Desa Kalanganyar merupakan desa pesisir yang berada di pesisir pantai Kabupaten Sidoarjo. Seperti desa pesisir lainnya, Desa Kalanganyar membawa karakter khusus pesisir baik dalam sektor mata pencaharian, sektor tata guna lahan, sektor potensi bencana alam, maupun sektor sosial ekonominya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir hidup di bawah garis kemiskinan, sedangkan kehidupan masyarakat pesisir banyak bergantung kepada tata guna lahan wilayah pesisir (tambak dan laut). Klasifikasi dan fenomena-fenomena wilayah pesisir sangat didefinisikan oleh karakter spasial pesisir yang berada pada batas wilayah darat dan laut. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat kondisi perekonomian masyarakat pesisir Desa Kalanganyar dengan menganalisis kondisi spasial wilayahnya. Peneliti akan mengobservasi bagaimana perkembangan wilayah perekonomian Desa Kalanganyar dari waktu ke waktu secara spasial. Data spasial yang didapat akan dianalisa dengan memperhatikan kondisi eksisting infrastruktur, potensi bencana, serta kondisi eksisting diversifikasi mata pencaharian penduduk Desa Kalanganyar. Dari hasil analisa, didapati bahwa pembangunan infrastruktur juga turut memiliki andil dalam pengembangan wilayah ekonomi Desa Kalanganyar. Hasil observasi sejarah pengembangan wilayahnya menunjukkan perkembangan yang stagnan dikarenakan terhentinya pengembangan infrastruktur wilayah Desa Kalanganyar, sehingga masyarakat Desa Kalanganyar pun tidak dapat menciptakan diversifikasi lapangan pekerjaan di wilayahnya.
{"title":"ANALISA SPASIAL DALAM PERKEMBANGAN WILAYAH EKONOMI DESA PESISIR KALANGANYAR","authors":"A. N. Yunisya, Eva Elviana, Fairuz Mutia","doi":"10.33005/BORDER.V3I1.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V3I1.83","url":null,"abstract":"Desa Kalanganyar merupakan desa pesisir yang berada di pesisir pantai Kabupaten Sidoarjo. Seperti desa pesisir lainnya, Desa Kalanganyar membawa karakter khusus pesisir baik dalam sektor mata pencaharian, sektor tata guna lahan, sektor potensi bencana alam, maupun sektor sosial ekonominya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir hidup di bawah garis kemiskinan, sedangkan kehidupan masyarakat pesisir banyak bergantung kepada tata guna lahan wilayah pesisir (tambak dan laut). Klasifikasi dan fenomena-fenomena wilayah pesisir sangat didefinisikan oleh karakter spasial pesisir yang berada pada batas wilayah darat dan laut. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat kondisi perekonomian masyarakat pesisir Desa Kalanganyar dengan menganalisis kondisi spasial wilayahnya. Peneliti akan mengobservasi bagaimana perkembangan wilayah perekonomian Desa Kalanganyar dari waktu ke waktu secara spasial. Data spasial yang didapat akan dianalisa dengan memperhatikan kondisi eksisting infrastruktur, potensi bencana, serta kondisi eksisting diversifikasi mata pencaharian penduduk Desa Kalanganyar. Dari hasil analisa, didapati bahwa pembangunan infrastruktur juga turut memiliki andil dalam pengembangan wilayah ekonomi Desa Kalanganyar. Hasil observasi sejarah pengembangan wilayahnya menunjukkan perkembangan yang stagnan dikarenakan terhentinya pengembangan infrastruktur wilayah Desa Kalanganyar, sehingga masyarakat Desa Kalanganyar pun tidak dapat menciptakan diversifikasi lapangan pekerjaan di wilayahnya.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89148000","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peningkatan ekonomi pada sub-sektor fashion merupakan sumbangan pemilik brand usaha kecil dan menengah (UKM) lokal yang bergerak di bidang fashion. Gerakan Local Pride adalah gerakan untuk mendukung merek-merek lokal yang akan menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk melirik brand fashion dalam negeri. Bandung sebagai Parijs Van Java di Indonesia, banyak menghasilkan brand fashion local, dikenal sebagai pendiri factory outlet fashion (FOF), yang menjadi destinasi wisata fashion. Namun FOF ini mulai menurun dengan adanya revolusi industri 4.0, dimana belanja dilakukan secara online, sehingga banyak home industry tidak mempunyai wadah untuk memajang barang dagangannya. Guna mengimbangi trend belanja online, dibutuhkan Outlet Fashion yang mengkhususkan diri pada brand local, dengan tujuan mempromosikan dan meningkatkan jual–beli industri lokal. Perancangan Outlet Fashion ini menggunakan tema Local Pride dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer, yakni mengangkat langgam Art Deco dalam era masa kini. Metode perancangan Kontekstualisme, yakni menyelaraskan tampilan bangunan dengan konteks lingkungan sekitar, dengan langgam International Style. Hasil dari konsep rancangan adalah wadah dengan berbagai ragam suasana dan pengalaman berbelanja brand fashion local, seperti Shopping Street, Thrifting Market (jual beli barang bekas), Indoor Retail, Event and Food Market Floor yang dilengkapi Stand Culiner Local, ruang lelang dan galeri temporer, serta Rooftop Retail yang bersifat outdoor space pada lantai atas.
{"title":"PERANCANGAN OUTLET FASHION DENGAN TEMA LOCAL PRIDE SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN PRODUK DALAM NEGERI","authors":"Muhamad Reiza Pahlawan, Eva Elviana","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.56","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.56","url":null,"abstract":"Peningkatan ekonomi pada sub-sektor fashion merupakan sumbangan pemilik brand usaha kecil dan menengah (UKM) lokal yang bergerak di bidang fashion. Gerakan Local Pride adalah gerakan untuk mendukung merek-merek lokal yang akan menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk melirik brand fashion dalam negeri. Bandung sebagai Parijs Van Java di Indonesia, banyak menghasilkan brand fashion local, dikenal sebagai pendiri factory outlet fashion (FOF), yang menjadi destinasi wisata fashion. Namun FOF ini mulai menurun dengan adanya revolusi industri 4.0, dimana belanja dilakukan secara online, sehingga banyak home industry tidak mempunyai wadah untuk memajang barang dagangannya. Guna mengimbangi trend belanja online, dibutuhkan Outlet Fashion yang mengkhususkan diri pada brand local, dengan tujuan mempromosikan dan meningkatkan jual–beli industri lokal. Perancangan Outlet Fashion ini menggunakan tema Local Pride dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer, yakni mengangkat langgam Art Deco dalam era masa kini. Metode perancangan Kontekstualisme, yakni menyelaraskan tampilan bangunan dengan konteks lingkungan sekitar, dengan langgam International Style. Hasil dari konsep rancangan adalah wadah dengan berbagai ragam suasana dan pengalaman berbelanja brand fashion local, seperti Shopping Street, Thrifting Market (jual beli barang bekas), Indoor Retail, Event and Food Market Floor yang dilengkapi Stand Culiner Local, ruang lelang dan galeri temporer, serta Rooftop Retail yang bersifat outdoor space pada lantai atas. ","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83109335","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Museum Wayang Kekayon Yogyakarta adalah suatu tempat atau fasilitas untuk memamerkan jenis dan bentuk wayang dari berbagai daerah baik dari dalam negeri maupun dalam negeri, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang klitik, wayang kaper, wayang beber, wayang potehi, lukisan, gamelan dan peralatan pewayangan lainnya. Museum Wayang Kekayon Yogyakarta terdapat beberapa suatu kegiatan yang bisa diikuti oleh para pengunjung yang datang, seperti halnya kegiatan workshop pembuatan wayang, menonton film dan pertunjukan atau pagelaran wayang. Desain dari sebuah bangunan Museum Wayang Kekayon Yogyakarta terutama pada desain fasad yang memiliki peranan penting dalam sebuah bangunan. Fasad sendiri berfungsi sebagai menilai suatu bangunan menggunakan konsep seperti apa tanpa harus memasuki bangunan tersebut. Melalui metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan keadaan objek Museum Wayang Kekayon Yogyakarta berdasarkan fakta yang tampak dan apa adanya. Penjelasan fasad menggunakan Arsitektur Vernakular Jawa Tengah yang dipadukan dengan teori arsitektur vernakular secara umum dan dipadukan dengan aspek yang ada di arsitektur vernakular. Dari hasil penelitian yang diambil didapatkan beberapa kesimpulan bahwasannya konsep fasad yang terdapat pada Museum Wayang Kekayon Yogyakarta memiliki konsep yang mengandung unsur vernakular Jawa Tengah dengan dominan penggunaan atap yang menyerupai bentuk Joglo.
{"title":"KAJIAN TIPOLOGI FASAD MUSEUM WAYANG KEKAYON YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR VERNAKULAR JAWA TENGAH","authors":"Brian Muhammad Dhiaulhaq, W. Susanti","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.77","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.77","url":null,"abstract":"Museum Wayang Kekayon Yogyakarta adalah suatu tempat atau fasilitas untuk memamerkan jenis dan bentuk wayang dari berbagai daerah baik dari dalam negeri maupun dalam negeri, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang klitik, wayang kaper, wayang beber, wayang potehi, lukisan, gamelan dan peralatan pewayangan lainnya. Museum Wayang Kekayon Yogyakarta terdapat beberapa suatu kegiatan yang bisa diikuti oleh para pengunjung yang datang, seperti halnya kegiatan workshop pembuatan wayang, menonton film dan pertunjukan atau pagelaran wayang. Desain dari sebuah bangunan Museum Wayang Kekayon Yogyakarta terutama pada desain fasad yang memiliki peranan penting dalam sebuah bangunan. Fasad sendiri berfungsi sebagai menilai suatu bangunan menggunakan konsep seperti apa tanpa harus memasuki bangunan tersebut. Melalui metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan keadaan objek Museum Wayang Kekayon Yogyakarta berdasarkan fakta yang tampak dan apa adanya. Penjelasan fasad menggunakan Arsitektur Vernakular Jawa Tengah yang dipadukan dengan teori arsitektur vernakular secara umum dan dipadukan dengan aspek yang ada di arsitektur vernakular. Dari hasil penelitian yang diambil didapatkan beberapa kesimpulan bahwasannya konsep fasad yang terdapat pada Museum Wayang Kekayon Yogyakarta memiliki konsep yang mengandung unsur vernakular Jawa Tengah dengan dominan penggunaan atap yang menyerupai bentuk Joglo.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88665985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perancangan arsitektur adalah merupakan proses perancangan lingkungan binaan, untuk mencapai tujuan tertentu. Di dalam prosesnya, perancangan arsitektur akan melalui banyak tahapan, dari konsep, gambar rancang sampai pada proses pembangunan. Arsitek diharuskan mampu mempresentasikan ide desain mereka pada klien, untuk mencapai sebuah kesepakatan ide desain. Media komunikasi yang dipakai mulai dari media konservatif seperti gambar dan maket, animasi video bergerak, sampai pada penerapan teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality. Studi ini berupaya menemukan karakter penggunaan masing-masing teknologi tersebut melalui kajian studi kepustakaan, melakukan perbandingan serta menyimpulkan karakter masing masing sehingga perancang arsitektur nantinya dapat secara tepat guna menggunakan media media tersebut dalam proses desain mereka.
{"title":"STUDI PERBANDINGAN IMPLEMENTASI AR & VR DALAM DESAIN ARSITEKTUR","authors":"Bramasta Putra Redyantanu","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.66","url":null,"abstract":"Perancangan arsitektur adalah merupakan proses perancangan lingkungan binaan, untuk mencapai tujuan tertentu. Di dalam prosesnya, perancangan arsitektur akan melalui banyak tahapan, dari konsep, gambar rancang sampai pada proses pembangunan. Arsitek diharuskan mampu mempresentasikan ide desain mereka pada klien, untuk mencapai sebuah kesepakatan ide desain. Media komunikasi yang dipakai mulai dari media konservatif seperti gambar dan maket, animasi video bergerak, sampai pada penerapan teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality. Studi ini berupaya menemukan karakter penggunaan masing-masing teknologi tersebut melalui kajian studi kepustakaan, melakukan perbandingan serta menyimpulkan karakter masing masing sehingga perancang arsitektur nantinya dapat secara tepat guna menggunakan media media tersebut dalam proses desain mereka.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78976657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Medan merupakan salah satu kota multietnis yang memiliki demografi penduduk dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Perkembangan Medan sebagai pusat penghasil daun tembakau terbaik di masa Kolonial Belanda tidak terlepas dari terbentuknya Kampung Madras sebagai kawasan permukiman komunitas masyarakat Tamil. Seiring berjalannya waktu, kawasan Kampung Madras mulai mengalami perkembangan dan perubahan fungsi dan fisik kawasan. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian terhadap kawasan Kampung Madras menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data penelitian melalui perbandingan kondisi kawasan di masa Kolonial Belanda dan saat ini dengan meninjau beberapa studi literatur terkait sehingga ditemukan hubungan antara pengguna, aktivitas, dan ruang pada kawasan permukiman. Hasil kajian terhadap kawasan Kampung Madras didapatkan bahwa perubahan yang terjadi berkaitan dengan faktor sosial, budaya, ekonomi yang saling berkaitan mempengaruhi terbangunnya sarana dan prasarana di kawasan Kampung Madras.
{"title":"SEJARAH PERKEMBANGAN KAMPUNG MADRAS DI MEDAN","authors":"A. Kurniawan","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.68","url":null,"abstract":"Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Medan merupakan salah satu kota multietnis yang memiliki demografi penduduk dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Perkembangan Medan sebagai pusat penghasil daun tembakau terbaik di masa Kolonial Belanda tidak terlepas dari terbentuknya Kampung Madras sebagai kawasan permukiman komunitas masyarakat Tamil. Seiring berjalannya waktu, kawasan Kampung Madras mulai mengalami perkembangan dan perubahan fungsi dan fisik kawasan. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian terhadap kawasan Kampung Madras menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data penelitian melalui perbandingan kondisi kawasan di masa Kolonial Belanda dan saat ini dengan meninjau beberapa studi literatur terkait sehingga ditemukan hubungan antara pengguna, aktivitas, dan ruang pada kawasan permukiman. Hasil kajian terhadap kawasan Kampung Madras didapatkan bahwa perubahan yang terjadi berkaitan dengan faktor sosial, budaya, ekonomi yang saling berkaitan mempengaruhi terbangunnya sarana dan prasarana di kawasan Kampung Madras.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83945464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Urbanisasi merupakan permasalahan kota dan penduduk terus bertambah tidak ada hentinya dari tahun ke tahun. Kampung Terpadu merupakan kampung Kodya Jakarta Utara sebagai salah satu dalam kawasan pusat pemerintahan RI, tidak luput dari permasalahan penduduk (urbanisasi). Perkembangan Kelurahan Rawa Badak Utara, tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan kota Jakarta Utara. Dampak dari perkembangan tersebut terutama dalam hal permukiman, sehingga dikenal dengan kawasan padat hunian yang berpotensi munculnya permukiman kumuh. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan tiga aset fundamental masyarakat secara serentak: yakni aset perumahan dan permukiman (suatu perencanaan kampung masa depan secara), aset ekonomi dan aset sosial-budaya (peremajaan, resettlement atau rehabilitasi lingkungan permukiman kumuh di daerah tersebut). Metodologi yang dipakai adalah melalui pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif yang disebut sebagai mix-method approaches. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji perkembangan penduduk, kepadatan spasial penduduk, serta faktor penentu tingkat kekumuhan suatu wilayah yang dilakukan dengan metode kuantitatif seperti scoring atau pembobotan. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat kluster-kluster lingkungan kumuh serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terbentuk dari kecenderungan karena faktor-faktor kriteria kekumuhan di lingkungan perkotaan. Hasil yang diharapkan tersusunnya draft Kebijakan dan Strategi dalam penataan kawasan kelurahan Rawa Badak Utara.
{"title":"KAJIAN PENATAAN KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KELURAHAN RAWA BADAK UTARA – KOJA","authors":"Puji Wijanarko, Novalinda Novalinda, Wakyudi Wakyudi","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.69","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.69","url":null,"abstract":"Urbanisasi merupakan permasalahan kota dan penduduk terus bertambah tidak ada hentinya dari tahun ke tahun. Kampung Terpadu merupakan kampung Kodya Jakarta Utara sebagai salah satu dalam kawasan pusat pemerintahan RI, tidak luput dari permasalahan penduduk (urbanisasi). Perkembangan Kelurahan Rawa Badak Utara, tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan kota Jakarta Utara. Dampak dari perkembangan tersebut terutama dalam hal permukiman, sehingga dikenal dengan kawasan padat hunian yang berpotensi munculnya permukiman kumuh. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan tiga aset fundamental masyarakat secara serentak: yakni aset perumahan dan permukiman (suatu perencanaan kampung masa depan secara), aset ekonomi dan aset sosial-budaya (peremajaan, resettlement atau rehabilitasi lingkungan permukiman kumuh di daerah tersebut). Metodologi yang dipakai adalah melalui pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif yang disebut sebagai mix-method approaches. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji perkembangan penduduk, kepadatan spasial penduduk, serta faktor penentu tingkat kekumuhan suatu wilayah yang dilakukan dengan metode kuantitatif seperti scoring atau pembobotan. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat kluster-kluster lingkungan kumuh serta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terbentuk dari kecenderungan karena faktor-faktor kriteria kekumuhan di lingkungan perkotaan. Hasil yang diharapkan tersusunnya draft Kebijakan dan Strategi dalam penataan kawasan kelurahan Rawa Badak Utara.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88817764","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.1504/ijmbs.2021.10039050
L. N. Ngwenya, Oncemore Mbeve
{"title":"The trajectories of refugee women from the Democratic Republic of Congo to South Africa; challenges and strengths","authors":"L. N. Ngwenya, Oncemore Mbeve","doi":"10.1504/ijmbs.2021.10039050","DOIUrl":"https://doi.org/10.1504/ijmbs.2021.10039050","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"66692625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-01DOI: 10.1504/ijmbs.2021.10043163
S. Horii
{"title":"State-NGO relations in Mediterranean search and rescue operations: a review","authors":"S. Horii","doi":"10.1504/ijmbs.2021.10043163","DOIUrl":"https://doi.org/10.1504/ijmbs.2021.10043163","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"66692640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kawasan Kowloon Hong Kong merupakan kawasan perkotaan di Hong Kong yang terdiri dari semenanjung Kowloon and New Kowloon. Kawasan ini merupakan pusat kota dari Hong Kong yang mempunyai mobilitas tinggi, dan kaya akan aktivitas. Kawasan kowloon memiliki beragam fasilitas seperti perkantoran, komersial, bisnis, fasilitas umum, residensial, konservasi, dan rerkreasi. Arsitektur kawasan sebagian besar memiliki gaya internasional atau modern yang menjadikan infrastruktur nya memiliki kualitas baik dan menjadi daya tarik bagi pengunjungnya. Kowloon merupakan kawasan yang memiliki pengunjung paling banyak dari penduduk Hong Kong karena terdapat areal perkantoran dan wisatawan karena banyaknya fasilitas hotel daerah Tsim Sha Tsui terutama terdapat area perbelanjaan, kuliner mancanegara, dan merupakan spot paling digemari oleh para turis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep imagability dan permeability dalam pengembangan kawasan Kowloon dengan menggunakan teori Kevin Lynch. Imageability merupakan penggambaran kualitas fisik yang dimiliki suatu objek atau kawasan. Permeability merupakan kualitas aksesibilitas dan aktivitas pergerakan manusia pada suatu kawasan. Hasil dari penelitian bahwa kawasan Kowloon memiliki citra kota path, node, landmark, district, dan edge yang sangat baik dan permeability mengenai aksesibilitas blok, lebar jalur, dan hubungan jalur sangat baik sehingga dapat dinilai kawasan kowloon merupakan kawasan yang legible.
{"title":"KAJIAN KONSEP IMAGEABILITY DAN PERMEABILITY DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN PUSAT KOTA KOWLOON HONG KONG","authors":"P. Fajar, Ari Widyati Purwantiasning","doi":"10.33005/BORDER.V2I2.63","DOIUrl":"https://doi.org/10.33005/BORDER.V2I2.63","url":null,"abstract":"Kawasan Kowloon Hong Kong merupakan kawasan perkotaan di Hong Kong yang terdiri dari semenanjung Kowloon and New Kowloon. Kawasan ini merupakan pusat kota dari Hong Kong yang mempunyai mobilitas tinggi, dan kaya akan aktivitas. Kawasan kowloon memiliki beragam fasilitas seperti perkantoran, komersial, bisnis, fasilitas umum, residensial, konservasi, dan rerkreasi. Arsitektur kawasan sebagian besar memiliki gaya internasional atau modern yang menjadikan infrastruktur nya memiliki kualitas baik dan menjadi daya tarik bagi pengunjungnya. Kowloon merupakan kawasan yang memiliki pengunjung paling banyak dari penduduk Hong Kong karena terdapat areal perkantoran dan wisatawan karena banyaknya fasilitas hotel daerah Tsim Sha Tsui terutama terdapat area perbelanjaan, kuliner mancanegara, dan merupakan spot paling digemari oleh para turis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep imagability dan permeability dalam pengembangan kawasan Kowloon dengan menggunakan teori Kevin Lynch. Imageability merupakan penggambaran kualitas fisik yang dimiliki suatu objek atau kawasan. Permeability merupakan kualitas aksesibilitas dan aktivitas pergerakan manusia pada suatu kawasan. Hasil dari penelitian bahwa kawasan Kowloon memiliki citra kota path, node, landmark, district, dan edge yang sangat baik dan permeability mengenai aksesibilitas blok, lebar jalur, dan hubungan jalur sangat baik sehingga dapat dinilai kawasan kowloon merupakan kawasan yang legible.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72735263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-07-14DOI: 10.1504/ijmbs.2020.10030063
Lindsay Larios, J. Hanley, M. S. Cardona, Mostafa Henaway, Nuha Dwaikat Shaer, Sonia Ben Soltane
Private, for-profit recruitment and employment agencies are key intermediaries connecting migrant workers from abroad to employers in Canada. Despite this, there is a lack of effective regulation of recruitment agencies by the Canadian federal and provincial governments. The objective of this article is to provide a snapshot of the problem, based on the empirical analysis of the casework of PINAY, a community organisation in Montreal, Quebec, highlighting the multiple compounding effects of this type of exploitation and to highlight the role that community-based organisations play in supporting migrant workers faced with them. Our analysis identifies three types of exploitation: exploitation of financial need, exploitation of immigration precarity, and exploitation of relationships. We conclude the article by discussing community level responses to the exploitation migrant works face in their interactions with recruitment agencies and reflect upon the implications of Quebec's recent amendment of its labour standards.
{"title":"Engaging migrant careworkers: Examining cases of exploitation by recruitment agencies in Quebec, Canada","authors":"Lindsay Larios, J. Hanley, M. S. Cardona, Mostafa Henaway, Nuha Dwaikat Shaer, Sonia Ben Soltane","doi":"10.1504/ijmbs.2020.10030063","DOIUrl":"https://doi.org/10.1504/ijmbs.2020.10030063","url":null,"abstract":"Private, for-profit recruitment and employment agencies are key intermediaries connecting migrant workers from abroad to employers in Canada. Despite this, there is a lack of effective regulation of recruitment agencies by the Canadian federal and provincial governments. The objective of this article is to provide a snapshot of the problem, based on the empirical analysis of the casework of PINAY, a community organisation in Montreal, Quebec, highlighting the multiple compounding effects of this type of exploitation and to highlight the role that community-based organisations play in supporting migrant workers faced with them. Our analysis identifies three types of exploitation: exploitation of financial need, exploitation of immigration precarity, and exploitation of relationships. We conclude the article by discussing community level responses to the exploitation migrant works face in their interactions with recruitment agencies and reflect upon the implications of Quebec's recent amendment of its labour standards.","PeriodicalId":90549,"journal":{"name":"International journal of migration and border studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47117242","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}