Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi meliputi golongan dan jenis obat yang diresepkan, serta potensi terjadinya interaksi obat secara teoritik, berdasarkan mekanisme interaksi obat di instalasi rawat jalan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif retrospektif. Hasil pengumpulan data rekam medis pasien periode Januari-Juni 2018 diidentifikasi berdasar literatur dan diolah dengan menghitung persentasenya. Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea (19,64%) dan golongan obat hipertensi adalah ARB (19,03%). Jenis obat diabetes yang paling banyak digunakan adalah glimepirid (17,33%) dan hipertensi adalah irbesartan (17,21%). Persentase hasil identifikasi interaksi obat secara teoritik adalah 62%(106) pasien, jenis interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah interaksi farmakodinamik 64,5%
{"title":"Identifikasi Potensi Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri","authors":"Isnaeni Murwati, Lusia Murtisiwi","doi":"10.37013/JF.V10I1.119","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V10I1.119","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi meliputi golongan dan jenis obat yang diresepkan, serta potensi terjadinya interaksi obat secara teoritik, berdasarkan mekanisme interaksi obat di instalasi rawat jalan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif retrospektif. Hasil pengumpulan data rekam medis pasien periode Januari-Juni 2018 diidentifikasi berdasar literatur dan diolah dengan menghitung persentasenya. Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea (19,64%) dan golongan obat hipertensi adalah ARB (19,03%). Jenis obat diabetes yang paling banyak digunakan adalah glimepirid (17,33%) dan hipertensi adalah irbesartan (17,21%). Persentase hasil identifikasi interaksi obat secara teoritik adalah 62%(106) pasien, jenis interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah interaksi farmakodinamik 64,5%","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87122528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Septiana Laksmi Ramayani, Devi Hildhania Nugraheni, Antonius Robertin Evan Wicaksono
Daun talas (Colocasia esculenta L.) diketahui dapat digunakan sebagai antidiabetes, karena adanya kandungan senyawa bioaktif senyawa fenolik dan flavonoid. Aktivitas farmakologis suatu ekstrak bergantung pada kadar senyawa aktif yang terkandung, semakin besar kadar senyawa maka semakin tinggi pula aktivitasnya. Metode ekstraksi mempengaruhi konsentrasi atau hilangnya efek terapi dari simplisia karena beberapa simplisia bersifat relatif tidak stabil dan dapat terurai. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan metode ekstraksi terhadap kadar total senyawa fenolik dan kadar total senyawa flavonoid ekstrak daun talas. Ekstraksi daun talas menggunakan pelarut etanol 96% menggunakan metode maserasi, Microwave Assisted Extraction (MAE) dan sokletasi. Penetapan kadar total senyawa Fenolik menggunakan metode Folin Ciocalteau dengan baku pembanding asam galat. Penetapan kadar total flavonoid menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3 dan baku pembanding kuersetin. Metode ekstraksi berpengaruh signifikan terhadap kadar total fenolik dan kadar total flavonoid ekstrak daun talas dengan nilai p<0,05. Kadar total fenolik dan kadar total flavonoid tertinggi pada metode ekstraksi sokletasi yaitu sebesar 10,39 mgGAE/g ekstrak dan 12,44 mgKE/g ekstrak.
{"title":"Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Total Fenolik dan Kadar Total Flavonoid Daun Talas (Colocasia esculenta L.)","authors":"Septiana Laksmi Ramayani, Devi Hildhania Nugraheni, Antonius Robertin Evan Wicaksono","doi":"10.37013/JF.V10I1.115","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V10I1.115","url":null,"abstract":"Daun talas (Colocasia esculenta L.) diketahui dapat digunakan sebagai antidiabetes, karena adanya kandungan senyawa bioaktif senyawa fenolik dan flavonoid. Aktivitas farmakologis suatu ekstrak bergantung pada kadar senyawa aktif yang terkandung, semakin besar kadar senyawa maka semakin tinggi pula aktivitasnya. Metode ekstraksi mempengaruhi konsentrasi atau hilangnya efek terapi dari simplisia karena beberapa simplisia bersifat relatif tidak stabil dan dapat terurai. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan metode ekstraksi terhadap kadar total senyawa fenolik dan kadar total senyawa flavonoid ekstrak daun talas. Ekstraksi daun talas menggunakan pelarut etanol 96% menggunakan metode maserasi, Microwave Assisted Extraction (MAE) dan sokletasi. Penetapan kadar total senyawa Fenolik menggunakan metode Folin Ciocalteau dengan baku pembanding asam galat. Penetapan kadar total flavonoid menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi AlCl3 dan baku pembanding kuersetin. Metode ekstraksi berpengaruh signifikan terhadap kadar total fenolik dan kadar total flavonoid ekstrak daun talas dengan nilai p<0,05. Kadar total fenolik dan kadar total flavonoid tertinggi pada metode ekstraksi sokletasi yaitu sebesar 10,39 mgGAE/g ekstrak dan 12,44 mgKE/g ekstrak.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80411586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, mampu Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva. Salah satu bakteri penyebab konjungtivitis paling sering adalah Staphylococcus aureus. Hippobroma longiflora banyak digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mengobati gangguan mata seperti konjungtivitis karena memiliki zat antimikroba seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona radikal yang dapat terbentuk dari rebusan daun H.longiflora terhadap pertumbuhan S.aureus. Metode penelitian ini adalah deskriptif eksperimental. Teknik sampling yang digunakan quota sampling. Penelitian menggunakan kontrol negatif aquades steril dan kontrol positif kloramfenikol 30µg. Rebusan daun H. longiflora dapat menghambat pertumbuhan S. aureus ditunjukkan dengan hasil yang didapatkan terbentuk zona radikal dari masing-masing variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% secara berturut-turut adalah 6,18 mm, 6,23 mm, 6,68 mm, 7,20 mm dan 8,18 mm.
{"title":"Uji Daya Hambat Rebusan Daun Kitolod (Hippobroma longiflora) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus","authors":"Handayani Puji Hastuti, Ardy Prian Nirwana","doi":"10.37013/JF.V10I1.118","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V10I1.118","url":null,"abstract":"Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, mampu Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva. Salah satu bakteri penyebab konjungtivitis paling sering adalah Staphylococcus aureus. Hippobroma longiflora banyak digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mengobati gangguan mata seperti konjungtivitis karena memiliki zat antimikroba seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona radikal yang dapat terbentuk dari rebusan daun H.longiflora terhadap pertumbuhan S.aureus. Metode penelitian ini adalah deskriptif eksperimental. Teknik sampling yang digunakan quota sampling. Penelitian menggunakan kontrol negatif aquades steril dan kontrol positif kloramfenikol 30µg. Rebusan daun H. longiflora dapat menghambat pertumbuhan S. aureus ditunjukkan dengan hasil yang didapatkan terbentuk zona radikal dari masing-masing variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% secara berturut-turut adalah 6,18 mm, 6,23 mm, 6,68 mm, 7,20 mm dan 8,18 mm.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85608404","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, mampu menyebabkan infeksi di beberapa bagian tubuh, dan ditemukan telah resisten terhadap berbagai antibiotic, salah satu factor penyebabnya adalah kemampuannya membentuk biofilm pada jaringan. Alpinia gallanga L memiliki kemampuan menghambat pembentukan biofilm terhadap beberapa bakteri. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ekstrak Alpinia galangal L dalam menghambat produksi biofilm Escherichia coli. Penelitian ini di awali dengan ekstraksi rimpang lengkuas dengan etanol menggunakan metode masersi, kemudian dibuat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Escherichia coli diisolasi dari kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK). kemudian di lakukan karakterisasi fisiologisnya dan uji kepekaan terhadap antibiotik. Uji penghambatan biofilm Escherichia coli dilakukan dengan metode microtiter plate culture dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 595nm, Hasil pengukuran produksi biofilm berupa besarnya nilai Optical Density crystal violet 0,1%, setiap perlakuan menggunakan ulangan 8 kali, data yang didapatkan dianalisis dengan One Way Anova. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ekstrak Alpinia galanga L mampu menghambat produksi biofilm Escherichia coli pada konsentrasi 30%.
{"title":"Pengaruh Ekstrak Alpinia galanga L Terhadap Produksi Biofilm pada Escherichia coli","authors":"D. Wahyudi, Syahran Wael","doi":"10.37013/JF.V10I1.117","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V10I1.117","url":null,"abstract":"Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, mampu menyebabkan infeksi di beberapa bagian tubuh, dan ditemukan telah resisten terhadap berbagai antibiotic, salah satu factor penyebabnya adalah kemampuannya membentuk biofilm pada jaringan. Alpinia gallanga L memiliki kemampuan menghambat pembentukan biofilm terhadap beberapa bakteri. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ekstrak Alpinia galangal L dalam menghambat produksi biofilm Escherichia coli. Penelitian ini di awali dengan ekstraksi rimpang lengkuas dengan etanol menggunakan metode masersi, kemudian dibuat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Escherichia coli diisolasi dari kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK). kemudian di lakukan karakterisasi fisiologisnya dan uji kepekaan terhadap antibiotik. Uji penghambatan biofilm Escherichia coli dilakukan dengan metode microtiter plate culture dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 595nm, Hasil pengukuran produksi biofilm berupa besarnya nilai Optical Density crystal violet 0,1%, setiap perlakuan menggunakan ulangan 8 kali, data yang didapatkan dianalisis dengan One Way Anova. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Ekstrak Alpinia galanga L mampu menghambat produksi biofilm Escherichia coli pada konsentrasi 30%.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"97 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80663679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mukhlis Ahmad Fahrezi, Vivin Nopiyanti, Widodo Priyanto
Radiasi sinar ultraviolet (UV) mampu menembus lapisan epidermis kulit sehigga dapat mengiritasi dan merusak jaringan kulit. Kitosan yang mengandung senyawa kitin berpotensi mampu memberikan proteksi terhadap paparan sinar ultraviolet (UV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabir surya gel kitosan dilihat dari harga nilai SPF, adanya pengaruh penggunaan variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent terhadap aktivitas tabir surya gel kitosan, variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC yang mampu memberikan sifat fisika dan stabilitas gel yang baik. Variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent dibuat kedalam 3 formula, F1(100% karbopol:0%HPMC), F2(50% karbopol:50% HPMC), F3(0% karbopol:100% HPMC). Uji aktivitas tabir surya gel kitosan dilakukan dengan uji SPF (Sun Protection Factor) menggunakan spectrofotometri UV-VIS. Harga nilai SPF dihitung menggunakan metode mansyur. Hasil uji SPF dianalisis secara statistic menggunakan One Way ANOVA. Hasil uji SPF dari variasikonsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent yaitu F1 (9,091348), F2 (5,419107), F3 (6,437869). Hasil uji SPF yang dianalisis secara statistic menggunakan One Way ANOVA menunjukan bahwa semua data yang diujikan berbeda secara nyata dengan formulatereaktif F1(100% karbopol:0% HPMC) dengan harga nilai SPF 9,091348.
{"title":"Formulasi dan Uji Aktivitas Tabir Surya Gel Kitosan Menggunakan Karbopol 940 dan HPMC K100 sebagai Gelling Agent","authors":"Mukhlis Ahmad Fahrezi, Vivin Nopiyanti, Widodo Priyanto","doi":"10.37013/JF.V10I1.116","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V10I1.116","url":null,"abstract":"Radiasi sinar ultraviolet (UV) mampu menembus lapisan epidermis kulit sehigga dapat mengiritasi dan merusak jaringan kulit. Kitosan yang mengandung senyawa kitin berpotensi mampu memberikan proteksi terhadap paparan sinar ultraviolet (UV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabir surya gel kitosan dilihat dari harga nilai SPF, adanya pengaruh penggunaan variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent terhadap aktivitas tabir surya gel kitosan, variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC yang mampu memberikan sifat fisika dan stabilitas gel yang baik. Variasi konsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent dibuat kedalam 3 formula, F1(100% karbopol:0%HPMC), F2(50% karbopol:50% HPMC), F3(0% karbopol:100% HPMC). Uji aktivitas tabir surya gel kitosan dilakukan dengan uji SPF (Sun Protection Factor) menggunakan spectrofotometri UV-VIS. Harga nilai SPF dihitung menggunakan metode mansyur. Hasil uji SPF dianalisis secara statistic menggunakan One Way ANOVA. Hasil uji SPF dari variasikonsentrasi pada kombinasi karbopol dan HPMC sebagai gelling agent yaitu F1 (9,091348), F2 (5,419107), F3 (6,437869). Hasil uji SPF yang dianalisis secara statistic menggunakan One Way ANOVA menunjukan bahwa semua data yang diujikan berbeda secara nyata dengan formulatereaktif F1(100% karbopol:0% HPMC) dengan harga nilai SPF 9,091348.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88748212","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Afrodisiaka adalah suatu bahan organik, minyak esensial (minyak atsiri), obat, minuman herbal atau bahan yang dapat membangkitkan gairah seksual. Penelitian ini menggunakan jus buah nanas madu (Ananas comosus L.Mer). Parameter yang akan dilihat yaitu pengaruh berat badan dan kemampuan daya aprodisiaka meliputi introduction, climbing, dan coitus. Hewan uji terbagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I normal, kelompok II diberikan jamu pasak bumi®, kelompok III diberikan jus buah nanas 30g/KgBB mencit, kelompok IVdiberikan jus buah nanas 45g/KgBB mencit, dan kelompok V diberikan jus buah nanas 67,5g/KgBB mencit. Pemberian dilakukan selama 14 hari secara per oral dengan frekuensi pemberian sehari satu kali pada control positif dan pada kelompok pemberian jus sebanyak dua kali sehari. Pada hari ke-15 dilakukan pengamatan terhadap berat badan, berat testis dan aktifitas aprodisiak meliputi introduction, climbing, dan coitus. Berdasar hasil statistic dosis efektif jus buah nanas madu adalah 45g/KgBB dan tidak terdapat hubungan antara berat badan dan kemampuan aprodisiaka.
{"title":"Pengaruh Berat Badan Terhadap Efek Aprodisiaka pada Mencit dengan Pemberian Jus Buah Nanas Madu","authors":"Ranatri Puruhita, Ivana Puspitaningrum","doi":"10.37013/JF.V9I2.103","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I2.103","url":null,"abstract":"Afrodisiaka adalah suatu bahan organik, minyak esensial (minyak atsiri), obat, minuman herbal atau bahan yang dapat membangkitkan gairah seksual. Penelitian ini menggunakan jus buah nanas madu (Ananas comosus L.Mer). Parameter yang akan dilihat yaitu pengaruh berat badan dan kemampuan daya aprodisiaka meliputi introduction, climbing, dan coitus. Hewan uji terbagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I normal, kelompok II diberikan jamu pasak bumi®, kelompok III diberikan jus buah nanas 30g/KgBB mencit, kelompok IVdiberikan jus buah nanas 45g/KgBB mencit, dan kelompok V diberikan jus buah nanas 67,5g/KgBB mencit. Pemberian dilakukan selama 14 hari secara per oral dengan frekuensi pemberian sehari satu kali pada control positif dan pada kelompok pemberian jus sebanyak dua kali sehari. Pada hari ke-15 dilakukan pengamatan terhadap berat badan, berat testis dan aktifitas aprodisiak meliputi introduction, climbing, dan coitus. Berdasar hasil statistic dosis efektif jus buah nanas madu adalah 45g/KgBB dan tidak terdapat hubungan antara berat badan dan kemampuan aprodisiaka.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"77 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90382275","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
k akibat robeknya kulit sehingga terjadi perdarahan. Apabila kadar trombosit seseorang <150.000 sel/µl darah, maka orang tersebut mengalami trombositopenia. Daun pepaya mempunyai kandungan untuk meningkatkan trombosit. Selain tanaman pepaya, ada juga propolis yang bisa digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena adanya CAPE dan quertecin yang berperan untuk menekan aktifitas sel T. CAPE mampu menginhibisi NF-kB dan stimulant IL-2 yang memacu poliferasi kerja dari sel T. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian kombinasi ekstrak daun pepaya dan propolis dalam peningkatan trombosit. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dimana data yang digunakan bersumber dari laporan hasil penelitian, skripsi atau jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional dalam rentang 10 tahun terakhir yang berkaitan dengan pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap peningkatan trombosit. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun papaya terhadap kenaikan jumlah trombosit (p 0.00004). Hasil penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa propolis mengandung berbagai macam komponen, seperti flavonoid dan alkaloid. Flavonoid pada propolis mampu mendukung kinerja ekstrak daun papaya dalam meningkatkan jumlah trombosit. Simpulan pada penelitian ini didapatkan pemberian ekstrak daun pepaya cukup efektif untuk meningkatkan jumlah trombosit. Dengan dikombinasikannya ekstrak daun pepaya dan ekstrak propolis dapat membantu mengurangi inflamasi.
{"title":"Pengaruh Kombinasi Ekstrak Carica Papaya dan Propolis Terhadap Peningkatan Trombosit","authors":"Eka Widya Ningrum Lobang, Icha Maharani Putri, Zidhan Hanafi, Endang Widhiyastuti","doi":"10.37013/JF.V9I2.107","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I2.107","url":null,"abstract":"k akibat robeknya kulit sehingga terjadi perdarahan. Apabila kadar trombosit seseorang <150.000 sel/µl darah, maka orang tersebut mengalami trombositopenia. Daun pepaya mempunyai kandungan untuk meningkatkan trombosit. Selain tanaman pepaya, ada juga propolis yang bisa digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena adanya CAPE dan quertecin yang berperan untuk menekan aktifitas sel T. CAPE mampu menginhibisi NF-kB dan stimulant IL-2 yang memacu poliferasi kerja dari sel T. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian kombinasi ekstrak daun pepaya dan propolis dalam peningkatan trombosit. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dimana data yang digunakan bersumber dari laporan hasil penelitian, skripsi atau jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional dalam rentang 10 tahun terakhir yang berkaitan dengan pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap peningkatan trombosit. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun papaya terhadap kenaikan jumlah trombosit (p 0.00004). Hasil penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa propolis mengandung berbagai macam komponen, seperti flavonoid dan alkaloid. Flavonoid pada propolis mampu mendukung kinerja ekstrak daun papaya dalam meningkatkan jumlah trombosit. Simpulan pada penelitian ini didapatkan pemberian ekstrak daun pepaya cukup efektif untuk meningkatkan jumlah trombosit. Dengan dikombinasikannya ekstrak daun pepaya dan ekstrak propolis dapat membantu mengurangi inflamasi.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"47-48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73349490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Benalu Cengkeh (Dendrophthoe petandra L.) adalah tanaman yang hidup menempel pada tanaman cengkeh. Tanaman ini sering dianggap hama oleh masyarakat, padahal tanaman benalu ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena memiliki kandungan fitokimia meliputi flavonoid, terpenoid, tannin, alkaloid dan saponin. Flavonoid merupakan senyawa penanda yang bertanggung jawab terhadap potensi antioksidan dan antikanker daun benalu cengkeh. Dalam penggunaan tanaman obat, masyarakat biasanya menggunakan teknik penyarian sederhana dengan seduhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar flavonoid total pada seduhan daun benalu cengkeh segar dan kering sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan preparasi bahan yang tepat sebelum digunakan. Identifikasi awal flavonoid menggunakan uji alkali dengan pereaksi NaOH, uji asam dengan H2SO4 dan uji wilstatter. Penentuan kadar flavonoid total dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis menggunakan pereaksi AlCl3 dan dinyatakan terhadap kuersetin (Quercetin Equivalent). Hasil penelitian menunjukkan daun benalu cengkeh mengandung flavonoid dengan kadar flavonoid total seduhan daun segar sebesar 8,1977 ppm QE dan seduhan daun kering sebesar 5,4407 ppm QE. Analisa perbandingan kadar dengan One Way Anova menunjukkan flavonoid total seduhan daun benalu cengkeh segar lebih besar secara signifikan dibandingkan daun kering.
{"title":"Perbandingan Kadar Flavonoid Total Seduhan Daun Benalu Cengkeh (Dendrophthoe Petandra L.) pada Bahan Segar dan Kering","authors":"Susilowati Susilowati, Iin Nurlinda Sari","doi":"10.37013/JF.V9I2.108","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I2.108","url":null,"abstract":"Benalu Cengkeh (Dendrophthoe petandra L.) adalah tanaman yang hidup menempel pada tanaman cengkeh. Tanaman ini sering dianggap hama oleh masyarakat, padahal tanaman benalu ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena memiliki kandungan fitokimia meliputi flavonoid, terpenoid, tannin, alkaloid dan saponin. Flavonoid merupakan senyawa penanda yang bertanggung jawab terhadap potensi antioksidan dan antikanker daun benalu cengkeh. Dalam penggunaan tanaman obat, masyarakat biasanya menggunakan teknik penyarian sederhana dengan seduhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar flavonoid total pada seduhan daun benalu cengkeh segar dan kering sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan preparasi bahan yang tepat sebelum digunakan. Identifikasi awal flavonoid menggunakan uji alkali dengan pereaksi NaOH, uji asam dengan H2SO4 dan uji wilstatter. Penentuan kadar flavonoid total dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis menggunakan pereaksi AlCl3 dan dinyatakan terhadap kuersetin (Quercetin Equivalent). Hasil penelitian menunjukkan daun benalu cengkeh mengandung flavonoid dengan kadar flavonoid total seduhan daun segar sebesar 8,1977 ppm QE dan seduhan daun kering sebesar 5,4407 ppm QE. Analisa perbandingan kadar dengan One Way Anova menunjukkan flavonoid total seduhan daun benalu cengkeh segar lebih besar secara signifikan dibandingkan daun kering.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78032340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang merugikan manusia. Pestisida telah digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan dan pemberantasan vektor penyakit. Frekuensi penyemprotan dan tingginya volume penggunaan pestisida menunjukkan peran penting pestisida tersebut dalam produksi tanaman, pestisida tersebut tidak dapat dilepaskan dari penanaman pertanian. Kebanyakan petani menyemprot sendiri dan memiliki alat penyemprot sendiri sehingga mereka memiliki fleksibilitas untuk menyemprot. Penanam sayuran memiliki risiko keracunan pestisida yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diambil dari jurnal ilmiah dan karya ilmiah rentan 10 tahun terakhir. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Enzim kolinesterase merupakan enzim yang terdapat pada cairan seluloid. Enzim ini berfungsi menghentikan kerja asetilkolin dengan cara menghidrolisis menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin adalah saraf pengantar yang terletak di seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom (simpatis dan parasimatik), dan sistem saraf somatik. Hasil penelitian menyatakan bahwa 4 jurnal menyatakan ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan kadar enzim cholinesterase, sedangkan 2 jurnal menyatakan tidak ada hubungan. Frekuensi penyemprotan berpengaruh terhadap penurunan kadar enzim kolinesterase pada petani pengguna pestisida organofosfat.
{"title":"Penentuan Kadar Enzim Kolinesterase pada Petani Pengguna Pestisida Organofosfat Berdasarkan Frekuensi Penyemprotan","authors":"Devid Saputra, P. Purwati, Tri Harningsih","doi":"10.37013/JF.V9I2.106","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I2.106","url":null,"abstract":"Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang merugikan manusia. Pestisida telah digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian, perkebunan dan pemberantasan vektor penyakit. Frekuensi penyemprotan dan tingginya volume penggunaan pestisida menunjukkan peran penting pestisida tersebut dalam produksi tanaman, pestisida tersebut tidak dapat dilepaskan dari penanaman pertanian. Kebanyakan petani menyemprot sendiri dan memiliki alat penyemprot sendiri sehingga mereka memiliki fleksibilitas untuk menyemprot. Penanam sayuran memiliki risiko keracunan pestisida yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diambil dari jurnal ilmiah dan karya ilmiah rentan 10 tahun terakhir. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Enzim kolinesterase merupakan enzim yang terdapat pada cairan seluloid. Enzim ini berfungsi menghentikan kerja asetilkolin dengan cara menghidrolisis menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin adalah saraf pengantar yang terletak di seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom (simpatis dan parasimatik), dan sistem saraf somatik. Hasil penelitian menyatakan bahwa 4 jurnal menyatakan ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan kadar enzim cholinesterase, sedangkan 2 jurnal menyatakan tidak ada hubungan. Frekuensi penyemprotan berpengaruh terhadap penurunan kadar enzim kolinesterase pada petani pengguna pestisida organofosfat.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79433369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Faringitis merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Bakteri yang paling umum pada faringitis akut adalah Streptococcus pyogenes. Tanaman yang memiliki khasiat sebagai antibakteri adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hambat minimal (KHM) aktivitas antibakteri S. pyogenes secara in vitro. Ekstraksi dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian antibakteri dengan metode Kirby-Bauer menggunakan media BAP yang diinokulasikan secara spread plate. Kelompok perlakuan menggunakan kontrol positif (amoksisilin 25µg); kontrol negatif (akuades steril); ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 1,25%, 2,5% dan 5%. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan Kruskall-Wallis dilanjutkan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mengkudu mengandung senyawa saponin, triterpenoid, tanin dan fenol. Ekstrak daun mengkudu berpengaruh secara signifikan (p≤0,05) terhadap S. pyogenes. Konsentrasi 2,5% memiliki aktivitas terkecil dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 5,83 mm.
{"title":"Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes secara In Vitro","authors":"Margareta Retno Priamsari, Almira Rokhana","doi":"10.37013/JF.V9I2.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I2.105","url":null,"abstract":"Faringitis merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Bakteri yang paling umum pada faringitis akut adalah Streptococcus pyogenes. Tanaman yang memiliki khasiat sebagai antibakteri adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hambat minimal (KHM) aktivitas antibakteri S. pyogenes secara in vitro. Ekstraksi dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian antibakteri dengan metode Kirby-Bauer menggunakan media BAP yang diinokulasikan secara spread plate. Kelompok perlakuan menggunakan kontrol positif (amoksisilin 25µg); kontrol negatif (akuades steril); ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 1,25%, 2,5% dan 5%. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan Kruskall-Wallis dilanjutkan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mengkudu mengandung senyawa saponin, triterpenoid, tanin dan fenol. Ekstrak daun mengkudu berpengaruh secara signifikan (p≤0,05) terhadap S. pyogenes. Konsentrasi 2,5% memiliki aktivitas terkecil dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 5,83 mm.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"110 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76602535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}