Mohammad Faizal Ulkhaq, S.Pi., M.Si, D. Budi, Syarifa Bintang Maharani, Boedi Setya Rahardja
Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan ekonomis penting, namun memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GR, SGR, Efisiensi pakan dan FCR dari Anguilla bicolor yang diberi pakan tambahan enzim bromealin. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan diuji lanjut Duncan (DMRT). Enzim bromealin berpenggaruh nyata terhadap fcr dan efisiensi pakan. Namun, tidak signifikan pengaruhnya terhadap parameter GR dan SGR. Perlakuan terbaik pada penelitian ini terdapat pada P4 dengan hasil GR 0,38 ± 0,03 g/hari, SGR 0,95 ± 0,03 %/hari, FCR 1,97 ± 0,15 dan EPP 50,9 ± 4,17%.
sidat (Anguilla bicolor)是一种重要的经济鱼类,但生长速度较慢。本研究的目的是确定额外喂养bromealin酶的盎格鲁白藜芦醇、SGR、饲料效率和FCR的价值。使用的方法是随机设计(RAL),并对95%的信任度进行分析,进一步测试了Duncan (d捷尔)。溴化酶对fcr和饲料效率非常具有感染性。然而,这对GR和SGR参数没有明显影响。最好的待遇,这项研究的结果在于P4 GR 0.38±0.03 g /天,SGR 0.95±0.03 % -一天,FCR 1,97±0,15和EPP 50,9±4,17%。
{"title":"Pengaruh Suplementasi Enzim Bromelain Terhadap Performa Pertumbuhan Belut (Anguilla Bicolor)","authors":"Mohammad Faizal Ulkhaq, S.Pi., M.Si, D. Budi, Syarifa Bintang Maharani, Boedi Setya Rahardja","doi":"10.31093/joas.v8i1.274","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.274","url":null,"abstract":"Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan ekonomis penting, namun memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GR, SGR, Efisiensi pakan dan FCR dari Anguilla bicolor yang diberi pakan tambahan enzim bromealin. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan diuji lanjut Duncan (DMRT). Enzim bromealin berpenggaruh nyata terhadap fcr dan efisiensi pakan. Namun, tidak signifikan pengaruhnya terhadap parameter GR dan SGR. Perlakuan terbaik pada penelitian ini terdapat pada P4 dengan hasil GR 0,38 ± 0,03 g/hari, SGR 0,95 ± 0,03 %/hari, FCR 1,97 ± 0,15 dan EPP 50,9 ± 4,17%.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115939861","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan komoditas ekspor dan impor yang potensial. Beberapa strain ikan cupang yang massif dibudidayakan yakni halfmoon, crown tail, double tail dan plakat. Kami melakukan penelitian menggunakan metode observasi dengan mengamati empat strain ikan cupang dengan 5 ulangan. Keempat strain ikan tersebut dipijahkan dan akan dibedah untuk pengambilan gonad pada ikan cupang betinanya. Parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu tingkat fekunditas, diameter telur, fertilitas, dan daya tetas. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan uji lanjut jarak berganda Duncan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui hasil pemijahan ikan cupang dan pembedahan gonad pada strain ikan cupang yang berbeda ini menunjukan terdapat perbedaan nyata pada fekunditas ikan (P < 0,05). Akan tetapi, diameter telur, fertilitas dan daya tetas tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0,05). Setiap strain Betta splendes meniliki kelebihan masing masing baik fekunditas, fertilitas, hatching rate dan ukuran telur.
{"title":"Fekunditas, Diameter Telur, Persentase Fertilitas, Dan Daya Tetas Pada Strain Ikan Cupang (Betta Splendens) Yang Berbeda","authors":"Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si, Dian Pebianti, Akhmad Taufiq Mukti, Laksmi Sulmartiwi, Lailatul Lutfiyah, Mohammad Faizal Ulkhaq","doi":"10.31093/joas.v8i1.273","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.273","url":null,"abstract":"Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan komoditas ekspor dan impor yang potensial. Beberapa strain ikan cupang yang massif dibudidayakan yakni halfmoon, crown tail, double tail dan plakat. Kami melakukan penelitian menggunakan metode observasi dengan mengamati empat strain ikan cupang dengan 5 ulangan. Keempat strain ikan tersebut dipijahkan dan akan dibedah untuk pengambilan gonad pada ikan cupang betinanya. Parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu tingkat fekunditas, diameter telur, fertilitas, dan daya tetas. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan uji lanjut jarak berganda Duncan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui hasil pemijahan ikan cupang dan pembedahan gonad pada strain ikan cupang yang berbeda ini menunjukan terdapat perbedaan nyata pada fekunditas ikan (P < 0,05). Akan tetapi, diameter telur, fertilitas dan daya tetas tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0,05). Setiap strain Betta splendes meniliki kelebihan masing masing baik fekunditas, fertilitas, hatching rate dan ukuran telur.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122441784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Rikky, Dwitha Nirmala, Rahayu Kusdarwati, Pamela
The comparison of the concentration of Kappaphycus alvarezii seaweed is estimated to affect the total bacteria and yeast during the kombucha production process. The carbohydrate content in seaweed can be one of the factors for the formation of nata as a parameter for the success of making kombucha, as well as its effect on nutrition for bacterial and yeast growth. This study aims to determine the effect of comparing the concentration of seaweed on the total bacteria and yeast kombucha Kappaphycus alvarezii. The method used in this study is an experimental method with a completely randomized design (CRD) with six treatments and 4 replications. The results of this study indicate that the comparison of the concentration of Kappaphycus alvarezii seaweed affects the total bacteria and yeast during the kombucha making process. The total bacteria test showed that the total bacteria increased until the 3rd day and the highest total yield was found in the control treatment, which was 1,6x107 CFU/ml on the 3rd day. Then the total yeast also increased until the 3rd day and the highest yield was found in the control treatment of 2,3x107 CFU/ml.
{"title":"Comparison Effects of Seaweed Concentrations on Total Bacteria and Yeast Kombucha (Kappaphycus Alvarezii) During the Production Process","authors":"R. Rikky, Dwitha Nirmala, Rahayu Kusdarwati, Pamela","doi":"10.31093/joas.v8i1.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.261","url":null,"abstract":"The comparison of the concentration of Kappaphycus alvarezii seaweed is estimated to affect the total bacteria and yeast during the kombucha production process. The carbohydrate content in seaweed can be one of the factors for the formation of nata as a parameter for the success of making kombucha, as well as its effect on nutrition for bacterial and yeast growth. This study aims to determine the effect of comparing the concentration of seaweed on the total bacteria and yeast kombucha Kappaphycus alvarezii. The method used in this study is an experimental method with a completely randomized design (CRD) with six treatments and 4 replications. The results of this study indicate that the comparison of the concentration of Kappaphycus alvarezii seaweed affects the total bacteria and yeast during the kombucha making process. The total bacteria test showed that the total bacteria increased until the 3rd day and the highest total yield was found in the control treatment, which was 1,6x107 CFU/ml on the 3rd day. Then the total yeast also increased until the 3rd day and the highest yield was found in the control treatment of 2,3x107 CFU/ml.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123168559","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tingginya minat konsumen pada ikan hias seperti ikan maskoki menyebabkan para budidaya berusaha untuk memenuhi produksi setinggi-tingginya sehingga muncul kegiatan budidaya skala besar yang diiringi dengan timbulnya masalah akibat ketidakseimbangan antara inang, lingkungan dan penyakit seperti Patogen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian Whole Cell Lernaea sebagai bahan pengembangan imunostimulan sebagai upaya pencegahan pada serangan patogen di dalam budidaya perikanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yaitu faktor A adalah dosis Whole cell Lernaea yang berbeda dan faktor B yaitu lama pemeliharaan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah ikan maskoki tertinggi terjadi pada perlakuan 0 ppm dihari ke-0 dengan rentang antara 53.60-87.60 mg/dL dan terendah pada perlakuan 5 ppm di hari ke-21 dengan rentang antara 44.20-86.60 mg/dL. Infestasi ektoparasit Ichthyobodo spp. terjadi dihari ke 0 dan 14 dengan dosis 0 ppm yaitu sekitar 2-3 ind/ekor berbeda dengan pemberian dosis 5 ppm selama pemeliharan 21 hari tidak terdapat kasus Ikan Maskoki yang terserang Ektoparasit. Terdapat interaksi antara dosis dan lama pemeliharaan terhadap kadar glukosa darah ikan maskoki yang diberi suspensi Whole cell lernaea sedangkan tidak terdapat interaksi pada infestasi ektoparasit flagellta. Perlakuan terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal yaitu pemberian suspense Whole Cell Lernaea dengan dosis 5 ppm dan waktu pemeliharaan 21 hari.
{"title":"Kadar Glukosa Darah dan Infestasi Ektoparasit Flagellata pada Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) yang diberi Suspensi Whole Cell Lernaea dengan Dosis dan Waktu Pemeliharaan yang Berbeda","authors":"Netty Sreani, Laksmi Sulmartiwi, Gunanti mahasri","doi":"10.31093/joas.v8i1.241","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.241","url":null,"abstract":"Tingginya minat konsumen pada ikan hias seperti ikan maskoki menyebabkan para budidaya berusaha untuk memenuhi produksi setinggi-tingginya sehingga muncul kegiatan budidaya skala besar yang diiringi dengan timbulnya masalah akibat ketidakseimbangan antara inang, lingkungan dan penyakit seperti Patogen. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian Whole Cell Lernaea sebagai bahan pengembangan imunostimulan sebagai upaya pencegahan pada serangan patogen di dalam budidaya perikanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yaitu faktor A adalah dosis Whole cell Lernaea yang berbeda dan faktor B yaitu lama pemeliharaan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah ikan maskoki tertinggi terjadi pada perlakuan 0 ppm dihari ke-0 dengan rentang antara 53.60-87.60 mg/dL dan terendah pada perlakuan 5 ppm di hari ke-21 dengan rentang antara 44.20-86.60 mg/dL. Infestasi ektoparasit Ichthyobodo spp. terjadi dihari ke 0 dan 14 dengan dosis 0 ppm yaitu sekitar 2-3 ind/ekor berbeda dengan pemberian dosis 5 ppm selama pemeliharan 21 hari tidak terdapat kasus Ikan Maskoki yang terserang Ektoparasit. Terdapat interaksi antara dosis dan lama pemeliharaan terhadap kadar glukosa darah ikan maskoki yang diberi suspensi Whole cell lernaea sedangkan tidak terdapat interaksi pada infestasi ektoparasit flagellta. Perlakuan terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal yaitu pemberian suspense Whole Cell Lernaea dengan dosis 5 ppm dan waktu pemeliharaan 21 hari.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123099766","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sulfah Salnida Dewi, Salnida Yuniarti Lumbessy, Dewi Putri Lestari
Salah satu faktor dalam kegiatan budidaya yang mempengaruhi produksi dan proses pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata) adalah molting. Terdapat beberapa teknik yang telah dikembangkan untuk mempercepat molting kepiting bakau yaitu ablasi, mutilasi dan suplementasi. Salah satu bentuk suplemetasi adalah melalui pemanfaatan daun murbei pada pakan kepiting bakau. Penelitian ini dilaksanakan ditambak tradisional Desa Bugis, Kecematan Sape, Kabupaten Bima selama 60 hari. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan, yaitu perlakuan kontrol/ikan rucah (P1), fermentasi daun murbei 20% (P2), 25% (P3), 30% (P4), dan 40% (P5). Penambahan fermentasi daun murbei (Morus spp.) pada pakan tidak mempengaruhi molting dan pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata). Pemberian konsentrasi fermentasi daun murbei 25% (P3) pada pakan memberikan memberikan rata-rata molting awal yang lebih cepat. Pada 10 hari pertama masa pemeliharaan serta rata-rata frekuensi dan persentase molting tertinggi yaitu berturut-turut 37 ekor dan 41%.
{"title":"Pengaruh Penambahan Fermentasi Daun Murbei (Morus spp.) Dalam Formulasi Pakan untuk Menstimulasi Molting Kepiting Bakau (Scylla serrata)","authors":"Sulfah Salnida Dewi, Salnida Yuniarti Lumbessy, Dewi Putri Lestari","doi":"10.31093/joas.v8i1.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.201","url":null,"abstract":"Salah satu faktor dalam kegiatan budidaya yang mempengaruhi produksi dan proses pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata) adalah molting. Terdapat beberapa teknik yang telah dikembangkan untuk mempercepat molting kepiting bakau yaitu ablasi, mutilasi dan suplementasi. Salah satu bentuk suplemetasi adalah melalui pemanfaatan daun murbei pada pakan kepiting bakau. Penelitian ini dilaksanakan ditambak tradisional Desa Bugis, Kecematan Sape, Kabupaten Bima selama 60 hari. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan, yaitu perlakuan kontrol/ikan rucah (P1), fermentasi daun murbei 20% (P2), 25% (P3), 30% (P4), dan 40% (P5). Penambahan fermentasi daun murbei (Morus spp.) pada pakan tidak mempengaruhi molting dan pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata). Pemberian konsentrasi fermentasi daun murbei 25% (P3) pada pakan memberikan memberikan rata-rata molting awal yang lebih cepat. Pada 10 hari pertama masa pemeliharaan serta rata-rata frekuensi dan persentase molting tertinggi yaitu berturut-turut 37 ekor dan 41%.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131130960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arif fitra, Mohammad Hilmi Maulana, Darmawan Setia Budi, Agustono
The high demand for catfish motivates farmers to increase production by stocking at a high density. The stress response caused by stocking density, which has an effect on fish growth and survival, is one of the challenges associated with catfish farming with high stocking levels. This issue can be resolved by supplementing catfish feed with vitamin E to stimulate growth. This study aims to determine the effect of vitamin E supplementation on catfish growth, feed efficiency, and survival. This study employs the RAL method with five treatments, including feeding catfish seeds with vitamin E levels of 0 mg/kg feed (P1), 50 mg/kg feed (P2), 100 mg/kg feed (P3), 150 mg/kg feed (P4), and 200 mg/kg feed (P5), with each treatment repeated four times. Adding 100 mg of vitamin E per kg of feed resulted in the highest growth rates (1.66 0.05%/day), a feed conversion ratio of 1.2 0.07, and a feed efficiency of 83.46 3.24% when compared to other treatments and was significantly different (p 0.05). The addition of 100 mg of vitamin E to the feed had no discernible effect on survival compared to other treatments. Keyword: Vitamin E, supplementation, growth, Clarias sp.
{"title":"Effect of Vitamin E Supplementation on the Growth Performance of Clarias Sp.","authors":"Arif fitra, Mohammad Hilmi Maulana, Darmawan Setia Budi, Agustono","doi":"10.31093/joas.v8i1.276","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.276","url":null,"abstract":"The high demand for catfish motivates farmers to increase production by stocking at a high density. The stress response caused by stocking density, which has an effect on fish growth and survival, is one of the challenges associated with catfish farming with high stocking levels. This issue can be resolved by supplementing catfish feed with vitamin E to stimulate growth. This study aims to determine the effect of vitamin E supplementation on catfish growth, feed efficiency, and survival. This study employs the RAL method with five treatments, including feeding catfish seeds with vitamin E levels of 0 mg/kg feed (P1), 50 mg/kg feed (P2), 100 mg/kg feed (P3), 150 mg/kg feed (P4), and 200 mg/kg feed (P5), with each treatment repeated four times. Adding 100 mg of vitamin E per kg of feed resulted in the highest growth rates (1.66 0.05%/day), a feed conversion ratio of 1.2 0.07, and a feed efficiency of 83.46 3.24% when compared to other treatments and was significantly different (p 0.05). The addition of 100 mg of vitamin E to the feed had no discernible effect on survival compared to other treatments. \u0000Keyword: Vitamin E, supplementation, growth, Clarias sp.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114616543","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Shofy Mubarak, Laksmi Sulmartiwi, Muhammad Daffa Al Rasyid Nurhayati
Artemia salina merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan. Kebutuhan Artemia sebagai pakan alami pada benih ikan atau udang tergolong tinggi di Indonesia maka perlu dilakukan pengembangan budidaya Artemia secara lokal. Salah satu cara yang dilakukan adalah peningkatan produksi kista Artemia salina dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan, yaitu pengkayaan dengan tepung ISP (Isolated Soya Protein) dalam pakan yang diberikan. ISP adalah protein yang diisolasi dari kedelai dengan produk akhir berupa tepung, mudah dicema dan memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pengkayaan dengan tepung ISP dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein yang berpengaruh terhadap pembentukan cangkang dan besar kecilnya ukuran kista Artemia salina yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi protein yang berbeda menggunakan ISP (Isolated Soya Protein) dalam suspensi dedak terhadap ukuran diameter kista Artemia salina. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi protein yang berbeda dengan pengkayaan tepung ISP (Isolated Soya Protein) dalam suspensi dedak sebagai pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap diameter kista Artemia salina pada minggu ketiga. Pemberian ISP dengan konsentrasi protein 40% dan 45% menunjukkan hasil diameter kista Artemia salina tertinggi.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Protein yang Berbeda dalam Suspensi Dedak sebagai Pakan terhadap Diameter Kista Artemia salina","authors":"Ahmad Shofy Mubarak, Laksmi Sulmartiwi, Muhammad Daffa Al Rasyid Nurhayati","doi":"10.31093/joas.v8i1.278","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v8i1.278","url":null,"abstract":"Artemia salina merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan. Kebutuhan Artemia sebagai pakan alami pada benih ikan atau udang tergolong tinggi di Indonesia maka perlu dilakukan pengembangan budidaya Artemia secara lokal. Salah satu cara yang dilakukan adalah peningkatan produksi kista Artemia salina dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan, yaitu pengkayaan dengan tepung ISP (Isolated Soya Protein) dalam pakan yang diberikan. ISP adalah protein yang diisolasi dari kedelai dengan produk akhir berupa tepung, mudah dicema dan memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pengkayaan dengan tepung ISP dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein yang berpengaruh terhadap pembentukan cangkang dan besar kecilnya ukuran kista Artemia salina yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi protein yang berbeda menggunakan ISP (Isolated Soya Protein) dalam suspensi dedak terhadap ukuran diameter kista Artemia salina. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi protein yang berbeda dengan pengkayaan tepung ISP (Isolated Soya Protein) dalam suspensi dedak sebagai pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap diameter kista Artemia salina pada minggu ketiga. Pemberian ISP dengan konsentrasi protein 40% dan 45% menunjukkan hasil diameter kista Artemia salina tertinggi.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114584313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Balai besar perikanan budidaya laut (BBPBL) Lampung merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang pengembangan budidaya laut, salah satu peranan bbpbl adalah sebagai pengembangan komoditas budidaya. Guna memenuhi peranan diatas bbpbl mendatangkan induk ikan kakap putih strain Australia tersebut. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui performa hasil pemijahan ikan kakap putih (Lates calcarifer) strain Lokal dan Australia yang meliputi jumlah telur total, fertilization rate (FR%), dan hatching rate (HR%). Induk yang digunkan untuk strain Lokal 15 ekor, 5 ekor dan jantan 10 ekor. dan strain Australia 15 ekor, 6 ekor dan jantan 9 ekor. Dari hasil pengamatan Jumlah telur total strain Australia sebanyak 8.817.000 butir dan strain Lokal sebanyak 6.360.000. fertilization rate (FR) pada strain Australi rata-rata 83,30% dan strain Lokal rata-rata 63,74%. hatching rate (HR) strain Australia rata-rata 89,83% dan strain Lokal rata-rata 89,29%. Berdasarkan data hasil pengamatan, menunnjukan performa hasil pemijahan dari strain Australia lebih tinggi dari jumlah teur total yang dihasilkan, fertilization rate (FR%), dan hatching rate (HR%).
{"title":"Performa Hasil Pemijahan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Strain Lokal dan Australia","authors":"Mochammad Husni Al hakim, Atiek Pietoyo, Rani Rehulina Tarigan, Wahyu Puji Astiyani, Vini Taru Febriani, Irvan Firman Syah","doi":"10.31093/joas.v7i2.256","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v7i2.256","url":null,"abstract":"Balai besar perikanan budidaya laut (BBPBL) Lampung merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang pengembangan budidaya laut, salah satu peranan bbpbl adalah sebagai pengembangan komoditas budidaya. Guna memenuhi peranan diatas bbpbl mendatangkan induk ikan kakap putih strain Australia tersebut. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui performa hasil pemijahan ikan kakap putih (Lates calcarifer) strain Lokal dan Australia yang meliputi jumlah telur total, fertilization rate (FR%), dan hatching rate (HR%). Induk yang digunkan untuk strain Lokal 15 ekor, 5 ekor dan jantan 10 ekor. dan strain Australia 15 ekor, 6 ekor dan jantan 9 ekor. Dari hasil pengamatan Jumlah telur total strain Australia sebanyak 8.817.000 butir dan strain Lokal sebanyak 6.360.000. fertilization rate (FR) pada strain Australi rata-rata 83,30% dan strain Lokal rata-rata 63,74%. hatching rate (HR) strain Australia rata-rata 89,83% dan strain Lokal rata-rata 89,29%. Berdasarkan data hasil pengamatan, menunnjukan performa hasil pemijahan dari strain Australia lebih tinggi dari jumlah teur total yang dihasilkan, fertilization rate (FR%), dan hatching rate (HR%).","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125746975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mohammad Faizal Ulkhaq, Mirsa Nurul Layinah, Darmawan Setia Budi, Ide Fammy Panjaitan
Seawater ornamental fish is an Indonesian fauna whose are very diverse and easily infested with parasite. Therefore, the fish quarantine procedures was necessary to prevent the spread of the parasitic disease. The purpose of this study was to examine and identication of parasites in marine ornamental fish before transported from Fish Quarantine, Quality Control and Safety of Fishery Products Denpasar, Bali. Parasite examination was carried out by conventional methods including scrapping in mucus, gill, fin and operculum for ectoparasite and intestine for endoparasite. The parasite identification based from morphological characterization. The results of the examination and identification of parasites founded Dactylogyrus, Benedenia and Balantidium from ectoparasite and Archigetes, Spirocamallanus and Hexangium from endoparasite.
{"title":"Examination of Parasites in Seawater Ornamental Fish at Fish Quarantine, Quality Control and Safety of Fishery Products Denpasar, Bali","authors":"Mohammad Faizal Ulkhaq, Mirsa Nurul Layinah, Darmawan Setia Budi, Ide Fammy Panjaitan","doi":"10.31093/joas.v7i2.237","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v7i2.237","url":null,"abstract":"Seawater ornamental fish is an Indonesian fauna whose are very diverse and easily infested with parasite. Therefore, the fish quarantine procedures was necessary to prevent the spread of the parasitic disease. The purpose of this study was to examine and identication of parasites in marine ornamental fish before transported from Fish Quarantine, Quality Control and Safety of Fishery Products Denpasar, Bali. Parasite examination was carried out by conventional methods including scrapping in mucus, gill, fin and operculum for ectoparasite and intestine for endoparasite. The parasite identification based from morphological characterization. The results of the examination and identification of parasites founded Dactylogyrus, Benedenia and Balantidium from ectoparasite and Archigetes, Spirocamallanus and Hexangium from endoparasite.","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125330673","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nannochloropsis oculata is a microalgae that acts as a natural food source in fisheries. The need for N. oculata can be met through progressive culture starting from laboratory scale culture to provide inoculant stock to mass culture using concrete tubs. The culture of N. oculata begins with the preparation and sterilization of culture media and equipment, fertilizer production, microalgae culture starting from the laboratory scale, intermediate scale, and mass scale, observing the density of microalgae and water quality. The lag phase of N. oculata occurs on the first and second days, the exponential growth phase lasts for four days, followed by a stationary phase that occurs on the seventh day. Rotifer contamination occurs in mass culture tanks. Production of N. oculata can be carried out in bulk while still paying attention to every stage of culture preparation and microalgae culture activities as a standard operating procedure for microalgae culture to prevent contamination. Keywords: progressive culture, microalgae, Nannochloropsis oculata
{"title":"Techniques of Microalga Culture Nannochloropsis oculata as a Natural Feed Source","authors":"Wahju Tjahjaningsih, Anggraini Widihastuti, Bagus Satria, Ratna Yulianti","doi":"10.31093/joas.v7i2.258","DOIUrl":"https://doi.org/10.31093/joas.v7i2.258","url":null,"abstract":"Nannochloropsis oculata is a microalgae that acts as a natural food source in fisheries. The need for N. oculata can be met through progressive culture starting from laboratory scale culture to provide inoculant stock to mass culture using concrete tubs. The culture of N. oculata begins with the preparation and sterilization of culture media and equipment, fertilizer production, microalgae culture starting from the laboratory scale, intermediate scale, and mass scale, observing the density of microalgae and water quality. The lag phase of N. oculata occurs on the first and second days, the exponential growth phase lasts for four days, followed by a stationary phase that occurs on the seventh day. Rotifer contamination occurs in mass culture tanks. Production of N. oculata can be carried out in bulk while still paying attention to every stage of culture preparation and microalgae culture activities as a standard operating procedure for microalgae culture to prevent contamination. \u0000 \u0000Keywords: progressive culture, microalgae, Nannochloropsis oculata","PeriodicalId":188509,"journal":{"name":"Journal of Aquaculture Science","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134283297","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}