Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1554
Milatun Khanifah, Chabibah Nur, Siti Khuzaiyah
Abstract Objective: To investigate effectiveness of complementary therapy combination pregnancy massage and acupressure on the onset of labor in primigravida pregnant women. Methods: The population was pregnant women in all regions of Pekalongan Regency at more than 39 weeks' gestation, using random cluster sampling. Data collect use an observation sheet to measure the start time of labor and also check the implementation of massage and acupressure in pregnancy. Treatment was carried out every 2-3 days from 39 weeks of gestation until labor occurs. This study was quantitative quasi-experimental with control group design with a cohort approach. Results: The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences in the onset of childbirth in the intervention group with the control group (p-value; 0.003; CI -8.59 - (- 2.07)). It was concluded that complementary therapy combined therapy of pregnancy massage and acupressure could be used as an alternative therapy to prevent overdue pregnancy Conclusions: These findings confirm that complementary therapy combination pregnancy massage and acupressure could faster the onset of labor. Keywords: acupressure, complementary therapy, onset labor, pregnancy massage. Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas terapi komplementer kombinasi pijat kehamilan dan akupresur pada permulaan persalinan pada ibu hamil primigravida. Metode: Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan dengan usia kehamilan lebih dari 39 minggu, dengan menggunakan sampel cluster random. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk mengukur waktu mulai persalinan serta memeriksa pelaksanaan pijat dan akupresur pada kehamilan. Pengobatan dilakukan setiap 2-3 hari dari usia kehamilan 39 minggu sampai terjadi persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental kuantitatif dengan desain kelompok kontrol dengan pendekatan kohort. Hasil: analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan timbulnya persalinan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p-value; 0,003; CI -8,59 - (- 2,07)). Disimpulkan bahwa terapi komplementer terapi kombinasi pijat kehamilan dan akupresur dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk mencegah terjadinya kehamilan terlambat. Kesimpulan: Temuan ini mengkonfirmasi bahwa terapi komplementer kombinasi pijat kehamilan dan akupresur dapat mempercepat terjadinya persalinan. Kata kunci: akupresur; awalan persalinan, pijat kehamilan ,terapi komplementer.
【摘要】目的:探讨孕期推拿结合穴位按压辅助治疗对初迁期孕妇分娩的疗效。方法:采用随机整群抽样的方法,对北卡隆岸县各地区妊娠39周以上的孕妇进行调查。数据采集采用观察表测量分娩开始时间,并检查按摩和指压在妊娠期的实施情况。从妊娠39周至分娩,每2-3天进行一次治疗。本研究采用定量准实验设计,对照组设计,采用队列方法。结果:双因素分析结果显示,干预组与对照组的分娩发生时间差异有统计学意义(p值;0.003;Ci -8.59 -(- 2.07))。结论:妊娠按摩与穴位按压相结合的辅助疗法可作为预防早产的替代疗法。结论:这些结果证实了妊娠按摩与穴位按压相结合的辅助疗法可加速分娩的发生。关键词:指压,辅助疗法,初产,妊娠按摩。图juan: Untuk mengetahui efektivitas terapi komplemementer kombinasi pijat kehamilan dan akupressur pada permulaan persalinan pada ibu hamil primigravida。方法:Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan dengan usia kehamilan lebih dari 39名古,dengan menggunakan样本群随机。彭普兰数据,孟古纳坎lembar观测站,untuk mengukur waktu mulai persalinan, memeriksa pelaksanaan pijat和akupresur pakhamilan。彭戈巴丹·迪拉库坎(Pengobatan dilakukan)设置了2-3个hari dari usia kehamilan 39个minggu sampai terjadi persalan。peneltian ini merupakan peneltian kuasi,实验定量分析,dengan设计,kelompok控制,dengan pendekatan kohort。Hasil:双变量menunjukkan terdapat perbebea和yang显著性分析,timbulnya permenjukkan干预,dengan kelpok控制(p值;0003;Ci -8,59 -(- 2,07))。dispulkan bahwa terapi kombinasi pijat kehamilan dan akupresur dapat digunakan sebagai terapi alternatiftuk menegah terjadinya kehamilan terlambat。kespulan: Temuan ini mengkonfirmasi bahwa terapi komplementer kombinasi pijat kehamilan dan akupressur dapat mempercepat terjadinya persalinan。Kata kunci:压力;Awalan persalinan, pijat kehamilan,terapi komplementer。
{"title":"Progress of Labor Onset with Combination of Pregnancy Massage and Acupressure","authors":"Milatun Khanifah, Chabibah Nur, Siti Khuzaiyah","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1554","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1554","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To investigate effectiveness of complementary therapy combination pregnancy massage and acupressure on the onset of labor in primigravida pregnant women. \u0000Methods: The population was pregnant women in all regions of Pekalongan Regency at more than 39 weeks' gestation, using random cluster sampling. Data collect use an observation sheet to measure the start time of labor and also check the implementation of massage and acupressure in pregnancy. Treatment was carried out every 2-3 days from 39 weeks of gestation until labor occurs. This study was quantitative quasi-experimental with control group design with a cohort approach. \u0000Results: The results of the bivariate analysis showed that there were significant differences in the onset of childbirth in the intervention group with the control group (p-value; 0.003; CI -8.59 - (- 2.07)). It was concluded that complementary therapy combined therapy of pregnancy massage and acupressure could be used as an alternative therapy to prevent overdue pregnancy \u0000Conclusions: These findings confirm that complementary therapy combination pregnancy massage and acupressure could faster the onset of labor. \u0000Keywords: acupressure, complementary therapy, onset labor, pregnancy massage. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas terapi komplementer kombinasi pijat kehamilan dan akupresur pada permulaan persalinan pada ibu hamil primigravida. \u0000Metode: Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan dengan usia kehamilan lebih dari 39 minggu, dengan menggunakan sampel cluster random. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk mengukur waktu mulai persalinan serta memeriksa pelaksanaan pijat dan akupresur pada kehamilan. Pengobatan dilakukan setiap 2-3 hari dari usia kehamilan 39 minggu sampai terjadi persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental kuantitatif dengan desain kelompok kontrol dengan pendekatan kohort. \u0000Hasil: analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan timbulnya persalinan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p-value; 0,003; CI -8,59 - (- 2,07)). Disimpulkan bahwa terapi komplementer terapi kombinasi pijat kehamilan dan akupresur dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk mencegah terjadinya kehamilan terlambat. \u0000Kesimpulan: Temuan ini mengkonfirmasi bahwa terapi komplementer kombinasi pijat kehamilan dan akupresur dapat mempercepat terjadinya persalinan. \u0000Kata kunci: akupresur; awalan persalinan, pijat kehamilan ,terapi komplementer.","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46473897","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1651
A. Pusponegoro, Chakti A. Swastika, J. Indarti
Abstract Objective : To evaluate the effectiveness of obstetric referrals to the dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM), a tertiary hospital in Indonesian referral system, during the COVID-19 pandemic. Methods : A cross-sectional descriptive-analytic study that compared the effectiveness of referrals before (July-December 2019) and during the COVID-19 pandemic (March-August 2020) at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Referral effectiveness is assessed based on two criteria, namely the suitability of the diagnosis and procedural compliance which includes communication through the integrated emergency response system (SPGDT), delivery by ambulance, and attachment of a referral letter. Results: The study found 198 referral cases from 464 obstetric cases (42.67%) before the pandemic and 231 referral cases from 486 obstetric cases (47.53%) during the pandemic. The diagnostic concordance increased from 57.58% before the pandemic to 71.00% during the pandemic (p = 0.004). Referral procedural compliance increased from 28.28% before the pandemic to 45.45% during the pandemic (p < 0.001). Based on these criteria, the effectiveness of referrals at the RSCM during the COVID-19 pandemic era was found to be significantly higher, namely before the pandemic by 21.72% and during the pandemic by 40.26% (p < 0.001). Conclusion : The effectiveness of referral to the RSCM based on the suitability of the diagnosis and the accuracy of the procedure during the COVID-19 pandemic was found to be better than before the pandemic. Keywords: COVID-19, obstetric referral system, pandemic. Abstrak Tujuan : Untuk menilai efektivitas rujukan obstetri ke Rumah Sakit Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit tersier dalam sistem rujukan Indonesia, selama pandemi COVID-19 Metode: Penelitian deskriptif-analitik berdesain potong lintang yang membandingkan efektivitas rujukan sebelum (Juli-Desember 2019) dan saat pandemi COVID-19 (Maret-Agustus 2020) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Efektivitas rujukan dinilai berdasarkan dua kriteria, yakni kesesuaian diagnosis dan kepatuhan prosedur yang meliputi komunikasi melalui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), pengantaran dengan ambulans, dan pelampiran surat rujukan. Hasil: Penelitian menemukan 198 kasus rujukan dari 464 kasus obstetri (42,67%) sebelum pandemi dan 231 kasus rujukan dari 486 kasus obstetri (47,53%) saat pandemi. Kesesuaian diagnosis meningkat dari 57,58% sebelum pandemi menjadi 71,00% saat pandemi (p = 0,004). Kepatuhan prosedur rujukan meningkat dari 28,28% sebelum pandemi menjadi 45,45% saat pandemi (p < 0,001). Berdasarkan kriteria tersebut, efektivitas rujukan di RSCM pada era pandemi COVID-19 ditemukan lebih tinggi secara signifikan, yakni sebelum pandemi sebesar 21,72% dan saat pandemi sebesar 40,26% (p < 0,001). Kesimpulan: Efektivitas rujukan ke RSCM berdasarkan kesesuaian diagnosis dan kep
{"title":"Obstetric Referral System during COVID-19 Pandemic : Tertiary Referral Hospital Perspective","authors":"A. Pusponegoro, Chakti A. Swastika, J. Indarti","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1651","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1651","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective : To evaluate the effectiveness of obstetric referrals to the dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM), a tertiary hospital in Indonesian referral system, during the COVID-19 pandemic. \u0000Methods : A cross-sectional descriptive-analytic study that compared the effectiveness of referrals before (July-December 2019) and during the COVID-19 pandemic (March-August 2020) at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Referral effectiveness is assessed based on two criteria, namely the suitability of the diagnosis and procedural compliance which includes communication through the integrated emergency response system (SPGDT), delivery by ambulance, and attachment of a referral letter. \u0000Results: The study found 198 referral cases from 464 obstetric cases (42.67%) before the pandemic and 231 referral cases from 486 obstetric cases (47.53%) during the pandemic. The diagnostic concordance increased from 57.58% before the pandemic to 71.00% during the pandemic (p = 0.004). Referral procedural compliance increased from 28.28% before the pandemic to 45.45% during the pandemic (p < 0.001). Based on these criteria, the effectiveness of referrals at the RSCM during the COVID-19 pandemic era was found to be significantly higher, namely before the pandemic by 21.72% and during the pandemic by 40.26% (p < 0.001). \u0000Conclusion : The effectiveness of referral to the RSCM based on the suitability of the diagnosis and the accuracy of the procedure during the COVID-19 pandemic was found to be better than before the pandemic. \u0000Keywords: COVID-19, obstetric referral system, pandemic. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan : Untuk menilai efektivitas rujukan obstetri ke Rumah Sakit Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit tersier dalam sistem rujukan Indonesia, selama pandemi COVID-19 \u0000Metode: Penelitian deskriptif-analitik berdesain potong lintang yang membandingkan efektivitas rujukan sebelum (Juli-Desember 2019) dan saat pandemi COVID-19 (Maret-Agustus 2020) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Efektivitas rujukan dinilai berdasarkan dua kriteria, yakni kesesuaian diagnosis dan kepatuhan prosedur yang meliputi komunikasi melalui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), pengantaran dengan ambulans, dan pelampiran surat rujukan. \u0000Hasil: Penelitian menemukan 198 kasus rujukan dari 464 kasus obstetri (42,67%) sebelum pandemi dan 231 kasus rujukan dari 486 kasus obstetri (47,53%) saat pandemi. Kesesuaian diagnosis meningkat dari 57,58% sebelum pandemi menjadi 71,00% saat pandemi (p = 0,004). Kepatuhan prosedur rujukan meningkat dari 28,28% sebelum pandemi menjadi 45,45% saat pandemi (p < 0,001). Berdasarkan kriteria tersebut, efektivitas rujukan di RSCM pada era pandemi COVID-19 ditemukan lebih tinggi secara signifikan, yakni sebelum pandemi sebesar 21,72% dan saat pandemi sebesar 40,26% (p < 0,001). \u0000Kesimpulan: Efektivitas rujukan ke RSCM berdasarkan kesesuaian diagnosis dan kep","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48391436","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1517
Y. I. Putri, Gumilang Wiranegara
Abstract Objective: To add a new overview of cervical cancer in pregnancy and to review several treatment approaches using available guidelines. Methods: Case report. Case: A 29 years old woman, gravida 3 para 2 in 10 weeks of pregnancy, was presented with vaginal bleeding and bloody vaginal discharge. Ultrasound examination showed a 10 weeks single live intrauterine fetus and a mass on the cervix. The histopathological report revealed a poorly differentiated cervical adenocarcinoma without invasion of lymphovascular space. Patient was diagnosed with cervical carcinoma FIGO stage IB3 in 10 weeks of pregnancy. The patient opted to unpreserved the pregnancy. Radical hysterectomy with fetus in situ and bilateral pelvic lymphadenectomy was performed. Patient was referred to undergo adjuvant radiation therapy. Conclusion: Cervical cancer in pregnancy is a rare and special condition that requires individual planning for the diagnostic and treatment approaches. Keywords: cervical cancer, cervical cancer in pregnancy, fetus in situ hysterectomy, pregnancy, radical hysterectomy. Abstrak Tujuan: Untuk menambah gambaran kasus mengenai kanker serviks dalam kehamilan serta membahas pendekatan terapi menggunakan pedoman – pedoman yang ada. Metode: Laporan kasus. Kasus: Seorang perempuan berusia 29 tahun dengan G3P2 usia kehamilan 10 minggu datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan keputihan bercampur darah. Hasil dari USG menunjukkan adanya janin berusia 10 minggu serta massa pada serviks. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya adenokarsinoma serviks berdiferensiasi buruk tanpa invasi limfovaskuler. Pasien didiagnosis dengan kanker serviks stadium FIGO IB3 dalam kehamilan 10 minggu. Pasien setuju untuk dilakukan terminasi kehamilan. Pada pasien kemudian dilakukan laparotomi histerektomi radikal dengan fetus in situ serta limfadenektomi pelvik bilateral. Pasien kemudian dirujuk untuk dilakukan terapi ajuvan dengan radiasi. Kesimpulan: Kanker serviks pada kehamilan merupakan suatu kondisi khusus sehingga perencanaan diagnostik dan manajemen terapi membutuhkan perencanaan secara individual di setiap kasusnya. Kata kunci: Kanker, kanker serviks, kanker serviks dalam kehamilan, kehamilan, , histerektomi radikal, histerektomi dengan fetus in situ.
摘要目的:对妊娠期宫颈癌进行新的综述,并根据现有的治疗指南对几种治疗方法进行综述。方法:病例报告。病例:一名29岁女性,妊娠10周妊娠第3段,出现阴道出血和带血阴道分泌物。超声检查显示一个10周的单活宫内胎儿和子宫颈肿块。病理报告显示为宫颈低分化腺癌,未侵犯淋巴血管间隙。妊娠10周诊断为宫颈癌FIGO分期IB3期。病人选择不保留妊娠。行原位胎儿根治性子宫切除术及双侧盆腔淋巴结切除术。患者接受辅助放射治疗。结论:妊娠期宫颈癌是一种罕见且特殊的疾病,需要个体规划诊断和治疗方法。关键词:宫颈癌,妊娠期宫颈癌,胎儿原位子宫切除术,妊娠,根治性子宫切除术图juan: Untuk menambah gambaran kasus mengenai kanker serviks dalam kehamilan serta membahas pendekatan terapi menggunakan pedoman - pedoman yang ada。Metode: Laporan kasus。Kasus: Seorang perempuan berusia 29 tahun dengan G3P2 usia kehamilan 10 minggu datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan keputihan bercampur darah。哈西尔达里,美国政府官员,阿丹尼亚·贾尼亚,俄罗斯10名官员,他们的服务。腺核素瘤的病理组织学特征与血管浸润性血管增生有关。帕西恩诊断登根坎克塞维克斯球场菲戈IB3达拉姆科哈米兰10名古。Pasien setuju untuk dilakukan terminasi kehamilan。剖腹术、剖腹术、剖腹术、桡骨造影、原位胎儿术、双侧骨盆切开术。我是说:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”kespulan: Kanker serviks pada kehamilan merupakan suatu kondisi khusus sehinga perencanan诊断和管理terapi membutuhkan perencanan和secara个体di seap kasusnya。Kata kunci: Kanker, Kanker serviks, Kanker serviks dalam kehamilan, kehamilan, histerektomi radikal, histerektomi dengan原位胎儿。
{"title":"Treatment Approach for A Rare Case of Cervical Cancer in Pregnancy","authors":"Y. I. Putri, Gumilang Wiranegara","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1517","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1517","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To add a new overview of cervical cancer in pregnancy and to review several treatment approaches using available guidelines. \u0000Methods: Case report. \u0000Case: A 29 years old woman, gravida 3 para 2 in 10 weeks of pregnancy, was presented with vaginal bleeding and bloody vaginal discharge. Ultrasound examination showed a 10 weeks single live intrauterine fetus and a mass on the cervix. The histopathological report revealed a poorly differentiated cervical adenocarcinoma without invasion of lymphovascular space. Patient was diagnosed with cervical carcinoma FIGO stage IB3 in 10 weeks of pregnancy. The patient opted to unpreserved the pregnancy. Radical hysterectomy with fetus in situ and bilateral pelvic lymphadenectomy was performed. Patient was referred to undergo adjuvant radiation therapy. \u0000Conclusion: Cervical cancer in pregnancy is a rare and special condition that requires individual planning for the diagnostic and treatment approaches. \u0000Keywords: cervical cancer, cervical cancer in pregnancy, fetus in situ hysterectomy, pregnancy, radical hysterectomy. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: Untuk menambah gambaran kasus mengenai kanker serviks dalam kehamilan serta membahas pendekatan terapi menggunakan pedoman – pedoman yang ada. \u0000Metode: Laporan kasus. \u0000Kasus: Seorang perempuan berusia 29 tahun dengan G3P2 usia kehamilan 10 minggu datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan keputihan bercampur darah. Hasil dari USG menunjukkan adanya janin berusia 10 minggu serta massa pada serviks. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya adenokarsinoma serviks berdiferensiasi buruk tanpa invasi limfovaskuler. Pasien didiagnosis dengan kanker serviks stadium FIGO IB3 dalam kehamilan 10 minggu. Pasien setuju untuk dilakukan terminasi kehamilan. Pada pasien kemudian dilakukan laparotomi histerektomi radikal dengan fetus in situ serta limfadenektomi pelvik bilateral. Pasien kemudian dirujuk untuk dilakukan terapi ajuvan dengan radiasi. \u0000Kesimpulan: Kanker serviks pada kehamilan merupakan suatu kondisi khusus sehingga perencanaan diagnostik dan manajemen terapi membutuhkan perencanaan secara individual di setiap kasusnya. \u0000Kata kunci: Kanker, kanker serviks, kanker serviks dalam kehamilan, kehamilan, , histerektomi radikal, histerektomi dengan fetus in situ.","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43296428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1553
Hasanuddin, Dannu Wijaya, Dora Darusalam
Abstract Objective: To determine the impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate one week after birth in RSUDZA Banda Aceh. Method: This study used an observational analytic study with a prospective cohort study design. The research samples were 84 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The data source used was primary data obtained by direct examination by weighing the newborn at birth and during visits. Results: There was an impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate of infants after one week. The results showed that the p-value <0.000. The lowest neonatal survival rate was in the group weighing less than 1000 grams, namely 0%. Weight group 1000 grams to 1500 grams with a survival rate of 55% and group weight 1500 grams to 2500 grams with a survival rate of 95%. Discussion: There was an impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate one week after birth in RSUDZA Banda Aceh. Keywords: low birth weight (LBW), preterm premature rupture of membranes, survival rate. Abstrak Tujuan : Untuk mengetahui dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate satu minggu setelah dilahirkan di RSUDZA Banda Aceh. Metode: Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian kohort prospektif. Sampel penelitian sebanyak 84 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung dengan penimbangan bayi saat baru lahir dan ketika kunjungan. Hasil: Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate bayi setelah satu minggu didapatkan hasil bahwa p-value <0,000. Survival rate neonatal terendah pada kelompok berat badan di bawah 1000 gram yakni 0%. Kelompok berat badan 1000 gram sampai di bawah 1.499 gram memiliki survival rate 55% dan kelompok berat badan 1.500 gram sampai 2.499 gram memiliki angka survival rate 95%. Diskusi: Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate satu minggu setelah bayi dilahirkan di RSUDZA Banda Aceh. Kata kunci: berat badan lahir rendah (BBLR), ketuban pecah dini, survival rate.
摘要目的:探讨班达亚齐地区胎膜早破及低出生体重结局对出生后1周生存率的影响。方法:本研究采用前瞻性队列研究设计的观察性分析研究。研究样本为84份符合纳入和排除标准的样本。使用的数据来源是通过新生儿出生时称重和访问期间直接检查获得的原始数据。结果:胎膜早破和低出生体重结局对1周后婴儿存活率有影响。结果表明,p值<0.000。体重小于1000克组新生儿存活率最低,为0%。重量组1000克至1500克,存活率为55%;重量组1500克至2500克,存活率为95%。讨论:在RSUDZA Banda Aceh,胎膜早破和低出生体重对出生后一周存活率的影响。关键词:低出生体重儿,早产,胎膜早破,存活率。【摘要】图juan: Untuk mengetahui dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhaha生存率satu minggu setelah dilahirkan di RSUDZA Banda Aceh。方法:在孟古纳坎进行研究、分析、观察、设计、展望。[84][杨氏][杨氏]。sunber数据yang digunakan adalah数据primer yang diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung dengan penimbangan bayi saat baru lahir dan ketika kunjungan。Hasil: Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap存活率bayi setelah satu minggu didapatkan Hasil bahwa p值< 0000。成活率新生儿terendah padkelpok berat badandi bawah 1000克yakni 0%。克龙柏百丹1000克桑派迪巴瓦1.499克米米利克存活率55%丹克龙柏百丹1.500克桑派2.499克米米利克安卡存活率95%。讨论:Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhaha生存率,在Banda Aceh(班达亚齐)。Kata kunci: berat badan lahir rendah (BBLR), ketuban pecah dini,存活率。
{"title":"The Impact of Premature Rupture of Membranes (PROM) and Low Birth Weight (LBW) Infant Outcomes to the Survival Rate","authors":"Hasanuddin, Dannu Wijaya, Dora Darusalam","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1553","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1553","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To determine the impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate one week after birth in RSUDZA Banda Aceh. \u0000Method: This study used an observational analytic study with a prospective cohort study design. The research samples were 84 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The data source used was primary data obtained by direct examination by weighing the newborn at birth and during visits. \u0000Results: There was an impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate of infants after one week. The results showed that the p-value <0.000. The lowest neonatal survival rate was in the group weighing less than 1000 grams, namely 0%. Weight group 1000 grams to 1500 grams with a survival rate of 55% and group weight 1500 grams to 2500 grams with a survival rate of 95%. \u0000Discussion: There was an impact of premature rupture of membranes and the outcome of low birth weight on the survival rate one week after birth in RSUDZA Banda Aceh. \u0000Keywords: low birth weight (LBW), preterm premature rupture of membranes, survival rate. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan : Untuk mengetahui dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate satu minggu setelah dilahirkan di RSUDZA Banda Aceh. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian kohort prospektif. Sampel penelitian sebanyak 84 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung dengan penimbangan bayi saat baru lahir dan ketika kunjungan. \u0000Hasil: Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate bayi setelah satu minggu didapatkan hasil bahwa p-value <0,000. Survival rate neonatal terendah pada kelompok berat badan di bawah 1000 gram yakni 0%. Kelompok berat badan 1000 gram sampai di bawah 1.499 gram memiliki survival rate 55% dan kelompok berat badan 1.500 gram sampai 2.499 gram memiliki angka survival rate 95%. \u0000Diskusi: Ada dampak ketuban pecah dini dengan luaran berat badan lahir rendah terhadap survival rate satu minggu setelah bayi dilahirkan di RSUDZA Banda Aceh. \u0000Kata kunci: berat badan lahir rendah (BBLR), ketuban pecah dini, survival rate.","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47216362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1564
Naeny Fajriah, M. Chalid, Lenny Lisal, E. Lukas, St. Nur Asni, Rina Masadah
Abstract Objective: To determine the role of TLR-7 expression on intrauterine vertical transmission in pregnancy through identification of serum hepatitis B markers in both maternal and umbilical cord blood. Methods: Analysis of TLR expression was performed on 38 paraffin block samples of placental tissue acquired from mothers with HBV using TLR immunohistochemical staining. Results: 16 of 38 samples were acquired from mothers aged 26-30 years-old. Most of the samples were from primiparous mothers (52.6%). This study found no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood (p = 1.000). However, we found a significant association between placental TLR-7 expression and maternal HBV DNA (p = 0.034). Meanwhile, placental HBeAg and HBV DNA were not associated with placental TLR-7 expression (p = 0.082; p = 1.000). Conclusion: There was no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood, but we found a significant association between TLR-7 expression and maternal HBV DNA. Keywords: HBV DNA, Hepatitis B, intrauterine infection, placental toll-like receptor (TLR) 7,umbilical cord. Abstrak Tujuan: untuk melihat peran ekspresi TLR-7 terhadap transmisi vertikal intrauterina pada kehamilan melalui identifikasi marker serum hepatitis B pada darah ibu dan talipusar. Metode: Analisis ekspresi TLR dilakukan pada 38 sampel blok paraffin jaringan plasenta ibu yang menderita HBV dengan memakai pewarnaan imuhohistokimia TLR. Hasil: 16 dari 38 sampel berusia 26-30 tahun. Sebagian besar sampel merupakan kelompok primipara (52.6%). Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 di plasenta dan HBV DNA darah tali pusat (p = 1.000). Tapi, kami menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 plasenta dan HBV DNA ibu (p = 0,034). Sedangkan HBeAg dan HBV DNA plasenta tidak berhubungan dengan ekspresi TLR-7 plasenta (p = 0,082; p = 1.000). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 dan DNA HBV di plasenta dan tali pusat, tetapi kami menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 dan DNA HBV ibu. Kata kunci: HBV DNA, Hepatitis B, infeksi intrauterina, plasenta, tali pusat, toll-like receptor (TLR) 7
摘要目的:通过检测母婴血清乙型肝炎标志物,探讨TLR-7表达在妊娠期宫内垂直传播中的作用。方法:采用TLR免疫组化染色法对38例HBV感染母亲胎盘组织石蜡块进行TLR表达分析。结果:38份样本中有16份来自26-30岁的母亲。其中以初产妇居多(52.6%)。本研究发现胎盘和脐带血中TLR-7表达与HBV DNA无显著相关性(p = 1.000)。然而,我们发现胎盘TLR-7表达与母体HBV DNA显著相关(p = 0.034)。同时,胎盘HBeAg和HBV DNA与胎盘TLR-7表达无相关性(p = 0.082;P = 1.000)。结论:胎盘和脐带血中TLR-7表达与HBV DNA无显著相关性,但我们发现TLR-7表达与母体HBV DNA有显著相关性。关键词:HBV DNA,乙型肝炎,宫内感染,胎盘toll样受体(TLR) 7,脐带【摘要】图隽:乙型肝炎患者血清中TLR-7基因表达与垂直宫内传播的相关性研究。方法:对38份样品进行石蜡切片和细胞质切片分析,分析HBV登革和免疫组织病的TLR。哈西尔:16达里38样本berusia 26-30 tahun。Sebagian besar sampel merupakan kelompok primipara(52.6%)。血浆TLR-7水平与HBV DNA水平的关系(p = 1.000)具有显著性意义。Tapi, kami menemukan hubungan yang, TLR-7质粒与HBV DNA的相关性显著(p = 0.034)。Sedangkan HBeAg dan HBV DNA质粒与berhubungan dengan ekspresi TLR-7质粒(p = 0.082;P = 1.000)。研究结果表明:乙型肝炎病毒(HBV)与乙型肝炎病毒(HBV)、乙型肝炎病毒(HBV)、乙型肝炎病毒(HBV)、乙型肝炎病毒(HBV)、乙型肝炎病毒(HBV)具有显著的相关性。HBV DNA,乙型肝炎,宫内感染,胞浆体,tali pusat, toll样受体(TLR
{"title":"The Role Placental TLR-7 Expression with Cord Blood HBV DNA and Placental HBV DNA","authors":"Naeny Fajriah, M. Chalid, Lenny Lisal, E. Lukas, St. Nur Asni, Rina Masadah","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1564","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1564","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To determine the role of TLR-7 expression on intrauterine vertical transmission in pregnancy through identification of serum hepatitis B markers in both maternal and umbilical cord blood. \u0000Methods: Analysis of TLR expression was performed on 38 paraffin block samples of placental tissue acquired from mothers with HBV using TLR immunohistochemical staining. \u0000Results: 16 of 38 samples were acquired from mothers aged 26-30 years-old. Most of the samples were from primiparous mothers (52.6%). This study found no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood (p = 1.000). However, we found a significant association between placental TLR-7 expression and maternal HBV DNA (p = 0.034). Meanwhile, placental HBeAg and HBV DNA were not associated with placental TLR-7 expression (p = 0.082; p = 1.000). \u0000Conclusion: There was no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood, but we found a significant association between TLR-7 expression and maternal HBV DNA. \u0000Keywords: HBV DNA, Hepatitis B, intrauterine infection, placental toll-like receptor (TLR) 7,umbilical cord. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: untuk melihat peran ekspresi TLR-7 terhadap transmisi vertikal intrauterina pada kehamilan melalui identifikasi marker serum hepatitis B pada darah ibu dan talipusar. \u0000Metode: Analisis ekspresi TLR dilakukan pada 38 sampel blok paraffin jaringan plasenta ibu yang menderita HBV dengan memakai pewarnaan imuhohistokimia TLR. \u0000Hasil: 16 dari 38 sampel berusia 26-30 tahun. Sebagian besar sampel merupakan kelompok primipara (52.6%). Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 di plasenta dan HBV DNA darah tali pusat (p = 1.000). Tapi, kami menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 plasenta dan HBV DNA ibu (p = 0,034). Sedangkan HBeAg dan HBV DNA plasenta tidak berhubungan dengan ekspresi TLR-7 plasenta (p = 0,082; p = 1.000). \u0000Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 dan DNA HBV di plasenta dan tali pusat, tetapi kami menemukan hubungan yang signifikan antara ekspresi TLR-7 dan DNA HBV ibu. \u0000Kata kunci: HBV DNA, Hepatitis B, infeksi intrauterina, plasenta, tali pusat, toll-like receptor (TLR) 7","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42338411","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1744
J. Mose
{"title":"Are Vaccines Safe during Pregnancy ?","authors":"J. Mose","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1744","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1744","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42619134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1458
Raissa N. Rizal, R. Sanif, Amirah Novaliani, Theodorus
Abstract Objective: To determine the efficacy of neoadjuvant chemotherapy on changes of vitamin A serum in advanced cervical carcinoma patient. Method: A randomized clinical trial was performed in the Oncology Gynecology Polyclinic and Ward of Dr. Mohammad Hoesin General Hospital, Palembang from September 2019 to September 2020. There were 30 subjects of advanced cervical carcinoma. Vitamin A levels and tumor volume subjects were assessed before and 1 month after 3 cycles of NAC and analyzed using the Paired T Test and Wilcoxon test. The correlation between vitamin A levels and tumor volume was analyzed by using Spearman's Rho test. Data analysis was using SPSS version 22.0. Results: This study showed statistically not significant increase on vitamin A levels after 3 cycles of NAC chemotherapy (p=0.515). However, there was a significantly decrease in tumor volume after 3 cycles of NAC (p=0.000). In addition, there was a moderate negative correlation between tumor size and vitamin A (r=-0.475; p=0.008). Conclusion: It can be concluded that there was significantly decrease in tumor volume after 3 series NAC chemotherapy and the smaller tumor size, the higher level of vitamin A serum. Keywords: cervical cancer, neoadjuvant chemotherapy, randomized clinical trial, vitamin A, Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas kemoterapi neoadjuvan terhadap perubahan kadar serum vitamin A pada karsinoma servik stadium lanjut. Metode: Penelitian uji klinik tanpa pembanding telah dilakukan di Poliklinik dan Bangsal Onkologi Ginekologi RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang sejak September 2019 hingga September 2020. Didapatkan 30 sampel karsinoma serviks stadium lanjut. Kadar vitamin A dan volume tumor dinilai sebelum dan 1 bulan setelah 3 siklus NAC dan dianalsis menggunakan uji Paired T Test dan Wilcoxon. Korelasi antara Kadar vitamin A dan volume tumor sampel dianalisis menggunakan uji Spearman Rho’s. Analisa data menggunakan SPSS versi 22.0. Hasil : Pada penelitian ini terdapat peningkatan tidak signifikan kadar vitamin A setelah kemoterapi (p = 0,515). Terdapat penurunan secara signifikan volume tumor sebelum dan sesudah kemoterapi NAC 3 seri (p = 0,000). Selain itu, didapatkan korelasi negatif sedang yang bermakna antara ukuran tumor dan kadar vitamin A ( r = -0,475 ; p = 0,008). Simpulan : Disimpulkan bahwa terdapat penurunan volume tumor setelah kemoterapi NAC 3 series dan semakin kecil ukuran tumor maka semakin tinggi kadar vitamin A dalam serum. Kata kunci: kanker serviks, kemoterapi neoadjuvan, uji klinik tanpa pembanding, vitamin A.
{"title":"The Efficacy of Chemotherapy in Advanced-Stage Cervical Cancer on Vitamin A Serum","authors":"Raissa N. Rizal, R. Sanif, Amirah Novaliani, Theodorus","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1458","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1458","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To determine the efficacy of neoadjuvant chemotherapy on changes of vitamin A serum in advanced cervical carcinoma patient. \u0000Method: A randomized clinical trial was performed in the Oncology Gynecology Polyclinic and Ward of Dr. Mohammad Hoesin General Hospital, Palembang from September 2019 to September 2020. There were 30 subjects of advanced cervical carcinoma. Vitamin A levels and tumor volume subjects were assessed before and 1 month after 3 cycles of NAC and analyzed using the Paired T Test and Wilcoxon test. The correlation between vitamin A levels and tumor volume was analyzed by using Spearman's Rho test. Data analysis was using SPSS version 22.0. \u0000Results: This study showed statistically not significant increase on vitamin A levels after 3 cycles of NAC chemotherapy (p=0.515). However, there was a significantly decrease in tumor volume after 3 cycles of NAC (p=0.000). In addition, there was a moderate negative correlation between tumor size and vitamin A (r=-0.475; p=0.008). \u0000Conclusion: It can be concluded that there was significantly decrease in tumor volume after 3 series NAC chemotherapy and the smaller tumor size, the higher level of vitamin A serum. \u0000Keywords: cervical cancer, neoadjuvant chemotherapy, randomized clinical trial, vitamin A, \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas kemoterapi neoadjuvan terhadap perubahan kadar serum vitamin A pada karsinoma servik stadium lanjut. \u0000Metode: Penelitian uji klinik tanpa pembanding telah dilakukan di Poliklinik dan Bangsal Onkologi Ginekologi RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang sejak September 2019 hingga September 2020. Didapatkan 30 sampel karsinoma serviks stadium lanjut. Kadar vitamin A dan volume tumor dinilai sebelum dan 1 bulan setelah 3 siklus NAC dan dianalsis menggunakan uji Paired T Test dan Wilcoxon. Korelasi antara Kadar vitamin A dan volume tumor sampel dianalisis menggunakan uji Spearman Rho’s. Analisa data menggunakan SPSS versi 22.0. \u0000Hasil : Pada penelitian ini terdapat peningkatan tidak signifikan kadar vitamin A setelah kemoterapi (p = 0,515). Terdapat penurunan secara signifikan volume tumor sebelum dan sesudah kemoterapi NAC 3 seri (p = 0,000). Selain itu, didapatkan korelasi negatif sedang yang bermakna antara ukuran tumor dan kadar vitamin A ( r = -0,475 ; p = 0,008). \u0000Simpulan : Disimpulkan bahwa terdapat penurunan volume tumor setelah kemoterapi NAC 3 series dan semakin kecil ukuran tumor maka semakin tinggi kadar vitamin A dalam serum. \u0000Kata kunci: kanker serviks, kemoterapi neoadjuvan, uji klinik tanpa pembanding, vitamin A.","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42137081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1625
Erna Suparman
Abstract Objective: To determine prevention and treatment of venous thromboembolism in pregnancy Methode: Literature Review Results: The diagnosis of TEV, both deep vein thrombosis (DVT) and pulmonary embolism (PE) was clinical and confirmed by imaging. D-dimers commonly used in the non-pregnant population are less useful in pregnant women. Prevention needs to be done by assessing the risk of TEV in pregnant women and giving thrombophylaxis according to risk. Treatment of TEV in pregnant women mainly uses heparin, either unfractionated heparin (UFH) or low molecular weight heparin (LMWH). Conclusion: The ASH recommends the use of LMWH compared with UFH for the management of acute VTE in pregnancy, in once-daily or divided doses. The recommended method of delivery for pregnant women receiving anticoagulant therapy should be planned delivery Key word : vein thromboemboli, deep vein thrombosis, pulmonary embolism, pregnancy Abstrak Tujuan: mengetahui bagaimana pencegahan dan tatalaksana tromboemboli vena pada kehamilan Metode: Kajian Pusataka Hasil: Diagnosis TEV, baik Deep vein thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) berdasarkan klinis dan dikonfirmasi dengan pencitraan. D-dimer yang biasa digunakan pada populasi non-hamil kurang berguna pada ibu hamil. Pencegahan perlu dilakukan dengan menilai risiko TEV pada ibu hamil dan memberikan trombofilaksis sesuai dengan risiko. Tatalaksana TEV pada ibu hamil terutama menggunakan heparin, baik unfractionated heparin (UFH) maupun low molecular weight heparin (LMWH). Kesimpulan: ASH merekomendasikan penggunaan LMWH dibandingkan dengan UFH untuk pengelolaan VTE akut pada kehamilan, dalam dosis sekali sehari atau terbagi. Metode persalinan yang direkomendasikan untuk ibu hamil yang menerima terapi antikoagulan harus direncanakan persalinan Kata kunci : tromboemboli vena, deep vein thrombosis, pulmonary embolism, kehamilan
摘要目的:探讨妊娠期静脉血栓栓塞的预防和治疗方法:文献回顾结果:TEV、深静脉血栓形成(DVT)和肺栓塞(PE)的诊断是临床的,并经影像学证实。非妊娠人群中常用的D-二聚体对孕妇的用处较小。预防需要通过评估孕妇TEV的风险并根据风险给予血栓性反应。孕妇TEV的治疗主要使用肝素,普通肝素(UFH)或低分子肝素(LMWH)。结论:ASH建议与UFH相比,使用LMWH治疗妊娠期急性VTE,每日一次或分次服用。接受抗凝治疗的孕妇的推荐分娩方式应为计划分娩关键词:静脉血栓栓塞、深静脉血栓形成、肺栓塞、妊娠Abstrak Tujuan:mengetahui bagaimana pencegahan and tatalaksana tromboebomboli vena pada kehamilan Metode:Kajian Pusataka Hasil:诊断TEV,深静脉血栓形成(DVT)和肺栓塞(PE)是根据患者的病情和病情确定的。偏二聚体在非贫困人口中使用,而在贫困人口中则使用。在适当的温度下对TEV的风险进行评估,并根据风险的不同进行过滤。TEV患者主要使用肝素、普通肝素(UFH)或低分子肝素(LMWH)。原因:ASH可以使用低分子肝素,也可以与UFH一起使用,以在一天或几天内完成VTE。抗凝血药物的治疗方法必须包括静脉血栓形成、深静脉血栓形成和肺栓塞
{"title":"Prevention and Treatment of Venous Thromboembolism in Pregnancy","authors":"Erna Suparman","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1625","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1625","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective: To determine prevention and treatment of venous thromboembolism in pregnancy \u0000Methode: Literature Review \u0000Results: The diagnosis of TEV, both deep vein thrombosis (DVT) and pulmonary embolism (PE) was clinical and confirmed by imaging. D-dimers commonly used in the non-pregnant population are less useful in pregnant women. Prevention needs to be done by assessing the risk of TEV in pregnant women and giving thrombophylaxis according to risk. Treatment of TEV in pregnant women mainly uses heparin, either unfractionated heparin (UFH) or low molecular weight heparin (LMWH). \u0000Conclusion: The ASH recommends the use of LMWH compared with UFH for the management of acute VTE in pregnancy, in once-daily or divided doses. The recommended method of delivery for pregnant women receiving anticoagulant therapy should be planned delivery \u0000Key word : vein thromboemboli, deep vein thrombosis, pulmonary embolism, pregnancy \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: mengetahui bagaimana pencegahan dan tatalaksana tromboemboli vena pada kehamilan \u0000Metode: Kajian Pusataka \u0000Hasil: Diagnosis TEV, baik Deep vein thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) berdasarkan klinis dan dikonfirmasi dengan pencitraan. D-dimer yang biasa digunakan pada populasi non-hamil kurang berguna pada ibu hamil. Pencegahan perlu dilakukan dengan menilai risiko TEV pada ibu hamil dan memberikan trombofilaksis sesuai dengan risiko. Tatalaksana TEV pada ibu hamil terutama menggunakan heparin, baik unfractionated heparin (UFH) maupun low molecular weight heparin (LMWH). \u0000Kesimpulan: ASH merekomendasikan penggunaan LMWH dibandingkan dengan UFH untuk pengelolaan VTE akut pada kehamilan, dalam dosis sekali sehari atau terbagi. Metode persalinan yang direkomendasikan untuk ibu hamil yang menerima terapi antikoagulan harus direncanakan persalinan \u0000Kata kunci : tromboemboli vena, deep vein thrombosis, pulmonary embolism, kehamilan","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48234019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.32771/inajog.v10i2.1570
Anggiyasti V. Hapsari, T. M. Iskandar
Abstract Objective : To investigate the high random blood glucose level as a risk factor for recurrent disease in EOC patient at Kariadi General Hospital. Methods: Sixty six patients diagnosed as EOC in Kariadi General Hospital were divided into 2 groups: 30 patients with recurrent disease and 30 patients without recurrent disease after completing chemotherapy cycles. We analysed correlation between age of diagnosis, tumour mass location, Ca-125 level, histological subtype and random blood glucose level before surgery with recurrent disease. Result: There is no significantly difference in age of diagnosis, tumour mass location and histological subtypes between two groups. However, recurrent EOC patients have higher Ca-125 level significantly than non-recurrent patients (327.8±250.5 vs 183.5±212.1 respectively; p = 0,01). Mean of random blood glucose level of recurrent patients is also higher than non-recurrent patients significantly (150.5 ±79 vs 110.8 ± 31.1 respectively; p = 0.006). Patient with random blood glucose level > 110 mg/dl have 3 times more likely to develop recurrence in EOC patient significantly with 95% CI. Conclusion: The mean of random blood glucose level in recurrent EOC patients is significantly higher than non-recurrent EOC patients. Patient with random blood glucose level > 110 mg/dl have 3 times more likely to develop recurrence in EOC patient. Keyword: epithelial ovarian cancer, random blood glucose level, recurrent. Abstrak Tujuan: Untuk membuktikan kadar glukosa darah sewaktu yang tinggi sebagai faktor risiko kejadian residif pada pasien karsinoma ovarium epitelial di RSUP dr. Kariadi. Metode: Enam puluh pasien yang telah didiagnosis sebagai karsinoma ovarium epitelial di RSUP dr. Kariadi dibagi menjadi 2 kelompok: 30 pasien pada kelompok residif dan 30 pasien pada kelompok non-residif berdasarkan evaluasi setelah menyelesaikan siklus kemoterapi. Data yang dianalisis meliputi usia saat terdiagnosis, lokasi tumor, kadar Ca-125, subtipe histologi, kadar gula darah sewaktu (GDS) sebelum operasi dan hubungannya dengan kejadian residif. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam usia saat diagnosis, lokasi tumor dan subtipe histologis diantara kedua kelompok. Namun, kelompok pasien residif memiliki kadar Ca-125 yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok pasien non-residif (327,8 ± 250,5 vs 183,5 ± 212,1; p = 0,01). Rerata kadar GDS pada kelompok pasien residif juga lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok non-residif (150,5 ± 79 vs 110,8 ± 31,1; p = 0,006). Pasien dengan kadar GDS > 110 mg/dl memiliki risiko 3 kali lipat untuk menjadi residif secara bermakna dengan tingkat kepercayaan 95%. Kesimpulan: Rerata kadar GDS pada kelompok pasien residif lebih tinggi secara bermakna dibanding kelompok pasien non-residif. Pasien dengan kadar GDS > 110 mg/dl memiliki risiko 3 kali lipat untuk menjadi residif Kata kunci: kadar gula darah sewaktu, karsinoma ovarium epitelial, residif.
摘要目的:探讨卡里阿迪总医院随机高血糖作为EOC患者复发的危险因素。方法:将Kariadi总医院诊断为EOC的66例患者分为两组:30例复发患者和30例完成化疗周期后无复发患者。我们分析了诊断年龄、肿瘤部位、Ca-125水平、组织学亚型和术前随机血糖水平与复发疾病的相关性。结果:两组患者在诊断年龄、肿瘤部位、组织学分型等方面均无明显差异。而复发性EOC患者Ca-125水平明显高于非复发性EOC患者(分别为327.8±250.5 vs 183.5±212.1);P = 0,01)。复发患者随机血糖均值明显高于非复发患者(150.5±79 vs 110.8±31.1);P = 0.006)。随机血糖水平为bb0 ~ 110 mg/dl的EOC患者复发的可能性是后者的3倍,95% CI显著。结论:复发性EOC患者随机血糖均值明显高于非复发性EOC患者。随机血糖水平为bb0 ~ 110 mg/dl的EOC患者复发的可能性是其3倍。关键词:上皮性卵巢癌,随机血糖水平,复发。【摘要】图juan: Untuk membuktikan kadar glukosa darah sewaktu yang tinggi sebagai factor for visiko kejjadian卵巢上皮瘤RSUP dr. Kariadi。方法:用Enam puluh pasen yang telah诊断卵巢上皮性karusii karsinoma, dr. Kariadi dibagi menjadi 2 kelompok: 30 pasen pada kelompok残留,30 pasen pada kelompok非残留berdasarkan评价setelah menelesaikan siklus kemoterapi。资料:杨阳分析多发性硬化症的诊断、lokasi肿瘤、kadar Ca-125、亚型组织学、kadar gula darah sewaktu (GDS)病变、hubungannya dengan kejadian残留。在诊断上,lokasi肿瘤与组织学上的亚型diantara kedua kelompok有关。Namun, kelompok柏树种群种群分布(327,8±250,5 vs 183,5±212,1);P = 0,01)。研究结果表明:喀喇昆仑山山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区山区P = 0.006)。Pasien dengan阿提拉·GDS > 110 mg / dl memiliki risiko 3卡莉lipat为她menjadi residif secara bermakna dengan tingkat kepercayaan 95%。龙柏树:龙柏树的非常住居民,龙柏树的常住居民,龙柏树的非常住居民。帕森登干卡达尔GDS > 110 mg/dl记忆体3 kali lipat untuk menjadi残留卡达尔kunci:卡达尔古拉,darah sewaktu,卵巢上皮性karsinoma残留。
{"title":"High Random Blood Glucose Level before Surgery as a Risk Factor for Recurrent Event in Epithelial Ovarian Carcinoma","authors":"Anggiyasti V. Hapsari, T. M. Iskandar","doi":"10.32771/inajog.v10i2.1570","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i2.1570","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Objective : To investigate the high random blood glucose level as a risk factor for recurrent disease in EOC patient at Kariadi General Hospital. \u0000Methods: Sixty six patients diagnosed as EOC in Kariadi General Hospital were divided into 2 groups: 30 patients with recurrent disease and 30 patients without recurrent disease after completing chemotherapy cycles. We analysed correlation between age of diagnosis, tumour mass location, Ca-125 level, histological subtype and random blood glucose level before surgery with recurrent disease. \u0000Result: There is no significantly difference in age of diagnosis, tumour mass location and histological subtypes between two groups. However, recurrent EOC patients have higher Ca-125 level significantly than non-recurrent patients (327.8±250.5 vs 183.5±212.1 respectively; p = 0,01). Mean of random blood glucose level of recurrent patients is also higher than non-recurrent patients significantly (150.5 ±79 vs 110.8 ± 31.1 respectively; p = 0.006). Patient with random blood glucose level > 110 mg/dl have 3 times more likely to develop recurrence in EOC patient significantly with 95% CI. \u0000Conclusion: The mean of random blood glucose level in recurrent EOC patients is significantly higher than non-recurrent EOC patients. Patient with random blood glucose level > 110 mg/dl have 3 times more likely to develop recurrence in EOC patient. \u0000Keyword: epithelial ovarian cancer, random blood glucose level, recurrent. \u0000 \u0000Abstrak \u0000Tujuan: Untuk membuktikan kadar glukosa darah sewaktu yang tinggi sebagai faktor risiko kejadian residif pada pasien karsinoma ovarium epitelial di RSUP dr. Kariadi. \u0000Metode: Enam puluh pasien yang telah didiagnosis sebagai karsinoma ovarium epitelial di RSUP dr. Kariadi dibagi menjadi 2 kelompok: 30 pasien pada kelompok residif dan 30 pasien pada kelompok non-residif berdasarkan evaluasi setelah menyelesaikan siklus kemoterapi. Data yang dianalisis meliputi usia saat terdiagnosis, lokasi tumor, kadar Ca-125, subtipe histologi, kadar gula darah sewaktu (GDS) sebelum operasi dan hubungannya dengan kejadian residif. \u0000Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam usia saat diagnosis, lokasi tumor dan subtipe histologis diantara kedua kelompok. Namun, kelompok pasien residif memiliki kadar Ca-125 yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok pasien non-residif (327,8 ± 250,5 vs 183,5 ± 212,1; p = 0,01). Rerata kadar GDS pada kelompok pasien residif juga lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok non-residif (150,5 ± 79 vs 110,8 ± 31,1; p = 0,006). Pasien dengan kadar GDS > 110 mg/dl memiliki risiko 3 kali lipat untuk menjadi residif secara bermakna dengan tingkat kepercayaan 95%. \u0000Kesimpulan: Rerata kadar GDS pada kelompok pasien residif lebih tinggi secara bermakna dibanding kelompok pasien non-residif. Pasien dengan kadar GDS > 110 mg/dl memiliki risiko 3 kali lipat untuk menjadi residif \u0000Kata kunci: kadar gula darah sewaktu, karsinoma ovarium epitelial, residif.","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45623639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-30DOI: 10.32771/inajog.v10i1.1618
Chaithra Ravishankar, R. Das, Chandrabhanu Dalal, T. Pattanaik
Objectives : To compare the serum bilirubin, hemoglobin, and hematocrit in term infants undergoing delayed cord clamping with early cord clamping after normal and caesarean delivery.Methods : This is a prospective observational study. The neonates in which cord clamping was done within 15 seconds were considered in early cord clamping (ECC) group and where cord clamping was done after 1 minute was considered in delayed cord clamping (DCC) group. The PCV, Hb, serum bilirubin were observed after 48 hours in both the groups and compared.Results : There was statistically significant difference in means of Hb level (p = 0.001) and PCV level (p = 0.001) between DCC and ECC group whereas no statistically significant difference was present in total serum bilirubin level (p = 0.359).Conclusion: There was no significant increase in risk of polycythaemia and hyperbilirubinemia between delayed cord clamping and early cord clamping group rather has beneficial effects in increasing the haemoglobin and haematocrit in the infants.Keywords : delayed cord clamping, early cord clamping, hematocrit, hemoglobin, serum bilirubin, hyperbilirubinemia. Abstrak Tujuan: Untuk membandingkan bilirubin serum, hemoglobin, dan hematoklit pada bayi aterm yang dilakukan delayed cord clamping dan early cord clamping setelah persalinan normal dan seksio sesarea.Metode: Studi ini merupakan studi prospektif. Neonatus yang dilakukan cord clamping dalam 15 detik dikelompokkan pada delayed cord clamping (DCC). PCV, Hb, bilirubin serum diobservasi dalam 48 jam pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.Hasil: Terdapat perbedaan signifikan antara kadar Hb (p = 0,001) dan PCV (p = 0,0010 antara kelompok DCC dan ECC, sedangkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada kadar bilirubin serum total (p = 0,3590Kesimpulan: Tidak terdapat peningkatan signifikan polisitemia dan hyperbilirubinemia antara DCC dan ECC.Kata kunci: delayed cord clamping, early cord clapming, hematokrit, hemoglobin, serum bilirubin, hyperbilirubinemia
{"title":"Effect of Early versus Delayed Cord Clamping on Hematological Parameters of Term Neonates","authors":"Chaithra Ravishankar, R. Das, Chandrabhanu Dalal, T. Pattanaik","doi":"10.32771/inajog.v10i1.1618","DOIUrl":"https://doi.org/10.32771/inajog.v10i1.1618","url":null,"abstract":"Objectives : To compare the serum bilirubin, hemoglobin, and hematocrit in term infants undergoing delayed cord clamping with early cord clamping after normal and caesarean delivery.Methods : This is a prospective observational study. The neonates in which cord clamping was done within 15 seconds were considered in early cord clamping (ECC) group and where cord clamping was done after 1 minute was considered in delayed cord clamping (DCC) group. The PCV, Hb, serum bilirubin were observed after 48 hours in both the groups and compared.Results : There was statistically significant difference in means of Hb level (p = 0.001) and PCV level (p = 0.001) between DCC and ECC group whereas no statistically significant difference was present in total serum bilirubin level (p = 0.359).Conclusion: There was no significant increase in risk of polycythaemia and hyperbilirubinemia between delayed cord clamping and early cord clamping group rather has beneficial effects in increasing the haemoglobin and haematocrit in the infants.Keywords : delayed cord clamping, early cord clamping, hematocrit, hemoglobin, serum bilirubin, hyperbilirubinemia. \u0000Abstrak \u0000Tujuan: Untuk membandingkan bilirubin serum, hemoglobin, dan hematoklit pada bayi aterm yang dilakukan delayed cord clamping dan early cord clamping setelah persalinan normal dan seksio sesarea.Metode: Studi ini merupakan studi prospektif. Neonatus yang dilakukan cord clamping dalam 15 detik dikelompokkan pada delayed cord clamping (DCC). PCV, Hb, bilirubin serum diobservasi dalam 48 jam pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.Hasil: Terdapat perbedaan signifikan antara kadar Hb (p = 0,001) dan PCV (p = 0,0010 antara kelompok DCC dan ECC, sedangkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada kadar bilirubin serum total (p = 0,3590Kesimpulan: Tidak terdapat peningkatan signifikan polisitemia dan hyperbilirubinemia antara DCC dan ECC.Kata kunci: delayed cord clamping, early cord clapming, hematokrit, hemoglobin, serum bilirubin, hyperbilirubinemia","PeriodicalId":13477,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45276644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}