari Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) yang dilaksanakan oleh National Centers for Environmental Prediction/Environmental Modeling Center (NCEP/EMC) yang tersedia di 4 stasiun di sekitar Sub DAS. Pada awalnya model mensimulasikan debit dari Sub DAS menggunakan input data klimatologi aktual yang hasilnya dikalibrasikan dengan data debit tercatat pada pos duga air. Model dengan parameter terbaik kemudian digunakan untuk mensimulasikan tiga skenario simulasi menggunakan data input klimatologi hasil prediksi, adapun skenarioskenario tersebut adalah (1) data dari satu stasiun terdekat, (2) data dari dua stasiun terdekat dan (3) data dari empat stasiun terdekat. Hasil kalibrasi model menunjukkan bahwa model memiliki kinerja cukup baik dengan nilai koefisien determinasi 0.67 dan koefisien Nash-Sutcliffe 0.37. Aplikasi data klimatologi hasil prediksi menunjukkan bahwa, data prediksi dari satu stasiun terdekat menghasilkan kinerja model yang lebih baik. Sementara itu semakin banyak stasiun yang digunakan sebagai input data akan menghasilkan hasil simulasi yang semakin mendekati hasil simulasi dengan menggunakan data aktual.SWAT Model Application To Simulate Discharge From Krueng Meulesong Sub Watershed Using The Actual And Predicted Climatological DataABSTRACT. The Soil and Water Assessment Tool (SWAT) hydrological model was used to simulate discharge from Krueng Meulesong subwatershed located in Aceh Besar District using actual and predicted climatological data. The actual data were collected from the nearest local meteorological station while the predicted data was the results of Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) completed by National Centers for Environmental Prediction/Environmental Modeling Center (NCEP/EMC) through four stations located around the subwatershed. The model was initially developed using actual data and then calibrated with observed streamflow data. The best model then was rerun using 3 scenarios of predicted data i.e. (1) data from the nearest station, (2) data from average of the two nearest stations and (3) data from average of four nearest stations. The model performance was categorized into satisfactory with determination and Nash-Sutcliffe coefficients were 0.67 and 0.37, respectively. Comparing the model performance resulted from predicted data suggested that using the nearest station data would produce a better model performance. Meanwhile, incorporating more predicted data stations around subwatershed would cause the model to produce simulated streamflow similar to the streamflow using the actual data.
{"title":"Aplikasi Model SWAT Untuk Mensimulasikan Debit Sub DAS Krueng Meulesong Menggunakan Data Klimatologi Aktual Dan Data Klimatologi Hasil Perkiraan","authors":"T. Ferijal","doi":"10.17969/RTP.V6I1.912","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.912","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Model hidrologi Soil and Water Assessment Tool (SWAT) telah digunakan untuk mensimulasikan debit Sub DAS Krueng Meulesong yang terletak di Kabupaten Aceh Besar menggunakan data klimatologi aktual dan data klimatologi prediksi. Data klimatologi aktual diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat sedangkan data prediksi merupakan data hasil perkiraan dari Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) yang dilaksanakan oleh National Centers for Environmental Prediction/Environmental Modeling Center (NCEP/EMC) yang tersedia di 4 stasiun di sekitar Sub DAS. Pada awalnya model mensimulasikan debit dari Sub DAS menggunakan input data klimatologi aktual yang hasilnya dikalibrasikan dengan data debit tercatat pada pos duga air. Model dengan parameter terbaik kemudian digunakan untuk mensimulasikan tiga skenario simulasi menggunakan data input klimatologi hasil prediksi, adapun skenarioskenario tersebut adalah (1) data dari satu stasiun terdekat, (2) data dari dua stasiun terdekat dan (3) data dari empat stasiun terdekat. Hasil kalibrasi model menunjukkan bahwa model memiliki kinerja cukup baik dengan nilai koefisien determinasi 0.67 dan koefisien Nash-Sutcliffe 0.37. Aplikasi data klimatologi hasil prediksi menunjukkan bahwa, data prediksi dari satu stasiun terdekat menghasilkan kinerja model yang lebih baik. Sementara itu semakin banyak stasiun yang digunakan sebagai input data akan menghasilkan hasil simulasi yang semakin mendekati hasil simulasi dengan menggunakan data aktual.SWAT Model Application To Simulate Discharge From Krueng Meulesong Sub Watershed Using The Actual And Predicted Climatological DataABSTRACT. The Soil and Water Assessment Tool (SWAT) hydrological model was used to simulate discharge from Krueng Meulesong subwatershed located in Aceh Besar District using actual and predicted climatological data. The actual data were collected from the nearest local meteorological station while the predicted data was the results of Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) completed by National Centers for Environmental Prediction/Environmental Modeling Center (NCEP/EMC) through four stations located around the subwatershed. The model was initially developed using actual data and then calibrated with observed streamflow data. The best model then was rerun using 3 scenarios of predicted data i.e. (1) data from the nearest station, (2) data from average of the two nearest stations and (3) data from average of four nearest stations. The model performance was categorized into satisfactory with determination and Nash-Sutcliffe coefficients were 0.67 and 0.37, respectively. Comparing the model performance resulted from predicted data suggested that using the nearest station data would produce a better model performance. Meanwhile, incorporating more predicted data stations around subwatershed would cause the model to produce simulated streamflow similar to the streamflow using the actual data.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486260","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT. This study presents an analysis of the optimization by using HOMER software and financial viability of 10 kW wind turbine generator (WTG) through grid connected system for six different locations in Malaysia (Mersing, Kuching, K.Trengganu, Kudat, Melaka and Labuan). Assessment criteria comprised Total Net Present Cost (TNPC), and Cost of Energy ( COE ). The HOMER ( National Renewable Energy laboratory, US) was utilized as the assessment tool with modeling performed with hourly load data input from six cities in Malaysia. The results demonstrate that WTG has the potential to supply significant power for small scale load in conjunction with the grid-electricity supply. Optimization modeling demonstrated that the TNPC for grid connected configuration is Mersing for the lowest TNPC among the other cities which is TNPC recorded at $ -28,436 and initial cost is about $ 20,000. This mean wind grid system in Mersing is very benefit be built and reduction in greenhouse gas emission of 9,452 kg/yr. Optimization modeling also showed that Mersing is the only one among other city had showed a high potential of WTG which produced energy at 85,326 kWh/yr and purchase grid only at 4,082 kWh/year.Kajian Kinerja dan Potensi Generator Turbin Angin 10kW untuk 6 kota di MalaysiaABSTRAK. Penelitian ini menyajikan analisis optimasi dengan menggunakan software HOMER dan kesesuaian biaya untuk generator turbin angin (wind turbine generator=WTG) 10 kW sistem grid untuk enam lokasi yang berbeda di Malaysia (Mersing, Kuching, K.Trengganu, Kudat, Melaka dan Labuan). Kriteria penilaian terdiri Total Net Present Cost (TNPC) dan Cost of Energy (COE). software HOMER (National Renewable Energy laboratory, US) digunakan sebagai pemodelan dengan memasukkan data beban daya per jam dari enam kota tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generator turbin angin (WTG) memiliki potensi untuk memasok daya yang signifikan untuk beban kecil dalam hubungannya dengan pasokan grid listrik. Optimasi Pemodelan menunjukkan bahwa Mersing memiliki TNPC terendah dibangdingkan kota lain ($ -28,436) dan initial cost sebesar $ 20,000. Hal ini bermakna bahwa Mersing memiliki potensi untuk dibangun generator turbin angin (WTG) dan pengurangan emisi gas rumah kaca 9.452 kg/tahun. Model optimasi juga menunjukkan bahwa Mersing adalah kota yang memiliki potensi besar untuk membuat sistem generator turbin angin (WTG) yang menghasilkan energi 85.326 kWjam/tahun dan pembelian daya pada jaringan grid hanya 4.082 kWjam/tahun.
摘要本研究分析了10千瓦风力发电机(WTG)在马来西亚6个不同地点(默兴、古晋、丁加奴、古打、马六甲和纳闽)通过并网系统的财务可行性。评估标准包括总净当前成本(TNPC)和能源成本(COE)。HOMER(美国国家可再生能源实验室)被用作评估工具,利用马来西亚六个城市的每小时负荷数据进行建模。结果表明,与电网供电相结合,WTG具有为小规模负荷提供重要电力的潜力。优化模型表明,在其他城市中,并网配置的TNPC最低,TNPC记录为-28,436美元,初始成本约为20,000美元。这意味着默辛的风力电网系统非常有利,每年减少温室气体排放9,452公斤。优化模型还表明,默辛是其他城市中唯一一个显示出高WTG潜力的城市,其发电量为85,326 kWh/年,购买电网仅为4,082 kWh/年。Kajian Kinerja dan Potensi发电机Turbin Angin 10kW untuk 6 kota di malaysia。Penelitian ini menyajikan分析optimasdengan menggunakan软件HOMER dan kesessuaian biaya untuk发电机涡轮发电机(风力发电机=WTG) 10千瓦系统电网untuk在马来西亚(Mersing,古晋,k.丁加奴,古打,马六甲丹纳闽)。总净当前成本(TNPC)和能源成本(COE)。软件HOMER(美国国家可再生能源实验室),digunakan sebagai pemodelan dengan memasukkan数据,在每个数据中都有一个数据集。Hasil penelitian menunjukkan bahwa发电机涡轮发电机(WTG) memiliki电位untuk memask daya阳显著untuk beban kecil dalam hubungannya dengan pasokan电网清单。Optimasi Pemodelan menunjukkan bahwa Mersing memiliki TNPC terendah dibangdingkan kota lain(-28,436美元),初始成本为20,000美元。halini bermakna bahwa Mersing memiliki potenki dibangun发电机涡轮发电机(WTG)的排放量为9.452 kg/tahun。模型优化为:杨梦哈斯坎能量85.326 kWjam/tahun,杨梦哈斯坎能量85.326 kWjam/tahun,杨梦哈斯坎能量85.326 kWjam/tahun,杨梦哈斯坎能量4.082 kWjam/tahun。
{"title":"Performance and Potential Study of 10kW Wind Turbine Generator for 6 Cities in Malaysia","authors":"M. Mustaqimah","doi":"10.17969/RTP.V6I1.359","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.359","url":null,"abstract":"ABSTRACT. This study presents an analysis of the optimization by using HOMER software and financial viability of 10 kW wind turbine generator (WTG) through grid connected system for six different locations in Malaysia (Mersing, Kuching, K.Trengganu, Kudat, Melaka and Labuan). Assessment criteria comprised Total Net Present Cost (TNPC), and Cost of Energy ( COE ). The HOMER ( National Renewable Energy laboratory, US) was utilized as the assessment tool with modeling performed with hourly load data input from six cities in Malaysia. The results demonstrate that WTG has the potential to supply significant power for small scale load in conjunction with the grid-electricity supply. Optimization modeling demonstrated that the TNPC for grid connected configuration is Mersing for the lowest TNPC among the other cities which is TNPC recorded at $ -28,436 and initial cost is about $ 20,000. This mean wind grid system in Mersing is very benefit be built and reduction in greenhouse gas emission of 9,452 kg/yr. Optimization modeling also showed that Mersing is the only one among other city had showed a high potential of WTG which produced energy at 85,326 kWh/yr and purchase grid only at 4,082 kWh/year.Kajian Kinerja dan Potensi Generator Turbin Angin 10kW untuk 6 kota di MalaysiaABSTRAK. Penelitian ini menyajikan analisis optimasi dengan menggunakan software HOMER dan kesesuaian biaya untuk generator turbin angin (wind turbine generator=WTG) 10 kW sistem grid untuk enam lokasi yang berbeda di Malaysia (Mersing, Kuching, K.Trengganu, Kudat, Melaka dan Labuan). Kriteria penilaian terdiri Total Net Present Cost (TNPC) dan Cost of Energy (COE). software HOMER (National Renewable Energy laboratory, US) digunakan sebagai pemodelan dengan memasukkan data beban daya per jam dari enam kota tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generator turbin angin (WTG) memiliki potensi untuk memasok daya yang signifikan untuk beban kecil dalam hubungannya dengan pasokan grid listrik. Optimasi Pemodelan menunjukkan bahwa Mersing memiliki TNPC terendah dibangdingkan kota lain ($ -28,436) dan initial cost sebesar $ 20,000. Hal ini bermakna bahwa Mersing memiliki potensi untuk dibangun generator turbin angin (WTG) dan pengurangan emisi gas rumah kaca 9.452 kg/tahun. Model optimasi juga menunjukkan bahwa Mersing adalah kota yang memiliki potensi besar untuk membuat sistem generator turbin angin (WTG) yang menghasilkan energi 85.326 kWjam/tahun dan pembelian daya pada jaringan grid hanya 4.082 kWjam/tahun.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67485837","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT. Hydrogen is widely considered be the fuel of the near future. Combined wind/PV energy hybrid systems can be used to sources energy to hydrogen production. This paper describes design, simulation and feasibility study of a hybrid energy system for a household in Malaysia. One year recorded wind speed and solar radiation are used for the design of a hybrid energy system. In 2000 was average annual wind speed in Johor Bahru is 3.76 m/s and annual average solar energy resource available is 5.08 kWh/m2/day. National Renewable Energy Laboratory’s HOMER software was used to select an optimum hybrid energy system. In the optimization process, HOMER simulates every system configuration in the search space and displays the feasible ones in a table, sorted by total net present cost (TNPC). The optimization study indicates that sensitivity analysis of the HOMER is shown in the overall winner which shows that the most least cost and optimize hybrid system is combination of 10 kW of PV array, 1 unit of wind turbine, 2 kW of fuel cell, 120 units of batteries and 6 kW converter as well as 1 kW of electrolyzer so as to generate the minimum COE, $2.423 kWh- 1. Although renewable sources (wind and PV) involved in the power generation, 1 kg of hydrogen was produced in this system.Pengembangan Model Dengan Menggunakan Homer Untuk Sistem Sel Berbahan bakar Hidrogen HibridaABSTRAK. Hidrogen secara luas dianggap sebagai bahan bakar masa depan. Gabungan sistem hibrida energi angin/fotovoltaik dapat digunakan untuk sumber energi produksi hidrogen. Makalah ini menjelaskan desain, simulasi dan studi kelayakan dari sistem energi hibrida untuk rumah tangga di Malaysia. Satu tahun kecepatan angin tercatat dan radiasi matahari digunakan untuk desain sistem energi hibrida. Pada tahun 2000 adalah kecepatan angin rata-rata tahunan di Johor Bahru 3.76 m/det dan rata-rata sumber daya energi surya tahunan yang tersedia adalah 5.08 kWjam/m2/ hari. Software HOMER digunakan untuk memilih sistem energi hybrida optimal. Dalam proses optimasi, HOMER mensimulasikan setiap konfigurasi sistem dalam ruang pencarian dan menampilkan yang layak dalam sebuah tabel, diurutkan berdasarkan total net present (TNPC). Studi optimasi menunjukkan bahwa analisis sensitivitas HOMER ditampilkan dalam hasil keseluruhan yang menunjukkan bahwa paling sedikit biaya dan mengoptimalkan sistem hibrida adalah kombinasi dari 10 kW array PV, 1 unit turbin angin, 2 kW bahan bakar, 120 unit baterai dan 6 kW converter serta 1 kW electrolyzer sehingga menghasilkan COE(cost of energy) minimal, $2,423 kWjam-1. Sumber-sumber terbarukan (angin dan PV) yang terlibat dalam pembangkit listrik, 1 kg hydrogen akan diproduksi dalam sistem ini
摘要氢被广泛认为是不久的将来的燃料。风能/光伏混合能源系统可用于为氢气生产提供能源。本文介绍了马来西亚一个家庭混合能源系统的设计、仿真和可行性研究。一年的风速和太阳辐射记录被用于混合能源系统的设计。2000年柔佛山年平均风速为3.76米/秒,年平均可利用太阳能资源为5.08千瓦时/平方米/天。使用美国国家可再生能源实验室的HOMER软件选择最优的混合能源系统。在优化过程中,HOMER模拟了搜索空间中的每一种系统配置,并将可行的配置以表的形式显示出来,按总净当前成本(TNPC)排序。优化研究表明,总体优胜者对HOMER的敏感性分析表明,成本最低且优化的混合系统是由10 kW的光伏阵列、1 kW的风力发电机组、2 kW的燃料电池、120 kW的电池和6 kW的变流器以及1 kW的电解槽组成,从而产生最小的COE,为2.423 kWh- 1。虽然可再生能源(风能和光伏)参与了发电,但该系统生产了1公斤氢气。彭彭邦模型,登安,孟古纳坎,霍默乌图克系统,塞尔·伯尔巴汗·巴卡汗。氢化secara luanggap sebagai bahan bakar masa depan。Gabungan系统hibrida能源/fotovoltaik能源/ digunakan能源/氢气。马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来马来。Satu tahun保持了一种特殊的设计方法,并在此基础上建立了一种新的设计系统。Pada tahun 2000 adalah keepatan angin rata-rata ta湖南di Johor Bahru 3.76 m/det dan rata-rata sumber daya energi surya ta湖南yang tersedia adalah 5.08 kWjam/m2/ hari。软件HOMER digunakan可以实现系统能量混合优化。Dalam proses optimasi, HOMER mensimulasikan setiap配置系统Dalam ruang pencarian dan menampilkan yang layak Dalam sebuah tabel, diurutkan berdasarkan总净现值(TNPC)。研究优化的menunjukkan bahwa分析灵敏度,HOMER ditampilkan dalam hasil keseluruhan yang menunjukkan bawa paling sedikit biaya dan mengoptimalkan系统hibrida adalah kombinasi dari 10 kW阵列光伏,1台涡轮发电机,2 kW bahan bakar, 120台电池,6 kW转换器,1 kW电解槽,sehinga menghasilkan COE(能源成本)最小,$2,423 kwam -1。夏季-夏季terbarukan (angin dan PV) yang terlibat dalam pembangkit listrik, 1公斤氢气akan diproduksi dalam系统ini
{"title":"Developing a Model Using Homer for a Hybrid Hydrogen Fuel Cell System","authors":"Fera Annisa, M. Mustaqimah","doi":"10.17969/RTP.V6I1.358","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.358","url":null,"abstract":"ABSTRACT. Hydrogen is widely considered be the fuel of the near future. Combined wind/PV energy hybrid systems can be used to sources energy to hydrogen production. This paper describes design, simulation and feasibility study of a hybrid energy system for a household in Malaysia. One year recorded wind speed and solar radiation are used for the design of a hybrid energy system. In 2000 was average annual wind speed in Johor Bahru is 3.76 m/s and annual average solar energy resource available is 5.08 kWh/m2/day. National Renewable Energy Laboratory’s HOMER software was used to select an optimum hybrid energy system. In the optimization process, HOMER simulates every system configuration in the search space and displays the feasible ones in a table, sorted by total net present cost (TNPC). The optimization study indicates that sensitivity analysis of the HOMER is shown in the overall winner which shows that the most least cost and optimize hybrid system is combination of 10 kW of PV array, 1 unit of wind turbine, 2 kW of fuel cell, 120 units of batteries and 6 kW converter as well as 1 kW of electrolyzer so as to generate the minimum COE, $2.423 kWh- 1. Although renewable sources (wind and PV) involved in the power generation, 1 kg of hydrogen was produced in this system.Pengembangan Model Dengan Menggunakan Homer Untuk Sistem Sel Berbahan bakar Hidrogen HibridaABSTRAK. Hidrogen secara luas dianggap sebagai bahan bakar masa depan. Gabungan sistem hibrida energi angin/fotovoltaik dapat digunakan untuk sumber energi produksi hidrogen. Makalah ini menjelaskan desain, simulasi dan studi kelayakan dari sistem energi hibrida untuk rumah tangga di Malaysia. Satu tahun kecepatan angin tercatat dan radiasi matahari digunakan untuk desain sistem energi hibrida. Pada tahun 2000 adalah kecepatan angin rata-rata tahunan di Johor Bahru 3.76 m/det dan rata-rata sumber daya energi surya tahunan yang tersedia adalah 5.08 kWjam/m2/ hari. Software HOMER digunakan untuk memilih sistem energi hybrida optimal. Dalam proses optimasi, HOMER mensimulasikan setiap konfigurasi sistem dalam ruang pencarian dan menampilkan yang layak dalam sebuah tabel, diurutkan berdasarkan total net present (TNPC). Studi optimasi menunjukkan bahwa analisis sensitivitas HOMER ditampilkan dalam hasil keseluruhan yang menunjukkan bahwa paling sedikit biaya dan mengoptimalkan sistem hibrida adalah kombinasi dari 10 kW array PV, 1 unit turbin angin, 2 kW bahan bakar, 120 unit baterai dan 6 kW converter serta 1 kW electrolyzer sehingga menghasilkan COE(cost of energy) minimal, $2,423 kWjam-1. Sumber-sumber terbarukan (angin dan PV) yang terlibat dalam pembangkit listrik, 1 kg hydrogen akan diproduksi dalam sistem ini","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67485822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK. Proses tertahannya curah hujan di atas tajuk vegetasi dikenal dengan istilah intersepsi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran intersepsi, air lolos (throughfall), dan aliran batang (stemflow) pada tegakan pohon pinus (Casuarina cunninghamia) pada kelas umur 7, 15 dan 30 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Taman Hutan Raya, Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penakar curah, gelas ukur, pita ukur, klinometer, dan perangkat lunak Microsoft Excel. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa umur pohon berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya jumlah air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Diameter pohon berpengaruh secara signifikan untuk besarnya jumlah air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Umur pohon sangat mempengaruhi tingkat kepadatan tajuk dimana semakin lebat tajuk pohon maka intersepsi semakin besar. Bentuk daun pinus yang berbentuk jarum yang tumbuh dengan rapat juga mempengaruhi intersepsi.Rainfall Interception On The Stands of Pine Tree (Casuarina cunninghamia)ABSTRACT. The process of rainfall retention above the canopy of vegetation is known as interception. This study aimed to measure interception, throughfall, and stemflow on pine trees (Casuarina cunninghamia) at different ages 7, 15 and 30 years old, respectively. This research was conducted in the area of Taman Hutan Raya, Seulawah, Aceh Besar. Materials and tools used in this study were an automatic raingauge, measuring cups, measuring tape, clinometer, and Microsoft Excel software. Based on the research, the results showed that the age of the tree had significantly influenced the throughfall and stemflow. The tree’s diameter had significant influence on the large amount of throughfall and stemflow. The tree’s age greatly affected the density of tree canopy. The more dense the tree canopy, then the greater interception the tree had. The pine needle-shaped leaves densely grew that influenced the interception.
抽象。降雨在植被标题上的过程被称为拦截。这项研究的目标是在7、15和30岁的时候对一棵松树进行拦截、滑水和茎流。这项研究是在亚齐大森林公园地区进行的。本研究使用的材料和工具是降压器、卷尺杯、卷尺、显微计和微软Excel软件。这项研究得出的结论是,树木的寿命对流失(throughfall)和茎流(stemflow)的水量有重大影响。树木的直径与茎流(stemflow)的水量有显著关系。树的年龄极大地影响了树冠密度,树冠越密集,截断就越大。针状松叶的紧密生长也会影响截取。Rainfall在松树看台上拦截。rainfall retion的过程被称为“拦截”。这项研究是对松果感兴趣、throughfall和stemflow on pine trees的研究,分别是7年、15年和30年的老年生活。这项研究是在大森林公园地区进行的,大约一天。在这个研究中使用的材料和工具是自动的根据研究,人们普遍认为树木的年龄严重影响了铁路和铁路。树的直径严重影响了秋天和斯坦法洛的陡峭山坡。树冠的密度很大。再否认树冠,然后再否认树冠的伟大拦截。暴露在拦截感兴趣的松树形状的叶子令人毛骨悚然。
{"title":"Intersepsi Curah Hujan Pada Tegakan Pohon Pinus (Casuarina cunninghamia)","authors":"Susi Chairani, D. Jayanti","doi":"10.17969/RTP.V6I1.361","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.361","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Proses tertahannya curah hujan di atas tajuk vegetasi dikenal dengan istilah intersepsi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran intersepsi, air lolos (throughfall), dan aliran batang (stemflow) pada tegakan pohon pinus (Casuarina cunninghamia) pada kelas umur 7, 15 dan 30 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Taman Hutan Raya, Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penakar curah, gelas ukur, pita ukur, klinometer, dan perangkat lunak Microsoft Excel. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa umur pohon berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya jumlah air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Diameter pohon berpengaruh secara signifikan untuk besarnya jumlah air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Umur pohon sangat mempengaruhi tingkat kepadatan tajuk dimana semakin lebat tajuk pohon maka intersepsi semakin besar. Bentuk daun pinus yang berbentuk jarum yang tumbuh dengan rapat juga mempengaruhi intersepsi.Rainfall Interception On The Stands of Pine Tree (Casuarina cunninghamia)ABSTRACT. The process of rainfall retention above the canopy of vegetation is known as interception. This study aimed to measure interception, throughfall, and stemflow on pine trees (Casuarina cunninghamia) at different ages 7, 15 and 30 years old, respectively. This research was conducted in the area of Taman Hutan Raya, Seulawah, Aceh Besar. Materials and tools used in this study were an automatic raingauge, measuring cups, measuring tape, clinometer, and Microsoft Excel software. Based on the research, the results showed that the age of the tree had significantly influenced the throughfall and stemflow. The tree’s diameter had significant influence on the large amount of throughfall and stemflow. The tree’s age greatly affected the density of tree canopy. The more dense the tree canopy, then the greater interception the tree had. The pine needle-shaped leaves densely grew that influenced the interception.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67485938","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT. This research present experimental performance of a forced convection greenhouse dryer for drying of fish. The greenhouse dryer was installed at Aceh province, Indonesia. It has a concrete floor with the area of 6×4 m2. The roof of dryer is built in semi-cylindrical shape and covered with transparent polycarbonate sheets. Two axial flow fans powered by a 50-watt solar cell module was used to generate forced convection for ventilating the dryer.To investigate its performance, the dryer was used to dry two batches of fish. The Results showed that to dry 50 kg fish with initial moisture 68 % required 11 hours. Incontrast, to dry the same amount of fish using sun drying take a time about 2 days. The air temperature inside greenhouse dryer at noon in the clear day was 45-55°C.Kinerja Pengering Rumah Kaca Dengan Metode Konveksi Paksa Untuk Pengeringan IkanABSTRAK. Penelitian ini memperlihatkan hasil percobaan terhadap kinerja pengering rumah kaca dengan metode konveksi udara secara paksa pada pengeringan ikan. Penelitian pengering rumah kaca ini dilakukan di Propinsi Aceh, Indonesia. Pengering ini berlantaikan beton dengan luas sebesar 6x4 m2. .Atapnya dibuat berbentuk semi-selinder dan ditutup dengan lembaran plastik transparan berbahan polikarbonat. Dua buah kipas dengan aliran udara secara aksial dipasang dengan sumber daya berasal dari panel surya sebesar 50 Watt dan dipakai untuk menghasilkan konveksi udara paksa pada ventilasi pengering. Untuk menginvestigasi kinerja rumah kaca ini, pengering ini digunakan untuk mengeringkan dua tumpukan ikan. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mengeringkan sebanyak 50 kg ikan dengan kadar air awalnya sebesar 68% membutuhkan waktu selama 11 jam. Sebaliknya, dengan menggunakan sinar matahari secara langsung, untuk mengeringkan ikan dengan jumlah yang sama, maka waktu yang dibutuhkan lebih lama yaitu sekitar 2 hari. Suhu udara di dalam rumah pengering tepat pada siang hari yang cerah berkisar antara 45-55oC.
摘要本文介绍了一种用于鱼类干燥的强制对流温室干燥机的实验性能。温室干燥机安装在印度尼西亚亚齐省。它有一个混凝土地板,面积为6×4 m2。烘干机的屋顶是半圆柱形的,上面覆盖着透明的聚碳酸酯板。两台由50瓦太阳能电池模块驱动的轴流风扇产生强制对流,为干燥机通风。为了考察其性能,用该干燥机对两批鱼进行了干燥。结果表明,干燥50公斤初始水分68%的鱼需要11小时。相比之下,用太阳晒干同样数量的鱼需要大约2天的时间。晴天中午温室烘干机内空气温度45-55℃。金妮嘉·彭杰林,鲁玛·卡卡·邓杰林,康维克斯·帕克萨,乌图·彭杰林,坎纳瑞克。penpentitian ini成员的名字是“penpentitian”,意思是“penpentitian”,意思是“penpentitian”,意思是“penpentitian”。印度尼西亚亚齐省,Penelitian pengering rumah kaca ini dilakukan。Pengering ini berlantaikan betdengan luzar, 6x4 m2. atapnya dibubutbentuk半衬里,dtutuup dengan lembaran塑料透明聚碳酸酯。Dua buah kipas dengan aliran udara aksial dipasang dengan suma daya berassar panel surya sebesar 50瓦特,dipakai untuk menghasilkan konveksi udara paksa parada ventilasering。Untuk menginvestigasi kinerja rumah kaca ini, pengering ini digunakan Untuk mengeringkan dua tumpukan ikan。Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mengeringkan sebanyak 50 kg ikkan dengan kadar air awalnya sebesar 68% membutuhkan waktu selama 11 jam。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Suhu udara di dalam rumah pengering tepat padang hari yang cera berkisar antara 45-55℃。
{"title":"Performance of a Forced-Convection Greenhouse Dryer for Fish Drying","authors":"M. Martunis","doi":"10.17969/RTP.V6I1.914","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.914","url":null,"abstract":"ABSTRACT. This research present experimental performance of a forced convection greenhouse dryer for drying of fish. The greenhouse dryer was installed at Aceh province, Indonesia. It has a concrete floor with the area of 6×4 m2. The roof of dryer is built in semi-cylindrical shape and covered with transparent polycarbonate sheets. Two axial flow fans powered by a 50-watt solar cell module was used to generate forced convection for ventilating the dryer.To investigate its performance, the dryer was used to dry two batches of fish. The Results showed that to dry 50 kg fish with initial moisture 68 % required 11 hours. Incontrast, to dry the same amount of fish using sun drying take a time about 2 days. The air temperature inside greenhouse dryer at noon in the clear day was 45-55°C.Kinerja Pengering Rumah Kaca Dengan Metode Konveksi Paksa Untuk Pengeringan IkanABSTRAK. Penelitian ini memperlihatkan hasil percobaan terhadap kinerja pengering rumah kaca dengan metode konveksi udara secara paksa pada pengeringan ikan. Penelitian pengering rumah kaca ini dilakukan di Propinsi Aceh, Indonesia. Pengering ini berlantaikan beton dengan luas sebesar 6x4 m2. .Atapnya dibuat berbentuk semi-selinder dan ditutup dengan lembaran plastik transparan berbahan polikarbonat. Dua buah kipas dengan aliran udara secara aksial dipasang dengan sumber daya berasal dari panel surya sebesar 50 Watt dan dipakai untuk menghasilkan konveksi udara paksa pada ventilasi pengering. Untuk menginvestigasi kinerja rumah kaca ini, pengering ini digunakan untuk mengeringkan dua tumpukan ikan. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mengeringkan sebanyak 50 kg ikan dengan kadar air awalnya sebesar 68% membutuhkan waktu selama 11 jam. Sebaliknya, dengan menggunakan sinar matahari secara langsung, untuk mengeringkan ikan dengan jumlah yang sama, maka waktu yang dibutuhkan lebih lama yaitu sekitar 2 hari. Suhu udara di dalam rumah pengering tepat pada siang hari yang cerah berkisar antara 45-55oC.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK. Jenis rumput laut yang biasanya diolah menjadi makanan yang siap dimakan adalah Eucheuma sp dan Gellidium sp. Diversifikasi produk olahan rumput laut adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis rumput laut, yaitu dengan cara mengolah rumput laut jenis Eucheuma cottonii menjadi mie basah. Mie basah merupakan hasil pengolahan berbahan dasar tepung yang dicampur dengan bahan tambahan lainnya. Tepung yang sering digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu dan tepung beras. Penambahan rumput laut pada pembuatan mie basah diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi kepada masyarakat karena rumput laut mengandung yodium dan kadar serat yang tinggi. Penggunaan rumput laut juga mempengaruhi karakteristik mie basah yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu pengaruh konsentrasi rumput laut dan jenis tepung. Faktor konsentrasi rumput laut (R) terdiri atas 3 taraf yaitu R1 = 30%, R2 = 35%, dan R3 = 40%. Faktor jenis tepung (T) terdiri atas 2 taraf yaitu T1 = tepung terigu dan T2 = tepung beras. Kualitas mie basah terbaik yang dihasilkan berdasarkan metode rangking diperoleh pada konsentrasi 30% rumput laut dan tepung terigu dengan karakteristik sebagai berikut: rendemen 176,03%, kadar protein 18,53% , nilai organoleptik warna = 3,92 (suka), nilai organoleptik aroma = 3.73 (suka), nilai organoleptik rasa = 3.78 (suka), nilai organoleptik kekenyalan = 3,95 (suka), dan nilai organoleptik uji mutu hedonik kekenyalan = 3,87 (kenyal). Kandungan yodium dari mie basah dari 3,8 mg bahan iod/100g diperoleh dari rumput laut dengan perlakuan konsentrasi 30% dan penggunaan tepung terigu (R1T1).Effect of Seaweed (Eucheuma Cottonii) and Flour Type Concentrations on Wet Noodle ProcessingABSTRACT. Type of seaweed that is usually processed into food and ready to eat is Gellidium sp. and Eucheuma sp. Diversification of processed seaweed is one of the efforts to improve the effectiveness and economic value of seaweed. It is by processing seaweed of Eucheuma cottonii into wet noodle. Wet noodle is made from flour mixed with other additives. Flour that often used in wet noodle processing is flour and rice. The addition of seaweed on a wet noodle making is expected to improve the nutritional value for society because seaweed contains iodine and high fiber. The use of seaweed also affected the characteristics of a wet noodle. The research was conducted using completely randomized design (CRD) factorial. Factors studied were the influence of the concentration and type of seaweed flour. Seaweed concentration factor (R) consisted of 3 levels, R1 = 30%, R2 = 35%, and R3 = 40%. Factors in the type of flour (T) consisted of two levels, T1 = T2 = flour and rice flour. The quality of best wet noodle generated based on ranking method, obtained at a concentration of 30% seaweed and wheat flour with the following characteristics: yield 176.03% , 18.53% protein content,
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah","authors":"Yanti Meldasari Lubis, Novia Mehra Erfiza, ismaturrahmi ismaturrahmi, Fahrizal Fahrizal","doi":"10.17969/RTP.V6I1.913","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V6I1.913","url":null,"abstract":"ABSTRAK. Jenis rumput laut yang biasanya diolah menjadi makanan yang siap dimakan adalah Eucheuma sp dan Gellidium sp. Diversifikasi produk olahan rumput laut adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis rumput laut, yaitu dengan cara mengolah rumput laut jenis Eucheuma cottonii menjadi mie basah. Mie basah merupakan hasil pengolahan berbahan dasar tepung yang dicampur dengan bahan tambahan lainnya. Tepung yang sering digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu dan tepung beras. Penambahan rumput laut pada pembuatan mie basah diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi kepada masyarakat karena rumput laut mengandung yodium dan kadar serat yang tinggi. Penggunaan rumput laut juga mempengaruhi karakteristik mie basah yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu pengaruh konsentrasi rumput laut dan jenis tepung. Faktor konsentrasi rumput laut (R) terdiri atas 3 taraf yaitu R1 = 30%, R2 = 35%, dan R3 = 40%. Faktor jenis tepung (T) terdiri atas 2 taraf yaitu T1 = tepung terigu dan T2 = tepung beras. Kualitas mie basah terbaik yang dihasilkan berdasarkan metode rangking diperoleh pada konsentrasi 30% rumput laut dan tepung terigu dengan karakteristik sebagai berikut: rendemen 176,03%, kadar protein 18,53% , nilai organoleptik warna = 3,92 (suka), nilai organoleptik aroma = 3.73 (suka), nilai organoleptik rasa = 3.78 (suka), nilai organoleptik kekenyalan = 3,95 (suka), dan nilai organoleptik uji mutu hedonik kekenyalan = 3,87 (kenyal). Kandungan yodium dari mie basah dari 3,8 mg bahan iod/100g diperoleh dari rumput laut dengan perlakuan konsentrasi 30% dan penggunaan tepung terigu (R1T1).Effect of Seaweed (Eucheuma Cottonii) and Flour Type Concentrations on Wet Noodle ProcessingABSTRACT. Type of seaweed that is usually processed into food and ready to eat is Gellidium sp. and Eucheuma sp. Diversification of processed seaweed is one of the efforts to improve the effectiveness and economic value of seaweed. It is by processing seaweed of Eucheuma cottonii into wet noodle. Wet noodle is made from flour mixed with other additives. Flour that often used in wet noodle processing is flour and rice. The addition of seaweed on a wet noodle making is expected to improve the nutritional value for society because seaweed contains iodine and high fiber. The use of seaweed also affected the characteristics of a wet noodle. The research was conducted using completely randomized design (CRD) factorial. Factors studied were the influence of the concentration and type of seaweed flour. Seaweed concentration factor (R) consisted of 3 levels, R1 = 30%, R2 = 35%, and R3 = 40%. Factors in the type of flour (T) consisted of two levels, T1 = T2 = flour and rice flour. The quality of best wet noodle generated based on ranking method, obtained at a concentration of 30% seaweed and wheat flour with the following characteristics: yield 176.03% , 18.53% protein content,","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2013-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67486419","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}