Pub Date : 2022-01-10DOI: 10.37037/jrftsp.v11i2.120
Evince Oktarina
Uji profisiensi sebagai jaminan mutu (Quality Assurance) laboratorium dilaksanakan melalui uji banding antar laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium dengan dibandingkan terhadap suatu populasi laboratorium. Salah satu yang melakukan uji profisiensi adalah laboratorium Material dan Struktur Program Studi Teknik Sipil Universitas Bung Hatta untuk beton dan agregat beton. Melalui kegiatan ini, laboratorium dapat mengetahui presisi dan akurasi dari hasil pengujiannya dan dapat mengetahui langkah- langkah yang diperlukan apabila terdapat hasil yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Laboratorium penguji adalah PT. Semen Indonesia Persero Tbk harus memiliki kemampuan pengujian sesuai standard yang sudah ditentukan. Banyaknya variabel yang menyebabkan terjadinya bias pengujian antar laboratorium menyebabkan hasil pengujian yang berbeda antar laboratorium. Sebagai standar dan acuan Penerapan sistem uji profisiensi ini adalah ISO/ IEC 17043:2010 merupakan standar yang ditetapkan untuk kompetensi penyedia jasa skema uji profisiensi dan untuk pengembangan dan pengoperasian skema uji profisiensi. Standar acuan berikutnya adalah ISO 13528:2015 merupakan Metode statistik untuk digunakan dalam pengujian profisiensi dengan perbandingan antar laboratorium. Peserta uji banding terdiri dari 7 laboratorium PT Semen Indonesia grup dan 6 laboratorium eksternal dari berbagai universitas negeri dan swasta. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap peserta, untuk parameter pengujian beton dan agregat beton, terdapat hasil yang diberikan kepada setiap laboratorium peserta dengan kategori Tidak dapat diterima (§§), diperingatkan (§) dan dapat diterima (√) yang dapat digunakan untuk memeriksa kemampuan suatu laboratorium dalam melakukan pengujian sesuai dengan kompetensinya dan membantu laboratorium dalam pengajuan akreditasi laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025.
{"title":"UJI PROFISIENSI AGREGAT DAN BETON UNTUK PENERAPAN SNI 17025","authors":"Evince Oktarina","doi":"10.37037/jrftsp.v11i2.120","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i2.120","url":null,"abstract":"Uji profisiensi sebagai jaminan mutu (Quality Assurance) laboratorium dilaksanakan melalui uji banding antar laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium dengan dibandingkan terhadap suatu populasi laboratorium. Salah satu yang melakukan uji profisiensi adalah laboratorium Material dan Struktur Program Studi Teknik Sipil Universitas Bung Hatta untuk beton dan agregat beton. Melalui kegiatan ini, laboratorium dapat mengetahui presisi dan akurasi dari hasil pengujiannya dan dapat mengetahui langkah- langkah yang diperlukan apabila terdapat hasil yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Laboratorium penguji adalah PT. Semen Indonesia Persero Tbk harus memiliki kemampuan pengujian sesuai standard yang sudah ditentukan. Banyaknya variabel yang menyebabkan terjadinya bias pengujian antar laboratorium menyebabkan hasil pengujian yang berbeda antar laboratorium. Sebagai standar dan acuan Penerapan sistem uji profisiensi ini adalah ISO/ IEC 17043:2010 merupakan standar yang ditetapkan untuk kompetensi penyedia jasa skema uji profisiensi dan untuk pengembangan dan pengoperasian skema uji profisiensi. Standar acuan berikutnya adalah ISO 13528:2015 merupakan Metode statistik untuk digunakan dalam pengujian profisiensi dengan perbandingan antar laboratorium. Peserta uji banding terdiri dari 7 laboratorium PT Semen Indonesia grup dan 6 laboratorium eksternal dari berbagai universitas negeri dan swasta. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap peserta, untuk parameter pengujian beton dan agregat beton, terdapat hasil yang diberikan kepada setiap laboratorium peserta dengan kategori Tidak dapat diterima (§§), diperingatkan (§) dan dapat diterima (√) yang dapat digunakan untuk memeriksa kemampuan suatu laboratorium dalam melakukan pengujian sesuai dengan kompetensinya dan membantu laboratorium dalam pengajuan akreditasi laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74955632","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-03DOI: 10.37037/jrftsp.v11i2.132
Indra Catri, Rini Asmariati, Era Triana
Dalam penataan sebuah kota, pemerintah kota membuat dokumen perencanaan yang lazim disebut dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pemerintah Kota Padang merupakan salah satu pemko yang membuat Dokuman RTRW Kota Padang untuk mengatur/menata perkembangan Kota Padang ke depannya. Evaluasi dokumen ini dilakukan setiap 5 tahun. Salah satu kawasan yang dijadikan pengamatan adalah koridor Khatib Sulaiman yang berada di salah satu ruas Kota Padang. Pengamatan menggunakan yaitu evaluasi kebijakan yang dibuat oleh pemko dalam penataan tata ruang. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode causal dengan outcome, apakah kebijakan menghasilkan outcome yang diharapkan atau tidak diharapkan. Dengan pengumpulan data dan analisis deskriptif yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa bangunan yang ada di Khatib Sulaiman 75% dibangun sebelum tahun 2010 dan fungsi dari bangunan yang ada tidak berubah. Dokumen yang di buat oleh pemko Kota Padang untuk Koridor Khatib Sulaiman peruntukan ruang selalu berubah dengan berbagai pertimbangan. Dokumen perencanaan yang terakhir, menyatakan bahwa fungsi bangunan yang ada di koridor Khatib Sulaiman 100 % sesuai dengan peruntukan ruang yang ada di RTRW Kota Padang.
{"title":"APLIKASI PENATAAN RUANG BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)","authors":"Indra Catri, Rini Asmariati, Era Triana","doi":"10.37037/jrftsp.v11i2.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i2.132","url":null,"abstract":"Dalam penataan sebuah kota, pemerintah kota membuat dokumen perencanaan yang lazim disebut dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pemerintah Kota Padang merupakan salah satu pemko yang membuat Dokuman RTRW Kota Padang untuk mengatur/menata perkembangan Kota Padang ke depannya. Evaluasi dokumen ini dilakukan setiap 5 tahun. Salah satu kawasan yang dijadikan pengamatan adalah koridor Khatib Sulaiman yang berada di salah satu ruas Kota Padang. Pengamatan menggunakan yaitu evaluasi kebijakan yang dibuat oleh pemko dalam penataan tata ruang. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode causal dengan outcome, apakah kebijakan menghasilkan outcome yang diharapkan atau tidak diharapkan. Dengan pengumpulan data dan analisis deskriptif yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa bangunan yang ada di Khatib Sulaiman 75% dibangun sebelum tahun 2010 dan fungsi dari bangunan yang ada tidak berubah. Dokumen yang di buat oleh pemko Kota Padang untuk Koridor Khatib Sulaiman peruntukan ruang selalu berubah dengan berbagai pertimbangan. Dokumen perencanaan yang terakhir, menyatakan bahwa fungsi bangunan yang ada di koridor Khatib Sulaiman 100 % sesuai dengan peruntukan ruang yang ada di RTRW Kota Padang.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"888 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77000916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada tahun 2025, diperkirakan kebutuhan baterai Li-ion akan mencapai 400.000 ton. Upaya strategis diperlukan untuk mewujudkan pemakaian baterai Li-ion yang berkelanjutan. Setelah siklus pemakaian baterai Li-ion berakhir, baterai Li-ion akan diproses kembali untuk diambil kandungan logam-logam penting yang terkandung di dalam katoda, terutama litium. Secara umum, proses recycle tersebut dilakukan dengan metode hidrometalurgi yang terdiri atas rangkaian leaching dan presipitasi. Namun demikian, dalam proses pemurnian tersebut dihasilkan air limbah yang mengandung beragam logam dengan konsentrasi yang berbeda. Untuk baterai LFP, logam-logam tersebut berasal dari katoda yang mengandung Li, Na, Si, dan PO4. Proses pelindian dan pencucian serbuk katoda membutuhkan air dalam jumlah yang relatif besar. Pengolahan air limbah hasil proses daur ulang baterai diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Pada eksperimen ini, metode adsorpsi batch dengan ion-exchange resin kation Amberlite HPR1100 Na dan resin anion Dowex Marathon A digunakan untuk menghilangkan ion logam dari air limbah artifisial. Pengambilan sampel air limbah yang diolah diambil pada menit ke-3, 6, 10, 20, 30 dan hari ke-3. Berdasarkan pada hasil removal percentage, diperoleh bahwa pengolahan air limbah artifisial metode adsorpsi dengan menggunakan ion-exchange resin kation Amberlite HPR1100 Na dapat mengurangi kadar ion litium dan natrium sampai 100% pada menit ke-20 dengan variasi dosis adsorben 10 g/100 mL, sedangkan penggunaan ion-exchange resin anion Dowex Marathon A dapat mengurangi kadar ion fosfat sampai 100% pada menit ke-30 dengan dosis adsorben 10 g/100 mL. Dengan adsorpsi isotherm didapat model Langmuir lebih sesuai dengan data eksperimen dengan nilai parameter Qm dan KL untuk ion litium sebesar 1,16 mg/g dan 2,57 mg/g, ion natrium sebesar 74,62 mg/g dan 0,04 mg/gL/mg, dan ion fosfat sebesar 208,33 mg/g dan 0,06 mg/g. Selain itu, studi kinetika menunjukkan bahwa model pseudo second-order memiliki kesesuaian data yang lebih baik daripada pseudo first-order.
{"title":"Penyisihan Kontaminan dari Air Limbah Hasil Daur Ulang Baterai LiFePO4 (LFP) Menggunakan Penukar Ion Resin Kation Amberlite HPR1100 Na dan Resin Anion Dowex Marathon A","authors":"Satryo Dewanto Suryohendrasworo","doi":"10.22146/jrekpros.69847","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jrekpros.69847","url":null,"abstract":"Pada tahun 2025, diperkirakan kebutuhan baterai Li-ion akan mencapai 400.000 ton. Upaya strategis diperlukan untuk mewujudkan pemakaian baterai Li-ion yang berkelanjutan. Setelah siklus pemakaian baterai Li-ion berakhir, baterai Li-ion akan diproses kembali untuk diambil kandungan logam-logam penting yang terkandung di dalam katoda, terutama litium. Secara umum, proses recycle tersebut dilakukan dengan metode hidrometalurgi yang terdiri atas rangkaian leaching dan presipitasi. Namun demikian, dalam proses pemurnian tersebut dihasilkan air limbah yang mengandung beragam logam dengan konsentrasi yang berbeda. Untuk baterai LFP, logam-logam tersebut berasal dari katoda yang mengandung Li, Na, Si, dan PO4. Proses pelindian dan pencucian serbuk katoda membutuhkan air dalam jumlah yang relatif besar. Pengolahan air limbah hasil proses daur ulang baterai diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Pada eksperimen ini, metode adsorpsi batch dengan ion-exchange resin kation Amberlite HPR1100 Na dan resin anion Dowex Marathon A digunakan untuk menghilangkan ion logam dari air limbah artifisial. Pengambilan sampel air limbah yang diolah diambil pada menit ke-3, 6, 10, 20, 30 dan hari ke-3. Berdasarkan pada hasil removal percentage, diperoleh bahwa pengolahan air limbah artifisial metode adsorpsi dengan menggunakan ion-exchange resin kation Amberlite HPR1100 Na dapat mengurangi kadar ion litium dan natrium sampai 100% pada menit ke-20 dengan variasi dosis adsorben 10 g/100 mL, sedangkan penggunaan ion-exchange resin anion Dowex Marathon A dapat mengurangi kadar ion fosfat sampai 100% pada menit ke-30 dengan dosis adsorben 10 g/100 mL. Dengan adsorpsi isotherm didapat model Langmuir lebih sesuai dengan data eksperimen dengan nilai parameter Qm dan KL untuk ion litium sebesar 1,16 mg/g dan 2,57 mg/g, ion natrium sebesar 74,62 mg/g dan 0,04 mg/gL/mg, dan ion fosfat sebesar 208,33 mg/g dan 0,06 mg/g. Selain itu, studi kinetika menunjukkan bahwa model pseudo second-order memiliki kesesuaian data yang lebih baik daripada pseudo first-order.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42234856","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.37037/jrftsp.v11i1.98
Nofriandi Fitri Andi, Nurly Gofar
Kombinasi Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan pembebanan awal dengan menggunakan tekanan vakum telah banyak digunakan untuk menstabilkan tanah lunak sebagai pondasi Jalan bebas hambatan (jalan tol) di Sumatera Selatan. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada hasil penyelidikan tanah di lapangan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan metode tersebut dapat memperbaiki kinerja tanah secara efektif. Makalah ini menyajikan studi kasus timbunan jalan tol di atas tanah yang diperbaiki dengan PVD dan tekanan vakum di sepanjang ruas Kayu Agung – Palembang. Karakteristik tanah dan konfigurasi PVD serta data tahap pembebanan, tekanan vakum, penurunan, dan tekanan air pori dikumpulkan di zona 3 STA 44+660 – 44+780. Data penurunan yang dibaca dari settlement plate dianalisis menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik untuk mendapatkan penurunan akhir dan derajat konsolidasi. Derajat konsolidasi yang diperoleh dari perhitungan menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik kemudian dibandingkan dengan data tekanan air pori yang didapatkan oleh piezometer. Hasilnya menunjukkan kecocokan yang baik antara prediksi penurunan menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik. Data tekanan air pori menunjukkan bahwa tanah telah mencapai konsolidasi 100% pada saat tekanan vakum dan pengamatan dihentikan untuk pelaksaan tahapan konstruksi selanjutnya. Pengujian sondir yang dilakukan sebelum dan sesudah perbaikan tanah menunjukkan peningkatan daya dukung tanah.
{"title":"ESTIMASI PENURUNAN JALAN DI ATAS TANAH YANG DIPERBAIKI DENGAN PVD MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI","authors":"Nofriandi Fitri Andi, Nurly Gofar","doi":"10.37037/jrftsp.v11i1.98","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i1.98","url":null,"abstract":"Kombinasi Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan pembebanan awal dengan menggunakan tekanan vakum telah banyak digunakan untuk menstabilkan tanah lunak sebagai pondasi Jalan bebas hambatan (jalan tol) di Sumatera Selatan. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada hasil penyelidikan tanah di lapangan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan metode tersebut dapat memperbaiki kinerja tanah secara efektif. Makalah ini menyajikan studi kasus timbunan jalan tol di atas tanah yang diperbaiki dengan PVD dan tekanan vakum di sepanjang ruas Kayu Agung – Palembang. Karakteristik tanah dan konfigurasi PVD serta data tahap pembebanan, tekanan vakum, penurunan, dan tekanan air pori dikumpulkan di zona 3 STA 44+660 – 44+780. Data penurunan yang dibaca dari settlement plate dianalisis menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik untuk mendapatkan penurunan akhir dan derajat konsolidasi. Derajat konsolidasi yang diperoleh dari perhitungan menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik kemudian dibandingkan dengan data tekanan air pori yang didapatkan oleh piezometer. Hasilnya menunjukkan kecocokan yang baik antara prediksi penurunan menggunakan metode Asaoka dan Hiperbolik. Data tekanan air pori menunjukkan bahwa tanah telah mencapai konsolidasi 100% pada saat tekanan vakum dan pengamatan dihentikan untuk pelaksaan tahapan konstruksi selanjutnya. Pengujian sondir yang dilakukan sebelum dan sesudah perbaikan tanah menunjukkan peningkatan daya dukung tanah. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78076283","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.37037/jrftsp.v11i2.104
Lusi
Kabupaten Agam mempunyai Daerah Irigasi Sangkir dengan total luas sawah irigasi 1.031 ha, terletak di nagari Garagahan, nagari Kampung Tangah, dan nagari Manggopoh yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, melalui Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi. Daerah Irigasi Sangkir merupakan infrastruktur sumber daya air yang dibangun dengan tujuan mempengaruhi dampak yang luas dalam berbagai kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Daerah irigasi mempengaruhi perkembangan dalam menjalankan kegiatannya. yang paling utama adalah untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian yang mendukung program kedaulatan pangan. Kegiatan ini merupakan perencanaan untuk menentukan langkah dan upaya yang harus dilakukan guna memenuhi berbagai kebutuhan air dengan memanfaatkan potensi sumberdaya air yang ada. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menerapkan pendekatan secara sistem yang terpadu pada pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang semakin meningkat serta peningkatan jumlah penduduk, dapat menjadi pengaruh utama dalam ketersediaan dan kebutuhan air. Maka pengelolaan sumberdaya air memerlukan perencanaan yang harus dilakukan secara terus menerus, sehingga ketersediaan air akan dapat terjamin. Luas irigasi Garagahan 415 ha, dengan tingginya tingkat pertambahan penduduk perlu dilakukan kajian untuk mempertahankan dan mengembangkan ketersediaan air dengan metoda curah hujan efektif. Debit andalan tersedia sebesar 3,50 m3/detik. Sampai tahun 2040 kebutuhan air untuk penduduk 210,67 l/detik dan untuk sawah 0,11 l/detik atau jumlah kebutuhan 0,22 m3/detik dapat terpenuhi.
{"title":"STUDI PENGELOLAAN KETERSEDIAAN AIR DAERAH IRIGASI SANGKIR GARAGAHAN KABUPATEN AGAM","authors":"Lusi","doi":"10.37037/jrftsp.v11i2.104","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i2.104","url":null,"abstract":"Kabupaten Agam mempunyai Daerah Irigasi Sangkir dengan total luas sawah irigasi 1.031 ha, terletak di nagari Garagahan, nagari Kampung Tangah, dan nagari Manggopoh yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, melalui Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi. Daerah Irigasi Sangkir merupakan infrastruktur sumber daya air yang dibangun dengan tujuan mempengaruhi dampak yang luas dalam berbagai kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Daerah irigasi mempengaruhi perkembangan dalam menjalankan kegiatannya. yang paling utama adalah untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian yang mendukung program kedaulatan pangan. Kegiatan ini merupakan perencanaan untuk menentukan langkah dan upaya yang harus dilakukan guna memenuhi berbagai kebutuhan air dengan memanfaatkan potensi sumberdaya air yang ada. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menerapkan pendekatan secara sistem yang terpadu pada pengelolaan dan pengembangan sumberdaya air. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang semakin meningkat serta peningkatan jumlah penduduk, dapat menjadi pengaruh utama dalam ketersediaan dan kebutuhan air. Maka pengelolaan sumberdaya air memerlukan perencanaan yang harus dilakukan secara terus menerus, sehingga ketersediaan air akan dapat terjamin. Luas irigasi Garagahan 415 ha, dengan tingginya tingkat pertambahan penduduk perlu dilakukan kajian untuk mempertahankan dan mengembangkan ketersediaan air dengan metoda curah hujan efektif. Debit andalan tersedia sebesar 3,50 m3/detik. Sampai tahun 2040 kebutuhan air untuk penduduk 210,67 l/detik dan untuk sawah 0,11 l/detik atau jumlah kebutuhan 0,22 m3/detik dapat terpenuhi.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"129 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78896793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Thea Prastiwi Soedarmodjo, H. W. Aparamarta, A. Widjaja
Nutrient is one of the most important factors in the growth of microalgae. This research was conducted to study the effect of nutrient mixture on the biomass and lipid production of Botryococcus braunii. Microalgae B. braunii was cultivated in the commercial nutrient medium of agricultural fertilizer combinations of ammonium sulphate (ZA), urea, and triple superphosphate (TSP). Before the cultivation process, B. braunii was exposed to UV-C rays (254 nm) for 3 minutes. The concentration and type of fertilizer as a nitrogen source divided into four types of mixtures, namely FM-1, FM-2, FM-3, and FM-4 were compared with Walne nutrients to study their effects on microalgae growth and lipids. FM-1 consisting of 150 mg/L of ZA, 7.5 mg/L of urea, and 25 mg/L of TSP led to the best growth for native and mutated microalgae strains compared to Walne nutrients and other nutrient mixtures. The mutated microalgae showed less growth than the native microalgae strains. However, the mutation process significantly increased the lipid content in the microalgae. In native microalgae strains, FM-4 consisting of 136.3 mg/L of urea and 50 mg/L of TSP produced the lowest lipid at 8.96%. After being exposed to UV-C rays, the lipids in FM-4 medium increased to 55.11%. The results show that the use of commercial fertilizers and exposure to UV-C rays on microalgae have high potential in preparing lipids as raw material for biodiesel which can be effectively applied in large-scale microalgae cultivation.
{"title":"The Effect of Nutrients Mixture on The Biomass and Lipid Production from Microalgae Botryococcus braunii Mutated by UV-C Rays","authors":"Thea Prastiwi Soedarmodjo, H. W. Aparamarta, A. Widjaja","doi":"10.22146/jrekpros.69228","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jrekpros.69228","url":null,"abstract":"Nutrient is one of the most important factors in the growth of microalgae. This research was conducted to study the effect of nutrient mixture on the biomass and lipid production of Botryococcus braunii. Microalgae B. braunii was cultivated in the commercial nutrient medium of agricultural fertilizer combinations of ammonium sulphate (ZA), urea, and triple superphosphate (TSP). Before the cultivation process, B. braunii was exposed to UV-C rays (254 nm) for 3 minutes. The concentration and type of fertilizer as a nitrogen source divided into four types of mixtures, namely FM-1, FM-2, FM-3, and FM-4 were compared with Walne nutrients to study their effects on microalgae growth and lipids. FM-1 consisting of 150 mg/L of ZA, 7.5 mg/L of urea, and 25 mg/L of TSP led to the best growth for native and mutated microalgae strains compared to Walne nutrients and other nutrient mixtures. The mutated microalgae showed less growth than the native microalgae strains. However, the mutation process significantly increased the lipid content in the microalgae. In native microalgae strains, FM-4 consisting of 136.3 mg/L of urea and 50 mg/L of TSP produced the lowest lipid at 8.96%. After being exposed to UV-C rays, the lipids in FM-4 medium increased to 55.11%. The results show that the use of commercial fertilizers and exposure to UV-C rays on microalgae have high potential in preparing lipids as raw material for biodiesel which can be effectively applied in large-scale microalgae cultivation.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41978365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
P. Ramadhany, Justin Kenny Hardono, Maria Gabriela Kristanti
Banana peel is a biomass waste that has not been utilised optimally, despite its high starch content. Moreover, starch has potential as a raw material for biofilm or edible film production. This research focused on using the starch content from the mature banana peel to create a biofilm. Starch was extracted from the banana peel; then, it was hydrolyzed with a variation of hydrochloric acid solution (HCl) of 0.5 M (0, 2, 4 %-v/v Starch). Glycerol (0, 20, 40 %-w/w starch) was used as a plasticizer. It was found that the formulation of 4%-v/v HCl solution and glycerol 20%-w/w resulted in the highest biofilm’s tensile strength of 4.18 MPa. However, the elongation break percentage achieved the best result at 20,2% when the formulation of 0%-v/v HCl solution and 40%-w/w glycerol was applied. Increasing HCl solution and glycerol was proven to improve the biofilm’s solubility in the water, where 47.9% solubility was attained in the formulation of 40%-w/w glycerol and 4%-v/v HCl solution. The degradation rate of biofilm in the soil was measured using zero- and first-order kinetic rates. The zero-order resulted in the best model with a half-life time (t1/2) between 73 to 108 days.
{"title":"The Effect of Hydrochloric Acid Solution and Glycerol on The Mechanical, Hydrate Properties and Degradation Rate of Biofilm from Ripe Banana Peels","authors":"P. Ramadhany, Justin Kenny Hardono, Maria Gabriela Kristanti","doi":"10.22146/jrekpros.69435","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jrekpros.69435","url":null,"abstract":"Banana peel is a biomass waste that has not been utilised optimally, despite its high starch content. Moreover, starch has potential as a raw material for biofilm or edible film production. This research focused on using the starch content from the mature banana peel to create a biofilm. Starch was extracted from the banana peel; then, it was hydrolyzed with a variation of hydrochloric acid solution (HCl) of 0.5 M (0, 2, 4 %-v/v Starch). Glycerol (0, 20, 40 %-w/w starch) was used as a plasticizer. It was found that the formulation of 4%-v/v HCl solution and glycerol 20%-w/w resulted in the highest biofilm’s tensile strength of 4.18 MPa. However, the elongation break percentage achieved the best result at 20,2% when the formulation of 0%-v/v HCl solution and 40%-w/w glycerol was applied. Increasing HCl solution and glycerol was proven to improve the biofilm’s solubility in the water, where 47.9% solubility was attained in the formulation of 40%-w/w glycerol and 4%-v/v HCl solution. The degradation rate of biofilm in the soil was measured using zero- and first-order kinetic rates. The zero-order resulted in the best model with a half-life time (t1/2) between 73 to 108 days.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42163953","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.37037/jrftsp.v11i1.97
Rini Afrimayetti
Koridor Jalan Pondok dan Jalan Niaga merupakan salah kawasan Kota Lama Padang. Disebut kawasan kota lama karena di kawasan ini banyak terdapat peninggalan bersejarah yang mengungkapkan cerita masa lalu dari kawasan tersebut. Dalam bentuk fisik peninggalan ini berupa rumah toko yang memiliki karakteristik Cina dan sisa - sisa bangunan kolonial dengan tipe bangunan tunggal dan bangunan deret. Semua bangunan yang terdapat disepanjang koridor ini memiliki bentuk fasade yang khas, sehingga lebih mudah dikenal sebagai kawasan Kota Lama. Saat ini beberapa bangunan di kawasan studi mengalami perubahan bentuk fasade. Maksud dari penelitian ini adalah melihat seperti apa perubahan fasade yang sudah terjadi dan faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan bentuk fasade pada bangunan dikawasan yang akan di teliti. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi, yaitu penelitian yang berangkat dari temuan lapangan, sedangkan teori berfungsi sebagai background knowledge. Penelitian diawali dengan survey ke lapangan, merekam informasi dengan foto, kemudian dibandingkan dengan foto lama, sehingga terlihat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar bangunan mengalami perubahan fasade. Perubahan terjadi pada bentuk dan material pintu dan jendela, penambahan kanopi dan ornamen, sementara beberapa bangunan mengalami jumlah lantai dan gaya arsitektural
{"title":"PERUBAHAN BENTUK FASADE BANGUNAN LAMA PADA KAWASAN KORIDOR JALAN PONDOK DAN JALAN NIAGA","authors":"Rini Afrimayetti","doi":"10.37037/jrftsp.v11i1.97","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i1.97","url":null,"abstract":"Koridor Jalan Pondok dan Jalan Niaga merupakan salah kawasan Kota Lama Padang. Disebut kawasan kota lama karena di kawasan ini banyak terdapat peninggalan bersejarah yang mengungkapkan cerita masa lalu dari kawasan tersebut. Dalam bentuk fisik peninggalan ini berupa rumah toko yang memiliki karakteristik Cina dan sisa - sisa bangunan kolonial dengan tipe bangunan tunggal dan bangunan deret. Semua bangunan yang terdapat disepanjang koridor ini memiliki bentuk fasade yang khas, sehingga lebih mudah dikenal sebagai kawasan Kota Lama. Saat ini beberapa bangunan di kawasan studi mengalami perubahan bentuk fasade. Maksud dari penelitian ini adalah melihat seperti apa perubahan fasade yang sudah terjadi dan faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan bentuk fasade pada bangunan dikawasan yang akan di teliti. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi, yaitu penelitian yang berangkat dari temuan lapangan, sedangkan teori berfungsi sebagai background knowledge. Penelitian diawali dengan survey ke lapangan, merekam informasi dengan foto, kemudian dibandingkan dengan foto lama, sehingga terlihat perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar bangunan mengalami perubahan fasade. Perubahan terjadi pada bentuk dan material pintu dan jendela, penambahan kanopi dan ornamen, sementara beberapa bangunan mengalami jumlah lantai dan gaya arsitektural","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90038256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.37037/jrftsp.v11i2.112
Haryani, Ezra Aditia, Rini Asmariati
Haryani (2012, 2018) di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2003-2016 telah terjadi bencana abrasi pantai dan akresi di 32 titik. Pada kurun waktu 13 tahun tersebut telah terjadi abrasi pantai seluas 732.69 ha dan akresi pantai seluas 55,4 ha. Bencana abrasi pantai menyebabkan berkurangnya daratan pantai yang cukup besar yaitu rata-rata 56,3 ha/tahun, sedangkan penambahan daratan pantai/pesisir hanya 4,26 ha/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kerentanan abrasi pantai di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Parameter fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan dianalisis dengan menggunakan metode skoring sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012. Hasil penelitian didapat tingkat kerentanan Sedang berada di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Pasie Nan Tigo dan Kelurahan Parupuk Tabing dengan indek 1,74. Upaya mitigasi yang dilakukan adalah pengaturan kepadatan bangunan, pemanfaatan lahan harus dibatasi agar tidak terjadi kerugiaan lahan yang lebih banyak/luas dan memanfaan lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang. Tingkat kerentanan Rendah berada di Kelurahan Bungo Pasang dengan indek 1. Upaya mitigasi bencana abrasi dan araahan penataan ruang yang dapat dilakukan pada tingkat kerentanan rendah ini adalah mempertahankan guna lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan/ruang sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang.
{"title":"KAJIAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERDASARKAN TINGKAT KERENTANAN ABRASI PANTAI DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG","authors":"Haryani, Ezra Aditia, Rini Asmariati","doi":"10.37037/jrftsp.v11i2.112","DOIUrl":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i2.112","url":null,"abstract":"Haryani (2012, 2018) di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2003-2016 telah terjadi bencana abrasi pantai dan akresi di 32 titik. Pada kurun waktu 13 tahun tersebut telah terjadi abrasi pantai seluas 732.69 ha dan akresi pantai seluas 55,4 ha. Bencana abrasi pantai menyebabkan berkurangnya daratan pantai yang cukup besar yaitu rata-rata 56,3 ha/tahun, sedangkan penambahan daratan pantai/pesisir hanya 4,26 ha/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat kerentanan abrasi pantai di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Parameter fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan dianalisis dengan menggunakan metode skoring sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012. Hasil penelitian didapat tingkat kerentanan Sedang berada di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Pasie Nan Tigo dan Kelurahan Parupuk Tabing dengan indek 1,74. Upaya mitigasi yang dilakukan adalah pengaturan kepadatan bangunan, pemanfaatan lahan harus dibatasi agar tidak terjadi kerugiaan lahan yang lebih banyak/luas dan memanfaan lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang. Tingkat kerentanan Rendah berada di Kelurahan Bungo Pasang dengan indek 1. Upaya mitigasi bencana abrasi dan araahan penataan ruang yang dapat dilakukan pada tingkat kerentanan rendah ini adalah mempertahankan guna lahan dengan memperhatikan pola ruang/peruntukan lahan/ruang sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Padang.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74571254","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wahyu Widiyantara, Muhammad Kurniawan Adiputra, Eka Wijayanto, Lisendra Marbelia
Inovasi berkelanjutan pada alat dan atau proses di dalam industri kimia untuk mencapai efisiensi dan industri yang ramah lingkungan wajib dilakukan. Dalam mendukung hal ini PT. KMI melakukan modifikasi proses dengan mengganti bahan neutralizing amine yang digunakan pada sistem boiler feed water. Penggantian amine dilakukan pada pertengahan tahun 2017, dari amine N1800 menjadi N1805. Data konsumsi amine dan air pelarut tahun 2015-2020 digunakan sebagai dasar evaluasi. Estimasi jumlah emisi juga dilakukan dengan menghitung kebutuhan air pelarut, drum kontainer bahan amine dan juga transportasi bahan dari produsen ke PT. KMI. Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa penggantian bahan amine dari N1800 ke N1805 memberikan benefit yang baik, yaitu: (1) menurunkan biaya tahunan untuk konsumsi amine, (2) menurunkan kebutuhan air pelarut dan beban pencemar air dan (3) menurunkan emisi secara signifikan. Penurunan emisi sebagian besar berasal dari penghematan penggunaan drum kontainer dan transportasi, sedangkan dari penurunan penggunaan air kurang signifikan.
{"title":"Evaluasi Manfaat Penggantian Chemical Amine N1800 menjadi N1805 dalam rangka Pengurangan Jejak Karbon","authors":"Wahyu Widiyantara, Muhammad Kurniawan Adiputra, Eka Wijayanto, Lisendra Marbelia","doi":"10.22146/jrekpros.68814","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jrekpros.68814","url":null,"abstract":"Inovasi berkelanjutan pada alat dan atau proses di dalam industri kimia untuk mencapai efisiensi dan industri yang ramah lingkungan wajib dilakukan. Dalam mendukung hal ini PT. KMI melakukan modifikasi proses dengan mengganti bahan neutralizing amine yang digunakan pada sistem boiler feed water. Penggantian amine dilakukan pada pertengahan tahun 2017, dari amine N1800 menjadi N1805. Data konsumsi amine dan air pelarut tahun 2015-2020 digunakan sebagai dasar evaluasi. Estimasi jumlah emisi juga dilakukan dengan menghitung kebutuhan air pelarut, drum kontainer bahan amine dan juga transportasi bahan dari produsen ke PT. KMI. Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa penggantian bahan amine dari N1800 ke N1805 memberikan benefit yang baik, yaitu: (1) menurunkan biaya tahunan untuk konsumsi amine, (2) menurunkan kebutuhan air pelarut dan beban pencemar air dan (3) menurunkan emisi secara signifikan. Penurunan emisi sebagian besar berasal dari penghematan penggunaan drum kontainer dan transportasi, sedangkan dari penurunan penggunaan air kurang signifikan.","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44129986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}