Latar Belakang: Indonesia mengonfirmasi pasien COVID pertama pada tanggal 2 Maret 2020 dan pada tanggal 10 Maret 2021 sudah tercatat sebanyak 1,3 juta kasus di Indonesia. Studi cross-sectional oleh Guan (2015) yang melibatkan 24.678 mahasiswa di Zhengzhou, Provinsi Henan, Cina, selama Februari 2020 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kecemasan terhadap pandemi COVID-19 sebanyak 7,3% pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif lebih rendah. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan kecemasan dengan prestasi akademik pada mahasiswa preklinik program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram selama pandemi COVID-19. Hasil: Didapatkan bahwa mayoritas responden cemas (57,4%) Banyak dari responden yang cemas memiliki nilai B+ (28,7%) diikuti dengan nilai B (24,8%). Kesimpulan: Peneliti menemukan pada mahasiswa yang memiliki prestasi akademik lebih rendah cenderung mengalami cemas, maka dari itu terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan prestasi akademik. Kata Kunci: Kecemasan, Prestasi Akademik, COVID-19, Mahasiswa
{"title":"Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Akademik Selama Covid-19 pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram","authors":"Audrey Farezqi, A. Mahardika, Pujiarrohman","doi":"10.29303/lmj.v1i1.529","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.529","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Indonesia mengonfirmasi pasien COVID pertama pada tanggal 2 Maret 2020 dan pada tanggal 10 Maret 2021 sudah tercatat sebanyak 1,3 juta kasus di Indonesia. Studi cross-sectional oleh Guan (2015) yang melibatkan 24.678 mahasiswa di Zhengzhou, Provinsi Henan, Cina, selama Februari 2020 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kecemasan terhadap pandemi COVID-19 sebanyak 7,3% pada mahasiswa dengan kemampuan kognitif lebih rendah. \u0000Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan kecemasan dengan prestasi akademik pada mahasiswa preklinik program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram selama pandemi COVID-19. \u0000Hasil: Didapatkan bahwa mayoritas responden cemas (57,4%) Banyak dari responden yang cemas memiliki nilai B+ (28,7%) diikuti dengan nilai B (24,8%). \u0000Kesimpulan: Peneliti menemukan pada mahasiswa yang memiliki prestasi akademik lebih rendah cenderung mengalami cemas, maka dari itu terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan prestasi akademik. \u0000Kata Kunci: Kecemasan, Prestasi Akademik, COVID-19, Mahasiswa","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114891171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Irfani Halimah Bharata, Luh Gde Sri Adnyani Suari, D. Lestari
Neuropsychiatric Systemic Lupus Erythemathosus (NPSLE) merupakan sekelompok gangguan neurologis, psikiatri dan kognitif yang dapat dialami hingga 40% pasien SLE. Disfungsi kognitif merupakan bentuk paling umum dari Neuropsychiatric Systemic Lupus Erythemathosus (NPSLE) yang ditemukan pada 20-60% pasien SLE. Antibodi anti-NMDAR subunit NR2A/B, matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), neutrophil extracellular traps (NET), dan mediator pro-inflamasi, seperti TNFα, IL-1, IL-6, IL-10, IFN-γ, dan TGF-β turut berkontribusi dalam patogenesis disfungsi kognitif pada pasien SLE. Beberapa karakteristik demografik dan klinik pasien SLE, seperti usia, tingkat pendidikan, pemilihan terapi, derajat beratnya penyakit, faktor risiko vaskuler, depresi, anemia, faktor psikososial, dan riwayat penyakit NPSLE sebelumnya, turut memodulasi tingkat kerentanan untuk terjadinya gangguan kognitif terkait SLE dan sekaligus prognosisnya. Disfungsi kognitif pada dapat berdampak besar pada kualitas hidup pasien SLE. Dengan manajemen yang baik, disfungsi kognitif pada pasien SLE tersebut dapat dihambat progresivitasnya menuju pada kondisi yang lebih berat. Terapi diberikan secara umum bersifat individual, diantaranya meliputi imunosupresan seperti glukokortikoid, siklofosfamid, mikofenolat mofetil (MMF), rituximab, dan azatioprin. Hidroklorokuin, antiplatelet, dan antikoagulan juga dapat digunakan pada kondisi medis tertentu. Rehabilitasi kognitif, psikoedukasional, dan psikoterapi merupakan komponen utama dalam manajemen non-farmakologis untuk disfungsi kognitif pada pasien SLE. Pemahaman yang baik dalam aspek epidemiologi, patofisiologi, faktor risiko, prognosis, serta peran terapi SLE dalam mencegah progresivitas gangguan kognitif diperlukan sebagai dasar penyusunan strategi penatalaksanaan disfungsi kognitif pada pasien SLE. Kata kunci : disfungsi kognitif, SLE, inflamasi, rehabilitasi kognitif
{"title":"Gangguan Kognitif Terkait SLE: Sebuah Tinjauan Pustaka","authors":"Irfani Halimah Bharata, Luh Gde Sri Adnyani Suari, D. Lestari","doi":"10.29303/lmj.v1i1.515","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.515","url":null,"abstract":"Neuropsychiatric Systemic Lupus Erythemathosus (NPSLE) merupakan sekelompok gangguan neurologis, psikiatri dan kognitif yang dapat dialami hingga 40% pasien SLE. Disfungsi kognitif merupakan bentuk paling umum dari Neuropsychiatric Systemic Lupus Erythemathosus (NPSLE) yang ditemukan pada 20-60% pasien SLE. Antibodi anti-NMDAR subunit NR2A/B, matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), neutrophil extracellular traps (NET), dan mediator pro-inflamasi, seperti TNFα, IL-1, IL-6, IL-10, IFN-γ, dan TGF-β turut berkontribusi dalam patogenesis disfungsi kognitif pada pasien SLE. Beberapa karakteristik demografik dan klinik pasien SLE, seperti usia, tingkat pendidikan, pemilihan terapi, derajat beratnya penyakit, faktor risiko vaskuler, depresi, anemia, faktor psikososial, dan riwayat penyakit NPSLE sebelumnya, turut memodulasi tingkat kerentanan untuk terjadinya gangguan kognitif terkait SLE dan sekaligus prognosisnya. Disfungsi kognitif pada dapat berdampak besar pada kualitas hidup pasien SLE. Dengan manajemen yang baik, disfungsi kognitif pada pasien SLE tersebut dapat dihambat progresivitasnya menuju pada kondisi yang lebih berat. Terapi diberikan secara umum bersifat individual, diantaranya meliputi imunosupresan seperti glukokortikoid, siklofosfamid, mikofenolat mofetil (MMF), rituximab, dan azatioprin. Hidroklorokuin, antiplatelet, dan antikoagulan juga dapat digunakan pada kondisi medis tertentu. Rehabilitasi kognitif, psikoedukasional, dan psikoterapi merupakan komponen utama dalam manajemen non-farmakologis untuk disfungsi kognitif pada pasien SLE. Pemahaman yang baik dalam aspek epidemiologi, patofisiologi, faktor risiko, prognosis, serta peran terapi SLE dalam mencegah progresivitas gangguan kognitif diperlukan sebagai dasar penyusunan strategi penatalaksanaan disfungsi kognitif pada pasien SLE. \u0000Kata kunci : disfungsi kognitif, SLE, inflamasi, rehabilitasi kognitif","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134079978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Covid-19 yakni sebua penyakit yang menyerang pada saluran pernafasan manusia. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) dalam rangka identifikasi awal prognosis keadaan klinis pasien. Wanita hamil dapat dikelompokkan pada manusia yang mudah terjangkit covid-19 hal ini sebabkan oleh adanya perubahan fiisologis pada wanita hamil sehingga lebih rentan pada terjangkitnya komplikasi. Saat ini, belum ada penelitian terkait hal ini di NTB. Hal ini dikarenakan untuk melihat perbedaan Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) pada wanita hamil dan tidak hamil dengan diagnosis COVID 19 di RS Universitas Mataram. Digunakan desain penelitian deskriptif crosssectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien wanita COVID 19 yang melakukan pemeriksaan NLR di RS Universitas Mataram yaitu sebanyak 83 wanita hamil dan 59 wanita tidak hamil. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan NLR pada wanita hamil dan tidak hamil. Sesuai dengan penelitian lain hasil NLR wanita hamil lebih tinggi dibandingan dengan wanita yang tidak hamil.
{"title":"Perbandingan Neutrophil Lympocite Ratio (NLR) pada Wanita Hamil dan Tidak Hamil dengan Diagnosis Covid-19 di RS Universitas Mataram","authors":"D. Lestari","doi":"10.29303/lmj.v1i1.467","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.467","url":null,"abstract":"Covid-19 yakni sebua penyakit yang menyerang pada saluran pernafasan manusia. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium dengan memeriksa Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) dalam rangka identifikasi awal prognosis keadaan klinis pasien. Wanita hamil dapat dikelompokkan pada manusia yang mudah terjangkit covid-19 hal ini sebabkan oleh adanya perubahan fiisologis pada wanita hamil sehingga lebih rentan pada terjangkitnya komplikasi. Saat ini, belum ada penelitian terkait hal ini di NTB. Hal ini dikarenakan untuk melihat perbedaan Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) pada wanita hamil dan tidak hamil dengan diagnosis COVID 19 di RS Universitas Mataram. Digunakan desain penelitian deskriptif crosssectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien wanita COVID 19 yang melakukan pemeriksaan NLR di RS Universitas Mataram yaitu sebanyak 83 wanita hamil dan 59 wanita tidak hamil. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan NLR pada wanita hamil dan tidak hamil. Sesuai dengan penelitian lain hasil NLR wanita hamil lebih tinggi dibandingan dengan wanita yang tidak hamil.","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123663735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Baiq Ananda Audia Arsiazi, Arfi Syamsun, Ida Lestari Harahap
Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang penularannya dapat terjadi pada manusia ke manusia dan hewan ke manusia, yang mengakibatkan penyakit infeksi saluran nafas. Awal mulanya penyakit ini terjadi di Wuhan dan telah menyebar hingga Indonesia. Penyakit ini menimbulkan efek yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, hingga menimbulkan berbagai kontoversi salah satunya penolakan dan pengambilan paksa jenazah COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan masyarakat dan sikap yang kurang terkait protokol jenazah COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan consecutive nonprobability sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh keluarga dari pasien yang meninggal karena COVID-19 di RSUD Kota Mataram. Penelitian ini melibatkan 40 orang responden. Hasil: Pada penelitian ini terdapat 22 orang (88%) masyarakat perkotaan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan pada kategori tinggi dan masyarakat pedesaan sebanyak 15 orang (100%) memiliki pengetahuan dengan kategori sedang. Hasil uji Chi-Square menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19 (p= 0.000) dan uji fisher menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara sikap masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19 (p=0.224). Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara pengetahuan dan tidak ada perbedaan sikap pada masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Mayarakat Perkotaan, Masyarakat Pedesaan, Protokol Jenazah COVID-19
{"title":"Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan terhadap Protokol Jenazah Covid-19","authors":"Baiq Ananda Audia Arsiazi, Arfi Syamsun, Ida Lestari Harahap","doi":"10.29303/lmj.v1i1.527","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.527","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang penularannya dapat terjadi pada manusia ke manusia dan hewan ke manusia, yang mengakibatkan penyakit infeksi saluran nafas. Awal mulanya penyakit ini terjadi di Wuhan dan telah menyebar hingga Indonesia. Penyakit ini menimbulkan efek yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, hingga menimbulkan berbagai kontoversi salah satunya penolakan dan pengambilan paksa jenazah COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini terjadi karena tingkat pengetahuan masyarakat dan sikap yang kurang terkait protokol jenazah COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19. \u0000Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan consecutive nonprobability sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh keluarga dari pasien yang meninggal karena COVID-19 di RSUD Kota Mataram. Penelitian ini melibatkan 40 orang responden. \u0000Hasil: Pada penelitian ini terdapat 22 orang (88%) masyarakat perkotaan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan pada kategori tinggi dan masyarakat pedesaan sebanyak 15 orang (100%) memiliki pengetahuan dengan kategori sedang. Hasil uji Chi-Square menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19 (p= 0.000) dan uji fisher menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara sikap masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19 (p=0.224). \u0000Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara pengetahuan dan tidak ada perbedaan sikap pada masyarakat perkotaan dan pedesaan terhadap protokol jenazah COVID-19. \u0000Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Mayarakat Perkotaan, Masyarakat Pedesaan, Protokol Jenazah COVID-19","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127440400","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Putu Mega Asri Dhamasari, I. K. Nintyastuti, Ni Nyoman Geriputri
Latar Belakang: Trauma mata adalah cidera pada mata yang menyebabkan perlukaan pada anatomis mata yang bisa mengakibatkan kebutaan. Hingga saat ini belum ada penelitian yang terpublikasi mengenai trauma mata di NTB. Oleh karna itu diperlukan sebuah studi mengenai epidemiologi kejadian trauma mata di NTB ini. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional menggunakan data rekam medik. Sampel penelitian ini seluruh pasien trauma mata di RSUD Provinsi NTB tahun 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Pada periode penelitian didapatkan 56 pasien. Berdasarkan jenis kelamin trauma mata lebih banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 83.9%, pada usia 26-45 tahun sebanyak 32.1%. Tipe trauma terbanyak adalah trauma terbuka 37,5%, penyebab trauma paling sering diakibatkan oleh benda tajam 39,3%, organ yang terlibat paling banyak melibatkan kornea sebanyak 26.5%. Visus sebelum tatalaksana paling sering terjadi pada kelompok visus < 3/60- NLP sebanyak 48.2%, visus sesudah tatalaksana paling banyak didapatkan pada visus < 3/60-NLP sebanyak 33.9%, dan lateralitas mata paling sering terjadi pada salah satu mata sebanyak 98.2%. Kesimpulan: Pasien trauma mata paling banyak terjadi pada laki laki dewasa muda, terjadi monokuler, dengan tipe trauma terbuka yang disebabkan oleh benda tajam. Kornea menjadi organ yang paling banyak terlibat. Visus sebelum dan sesudah tatalaksana paling banyak didapatkan dengan visus kurang dari 3/60 atau mengalami kebutaan. Kata Kunci: Trauma Mata, Karakteristik, NTB
{"title":"Karakteristik Pasien Trauma Mata di RSUD Provinsi NTB Tahun 2019","authors":"Putu Mega Asri Dhamasari, I. K. Nintyastuti, Ni Nyoman Geriputri","doi":"10.29303/lmj.v1i1.549","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.549","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Trauma mata adalah cidera pada mata yang menyebabkan perlukaan pada anatomis mata yang bisa mengakibatkan kebutaan. Hingga saat ini belum ada penelitian yang terpublikasi mengenai trauma mata di NTB. Oleh karna itu diperlukan sebuah studi mengenai epidemiologi kejadian trauma mata di NTB ini. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional menggunakan data rekam medik. Sampel penelitian ini seluruh pasien trauma mata di RSUD Provinsi NTB tahun 2019 yang memenuhi kriteria inklusi. \u0000Hasil: Pada periode penelitian didapatkan 56 pasien. Berdasarkan jenis kelamin trauma mata lebih banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 83.9%, pada usia 26-45 tahun sebanyak 32.1%. Tipe trauma terbanyak adalah trauma terbuka 37,5%, penyebab trauma paling sering diakibatkan oleh benda tajam 39,3%, organ yang terlibat paling banyak melibatkan kornea sebanyak 26.5%. Visus sebelum tatalaksana paling sering terjadi pada kelompok visus < 3/60- NLP sebanyak 48.2%, visus sesudah tatalaksana paling banyak didapatkan pada visus < 3/60-NLP sebanyak 33.9%, dan lateralitas mata paling sering terjadi pada salah satu mata sebanyak 98.2%. \u0000Kesimpulan: Pasien trauma mata paling banyak terjadi pada laki laki dewasa muda, terjadi monokuler, dengan tipe trauma terbuka yang disebabkan oleh benda tajam. Kornea menjadi organ yang paling banyak terlibat. Visus sebelum dan sesudah tatalaksana paling banyak didapatkan dengan visus kurang dari 3/60 atau mengalami kebutaan. \u0000Kata Kunci: Trauma Mata, Karakteristik, NTB","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124249037","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ath-Thariq Ramadhan, Putu Aditya Wiguna, I. Primayanti
Latar Belakang: Suhu tubuh menjadi indikator penting dalam penilaian kondisi kesehatan seseorang. Perkembangan teknologi dan situasi pandemi COVID-19 mendorong penggunaan non-contact infrared thermometer (NCIT) sebagai alat pengukur suhu yang diandalkan. Penelitian yang menilai keakuratan pengukuran oleh NCIT masih belum menunjukkan hasil yang konsisten, khususnya jika dibandingkan dengan termometer raksa. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesesuaian hasil pengukuran suhu tubuh antara NCIT dengan termometer air raksa pada populasi dewasa. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional untuk menilai kesesuaian atau kesepakatan hasil pengukuran antara termometer inframerah non kontak dan hasil pengukuran termometer air raksa. Pengukuran suhu dilakukan berulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing termometer dan hasil pengukuran oleh termometer air raksa dianggap sebagai nilai referensi pengukuran. Pengukuran suhu dilakukan pada 32 partisipan dewasa. Kesesuaian hasil pengukuran diuji dengan Intraclass Correlation Coefficient (ICC) dan analisis grafik Bland Altman. Hasil: Didapatkan nilai ICC yang menilai kesesuaian hasil pengukuran oleh NCIT dengan termometer air raksa masih di bawah 0,5 yang artinya masuk ke dalam kategori tidak baik atau lemah. Hasil pengukuran NCIT dan termometer raksa menunjukkan rentang kesepakatan yang masih lebar (>1℃) pada grafik Bland Altman. Kesimpulan: Hasil pengukuran suhu tubuh antara NCIT dan termometer air raksa menunjukkan tidak didapatkan kesesuaian yang baik. Kata Kunci: Suhu Tubuh, Kesesuaian, Termometer Air Raksa, Termometer Inframerah Non-Kontak
{"title":"Kesesuaian Hasil Pengukuran Suhu Tubuh Antara Non-Contact Infrared Thermometer dan Termometer Air Raksa pada Dewasa","authors":"Ath-Thariq Ramadhan, Putu Aditya Wiguna, I. Primayanti","doi":"10.29303/lmj.v1i1.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.507","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Suhu tubuh menjadi indikator penting dalam penilaian kondisi kesehatan seseorang. Perkembangan teknologi dan situasi pandemi COVID-19 mendorong penggunaan non-contact infrared thermometer (NCIT) sebagai alat pengukur suhu yang diandalkan. Penelitian yang menilai keakuratan pengukuran oleh NCIT masih belum menunjukkan hasil yang konsisten, khususnya jika dibandingkan dengan termometer raksa. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesesuaian hasil pengukuran suhu tubuh antara NCIT dengan termometer air raksa pada populasi dewasa. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional untuk menilai kesesuaian atau kesepakatan hasil pengukuran antara termometer inframerah non kontak dan hasil pengukuran termometer air raksa. Pengukuran suhu dilakukan berulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing termometer dan hasil pengukuran oleh termometer air raksa dianggap sebagai nilai referensi pengukuran. Pengukuran suhu dilakukan pada 32 partisipan dewasa. Kesesuaian hasil pengukuran diuji dengan Intraclass Correlation Coefficient (ICC) dan analisis grafik Bland Altman. \u0000Hasil: Didapatkan nilai ICC yang menilai kesesuaian hasil pengukuran oleh NCIT dengan termometer air raksa masih di bawah 0,5 yang artinya masuk ke dalam kategori tidak baik atau lemah. Hasil pengukuran NCIT dan termometer raksa menunjukkan rentang kesepakatan yang masih lebar (>1℃) pada grafik Bland Altman. \u0000Kesimpulan: Hasil pengukuran suhu tubuh antara NCIT dan termometer air raksa menunjukkan tidak didapatkan kesesuaian yang baik. \u0000Kata Kunci: Suhu Tubuh, Kesesuaian, Termometer Air Raksa, Termometer Inframerah Non-Kontak","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131371944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Putu Indira Paramitha Maharani, M. R. Jumsa, Y. Hapsari
Latar Belakang: Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada serviks. Salah satu faktor risiko dari kanker serviks adalah paritas. Wanita dengan paritas > 3 memiliki risiko lebih besar mengalami kanker serviks karena semakin seringnya wanita melahirkan maka semakin sering pula terjadi perlukaan yang ditimbulkan pada alat genital bagian atas sehingga perlukaan tersebut mudah untuk terinfeksi virus HPV yang merupakan penyebab dari kejadian kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks. Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi upaya pencegahan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kanker serviks. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan jenis penelitian analitik dengan pendekatan kohort retrospektif. Sampel pada penelitian ini seluruh pasien kanker serviks di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dari tanggal 1 Januari 2017 - 31 Desember 2019, diambil dengan cara consecutive sampling. Besar sampel penelitian yang diperlukan minimal 43 orang sampel. Pengolahan data menggunakan program SPSS, kemudian dianalisa sesuai dengan kategori yang berlaku disesuaikan dengan definisi operasional dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kanker serviks digunakan uji statistik chi-square. Hasil: Mayoritas wanita yang mengalami kanker serviks memiliki 2-4 anak (multiparitas) terdiagnosis kanker serviks stadium III sebanyak 23 orang (35%) dan stadium I sebanyak 21 orang (31,8%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 p-value £ a (a= 0,05), maka Ha diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan signifikan antara jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks di RSUD Provinsi NTB. Kesimpulan: Mayoritas pasien yang mengalami kanker serviks dijumpai pada paritas 2-4 (multiparitas) dan paling sedikit ditemukan pada pasien paritas 1 (primipara). Didapatkan hubungan jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks di RSUD Provinsi NTB pada tahun 2017-2019. Kata Kunci: Kanker serviks, Paritas, HPV, Hubungan
{"title":"Hubungan Jumlah Paritas dengan Insidensi Kanker Serviks di RSUD Provinsi NTB pada Tahun 2017-2019","authors":"Putu Indira Paramitha Maharani, M. R. Jumsa, Y. Hapsari","doi":"10.29303/lmj.v1i1.535","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.535","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada serviks. Salah satu faktor risiko dari kanker serviks adalah paritas. Wanita dengan paritas > 3 memiliki risiko lebih besar mengalami kanker serviks karena semakin seringnya wanita melahirkan maka semakin sering pula terjadi perlukaan yang ditimbulkan pada alat genital bagian atas sehingga perlukaan tersebut mudah untuk terinfeksi virus HPV yang merupakan penyebab dari kejadian kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks. Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi upaya pencegahan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kanker serviks. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan jenis penelitian analitik dengan pendekatan kohort retrospektif. Sampel pada penelitian ini seluruh pasien kanker serviks di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dari tanggal 1 Januari 2017 - 31 Desember 2019, diambil dengan cara consecutive sampling. Besar sampel penelitian yang diperlukan minimal 43 orang sampel. Pengolahan data menggunakan program SPSS, kemudian dianalisa sesuai dengan kategori yang berlaku disesuaikan dengan definisi operasional dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kanker serviks digunakan uji statistik chi-square. \u0000Hasil: Mayoritas wanita yang mengalami kanker serviks memiliki 2-4 anak (multiparitas) terdiagnosis kanker serviks stadium III sebanyak 23 orang (35%) dan stadium I sebanyak 21 orang (31,8%). Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 p-value £ a (a= 0,05), maka Ha diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan signifikan antara jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks di RSUD Provinsi NTB. \u0000Kesimpulan: Mayoritas pasien yang mengalami kanker serviks dijumpai pada paritas 2-4 (multiparitas) dan paling sedikit ditemukan pada pasien paritas 1 (primipara). Didapatkan hubungan jumlah paritas dengan insidensi kanker serviks di RSUD Provinsi NTB pada tahun 2017-2019. \u0000Kata Kunci: Kanker serviks, Paritas, HPV, Hubungan","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130775974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komang Adi, Praja Semara, Putra, Luh Ade, D. Rahayu, Mariska Dela, Siti Annisa Rahmasita, Nabilla Septiana, Pendahuluan
Latar Belakang: fraktur basis cranii merupakan trauma yang terjadi pada dasar tengkorak yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi sekitar 7% hingga 16% daru cedera kepala non perforasi. Ada tiga jenis fraktur dasar tengkorak: fraktur fossa anterior, fraktur fossa tengah, dan fraktur fossa posterior. Penggunaan antibiotik profilaksis masih kontroversial. Metode: Tinjauan sistematis dilakukan melalui PubMed, ScienceDirect, Cochrane Library, dan Google Scholar, mencari uji acak terkendali dan studi observasional yang menganalisis efek antibiotik pada luaran klinis pasien fraktur basis cranii. Hasil: Menghasilkan 3 studi observasional dan 1 RCT dengan total 1.390 subjek. Antibiotik menurunkan kejadian meningitis tetapi tidak berpengaruh pada hasil lainnya. Kesimpulan: Pemberian antibiotik pada pasien dengan fraktur basis cranii telah menunjukkan penurunan kejadian meningitis Kata Kunci: Fraktur basis cranii, antibiotik, kebocoran CSF, meningitis, defisit neurologi
{"title":"Antibiotik sebagai Terapi Tambahan terhadap Komplikasi pada Pasien dengan Fraktur Basis Cranii","authors":"Komang Adi, Praja Semara, Putra, Luh Ade, D. Rahayu, Mariska Dela, Siti Annisa Rahmasita, Nabilla Septiana, Pendahuluan","doi":"10.29303/lmj.v1i1.523","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.523","url":null,"abstract":"Latar Belakang: fraktur basis cranii merupakan trauma yang terjadi pada dasar tengkorak yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi sekitar 7% hingga 16% daru cedera kepala non perforasi. Ada tiga jenis fraktur dasar tengkorak: fraktur fossa anterior, fraktur fossa tengah, dan fraktur fossa posterior. Penggunaan antibiotik profilaksis masih kontroversial. \u0000Metode: Tinjauan sistematis dilakukan melalui PubMed, ScienceDirect, Cochrane Library, dan Google Scholar, mencari uji acak terkendali dan studi observasional yang menganalisis efek antibiotik pada luaran klinis pasien fraktur basis cranii. \u0000Hasil: Menghasilkan 3 studi observasional dan 1 RCT dengan total 1.390 subjek. Antibiotik menurunkan kejadian meningitis tetapi tidak berpengaruh pada hasil lainnya. \u0000Kesimpulan: Pemberian antibiotik pada pasien dengan fraktur basis cranii telah menunjukkan penurunan kejadian meningitis \u0000Kata Kunci: Fraktur basis cranii, antibiotik, kebocoran CSF, meningitis, defisit neurologi","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115022693","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Ibnu Annafi, M. R. Jumsa, Catarina Budyono
Latar Belakang: Dilansir dari Surver Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 telah mencapai Angka Kematian Ibu sebanyak 359 kematian dari setiap 100.000 Angka Kelahiran Hidup. Preeklampsia salah satu penyebab tertinggi peningkatan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Preeklampsia dapat menjadi penyebab komplikasi kerusakan pada beberapa target organ. Data mengenai kasus preeklampsia berat dan komplikasinya di provinsi Nusa Tenggara Barat sangat terbatas untuk diperoleh, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus preeklampsia berat dan komplikasinya di provinsi Nusa tenggara barat. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat pada periode 2018-2019. Jumlah sampel yang digunakan minimal sebanyak 80 sampel. Sampel penelitian adalah pasien dengan preeklampsia berat. data didapatkan dari rekam medis pasien. hasil dari penelitian ini adalah karakteristik pasien, jumlah kasus komplikasi dan kematian yang terjadi selama periode 2018-2019. Hasil: Delapan puluh tujuh pasien berpartisipasi pada penelitian ini, diperoleh data berupa karakteristik pasien meliputi umur, IMT, usia kehamilan, paritas, metode persalinan, dan pendidikan terkahir. Sebanyak 32 sampel terjadi komplikasi, didapatkan komplikasi sindrom HELLP 19 kasus (21,8%), eklampsia 16 kasus (18,4%), edema paru 6 kasus (6,9%), gagal ginjal akut 1 kasus (1,1%), solusio plasenta 1 kasus (1,1%), dan kasus kematian 4 (4,6%). Kesimpulan: Didapatkan 32 kasus preeklampsia berat dengan komplikasi. Komplikasi HELLP sindrom menjadi yang tertinggi sebanyak 19 (21,8%) kasus dan terjadi 4 (4,6%) kematian maternal. Kata Kunci: Preeklampsia Berat, Komplikasi, Kematian Ibu
{"title":"Gambaran Preeklampsia Berat dengan Komplikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode Januari 2018 sampai Desember 2019","authors":"Muhammad Ibnu Annafi, M. R. Jumsa, Catarina Budyono","doi":"10.29303/lmj.v1i1.534","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.534","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Dilansir dari Surver Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 telah mencapai Angka Kematian Ibu sebanyak 359 kematian dari setiap 100.000 Angka Kelahiran Hidup. Preeklampsia salah satu penyebab tertinggi peningkatan Angka Kematian Ibu di Indonesia. Preeklampsia dapat menjadi penyebab komplikasi kerusakan pada beberapa target organ. Data mengenai kasus preeklampsia berat dan komplikasinya di provinsi Nusa Tenggara Barat sangat terbatas untuk diperoleh, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus preeklampsia berat dan komplikasinya di provinsi Nusa tenggara barat. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat pada periode 2018-2019. Jumlah sampel yang digunakan minimal sebanyak 80 sampel. Sampel penelitian adalah pasien dengan preeklampsia berat. data didapatkan dari rekam medis pasien. hasil dari penelitian ini adalah karakteristik pasien, jumlah kasus komplikasi dan kematian yang terjadi selama periode 2018-2019. \u0000Hasil: Delapan puluh tujuh pasien berpartisipasi pada penelitian ini, diperoleh data berupa karakteristik pasien meliputi umur, IMT, usia kehamilan, paritas, metode persalinan, dan pendidikan terkahir. Sebanyak 32 sampel terjadi komplikasi, didapatkan komplikasi sindrom HELLP 19 kasus (21,8%), eklampsia 16 kasus (18,4%), edema paru 6 kasus (6,9%), gagal ginjal akut 1 kasus (1,1%), solusio plasenta 1 kasus (1,1%), dan kasus kematian 4 (4,6%). \u0000Kesimpulan: Didapatkan 32 kasus preeklampsia berat dengan komplikasi. Komplikasi HELLP sindrom menjadi yang tertinggi sebanyak 19 (21,8%) kasus dan terjadi 4 (4,6%) kematian maternal. \u0000Kata Kunci: Preeklampsia Berat, Komplikasi, Kematian Ibu","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116087843","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nur Said Wibisana, A. Mahardika, Ni Nyoman Geriputri
Latar Belakang: Kemenkes RI melaporkan prevalensi tunanetra di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu yang terendah di Indonesia per 2014. Meskipun begitu, efek keterbatasan fungsi penglihatan terhadap kualitas hidup tunanetra perlu menjadi perhatian utama. Individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti tunanetra, tidak jarang mengalami diskrimnasi sosial. Psikologis dan kesehatan fisik merupakan faktor yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Telah dilaporkan, individu dengan keterbatasan fisik umumnya cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk anak tunanetra adalah dengan menempatkan mereka di Sekolah Luar Biasa (SLB). Adapun penelitian mengenai kualitas hidup tunanetra di kota Mataram, NTB belum pernah dilaporkan sebelumnya. Oleh karenanya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari gambaran kualitas hidup anak tunanetra di SLB Yayasan Pendidikan Tunanetra Mataram. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (explanatory research). Data diperoleh melalui kuesioner yang dijawab oleh responden (anak tunanetra). Data diolah dan dianalisis berdasarkan analisis univariat. Melihat gambaran kualitas hidup dan mengedintifikasi berdasarkan domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Hasil: Dari total 30 responden, 20 responden berkualitas hidup baik berdasarkan domain kesehatan fisik (66,67%), 6 responden untuk domain psikologis (20%), 14 responden untuk domain hubungan sosial (46,67%), dan 9 responden untuk domain lingkungan sekolah (30%). Kesimpulan: Peneliti menemukan pada siswa-siswi yang memiliki keterbatasan fisik seperti tunanetra akan berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka dan mayoritas mengalami kualitas hidup yang buruk. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Disabilitas, Tunanetra
{"title":"Gambaran Kualitas Hidup Anak Dengan Disabilitas Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Tunanetra Mataram","authors":"Nur Said Wibisana, A. Mahardika, Ni Nyoman Geriputri","doi":"10.29303/lmj.v1i1.550","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/lmj.v1i1.550","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kemenkes RI melaporkan prevalensi tunanetra di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu yang terendah di Indonesia per 2014. Meskipun begitu, efek keterbatasan fungsi penglihatan terhadap kualitas hidup tunanetra perlu menjadi perhatian utama. Individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti tunanetra, tidak jarang mengalami diskrimnasi sosial. Psikologis dan kesehatan fisik merupakan faktor yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Telah dilaporkan, individu dengan keterbatasan fisik umumnya cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk anak tunanetra adalah dengan menempatkan mereka di Sekolah Luar Biasa (SLB). Adapun penelitian mengenai kualitas hidup tunanetra di kota Mataram, NTB belum pernah dilaporkan sebelumnya. Oleh karenanya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari gambaran kualitas hidup anak tunanetra di SLB Yayasan Pendidikan Tunanetra Mataram. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (explanatory research). Data diperoleh melalui kuesioner yang dijawab oleh responden (anak tunanetra). Data diolah dan dianalisis berdasarkan analisis univariat. Melihat gambaran kualitas hidup dan mengedintifikasi berdasarkan domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. \u0000Hasil: Dari total 30 responden, 20 responden berkualitas hidup baik berdasarkan domain kesehatan fisik (66,67%), 6 responden untuk domain psikologis (20%), 14 responden untuk domain hubungan sosial (46,67%), dan 9 responden untuk domain lingkungan sekolah (30%). \u0000Kesimpulan: Peneliti menemukan pada siswa-siswi yang memiliki keterbatasan fisik seperti tunanetra akan berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka dan mayoritas mengalami kualitas hidup yang buruk. \u0000Kata Kunci: Kualitas Hidup, Disabilitas, Tunanetra","PeriodicalId":127741,"journal":{"name":"Lombok Medical Journal","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127956072","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}