J. Tuda, B. Kepel, Masami Nakatsu, Hiroyuki Matsuoka
Deficiency of glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) is the most common enzyme disorder in the world with a very high incidence in the tropics and sub-tropics as a result of malaria selection. North Sulawesi is a part of Indonesian archipelago where malaria has been endemic. This study was aimed to examine the prevalence of G6PD deficiency in the region. An observational cross sectional study was conducted on primary school students belong to different ethnic groups. The purposive sampling method was used to select 442 study subjects, age 5-9 years. The G6PDdeficiency screening test was carried out using G6PD-assay kit. The prevalences of G6PDdeficiency male students were 0% in the Minahasans, 7,4%-12,0% in the Sangihenese, and 4,0%10,3% in the Bolaang Mongondownese. The results suggest that the highest prevalence of G6PD deficiency was in the Sangihe ethnic group. Further molecular analysis would be beneficial to study the genetic relationship of those populations with other neighboring population.
{"title":"Prevalensi defisiensi Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD) pada anak Sekolah Dasar yang tinggal di daerah endemis malaria di Sulawesi utara","authors":"J. Tuda, B. Kepel, Masami Nakatsu, Hiroyuki Matsuoka","doi":"10.33476/jky.v15i1.1008","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v15i1.1008","url":null,"abstract":"Deficiency of glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) is the most common enzyme disorder in the world with a very high incidence in the tropics and sub-tropics as a result of malaria selection. North Sulawesi is a part of Indonesian archipelago where malaria has been endemic. This study was aimed to examine the prevalence of G6PD deficiency in the region. An observational cross sectional study was conducted on primary school students belong to different ethnic groups. The purposive sampling method was used to select 442 study subjects, age 5-9 years. The G6PDdeficiency screening test was carried out using G6PD-assay kit. The prevalences of G6PDdeficiency male students were 0% in the Minahasans, 7,4%-12,0% in the Sangihenese, and 4,0%10,3% in the Bolaang Mongondownese. The results suggest that the highest prevalence of G6PD deficiency was in the Sangihe ethnic group. Further molecular analysis would be beneficial to study the genetic relationship of those populations with other neighboring population.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114336630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lia Yulia Budiarti, Noormuthmainah Noormuthmainah, Rahmiati Rahmiati
Nosocomial infection is one of the major health problem in the world. One of the way for transmitting the causative microorganism of nosocomial infection is airborne. This research had been done to know kinds of air contaminating bacteria in sub departement of internal disease science of General Hospital Banjarbaru. This research was laboratory descriptive using “open plate“ method. The results of research described that there were five kinds of bacteria, they were Staphylococcus epidermidis 38,07%, Escherichia coli 27,52%, Streptococcus ? haemolyticus 19,26%, Pseudomonas aeruginosa 10,55% and Staphylococcus aureus 4,58% and five kinds of fungi: Rhizopus sp. (37,78%), Aspergillus niger (20%), Trichosporon sp. (17,78%), Penicilliumsp. (13,33%) and Aspergillus flavus (11,11%).
{"title":"Jenis bakteri dan jamur kontaminan udara di ruang perawatan sub Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru","authors":"Lia Yulia Budiarti, Noormuthmainah Noormuthmainah, Rahmiati Rahmiati","doi":"10.33476/jky.v15i1.1005","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v15i1.1005","url":null,"abstract":"Nosocomial infection is one of the major health problem in the world. One of the way for transmitting the causative microorganism of nosocomial infection is airborne. This research had been done to know kinds of air contaminating bacteria in sub departement of internal disease science of General Hospital Banjarbaru. This research was laboratory descriptive using “open plate“ method. The results of research described that there were five kinds of bacteria, they were Staphylococcus epidermidis 38,07%, Escherichia coli 27,52%, Streptococcus ? haemolyticus 19,26%, Pseudomonas aeruginosa 10,55% and Staphylococcus aureus 4,58% and five kinds of fungi: Rhizopus sp. (37,78%), Aspergillus niger (20%), Trichosporon sp. (17,78%), Penicilliumsp. (13,33%) and Aspergillus flavus (11,11%).","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128799083","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan fatty liver dan peradangan hati. Indonesia memiliki prevalensi tertinggi untuk Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) di Asia Tenggara (30%), prevalensi yang sama juga dilaporkan di Provinsi DKI Jakarta.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas sentral dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di Poliklinik Bank Indonesia pada bulan Agustus–September 2017. Penelitian cross- sectional dilakukan pada bulan Agustus–September 2017. Kriteria inklusi adalah pasien obesitas sentral yang melakukan Ultrasonografi (USG) abdomen dengan fokus kelainan hati. Obesitas sentral dinilai dengan pengukuran antropometri yang terdiri dari indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Fatty Liver dikonfirmasi oleh USG abdomen yang berupa gambaran hiperekoik dan bright liver. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik fixed exposure sampling sehingga menghasilkan 42 subjek. Hubungan antara 2 variabel kategorik dianalisis dengan uji Chi-square menggunakan Statistical Product and Service Solution 21.0 (SPSS 21.0). Dari total 42 subjek, fatty liver ditemukan pada 31 subjek (73,8%). 26 subjek (61,9%) ditemukan memiliki obesitas sentral dan fatty liver. Ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan gambaran fatty liver pada USG abdomen (p: 0,003). Prevalence Odds Ratio (POR) menunjukkan peningkatan kemungkinan sebesar 9,1 kali lipat untuk subjek obesitas sentral menderita fatty liver. Terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan fatty liver. Prevalence Odds Ratio (POR) yang menunjukkan peningkatan kemungkinan sebesar 9,1 kali lipat pada subjek obesitas sentral untuk menderita fatty liver daripada subjek tanpa obesitas sentral dapat memprediksi fatty liver pada individu dengan obesitas sentral.
肥胖与肝脏肥胖症和肝脏炎症的发展有关。印度尼西亚东南部非酒精脂肪肝病(fld)的流行程度最高(30%),雅加达DKI省也报告了类似情况。这项研究的目的是确定在2017年8月至9月期间,印尼一家银行的abdomen超声波超声波检查中,中央肥胖与肝脏肥胖症的关系。交叉部分研究于2017年8月至9月进行。夹杂物的标准是中央肥胖患者,他们做超声波检查,重点是肝病。中央肥胖是由人体质量指数和腰围组成的人体测量测量出来的。脂肪肝脏通过超声超声的腹部超声波和明亮的肝脏来确认。通过采用固定采样技术获得的样本,产生42个受试者。分析了两种类别变量与使用21.0 (SPSS 22.0)的chi square测试的关系。在共42个试验对象中,脂肪肝在31个试验对象(73.8%)中被发现。26名受试者(61.9%)患有中央肥胖症和肝脏肥胖症。腹部超声波(p: 0.003)与中央肥胖和肝脏肥胖症(p: 0.003)之间存在显著的联系。患病率(POR)显示,中央肥胖症患者的发病率增加了9.1倍。中央肥胖与肝脏肥胖症之间存在联系。Prevalence Odds Ratio (POR)的预测显示,在肥胖的男性中,肥胖肝脏的发病率是现成的9.1倍,而不是在没有肥胖的男性中,肥胖的男性可以预测肥胖的男性。
{"title":"Hubungan Obesitas Sentral Dengan Gambaran Fatty Liver Pada USG Abdomen Di Poliklinik Bank Indonesia Bulan Agustus – September 2017","authors":"Shahnaz Medina, Aris Wibudi, Oktania Sandra","doi":"10.33476/jky.v26i3.758","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v26i3.758","url":null,"abstract":"Obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan fatty liver dan peradangan hati. Indonesia memiliki prevalensi tertinggi untuk Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) di Asia Tenggara (30%), prevalensi yang sama juga dilaporkan di Provinsi DKI Jakarta.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas sentral dengan gambaran fatty liver pada USG abdomen di Poliklinik Bank Indonesia pada bulan Agustus–September 2017. Penelitian cross- sectional dilakukan pada bulan Agustus–September 2017. Kriteria inklusi adalah pasien obesitas sentral yang melakukan Ultrasonografi (USG) abdomen dengan fokus kelainan hati. Obesitas sentral dinilai dengan pengukuran antropometri yang terdiri dari indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Fatty Liver dikonfirmasi oleh USG abdomen yang berupa gambaran hiperekoik dan bright liver. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik fixed exposure sampling sehingga menghasilkan 42 subjek. Hubungan antara 2 variabel kategorik dianalisis dengan uji Chi-square menggunakan Statistical Product and Service Solution 21.0 (SPSS 21.0). Dari total 42 subjek, fatty liver ditemukan pada 31 subjek (73,8%). 26 subjek (61,9%) ditemukan memiliki obesitas sentral dan fatty liver. Ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan gambaran fatty liver pada USG abdomen (p: 0,003). Prevalence Odds Ratio (POR) menunjukkan peningkatan kemungkinan sebesar 9,1 kali lipat untuk subjek obesitas sentral menderita fatty liver. Terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan fatty liver. Prevalence Odds Ratio (POR) yang menunjukkan peningkatan kemungkinan sebesar 9,1 kali lipat pada subjek obesitas sentral untuk menderita fatty liver daripada subjek tanpa obesitas sentral dapat memprediksi fatty liver pada individu dengan obesitas sentral.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132164984","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sudah tidak diragukan lagi bahwa latihan fisik memiliki manfaat yang begitu besar bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, obesitas dan penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa radikal bebas dan reaktive oxygen species (ROS) yang dihasilkan selama kontraksi otot memiliki peran fisiologis dalam adaptasi terhadap latihan fisik. Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk dalam jumlah ringan-sedang saat seseorang melakukan latihan fisik dapat meningkatkan produksi antikoksidan endogen dalam tubuh. Melalui beberapa jalur transduksi sinyal, radikal bebas dalam jumlah ringan-sedang dapat mengaktifkan faktor transkripsi yang berperan dalam ekpresi gen antioksidan endogen. Peningkatan produksi antioksidan endogen selama latihan fisik dapat mencegah terjadinya stress oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan komponennya.
{"title":"Peningkatan Antioksidan Endogen yang Dipicu Latihan Fisik","authors":"Mustika Anggiane Putri","doi":"10.33476/JKY.V26I3.760","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I3.760","url":null,"abstract":"Sudah tidak diragukan lagi bahwa latihan fisik memiliki manfaat yang begitu besar bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, obesitas dan penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa radikal bebas dan reaktive oxygen species (ROS) yang dihasilkan selama kontraksi otot memiliki peran fisiologis dalam adaptasi terhadap latihan fisik. Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk dalam jumlah ringan-sedang saat seseorang melakukan latihan fisik dapat meningkatkan produksi antikoksidan endogen dalam tubuh. Melalui beberapa jalur transduksi sinyal, radikal bebas dalam jumlah ringan-sedang dapat mengaktifkan faktor transkripsi yang berperan dalam ekpresi gen antioksidan endogen. Peningkatan produksi antioksidan endogen selama latihan fisik dapat mencegah terjadinya stress oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan komponennya. ","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116678067","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. Widjaya, Faishal Anwar, Ratih Laura Sabrina, Ranty Rizki Puspadewi, Erlina Wijayanti
Berdasarkan hasil pengukuran Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tekanan darah di Indonesia yaitu sebesar 26,5%. Menurut profil kesehatan Dinkes Tangerang tahun 2016 prevalensi hipertensi pada 2016 yaitu sebesar 48.662 (49,7%) orang penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus Mei 2018. Metode penelitian menggunakan metode analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berusia >17 tahun di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tahun 2018. Sampel penelitian dilakukan dengan Quota Sampling sebanyak 115 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian yang didapatkan dari 115 responden yaitu rata-rata usia pada rentang usia 18-40 tahun (61,7%), perempuan sebanyak (50,4%), pendidikan rendah (60 %), mayoritas pekerjaan yaitu ibu rumah tangga (34,8%) dan mayoritas tempat tinggal di Tegal Angus (53,9%). Analisis univariate hipertensi sebanyak 66 (57,4%) dan tidak hipertensi 49 (42,6%). Analisis bivariate hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi p-value 0,00. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi di Kecamatan Kresek and Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Banten.
{"title":"Hubungan Usia Dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang","authors":"N. Widjaya, Faishal Anwar, Ratih Laura Sabrina, Ranty Rizki Puspadewi, Erlina Wijayanti","doi":"10.33476/JKY.V26I3.756","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I3.756","url":null,"abstract":"Berdasarkan hasil pengukuran Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tekanan darah di Indonesia yaitu sebesar 26,5%. Menurut profil kesehatan Dinkes Tangerang tahun 2016 prevalensi hipertensi pada 2016 yaitu sebesar 48.662 (49,7%) orang penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus Mei 2018. Metode penelitian menggunakan metode analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berusia >17 tahun di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tahun 2018. Sampel penelitian dilakukan dengan Quota Sampling sebanyak 115 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian yang didapatkan dari 115 responden yaitu rata-rata usia pada rentang usia 18-40 tahun (61,7%), perempuan sebanyak (50,4%), pendidikan rendah (60 %), mayoritas pekerjaan yaitu ibu rumah tangga (34,8%) dan mayoritas tempat tinggal di Tegal Angus (53,9%). Analisis univariate hipertensi sebanyak 66 (57,4%) dan tidak hipertensi 49 (42,6%). Analisis bivariate hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi p-value 0,00. Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi di Kecamatan Kresek and Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Banten.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121731449","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nura Eky Vikawati, Anggari Linda Destiana, Hesty Wahyuningsih
Anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan perhatian lebih di segala bidang, tak jarang mereka mendatangkan masalah tersendiri bagi keluarganya. Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara orang tua ABK dengan gejala psikopatologi termasuk depresi. SLB Negeri Kendal merupakan SLB terbesar di Kabupaten Kendal yang memiliki kurang lebih 183 siswa dengan ABK baik tuna grahita, tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa. Penelitian tentang pengukuran tingkat depresi pada keluarga dengan ABK di SLB Negeri Kendal belum pernah dilakukan sebelumnya. Tingkat depresi diukur menggunakan Beck depression inventory (BDI). Sampling dilakukan dengan metode purposive random sampling dari wali murid (ayah, ibu, nenek, tante) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Data demografi berupa hubungan responden dengan ABK, tingkat pendidikan dan pekerjaan, serta tingkat depresi ditampilkan dalam bentuk tabel dan pie chart. Penelitian ini melibatkan 54 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 54 responden didapatkan 46.3% (25/54) memiliki skor BDI normal, 29.6% (16/54) dengan gangguan mood ringan, 9.3% (5/54) dengan depresi borderline, 11.1% (6/54) dengan depresi moderat, dan 3.7% (2/54) dengan depresi berat. Mayoritas responden merupakan first degree relative (66.7% ibu dan 24.1% ayah). Kebanyakan dari responden merupakan lulusan SD (33.3%) dan mayoritas bekerja sebagai IRT (55.6%).Mayoritas keluarga ABK di SDLB Kabupaten Kendal pada penelitian ini tidak mengalami gejala depresi.
{"title":"Tingkat Depresi Keluarga Dengan Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Di Sekolah Luar Biasa (Slb) Kabupaten Kendal","authors":"Nura Eky Vikawati, Anggari Linda Destiana, Hesty Wahyuningsih","doi":"10.33476/JKY.V26I3.759","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I3.759","url":null,"abstract":"Anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan perhatian lebih di segala bidang, tak jarang mereka mendatangkan masalah tersendiri bagi keluarganya. Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara orang tua ABK dengan gejala psikopatologi termasuk depresi. SLB Negeri Kendal merupakan SLB terbesar di Kabupaten Kendal yang memiliki kurang lebih 183 siswa dengan ABK baik tuna grahita, tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa. Penelitian tentang pengukuran tingkat depresi pada keluarga dengan ABK di SLB Negeri Kendal belum pernah dilakukan sebelumnya. Tingkat depresi diukur menggunakan Beck depression inventory (BDI). Sampling dilakukan dengan metode purposive random sampling dari wali murid (ayah, ibu, nenek, tante) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Data demografi berupa hubungan responden dengan ABK, tingkat pendidikan dan pekerjaan, serta tingkat depresi ditampilkan dalam bentuk tabel dan pie chart. Penelitian ini melibatkan 54 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 54 responden didapatkan 46.3% (25/54) memiliki skor BDI normal, 29.6% (16/54) dengan gangguan mood ringan, 9.3% (5/54) dengan depresi borderline, 11.1% (6/54) dengan depresi moderat, dan 3.7% (2/54) dengan depresi berat. Mayoritas responden merupakan first degree relative (66.7% ibu dan 24.1% ayah). Kebanyakan dari responden merupakan lulusan SD (33.3%) dan mayoritas bekerja sebagai IRT (55.6%).Mayoritas keluarga ABK di SDLB Kabupaten Kendal pada penelitian ini tidak mengalami gejala depresi.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115503541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Formalin (larutan Formaldehida 37% dalam air) sering disalahgunakan fungsinya untuk mengawetkan makanan / bahan makanan seperti tahu dan mie basah. Di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta, banyak pedagang jajanan yang menggunakan bahan baku tahu dan mie basah, seperti gorengan tahu, tahu krispi, tahu goreng untuk ketoprak, baso tahu dan mie ayam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan formaldehida pada tahu dan mie basah pada produk pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta. Analisis kualitatif adanya formaldehida dalam sampel, dilakukan dengan metode asam kromotropat yang dimodifikasi, dan analisis kuantitatif dengan metode spetrofotometri dengan pereaksi Nash pada λ 413 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua produk berbahan baku tahu dan mie basah pada pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta menggunakan bahan baku tahu dan mie basah yang ditambah bahan pengawet formalin dengan kadar formaldehida dalam tahu berkisar antara (13,9–183,3) ppm dan dalam mie basah berkisar antara (13,9–408,3) ppm.
{"title":"Identifikasi Formaldehida Dalam Tahu Dan Mie Basah Pada Produk Pedagang Jajanan Di Sekitar Kampus Universitas YARSI Jakarta","authors":"A. Roswiem, Triayu Septiani","doi":"10.33476/JKY.V26I3.754","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I3.754","url":null,"abstract":"Formalin (larutan Formaldehida 37% dalam air) sering disalahgunakan fungsinya untuk mengawetkan makanan / bahan makanan seperti tahu dan mie basah. Di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta, banyak pedagang jajanan yang menggunakan bahan baku tahu dan mie basah, seperti gorengan tahu, tahu krispi, tahu goreng untuk ketoprak, baso tahu dan mie ayam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan formaldehida pada tahu dan mie basah pada produk pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta. Analisis kualitatif adanya formaldehida dalam sampel, dilakukan dengan metode asam kromotropat yang dimodifikasi, dan analisis kuantitatif dengan metode spetrofotometri dengan pereaksi Nash pada λ 413 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua produk berbahan baku tahu dan mie basah pada pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta menggunakan bahan baku tahu dan mie basah yang ditambah bahan pengawet formalin dengan kadar formaldehida dalam tahu berkisar antara (13,9–183,3) ppm dan dalam mie basah berkisar antara (13,9–408,3) ppm. ","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121116655","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Derajat merokok aktif adalah perkalian jumlah rata–rata batang rokok yang dihisap dikalikan dengan berapa lamanya merokok dalam tahun, hal ini digunakan untuk menentukan derajat merokok – ringan, sedang, dan berat. Merokok aktif merupakan faktor risiko yang sulit terkontrol sebagai penyebab hipertensi primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase derajat merokok aktif, hipertensi primer, serta besar pengaruh derajat merokok dengan kejadian hipertensi primer pada pengemudi bus non AC di PT. Mayasari Bakti periode Mei 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitic dengan metode penelitian cross sectional. Sampel sebanyak 64 pengemudi bus non AC. Data primer diambil dengan menghitung tekanan darah dan memberikan kuesioner kepada responden, kemudian dilakukan analisis dalam bentuk univariat, dan bivariat menggunakan uji chi-square. Persentase derajat merokok ringan, sedang, dan berat berturut–turut sebesar 9,4%, 53,1%, dan 37,5%dari 64 responden, sedangkan persentase hipertensi primer pengemudi yang merokok aktif sebesar 81,3%. Hasil uji chi-square p=0,005 (P<0,05), namun nilai espektasi < 5 dan lebih dari 20%, maka dilakukan uji alternatif fisher diperoleh p=0,002 (P<0,05). Hasil uji menunjukkan terdapat pengaruh derajat merokok aktif dengan kejadian hipertensi primer pada pengemudi bus non AC.
{"title":"Pengaruh Derajat Merokok Aktif Dengan Kejadian Hipertensi Primer Pada Pengemudi Bus Non AC di PT. Mayasari Bakti Periode Mei 2016","authors":"Alfin Caesario Satria Putra, Citra Ayu Aprilia, Ratna Indrawati","doi":"10.33476/JKY.V26I3.755","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I3.755","url":null,"abstract":"Derajat merokok aktif adalah perkalian jumlah rata–rata batang rokok yang dihisap dikalikan dengan berapa lamanya merokok dalam tahun, hal ini digunakan untuk menentukan derajat merokok – ringan, sedang, dan berat. Merokok aktif merupakan faktor risiko yang sulit terkontrol sebagai penyebab hipertensi primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase derajat merokok aktif, hipertensi primer, serta besar pengaruh derajat merokok dengan kejadian hipertensi primer pada pengemudi bus non AC di PT. Mayasari Bakti periode Mei 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitic dengan metode penelitian cross sectional. Sampel sebanyak 64 pengemudi bus non AC. Data primer diambil dengan menghitung tekanan darah dan memberikan kuesioner kepada responden, kemudian dilakukan analisis dalam bentuk univariat, dan bivariat menggunakan uji chi-square. Persentase derajat merokok ringan, sedang, dan berat berturut–turut sebesar 9,4%, 53,1%, dan 37,5%dari 64 responden, sedangkan persentase hipertensi primer pengemudi yang merokok aktif sebesar 81,3%. Hasil uji chi-square p=0,005 (P<0,05), namun nilai espektasi < 5 dan lebih dari 20%, maka dilakukan uji alternatif fisher diperoleh p=0,002 (P<0,05). Hasil uji menunjukkan terdapat pengaruh derajat merokok aktif dengan kejadian hipertensi primer pada pengemudi bus non AC.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"139 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115973414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Simamora, M. Steven, A. Santoso, Flora Rumiati, K. Timotius
As a common beverage, green tea is supposed to have beneficial health effect, such as antioxidant. At present, there are many green teas available in the market in Jakarta. Their quality, in their antioxidant activity, should be proved. This study aimed to investigate the antioxidant activity of extracts of green tea products commercially available in Jakarta. Four green tea samples from different factories (coded as A, B, C, and D) were selected and macerated using methanol. DPPH radical scavenging activity, reducing power ability and total antioxidant capacity were used to measure the antioxidant activity. The total phenolic content (TPC) was also determined. The studied green teas had varied TPC from 23.80  to  84.03 mG GAE/g extract, ranked as B > D > A > C. All samples exhibited various but strong antioxidant activity by DPPH assay, even better than standards ascorbic acid and butylated hydroxytoluene (BHT). However, all extracts showed similar activities in their reducing power ability and total antioxidant capacity, with activities less than standards. These findings confirm that the quality of the Indonesian commercial green teas were heterogeneous both in TPC or DPPH scavenging capacity. But, there is an indication that they are good as an antioxidant containing beverage.Â
作为一种常见的饮料,绿茶被认为具有抗氧化等有益健康的作用。目前,雅加达市场上有很多绿茶可供选择。其抗氧化活性的质量有待证实。本研究旨在探讨雅加达市售绿茶产品提取物的抗氧化活性。从不同的工厂(编号为A、B、C和D)选择四种绿茶样品,用甲醇浸泡。以DPPH自由基清除能力、还原能力和总抗氧化能力为指标测定其抗氧化活性。测定了总酚含量(TPC)。所研究绿茶的TPC值为23.80 Â ~ Â 84.03 mG GAE/g提取物,按B > D > A > c顺序排列。DPPH测定结果显示,所有样品均表现出不同但较强的抗氧化活性,甚至优于标准抗坏血酸和丁基羟基甲苯(BHT)。但各提取物的还原能力和总抗氧化能力相近,均低于标准。这些发现证实了印度尼西亚商业绿茶的质量在TPC或DPPH清除能力方面存在异质性。但是,有迹象表明它们是一种很好的抗氧化剂,含有beverage.Â
{"title":"Antioxidant Activity of Methanol Extract from Several Indonesian Green Teas","authors":"A. Simamora, M. Steven, A. Santoso, Flora Rumiati, K. Timotius","doi":"10.33476/JKY.V26I1.460","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/JKY.V26I1.460","url":null,"abstract":"As a common beverage, green tea is supposed to have beneficial health effect, such as antioxidant. At present, there are many green teas available in the market in Jakarta. Their quality, in their antioxidant activity, should be proved. This study aimed to investigate the antioxidant activity of extracts of green tea products commercially available in Jakarta. Four green tea samples from different factories (coded as A, B, C, and D) were selected and macerated using methanol. DPPH radical scavenging activity, reducing power ability and total antioxidant capacity were used to measure the antioxidant activity. The total phenolic content (TPC) was also determined. The studied green teas had varied TPC from 23.80  to  84.03 mG GAE/g extract, ranked as B > D > A > C. All samples exhibited various but strong antioxidant activity by DPPH assay, even better than standards ascorbic acid and butylated hydroxytoluene (BHT). However, all extracts showed similar activities in their reducing power ability and total antioxidant capacity, with activities less than standards. These findings confirm that the quality of the Indonesian commercial green teas were heterogeneous both in TPC or DPPH scavenging capacity. But, there is an indication that they are good as an antioxidant containing beverage.Â","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132388530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The heart and great vessels are not the sites most frequently affected by opportunistic infections and neoplastic processes in patients with acquired immune deficiency syndrome (AIDS). HIV-related disease is now recognized as an important cause of dilated cardiomyopathy, with a prevalence of 8%–30%. Patients with HIV-infection and dilated cardiomyopathy have a much worse prognosis than those with idiopathic dilated cardiomyopathy. Cardiac involvement in HIV represents a pathophysiologic, diagnostic and therapeutic challenge for cardiologists. This review describes pathophysiology, diagnosis, treatment and prognosis of HIV- dilated cardiomyopathy.
{"title":"Kardiomiopati Dilatasi pada Pasien HIV-AIDS","authors":"Sidhi Laksono Purwowiyoto","doi":"10.33476/jky.v26i1.363","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v26i1.363","url":null,"abstract":"The heart and great vessels are not the sites most frequently affected by opportunistic infections and neoplastic processes in patients with acquired immune deficiency syndrome (AIDS). HIV-related disease is now recognized as an important cause of dilated cardiomyopathy, with a prevalence of 8%–30%. Patients with HIV-infection and dilated cardiomyopathy have a much worse prognosis than those with idiopathic dilated cardiomyopathy. Cardiac involvement in HIV represents a pathophysiologic, diagnostic and therapeutic challenge for cardiologists. This review describes pathophysiology, diagnosis, treatment and prognosis of HIV- dilated cardiomyopathy.","PeriodicalId":101844,"journal":{"name":"YARSI medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-05-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130121190","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}