Nifedipin merupakan obat dengan kelarutan kecil dalam air sehingga kelarutan nifedipin perlu ditingkatkan dengan penambahan PVP K-30. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh HPMC K15M, PVP K-30 terhadap pelepasan nifedipin, dan Avicel PH 102 terhadap floating lag time tablet floating nifedipin, serta untuk mengetahui proporsi masing-masing bahan untuk membuat formula optimum tablet floating nifedipin. Penelitian dilakukan dengan metode simplex lattice design (SLD) dengan 3 komponen yaitu HPMC K15M, PVP K-30 dan Avicel PH 102 sehingga diperoleh 14 formula. Parameter optimasi terdiri dari daya serap tablet, floating lag time, C360 dan DE360. Keempat parameter dianalisis menggunakan software Desain Expert 7.1.3 untuk menentukan formula optimum. Formula optimum diperoleh dengan menentukan target yang diinginkan untuk masing-masing parameter. Daya serap dipilih target maksimum, floating lag time dipilih target minimum, C360 ditarget pada angka 54, dan DE360 ditarget pada angka 40. HPMC K15M pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh pada pelepasan nifedipin paling kecil, PVP K-30 pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh pada pelepasan nifedipin paling besar, sedangkan Avicel PH 102 pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh kecil terhadap penurunan floating lag time tablet floating nifedipin. Proporsi formula optimum HPMC K15M 80 mg, PVP K-30 97 mg dan Avicel PH 102 45 mg. Daya serap tablet, C360 dan DE360 memberikan hasil tidak berbeda signifikan, floating lag time memberikan hasil berbeda signifikan terhadap hasil prediksi software. Kinetika pelepasan semua formula mengikuti orde 1, menunjukkan bahwa pelepasan obat terjadi melalui mekanisme difusi.
{"title":"Optimasi Formula Tablet Floating Nifedipin Menggunakan HPMC K15M, PVP K-30 dan Avicel PH 102 dengan Metode Simplex Lattice Design","authors":"Siti Aisiyah, Achmad Fudholi, Abdul Rohman","doi":"10.37013/jf.v2i1.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v2i1.17","url":null,"abstract":"Nifedipin merupakan obat dengan kelarutan kecil dalam air sehingga kelarutan nifedipin perlu ditingkatkan dengan penambahan PVP K-30. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh HPMC K15M, PVP K-30 terhadap pelepasan nifedipin, dan Avicel PH 102 terhadap floating lag time tablet floating nifedipin, serta untuk mengetahui proporsi masing-masing bahan untuk membuat formula optimum tablet floating nifedipin. Penelitian dilakukan dengan metode simplex lattice design (SLD) dengan 3 komponen yaitu HPMC K15M, PVP K-30 dan Avicel PH 102 sehingga diperoleh 14 formula. Parameter optimasi terdiri dari daya serap tablet, floating lag time, C360 dan DE360. Keempat parameter dianalisis menggunakan software Desain Expert 7.1.3 untuk menentukan formula optimum. Formula optimum diperoleh dengan menentukan target yang diinginkan untuk masing-masing parameter. Daya serap dipilih target maksimum, floating lag time dipilih target minimum, C360 ditarget pada angka 54, dan DE360 ditarget pada angka 40. HPMC K15M pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh pada pelepasan nifedipin paling kecil, PVP K-30 pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh pada pelepasan nifedipin paling besar, sedangkan Avicel PH 102 pada konsentrasi paling tinggi berpengaruh kecil terhadap penurunan floating lag time tablet floating nifedipin. Proporsi formula optimum HPMC K15M 80 mg, PVP K-30 97 mg dan Avicel PH 102 45 mg. Daya serap tablet, C360 dan DE360 memberikan hasil tidak berbeda signifikan, floating lag time memberikan hasil berbeda signifikan terhadap hasil prediksi software. Kinetika pelepasan semua formula mengikuti orde 1, menunjukkan bahwa pelepasan obat terjadi melalui mekanisme difusi.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82757820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Kanker serviks merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan. Menurut data yang didapat dari Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan terdiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Salah satu pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan papsmear. Papsmear dapat menurunkan angka kematian penderita serviks hingga mencapai 50-60%. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui perbedaan pengaruh edukasi antara media film dan ceramah terhadap pengetahuan dan sikap deteksi dini kanker serviks. Metode penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention with control group. Teknik pengambilan data dengan kuesioner dan dianalisis dengan program komputer. Hasil analisis statistik menggunakan Independent Samples T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap yang signifikan antara kelompok film dengan ceramah terhadap deteksi dini kanker serviks (p=0,002), dimana media ceramah lebih efektif daripada film.
{"title":"Perbedaan Pengaruh Edukasi antara Film dan Ceramah Terhadap Pengetahuan dan Sikap Deteksi Dini Kanker Serviks Ibu-Ibu di Dusun Krodan Sleman","authors":"Paulina Ratnaningrum","doi":"10.37013/jf.v2i1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v2i1.18","url":null,"abstract":"Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Kanker serviks merupakan pembunuh nomor satu bagi perempuan. Menurut data yang didapat dari Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan terdiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Salah satu pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan papsmear. Papsmear dapat menurunkan angka kematian penderita serviks hingga mencapai 50-60%. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui perbedaan pengaruh edukasi antara media film dan ceramah terhadap pengetahuan dan sikap deteksi dini kanker serviks. Metode penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention with control group. Teknik pengambilan data dengan kuesioner dan dianalisis dengan program komputer. Hasil analisis statistik menggunakan Independent Samples T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap yang signifikan antara kelompok film dengan ceramah terhadap deteksi dini kanker serviks (p=0,002), dimana media ceramah lebih efektif daripada film.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"223 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76799364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberadaan bahan-bahan anorganik dan organik yang berasal dari sungai, sisa pakan, sisa metabolisme ikan, dan sisa pembusukan makrofita air dapat menjadi sumber nutrien. Salah satu organisme yang hidup di Rawa Pening Ambarawa adalah plankton yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kestabilan komunitas pada perairan dengan mengkaji keragaman dan kelimpahannya. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan plankton perairan Rawa Pening Ambarawa Jawa Tengah ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2006. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel dibagi menjadi 3 zona (zona hulu, tengah, dan hilir) dengan 3 stasiun pada setiap zona. Data yang dikumpulkan adalah jumlah spesies dan jumlah individu serta parameter fisika kimia air perairan Rawa Pening. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dan aturan 50%. Hasil penelitian menunjukkan keragaman plankton yang ditemukan pada zona hulu sebanyak 30 genera dengan kelimpahan plankton 2.227 ind/l, pada zona tengah sebanyak 31 genera dengan kelimpahan plankton 2.753 ind/l, dan pada zona hilir sebanyak 29 genera dengan kelimpahan plankton 1.215 ind/l. Berdasarkan hasil penelitian, keragaman dan kelimpahan plankton pada zona hulu, tengah, dan hilir adalah sama
{"title":"Keragaman dan Kelimpahan Plankton di Perairan Rawa Pening Ambarawa Kabupaten Semarang","authors":"Yovita Widya Asmara","doi":"10.37013/jf.v3i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v3i1.23","url":null,"abstract":"Keberadaan bahan-bahan anorganik dan organik yang berasal dari sungai, sisa pakan, sisa metabolisme ikan, dan sisa pembusukan makrofita air dapat menjadi sumber nutrien. Salah satu organisme yang hidup di Rawa Pening Ambarawa adalah plankton yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kestabilan komunitas pada perairan dengan mengkaji keragaman dan kelimpahannya. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan plankton perairan Rawa Pening Ambarawa Jawa Tengah ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2006. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel dibagi menjadi 3 zona (zona hulu, tengah, dan hilir) dengan 3 stasiun pada setiap zona. Data yang dikumpulkan adalah jumlah spesies dan jumlah individu serta parameter fisika kimia air perairan Rawa Pening. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dan aturan 50%. Hasil penelitian menunjukkan keragaman plankton yang ditemukan pada zona hulu sebanyak 30 genera dengan kelimpahan plankton 2.227 ind/l, pada zona tengah sebanyak 31 genera dengan kelimpahan plankton 2.753 ind/l, dan pada zona hilir sebanyak 29 genera dengan kelimpahan plankton 1.215 ind/l. Berdasarkan hasil penelitian, keragaman dan kelimpahan plankton pada zona hulu, tengah, dan hilir adalah sama","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89861769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractBanyak parasit berbahaya yang ditularkan oleh nyamuk, salah satunya virus dengue penyebab demam berdarah. Penelitian sebelumnya menyebutkan virus dengue secara imunositokimia dapat ditemukan pada A. aegypti yang tidak menghisap darah. Prinsip dasar pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan suatu teknik penentuan keberadaan (lokasi) antigen dalam sel di jaringan menggunakan reaksi antigenantibodi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil nilai positif stadium biakan A. aegypti skala laboratorium. Virus DEN3 dicampurkan kedalam darah percobaan kemudian diinfeksikan secara peroral pada A. aegypti betina untuk dibiakan. Semua stadium hasil pembiakan diuji adanya virus DEN3 dari jaringan tubuhnya. Antigen DEN3 dalam tubuh vektor akan berikatan dengan antibodi spesifik dari reagen dan dengan adanya enzim serta substrat kromogen akan memberikan warna coklat pada sel dan granula disekitar sel. Reaksi warna tersebut diperiksa menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x dengan kontrol positif dari biakan DEN3 dan kontrol negatif dari darah normal sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunositokimia metode SBPC mampu mendeteksi DEN3 di semua stadium metamorfose A. aegypti dengan hasil masing-masing stadium yaitu ; telur 82%, larva 89%, pupa 94% dan dewasa 100%. Dari hasil tersebut memperlihatkan bagaimana teknik imunositokimia sebagai metode alternatif yang relatif lebih murah dibandingkan teknik molekulair dapat dipakai untuk pendeteksian (surveillance) terhadap kejadian DBD yang akan muncul. Kata
{"title":"Deteksi Virus Den3 pada Semua Stadium Aedes aegypti (Transovarial) dengan Teknik Imunositokimia Secara Invitro","authors":"Adhi Kumoro Setya, Ruben Dharmawan","doi":"10.37013/jf.v5i1.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v5i1.37","url":null,"abstract":"AbstractBanyak parasit berbahaya yang ditularkan oleh nyamuk, salah satunya virus dengue penyebab demam berdarah. Penelitian sebelumnya menyebutkan virus dengue secara imunositokimia dapat ditemukan pada A. aegypti yang tidak menghisap darah. Prinsip dasar pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan suatu teknik penentuan keberadaan (lokasi) antigen dalam sel di jaringan menggunakan reaksi antigenantibodi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil nilai positif stadium biakan A. aegypti skala laboratorium. Virus DEN3 dicampurkan kedalam darah percobaan kemudian diinfeksikan secara peroral pada A. aegypti betina untuk dibiakan. Semua stadium hasil pembiakan diuji adanya virus DEN3 dari jaringan tubuhnya. Antigen DEN3 dalam tubuh vektor akan berikatan dengan antibodi spesifik dari reagen dan dengan adanya enzim serta substrat kromogen akan memberikan warna coklat pada sel dan granula disekitar sel. Reaksi warna tersebut diperiksa menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x dengan kontrol positif dari biakan DEN3 dan kontrol negatif dari darah normal sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunositokimia metode SBPC mampu mendeteksi DEN3 di semua stadium metamorfose A. aegypti dengan hasil masing-masing stadium yaitu ; telur 82%, larva 89%, pupa 94% dan dewasa 100%. Dari hasil tersebut memperlihatkan bagaimana teknik imunositokimia sebagai metode alternatif yang relatif lebih murah dibandingkan teknik molekulair dapat dipakai untuk pendeteksian (surveillance) terhadap kejadian DBD yang akan muncul. Kata ","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79067379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker adalah pertumbuhan sel pada berbagai jaringan dalam tubuh, sebagian besar tumbuh pada jaringan sel induknya.Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker, dan lebih dari 4 juta diantaranya meninggal. Sampai saat ini pengobatan kanker dilakukan dengan 3 cara yaitu radiasi, pembedahan dan pengobatan menggunakan bahan kimia anti kanker. Akan tetapi ketiga pengobatan sebagaian besar memberikan efek samping terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan serangkaian uji pra klinis untuk menentukan dosis yang optimal Sarangsemut (Myrmecodia pendens )yang dapat digunakan sebagai obat kanker paru. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi umbi Sarangsemut (Myrmecodia pendens) untuk menghasilkan obat alternatif kanker. Manfaat penelitian ini adalah dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat sebagai obat herbal untuk terapi kanker. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tikus putih yang diinduksi dengan DMBA (Dimethylbens (a) anthracene ) dengahn dosis 20mg/kgBB sebanyak 10 kali sebagai model . Terapi dilakukan dengan menginduksi ekstraks Sarangsemut dengan dosis 250 mg/kgBB, 500mg/kgBB dan 750mg/kgBB. Berdasarkan uji Histopatologi dapat disimpulkan bahwa sel yang mengalami kerusakan akibat penambahan DMBA dapat diperbaiki dengan ekstrak Sarangsemut dosis 750 mg/kgBB
{"title":"Metode Ekstraksi Sarang Semut (Myrmecodia Pendans) dengan Teknik Maserasi untuk Menghasilkan Obat Alternatif Kanker Paru","authors":"S. Suharyanto","doi":"10.37013/jf.v4i1.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v4i1.28","url":null,"abstract":"Kanker adalah pertumbuhan sel pada berbagai jaringan dalam tubuh, sebagian besar tumbuh pada jaringan sel induknya.Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker, dan lebih dari 4 juta diantaranya meninggal. Sampai saat ini pengobatan kanker dilakukan dengan 3 cara yaitu radiasi, pembedahan dan pengobatan menggunakan bahan kimia anti kanker. Akan tetapi ketiga pengobatan sebagaian besar memberikan efek samping terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan serangkaian uji pra klinis untuk menentukan dosis yang optimal Sarangsemut (Myrmecodia pendens )yang dapat digunakan sebagai obat kanker paru. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi umbi Sarangsemut (Myrmecodia pendens) untuk menghasilkan obat alternatif kanker. Manfaat penelitian ini adalah dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat sebagai obat herbal untuk terapi kanker. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tikus putih yang diinduksi dengan DMBA (Dimethylbens (a) anthracene ) dengahn dosis 20mg/kgBB sebanyak 10 kali sebagai model . Terapi dilakukan dengan menginduksi ekstraks Sarangsemut dengan dosis 250 mg/kgBB, 500mg/kgBB dan 750mg/kgBB. Berdasarkan uji Histopatologi dapat disimpulkan bahwa sel yang mengalami kerusakan akibat penambahan DMBA dapat diperbaiki dengan ekstrak Sarangsemut dosis 750 mg/kgBB","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81122304","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Novena Yety Lindawati, Lusia Murtisiwi, C. E. Dhurhania
Kerontokan rambut merupakan masalah yang dapat mengganggu penampilan. Ekstrak teh hijau dengan kadar 5 % terbukti menstimulasi pertumbuhan rambut (Sumakdjaja, dkk., 2008). Zat aktif dalam teh hijau (Camellia sinensis L) yang berkhasiat sebagai penyubur rambut adalah senyawa katekin dan turunannya. Senyawa flavonoid teh hijau terdiri dari epikatekin, (EC), epikatekin galat (ECG), dan epigalokatekin galat (EGCG). Selain itu juga terdapat asam galat, galokatekin galat (GCG), galokatekin (GC), katekin galat (CG) katekin (C), vitamin B dan vitamin C (Agus, 2007) yang mampu memperkuat akar rambut, mencegah kerontokan rambut, menghambat radikal bebas, menetralkan racun, dan melindungi kulit kepala dari infeksi. Formula sediaan kosmetik dan makanan berbahan aktif the hijau telah menyita perhatian masyarakat. Penyubur rambut berbahan aktif ekstrak teh hijau berbentuk gel belum dijumpai di kalangan masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan formula gel penyubur rambut berbahan aktif ekstrak teh hijau. Penelitian ini dilakukan dengan membuat empat formula, yaitu formula I (carbopol 1%, TEA 0,3%, gliserin 1 %), formula II (CMC Na 3%, gliserin 1%,), formula III (PEG 400 72 %, PEG 4000 8%, gliserin 1%) dan formula IV (carbopol 0,75%, TEA 2%, PEG 400 12 % gliserin 1 %. Masing-masing formula mengandung ekstrak teh hijau dengan kadar 5%, pengawet nipagin 0,1 %, dan natrium metabisulfit 0,1%, sediaan dibuat 100 gram. Keempat gel yang diperoleh kemudian diuji kualitas sediaannya meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi, uji iritasi primer, uji aseptabilitas, serta uji aktivitas penyubur rambut. Dari penelitian diketahui bahwa formula gel yang paling optimal adalah formula I yang terdiri dari carbopol 1 %, TEA 0,3 %, dan gliserin 1%. Formula I menunjukkan konsistensi gel yang baik, mempunyai aktivitas penyubur rambut paling tinggi, tidak mengiritasi kulit, serta mempunyai sifat aseptabilitas yang baik.
{"title":"Pengembangan Formula Gel Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) sebagai Penyubur Rambut","authors":"Novena Yety Lindawati, Lusia Murtisiwi, C. E. Dhurhania","doi":"10.37013/jf.v3i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v3i1.25","url":null,"abstract":"Kerontokan rambut merupakan masalah yang dapat mengganggu penampilan. Ekstrak teh hijau dengan kadar 5 % terbukti menstimulasi pertumbuhan rambut (Sumakdjaja, dkk., 2008). Zat aktif dalam teh hijau (Camellia sinensis L) yang berkhasiat sebagai penyubur rambut adalah senyawa katekin dan turunannya. Senyawa flavonoid teh hijau terdiri dari epikatekin, (EC), epikatekin galat (ECG), dan epigalokatekin galat (EGCG). Selain itu juga terdapat asam galat, galokatekin galat (GCG), galokatekin (GC), katekin galat (CG) katekin (C), vitamin B dan vitamin C (Agus, 2007) yang mampu memperkuat akar rambut, mencegah kerontokan rambut, menghambat radikal bebas, menetralkan racun, dan melindungi kulit kepala dari infeksi. Formula sediaan kosmetik dan makanan berbahan aktif the hijau telah menyita perhatian masyarakat. Penyubur rambut berbahan aktif ekstrak teh hijau berbentuk gel belum dijumpai di kalangan masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan formula gel penyubur rambut berbahan aktif ekstrak teh hijau. Penelitian ini dilakukan dengan membuat empat formula, yaitu formula I (carbopol 1%, TEA 0,3%, gliserin 1 %), formula II (CMC Na 3%, gliserin 1%,), formula III (PEG 400 72 %, PEG 4000 8%, gliserin 1%) dan formula IV (carbopol 0,75%, TEA 2%, PEG 400 12 % gliserin 1 %. Masing-masing formula mengandung ekstrak teh hijau dengan kadar 5%, pengawet nipagin 0,1 %, dan natrium metabisulfit 0,1%, sediaan dibuat 100 gram. Keempat gel yang diperoleh kemudian diuji kualitas sediaannya meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi, uji iritasi primer, uji aseptabilitas, serta uji aktivitas penyubur rambut. Dari penelitian diketahui bahwa formula gel yang paling optimal adalah formula I yang terdiri dari carbopol 1 %, TEA 0,3 %, dan gliserin 1%. Formula I menunjukkan konsistensi gel yang baik, mempunyai aktivitas penyubur rambut paling tinggi, tidak mengiritasi kulit, serta mempunyai sifat aseptabilitas yang baik.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80245903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Neutropenia adalah toksisitas yang sering terjadi pada pasien kanker limfoma akibat menerima kemoterapi mielotoksik. Granulocyte Colony Stimulating Factor (G-CSF) direkomendasikan secara klinik untuk neutropenia. Filgrastim adalah nama generik dari merk produk G-CSF yang beredar di Indonesia seperti Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda. Perbedaan Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B selain pabrik yang memproduksi adalah harga produk Filgrastim A lebih murah dibandingkan Filgrastim merk B. Perbandingan efektivitas Filgrastim merk A dengan Filgrastim merk B pada pasien di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta perlu diteliti untuk evaluasi terhadap efektivitas jenis obat yang telah dipakai secara klinik. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B pada penggunaan praktek klinik sehari-hari di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Rancangan penelitian ini menggunakan analitik retrospektif cohort study pada pasien yang menerima kemoterapi di Instalasi Kanker Tulip RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Data diambil dari rekam medik periode Januari 2013 sampai Maret 2015. Perbandingan efektivitas filgrastim menggunakan parameter waktu untuk mencapai Absolute Neutrophil Count (ANC) recovery. Data karakteristik subjek penelitian dianalisis menggunakan Chi Square Goodness of Fit untuk data kategorik dan uji t independent untuk data numerik. Perbandingan efektivitas filgrastim merk A dan merk B dianalisis menggunakan analisis survival. Diperoleh sebanyak 80 subjek pasien keganasan limfoma dengan 192 episode kejadian neutropenia yang mendapatkan terapi filgrastim. Dari 80 subjek, hanya 43 subjek (53,5%) yang terdiri dari 72 episode kejadian neutropenia) yang memenuhi kriteria inklusi (33 kejadian memakai filgrastim merk A dan 39 kejadian filgrastim merk B). Hasil perbandingan efektivitas filgrastim berdasarkan kecepatan waktu meningkatkan ANC recovery menurut analisis survival bivariat Kaplan Meier,dengan data pengamatan laboratorium 24 jam post suntik terakhir, menunjukkan bahwa Filgrastim merk A memiliki median recovery time lebih Perbandingan Efektivitas Produk Filgrastim Pasien Keganasan Limfoma yang Menerima Kemoterapi cepat dibandingkan Filgrastim merk B ( 1,00 vs 2,00 hari ;p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah Filgrastim merk A lebih efektif dibandingkan Filgrastim merk B dalam hal kecepatan waktu untuk mencapai ANC recovery.
{"title":"Perbandingan Efektivitas Produk Filgrastim pada Pasien Keganasan Limfoma yang Menerima Kemoterapi di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta","authors":"Dhien Setiani","doi":"10.37013/jf.v4i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v4i1.27","url":null,"abstract":"Neutropenia adalah toksisitas yang sering terjadi pada pasien kanker limfoma akibat menerima kemoterapi mielotoksik. Granulocyte Colony Stimulating Factor (G-CSF) direkomendasikan secara klinik untuk neutropenia. Filgrastim adalah nama generik dari merk produk G-CSF yang beredar di Indonesia seperti Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda. Perbedaan Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B selain pabrik yang memproduksi adalah harga produk Filgrastim A lebih murah dibandingkan Filgrastim merk B. Perbandingan efektivitas Filgrastim merk A dengan Filgrastim merk B pada pasien di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta perlu diteliti untuk evaluasi terhadap efektivitas jenis obat yang telah dipakai secara klinik. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B pada penggunaan praktek klinik sehari-hari di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Rancangan penelitian ini menggunakan analitik retrospektif cohort study pada pasien yang menerima kemoterapi di Instalasi Kanker Tulip RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Data diambil dari rekam medik periode Januari 2013 sampai Maret 2015. Perbandingan efektivitas filgrastim menggunakan parameter waktu untuk mencapai Absolute Neutrophil Count (ANC) recovery. Data karakteristik subjek penelitian dianalisis menggunakan Chi Square Goodness of Fit untuk data kategorik dan uji t independent untuk data numerik. Perbandingan efektivitas filgrastim merk A dan merk B dianalisis menggunakan analisis survival. Diperoleh sebanyak 80 subjek pasien keganasan limfoma dengan 192 episode kejadian neutropenia yang mendapatkan terapi filgrastim. Dari 80 subjek, hanya 43 subjek (53,5%) yang terdiri dari 72 episode kejadian neutropenia) yang memenuhi kriteria inklusi (33 kejadian memakai filgrastim merk A dan 39 kejadian filgrastim merk B). Hasil perbandingan efektivitas filgrastim berdasarkan kecepatan waktu meningkatkan ANC recovery menurut analisis survival bivariat Kaplan Meier,dengan data pengamatan laboratorium 24 jam post suntik terakhir, menunjukkan bahwa Filgrastim merk A memiliki median recovery time lebih Perbandingan Efektivitas Produk Filgrastim Pasien Keganasan Limfoma yang Menerima Kemoterapi cepat dibandingkan Filgrastim merk B ( 1,00 vs 2,00 hari ;p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah Filgrastim merk A lebih efektif dibandingkan Filgrastim merk B dalam hal kecepatan waktu untuk mencapai ANC recovery.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86677197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba spektrum luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC. Kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki khasiat sama dengan bawang puting lanang, pada dosis 240 µg/ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul) memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif 9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320 dan 400 µg/ml media. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain angka lempeng total 1.5 (dipersyaratkan tidak lebih dari 10); angka kapang dan khamir ekstrak bawang putih 6.102 (dipersyaratkan tidak lebih dari 104); tidak mengandung mikroba patogen (tidak terkontaminasi bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan Staphylococcus aureus); tidak terdeteksi adanya aflatoxin (dipersyaratkan tidak lebih dari 30 bpj); kadar air rata-rata sebesar 1 sampai 2 % (dipersyaratkan tidak lebih dari 10 %). Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat tradisional hasil uji waktu hancur kurang lebih 13 menit (dipersyaratkan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuk sediaan kapsul.
{"title":"Optimasi Kapsul Bawang Putih (Allium sativum Linn) sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC","authors":"Novena Yety Lindawati, H. Hartono","doi":"10.37013/jf.v2i1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v2i1.16","url":null,"abstract":"Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba spektrum luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC. Kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki khasiat sama dengan bawang puting lanang, pada dosis 240 µg/ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul) memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari kultur sputum pasien yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif 9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320 dan 400 µg/ml media. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain angka lempeng total 1.5 (dipersyaratkan tidak lebih dari 10); angka kapang dan khamir ekstrak bawang putih 6.102 (dipersyaratkan tidak lebih dari 104); tidak mengandung mikroba patogen (tidak terkontaminasi bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan Staphylococcus aureus); tidak terdeteksi adanya aflatoxin (dipersyaratkan tidak lebih dari 30 bpj); kadar air rata-rata sebesar 1 sampai 2 % (dipersyaratkan tidak lebih dari 10 %). Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat tradisional hasil uji waktu hancur kurang lebih 13 menit (dipersyaratkan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuk sediaan kapsul.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"77 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83880791","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) yang menjalani hemodialisis umumnya mengalami anemia. Anemia pada PGK dapat diterapi dengan pemberian epoetin. Kualitas hidup merupakan aspek yang penting dievaluasi sebagai outcome dari intervensi pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian cross sectional terhadap pasien hemodialisis rutin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dilakukan pada bulan November 2014Januari 2015. Penilaian kualitas hidup pasien menggunakan kuesioner KDQOL-SF versi 1.3. Subyek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, kelompok pertama merupakan pasien yang menggunakan epoetin alfa untuk penanganan anemia, sedangkan kelompok kedua merupakan pasien yang menggunakan terapi epoetin beta untuk penanganan anemia. Data dianalisis menggunakan Levene test, Chi-Square Goodness of Fit, Independent t-test, uji Mann-Whitney dan uji ANCOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas hidup keseluruhan pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna (p>0,05) yaitu sebesar 60,25±12,97, pada kelompok epoetin alfa dan 63,93±15,53 pada kelompok epoetin beta.
{"title":"Perbandingan Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis dengan Terapi Epoetin Alfa dan Epoetin Beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta","authors":"Lusia Murtisiwi","doi":"10.37013/jf.v4i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v4i1.29","url":null,"abstract":"Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) yang menjalani hemodialisis umumnya mengalami anemia. Anemia pada PGK dapat diterapi dengan pemberian epoetin. Kualitas hidup merupakan aspek yang penting dievaluasi sebagai outcome dari intervensi pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian cross sectional terhadap pasien hemodialisis rutin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dilakukan pada bulan November 2014Januari 2015. Penilaian kualitas hidup pasien menggunakan kuesioner KDQOL-SF versi 1.3. Subyek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, kelompok pertama merupakan pasien yang menggunakan epoetin alfa untuk penanganan anemia, sedangkan kelompok kedua merupakan pasien yang menggunakan terapi epoetin beta untuk penanganan anemia. Data dianalisis menggunakan Levene test, Chi-Square Goodness of Fit, Independent t-test, uji Mann-Whitney dan uji ANCOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas hidup keseluruhan pasien yang menjalani hemodialisis dengan terapi epoetin alfa dan epoetin beta di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna (p>0,05) yaitu sebesar 60,25±12,97, pada kelompok epoetin alfa dan 63,93±15,53 pada kelompok epoetin beta.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91200440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masa lanjut usia membawa penurunan fisik dan kecenderungan angka kesakitan meningkat, salah satunya penyakit jantung koroner. Penyakit ini menjadi penyebab utama dari total kematian penduduk Indonesia dan salah satu faktor resikonya adalah hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia dipengaruhi diet, keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total. Jenis penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling menggunakan purposive sampling. Data penelitian dianalisis dengan program SPSS versi 16.0 Jumlah lansia laki-laki 13 orang dan lansia perempuan 88 dari total lansia n=101 orang. Lansia perempuan cenderung memiliki kolesterol total meningkat sejumlah 28 orang daripada laki-laki. Kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat ada 16 orang dibandingkan umur lainnya. Lansia gemar konsumsi makanan berlemak memiliki kadar kolesterol total meningkat ada 21 orang, lansia yang tidak gemar konsumsi makanan berlemak ada 8 orang yang meningkat kolesterol totalnya. Hasil pemeriksaan kolesterol total terhadap 101 sampel darah didapat kadar terendah 107 mg/dl dan tertinggi 301 mg/dl dengan rata-rata 184 mg/dl. Lansia dengan resiko sedang PJK ada 19 orang dan resiko tinggi PJK ada 10 orang berdasarkan hasil kolesterol totalnya. Hasil analisis statistik disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan usia dengan kolesterol total (p=0.067; α=0.05), tidak terdapat hubungan signifikan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total (p=0.057; α=0.05) dan tidak terdapat hubungan signfikan usia, konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total (p=0.185; α=0.05)
{"title":"Hubungan Usia dan Konsumsi Makanan Berlemak dengan Kolesterol Total Pada Lansia Kelurahan Serengan Surakarta","authors":"Cisillia Adhiyani","doi":"10.37013/jf.v2i1.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v2i1.15","url":null,"abstract":"Masa lanjut usia membawa penurunan fisik dan kecenderungan angka kesakitan meningkat, salah satunya penyakit jantung koroner. Penyakit ini menjadi penyebab utama dari total kematian penduduk Indonesia dan salah satu faktor resikonya adalah hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia dipengaruhi diet, keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total. Jenis penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling menggunakan purposive sampling. Data penelitian dianalisis dengan program SPSS versi 16.0 Jumlah lansia laki-laki 13 orang dan lansia perempuan 88 dari total lansia n=101 orang. Lansia perempuan cenderung memiliki kolesterol total meningkat sejumlah 28 orang daripada laki-laki. Kisaran umur 55-64 tahun memiliki kadar kolesterol meningkat ada 16 orang dibandingkan umur lainnya. Lansia gemar konsumsi makanan berlemak memiliki kadar kolesterol total meningkat ada 21 orang, lansia yang tidak gemar konsumsi makanan berlemak ada 8 orang yang meningkat kolesterol totalnya. Hasil pemeriksaan kolesterol total terhadap 101 sampel darah didapat kadar terendah 107 mg/dl dan tertinggi 301 mg/dl dengan rata-rata 184 mg/dl. Lansia dengan resiko sedang PJK ada 19 orang dan resiko tinggi PJK ada 10 orang berdasarkan hasil kolesterol totalnya. Hasil analisis statistik disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan usia dengan kolesterol total (p=0.067; α=0.05), tidak terdapat hubungan signifikan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total (p=0.057; α=0.05) dan tidak terdapat hubungan signfikan usia, konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total (p=0.185; α=0.05)","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85648286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}