Ibuprofen merupakan obat golongan Non Steroid AntiInflamantory Drug (NSAID) yang berfungsi sebagai pengobatan nyeri atau inflamasi. Ibuprofen adalah obat golongan Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II dengan karakteristik kelarutan rendah dan permeabilitasnya tinggi. Dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan. Ibuprofen memiliki berbagai efek samping sehingga perlu dibuat rute lain yaitu sediaan topikal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi karbopol sebagai basis gel dan gliserin sebagai senyawa peningkat penetrasi terhadap mutu fisik dan pelepasan zat aktifnya serta untuk menentukan formula paling optimum. Penelitian ini menggunakan metode simplex lattice design dengan 2 faktor yakni karbopol dan gliserin pada formula 1 ; formula 2 ; formula 3 secara berurutan 100%:0% ; 50%:50% ; 0%:100%. Pembuatan dispersi padat dengan metode peleburan, kemudian dilakukan uji FTIR lalu dibuat sediaan gel dispersi padat ibuprofen-PEG 6000. Uji pelepasan zat dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz dengan membran selofan, kemudian dilakukan penentuan formula optimum berdasarkan counterplot yang diperoleh dari Design Expert 10.0.1 trial version dengan parameter titik kritis daya lekat, viskositas dan penetrasi zat. Hasil penelitian menunjukan bahwa karbopol dan gliserin mempengaruhi mutu fisik dan pelepasan obat dalam sediaan gel. Gliserin lebih mempengaruhi pelepasan obat. Proporsi karbopol 1,011% dan gliserin 7,489% menghasilkan formula optimum dengan mutu fisik dan pelepasan obat paling baik.
布洛芬是一种非甾体抗炎药物,用于治疗疼痛或炎症。布洛芬是一种biopharfen Classification System (BCS),具有低溶特性和高渗透性。固体分散可以增加溶液。布洛芬有很多副作用,所以需要另一种方法是局部剂型。本研究旨在确定碳水化合物化合物作为凝胶基和甘油作为一种促进物质质量和活性物质释放的化合物的作用,并确定其最佳配方。本研究采用了配方1中两种含碳水化合物和甘油的简单设计方法;公式2;公式3的顺序100%:0%;50%: 50%;0%: 100%。用冶炼方法制造固体分散剂,然后进行FTIR测试,然后生成密集型布供给-品种6000。通过使用弗朗茨的透明薄膜扩散细胞工具进行排泄试验,然后根据从设计Expert阅者10.0.1试验版本中获得的具有粘性、粘性和渗透性参数的最佳配方测定。研究结果表明,碳水化合物和甘油影响凝胶的生理质量和药物的释放。甘油对药物的释放有更大的影响。碳水化合物的比例为1011%和甘油7.489%,提供了最佳的物理品质和药物释放配方。
{"title":"Optimasi Karbopol dan Gliserin pada Sediaan Gel Dispersi Padat Ibuprofen Secara Simplex Lattice Design","authors":"Rochmadani Wahyu Aji Pangestu, Siti Aisiyah, Nuraini Harmastuti","doi":"10.37013/jf.v9i2.104","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v9i2.104","url":null,"abstract":"Ibuprofen merupakan obat golongan Non Steroid AntiInflamantory Drug (NSAID) yang berfungsi sebagai pengobatan nyeri atau inflamasi. Ibuprofen adalah obat golongan Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II dengan karakteristik kelarutan rendah dan permeabilitasnya tinggi. Dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan. Ibuprofen memiliki berbagai efek samping sehingga perlu dibuat rute lain yaitu sediaan topikal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi karbopol sebagai basis gel dan gliserin sebagai senyawa peningkat penetrasi terhadap mutu fisik dan pelepasan zat aktifnya serta untuk menentukan formula paling optimum. Penelitian ini menggunakan metode simplex lattice design dengan 2 faktor yakni karbopol dan gliserin pada formula 1 ; formula 2 ; formula 3 secara berurutan 100%:0% ; 50%:50% ; 0%:100%. Pembuatan dispersi padat dengan metode peleburan, kemudian dilakukan uji FTIR lalu dibuat sediaan gel dispersi padat ibuprofen-PEG 6000. Uji pelepasan zat dilakukan dengan menggunakan alat sel difusi franz dengan membran selofan, kemudian dilakukan penentuan formula optimum berdasarkan counterplot yang diperoleh dari Design Expert 10.0.1 trial version dengan parameter titik kritis daya lekat, viskositas dan penetrasi zat. Hasil penelitian menunjukan bahwa karbopol dan gliserin mempengaruhi mutu fisik dan pelepasan obat dalam sediaan gel. Gliserin lebih mempengaruhi pelepasan obat. Proporsi karbopol 1,011% dan gliserin 7,489% menghasilkan formula optimum dengan mutu fisik dan pelepasan obat paling baik.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81930853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hepatitis A adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Jumlah kasus hepatitis A pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2017 - Juni 2019 sebanyak 110 pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien hepatitis A meliputi karakteristik dan pengobatan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan analisis deskriptif, dengan mengumpulkan informasi data melalui catatan rekam medik pasien hepatitis A yang didiagnosa periode Januari 2017 - Juni 2019. Parameter yang digunakan adalah persentase dari karakteristik pasien hepatitis A dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis penyakit penyerta dan gambaran pengobatan pasien hepatitis A meliputi jenis dan jumlah obat yang digunakan, jenis dan jumlah cairan infus yang digunakan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa persentase berdasarkan usia pasien penderita terbanyak rentang usia ≥ 56 tahun (30,91%), persentase berdasarkan jenis kelamin terbanyak laki-laki (55%), persentase berdasarkan jenis penyakit penyerta terbanyak jenis penyakit thypoid (53,33%), persentase berdasarkan penggunaan obat yang banyak digunakan yaitu curcuma (12,37%), dan persentase berdasarkan penggunaan cairan infus terbanyak yaitu ringer asetat (58,78%).
{"title":"GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT PADA HEPATITIS A PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI PERIODE JANUARI 2017 – JUNI 2019","authors":"Listiana Hidayati, T. D. Anggraini","doi":"10.37013/JF.V9I1.97","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.97","url":null,"abstract":"Hepatitis A adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Jumlah kasus hepatitis A pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri selama tahun 2017 - Juni 2019 sebanyak 110 pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien hepatitis A meliputi karakteristik dan pengobatan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan analisis deskriptif, dengan mengumpulkan informasi data melalui catatan rekam medik pasien hepatitis A yang didiagnosa periode Januari 2017 - Juni 2019. Parameter yang digunakan adalah persentase dari karakteristik pasien hepatitis A dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis penyakit penyerta dan gambaran pengobatan pasien hepatitis A meliputi jenis dan jumlah obat yang digunakan, jenis dan jumlah cairan infus yang digunakan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa persentase berdasarkan usia pasien penderita terbanyak rentang usia ≥ 56 tahun (30,91%), persentase berdasarkan jenis kelamin terbanyak laki-laki (55%), persentase berdasarkan jenis penyakit penyerta terbanyak jenis penyakit thypoid (53,33%), persentase berdasarkan penggunaan obat yang banyak digunakan yaitu curcuma (12,37%), dan persentase berdasarkan penggunaan cairan infus terbanyak yaitu ringer asetat (58,78%).","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"100 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79294416","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Zat pemanis ini merupakan suatu senyawa yang secara sengaja ditambahkan dan digunakan untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pegawet, memperbaiki sifat-sifat kimia dan sumber kalori bagi tubuh. Zat pemanis ada dua jenis yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Produsen minuman dan pangan seperti produsen bubble drink lebih memilih untuk menggunakan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami karena harga lebih murah dan tingkat kemanisan pemanis buatan lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat jika dikonsumsi secara berlebih dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan seperti penyakit saraf, hipertensi, dan kanker otak.Jenis penelitian adalah ekperimental dengan purposive sampling. 25 sampel diperoleh dari penjual bubble drink yang berada di 5 kecamatan yang dijual di kota Surakarta. Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia STIKES Nasional. Uji kualitatif yang digunakan menggunakan rapid test kit sakarin dan siklamat. Hasil uji kualitatif pada 25 sampel menggunakan rapid test kit menunjukkkan hasil negatif, tidak ditemukan adanya pemanis sakarin dan siklamat.
{"title":"ANALISIS ZAT PEMANIS SAKARIN DAN SIKLAMAT PADA MINUMAN BUBBLE DRINK YANG DIJUAL DI KOTA SURAKARTA","authors":"W. Wimpy, Tri Harningsih, Tatiana Siska Wardani","doi":"10.37013/JF.V9I1.98","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.98","url":null,"abstract":"Zat pemanis ini merupakan suatu senyawa yang secara sengaja ditambahkan dan digunakan untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pegawet, memperbaiki sifat-sifat kimia dan sumber kalori bagi tubuh. Zat pemanis ada dua jenis yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Produsen minuman dan pangan seperti produsen bubble drink lebih memilih untuk menggunakan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami karena harga lebih murah dan tingkat kemanisan pemanis buatan lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat jika dikonsumsi secara berlebih dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan seperti penyakit saraf, hipertensi, dan kanker otak.Jenis penelitian adalah ekperimental dengan purposive sampling. 25 sampel diperoleh dari penjual bubble drink yang berada di 5 kecamatan yang dijual di kota Surakarta. Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia STIKES Nasional. Uji kualitatif yang digunakan menggunakan rapid test kit sakarin dan siklamat. Hasil uji kualitatif pada 25 sampel menggunakan rapid test kit menunjukkkan hasil negatif, tidak ditemukan adanya pemanis sakarin dan siklamat.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74204867","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sun Protection Factor atau SPF didefinisikan sebagai perbandingan antara banyaknya energi sinar surya (dalam hal ini UV-B) yang dibutuhkan untuk menimbulkan eritema minimal pada kulit yang dilindungi tabir surya dengan yang tidak dilindungi tabir surya. Bunga rosela mengandung flavonoid, antosian, dan polifenol. Senyawa flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV-A maupun UV-B sehingga mengurangi intensitas pada kulit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai SPF dari fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari bunga rosela. Dan diketahui fraksi yang mempunyai nilai SPF tertinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai tabir surya. Bunga rosela dibuat ekstrak kemudian difraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Fraksi yang dihasilkan berupa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air serta ekstrak tersebut diukur nilai SPF nya. Pengukuran SPF dapat dilakukan secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometri UV- Vis. Pengujian secara in vitro berguna untuk tes pendahuluan dalam proses pengembangan produk tabir surya.Nilai SPF dari ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari ekstrak bunga rosela yaitu berturut-turut 6,63±0,23; 10,11±0,61; 13,83±1,50; 11,15±0,47. Fraksi etil asetat adalah fraksi yang mempunyai nilai SPF tertinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai tabir surya.
{"title":"UJI PENENTUAN NILAI SPF (Sun Protection Factor) FRAKSI BUNGA ROSELA (Hibiscus Sabdariffa L.) SEBAGAI ZAT AKTIF TABIR SURYA","authors":"Vivin Nopiyanti, S. Aisiyah","doi":"10.37013/JF.V9I1.99","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.99","url":null,"abstract":"Sun Protection Factor atau SPF didefinisikan sebagai perbandingan antara banyaknya energi sinar surya (dalam hal ini UV-B) yang dibutuhkan untuk menimbulkan eritema minimal pada kulit yang dilindungi tabir surya dengan yang tidak dilindungi tabir surya. Bunga rosela mengandung flavonoid, antosian, dan polifenol. Senyawa flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV-A maupun UV-B sehingga mengurangi intensitas pada kulit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai SPF dari fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari bunga rosela. Dan diketahui fraksi yang mempunyai nilai SPF tertinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai tabir surya. Bunga rosela dibuat ekstrak kemudian difraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Fraksi yang dihasilkan berupa fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air serta ekstrak tersebut diukur nilai SPF nya. Pengukuran SPF dapat dilakukan secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometri UV- Vis. Pengujian secara in vitro berguna untuk tes pendahuluan dalam proses pengembangan produk tabir surya.Nilai SPF dari ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari ekstrak bunga rosela yaitu berturut-turut 6,63±0,23; 10,11±0,61; 13,83±1,50; 11,15±0,47. Fraksi etil asetat adalah fraksi yang mempunyai nilai SPF tertinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai tabir surya.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79950712","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sirosis hati merupakan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Berdasarkan profil kesehatan DIY tahun 2008, sirosis hati masuk dalam sepuluh besar penyebab kematian tertinggi di Provinsi DIY dengan prevalensi 1,87% pada urutan kesembilan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peresepan pasien sirosis hati di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Waluyo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh, yaitu semua anggota dari populasi data rekam medik pasien yang didiagnosis sirosis hati di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Waluyo, dijadikan sebagai sampel dengan tetap memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu pasien sirosis hati dari poliklinik internis dengan atau tanpa komplikasi, memiliki data jelas, lengkap dan pada data rekam mediknya minimal memuat data nama, umur, jenis kelamin, diagnosa, terapi dan tanpa komplikasi HIV dan onkologi, yaitu sebanyak 61 lembar rekam medik. Berdasarkan hasil penelitian selama tahun 2019 didapatkan pasien laki-laki sebanyak 55,74% dan perempuan 44,26%. Penyakit penyerta komplikasi pada pasien sirosis hati adalah asites sebanyak 39,34%, hipertensi porta sebanyak 19,67%, varises esofagus 11,48%, ensefalopati hati 3,28%. Pasien mendapat terapi obat tunggal yaitu propranolol dan spironolactone masing-masing sebanyak 1,64%, dan mendapat terapi kombinasi kombinasi 2 obat paling banyak yaitu propranolol+curcuma sebanyak 19,67%, dan mendapat kombinasi lebih dari 2 obat paling banyak yaitu propranolol+spironolactone+curcuma sebanyak 11,47%.
{"title":"GAMBARAN PERESEPAN PASIEN SIROSIS HATI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA","authors":"Endah Sulistyoningrum, Lusia Murtisiwi","doi":"10.37013/JF.V9I1.96","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.96","url":null,"abstract":"Sirosis hati merupakan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Berdasarkan profil kesehatan DIY tahun 2008, sirosis hati masuk dalam sepuluh besar penyebab kematian tertinggi di Provinsi DIY dengan prevalensi 1,87% pada urutan kesembilan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peresepan pasien sirosis hati di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Waluyo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh, yaitu semua anggota dari populasi data rekam medik pasien yang didiagnosis sirosis hati di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Waluyo, dijadikan sebagai sampel dengan tetap memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu pasien sirosis hati dari poliklinik internis dengan atau tanpa komplikasi, memiliki data jelas, lengkap dan pada data rekam mediknya minimal memuat data nama, umur, jenis kelamin, diagnosa, terapi dan tanpa komplikasi HIV dan onkologi, yaitu sebanyak 61 lembar rekam medik. Berdasarkan hasil penelitian selama tahun 2019 didapatkan pasien laki-laki sebanyak 55,74% dan perempuan 44,26%. Penyakit penyerta komplikasi pada pasien sirosis hati adalah asites sebanyak 39,34%, hipertensi porta sebanyak 19,67%, varises esofagus 11,48%, ensefalopati hati 3,28%. Pasien mendapat terapi obat tunggal yaitu propranolol dan spironolactone masing-masing sebanyak 1,64%, dan mendapat terapi kombinasi kombinasi 2 obat paling banyak yaitu propranolol+curcuma sebanyak 19,67%, dan mendapat kombinasi lebih dari 2 obat paling banyak yaitu propranolol+spironolactone+curcuma sebanyak 11,47%.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81129136","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ulasan mengenai kualitas air dari hasil penelitian di Pulau Jawa dan Kalimantan telah dilakukan untuk mendapatkan ilustrasi mengenai tingkat pencemaran air (air minum isi ulang, air PDAM, dan air sumur) oleh bakteri Coliform. Data diperoleh dari sumber sekunder berupa hasil penelitian dari beberapa daerah di Pulau Jawa dan Kalimantan. Hasil perbandingan kualitas air dari kedua pulau disajikan dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil yang ada, tingkat pencemaran air di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan Pulau Kalimantan. Persentase rata-rata cemaran Coliform pada air di Pulau Jawa yaitu 61,42% dan hanya sebesar 42,26% di Pulau Kalimantan. Tingginya persentase cemaran air oleh bakteri Coliform di Pulau Jawa dikarenakan Pulau Jawa memiliki keberadaan sumber pencemar yang lebih tinggi. Keberadaan sumber Coliform dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan perumahan serta produksi sampah organik.
{"title":"PERBANDINGAN KUALITAS AIR DI PULAU JAWA DAN KALIMANTAN (REVIEW JURNAL)","authors":"Rida Yuliani, Witiyasti Imaningsih","doi":"10.37013/JF.V9I1.101","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.101","url":null,"abstract":"Ulasan mengenai kualitas air dari hasil penelitian di Pulau Jawa dan Kalimantan telah dilakukan untuk mendapatkan ilustrasi mengenai tingkat pencemaran air (air minum isi ulang, air PDAM, dan air sumur) oleh bakteri Coliform. Data diperoleh dari sumber sekunder berupa hasil penelitian dari beberapa daerah di Pulau Jawa dan Kalimantan. Hasil perbandingan kualitas air dari kedua pulau disajikan dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil yang ada, tingkat pencemaran air di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan Pulau Kalimantan. Persentase rata-rata cemaran Coliform pada air di Pulau Jawa yaitu 61,42% dan hanya sebesar 42,26% di Pulau Kalimantan. Tingginya persentase cemaran air oleh bakteri Coliform di Pulau Jawa dikarenakan Pulau Jawa memiliki keberadaan sumber pencemar yang lebih tinggi. Keberadaan sumber Coliform dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan perumahan serta produksi sampah organik.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"124 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87968637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Valentina Ayuk Armadani, Siti Aisiyah, Ilham Kuncahyo
Verapamil HCl merupakan penghambat kanal Ca2+ untuk terapi hipertensi dan angina pectoris. Verapamil HCl memiliki bioavabilitas 10-20% dan waktu paruh 4 jam sehingga dapat dibuat sediaan gastroretentive untuk mempertahankan kadar terapi obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh matriks pektin dan HPMC K15M terhadap kemampuan mengapung, mengembang dan pelepasan obat pada tablet floating verapamil HCl.Penelitian ini menggunakan empat formula variasi konsentrasi matriks pektin dan HPMC K15M dengan metode kempa langsung kemudian dilakukan pengujian terhadap sifat fisik serbuk dan tablet. Pengaruh dan interaksi antara pektin dan HPMC K15M ditentukan dengan metode factorial design menggunakan software Design Expert.Matriks pektin dan HPMC K15M memberikan pengaruh terhadap kemampuan mengapung, mengembang dan pelepasan obat dari tablet floating verapamil HCl. HPMC K15M berpengaruh dominan terhadap floating lag time yang lebih cepat dan floating time yang lebih lama. Peningkatan HPMC K15M dan pektin menurunkan jumlah pelepasan di awal dan kecepatan pelepasan obat, serta meningkatkan kemampuan mengembang. Kombinasi pektin dan HPMC K15 M (1,5:1) mempunyai floating lag time cepat, floating time lama, dan kemampuan mengembang paling besar serta mengikuti orde nol.
{"title":"PENGARUH MATRIKS PEKTIN DAN HPMC K15M TERHADAP DAYA MENGAPUNG DAN MENGEMBANG SERTA DISOLUSI PADA TABLET FLOATING VERAPAMIL HCl DENGAN METODE FACTORIAL DESIGN","authors":"Valentina Ayuk Armadani, Siti Aisiyah, Ilham Kuncahyo","doi":"10.37013/JF.V9I1.100","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V9I1.100","url":null,"abstract":"Verapamil HCl merupakan penghambat kanal Ca2+ untuk terapi hipertensi dan angina pectoris. Verapamil HCl memiliki bioavabilitas 10-20% dan waktu paruh 4 jam sehingga dapat dibuat sediaan gastroretentive untuk mempertahankan kadar terapi obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh matriks pektin dan HPMC K15M terhadap kemampuan mengapung, mengembang dan pelepasan obat pada tablet floating verapamil HCl.Penelitian ini menggunakan empat formula variasi konsentrasi matriks pektin dan HPMC K15M dengan metode kempa langsung kemudian dilakukan pengujian terhadap sifat fisik serbuk dan tablet. Pengaruh dan interaksi antara pektin dan HPMC K15M ditentukan dengan metode factorial design menggunakan software Design Expert.Matriks pektin dan HPMC K15M memberikan pengaruh terhadap kemampuan mengapung, mengembang dan pelepasan obat dari tablet floating verapamil HCl. HPMC K15M berpengaruh dominan terhadap floating lag time yang lebih cepat dan floating time yang lebih lama. Peningkatan HPMC K15M dan pektin menurunkan jumlah pelepasan di awal dan kecepatan pelepasan obat, serta meningkatkan kemampuan mengembang. Kombinasi pektin dan HPMC K15 M (1,5:1) mempunyai floating lag time cepat, floating time lama, dan kemampuan mengembang paling besar serta mengikuti orde nol.","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"81 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84122637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, yaitu perubahan fisik karena bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Remaja putri merupakan salah satu golongan yang rawan menderita anemia gizi besi karena mengalami menstruasi atau haid berkala yang mengeluarkan zat besi setiap bulan. Salah satu teknik untuk relaksasi adalah teknik PMR Jacobson. PMR menurut Jacobson adalah suatu keterampilan yang dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan serta menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada subjek diluar dirinya. PMR ini digunakan untuk mengurangi rasa cemas, stres, atau ketegangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian metode progressive muscle relaxation exercise terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian studi pre-eksperimental menggunakan rancangan one grup pretest-posstest design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Sampel penelitian yaitu remaja yang berjumlah 90 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon test dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian mendapatkan jumlah responden terbanyak adalah rombongan belajar 10 dengan jumlah 32 responden (35,6%), jumlah responden rombongan belajar 11 berjumlah 30 responden (33,3%) dan yang paling sedikit adalah rombongan belajar 12 dengan jumlah 28 responden (31,1%). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian metode progressive muscle relaxation exercise terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri (p<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa progressive muscle relaxation exercise dapat meningkatkan pengaruh kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Aktivitas fisik tersebut dapat mempengaruhi kadar hemoglobin karena zat gizi yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dibantu prosesnya untuk pembentukan hemoglobin (Hb).
{"title":"Pemberian Metode Progressive Muscle Relaxation Exercise Terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri","authors":"Binuko Amarseto, Lilik Ariyanti, Almas Awanis","doi":"10.37013/JF.V1I8.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/JF.V1I8.78","url":null,"abstract":"Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, yaitu perubahan fisik karena bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Remaja putri merupakan salah satu golongan yang rawan menderita anemia gizi besi karena mengalami menstruasi atau haid berkala yang mengeluarkan zat besi setiap bulan. Salah satu teknik untuk relaksasi adalah teknik PMR Jacobson. PMR menurut Jacobson adalah suatu keterampilan yang dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan serta menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada subjek diluar dirinya. PMR ini digunakan untuk mengurangi rasa cemas, stres, atau ketegangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian metode progressive muscle relaxation exercise terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian studi pre-eksperimental menggunakan rancangan one grup pretest-posstest design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Sampel penelitian yaitu remaja yang berjumlah 90 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon test dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian mendapatkan jumlah responden terbanyak adalah rombongan belajar 10 dengan jumlah 32 responden (35,6%), jumlah responden rombongan belajar 11 berjumlah 30 responden (33,3%) dan yang paling sedikit adalah rombongan belajar 12 dengan jumlah 28 responden (31,1%). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian metode progressive muscle relaxation exercise terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri (p<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa progressive muscle relaxation exercise dapat meningkatkan pengaruh kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Aktivitas fisik tersebut dapat mempengaruhi kadar hemoglobin karena zat gizi yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dibantu prosesnya untuk pembentukan hemoglobin (Hb).","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"70 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77400100","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractDiabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia, berhubungan dengan penurunan ekspresi GLUT-2 di pankreas dan peningkatan ekspresi GLUT-2 di hati. Daun sirih merah bermanfaat untuk pengobatan DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihiperglikemi, peningkatan ekspresi GLUT-2 di pankreas, dan penurunannya di hati dari ekstrak etanol daun sirih merah pada tikus yang diinduksi streptozotosin-nikotinamida. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar, dibagi secara acak menjadi lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, Ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb. Pemberian STZ-NA hari ke-0, diukur kadar glukosa hari ke-5 selanjutnya diberi perlakuan selama 14 hari. Parameter yang diukur ekspresi GLUT-2 di pankreas dan di hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian ekstrak etanol daun sirih merah selama 14 hari secara kualitatif mampu meningkatkan ekspresi GLUT-2 dengan nilai pada kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, EEDSM 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb berturut-turut adalah 100%, 32,31%, 67,67%, 52,73% dan 60,01%. Pemberian EEDSM secara kualitatif mampu menurunkan ekspresi GLUT-2 di sel hati dengan nilai pada kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, EEDSM 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb berturut-turut adalah 13,21%, 100%, 52,05%, 87,08%, dan 78, 09%.
{"title":"Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Ekspresi Glukosa Transporter 2 Pada Hati dan Pankreas yang Diinduksi Streptozotocin-Nikotinamida","authors":"Eka Wisnu Kusuma, Rina Herowati, Arief Nurrochmad","doi":"10.37013/jf.v6i1.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v6i1.40","url":null,"abstract":"AbstractDiabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia, berhubungan dengan penurunan ekspresi GLUT-2 di pankreas dan peningkatan ekspresi GLUT-2 di hati. Daun sirih merah bermanfaat untuk pengobatan DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihiperglikemi, peningkatan ekspresi GLUT-2 di pankreas, dan penurunannya di hati dari ekstrak etanol daun sirih merah pada tikus yang diinduksi streptozotosin-nikotinamida. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar, dibagi secara acak menjadi lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, Ekstrak etanol daun sirih merah (EEDSM) 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb. Pemberian STZ-NA hari ke-0, diukur kadar glukosa hari ke-5 selanjutnya diberi perlakuan selama 14 hari. Parameter yang diukur ekspresi GLUT-2 di pankreas dan di hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian ekstrak etanol daun sirih merah selama 14 hari secara kualitatif mampu meningkatkan ekspresi GLUT-2 dengan nilai pada kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, EEDSM 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb berturut-turut adalah 100%, 32,31%, 67,67%, 52,73% dan 60,01%. Pemberian EEDSM secara kualitatif mampu menurunkan ekspresi GLUT-2 di sel hati dengan nilai pada kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, EEDSM 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb berturut-turut adalah 13,21%, 100%, 52,05%, 87,08%, dan 78, 09%. ","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83103479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T. D. Anggraini, Eka Wisnu Kusuma, Deswinda Diandari
AbstrackHipertensi merupakan masalah utama kesehatan publik di seluruh dunia dan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler tersering. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas sebesar 29,8%. Data epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan meningkatkan kejadian kardiovaskuler, sehingga hipertensi harus diobati dengan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 terhadap keberhasilan terapi hipertensi di RS Panti Waluyo Surakarta tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian cohortdimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari catatan rekam medik pasien hipertensi rawat inap pada tahun 2016. Setelah diperoleh sampel maka akan dianalisis pola penggunaan antihipertensi serta rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 dianalisis secara diskriptif, pengaruh rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 terhadap keberhasilan terapi (dilihat dari tercapainya target tekanan darah pasien) dianalisis secara statistik menggunakan Chi-square. Hasil penelitian, 84 pasien mendapatkan terapi hipertensi yang rasional sesuai dengan guideline JNC 8 dan 16 pasien mendapatkan terapi hipertensi yang tidak rasional dengan guideline JNC 8. Pola obat antihipertensi, 52 pasien diresepkan obat antihipertensi tunggal, 43 pasien kombinasi 2 obat antihipertensi, selebihnya pasien diresepkan lebih dari 2 antihipertensi. Keberhasilan terapi, 65 pasien dari 84 pasien yang mendapatkan terapi hipertensi yang rasional mampu mencapai target tekanan darah sehingga terapi dikatakan berhasil. Ada hubungan yang signifikan antara rasionalitas terapi hipertensi dengan guideline JNC 8 terhadap ketercapaian keberhasilan terapi (p<0,05).
{"title":"Pengaruh Rasionalitas Penggunaan Antihipertensi dengan Standart Guideline JNC 8 Terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di RS Panti Waluyo Surakarta","authors":"T. D. Anggraini, Eka Wisnu Kusuma, Deswinda Diandari","doi":"10.37013/jf.v6i1.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.37013/jf.v6i1.39","url":null,"abstract":"AbstrackHipertensi merupakan masalah utama kesehatan publik di seluruh dunia dan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler tersering. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas sebesar 29,8%. Data epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan meningkatkan kejadian kardiovaskuler, sehingga hipertensi harus diobati dengan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 terhadap keberhasilan terapi hipertensi di RS Panti Waluyo Surakarta tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian cohortdimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari catatan rekam medik pasien hipertensi rawat inap pada tahun 2016. Setelah diperoleh sampel maka akan dianalisis pola penggunaan antihipertensi serta rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 dianalisis secara diskriptif, pengaruh rasionalitas penggunaan antihipertensi dengan standar guideline JNC 8 terhadap keberhasilan terapi (dilihat dari tercapainya target tekanan darah pasien) dianalisis secara statistik menggunakan Chi-square. Hasil penelitian, 84 pasien mendapatkan terapi hipertensi yang rasional sesuai dengan guideline JNC 8 dan 16 pasien mendapatkan terapi hipertensi yang tidak rasional dengan guideline JNC 8. Pola obat antihipertensi, 52 pasien diresepkan obat antihipertensi tunggal, 43 pasien kombinasi 2 obat antihipertensi, selebihnya pasien diresepkan lebih dari 2 antihipertensi. Keberhasilan terapi, 65 pasien dari 84 pasien yang mendapatkan terapi hipertensi yang rasional mampu mencapai target tekanan darah sehingga terapi dikatakan berhasil. Ada hubungan yang signifikan antara rasionalitas terapi hipertensi dengan guideline JNC 8 terhadap ketercapaian keberhasilan terapi (p<0,05). ","PeriodicalId":17954,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy)","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87454199","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}