Universitas Mataram, Staf Pengajar Bagian, Patologi Anatomi
Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Tiga tahun terakhir jumlah kasus TB tertinggi di NTB berada pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. TB dapat ditularkan melalui udara dari pasien yang terkonfirmasi TB bakteriologis. Kasus yang tidak diobati dengan tepat dan adekuat dapat menginfeksi kurang lebih 10 orang per tahun. Limfadenopati pada daerah leher merupakan hal yang umum ditemukan di negara dengan endemik TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi limfadenopati pada individu yang kontak erat dengan penderita TB. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel bertempat di Desa Senggigi dengan metode FNAB, kemudian dilakukan pengamatan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Penelitian dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Hasil: Jumlah subjek pada penelitian sebanyak 62 orang dengan distribusi berdasarkan jenis kelamin 35 orang perempuan dan 27 orang laki – laki. Sebanyak 5 sampel penelitian dengan limfadenopati berdiameter 0,5 – 2 cm. Hasil FNAB didapatkan gambaran sitologi 4 sampel dengan hasil reaktif limfoid hiperplasia dan 1 sampel mencurigakan suatu TB kelenjar. Kesimpulan: Hasil FNAB limfadenopati pada kontak erat penderita TB ditemukan dominasi gambaran reaktif limfoid hiperplasia.
{"title":"Gambaran Sitologi Limfadenopati pada Individu yang Kontak Erat dengan Penderita Tuberkulosis di Senggigi, Nusa Tenggara Barat","authors":"Universitas Mataram, Staf Pengajar Bagian, Patologi Anatomi","doi":"10.29303/lmj.v1i2.1639","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i2.1639","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Tiga tahun terakhir jumlah kasus TB tertinggi di NTB berada pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. TB dapat ditularkan melalui udara dari pasien yang terkonfirmasi TB bakteriologis. Kasus yang tidak diobati dengan tepat dan adekuat dapat menginfeksi kurang lebih 10 orang per tahun. Limfadenopati pada daerah leher merupakan hal yang umum ditemukan di negara dengan endemik TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sitologi limfadenopati pada individu yang kontak erat dengan penderita TB. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel bertempat di Desa Senggigi dengan metode FNAB, kemudian dilakukan pengamatan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Penelitian dilakukan pada bulan September – Desember 2021. \u0000Hasil: Jumlah subjek pada penelitian sebanyak 62 orang dengan distribusi berdasarkan jenis kelamin 35 orang perempuan dan 27 orang laki – laki. Sebanyak 5 sampel penelitian dengan limfadenopati berdiameter 0,5 – 2 cm. Hasil FNAB didapatkan gambaran sitologi 4 sampel dengan hasil reaktif limfoid hiperplasia dan 1 sampel mencurigakan suatu TB kelenjar. \u0000Kesimpulan: Hasil FNAB limfadenopati pada kontak erat penderita TB ditemukan dominasi gambaran reaktif limfoid hiperplasia.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121876578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Luh Gde Sri Adnyani Suari, I Gede Yasa Asmara, Ida Ayu Eka Widiastuti
Latar Belakang: Berdasarkan IRR 2018, proporsi etiologi pasien PGTA di Indonesia yang terbanyak adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hipertensi pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis di RSUD Provinsi NTB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Populasi adalah pasien PGTA yang menjalani hemodialisis di RSUD Provinsi NTB pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan data rekam medis. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data univariat dan bivariat, dengan uji Chi-square dan pengolahan data dengan program SPSS. Hasil: Dari 166 pasien PGTA, pria dan wanita berjumlah sama, usia paling banyak 40-59 tahun (62,7%). Pada penelitian ini, dari 166 pasien PGTA, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 113 sampel, dengan lama hemodialisis 1-5 tahun (62,8%), hipertensi derajat 2 (67,3%), lama hipertensi ≥ 5 tahun (61,1%), ≥ 2 obat antihipertensi (61,9%), jenis obat antihipertensi CCB (92%) dan ARB (55,8%). Analisis bivariat dengan uji Chi-square didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (0,526), usia (0,364), dan lama hemodialisis (0,809) dengan kejadian hipertensi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (0,887), usia (0,482), dan lama hemodialisis (0,283) dengan derajat hipertensi. Serta, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama hipertensi dengan lama hemodialisis (0,414) dan jumlah obat antihipertensi (0,618) pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis. Kesimpulan: Karakteristik paling banyak berusia dewasa paruh baya (40-59 tahun), lama hemodialisis 1-5 tahun, mengalami hipertensi derajat 2, lama hipertensi ≥ 5 tahun, menggunakan ≥ 2 obat antihipertensi yaitu CCB dan ARB. Kata Kunci: PGTA, hemodialisis, hipertensi, karakteristik.
{"title":"Karakteristik Hipertensi pada Pasien PGTA yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Provinsi NTB Tahun 2021","authors":"Luh Gde Sri Adnyani Suari, I Gede Yasa Asmara, Ida Ayu Eka Widiastuti","doi":"10.29303/lmj.v1i2.578","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i2.578","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Berdasarkan IRR 2018, proporsi etiologi pasien PGTA di Indonesia yang terbanyak adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hipertensi pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis di RSUD Provinsi NTB. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Populasi adalah pasien PGTA yang menjalani hemodialisis di RSUD Provinsi NTB pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan data rekam medis. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data univariat dan bivariat, dengan uji Chi-square dan pengolahan data dengan program SPSS. \u0000Hasil: Dari 166 pasien PGTA, pria dan wanita berjumlah sama, usia paling banyak 40-59 tahun (62,7%). Pada penelitian ini, dari 166 pasien PGTA, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 113 sampel, dengan lama hemodialisis 1-5 tahun (62,8%), hipertensi derajat 2 (67,3%), lama hipertensi ≥ 5 tahun (61,1%), ≥ 2 obat antihipertensi (61,9%), jenis obat antihipertensi CCB (92%) dan ARB (55,8%). Analisis bivariat dengan uji Chi-square didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (0,526), usia (0,364), dan lama hemodialisis (0,809) dengan kejadian hipertensi. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (0,887), usia (0,482), dan lama hemodialisis (0,283) dengan derajat hipertensi. Serta, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama hipertensi dengan lama hemodialisis (0,414) dan jumlah obat antihipertensi (0,618) pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis. \u0000Kesimpulan: Karakteristik paling banyak berusia dewasa paruh baya (40-59 tahun), lama hemodialisis 1-5 tahun, mengalami hipertensi derajat 2, lama hipertensi ≥ 5 tahun, menggunakan ≥ 2 obat antihipertensi yaitu CCB dan ARB. \u0000Kata Kunci: PGTA, hemodialisis, hipertensi, karakteristik.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129608886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara dengan kasus Tuberkulosis tertinggi nomor tiga di dunia. Infeksi TB dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan perubahan metabolisme tubuh akibat respon inflamasi dan sistem imun yang berdampak pada status gizi. Pasien Tuberkulosis memerlukan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang melibatkan 2 tahap, yakni tahap awal (intensif) selama 2 bulan dan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan dosis obat yang berbeda. Pemberian OAT dapat meningkatkan mekanisme pertahan tubuh dengan mengurangi jumlah bakteri dalam tubuh serta menurunkan penggunaan energi tubuh dalam melawan infeksi sehingga dapat memperbaiki status gizi. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Besar sampel penelitian ini berjumlah 61. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square dengan uji alternatif Kolmogrov-smirnov. Hasil: Sebanyak 61 pasien Tuberkulosis paru memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Sebagian besar didominasi oleh usia produktif sebanyak 56 responden (91,8%), jenis kelamin laki-laki 40 responden (65,6%), pendidikan terakhir SMA 30 responden (49,2%), dasar diagnosis berdasarkan bakteriologis 61 responden (100%) dan durasi pengobatan pada bulan pertama 26 responden (42,6%). Hasil uji Kolmogrov-smirnov diperoleh fase pengobatan Tuberkulosis menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan status gizi pasien Tuberkulosis paru (p= 0,960). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara fase pengobatan Tuberkulosis dengan status gizi pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cakranegara.
{"title":"Hubungan Fase Pengobatan Tuberkulosis dengan Status Gizi Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cakranegara","authors":"Rifda Amalia, R. Lestari, Rifana Cholidah","doi":"10.29303/lmj.v1i2.1613","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i2.1613","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Indonesia merupakan negara dengan kasus Tuberkulosis tertinggi nomor tiga di dunia. Infeksi TB dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan perubahan metabolisme tubuh akibat respon inflamasi dan sistem imun yang berdampak pada status gizi. Pasien Tuberkulosis memerlukan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang melibatkan 2 tahap, yakni tahap awal (intensif) selama 2 bulan dan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan dosis obat yang berbeda. Pemberian OAT dapat meningkatkan mekanisme pertahan tubuh dengan mengurangi jumlah bakteri dalam tubuh serta menurunkan penggunaan energi tubuh dalam melawan infeksi sehingga dapat memperbaiki status gizi. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Besar sampel penelitian ini berjumlah 61. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square dengan uji alternatif Kolmogrov-smirnov. \u0000Hasil: Sebanyak 61 pasien Tuberkulosis paru memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Sebagian besar didominasi oleh usia produktif sebanyak 56 responden (91,8%), jenis kelamin laki-laki 40 responden (65,6%), pendidikan terakhir SMA 30 responden (49,2%), dasar diagnosis berdasarkan bakteriologis 61 responden (100%) dan durasi pengobatan pada bulan pertama 26 responden (42,6%). Hasil uji Kolmogrov-smirnov diperoleh fase pengobatan Tuberkulosis menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan status gizi pasien Tuberkulosis paru (p= 0,960). \u0000Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara fase pengobatan Tuberkulosis dengan status gizi pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cakranegara.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127030800","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dwi Rahmat, Ni Komang Ayu Trisnayanti Yasa, Eka Arie Yuliyani
Latar Belakang: Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan termasuk nelayan penyelam. Risiko tinggi yang dimiliki oleh nelayan penyelam harus menjadi perhatian khusus guna mencegah terjadinya barotrauma telinga. Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi literatur yang relevan terkait kejadian barotrauma telinga tengah pada nelayan penyelam. Mesin pencari yang digunakan antara lain NCBI, ProQuest, dan Google Scholar. Secara keseluruhan digunakan sebanyak 21 artikel yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan artikel ini. Isi: Barotrauma telinga tengah merupakan salah satu gangguan pendengaran dengan angka kejadian tinggi yang terjadi saat penyelaman. Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan akibat kegagalan ekualisasi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan lingkungan. Terdapat beberapa tanda dan gejala dari barotrauma telinga, diantaranya telinga tersumbat atau terasa penuh, nyeri telinga (otalgia), vertigo, dan gangguan pendengaran. Manajemen barotrauma telinga tengah dilakukan secara konservatif dan tanpa intervensi medis, tetapi apabila didapatkan kasus yang lebih berat dapat dilakukan intervensi yang lebih invasif seperti miringotomi. Kesimpulan: Barotrauma telinga tengah meimiliki angka kejadian tinggi pada nelayan dan penyelam. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat dilakukan pencegahan. Manajemen barotrauma dapat dilakukan secara konservatif dan invasif sesuai dengan berat ringannya kasus.
{"title":"Barotrauma Telinga Tengah pada Nelayan Penyelam","authors":"Dwi Rahmat, Ni Komang Ayu Trisnayanti Yasa, Eka Arie Yuliyani","doi":"10.29303/lmj.v1i2.1619","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i2.1619","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan termasuk nelayan penyelam. Risiko tinggi yang dimiliki oleh nelayan penyelam harus menjadi perhatian khusus guna mencegah terjadinya barotrauma telinga. \u0000Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi literatur yang relevan terkait kejadian barotrauma telinga tengah pada nelayan penyelam. Mesin pencari yang digunakan antara lain NCBI, ProQuest, dan Google Scholar. Secara keseluruhan digunakan sebanyak 21 artikel yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan artikel ini. \u0000Isi: Barotrauma telinga tengah merupakan salah satu gangguan pendengaran dengan angka kejadian tinggi yang terjadi saat penyelaman. Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan akibat kegagalan ekualisasi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan lingkungan. Terdapat beberapa tanda dan gejala dari barotrauma telinga, diantaranya telinga tersumbat atau terasa penuh, nyeri telinga (otalgia), vertigo, dan gangguan pendengaran. Manajemen barotrauma telinga tengah dilakukan secara konservatif dan tanpa intervensi medis, tetapi apabila didapatkan kasus yang lebih berat dapat dilakukan intervensi yang lebih invasif seperti miringotomi. \u0000Kesimpulan: Barotrauma telinga tengah meimiliki angka kejadian tinggi pada nelayan dan penyelam. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat dilakukan pencegahan. Manajemen barotrauma dapat dilakukan secara konservatif dan invasif sesuai dengan berat ringannya kasus.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"517 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116233340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kemajuan teknologi transportasi saat ini telah memicu pemakaian mesin penggerak pada kapal nelayan yang menyebabkan suara bising di lingkungan kerja. Kebisingan dapat menyebabkan terjadinya noise induced hearing loss (NIHL). Paparan kebisingan yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan kehilangan daya dengar yang menetap. Penting bagi nelayan untuk memahami terkait NIHL agar dapat melakukan pencegahan. Isi: NIHL merupakan gangguan pendengaran tipe sensorineural koklea yang terjadi akibat pajanan bising yang berlebih secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Frekuensi dan periode paparan bising yang lama akan meningkatkan risiko serta dapat memperburuk derajat gangguan pendengaran pada nelayan. Bagian yang mengalami gangguan akibat bising adalah koklea yang mana dalam prosesnya bisa terjadi mekanisme kerusakan mekanik dan peningkatan aktivitas metabolisme pada sel. Gejala klinis yang dapat ditimbulkan akibat pajanan bising adalah tinitus (telinga berdenging), penurunan pendengaran perlahan serta sulit mendengar dan memahami percakapan di tempat yang ramai atau cocktail party deafness. Penanganan gangguan pendengaran akibat bising dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kesimpulan: NIHL merupakan gangguan pendengaran akibat bising. gangguan pendengaran ini menjadi salah satu risiko bagi nelayan yang menggunakan kapal selama bekerja sehingga perlu perhatian khusus. penanganan NIHL dapat dilakukan secara preventif, kuratif dan rehabilitatif.
{"title":"Noise Induced Hearing Loss (NIHL) pada Nelayan Pengguna Kapal Penangkap Ikan","authors":"Hafitsa Mulya, D. Rahmat, Didit Yudhanto","doi":"10.29303/lmj.v1i2.1632","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i2.1632","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kemajuan teknologi transportasi saat ini telah memicu pemakaian mesin penggerak pada kapal nelayan yang menyebabkan suara bising di lingkungan kerja. Kebisingan dapat menyebabkan terjadinya noise induced hearing loss (NIHL). Paparan kebisingan yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan kehilangan daya dengar yang menetap. Penting bagi nelayan untuk memahami terkait NIHL agar dapat melakukan pencegahan. \u0000Isi: NIHL merupakan gangguan pendengaran tipe sensorineural koklea yang terjadi akibat pajanan bising yang berlebih secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Frekuensi dan periode paparan bising yang lama akan meningkatkan risiko serta dapat memperburuk derajat gangguan pendengaran pada nelayan. Bagian yang mengalami gangguan akibat bising adalah koklea yang mana dalam prosesnya bisa terjadi mekanisme kerusakan mekanik dan peningkatan aktivitas metabolisme pada sel. Gejala klinis yang dapat ditimbulkan akibat pajanan bising adalah tinitus (telinga berdenging), penurunan pendengaran perlahan serta sulit mendengar dan memahami percakapan di tempat yang ramai atau cocktail party deafness. Penanganan gangguan pendengaran akibat bising dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan rehabilitatif. \u0000Kesimpulan: NIHL merupakan gangguan pendengaran akibat bising. gangguan pendengaran ini menjadi salah satu risiko bagi nelayan yang menggunakan kapal selama bekerja sehingga perlu perhatian khusus. penanganan NIHL dapat dilakukan secara preventif, kuratif dan rehabilitatif.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122623231","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kata Kunci, Demensia, Kualitas Tidur, Memori, Sistem Kognitif, Glymphatic
Abstrak Latar Belakang: Demensia merupakan suatu gangguan yang bersifat progresif yang menyebabkan gangguan fungsi memori dan kemampuan kognitif. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia diantaranya genetik, usia lanjut, jenis kelamin, pendidikan rendah, obesitas, diabetes melitus, hipertensi, merokok, alkohol, hiperkolesterol, dan asupan asam lemak tak jenuh yang rendah. Dengan mengetahui faktor risiko, menerapkan pola hidup sehat, meningkatkan aktivitas fisik, dan menstimulasi kemampuan kognitif dapat menurunkan risiko terjadinya demensia. Salah satu upaya signifika yang dapat mencegah terjadinya demensia adalah meningkatkan kualitas tidur yang baik. Metode: Tinjauan Pustaka ini menggunakan berbagai jenis sumber yaitu artikel dalam jurnal ilmiah dan pedoman pemerintah maupun instansi terkait. Pencarian artikel dilakukan di portal online publikasi jurnal seperti National Center of Biotechnology Information/ NCBI (ncbiI.nlm.nih.gov), National Heart Lung and Blood Institute/ NHLBI (nhlbi.nih.gov). Hasil: Selama tidur, sistem glymphatic akan aktif memberishkan protein amiloid-beta, mencegah pembentukan plak dari akumulasi protein amiloid-beta dan mencegah kerusakan sel saraf otak. Adanya masalah tidur atau kualitas tidur yang buruk pada lansia menyebabkan otak tidak dapat secara efektif membersihkan protein amiloid-beta yang akan mengakibatkan terjadinya akumulasi plak protein amiloid-beta. Adanya akumulasi plak protein amiloid-beta menyebabkan gangguan fungsi sel saraf di otak yang secara progresif dapat menyebabkan demensia Kesimpulan: Kualitas tidur yang baik menjadi faktor protektif mencegah terjadinya demensia. Hal ini disebabkan oleh selama fase tidur, sistem glymphatic akan aktif memberishkan protein amiloid-beta, mencegah pembentukan plak dan kerusakan sel saraf otak. Kata Kunci: Demensia, Kualitas Tidur, Memori, Kognitif, Sistem Glymphatic, amiloid-beta.
抽象背景:痴呆是一种进步的疾病,会导致记忆功能障碍和认知能力障碍。一些疾病会增加遗传、老年、性别、低教育、肥胖、糖尿病、高血压、吸烟、酒精、高胆固醇和低饱和脂肪酸摄入等疾病的风险。了解风险因素、实行健康的生活方式、增加体育活动和刺激认知能力可以降低痴呆的风险。预防痴呆的有效努力之一是提高良好的睡眠质量。方法:文献评审使用了科学期刊上的文章和政府及相关机构的指导方针等多种资源。这篇文章的搜索是在国家生物技术信息中心(ncbi.ncbi .nlm.nih.人力资源研究所(NHLBI . NHLBI . here .gov)等期刊出版物的在线门户网站上进行的。结果:在睡眠期间,甘甘蒂克神经系统将活跃地分泌淀粉样蛋白,防止淀粉样蛋白积累的斑块形成,并防止神经细胞损伤。由于老年人缺乏睡眠或睡眠质量的问题,大脑无法有效地清除淀粉样蛋白,这将导致淀粉样蛋白斑块的积累。淀粉样蛋白的积累会导致大脑中神经系统的紊乱,导致最终的痴呆:良好的睡眠质量是预防痴呆的一个保护因素。这是由于在睡眠阶段,甘皮蒂克神经系统会积极分泌淀粉样蛋白,防止斑块形成和神经细胞损伤。关键词:痴呆,睡眠质量,记忆,认知,甘油意义系统,amiloid-beta。
{"title":"Manfaat Kualitas Tidur yang Baik dalam Mencegah Demensia pada Lansia","authors":"Kata Kunci, Demensia, Kualitas Tidur, Memori, Sistem Kognitif, Glymphatic","doi":"10.29303/lmj.v1i1.522","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.522","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Latar Belakang: Demensia merupakan suatu gangguan yang bersifat progresif yang menyebabkan gangguan fungsi memori dan kemampuan kognitif. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia diantaranya genetik, usia lanjut, jenis kelamin, pendidikan rendah, obesitas, diabetes melitus, hipertensi, merokok, alkohol, hiperkolesterol, dan asupan asam lemak tak jenuh yang rendah. Dengan mengetahui faktor risiko, menerapkan pola hidup sehat, meningkatkan aktivitas fisik, dan menstimulasi kemampuan kognitif dapat menurunkan risiko terjadinya demensia. Salah satu upaya signifika yang dapat mencegah terjadinya demensia adalah meningkatkan kualitas tidur yang baik. \u0000 \u0000Metode: Tinjauan Pustaka ini menggunakan berbagai jenis sumber yaitu artikel dalam jurnal ilmiah dan pedoman pemerintah maupun instansi terkait. Pencarian artikel dilakukan di portal online publikasi jurnal seperti National Center of Biotechnology Information/ NCBI (ncbiI.nlm.nih.gov), National Heart Lung and Blood Institute/ NHLBI (nhlbi.nih.gov). \u0000 \u0000Hasil: Selama tidur, sistem glymphatic akan aktif memberishkan protein amiloid-beta, mencegah pembentukan plak dari akumulasi protein amiloid-beta dan mencegah kerusakan sel saraf otak. Adanya masalah tidur atau kualitas tidur yang buruk pada lansia menyebabkan otak tidak dapat secara efektif membersihkan protein amiloid-beta yang akan mengakibatkan terjadinya akumulasi plak protein amiloid-beta. Adanya akumulasi plak protein amiloid-beta menyebabkan gangguan fungsi sel saraf di otak yang secara progresif dapat menyebabkan demensia \u0000 \u0000Kesimpulan: Kualitas tidur yang baik menjadi faktor protektif mencegah terjadinya demensia. Hal ini disebabkan oleh selama fase tidur, sistem glymphatic akan aktif memberishkan protein amiloid-beta, mencegah pembentukan plak dan kerusakan sel saraf otak. \u0000 \u0000Kata Kunci: Demensia, Kualitas Tidur, Memori, Kognitif, Sistem Glymphatic, amiloid-beta.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128938145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Sejak awal tahun 2020 dunia mengalami pandemi coronavirus 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Penyebaran virus tersebut melalui udara seperti saat bersin dan batuk. WHO menyarankan untuk meminimalisir terjangkitnya virus COVID-19 adalah menggunakan APD terutama penggunaan masker. Penggunaan masker yang berkepanjangan selama pandemi COVID-19 dapat mengakibatkan lesi pada wajah terutama akne. Akne yang diakibatkan oleh penggunaan masker yang tidak tepat disebut maskne. Metode: Penulis melakukan studi literatur di website atau database dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), Google Scholar, World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI), Elsevier BV dan ResearchGate. Kesimpulan: Penggunaan masker yang berkepanjangan dan tidak tepat dapat menyabkan maskne. Maskne dapat dicegah dengan mencuci muka sebelum dan sesudah menggunakan masker, menggunakan pelembab, tidak menggunakan makeup dan menggunakan jenis masker sesuai tempat dan fungsinya. Kata Kunci: Mask, Acne, Maskne dan Face Mask.
{"title":"Penggunaan Masker dan Kejadian Maskne","authors":"Dinda Rifdayani Inayah","doi":"10.29303/lmj.v1i1.520","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.520","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Sejak awal tahun 2020 dunia mengalami pandemi coronavirus 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Penyebaran virus tersebut melalui udara seperti saat bersin dan batuk. WHO menyarankan untuk meminimalisir terjangkitnya virus COVID-19 adalah menggunakan APD terutama penggunaan masker. Penggunaan masker yang berkepanjangan selama pandemi COVID-19 dapat mengakibatkan lesi pada wajah terutama akne. Akne yang diakibatkan oleh penggunaan masker yang tidak tepat disebut maskne. \u0000Metode: Penulis melakukan studi literatur di website atau database dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), Google Scholar, World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI), Elsevier BV dan ResearchGate. \u0000Kesimpulan: Penggunaan masker yang berkepanjangan dan tidak tepat dapat menyabkan maskne. Maskne dapat dicegah dengan mencuci muka sebelum dan sesudah menggunakan masker, menggunakan pelembab, tidak menggunakan makeup dan menggunakan jenis masker sesuai tempat dan fungsinya. \u0000Kata Kunci: Mask, Acne, Maskne dan Face Mask.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130894420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Episode akut penurunan aliran darah dapat terjadi pada bayi yang mengalami tetralogy of fallot (TOF) yang biasa disebut spell hypoxia. Hal ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi TOF yang tidak terkoreksi. Diperkirakan sekitar 7 hingga 10 bayi tiap 100 kelahiran (0,7% ke 1,0%) mengalami gejala spell hypoxia. Episode akut ini sering dipicu oleh tangisan bayi yang lama. Manifestasi utama yang harus dikenali yaitu munculnya kebiruan pada kulit, kuku, dan bibir serta ditandai dengan adanya penurunan kesadaran. Apabila ditemukan hal tersebut harus segera dilakukan knee chest position. Tujuan penulisan ini untuk menambah literature mengenai kejadian spell hypoxia. Penulisan menggunakan metode penijauan literatur ilmiah yang bersumber dari sumber yang berasal dari MedScape, Google Scholar dan Nation Center for Biotechnology Information/NCBI.
{"title":"Mekanisme dan Tatalaksana Spell Hypoxia pada Tetralogy of Fallot","authors":"I. Basyir","doi":"10.29303/lmj.v1i1.518","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.518","url":null,"abstract":"Episode akut penurunan aliran darah dapat terjadi pada bayi yang mengalami tetralogy of fallot (TOF) yang biasa disebut spell hypoxia. Hal ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi TOF yang tidak terkoreksi. Diperkirakan sekitar 7 hingga 10 bayi tiap 100 kelahiran (0,7% ke 1,0%) mengalami gejala spell hypoxia. Episode akut ini sering dipicu oleh tangisan bayi yang lama. Manifestasi utama yang harus dikenali yaitu munculnya kebiruan pada kulit, kuku, dan bibir serta ditandai dengan adanya penurunan kesadaran. Apabila ditemukan hal tersebut harus segera dilakukan knee chest position. Tujuan penulisan ini untuk menambah literature mengenai kejadian spell hypoxia. Penulisan menggunakan metode penijauan literatur ilmiah yang bersumber dari sumber yang berasal dari MedScape, Google Scholar dan Nation Center for Biotechnology Information/NCBI.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115608882","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Perilaku bullying akan mempengaruhi kualitas hidup suatu individu.Iindividu yang mengalami bullyingakan memiliki kualitas hidup jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perilaku bullying. Hal ini bedasarkan dari dampak yang diberikan pada perilaku bullying, dari segi fisik dan psikososial individu tersebut. Oleh karena itu perilaku bullying yang merusak hubungan antar sejawat dapat merusak kualitas hidup mahasiswa. Penelitian ini meniliti terkait hubungan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup pada mahasiswa pendidikan dokter tahun ke-empat di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup pada Mahasiswa Tahun ke 4 di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Pendidikan Dokter. Data terkait perilaku bullying diperoleh menggunakan Olweus Bullying-Victim Questionnaire dan data terkait kualitas hidup diperoleh menggunakan kuesioner SF-36. Hasil: Jumlah total responden penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak 56 orang. Mayoritas responden tidak terlibat dalam perilaku bullying yaitu sebesar 44 orang, 6 orang merupakan pelaku, 4 orang merupakan korban, dan 2 orang merupakan korban-pelaku. Sebagian besar dari responden total memiliki kualitas hidup yang “baik”. Kebanyakan responden memiliki kualitas hidup yang buruk pada domain vitalitas Kesimpulan: Kebanyakan responden yang tidak terlibat perilaku bullying memiliki kualitas hidup yang baik, meskipun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup. Kata kunci: bullying, kualitas hidup, mahasiswa kedokteran
{"title":"Hubungan Antara Perilaku Bullying Dengan Kualitas Hidup pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Tahun Ke 4 di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram","authors":"Awang Fatwa Witjaksana, Emmy Amalia, Rika Hastuti Setyorini","doi":"10.29303/lmj.v1i1.553","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.553","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Perilaku bullying akan mempengaruhi kualitas hidup suatu individu.Iindividu yang mengalami bullyingakan memiliki kualitas hidup jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan perilaku bullying. Hal ini bedasarkan dari dampak yang diberikan pada perilaku bullying, dari segi fisik dan psikososial individu tersebut. Oleh karena itu perilaku bullying yang merusak hubungan antar sejawat dapat merusak kualitas hidup mahasiswa. Penelitian ini meniliti terkait hubungan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup pada mahasiswa pendidikan dokter tahun ke-empat di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup pada Mahasiswa Tahun ke 4 di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Pendidikan Dokter. Data terkait perilaku bullying diperoleh menggunakan Olweus Bullying-Victim Questionnaire dan data terkait kualitas hidup diperoleh menggunakan kuesioner SF-36. \u0000Hasil: Jumlah total responden penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak 56 orang. Mayoritas responden tidak terlibat dalam perilaku bullying yaitu sebesar 44 orang, 6 orang merupakan pelaku, 4 orang merupakan korban, dan 2 orang merupakan korban-pelaku. Sebagian besar dari responden total memiliki kualitas hidup yang “baik”. Kebanyakan responden memiliki kualitas hidup yang buruk pada domain vitalitas \u0000Kesimpulan: Kebanyakan responden yang tidak terlibat perilaku bullying memiliki kualitas hidup yang baik, meskipun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan kualitas hidup. \u0000Kata kunci: bullying, kualitas hidup, mahasiswa kedokteran","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"222 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114049438","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mariska Dela Pebrianti, Putu Aditya Wiguna, Lina Nurbaiti
Latar Belakang: Gangguan status gizi saat ini masih dijumpai terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Status gizi merupakan hasil ukur kondisi tubuh seseorang dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu infeksi penyakit. Gangguan status imun yang terjadi dapat menyebabkan tubuh lebih rentan terinfeksi suatu penyakit dan meningkatkan morbiditas suatu penyakit yang dapat berakhir dengan permasalahan status gizi. Pencegahan penyakit infeksi dapat dilakukan sejak bayi lahir yaitu dengan meningkatkan kekebalan tubuh melalui pemberian imunisasi dasar. Metode: Jenis penelitian ini yaitu deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 51 balita di Puskesmas Labuhan Sumbawa. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Pada penelitian ini terdapat 41 bayi (80,4%) yang memiliki status imunisasi dasar lengkap dan terdapat 10 bayi (19,6%) yang memiliki status imunisasi dasar tidak lengkap. Bayi yang memiliki status gizi baik berjumlah 46 bayi (90,2%), terdapat 2 bayi yang memiliki status gizi kurang (3,9%) serta bayi dengan status gizi lebih dan obesitas, terdapat masing- masing 1 bayi (2,0%). Analisis yang digunakan yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan terdapat hubungan antara status kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Sumbawa (p=0,041). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi bayi usia 1 – 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Sumbawa. Kata Kunci: Status Imunisasi Dasar, Status Gizi, Infeksi, Balita
{"title":"Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dasar dengan Status Gizi Bayi Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Labuhan Sumbawa","authors":"Mariska Dela Pebrianti, Putu Aditya Wiguna, Lina Nurbaiti","doi":"10.29303/lmj.v1i1.512","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.512","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Gangguan status gizi saat ini masih dijumpai terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Status gizi merupakan hasil ukur kondisi tubuh seseorang dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu infeksi penyakit. Gangguan status imun yang terjadi dapat menyebabkan tubuh lebih rentan terinfeksi suatu penyakit dan meningkatkan morbiditas suatu penyakit yang dapat berakhir dengan permasalahan status gizi. Pencegahan penyakit infeksi dapat dilakukan sejak bayi lahir yaitu dengan meningkatkan kekebalan tubuh melalui pemberian imunisasi dasar. \u0000Metode: Jenis penelitian ini yaitu deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 51 balita di Puskesmas Labuhan Sumbawa. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan uji Mann-Whitney. \u0000Hasil: Pada penelitian ini terdapat 41 bayi (80,4%) yang memiliki status imunisasi dasar lengkap dan terdapat 10 bayi (19,6%) yang memiliki status imunisasi dasar tidak lengkap. Bayi yang memiliki status gizi baik berjumlah 46 bayi (90,2%), terdapat 2 bayi yang memiliki status gizi kurang (3,9%) serta bayi dengan status gizi lebih dan obesitas, terdapat masing- masing 1 bayi (2,0%). Analisis yang digunakan yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan terdapat hubungan antara status kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Sumbawa (p=0,041). \u0000Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi bayi usia 1 – 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Sumbawa. \u0000Kata Kunci: Status Imunisasi Dasar, Status Gizi, Infeksi, Balita","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130336276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}